KARAKTERISTIK PETANI TEBU DI DESA NEGARA TULANG BAWANG KECAMATAN BUNGA MAYANG KABUPATEN LAMPUNG UTARA TAHUN 2014

(1)

KARAKTERISTIK PETANI TEBU DI DESA NEGARA TULANG BAWANG KECAMATAN BUNGA MAYANG KABUPATEN LAMPUNG UTARA

TAHUN 2014

(Skripsi)

Oleh: DWI AGUS SARI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(2)

KECAMATAN BUNGA MAYANG KABUPATEN LAMPUNG UTARA TAHUN 2014

Oleh:

Dwi Agus Sari

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik petani tebu di Desa Negara Tulang Bawang Kecamatan Bunga Mayang Kabupaten Lampung Utara tahun 2014 dengan kajian luas lahan garapan, status kepemilikan lahan, modal pertanian, produksi tanaman tebu, rendemen, pendapatan petani tebu, dan kriteria petani miskin.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Populasi penelitian adalah 49 KK dan semua populasi tersebut dijadikan sampel. Pengumpulan data menggunakan teknik kuesioner, dokumentasi, dan wawancara . Analisis data menggunakan distribusi frekuensi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: sebagian besar petani tebu memiliki luas lahan garapan sedang yakni sebanyak 79,59% petani, petani tebu yang memiliki lahan garapan sendiri yakni sebanyak 59,18% petani, petani tebu yang menggunakan modal kecil yakni sebanyak 63,27% petani, produksi tanaman tebu petani masih rendah yakni sebanyak 57,14% petani, sebagian besar rendemen petani tebu rendah yakni sebanyak 95,92% petani, petani tebu yang memiliki pendapatan kecil yakni sebanyak 65,31% petani, dan petani tebu yang masuk kedalam kriteria petani miskin sebanyak 55,10% petani.


(3)

ABSTRACT

CHARACTERISTICS OF SUGAR CANE FARMERS IN NEGARA TULANG BAWANG VILLAGE

BUNGA MAYANG SUBDISTRICT NORTH LAMPUNG DISTRICT

2014

By:

Dwi Agus Sari

This research aims to investigate the characteristics of sugar cane farmers in Negara Tulang Bawang village Bunga Mayang subdistrict North Lampung district in 2014 with studies of land area, land tenure, agricultural capital, crop production of sugar cane, rendemen, sugar cane farmers income, and poor farmers criteria.

This research used a descriptive research method. Population of 49 families and all of the sampled population. Collecting data using questionnaire techniques, documentation, and interviews. Analysis of data using frequency distribution.

The results of this research show that: most of the sugar cane farmers have the not too wide land area as many as 79,59% of the farmers, sugar cane farmers have their land tenure as many as 59,18% of the farmers, sugar cane farmers using small capital as many as 63,27% of the farmers, farmer's crop production is still low as many as 57,14% of the farmers, most of rendemen of sugar cane farmers low as many as 95,92% of the farmers, sugarcane farmers who have little income that is as many as 65,31% of farmers, and sugar cane farmers who include to the criteria of poor farmers as many as 55,10% of farmers.


(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

Penulis dilahirkan di Kotabumi pada tanggal 23 Agustus 1991. Penulis adalah anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Syafarudin dan Ibu Halimah. Penulis mengawali pendidikan formal pada tahun 1996 di TK Pertiwi Teladan Metro yang

diselesaikan pada tahun 1997, kemudian penulis melanjutkan sekolah di SDN 1 Negara Tulang Bawang Bunga Mayang Lampung Utara yang diselesaikan pada tahun 2003. Pada tahun 2003 penulis melanjutkan sekolah di SMP PG Bunga Mayang Lampung Utara yang diselesaikan pada tahun 2006 dan dilanjutkan di SMA Negeri 3 Kotabumi yang diselesaikan pada tahun 2009. Pada tahun 2010 penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN.

Pada tanggal 16 sampai 23 Juni 2013, Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) di Jawa Tengah, Yogyakarta dan Jawa Barat. Kemudian pada tanggal 02 Juli 2013 sampai dengan tanggal 17 September 2013 melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Kampung Jawa Kecamatan Pesisir Tengah Kabupaten Pesisir Barat dan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di MAN Krui Pesisir Barat.


(9)

MOTO

“Mengetahui saja tidak cukup, kita harus mengaplikasikannya. Kehendak saja tidak cukup, kita harus mewujudkannya”

(Leonardo Da Vinci)

“Ketika dunia mengatakan anda harus menyerah, maka harapan

akan mengatakan coba sekali lagi”

(Hitam Putih)

“Orang yang berhasil akan mengambil manfaat dari kesalahan -kesalahan yang ia lakukan, dan akan mencoba kembali untuk

melakukan dalam cara yang berbeda” (Dale Carnegie)


(10)

Dengan rasa syukur kepada Allah SWT dan dengan rasa bahagia,

kupersembahakan lembaran-lembaran sederhana ini untuk

orang-orang terkasih:

Bapak dan ibu tercinta yang telah membesarkan, mendidik,

mendo

akan dan tak kenal lelah mewujudkan mimpi-mimpiku.

Memberikan segala cinta dan kasih sayangnya dengan tulus ikhlas.

Kalian adalah segalanya bagiku dan semoga kelak dapat selalu

membahagiakan kalian.

Saudara-saudaraku tersayang; Kakakku Maulisa Eka Safitri serta

adik-adikku, Ardi Rahmad Saputra dan Agil Rahmad Dhani yang

terus memberikan

do’a,

semangat, dan dukungannya dalam

menyelesaikan studiku.

Sahabat-sahabatku terkasih, terima kasih untuk persahabatan yang

telah terjalin, kalian selalu memberikan dukungan dan keceriaan

selama terjalinnya persahabatan ini. Persahabatan ini akan selalu

menjadi kenangan indah.


(11)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Karakteristik Petani Tebu di Desa Negara Tulang Bawang Kecamatan Bunga Mayang Kabupaten Lampung Utara Tahun 2014”. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan studi pada Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini, Penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada Bapak Drs. I Gede Sugiyanta, M.Si. selaku pembimbing I sekaligus Pembimbing Akademik dan Ibu Rahma Kurnia Sri U., S.Si., M.Pd. selaku pembimbing II, yang keduanya telah banyak memberikan saran, arahan dan nasihat selama membimbing penulis, serta Ibu Dra. Nani Suwarni, M.Si. selaku dosen pembahas yang telah banyak memberikan sumbangan pemikiran dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis juga menyadari bahwa tanpa bantuan serta kerja sama yang baik dari beberapa pihak, tidak akan bisa menyalesaikan skripsi ini. Maka pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:


(12)

dan Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Dr. Muhammad Fuad, M.Hum. FKIP Universitas Lampung.

3. Drs. Zulkarnain, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan Sosial dan juga selaku Ketua Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Lampung. 4. Bapak dan Ibu dosen di lingkungan FKIP Universitas Lampung, khususnya

Program Studi Pendidikan Geografi yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang berharaga kepada penulis.

5. Ketua kelompok tani Bapak Rahmad dan para petani tebu di Desa Negara Tulang Bawang yang telah banyak membantu dalam proses penyusunan skripsi ini.

6. Teristimewa untuk seluruh keluargaku; bapak, ibu, kakak dan kedua adikku, kalian adalah semangat dalam hidupku.

7. Sahabat-sahabatku tersayang, terima kasih atas dukungan, do’a serta kebersamaannya selama ini.

8. Keluarga besar geografi, khususnya rekan-rekan seperjuanganku angkatan 2010 yang tidak bisa disebutkan satu persatu terima kasih atas kebersamaannya selama ini.


(13)

9. Keluarga besar KKN-PPL di desa Kampung Jawa Kecamatan Pesisir Tengah Kabupaten Pesisir Barat, yang telah menjadi keluarga baru dan memberikan kehangatan.

10. Dan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga kiranya Allah SWT senantiasa memberikan limpahan rahmat, hidayah serta karuania-Nya kepada kita semua. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, namun Penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna bagi kita semua, Aamiin.

