PENGGUNAAN MEDIA POWER POINT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS IV A SD NEGERI 1 SUKARAJA TIGA LAMPUNG TIMUR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

(1)

SD NEGERI 1 SUKAMJA TIGA LAMPUNG TIMUR

TAHUN PETAJAMN 20I2120I3

Oleh

$(grdian

(Hadi

$urlonto

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

pada

Program Studi S-l Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurusan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN

ILMU

PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG


(2)

ABSTRAK

PENGGUNAAN MEDIA POWER POINT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN IPS

SISWA KELAS IV A SD NEGERI 1 SUKARAJA TIGA LAMPUNG TIMUR TAHUN PELAJARAN

2012/2013

Oleh

MARDIAN HADI SURYANTO

Permasalahan penelitian ini adalah masih rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS kelas IV A SD Negeri 1 Sukaraja Tiga Lampung Timur. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS kelas IV A SD Negeri 1 Sukaraja Tiga Lampung Timur menggunakan media Power Point. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan tiga siklus yang setiap siklusnya terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Data dikumpulkan melalui lembar observasi dan instrumen tes pada setiap siklus. Analisis data menggunakan analisis data kualitatif dan kuantitatif.

Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan bahwa penggunaan media Power Point pada pembelajaran IPS kelas IV A SD Negeri 1 Sukaraja Tiga Lampung Timur dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata aktivitas siswa pada siklus I (57,29), siklus II (65,63) dan siklus III (78,96). Rata-rata aktivitas siswa pada siklus I ke siklus II meningkat sebesar 8,34, dan pada siklus II ke siklus III meningkat sebesar 13,33 Kemudian untuk rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I (66,58), siklus II menjadi (71,67) dan siklus III sebesar (78,58). Peningkatan nilai rata-rata kelas dari siklus I ke siklus II sebesar 5,09 dan pada siklus II ke siklus III meningkat sebesar 6,91. Sedangkan ketuntasan belajar pada siklus I (45,83%), siklus II (62,5%), dan siklus III (87,5%) dari jumlah 24 orang siswa.

Berdasarkan hasil temuan pengembangan proses pembelajaran, peneliti merekomendasikan agar guru kelas IV Sekolah Dasar (SD) dapat menggunakan media Power Point pada pembelajaran IPS supaya aktivitas dan hasil belajar dapat meningkat serta siswa tidak menganggap pembelajaran IPS membosankan. Kata kunci: Media Power Point, aktivitas belajar, hasil belajar, IPS.


(3)

Nama Mahasiswa

No. Pokok Mahasiswa Program Studi

Fakultas

Dra. Asmaul

Khair,

M.Pd.

NIP 19520919 197803 2 002

SD NEGERI I SUKARAJA TIGA LAMPUNG TIMUR

TAHUN PELAJARAN 2012/2013

St{g

dian

Vladi

gur1anto

09130s3058

S-l Pendidikan Guru Sekolah Dasar Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MEI\[YETUJUI 1. Komisi Perhbimbing

Dra. Siti Rachmah Sofrani

NIP

19601205 198803 2A0t

2. Ketua J Pendidikan

Drs.

NIP

ruddin Risyalq M.Pd.


(4)

Yang bertanda tangan di bawah ini :

namamahasiswa

NPM

program studi jurusan fakultas

MardianHadi Suryanto 09130530s8

S-l PGSD Ilmu Pendidikan

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

Menyatakan batrwa skripsi yang berjudul '?enggunaan Media power point vnntk

Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar pada Pembelajaran IPS Siswa Kelas IV

A

sD Negeri

I

sukaraja Tiga Lampung Timur Tahun pelajaran

2ol2lz0l3-adalah asli hasil penelitian saya dan tidak plagia( kecuali bagian-bagian tertentu yang dirujuk dari surnbemya dan disebutkan dalam

daftarpustaka-Demikian pernyataan ini saya buat untuk dppat digunakan seperlunya. Apabila dikemudian hari brnyata pernyataan ini tidak benar, maka saya sanggup dituntut berdasarkan Undang-Undang dan Peraturan yang berlaku.

ti20t3 pernyataan

Hadi Suryanto NPM 0913053058


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. ManfaatPenelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9

A. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ... 9

1. Pengertian IPS ... 9

2. Karakteristik Pembelajaran IPS ... 10

3. Tujuan Pembelajaran IPS ... 11

4. Pembelajaran IPS di SD ... 12

B. Belajar ... 13

1. Teori Belajar ... 13

2. Aktivitas Belajar ... 15

3. Hasil Belajar ... 16

C. Media Pembelajaran ... 17

1. Pengertian Media Pembelajaran ... 17

2. Landasan Penggunaan Media Pembelajaran ... 17

3. Manfaat Media Pembelajaran ... 19

4. Jenis dan Klasifikasi Media Pembelajaran ... 20

D. Media Power Point ... 22

1. Pengertian Media Power Point ... 22

2. Teknik Pembuatan Media Power Point ... 23

3. Langkah-langkah Penggunaan Media Power Point ... 23


(6)

A. Jenis Penelitian ... 27

B. Setting Penelitian ... 28

C. Teknik Pengumpulan Data ... 28

D. Alat Pengumpulan Data ... 28

E. Teknik Analisis Data ... 29

F. Indikator Keberhasilan ... 31

G. Urutan Penelitian Tindakan Kelas ... 31

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 42

A. Hasil Penelitian Awal ... 42

1. Gambaran Umum SD Negeri 1 Sukaraja Tiga ... 42

2. Deskripsi Awal ... 42

3. Refleksi Awal ... 43

B. Hasil Penelitian ... 44

1. Siklus I ... 44

2. Siklus II ... 55

3. Siklus III ... 66

C. Pembahasan ... 75

1. Kinerja Guru ... 76

2. Aktivitas Belajar Siswa ... 78

3. Hasil Belajar Siswa ... 80

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 83

A. Kesimpulan ... 83

B. Saran ... 84

DAFTAR PUSTAKA ... 86


(7)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan bagian yang sangat penting bagi kehidupan manusia, karena pendidikan merupakan gerbang menuju wawasan dan pengetahuan akan dunia yang luas. Sebagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan, segala macam cara dan strategi mengajar dilakukan para guru dan pendidik Sekolah Dasar. Guru berupaya agar siswa lebih antusias dalam mengikuti semua pelajaran yang diberikan. Pendidikan dasar khususnya Sekolah Dasar (SD) merupakan pondasi seseorang dalam melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, pasal 17 ayat 1 menegaskan bahwa pendidikan dasar merupakan jenjang yang melandasi jenjang pendidikan menengah.