Bandar Lampung, Januari 2015 Penulis,


(14)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

I. PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Kegunaan Penelitian ... 8

E. Ruang Lingkup Penelitian... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS ... 10

A. Tinjauan Pustaka ... 10

1. Pengertian Geografi... 10

2. Petani Tebu ... 11

3. Pola Inti-Plasma ... 12

4. Karakteristik Petani Tebu ... 13

a. Luas Lahan Garapan ... 13

b. Status Kepemilikan Lahan ... 14

c. Modal Pertanian... 15

d. Produksi Tanaman Tebu ... 16

e. Rendemen ... 17

f. Pendapatan Petani Tebu ... 18

g. Kriteria Kemiskinan Petani Tebu ... 19

B. Kerangka Pikir ... 21


(15)

ii

III.METODE PENELITIAN ... 23

A. Metode Penelitian... 23

B. Populasi dan Sampel ... 23

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ... 24

1. Variabel Penelitian ... 24

2. Definisi Operasional Variabel ... 25

D. Teknik Pengumpulan Data ... 28

1. Kuesioner ... 28

2. Dokumentasi... 29

3. Wawancara ... 29

E. Teknik Analisis Data ... 29

IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 31

A. Tinjauan Geografis Desa Negara Tulang Bawang ... 31

1. Kajian Fisik Desa Negara Tulang Bawang ... 31

2. Kajian Sosial Desa Negara Tulang Bawang ... 38

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 46

1. Pembahasan Pendukung Variabel ... 46

a. Petani Tebu di Desa Negara Tulang Bawang ... 46

b. Umur Responden ... 48

c. Pendidikan Formal Petani Tebu ... 49

d. Jumlah Tanggungan Keluarga ... 51

2. Deskripsi Hasil dan Pembahasan ... 53

a. Luas Lahan Garapan... 53

b. Status Kepemilikan Lahan ... 55

c. Modal Pertanian ... 57

d. Produksi Tanaman Tebu... 62

e. Rendemen ... 65

f. Pendapatan Petani Tebu ... 67

g. Kriteria Kemiskinan Petani Tebu ... 70

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 74

A. Kesimpulan ... 74

B. Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 76


(16)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1. Produksi Tebu Perkebunan Rakyat Berdasarkan Provinsi di

Indonesia Tahun 2008 - 2012 ... 3

2. Produksi Tebu Rakyat di Provinsi Lampung Tahun 2012 ... 3

3. Jumlah Petani Tebu di Kecamatan Bunga Mayang Tahun 2014 ... 4

4. Kriteria Luas Lahan Garapan Petani...25

5. Kriteria Produksi Pertanian Tebu ...26

6. Kriteria Rendemen Tebu Petani ...27

7. Data Curah Hujan di Kecamatan Bunga Mayang Tahun 2004 - 2013 ...35

8. Zona/Tipe Iklim Berdasarkan Klasifikasi Schmidth-Ferguson ...36

9. Penggunaan Lahan di Desa Negara Tulang Bawang Kecamatan Bunga Mayang Kabupaten Lampung Utara Tahun 2012 ...37

10. Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin di Desa Negara Tulang Bawang Kecamatan Bunga Mayang Kabupaten Lampung Utara Tahun 2012 ...41

11. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Negara Tulang Bawang Kecamatan Bunga Mayang Kabupaten Lampung Utara Tahun 2012 ...44

12. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Negara Tulang Bawang Kecamatan Bunga Mayang Kabupaten Lampung Utara Tahun 2012 ...45

13. Jumlah Petani Tebu Berdasarkan Pengelompokkan Golongan Umur di Desa Negara Tulang Bawang Tahun 2014 ...48

14. Jumlah Petani Tebu Berdasarkan Pengelompokkan Tingkat Pendidikan Formal yang Ditempuh Petani Tebu di Desa Negara Tulang Bawang ...50

15. Jumlah Tanggungan Petani Tebu di Desa Negara Tulang Bawang Tahun 2014 ...52

16. Jumlah Petani Tebu Berdasarkan Pengelompokkan Luas Lahan Garapan Petani Tebu di Desa Negara Tulang Bawang Tahun 2014 ...53

17. Jumlah Petani Tebu Berdasarkan Pengelompokkan Status Kepemilikan Lahan Garapan Petani Tebu di Desa Negara Tulang Bawang Tahun 2014 ...55

18. Status Kepemilikan Lahan dan Luas Lahan Garapan Petani Tebu di Desa Negara Tulang Bawang Tahun 2014 ...57

19. Jumlah Petani Tebu Berdasarkan Pengelompokkan Modal Petani Per Hektar di Desa Negara Tulang Bawang Tahun 2014 ...59

20. Jumlah Petani Tebu Berdasarkan Pengelompokkan Produksi Tanaman Tebu Petani di Desa Negara Tulang Bawang Tahun 2014 ...63


(17)

iv

21. Produksi Tanaman Tebu dan Luas Lahan Garapan Petani Tebu di Desa Negara Tulang Bawang Tahun 2014 ...65 22. Jumlah Petani Tebu Berdasarkan Pengelompokkan Rendemen Tebu

Petani di Desa Negara Tulang Bawang Tahun 2014 ...66 23. Jumlah Petani Tebu Berdasarkan Pengelompokkan Pendapatan Petani

Tebu di Desa Negara Tulang Bawang Tahun 2014 ...68 24. Jumlah Petani Tebu Berdasarkan Pengelompokkan Kriteria


(18)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 1. Peta Administrasi Desa Negara Tulang Bawang Tahun 2014 ... 33 2. Diagram Tipe Iklim Schmidth-Ferguson ... 35 3. Peta Persebaran Responden di Desa Negara Tulang Bawang Tahun

2014 ... 47 4. Jumlah Petani Tebu Berdasarkan Pengelompokkan Luas Lahan

Garapan ... 54 5. Jumlah Petani Tebu Berdasarkan Pengelompokkan Status

Kepemilikan Lahan Garapan ... 56 6. Jumlah Petani Tebu Berdasarkan Pengelompokkan Modal Pertanian .. 59 7. Jumlah Petani Tebu Berdasarkan Pengelompokkan Produksi

Tanaman Tebu ... 63 8. Jumlah Petani Tebu Berdasarkan Pengelompokkan Rendemen Tebu . 66 9. Jumlah Petani Tebu Berdasarkan Pengelompokkan Pendapatan

Petani Tebu ... 69 10. Jumlah Petani Tebu Berdasarkan Pengelompokkan Kriteria


(19)

vi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Kuesioner Penelitian ... 80

2. Identitas Responden ... 84

3. Modal Petani Tebu ... 86

4. Produksi Tanaman dan Rendemen Petani ... 88

5. Pendapatan Petani Tebu ... 89

6. Kriteria Kemiskinan Petani ... 91

7. Surat Izin Penelitian ... 93


(20)

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang sebagian besar penduduknya bekerja pada bidang pertanian. Menurut BPS tahun 2013, sekitar 39,96 juta orang bekerja dibidang ini. Hal tersebut didukung oleh kondisi fisik lahan yang ada di Indonesia berada di kawasan iklim tropis, tanah yang subur dan juga curah hujan yang cukup. Sebagian besar pendapatan masyarakat di pedesaan bergantung pada sektor pertanian untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, karena di daerah pedesaan masih banyak lahan yang dapat dimanfaatkan masyarakat untuk bertani, sehingga lahan tersebut dapat berproduksi dan dijadikan mata pencaharian bagi masyarakat di pedesaan.

Pertanian merupakan kegiatan produksi yang memanfaatkan tanah sebagai sumber daya alam untuk menanam tanaman-tanaman tertentu. Pertanian secara general dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu pertanian dalam arti sempit dan pertanian dalam arti luas. Pertanian dalam arti sempit diartikan sebagai pengolahan tanaman dan lingkungan untuk memberikan produk, sistem ini diusahakan dalam skala kecil dan pelakunya adalah bersifat keluarga. Sedangkan pertanian dalam arti luas adalah kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pemanfaatan sumberdaya alam untuk menghasilkan produk dengan campur tangan manusia (Eva Banowati dan Sriyanto, 2011: 43).


(21)

2

Salah satu subsektor pertanian yang ada di Indonesia adalah perkebunan. Perkebunan juga termasuk ke dalam pertanian dalam arti luas. Subsektor perkebunan tersebut salah satunya adalah tanaman tebu yang memiliki arti penting sebagai bahan baku pada industri gula. Tebu merupakan salah satu tanaman pertanian yang hanya dapat hidup di daerah tropis seperti Indonesia. Di Indonesia sendiri tanaman tebu ini tumbuh dibeberapa daerah seperti di Pulau Jawa, Sumatera, dan Sulawesi.

Tanaman tebu ini merupakan komoditas penting karena di dalam batangnya terkandung 20% cairan gula. Tanaman tebu dapat ditanam pada berbagai jenis tanah dari dataran rendah hingga ketinggian 1.400 m di atas permukaan laut (dpl). Tanaman ini membutuhkan curah hujan yang tinggi pada fase pertumbuhan vegetatif. Setelah itu, tumbuhan ini tidak banyak membutuhkan curah hujan. Curah hujan yang ideal adalah 200 mm per bulan selama 6 bulan pertama, 125 mm per bulan pada 2 bulan berikutnya dan kurang dari 75 mm per bulan (bulan kering) pada akhir pertanaman (Muljana, 1992: 5).

Tebu merupakan salah satu tanaman perkebunan yang turut berperan dalam pembangunan ekonomi nasional dan memberikan kontribusi yang besar pada sektor perkebunan. Hal ini dikarenakan gula sebagai salah satu kebutuhan pokok dan sumber kalori bagi masyarakat Indonesia. Disamping itu, komoditas ini juga mampu menyerap jutaan tenaga kerja dan juga merupakan sumber penghasilan bagi ratusan ribu keluarga petani.