Kurikulum SD yang digunakan di Indonesia sekarang yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Salah satu mata pelajaran yang terdapat dalam kurikulum tersebut adalah IPS yang merupakan mata pelajaran wajib dari kelas I sampai dengan kelas VI. IPS merupakan rumpun mata pelajaran yang dikembangkan dari berbagai ilmu sosial seperti sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi, dan ilmu politik. Dengan demikian pendidikan dan pengajaran IPS memiliki peran yang sangat strategis baik


(8)

ditinjau dari aspek akademik maupun kepentingan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Sebagaimana dirumuskan oleh Social Science Education Council (SSEC) dan National Council for Social Studies (NCSS) menyebutkan bahwa IPS

sebagai “Social Science” dan “Social Studies”. Dengan kata lain, IPS mengikuti cara pandang yang bersifat terpadu dari sejumlah mata pelajaran seperti, geografi, ekonomi, ilmu politik, ilmu hukum, sejarah, antropologi, sosiologi, dan sebagainya. Martorella (dalam Solihatin & Raharjo, 2007: 15) menuturkan bahwa pembelajaran pendidikan IPS lebih menekankan pada aspek pendidikan daripada transfer konsep, karena dalam hal tersebut siswa diharapkan mendapat pemahaman terhadap sejumlah konsep dan mengembangkan serta melatih sikap, nilai, moral, dan keterampilan.

Pembelajaran IPS di SD dari dulu hingga saat ini masih banyak dijumpai penekanan dalam penguasaan bahan/materi sebanyak mungkin, sehingga pembelajaran terkesan membosankan, dan hanya terpusat pada komunikasi satu arah saja tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir kritis dan kreatif. Budaya belajar di SD lebih ditekankan pada budaya hafalan dari pada budaya berpikir kritis, sehingga banyak siswa SD beranggapan bahwa materi pembelajaran IPS hanya untuk dihafal saja. Hal tersebut juga didukung dengan pembelajaran IPS merupakan mata pelajaran yang sarat akan materi sehingga siswa dituntut untuk menguasai seperangkat materi yang disampaikan.

Guru merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam mencapai tujuan pendidikan. Guru sebagai ujung tombak dalam penyelesaian


(9)

suatu masalah yang terjadi dalam pembelajaran di kelasnya. Salah satu kemampuan yang dituntut dari seorang guru yaitu mampu memilih strategi pembelajaran yang sesuai dengan tujuan atau kompetensi yang akan dicapai. Piaget merumuskan proses belajar seseorang akan mengikuti pola dan tahap-tahap sesuai dengan umurnya diantaranya yaitu: (1) tahap-tahap sensorimotor (umur 0 2 tahun), perkembangan anak berdasarkan tindakan dan dilakukan langkah demi langkah, (2) tahap praoperasional (umur 2 7/8 tahun), perkembangan berdasarkan penggunaan simbol atau bahasa tanda, dan mulai berkembang konsep-konsep intuitif, (3) tahap operasional konkret (umur 7 atau 8 11 atau 12 tahun), perkembangan anak sudah mulai menggunakan aturan yang jelas dan logis, (4) tahap operasional formal (umur 11/12 18 tahun), anak sudah mampu berpikir abstrak dan logis dengan menggunakan pola berpikir

“kemungkinan” (Budiningsih, 2005: 37 39).

Berdasarkan teori di atas usia siswa SD masuk dalam kategori tahap operasional konkret. Usia tersebut memiliki kecakapan berpikir logis, akan tetapi hanya dengan benda-benda yang bersifat konkret dan mereka pun masih memiliki masalah mengenai berpikir abstrak. Hal yang harus dilakukan untuk menghindari keterbatasan berpikir itu ialah siswa perlu diberi gambaran yang konkret. Begitu juga dalam pembelajaran IPS terdapat banyak materi yang sifatnya abstrak dan membuat siswa kesulitan untuk memahaminya, sehingga dalam penyampaian materi dibutuhkan suatu cara ataupun alat yang dapat memudahkan pemahaman siswa dengan memberikan hal-hal yang sifatnya konkret. Berdasarkan teori di atas hendaknya guru perlu memanfaatkan suatu alat atau media yang memungkinkan siswa memperoleh beragam pengalaman


(10)

belajar melalui contoh-contoh yang kontekstual guna mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu dalam pembelajaran perlu menggunakan media pembelajaran yang baik. Media pembelajaran yang baik adalah media yang dapat membantu siswa untuk lebih mudah dalam memahami suatu konsep.

Media pembelajaran merupakan sarana bantu untuk mewujudkan situasi pembelajaran yang lebih efektif. Criticos berpendapat bahwa media juga sebagai salah satu komponen komunikasi, yaitu pembawa pesan dari komunikator ke komunikan (Daryanto, 2010: 4). Ada berbagai jenis media pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran, salah satunya adalah media Power Point. Media Power Point adalah media yang berbasis multimedia, dimana media ini mampu menggabungkan berbagai jenis media diantaranya teks, gambar, grafik, audio, video, animasi, foto, dan suara menjadi satu kesatuan penyajian.

Berdasarkan hasil observasi dan diskusi terhadap guru kelas IV A SD Negeri 1 Sukaraja Tiga Lampung Timur pada tanggal 7 8 Desember 2012 diketahui bahwa, pembelajaran IPS lebih menitikberatkan pada model pembelajaran klasikal, seperti ceramah. Meskipun guru sudah melaksanakan pembelajaran secara baik, namun kenyataannya hasil belajar yang dicapai siswa masih rendah. Hal ini terlihat dari hasil evaluasi (mid semester ganjil) tahun pelajaran 2012/2013 yang dilakukan. Siswa yang telah mampu memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) hanya 16,67% atau 4 dari 24 siswa dan sisanya masih di bawah standar. KKM yang ditetapkan di SD Negeri 1 Sukaraja Tiga Lampung Timur adalah ≥ 65.


(11)

Setelah diamati, rendahnya hasil belajar tersebut dikarenakan cara belajar yang kurang menyenangkan. Guru sering kali hanya menggunakan metode ceramah dan kurang memanfaatkan media pembelajaran, sehingga membuat siswa merasa jenuh yang berdampak pada hasil belajar yang kurang memuaskan. Selain itu, media yang digunakan sebagai alat bantu pembelajaran masih sangat minim ketersediaan dan kurangnya keterampilan guru memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran. Berdasarkan masalah tersebut penulis melakukan kolaborasi dengan guru kelas dan memutuskan untuk menggunakan media Power Point pada pembelajaran IPS. Sehingga diharapkan dengan penggunaan media Power Point pada pembelajaran IPS, maka akan dapat membantu, memudahkan serta menumbuhkan semangat aktivitas, motivasi, partisipasi belajar, serta meningkatnya hasil belajar siswa.

Penggunaan media Power Point pada pembelajaran merupakan salah satu strategi yang menarik bagi siswa dan memudahkan guru dalam menyampaikan materi. Selain itu penggunaan media ini secara tepat dapat berpengaruh terhadap peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh “Ulfa Hasanah” dengan judul

yaitu “Penggunaan Media Slide Power Point dalam Meningkatkan Proses dan Hasil Belajar Matematika Kelas V Sekolah Dasar Negeri 03 Metro Barat

Tahun Pelajaran 2009/2010”, membuktikan bahwa penggunaan media Power Point dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis menggangap penting untuk menerapkan penggunaan media Power Point dalam pembelajaran IPS sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPS. Melalui Penelitian


(12)

Tindakan Kelas (PTK), dengan judul “Penggunaan Media Power Point untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar pada Pembelajaran IPS Siswa Kelas IV A SD Negeri 1 Sukaraja Tiga Lampung Timur Tahun Pelajaran 2012/2013”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat diidentifikasikan permasalahan sebagai berikut:

1. Rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran IPS kelas IV A SD Negeri 1 Sukaraja Tiga Lampung Timur.

2. Guru masih mendominasi dalam pembelajaran, menyebabkan pembelajaran monoton, kurang aktif maupun kreatif, dan kurang menyenangkan bagi siswa.

3. Kurangnya keterampilan guru dalam memanfaatkan teknologi media pembelajaran.

4. Siswa kurang tertarik dan termotivasi untuk memahami konsep materi pembelajaran IPS

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimanakah meningkatkan aktivitas belajar siswa melalui penggunaan media Power Point pada pembelajaran IPS kelas IV A SD Negeri 1 Sukaraja Tiga Lampung Timur Tahun Pelajaran 2012/2013?


(13)

2. Apakah dengan penggunaan media Power Point pada pembelajaran IPS dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV A SD Negeri 1 Sukaraja Tiga Lampung Timur Tahun Pelajaran 2012/2013?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan judul penelitian dan perumusan masalah di atas, penelitian ini mempunyai tujuan untuk:

1. Meningkatkan aktivitas belajar pada pembelajaran IPS siswa kelas IV A SD Negeri 1 Sukaraja Tiga Lampung Timur dengan penggunaan media Power Point Tahun Pelajaran 2012/2013

2. Meningkatkan hasil belajar pada pembelajaran IPS siswa kelas IV A SD Negeri 1 Sukaraja Tiga Lampung Timur dengan penggunaan media Power Point Tahun Pelajaran 2012/2013

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi banyak pihak, diantaranya adalah:

1. Bagi siswa

Penggunaan Media Power Point diharapkan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV A SD Negeri 1 Sukaraja Tiga Lampung Timur pada pembelajaran IPS.

2. Bagi guru

Proses pelaksanaan dan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam meningkatkan aktivitas pembelajaran di kelasnya.


(14)

Selain itu juga dapat menambah wawasan dan mengembangkan kemampuan guru dalam menggunakan media pembelajaran.

3. Bagi sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan dan sebagai inovasi kegiatan pembelajaran guna meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah yang bersangkutan.

4. Bagi penulis

Berguna untuk menambah pengetahuan dan pengalaman tentang penelitian tindakan kelas dengan menggunakan media Power Point, sehingga kelak ketika menjadi seorang guru SD mampu menjalankan tugas dan pekerjaannya secara profesional khususnya pada proses pembelajaran.


(15)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) 1. Pengertian IPS

Ilmu Pengetahuan Sosial atau disingkat IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang mengulas mengenai pengetahuan-pengetahuan umum ataupun sosial. Seperti yang tertuliskan dalam Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi, diantaranya adalah.

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi.

Selain itu M. Nu’man Somantri (dalam Sapriya, dkk., 2006: 7)

mengemukakan IPS adalah penyederhanaan disiplin ilmu sosial, ideologi negara dan disiplin ilmu lainnya serta masalah sosial yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah serta psikologis untuk tujuan pendidikan.

Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa IPS adalah penyederhanaan disiplin ilmu-ilmu sosial yang mempelajari seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi. IPS juga merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu sosial, seperti sosiologi, antropologi, psikologi, sejarah, geografi, ekonomi, ilmu politik,


(16)

serta mempelajari dan menelaah gejala dan masalah sosial di masyarakat dari berbagai kehidupan secara terpadu.

2. Karakteristik Pembelajaran IPS

Adapun karakteristik pembelajaran IPS telah dikemukakan oleh Supriatna, dkk. (2006: 6) karakteristik pendidikan IPS adalah upayanya untuk mengembangkan kompetensi sebagai warga negara yang baik. Warga negara yang baik berarti yang dapat menjaga keharmonisan hubungan masyarakat sehingga terjalin persatuan dan keutuhan bangsa.

Selain itu, A. Kosasih Djahiri menuliskan hal lain mengenai karakteristik IPS diantaranya adalah:

a. IPS berusaha mempertautkan teori ilmu dengan fakta atau sebaliknya (menelaah fakta dari segi ilmu).

b. Penelaah dan pembahasan IPS tidak hanya dari satu bidang disiplin ilmu saja, melainkan bersifat komprehensif.

c. Mengutamakan peran aktif siswa melalui proses belajar inkuiri agar siswa mampu mengembangkan berpikir kritis, rasional, dan analitis. d. Program pembelajaran disusun dengan menghubungkan bahan-bahan

dari berbagai ilmu sosial dan lainya.

e. IPS dihadapkan secara konsep dan kehidupan sosial yang sangat labil (mudah berubah), sehingga titik berat pembelajaran adalah terjadinya proses internalisasi secara mantap dan aktif pada siswa.

f. IPS mengutamakan hal-hal, arti dan penghayatan hubungan antar manusia yang bersifat manusiawi.


(17)

g. Pembelajaran tidak hanya mengutamakan pengetahuan semata, juga nilai dan keterampilannya.

h. Berusaha untuk memuaskan setiap siswa yang berbeda melalui program maupun pembelajarannya.

i. Pengembangan program pembelajaran senantiasa melaksanakan prinsip-prinsip, karakteristik (sifat dasar) dan pendekatan-pendekatan yang menjadi ciri IPS itu sendiri (Sapriya, dkk., 2006: 8).