(22)

1 Jawa Timur 130.274 110.153 101.700 105.187 110.811 2 Lampung 61.081 60.330 57.968 61.809 62.914 3 Jawa Tengah 26.681 22.193 23.343 24.945 34.827 4 Jawa Barat 11.178 8.856 11.054 9.248 8.233 5 Sumatera Selatan 5.886 8.831 6.645 9.112 9.284 6 Sumatera Utara 4.055 3.784 3.102 4.712 4.787

7 Gorontalo 2.573 3.535 2.741 3.252 3.532

8 Sulawesi Selatan 3.552 2.285 2.724 1.921 2.336 9 DI Yogyakarta 1.564 1.753 1.732 1.657 1.890 Sumber: Data Statistik Perkebunan Tahun 2008 - 2012, Dirjen Perkebunan.

Tabel 1 menunjukkan bahwa produksi tebu rakyat berdasarkan provinsi di Indonesia pada tahun 2008 - 2012. Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa Provinsi Lampung menempati urutan kedua dalam menyumbangkan produksi tebu terbanyak selama tahun 2008 - 2012. Ini membuktikan bahwa lahan di Provinsi Lampung juga sangat potensial untuk ditanami tebu.

Tabel 2. Produksi Tebu Rakyat di Provinsi Lampung Tahun 2012. No. Kabupaten Produksi Tebu (ton)

1 Lampung Utara 26.781

2 Lampung Tengah 25.451

3 Way Kanan 9.098

4 Tulang Bawang 1.584

Jumlah 62.914

Sumber: BPS Provinsi Lampung Tahun 2012.

Tabel 2 menunjukkan bahwa Kabupaten Lampung Utara, Kabupaten Lampung Tengah, Kabupaten Way Kanan, dan Kabupaten Tulang Bawang merupakan kabupaten di Lampung yang memproduksi tebu. Kabupaten Lampung Utara merupakan kabupaten dengan jumlah produksi tebu terbanyak. Kabupaten Lampung Utara memproduksi tebu sebanyak 26.781 ton. Sedangkan kabupaten


(23)

4

yang lain yang ada di Provinsi Lampung tidak memproduksi tebu. Hal ini dikarenakan curah hujan disetiap daerah berbeda dan juga jenis tanahnya berbeda. Jenis tanah yang cocok untuk tanaman tebu adalah tanah lempung berpasir dengan pH 6,4 - 7,9 yang keadaanya tidak terlalu kering dan juga tidak terlalu basah.

Salah satu perkebunan rakyat yang ada di Provinsi Lampung Utara adalah perkebunan tebu yang diusahakan oleh rakyat di Kecamatan Bunga Mayang. Masyarakat yang berada di sekitar daerah perkebunan PTPN VII Unit Usaha Bunga Mayang salah satu mata pencahariannya adalah sebagai petani tebu. Hal ini dikarenakan daerah tersebut berada di sekitar pabrik gula PTPN VII Unit Usaha Bunga Mayang dan juga masih tersedia lahan yang dapat dijadikan sebagai perkebunan. Jumlah petani tebu di Desa Negara Tulang Bawang adalah sebanyak 49 KK. Berikut adalah Tabel jumlah petani tebu yang ada di Kecamatan Bunga Mayang:

Tabel 3. Jumlah Petani Tebu di Kecamatan Bunga Mayang Tahun 2014. No Desa Luas Wilayah (ha) Jumlah Petani

1 Negara Tulang Bawang 4.495,00 49

2 Kota Napal 1.849,00 61

3 Tanah Abang 2.011,00 85

4 Sukadana Udik 3.000,00 115

5 Sukadana Ilir 2.237,00 95

6 Handuyang Ratu 1.300,00 73

7 Isorejo 1.170,87 64

8 Mulyorejo I 1.014,00 76

9 Mulyorejo II 1.005,00 84

10 Tulang Bawang Baru 438,50 50

11 Sukamaju 732,75 51

Jumlah 19.163,12 803


(24)

paling sedikit walaupun wilayah Desa Negara Tulang Bawang merupakan wilayah terluas yang ada di Kecamatan Bunga Mayang. Hal ini disebabkan lahan perkebunan tebu rakyat yang ada di Desa Negara Tulang Bawang bukan hanya milik petani di Desa Negara Tulang Bawang, melainkan lahan perkebunan milik petani dari desa lainnya.

Pabrik gula PTPN VII Unit Usaha Bunga Mayang juga menjalin hubungan kemitraan dengan petani tebu rakyat yang ada di sekitar pabrik gula. Kemitraan ini dilakukan karena adanya hubungan saling menguntungkan bagi kedua belah pihak, baik bagi pabrik gula dan juga bagi petani tebu rakyat. Petani tebu membutuhkan pinjaman modal, mesin-mesin pertanian, dan juga pembeli tebu. Sedangkan pabrik gula membutuhkan pasokan bahan baku tebu dari petani tebu, walaupun pabrik gula memiliki lahan tebu dan menanam tebu sendiri. Hal ini dilakukan untuk memenuhi target bagi pabrik gula yaitu untuk memenuhi produksi gula nasional.

Seluruh petani tebu di Desa Negara Tulang Bawang merupakan petani tebu yang bermitra dengan pabrik gula PTPN VII Unit Usaha Bunga Mayang. Petani-petani mitra tersebut tergabung dalam kelompok tani, kelompok tani ini dibentuk agar memudahkan para petani untuk bertukar informasi mengenai kemitraan dan juga memudahkan pihak pabrik gula untuk mengkoordinasi para petani tebu. Bentuk


(25)

6

kemitraan yang dijalin oleh PTPN VII Unit Usaha Bunga Mayang dengan petani tebu rakyat di Desa Negara Tulang Bawang adalah pola kemitraan inti-plasma.

Namun, tidak semua petani tebu memiliki penghasilan yang cukup. Hal ini dikarenakan tidak semua lahan petani tebu yang mereka miliki luas dan juga tidak semua petani memiliki lahan pertaniannya sendiri melainkan menyewa lahan milik orang lain. Dari wawancara pra penelitian diketahui bahwa lahan milik petani tebu di Desa Negara Tulang Bawang hanya sekitar 0,30 ha sampai 0,70 ha. Pendapatan petani tebu di Desa Negara Tulang Bawang Kecamatan Bunga Mayang Kabupaten Lampung Utara juga tergolong rendah, hasil pertaniannya hanya sekitar 3,27 ton per kepala keluarga dengan nilai uang pada tahun 2013 sebesar Rp. 13.365.478,-. Berdasarkan fakta tersebut, maka pendapatan keluarga petani tebu sebesar Rp. 1.113.800,- per bulannya.

Pendapatan petani tebu yang kecil tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti luas lahan yang sempit, banyaknya petani yang masih menyewa lahan pertanian, produksi tanaman tebu yang rendah, rendemen yang kecil dan juga kecilnya modal usaha yang dimiliki petani. Modal berperan penting sehubungan dengan pendapatan petani tebu yang tergolong kecil, bahkan adakalanya petani terlambat dalam pengelolaan lahan pertaniannya, karena kekurangan biaya untuk pemeliharaan tanaman pertanian.

Tingkat produksi tanaman tebu petani, merupakan salah satu ukuran tingkat keberhasilan petani dalam mengelola lahan pertaniannya. Produksi tanaman tebu petani yang tergolong rendah berpengaruh terhadap pendapatan petani tebu, sehingga pendapatan petani tebu menjadi kecil. Namun, pendapatan petani


(26)

tebu.

Dari penjelasan di atas, didapat gambaran sementara dari hasil wawancara dengan salah satu petani di Desa Negara Tulang Bawang bahwa pendapatan petani tebu masih sangat kecil. Rendahnya pendapatan petani tersebut dan juga banyaknya jumlah tanggungan mempengaruhi tingkat pemenuhan kebutuhan sehari-hari belum terpenuhi. Berdasarkan latar belakang tersebut, perlu dicari informasi lebih lanjut mengenai karakteristik petani tebu yang ada di Desa Negara Tulang Bawang Kecamatan Bunga Mayang tahun 2014.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah karakteristik petani

tebu di Desa Negara Tulang Bawang Kecamatan Bunga Mayang Kabupaten Lampung Utara Tahun 2014?”.

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis karakteristik petani tebu di Desa Negara Tulang Bawang Kecamatan Bunga Mayang Kabupaten Lampung Utara tahun 2014.


(27)

8

D. Kagunaan Penelitian

1. Sebagai salah satu syarat untuk menempuh ujian skripsi dan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama di perguruan tinggi terhadap fenomena yang terjadi di lapangan sesuai dengan kajian geografi.

3. Sebagai penunjang bahan ajar dalam pelajaran geografi pada SMA kelas XI semester 1 pokok bahasan antroposfer dan aspek kependudukan sub pokok bahasan kualitas penduduk berdasarkan pendidikan, kesehatan, mata pencaharian, dan pendapatan.

E. Ruang Lingkup Penelitian

1. Ruang Lingkup Objek

Objek yang diteliti adalah karakteristik petani tebu di Desa Negara Tulang Bawang Kecamatan Bunga Mayang Kabupaten Lampung Utara.

2. Ruang Lingkup Subjek

Subjek penelitian adalah petani tebu di Desa Negara Tulang Bawang Kecamatan Bunga Mayang Kabupaten Lampung Utara.