3. Tujuan Pembelajaran IPS

Nu’man Somantri mengungkapkan bahwa terdapat empat tujuan pembelajaran IPS di tingkat persekolahan, diantaranya.

a. Untuk mendidik para siswa menjadi para ahli ekonomi, politik, hukum, sosiologi, dan pengetahuan sosial lainnya.

b. Untuk menumbuhkan warga negara yang baik.

c. Merupakan sebagian dari hasil penelitian dalam ilmu-ilmu sosial, untuk kemudian dipilih dan diramu agar cocok untuk pembelajaran sekolah.

d. Untuk mempelajari bahan pelajaran yang sifatnya “tertutup” (Sapriya, dkk., 2006: 11 12).

Sejalan dengan hal tersebut Gross (dalam Solihatin & Raharjo, 2007: 14) mengemukakan bahwa tujuan pendidikan IPS adalah untuk mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang baik dalam kehidupannya di masyarakat. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut juga diperkuat oleh Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi


(18)

bahwa mata pelajaran IPS di SD/MI bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut.

a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.

b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.

c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.

d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

Berdasarkan beberapa pendapat yang telah diuraikan oleh para ahli ataupun yang telah tercantum dalam Permendiknas, maka penulis membuat sebuah kesimpulan mengenai tujuan IPS di SD yaitu menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan potensi/kemampuan siswa serta agar menguasai pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai sehingga dapat berpatisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan baik sebagai individu maupun sebagai warga negara.

4. Pembelajaran IPS di SD

IPS adalah mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI sampai dengan Perguruan Tinggi mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu-isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi. Dewasa ini pembelajaran IPS ditekankan pada pendekatan konstruktivistik yang menitikberatkan siswa untuk membangun dan menggali pemahaman mengenai materi yang diajarkan. Menurut Bruner


(19)

(dalam Supriatna, dkk., 2007: 38) terdapat tiga prinsip pembelajaran IPS di SD yaitu:

a. Pembelajaran harus berhubungan dengan pengalaman serta konteks lingkungan sehingga dapat mendorong mereka untuk belajar. b. Pembelajaran harus terstruktur sehingga siswa belajar dari hal-hal

mudah kepada hal yang sulit.

c. Pembelajaran harus disusun sedemikian rupa sehingga memungkinkan siswa dapat melakukan eksplorasi sendiri dalam mengkonstruksi pengetahuannya.

Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Adapun ruang lingkup mata pelajaran IPS di SD/MI tercantum dalam Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi meliputi (a) manusia, tempat, dan lingkungan, (b) waktu, keberlanjutan, dan perubahan, (c) sistem sosial dan budaya, dan (d) perilaku ekonomi dan kesejahteraan.

B. Belajar

1. Teori Belajar

Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia telah mampu menunjukkan perubahan tingkah laku. Pandangan behavioristik mengakui pentingnya masukan atau input yang berupa stimulus dan keluaran atau output yang berupa respons. Lain halnya dengan teori kognitif, lebih menekankan kepada proses dari pada hasil belajarnya. Belajar menurut teori kognitif adalah perubahan persepsi dan pemahaman, yang tidak selalu berbentuk


(20)

tingkah laku yang dapat diamati dan dapat diukur. Asumsi teori kognitif adalah bahwa setiap orang telah memiliki pengetahuan dan pengalaman yang telah tertata dalam bentuk stuktur kognitif yang dimilikinya (Budiningsih, 2005: 20 21 & 34).

Teori konstruktivistik menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai (Trianto, 2010: 28). Selain itu, Rusman, dkk., (2012: 37) berpendapat bahwa belajar menurut pandangan konstruktivistik adalah kegiatan aktif siswa untuk membangun pengetahuannya, ia sendiri yang bertanggung jawab atas peristiwa belajar dan hasil belajarnya.

Budiningsih (2005: 58) menuliskan bahwa belajar menurut pandangan konstruktivistik merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan. Pembentukan dilakukan oleh siswa sendiri dan ia haruslah aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari.

Dari beberapa teori belajar di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa teori konstruktivistik merupakan teori yang sesuai atau cocok untuk diterapkan di SD saat ini. Hal ini dikarenakan teori tersebut sesuai dengan strategi yang akan peneliti lakukan di SD, yaitu penggunaan media Power Point. Melalui penggunaan media ini siswa dituntut untuk berperan aktif dan kreatif dalam memahami materi yang disampaikan. Berdasarkan beberapa pendapat mengenai teori konstruktivistik dapat disimpulkan bahwa, belajar adalah membangun pengetahuannya sendiri, dan siswa juga harus aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir serta siswa sendiri yang melakukan penalaran atas apa yang dialami.


(21)

2. Aktivitas Belajar

Diartikan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 23) bahwa aktivitas adalah kegiatan atau salah satu kegiatan kerja.Aktivitas siswa sangat diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar. Hal ini disebabkan karena siswalah yang sebenarnya lebih aktif, sebab siswa sebagai subjek didik yang merencanakan dan ia sendiri yang melaksanakan belajar.

Menurut Dierich (dalam Hamalik, 2008: 172 173) ada 8 macam kegiatan yang dilakukan siswa pada saat pembelajaran meliputi aktivitas jasmani dan aktivitas jiwa. Aktivitas-aktivitas tersebut adalah:

a. Aktivitas visual: seperti membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain dan sebagainya. b. Aktivitas lisan: seperti menyatakan, merumuskan, bertanya,

memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan interviu, diskusi, interupsi, dan sebagainya.

c. Aktivitas mendengar: seperti mendengar penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, mendengarkan radio.

d. Aktivitas menulis: seperti menulis cerita, karangan, laporan, tes, angket, menyalin dan sebagainya.

e. Aktivitas menggambar: seperti menggambar, membuat grafik, peta, diagram, pola, dan sebagainya.

f. Aktivitas metrik: seperti melakukan percobaan, membuat kontruksi, model, bermain, berkebun, memelihara binatang, dan sebagainya.

g. Aktivitas mental: seperti menganggap, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan, dan sebagianya.

h. Aktivitas emosional: seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira, berani, tenang, gugup, dan sebagainya.

Kunandar (2011: 277) mengemukakan bahwa aktivitas belajar adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian, dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut.

Berdasarkan beberapa uraian pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas dalam belajar adalah segala bentuk kegiatan


(22)

positif baik yang berupa aktivitas jasmani (fisik) maupun rohani (mental) yang ditunjukkan pada saat proses pembelajaran sehingga berdampak terhadap perubahah perilaku, pemahaman, keterampilan ke arah yang lebih maju serta memperoleh keberhasilan dalam belajar.

3. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan dampak yang diperoleh dari kegiatan belajar atau juga bisa dikatakan suatu bukti bahwa seseorang telah belajar. Menurut Hamalik (2008: 30) hasil belajar ialah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yakni sisi siswa dan guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkatan tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran (Dimyati & Mudjiono, 2002: 250 251)

Berdasarkan pengertian-pengertian yang telah diungkapkan oleh para ahli di atas maka penulis menyimpulkan garis besar mengenai hasil belajar. Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh setelah siswa tersebut melakukan proses belajar serta akan merubah tingkah laku positif siswa yang melibatkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor yang diwujudkan dalam bentuk skor atau angka setelah mengikuti tes.


(23)

C. Media Pembelajaran

1. Pengertian Media Pembelajaran

Media bila digunakan dalam bidang pendidikan maka akan memiliki arti yakni media pembelajaran atau media pendidikan. Media dalam bahasa Arab diartikan sebagai perantara (wasail) atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan (Arsyad, 2011: 3). Media pembelajaran yaitu apa saja yang digunakan sebagai media dalam pembelajaran. Media pembelajaran, menurut Gerlach & Ely (dalam Asyhar, 2011:7) memiliki cakupan yang sangat luas, yaitu termasuk manusia, materi atau kajian yang membangun suatu kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap.

Berdasarkan pengertian di atas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa media pembelajaran dapat didefinisikan sebagai alat bantu berupa fisik maupun nonfisik yang sengaja digunakan sebagai perantara antara guru dan siswa dalam memahami materi pembelajaran agar lebih efektif dan efisien. Dengan demikian, materi pembelajaran lebih cepat diterima siswa dengan utuh serta menarik minat siswa untuk belajar lebih giat.

2. Landasan Penggunaan Media Pembelajaran

Media merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam pembelajaran, dan dapat dipandang sebagai salah satu alternatif strategi yang efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran. Belajar dengan menggunakan indera ganda, pandang dan dengar akan memberikan keuntungan bagi siswa. Siswa akan lebih banyak belajar daripada jika materi disampaikan hanya dengan stimulus pandang atau hanya dengar.


(24)

Pengalaman Langsung Benda Tiruan/Pengamatan

Dramatisasi Demonstrasi Karyawisata Televisi Gambar Hidup Pameran

Film Lambang

Visual

Gambar Diam, Rekaman Radio

Lambang Kata

Konkret Abstrak

Salah satu gambaran yang sering dipakai untuk menjadi landasan penggunaan media yaitu kerucut pengalaman Dale (Dale’s Cone of Experience), seperti di bawah ini.

Gambar 2.1. Kerucut Pengalaman Dale (dalam Arsyad, 2011: 11). Arsyad (2011: 10) mengungkapakan bahwa gambar kerucut tersebut menjelaskan hasil belajar seseorang diperoleh mulai dari pengalaman langsung (konkret), kenyataan dalam kehidupan seseorang, selanjutnya melalui benda tiruan, dan terakhir pada lambang verbal (abstrak). Jika posisi di puncak kerucut, maka akan semakin menunjukkan keabstrakkan media penyampai pesannya.


(25)

Temuan-temuan penelitian menujukkan bahwa terdapat interaksi antara penggunaan media pembelajaran dan karakteristik belajar siswa dalam menentukan hasil belajar siswa. Seperti halnya temuan hasil penelitian Collins et al (dalam Asyhar, 2011: 19) menunjukkan bahwa penggunaan media audio dan video berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Selanjutnya, penelitian yang dilaporkan oleh Remus et al (dalam Asyhar, 2011: 19) juga menunjukkan bahwa pengaruh media terhadap pengambilan keputusan siswa. Hal tersebut membuktikan bahwa siswa akan mendapat keuntungan yang signifikan bila belajar dengan menggunakan sumber dan media pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik dan gaya belajarnya.

3. Manfaat Media Pembelajaran

Media memiliki berbagai manfaat penggunaan yang diperoleh bagi pengajar dan siswa dalam pembelajaran. Sudjana & Rivai (dalam Arsyad, 2011: 24 25) mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam proses pembelajaran:

a. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.

b. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran.

c. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran.

d. Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain.


(26)

Selain terdapat beberapa manfaat media pembelajaran yang lain, diantaranya: (a) membuat konkret konsep-konsep yang abstrak, (b) menghadirkan objek-objek yang terlalu berbahaya atau sukar didapat ke dalam lingkungan belajar, (c) menampilkan objek yang terlalu besar atau kecil, dan (d) memperlihatkan gerakan-gerakan yang terlalu cepat atau lambat (Hernawan, dkk., 2007: 11 12).

Berdasarkan pendapat para ahli mengenai manfaat media pembelajaran, dapat disimpulkan bahwa media sangatlah penting bagi pembelajaran, serta bermanfaat bagi siswa ataupun guru dalam mewujudkan tujuan dari pembelajaran dan pendidikan.

4. Jenis dan Klasifikasi Media Pembelajaran a. Jenis Media Pembelajaran

Seiring dengan pesatnya perkembangan ilmu teknologi, khususnya di bidang elektronika, komunikasi dan informasi, serta teknologi komputer. Maka media pembelajaran tampil dengan bebagai jenis dan format, seperti visual, video, tape recorder, program radio, internet dan lain sebagainya. Seperti yang dituliskan oleh Asyhar (2011: 44) media pembelajaran dikelompokkan menjadi 4 jenis, yaitu media visual, media audio, media audio-visual, dan multimedia.

Sedangkan menurut Seels & Glasgow jenis media dibagi ke dalam 2 kategori luas, yaitu media tradisional (visual diam yang diproyeksikan, visual tak diproyeksikan, audio, penyajian multimedia, visual dinamis yang diproyeksikan, cetak, permainan, realia) dan


(27)

media teknologi mutakhir (media berbasis telekomunikasi dan berbasis mikroprosesor), (Arsyad, 2011: 33 34).