(28)

4. Ruang Lingkup Waktu

Ruang lingkup waktu penelitian adalah tahun 2014.

5. Ruang Lingkup Ilmu

Ruang lingkup ilmu dalam penelitian ini adalah Geografi Sosial. Menurut Sumaatmadja dalam Eva Banawati (2013: 6), geografi sosial merupakan cabang geografi manusia yang mempelajari aspek keruangan dari karakteristik penduduk, organisasi sosial dan unsur kebudayaan serta kemasyarakatan. Berdasarkan pendapat tersebut, maka judul penelitian ini mengkaji aspek keruangan serta karakteristik penduduk, kehidupan sosial dan juga tata laku manusia dengan lingkungan sekitarnya pada kehidupan petani tebu disuatu tempat tertentu di muka bumi.


(29)

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Geografi

Definisi geografi menurut hasil Seminar dan Lokakarya (SEMLOK) 1988 di Semarang dalam Suharyono dan Moch. Amien (2013: 19) bahwa geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan dan kewilayahan dalam konteks keruangan. Sedangkan menurut Sumadi (2003: 1), geografi merupakan ungkapan atau kata dari bahasa Inggris yang terdiri dari dua kata yaitu; Geo yang berarti bumi dan Graphy (yang dalam bahasa Yunani Graphien) yang berarti pencitraan, pelukisan atau deskripsi.

Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa geografi tidak hanya mempelajari keadaan fisik bumi saja, akan tetapi geografi juga mempelajari hubungan atau interaksi sosial manusia. Berkaitan dengan hal tersebut ilmu geografi sangat berperan dalam menggambarkan kejadian-kejadian alam maupun kehidupan sosial dengan variasi-variasi kewilayahan.

Menurut Eva Banowati dan Sriyanto (2011: 5), Geografi Pertanian berkaitan dengan aktivitas-aktivitas dalam konteks ruang; lokasi pertanian secara keseluruhan dan aktivitas-aktivitas di dalamnya yaitu tanaman dan peternakan, pengagihan output dan input yang diperlukan untuk produksi seperti ladang (tanah), tenaga, pupuk, dan lain-lain. Dilihat dari pengertiannya, geografi pertanian termasuk dalam kelompok geografi manusia atau sosial. Geografi sosial penekanan kajiannya pada aspek


(30)

Dari pendapat di atas menunjukkan bahwa geografi pertanian termasuk dalam kajian geografi sosial yang mengkaji tentang kegiatan manusia dalam mengolah alam yang ada disekitarnya seperti mengolah lahan untuk dijadikan sebagai lahan pertanian, dan juga hubungan timbal balik antara manusia dengan manusia lainnya dari aktivitas bertani tersebut.

2. Petani Tebu

Manusia yang memanfaatkan, mengolah dan memproduksi dari alam disebut petani (Eva Banowati dan Sriyanto, 2011: 46). Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 947), petani adalah orang yang pekerjaannya bercocok tanam. Tebu: Saccharum officinarum (graminae) sumber gula pasir (Windan Yatim, 1999: 829). Tanaman Tebu (Saccharum Officanarum L) merupakan tanaman perkebunan semusim, yang mempunyai sifat tersendiri, sebab di dalam batangnya terdapat zat gula. Tebu termasuk keluarga rumput-rumputan (graminae) seperti halnya padi, glagah, jagung, bambu dan lain-lain (KPP BUMN,http://www.kppbumn.depkeu.go.id/IndustrialProfile/PK4/ProfilTebu. htm). Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 1.019), tebu merupakan jenis rumput-rumputan berbatang tinggi dan beruas-ruas, air di batangnya manis, biasanya dibuat gula.


(31)

12

Petani tebu adalah seseorang yang mengolah lahan untuk dijadikan lahan pertanian, yang nantinya lahan tersebut akan digunakan untuk menanam dan memelihara tanaman tebu dengan harapan memperoleh hasil dari usahanya bercocok tanam tersebut.

3. Pola Inti-Plasma

Pola inti-plasma sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) huruf a Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 940/Kpts/OT.210/10/97 tentang Pedoman Kemitraan Usaha Pertanian merupakan hubungan kemitraan antara kelompok mitra dengan perusahaan mitra, yang didalamnya perusahaan mitra bertindak sebagai inti dan kelompok mitra sebagai plasma.

Kemitraan menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 1997 yaitu kerjasama antar usaha kecil dengan usaha menengah atau usaha besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan. Sedangkan menurut Hafsah dalam Cahya Najmudinrohman (2010: 8), mendefinisikan kemitraan sebagai suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan.

Berdasarkan pendapat di atas kemitraan dapat diartikan sebagai kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk meraih keuntungan bersama. Adapun bentuk kemitraan yang dijalin oleh pabrik gula PTPN VII Unit Usaha Bunga Mayang dengan petani tebu di Desa Negara Tulang Bawang adalah pola kemitraan inti-plasma. Dimana pabrik gula bertindak sebagai inti dan petani tebu sebagai plasma. Pabrik gula


(32)

4. Karakteristik Petani Tebu

Dalam penelitian ini karakteristik petani tebu yang dimaksud adalah karakteristik sosial dan juga karakteristik ekonominya. Menurut I Gusti Ngurah Agung dan Akhir Matua Harahap dalam Aris Ananta (1993: 21), karakteristik sosial adalah pencarian atau penggambaran jenis-jenis pengelompokkan berdasarkan aspek sosial mencakup: modal usaha tani, umur, jumlah tanggungan. Sedangkan karakteristik ekonomi meliputi pekerjaan tambahan, pendapatan rumah tangga, dan pemenuhan kebutuhan pokok minimum.

Berdasarkan pendapat di atas, maka penelitian ini mengkaji tentang karakteristik petani tebu yang ada di Desa Negara Tulang Bawang dengan kriteria yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah luas lahan garapan, status kepemilikan lahan, modal pertanian, produksi tanaman tebu, rendemen, pendapatan petani tebu, dan kriteria kemiskinan petani tebu.

a. Luas Lahan Garapan

Lahan sangat berperan penting dalam pertanian dan juga bagi petani, karena lahan berpengaruh terhadap produksi pertanian. Sesuai dengan pendapat Soekartawi (2003: 4) bahwa semakin luas lahan garapan yang diusahakan petani, maka akan semakin besar produksi yang dihasilkan dan pendapatan yang akan diperoleh bila


(33)

14

disertai dengan pengolahan lahan yang baik. Sedangkan menurut pendapat Abd. Rahim dan Diah Retno Dwi Hastuti (2008: 36), lahan pertanian merupakan penentu dari pengaruh faktor produksi komunitas pertanian. Semakin luas lahan (yang digarap/ditanami), semakin besar jumlah produksi yang dihasilkan oleh lahan tersebut.

Kemudian Fhadoli Hernanto (1990: 64) menggolongkan luas lahan garapan menjadi 3 kelompok yaitu:

1) Lahan garapan sempit yang luasnya kurang dari 0,5 ha.

2) Lahan garapan sedang yaitu lahan yang luasnya 0,5 sampai dengan 2 ha. 3) Lahan garapan luas yaitu lahan yang luasnya lebih dari 2 ha.

Dari beberapa pendapat di atas, maka luas lahan garapan pertanian memegang peranan penting terhadap besarnya produksi tanaman tebu. Semakin luas lahan garapan yang ditanami tebu oleh petani maka semakin besar jumlah produksi yang didapat oleh lahan pertanian tersebut dan semakin besar pula jumlah pendapatan yang diterima oleh petani tebu.

b. Status Kepemilikan Lahan

Status kepemilikan lahan merupakan lahan yang digarap oleh petani apakah lahan tersebut milik sendiri atau milik orang lain. Status kepemilikan lahan pertanian menurut Soekartawi (2003: 6), diklasifikasikan menjadi 2 yaitu lahan milik sendiri dan lahan bukan milik sendiri. Status kepemilikan lahan ini juga mempengaruhi besarnya modal yang harus dikeluarkan oleh petani tebu. Petani


(34)

c. Modal Pertanian

Bagian terpenting dalam memulai suatu usaha adalah kepemilikan modal. Modal utama yang dimiliki petani adalah berupa tanah dan tenaga kerja yang menunjang dalam proses pertanian. Besar kecilnya modal petani akan mempengaruhi perkembangan pertanian.

Mubyarto (1995: 106), mengatakan bahwa modal pertanian adalah barang atau apapun yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan. Tujuan petani dalam hal ini tidak lain adalah untuk hidupnya bersama keluarganya. Sedangkan menurut Abd. Rahim dan Diah Retno Dwi Hastuti (2008: 37), modal dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu modal tetap (fixed cost) dan modal tidak tetap (variabel cost). Modal tetap terdiri atas tanah, bangunan, mesin, dan peralatan pertanian dimana biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi tidak habis dalam sekali proses produksi, sedangkan modal tidak tetap terdiri dari benih, pupuk, pestisida, dan upah yang dibayarkan kepada tenaga kerja.