Berdasarkan dua pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran terbagi menjadi media audio, visual, audio-visual, dan multimedia. Selanjutnya juga media dibedakan atas media tradisional dan media teknologi mutakhir.

b. Klasifikasi Media Pembelajaran

Media pembelajaran diklasifikasikan berdasarkan tujuan dan karakteristiknya. Schramm (dalam Asyhar, 2011: 46), menggolongkan media berdasarkan kompleks suara, yaitu: media kompleks (film, TV, video) dan media sederhana (slide, audio, transparansi, teks). Gagne (dalam Daryanto, 2010: 16) menggambarkan bahwa media diklasifikasikan menjadi tujuh kelompok, yaitu benda untuk didemonstrasikan, komunikasi lisan, media cetak, gambar bergerak, film bersuara, dan mesin belajar. Selain itu Gerlach & Ely mengelompokkan media berdasarkan ciri fisik ke dalam 8 tipe, yaitu: real object and model (benda sebenarnya), printed verbal (presentasi verbal), printed visuals (presentasi grafis), still picture (gambar diam), motion picture (gambar bergerak), audio recorder (rekaman suara), programmed instruction (pengajaran terprogram), dan simulation (simulasi), (Asyhar, 2011: 47 48).

Menurut Ibrahim (dalam Daryanto, 2010: 17) media dikelompokkan berdasarkan ukuran dan kompleks tidaknya alat dan perlengkapannya yakni 7 kelompok meliputi: media tanpa proyeksi dua dimensi, media tanpa proyeksi tiga dimensi, audio, proyeksi, televisi, video, dan komputer.


(28)

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa jenis. Klasifikasi tersebut tergantung dengan apa tujuannya dan karakteristik media tersebut.

D. Media Power Point

1. Pengertian Media Power Point

Power Point merupakan bagian dari software Microsoft office (Yudhanto, 2008: 1). Menurut Andi (2009: 2) Power Point juga adalah sebuah program untuk menyusun presentasi. Power Point dikembangkan oleh perusahaan Microsoft dan merupakan program aplikasi yang dirancang khusus untuk menampilkan program multimedia.

Menurut Rusman, dkk. (2012: 295) bahwa Microsoft Office Power Point merupakan program aplikasi presentasi yang populer dan paling banyak digunakan saat ini untuk berbagai kepentingan presentasi, baik pembelajaran, presentasi produk, meeting, seminar, lokakarya dan sebagainya.

Media Power Point merupakan sebuah program presentasi yang berbasis multimedia. Rusman, dkk. (2012: 295) menuliskan bahwa aspek media yang diunggulkan mampu meningkatkan hasil belajar adalah bersifat multimedia, yaitu gabungan berbagai unsur media seperti teks, gambar, animasi, video. Hernawan, dkk. (2007: 145) berpendapat Power Point ialah software yang dibuat khusus untuk menampilkan multimedia dengan menarik, mudah dalam pembuatan, mudah dalam penggunaan dan murah, karena tidak butuh bahan baku selain alat penyimpan data.

Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dijabarkan di atas, maka penulis membuat sebuah kesimpulan mengenai media Power Point yaitu


(29)

sebuah perangkat lunak yang dapat menampilkan multimedia yang dijadikan alat presentasi dan diperuntukan juga sebagai media dalam pembelajaran, baik dalam pembelajaran perorangan atau dalam jumlah besar, serta mampu menampilkan feedback yang sudah diprogram.

2. Teknik Pembuatan Media Power Point

Membuat media Power Point harus menguaraikan materi-materi pokok sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan. Daryanto (2010: 64) mengemukakan beberapa rambu-rambu yang perlu diperhatikan dalam pembuatan media Power Point.

a. Tentukan topik sesuai dengan materi yang akan disampaikan. b. Siapkan materi sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan. c. Identifikasi bahan-bahan materi tersebut untuk diseleksi mana

yang sesuai dengan karakteristik media presentasi.

d. Tulis materi yang telah dipilih dalam kalimat yang singkat, hanya poin-poin penting saja. Karena penulisan panjang lebar tidak dianjurkan.

e. Tuangkan poin-poin tersebut dalam berbagai format seperti teks, gambar, animasi, atau audio-visual.

f. Pastikan bahwa materi yang ditulis telah cukup lengkap, jelas, dan mudah dipahami.

g. Sajikan materi secara sistematis dan urut agar mempermudah penyajian dan mudah dipahami juga.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pengembangan media Power Point haruslah sesuai dengan teknik dan rambu-rambu pembuatan. Teknik pembuatan media juga harus sesuai prosedur dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai serta tampilan media juga harus menarik.

3. Langkah-langkah Penggunaan Media Power Point

Media pembelajaran yang dipilih agar dapat digunakan secara efektif dan efisien harus menempuh langkah-langkah sistematis. Setianingsih


(30)

(2012) mengemukakan ada enam tahap dalam pembelajaran menggunakan media Power Point diantaranya.

a. Tahap Pertama

1. Guru membuat rencana pelaksanaan pembelajaran, kemudian cantumkan media Power Point.

2. Menyiapkan media Power Point yang akan digunakan. 3. Siapkan laptop atau komputer serta peralatan-peralatan

pendukung media Power Point yang akan digunakan. 4. Jelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. b. Tahap Kedua

Kegiatan pembelajaran diawali dengan menghadapkan siswa pada masalah yang merangsang pengetahuan siswa dengan melakukan kegiatan tanya jawab yang berhubungan dengan pengalaman siswa, sehingga siswa didorong untuk mengemukakan pengetahuan awalnya mengenai konsep yang akan dipelajari.

c. Tahap Ketiga

Siswa diberi kesempatan untuk menyelidiki dan menemukan konsep melalui data yang disampaikan atau ditampilkan dengan media Power Point. Pada tahap ini siswa diminta untuk memperhatikan materi yang disampaikan guru melalui animasi yang ditampilkan pada Power Point, sehingga siswa dapat menemukan konsep dari apa yang mereka lihat dan perhatikan. d. Tahap Keempat

Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan pengetahuan atau konsep awal yang mereka miliki setelah mempelajari konsep yang ditampilkan. Melelui media Power Point siswa diminta untuk menyampaikan temuan awal yang mereka ketahui.

e. Tahap Kelima

Guru member penguatan dan menjelaskan materi dengan menggunakan animasi ataupun gambar melalui media Power Point agar siswa dapat memahami materi yang diajarkan.

f. Tahap keenam

Tindak lanjut (diskusi, eksperimen, observasi dan evaluasi), hal ini dilakukan untuk memantapkan pemahaman siswa tentang materi yang dibahas melalui media Power Point.

Melalui penjelasan di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa dalam melaksanakan atau menggunakan media Power Point pada pembelajaran tentunya harus melalui langkah-langkah yang sistematis, serta mencantumkan media Power Point yang akan digunakan ke dalam


(31)

rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Sehingga, media Power Point yang digunakan dapat membantu guru dalam mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

4. Kelebihan dan Kekurangan Media Power Point. a. Kelebihan Media Power Point

Media Power Point memiliki kelebihan utama yaitu dapat menggabungkan semua unsur media seperti teks, video, animasi, foto, grafik, dan suara menjadi satu kesatuan penyajian. Selain itu, media Power Point adalah salah satu media yang berbasis multimedia. Seperti yang dituliskan oleh Musfiqon (2012:189) kelebihan pembelajaran berbasis multimedia diantaranya: (1) lebih menarik siswa, (2) lebih efektif dan efisien, (3) lebih praktis, dan (4) materi lebih banyak diserap siswa karena sesuai modalitas belajarnya.