Modal pertanian dalam penelitian ini adalah semua biaya yang diperlukan oleh petani tebu dalam mengolah lahan pertaniannya, seperti modal untuk membeli alat-alat pertanian, upah membayar buruh tani, dan sarana-sarana untuk produksi pertanian. Modal pertanian yang dikeluarkan oleh petani tebu yang ada di Desa Negara Tulang Bawang merupakan semua biaya yang dikeluarkan oleh petani tebu untuk biaya pengolahan lahan pertanian, pemeliharaan, dan pemanenan.


(35)

16

Asal modal biasanya didapat melalui modal sendiri dan juga modal pinjaman. Asal modal menurut Hadi Prayitno dan Liconil Arsyad (1987: 106), penciptaan modal oleh petani melalui dua cara, pertama dengan menyisihkan kekayaan atau sebagian hasil produksi untuk disimpan dan diinvestasikan kembali ke dalam usaha tani atau usaha lain yang produktif. Kedua, melalui pinjaman (kredit) dari bank atau sumber lain.

d. Produksi Tanaman Tebu

Menurut Abd. Rahim dan Diah Retno Dwi Hastuti (2008: 30), produksi komoditas pertanian merupakan hasil proses dari lahan pertanian dalam arti luas berupa komoditas pertanian (pangan, hortikultura, perkebunan, perikanan, dan kehutanan) dengan berbagai pengaruh faktor-faktor produksi (lahan pertanian, tenaga kerja, modal, pupuk, pestisida, bibit, teknologi, dan manajemen) dan faktor-faktor hasil tangkapan (perahu, alat tangkap, nelayan, jumlah trip, operasional, dan musim). Dari pendapat tersebut, maka produksi tanaman tebu merupakan proses budidaya tanaman tebu di lahan pertanian melalui penerapan potensi alam dan lingkungan dengan berbagai pengaruh faktor produksi seperti lahan pertanian, modal, pupuk, bibit, pestisida, dan teknologi untuk menghasilkan bahan segar atau tebu yang berkualitas.

Kemudian BPS (Badan Pusat Statistik) Provinsi Lampung dalam angka, menerangkan bahwa produksi tebu rakyat tingkat provinsi tahun 2012 adalah 62.914 ton dengan luas areal 10.570 hektar atau sekitar 5,95 ton per hektar. Sedangkan produksi tebu rakyat pada tingkat Kabupaten Lampung Utara tahun


(36)

a) Produksi tebu tinggi yaitu apabila hasil panen tebu lebih dari atau sama dengan 4,93 ton per hektar.

b) Produksi tebu rendah yaitu apabila hasil penen tebu kurang dari 4,93 ton per hektar.

e. Rendemen

Rendemen adalah kadar kandungan gula di dalam batang tebu yang dinyatakan dengan persen (KPP BUMN, http://www.kppbumn.depkeu.go.id/IndustrialProfile /PK4/ProfilTebu.htm).

Ada 3 macam rendemen yaitu:

1. Rendemen Contoh merupakan contoh yang dipakai untuk mengetahui apakah suatu kebun tebu sudah mencapai masak optimal atau belum. Dengan kata lain rendemen contoh adalah untuk mengetahui gambaran suatu kebun tebu berapa tingkat rendemen yang sudah ada sehingga dapat diketahui kapan saat tebang yang tepat dan kapan tanaman tebu mencapai tingkat rendemen yang memadai.

2. Rendemen Sementara, perhitungan ini dilaksanakan untuk menentukan bagi hasil gula, namun sifatnya masih sementara. Hal ini untuk memenuhi ketentuan yang menginstruksikan agar penentuan bagi hasil gula dilakukan secepatnya setelah tebu petani digiling sehingga petani tidak menunggu terlalu lama sampai selesai giling namun diberitahu lewat perhitungan rendemen sementara.

3. Rendemen Efektif disebut juga rendemen nyata atau rendemen terkoreksi. Rendemen efektif adalah rendemen hasil perhitungan setelah tebu digiling habis dalam jangka waktu tertentu. Perhitungan rendemen efektif ini dapat dilaksanakan dalam jangka waktu 15 hari atau disebut 1 periode giling sehingga apabila pabrik gula mempunyai hari giling 170 hari, maka jumlah periode giling adalah 170/15 = 12 periode. Hal ini berarti terdapat 12 kali rendemen nyata/efektif yang bisa diperhitungkan dan diberitahukan kepada petani tebu (KPP BUMN).


(37)

18

Rendemen dalam penelitian ini adalah kematangan tebu untuk dijadikan gula yang baik. Rendemen untuk PTPN VII Unit Usaha Bunga Mayang dipatok sebesar 9% (Asosiasi Gula Indonesia, http://asosiasigulaindonesia.org). Semakin besar rendemen maka semakin banyak pula gula yang diperoleh petani dan pabrik gula. Untuk meningkatkan rendemen pabrik gula memberikan intensif. Semakin tinggi rendemen yang dihasilkan oleh petani tebu, semakin besar intensif yang petani tebu tersebut terima.

f. Pendapatan Petani Tebu

Menurut Kaslan A. Tohir (1997: 75), menyatakan bahwa pendapatan adalah hasil yang diterima oleh seseorang baik berupa uang atau barang maupun gaji yang diperoleh penduduk dalam suatu periode tertentu. Pendapatan merupakan hal pokok dalam kehidupan keluarga untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Besar kecilnya pendapatan keluarga akan menentukan tingkat kemakmuran keluarga tersebut.

Besar kecilnya pendapatan itu sendiri akan membawa pengaruh pada pemenuhan kebutuhan pokok penduduk yang bersangkutan. Sesuai pendapat Emil Salim (1994: 44), bahwa rendahnya pendapatan akan menyebabkan sulit terpenuhinya berbagai kebutuhan pokok seperti pangan, sandang, perumahan, kesehatan, dan pendidikan.

Menurut Mulyanto Sumardi dan Hans Dieter Ever (1982: 224), pendapatan dapat dibedakan menjadi 3 macam yaitu:


(38)

2. Pendapatan tambahan yaitu pendapatan yang tidak tetap dan tidak teratur namun hasilnya dapat membantu untuk menambah pendapatan setiap bulan dan selalu berusaha untuk mencari tambahan misalnya berjualan, hasil kebun, hasil ternak, serta usaha lain yang dapat menambah penghasilan rumah tangga.

3. Pendapatan keseluruhan (total) yaitu pendapatan pokok ditambah pendapatan tambahan yang diperoleh rumah tangga pada setiap bulan.

Melihat pernyataan tersebut maka pendapatan petani tebu dalam penelitian ini adalah jumlah total pendapatan petani yang bersumber dari hasil pertanian ditambah dengan pekerjaan lain dan dikurangi dengan modal yang digunakan untuk pengolahan, pemeliharaan, dan proses pemanenan sehingga akan mendapatkan hasil bersih dari hasil panen tebu.

g. Kriteria Kemiskinan Petani Tebu

Menurut Mubyarto dalam Daldjoeni (1992: 88), kemiskinan adalah kondisi serba kekurangan dalam pemenuhan kebutuhan sandang, pangan, papan, kesehatan, dan pendidikan dasar bagi anak-anak. BAPPENAS (2004) mendefinisikan kemiskinan sebagai kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang, laki-laki dan perempuan, tidak mampu memenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Hak-hak dasar tersebut antara


(39)

20

lain, terpenuhinya kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih, pertanahan, sumberdaya alam dan lingkungan hidup, rasa aman dari perlakukan atau ancaman tindak kekerasan dan hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan sosial-politik.

Sedangkan BPS mendefinisikan kemiskinan sebagai suatu kondisi kehidupan yang serba kekurangan yang dialami seseorang yang mempunyai pengeluaran per kapita selama sebulan tidak cukup memenuhi kebutuhan hidup standar minimum. Kebutuhan standar minimum digambarkan dengan garis kemiskinan (GK) yaitu batas minimum pengeluaran per kapita per bulan untuk memenuhi kebutuhan minimum makanan dan non makanan. Dengan demikian, kemiskinan merupakan ketidakmampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan dasar. Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa kebutuhan dasar dapat diartikan sebagai kebutuhan pokok sehari-hari.

Selanjutnya Sajogyo dalam Sutarto (2010: 25), membagi tingkat pengeluaran ekuivalen beras per orang per tahun atau garis kemiskinan berdasarkan nilai tukar beras sebagai berikut:

1. Miskin, jika tingkat pengeluaran ekuivalen beras per orang per tahun 480 kg. 2. Miskin sekali, jika tingkat pengeluaran ekuivalen beras per orang per tahun

360 kg.

3. Paling miskin, jika tingkat pengeluaran ekuivalen beras per orang per tahun 270 kg.

Karena standar yang digunakan oleh Sajogyo dalam Sutarto (2010: 25) menggunakan bahan pokok beras, maka perlu dirupiahkan dahulu sesuai dengan


(40)

sebanyak 480 kg/tahun jika diuangkan maka sebesar Rp. 4.320.000,- per orang per tahun, kriteria miskin sekali yaitu sebanyak 360 kg/tahun jika diuangkan maka sebesar Rp. 3.240.000,- per orang per tahun, kriteria paling miskin yaitu sebanyak 270 kg/tahun jika diuangkan maka sebesar Rp. 2.430.000,- per orang per tahun. Jika dihitung per bulan maka dibagi 12 bulan yaitu untuk kriteria miskin yaitu sebesar Rp. 360.000,- per orang per bulan, untuk kriteria miskin sekali yaitu sebesar Rp. 270.000,- per orang per bulan, sedangkan untuk kriteria paling miskin yaitu sebesar Rp. 202.500,- per orang per bulan. Kemudian dikalikan dengan jumlah anggota keluarga petani tebu.