Menurut Asakaks (2011) bila media Power Point digunakan dalam pembelajaran memiliki beberapa kelebihan diantaranya.

1. Penyajiannya menarik karena ada permainan warna, huruf dan animasi, baik animasi teks maupun animasi gambar atau foto. 2. Lebih merangsang anak untuk mengetahui lebih jauh informasi

tentang bahan ajar yang tersaji.

3. Pesan informasi secara visual mudah dipahami siswa.

4. Tenaga pendidik tidak perlu banyak menerangkan bahan ajar yang sedang disajikan.

5. Dapat diperbanyak sesuai kebutuhan, dan dapat dipakai secara berulang-ulang.

6. Dapat disimpan dalam bentuk data optik atau magnetik (CD / Disket /Flashdisk), sehingga paraktis untuk dibawa.

b. Kekurangan Media Power Point

Kelemahan media Power Point ialah media ini tidak cocok untuk semua jenis dan tujuan pembelajaran. Selanjutnya Musfiqon (2012:


(32)

189) mengemukakan juga beberapa kelemahan media Power Point diantaranya: (1) biaya lebih mahal, (2) guru belum terampil mengoperasikan multimedia, dan (3) keterbatasan perangkat media.

Menurut Asakaks (2011) media Power Point memiliki beberapa kekurangan diantaranya adalah.

1. Harus ada persiapan yang cukup menyita waktu dan tenaga 2. Jika yang digunakan untuk presentasi di kelas adalah PC,

maka para pendidik harus direpotkan oleh pengangkutan dan penyimpanan PC tersebut.

3. Jika layar monitor yang digunakan terlalu kecil (14”–15”), maka kemungkinan besar siswa yang duduk jauh dari monitor kesulitan melihat sajian bahan ajar yang ditayangkan di PC tersebut.

4. Para pendidik harus memiliki cukup kemampuan untuk mengoperasikan program ini, agar jalannya presentasi tidak banyak hambatan.

Berdasarkan penjelasan tersebut penulis dapat menyimpulkan bahwa media Power Point tidak hanya memiliki banyak kelebihan, tetapi juga beberapa kelemahan. Oleh karena itu perlu adanya pemahaman yang mendalam mengenai media ini, agar dalam penerapannya dapat terlaksana dengan baik.

E. Hipotesis Tindakan

Bedasarkan kajian pustaka di atas dapat dirumuskan hipotesis penelitian

tindakan kelas yaitu “Apabila dalam pembelajaran IPS menggunakan media

Power Point dengan memperhatikan langkah-langkah secara tepat maka akan meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV A SD Negeri 1


(33)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan model Penelitian Tindakan Kelas yang difokuskan pada situasi kelas, yang lazim dikenal dengan Classroom Action Research (Wardani, dkk. 2007: 1.3). Selanjutnya Arikunto, dkk., (2010: 20) mengemukakan secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu (1) perencanaan (planning), (2) pelaksanaan (acting), (3) pengamatan (observing), dan (4) refleksi (reflecting).

Gambar 3.1. Prosedur Tahapan PTK. Sumber: Modifikasi dari Arikunto, dkk., (2010: 16).

Refleksi SIKLUS II

Pengamatan

Dst.

Perencanaan

Pelaksanaan Pengamatan

SIKLUS I

Refleksi Pelaksanaan


(34)

B. Setting Penelitian 1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah seorang guru dan siswa kelas IV A SD Negeri 1 Sukaraja Tiga Lampung Timur Tahun Pelajaran 2012/2013, dengan jumlah siswa 24 orang, yang terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan.

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV A SD Negeri 1 Sukaraja Tiga Lampung Timur.

3. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di semester genap pada tahun pelajaran 2012/2013 selama kurang lebih enam bulan, yaitu bulan Januari sampai dengan bulan Juni.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan dua cara:

1. Teknik Nontes berupa kegiatan observasi yaitu untuk mengetahui aktivitas belajar siswa dan kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung. 2. Teknik Tes yaitu untuk mengukur hasil belajar siswa setelah mengikuti

proses pembelajaran.

D. Alat Pengumpulan Data

1. Lembar Observasi digunakan untuk mengetahui bagaimanakah aktivitas belajar siswa serta kinerja guru dalam pemanfaatan media Power Point di kelas dan dilakukan oleh observer.


(35)

2. Tes Formatif digunakan untuk mengumpulkan data yang berupa nilai-nilai siswa setelah diterapkannya pembelajaran dengan menggunakan media Power Point untuk mengetahui hasil belajar siswa

E. Teknik Analisis Data

1. Analisis Kualitatif diskriptif; pada lembar observasi kegiatan siswa dan kinerja guru, dianalisis dengan menggunakan rumus:

NA = Keterangan:

NA = Nilai aktivitas yang dicari atau diharapkan JS = Jumlah skor yang diperoleh

SM = Skor maksimum ideal dari aspek yang diamati 100 = Bilangan tetap (diadopsi dari Aqib dkk., 2009: 41).

Setelah diperoleh nilai hasil kegiatan siswa dan kinerja guru kemudian dikategorikan sesuai dengan kriteria hasil observasi pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.1. Kriteria hasil observasi aktivitas siswa.

Tingkat keaktifan Kategori > 80 Sangat aktif

61-80 Aktif

41-60 Cukup aktif

21-40 Kurang aktif

< 20 Pasif


(36)

Tabel 3.2. Kriteria Kategori Kinerja Guru.

No Rentang nilai Kategori

1 N > 80 Sangat baik

2 60 < N ≤ 80 Baik 3 40 < N ≤ 60 Cukup 4 20 < N ≤ 40 Kurang

5 N ≤ 20 Sangat kurang

Modifikasi dari Poerwanti (2008: 7.6).

2. Analisis Kuantitatif; digunakan untuk mendeskripsikan kemampuan belajar siswa yang erat hubungannya dengan penguasaan materi yang diajarkan guru. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar siswa secara individual digunakan rumus berikut di bawah ini:

NA =

Keterangan :

NA = Nilai Akhir

SB = Skor yang diperoleh dari jawaban benar pada tes TS = Total Skor Maksimum dari tes

100 = Konstanta (diadopsi dari Purwanto 2008: 112).