B. Kerangka Pikir

Setiap manusia memiliki ciri khas tersendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sesuai dengan keterampilan yang dimiliki oleh masing-masing individu. Salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan hidup adalah dengan bekerja sebagai petani. Petani merupakan seseorang yang menggarap lahan yang mereka miliki untuk kegiatan bercocok tanam dan memperoleh hasil.

Petani yang ada disekitar pabrik gula PTPN VII Unit Usaha Bunga Mayang menjadikan lahan pertanian mereka sebagai pertanian tebu. Petani tebu merupakan pekerjaan yang berada pada sektor informal. Petani tebu tersebut


(41)

22

menjadikan perkebunan tebu miliknya untuk memenuhi kebutuhan hidup petani beserta keluarganya.

Karakteristik petani merupakan gambaran khusus petani yang berada disuatu daerah tertentu. Karakteristik petani ini juga menggambarkan tentang keadaan petani dan juga dapat membedakan karakteristik antara petani satu dengan petani yang lainnya. Karakteristik petani tebu disini terdiri dari luas lahan, status kepemilikan lahan, modal pertanian, produksi tanaman tebu, rendemen, pendapatan petani tebu, dan kriteria kemiskinan petani tebu.

C. Hipotesis

Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Suharsimi Arikunto, 2010: 110). Adapun hipotesis dalam penelitian ini antara lain:

a. > 50% petani tebu di Desa Negara Tulang Bawang memiliki lahan garapan sempit.

b. > 50% petani tebu di Desa Negara Tulang Bawang tidak memiliki lahan pertanian sendiri (menyewa).

c. > 50% petani tebu di Desa Negara Tulang Bawang memiliki modal kecil. d. > 50% petani tebu di Desa Negara Tulang Bawang produksi tanaman tebunya

rendah.

e. > 50% petani tebu di Desa Negara Tulang Bawang rendemen tebunya rendah. f. > 50% petani tebu di Desa Negara Tulang Bawang berpendapatan kecil. g. > 50% petani tebu di Desa Negara Tulang Bawang merupakan petani miskin.


(42)

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan penelitian deskriptif. Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 3), penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi, situasi, peristiwa, kegiatan dan lain-lain, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian. Dalam kegiatan penelitian ini peneliti hanya memotret apa yang terjadi pada diri objek atau wilayah yang diteliti, kemudian memaparkan apa yang terjadi dalam bentuk laporan penelitian secara lugas, seperti apa adanya.

Penelitian deskriptif pada umumnya dilakukan dengan tujuan menggambarkan fakta dari karakteristik objek dan subjek yang akan diteliti dengan tepat dan terarah. Penelitian deskriptif ini digunakan untuk mengukur secara cermat dan terarah terhadap fenomena sosial karena penelitian ini bertujuan menganalisis karakteristik petani tebu di Desa Negara Tulang Bawang Kecamatan Bunga Mayang Kabupaten Lampung Utara tahun 2014.

B. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Suharsimi Arikunto, 2010: 173). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kepala keluarga petani tebu di Desa


(43)

24

Negara Tulang Bawang Kecamatan Bunga Mayang Kabupaten Lampung Utara tahun 2014 yang berjumlah 49 KK.

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dalam menentukan sampel berpedoman pada pendapat Suharsimi Arikunto (2010: 174), yaitu apabila subjek penelitiannya kurang dari 100, maka subjeknya dijadikan sampel sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Berdasarkan pendapat tersebut, maka dalam penelitian ini keseluruhan populasinya dijadikan sempel, karena populasi petani di Desa Negara Tulang Bawang Kecamatan Bunga Mayang Kabupaten Lampung Utara tahun 2014 hanya sebanyak 49 KK.

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

1. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2013: 38). Variabel dalam penelitian ini adalah karakteristik petani tebu di Desa Negara Tulang Bawang Kecamatan Bunga Mayang Kabupaten Lampung Utara tahun 2014. Karakteristik petani tebu tersebut terdiri dari beberapa indikator, yakni luas lahan, status kepemilikan lahan, modal pertanian, produksi tanaman tebu, rendemen, pendapatan petani tebu, dan kriteria kemiskinan petani tebu.


(44)

Luas lahan garapan adalah luas lahan yang digarap oleh petani tebu yang ada di Desa Negara Tulang Bawang, dibagi menjadi 3 kelompok dengan kriteria sebagai berikut:

Tabel 4. Kriteria Luas Lahan Garapan Petani. No Lahan Garapan Luas (ha)

1 Sempit < 0,5

2 Sedang 0,5 – 2

3 Luas > 2

Sumber: Fhadoli Hernanto (1990: 64).

b. Status Kepemilikan Lahan

Status kepemilikan lahan adalah lahan yang digarap oleh petani tebu yang merupakan milik sendiri atau menyewa. Selanjutnya untuk mempermudah penelitian ini, maka status kepemilikan lahan dibagi menjadi dua seperti yang dikemukakan oleh Soekartawi (2003: 6) yaitu:

a. Milik sendiri. b. Bukan milik sendiri.

c. Modal Pertanian

Modal petani tebu adalah modal yang digunakan oleh petani tebu untuk mengolah lahan pertaniannya serta modal yang dikeluarkan oleh petani tebu dalam proses produksi yang habis digunakan dalam satu kali produksi, seperti biaya yang dikeluarkan untuk membeli bibit tebu, pupuk, pestisida, dan upah tenaga kerja.


(45)

26

Modal pertanian yang dikeluarkan oleh petani tebu yang ada di Desa Negara Tulang Bawang merupakan modal yang dikeluarkan oleh petani untuk biaya pengolahan lahan pertanian, pemeliharaan, dan pemanenan.

Selanjutnya modal yang digunakan dalam pertanian ini dikelompokkan menjadi 2 kriteria, berdasarkan rata-rata modal per hektar petani tebu, yaitu:

a. Modal petani kecil, apabila modal pertanian di bawah atau sama dengan rata-rata modal per hektar petani tebu.

b. Modal petani besar, apabila modal pertanian di atas rata-rata modal per hektar petani tebu.

d. Produksi Tanaman Tebu

Produksi tanaman adalah kemampuan lahan milik petani tebu untuk dapat menghasilkan tebu. Produksi pertanian di Desa Negara Tulang Bawang berupa seluruh hasil pertanian dihitung dengan satuan ton yang diperoleh dalam jangka waktu satu kali panen atau setahun. Untuk mempermudah analisis pada penelitian ini maka tingkat produksi dibagi menjadi:

Tabel 5. Kriteria Produksi Pertanian Tebu. No Produksi Tebu Hasil (ton/ha)

1 Tinggi ≥ 4,93

2 Rendah < 4,93


(46)

untuk PTPN VII Unit Usaha Bunga Mayang adalah sebesar 9%. Semakin besar rendemen maka semakin banyak pula gula yang diperoleh petani dan pabrik gula. Untuk meningkatkan rendemen pabrik gula memberikan intensif. Semakin tinggi rendemen yang dihasilkan oleh petani tebu, semakin besar intensif yang diterima oleh petani tebu. Untuk mempermudah analisis dalam penelitian ini maka kriteria rendemen dibagi menjadi:

Tabel 6. Kriteria Rendemen Tebu Petani. No. Rendemen Keterangan

1 Tinggi ≥ 9%

2 Rendah < 9%

Sumber: Asosiasi Gula Indonesia.

f. Pendapatan Petani Tebu

Pendapatan petani tebu adalah hasil yang didapat dari perkebunan tebu baik berupa uang atau barang. Pendapatan tersebut digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarganya yang dinyatakan dalam satuan rupiah dan dihitung dalam satu bulan. Tingkat pendapatan petani dikelompokkan menjadi 2 kriteria, berdasarkan rata-rata pendapatan seluruh petani tebu, yaitu:

a. Pendapatan petani kecil apabila pendapatan petani di bawah rata-rata pendapatan petani tebu.

b. Pendapatan petani besar apabila pendapatan petani di atas atau sama dengan rata-rata pendapatan petani tebu.


(47)

28

g. Kriteria Kemiskinan Petani Tebu

Kemiskinan merupakan ketidakmampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan dasar, adapun kebutuhan dasar dapat diartikan sebagai kebutuhan pokok sehari-hari. Standar yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan standar bahan pokok (barang) beras menurut Sajogyo dalam Sutarto (2010: 25). Untuk memepermudah analisis dalam penelitian ini, maka didapat kategori penggolongan kriteria sebagai berikut:

1. Tidak miskin, jika tingkat pengeluaran ekuivalen per orang per bulan lebih dari Rp. 360.000,-.

2. Miskin, jika tingkat pengeluaran ekuivalen per orang per bulan sama dengan atau lebih kecil dari Rp. 360.000,-.

3. Miskin sekali, jika tingkat pengeluaran ekuivalen per orang per bulan sama dengan atau lebih kecil dari Rp. 270.000,-.

4. Paling miskin, jika tingkat pengeluaran ekuivalen per orang per bulan sama dengan atau lebih kecil dari Rp. 202.500,-.

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Kuesioner

Menurut Sugiyono (2013: 142), kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Teknik kuesioner ini digunakan untuk memperoleh informasi atau gambaran data responden seperti usia petani, jumlah tanggungan keluarga, tingkat pendidikan formal kepala keluarga petani


(48)

2. Dokumentasi

Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 274), metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya. Teknik ini digunakan untuk memperoleh data sekunder, yang bersumber dari data monografi desa, yaitu jumlah penduduk, jumlah kepala keluarga, komposisi penduduk menurut mata pencaharian, luas wilayah penggunaan lahan, dan peta yang diperlukan dalam mendukung penelitian ini.

3. Wawancara

Teknik wawancara yang dipakai dalam penelitian ini adalah teknik wawancara tidak terstruktur. Teknik wawancara tidak terstruktur ini digunakan sebagai teknik pengumpulan data karena peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan sebagai kajian untuk menganalisis data yang telah didapat.

E. Teknik Analisis Data

Analisis data digunakan untuk memecahkan masalah penelitian. Analisis data adalah pengolahan dan interpretasi data untuk menarik kesimpulan dari hasil penelitian. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah


(49)

30

distribusi frekuensi, perhitungan data dengan distribusi frekuensi ini dapat dilakukan dengan menghitung frekuensi data tersebut kemudian di persentasekan. Frekuensi tersebut juga dapat dilihat penyebaran persentasenya, yang oleh kebanyakan orang dikenal dengan frekuensi relative (M. Burhan Bungin, 2008: 171). Untuk menghitung persentase dapat digunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

N = Jumlah kejadian. fx = frekuensi individu.

Kemudian data distribusi frekuensi tersebut dideskripsikan dengan menggunakan grafik. Biasanya deskripsi distribusi frekuensi melalui grafik dibuat dalam bentuk histogram, poligon, ogive, dan serabi.


(50)

A. Kesimpulan

Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian dan pembahasan hasil penelitian mengenai karakteristik petani tebu di Desa Negara Tulang Bawang Kecamatan Bunga Mayang Kabupaten Lampung Utara tahun 2014 secara keseluruhan maka dapat disimpulkan bahwa:

1. 79,59% petani tebu di Desa Negara Tulang Bawang memiliki lahan garapan sedang (0,5 – 2 ha).

2. 59,18% petani tebu di Desa Negara Tulang Bawang memiliki lahan garapan sendiri.

3. 63,27% petani tebu di Desa Negara Tulang Bawang memiliki modal kecil (<Rp.14.470.000,-).

4. 57,14% petani tebu di Desa Negara Tulang Bawang produksi tanaman tebunya rendah (< 4,93 ton/ha).

5. 95,92% petani tebu di Desa Negara Tulang Bawang rendemen tebunya rendah (< 9%).

6. 65,31% petani tebu di Desa Negara Tulang Bawang memiliki pendapatan kecil (< Rp.21.071.000,-).

7. 55,10% petani tebu di Desa Negara Tulang Bawang merupakan petani miskin


(51)

75

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan dalam penelitian ini, maka disarankan:

1. Diharapkan para petani dapat meningkatkan wawasan bertaninya agar pengetahuan tentang bertani tebu bertambah, baik melalui penyuluhan yang ada atau melalui media (cetak atau elektronik).

2. Para petani tebu diharapkan dapat meningkatkan produksi tebunya dengan perawatan dan pemeliharaan tanaman tebu yang tepat dan sesuai dengan petunjuk perawatan tanaman tebu yang baik.

3. Petani tebu diharapkan dapat meningkatkan rendemen dengan menggiling tebu saat kemasakan tebunya sudah maksimal.


(52)

Abd. Rahim dan Diah Retno Dwi Hastuti. 2008. Pengantar, Teori dan Kasus Ekonomika Pertanian. Penebar Swadaya. Jakarta. 204 hlm.

Abu Ahmadi. 2007. Psikologi Sosial. Rineka Cipta. Jakarta. 312 hlm.

Aria Ananta. 1993. Ciri Demografis Kualitas Penduduk dan Pembangunan Ekonomi. Universitas Indonesia. Depok. 211 hlm.

Cahya Najmudinrohman. 2010. Pengaruh Kemitraan Terhadap Pendapatan Usaha Tani Tebu di Kecamatan Trangkil, Pati, Jawa Tengah (Pdf). IPB. Bogor. 90 hlm.

Daldjoeni. 1992. Geografi Baru Organisasi Keruangan dalam Teori dan Praktek. Alumni. Bandung. 288 hlm.

Devi Yulianti. 2012. Efektivitas Program PTPN 7 Peduli di PTPN VII (Persero) Lampung (Suatu Evaluasi Atas Program Csr) (Pdf). Universitas Indonesia. Depok. 105 hlm.

Emil Salim. 1994. Perencanaan Pembangunan Pemerataan Pendapatan. PT. Indayu Press. Jakarta. 128 hlm.

Eva Banawati. 2013. Geografi Sosial. Ombak. Bandung. 120 hlm.

Eva Banowati dan Sriyanto. 2011. Geografi Pertanian (Minatami). CV. Sanggar Krida Aditama. Semarang. 270 hlm.

Fhadoli Hernanto. 1990. Pembangunan Pertanian di Pedesaan. LP3ES. Jakarta. 309 hlm.

Hadi Prayitno dan Licolin Arsyad. 1987. Pokok-Pokok Geografi Manusia. Alumni. Bandung. 173 hlm.

Hasbullah. 2009. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. PT. Raja GrafindoPersada. Jakarta. 404 hlm.


(53)

77

Ida Bagoes Mantra. 2003. Demografi Umum. Pustaka Pelajar. Jakarta. 396 hlm. Kaslan A. Tohir. 1997. Seuntai Pengetahuan Usaha Tani Indonesia. Rineka Cipta.

Jakarta. 213 hlm.

M. Burhan Bungin. 2008. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Kencana Prenada Media Group. Jakarta. 298 hlm.

Mubyarto. 1995. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta. 305 hlm.

Muljana. 1992. Teori dan Praktek Cocok Tanam Tebu dengan Segala Masalahnya. Aneka Ilmu. Semarang. 54 hlm.

Mulyanto Sumardi dan Hans Dieter Ever. 1982. Sumber Pendapatan Pokok dan Perilaku Menyimpang. Rajawali. Jakarta. 336 hlm.

Ridwan Halim. 1990. Hukum Perubahan dalam Tanya Jawab. Ghalia. Jakarta. 176 hlm.

Soekartawi. 2003. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 237 hlm.

Subarjo. 2003. Meteorologi dan Klimatologi. (Buku Ajar). Universitas Lampung. Bandar Lampung. 152 hlm.

Sutarto. 2010. Karakteristik Sosial Ekonomi Rumah Tangga Karyawan Pabrik Penggilingan Padi Wakiyo Berkah di Desa Sumbe Rejo Kecamatan Kota Gajah Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2010. Unila. Bandar Lampung. 72 hlm.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung. 334 hlm.

Suharsimi Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta. Jakarta. 413 hlm.

Suharyono dan Moch. Amien. 2013. Pengantar Filsafat Geografi. Ombak. Yogyakarta. 332 hlm.

Sumadi dan Bambang Sumitro. 1989. Geografi Regional Indonesia. (Buku Ajar). FKIP Unila. Bandar Lampung. 187 hlm.

Trisnaningsih. 2006. Demografi Teknik. (Buku Ajar). FKIP Universitas Lampung. Bandar Lampung. 162 hlm.


(54)

Referensi Internet:

Asosiasi Gula Indonesia. 2014. http://asosiasigulaindonesia.org/ptpn-vii-percaya-diri-rendemen-9/. Diakses pada 20 Oktober 2014. Pukul 13.45 WIB.

BPS. 2013. http://www.lampungdalamangka.com. Diakses pada 01 April 2014. Pukul 22.19 WIB.

KPP BUMN. 2013. http://www.kppbumn.depkeu.go.id/IndustrialProfile/PK4/ ProfilTebu.htm. Diakses pada tanggal 20 Mei 2014, pukul 21.27 WIB


(1)

30

distribusi frekuensi, perhitungan data dengan distribusi frekuensi ini dapat dilakukan dengan menghitung frekuensi data tersebut kemudian di persentasekan. Frekuensi tersebut juga dapat dilihat penyebaran persentasenya, yang oleh kebanyakan orang dikenal dengan frekuensi relative (M. Burhan Bungin, 2008: 171). Untuk menghitung persentase dapat digunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

N = Jumlah kejadian. fx = frekuensi individu.

Kemudian data distribusi frekuensi tersebut dideskripsikan dengan menggunakan grafik. Biasanya deskripsi distribusi frekuensi melalui grafik dibuat dalam bentuk histogram, poligon, ogive, dan serabi.


(2)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian dan pembahasan hasil penelitian mengenai karakteristik petani tebu di Desa Negara Tulang Bawang Kecamatan Bunga Mayang Kabupaten Lampung Utara tahun 2014 secara keseluruhan maka dapat disimpulkan bahwa:

1. 79,59% petani tebu di Desa Negara Tulang Bawang memiliki lahan garapan sedang (0,5 – 2 ha).

2. 59,18% petani tebu di Desa Negara Tulang Bawang memiliki lahan garapan sendiri.

3. 63,27% petani tebu di Desa Negara Tulang Bawang memiliki modal kecil (<Rp.14.470.000,-).

4. 57,14% petani tebu di Desa Negara Tulang Bawang produksi tanaman tebunya rendah (< 4,93 ton/ha).

5. 95,92% petani tebu di Desa Negara Tulang Bawang rendemen tebunya rendah (< 9%).

6. 65,31% petani tebu di Desa Negara Tulang Bawang memiliki pendapatan kecil (< Rp.21.071.000,-).

7. 55,10% petani tebu di Desa Negara Tulang Bawang merupakan petani miskin


(3)

75

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan dalam penelitian ini, maka disarankan:

1. Diharapkan para petani dapat meningkatkan wawasan bertaninya agar pengetahuan tentang bertani tebu bertambah, baik melalui penyuluhan yang ada atau melalui media (cetak atau elektronik).

2. Para petani tebu diharapkan dapat meningkatkan produksi tebunya dengan perawatan dan pemeliharaan tanaman tebu yang tepat dan sesuai dengan petunjuk perawatan tanaman tebu yang baik.

3. Petani tebu diharapkan dapat meningkatkan rendemen dengan menggiling tebu saat kemasakan tebunya sudah maksimal.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Abd. Rahim dan Diah Retno Dwi Hastuti. 2008. Pengantar, Teori dan Kasus Ekonomika Pertanian. Penebar Swadaya. Jakarta. 204 hlm.

Abu Ahmadi. 2007. Psikologi Sosial. Rineka Cipta. Jakarta. 312 hlm.

Aria Ananta. 1993. Ciri Demografis Kualitas Penduduk dan Pembangunan Ekonomi. Universitas Indonesia. Depok. 211 hlm.

Cahya Najmudinrohman. 2010. Pengaruh Kemitraan Terhadap Pendapatan Usaha Tani Tebu di Kecamatan Trangkil, Pati, Jawa Tengah (Pdf). IPB. Bogor. 90 hlm.

Daldjoeni. 1992. Geografi Baru Organisasi Keruangan dalam Teori dan Praktek. Alumni. Bandung. 288 hlm.

Devi Yulianti. 2012. Efektivitas Program PTPN 7 Peduli di PTPN VII (Persero) Lampung (Suatu Evaluasi Atas Program Csr) (Pdf). Universitas Indonesia. Depok. 105 hlm.

Emil Salim. 1994. Perencanaan Pembangunan Pemerataan Pendapatan. PT. Indayu Press. Jakarta. 128 hlm.

Eva Banawati. 2013. Geografi Sosial. Ombak. Bandung. 120 hlm.

Eva Banowati dan Sriyanto. 2011. Geografi Pertanian (Minatami). CV. Sanggar Krida Aditama. Semarang. 270 hlm.

Fhadoli Hernanto. 1990. Pembangunan Pertanian di Pedesaan. LP3ES. Jakarta. 309 hlm.

Hadi Prayitno dan Licolin Arsyad. 1987. Pokok-Pokok Geografi Manusia. Alumni. Bandung. 173 hlm.

Hasbullah. 2009. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. PT. Raja GrafindoPersada. Jakarta. 404 hlm.


(5)

77

Ida Bagoes Mantra. 2003. Demografi Umum. Pustaka Pelajar. Jakarta. 396 hlm. Kaslan A. Tohir. 1997. Seuntai Pengetahuan Usaha Tani Indonesia. Rineka Cipta.

Jakarta. 213 hlm.

M. Burhan Bungin. 2008. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Kencana Prenada Media Group. Jakarta. 298 hlm.

Mubyarto. 1995. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta. 305 hlm.

Muljana. 1992. Teori dan Praktek Cocok Tanam Tebu dengan Segala Masalahnya. Aneka Ilmu. Semarang. 54 hlm.

Mulyanto Sumardi dan Hans Dieter Ever. 1982. Sumber Pendapatan Pokok dan Perilaku Menyimpang. Rajawali. Jakarta. 336 hlm.

Ridwan Halim. 1990. Hukum Perubahan dalam Tanya Jawab. Ghalia. Jakarta. 176 hlm.

Soekartawi. 2003. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 237 hlm.

Subarjo. 2003. Meteorologi dan Klimatologi. (Buku Ajar). Universitas Lampung. Bandar Lampung. 152 hlm.

Sutarto. 2010. Karakteristik Sosial Ekonomi Rumah Tangga Karyawan Pabrik Penggilingan Padi Wakiyo Berkah di Desa Sumbe Rejo Kecamatan Kota Gajah Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2010. Unila. Bandar Lampung. 72 hlm.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung. 334 hlm.

Suharsimi Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta. Jakarta. 413 hlm.

Suharyono dan Moch. Amien. 2013. Pengantar Filsafat Geografi. Ombak. Yogyakarta. 332 hlm.

Sumadi dan Bambang Sumitro. 1989. Geografi Regional Indonesia. (Buku Ajar). FKIP Unila. Bandar Lampung. 187 hlm.

Trisnaningsih. 2006. Demografi Teknik. (Buku Ajar). FKIP Universitas Lampung. Bandar Lampung. 162 hlm.


(6)

Windan Yatim. 1999. Kamus Biologi. Yayasan Obor Indonesia Anggota IKAPI DKI. Jakarta. 900 hlm.

____________. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Depdikbud. Balai Pustaka. Jakarta. 1.386 hlm.

Referensi Internet:

Asosiasi Gula Indonesia. 2014. http://asosiasigulaindonesia.org/ptpn-vii-percaya-diri-rendemen-9/. Diakses pada 20 Oktober 2014. Pukul 13.45 WIB.

BPS. 2013. http://www.lampungdalamangka.com. Diakses pada 01 April 2014. Pukul 22.19 WIB.

KPP BUMN. 2013. http://www.kppbumn.depkeu.go.id/IndustrialProfile/PK4/ ProfilTebu.htm. Diakses pada tanggal 20 Mei 2014, pukul 21.27 WIB


Dokumen yang terkait

ABSTRAK USAHA-USAHA PETANI MISKIN DALAM MENINGKATKAN PENDAPATANNYA (Studi di Desa Karta Kecamatan Tulang Bawang Udik Kabupaten Tulang Bawang Barat)

6 24 84

USAHA-USAHA PETANI MISKIN DALAM MENINGKATKAN PENDAPATANNYA (Studi di Desa Karta Kecamatan Tulang Bawang Udik Kabupaten Tulang Bawang Barat)

5 27 83

ANALISIS EKSTERNALITAS PABRIK GULA TEBU PTPN VII BUNGA MAYANG TERHADAP PEREKONOMIAN MASYARAKAT DI DESA NEGARA TULANG BAWANG

20 92 49

KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI LADA DI DESA OGAN LIMA KECAMATAN ABUNG BARAT KABUPATEN LAMPUNG UTARA TAHUN 2012

1 15 62

DESKRIPSI PETANI SINGKONG DI DESA LAMBU KIBANG KECAMATAN KIBANG BUDI JAYA KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT TAHUN 2012

0 8 55

SIKAP MASYARAKAT TERHADAP REMAJA YANG MELAKUKAN TINDAK KRIMINAL PEMBEGALAN DI DUSUN I DESA MULYOREJO KECAMATAN BUNGA MAYANG KABUPATEN LAMPUNG UTARA TAHUN 2014

1 24 81

SIKAP MASYARAKAT TERHADAP REMAJA YANG MELAKUKAN TINDAK KRIMINAL PEMBEGALAN DI DUSUN I DESA MULYOREJO KECAMATAN BUNGA MAYANG KABUPATEN LAMPUNG UTARA TAHUN 2014

0 12 82

HUBUNGAN POLA TINGKAH LAKU ANAK DENGAN PENGAWASAN ORANG TUA DI DESA TANAH ABANG KECAMATAN BUNGA MAYANG KABUPATEN LAMPUNG UTARA

0 8 77

Hubungan Karakteristik Petani dan Jaringan Komunikasi Dengan Perilaku Usahatani Tebu (Studi Kasus di Lokasi Transmigrasi Desa Tanah Abang Kecamatan Bunga Mayang, Kabupaten Lampung Utara, Provinsi Lampung)

1 10 148

PERANAN ORANG TUA TERHADAP PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN ANAK DI DESA NEGARA TULANG BAWANG KECAMATAN BUNGA MAYANG KABUPATEN LAMPUNG UTARA

0 10 121