Untuk menghitung nilai rata- rata seluruh siswa dapat menggunakan rumus sebagai berikut.

= Keterangan:

= Nilai rata- rata yang dicari

xi = Jumlah nilai


(37)

Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal digunakan rumus sebagai berikut:

P = x 100% Keterangan:

P = Persentase ketuntasan belajar siswa (Aqib,dkk., 2009: 41).

F. Indikator Keberhasilan

Pembelajaran dengan menggunakan media Power Point pada pembelajaran IPS di SD Negeri 1 Sukaraja Tiga Lampung Timur dikatakan berhasil apabila:

1. Terjadi peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa secara klasikal disetiap siklusnya.

2. Pembelajaran dianggap tuntas apabila ≥ 75% dari jumlah siswa mencapai nilai sesuai dengan yang telah ditentukan yaitu sekurang-kurangnya 65 untuk mata pelajaran IPS.

G. Urutan Penelitian Tindakan Kelas 1. Siklus I

Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari tiga siklus, masing-masing siklus memiliki empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi.

a. Perencanaan

Pada tahap ini guru dan peneliti secara kolaborasi partisipatif mempersiapkan proses pembelajaran IPS melalui media Power Point. Adapun langkah-langkah perencanaannya adalah sebagai berikut:


(38)

1) Berdiskusi dengan guru kelas untuk menetapkan materi yang akan diajarkan guna penyesuaian penyusunan perangkat pembelajaran

yakni “Koperasi dalam Perekonomian Indonesia”.

2) Membuat perangkat pembelajaran yakni menganalisis pemetaan SK/KD, silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang mengacu pada Permendiknas No 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses dengan mencantumkan media Power Point.

3)

Menyiapkan media Power Point yang akan digunakan selama proses pembelajaran di kelas beserta bahan-bahan pendukung (gambar, animasi, materi, kabel terminal, LCD, laptop, dll).

4) Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati aktivitas siswa dan kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung.

5) Membuat lembar diskusi dan lembar tes formatif untuk memperoleh data aktivitas dan hasil belajar siswa.

b. Pelaksanaan

Pada siklus I, diawali dengan persiapan guru yang berkolaboratif dengan peneliti. Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media Power Point meliputi beberapa tahap antara lain: 1) Pendahuluan

a. Mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan dalam proses pembelajaran menggunakan media Power Point.

b. Guru mengecek kesiapan siswa untuk memulai pembelajaran c. Guru menyampaikan apersepsi dan tujuan pembelajaran.


(39)

2) Kegiatan inti

a. Guru menampilkan media Power Point guna menyampaikan materi yang telah disiapkan sebelumnya, kemudian guru memberi rangsangan kepada siswa agar aktif dalam pembelajaran.

b. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya mengenai materi yang telah dijelaskan.

c. Siswa diminta mengemukakan pengertian mengenai materi yang disampaikan melalui media Power Point dan yang telah diamati.

d. Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok, yang terdiri dari6 orang untuk tiap kelompoknya, dan membagikan lembar diskusi untuk didiskusikan.

e. Perwakilan tiap kelompok diminta untuk maju membacakan hasil diskusi.

f. Siswa dari kelompok lain diberi kesempatan untuk memberikan tanggapan dari jawaban kelompok yang maju.

g. Guru menanggapi, memperjelas, dan meluruskan jawaban setiap kelompok.

h. Guru memberi penguatan kepada siswa yang berani maju dan memberi motivasi terhadap siswa lain agar lebih berani dalam mengutarakan pendapatnya.

i. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya mengenai materi yang belum dipahami.


(40)

j. Guru membagikan soal tes formatif mengenai materi yang telah diberikan.

3) Penutup

a. Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari.

b. Guru memberikan motivasi siswa agar selalu rajin belajar c. Guru memberikan tindak lanjut berupa PR kepada siswa untuk

mengetahui tingkat kepahaman siswa. c. Observasi

Selama proses pembelajaran dari kegiatan awal hingga akhir guru kelas IV A SD Negeri 1 Sukaraja Tiga Lampung Timur yang bertindak sebagai observer mengamati aktivitas belajar siswa, termasuk saat siswa melakukan diskusi kelompok serta kinerja guru selama proses pembelajaran. Penilaian aktivitas siswa dan kinerja guru dicatat pada lembar observasi.

d. Refleksi

Peneliti menganalisis hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa dan hasil belajar siswa. Analisis yang dilakukan pada siklus I adalah untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan proses pembelajaran yang sudah berlangsung. Bila terdapat kelebihan atau kekurangan pada siklus I tentunya akan dilakukan tindakan pada siklus II, sehingga kekurangan dalam siklus I dapat diperbaiki, begitu pula dengan kelebihannya harus dipertahankan dan dikembangkan agar dapat berjalan terus-menerus pada siklus-siklus selanjutnya.


(41)

2. Siklus II

Hasil pembelajaran pada siklus II ini diharapkan lebih baik dibandingkan dengan hasil pembelajaran pada siklus I. Adapun langkah-langkah pada siklus II ini, antara lain:

a. Perencanaan

Prosedur penelitian pada siklus II diawali dengan mendata masalah dan kendala yang dihadapi dalam proses pembelajaran yang telah dilaksanakan pada siklus I kemudian membuat perencanaan antara guru dengan peneliti. Perencanaan tersebut antara lain:

1) Berdiskusi dengan guru kelas untuk menetapkan materi yang akan diajarkan guna penyesuaian penyusunan perangkat pembelajaran

yakni “Perkembangan Teknologi”.

2) Membuat perangkat pembelajaran yakni menganalisis pemetaan SK/KD, silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang mengacu pada Permendiknas No 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses dengan mencantumkan media Power Point.

3)

Menyiapkan media Power Point yang akan digunakan selama proses pembelajaran di kelas beserta bahan-bahan pendukung (gambar, animasi, materi, kabel terminal, LCD, laptop, dll).

4) Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati aktivitas siswa dan kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung.

5) Membuat lembar diskusi dan lembar tes formatif untuk memperoleh data aktivitas dan hasil belajar siswa.


(42)

b. Pelaksanaan

Pada siklus II, diawali dengan persiapan guru yang berkolaboratif dengan peneliti. Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media Power Point meliputi beberapa tahap antara lain: 1) Pendahuluan

a. Mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan dalam proses pembelajaran media Power Point.

b. Guru mengecek kesiapan siswa untuk memulai pembelajaran. c. Guru menyampaikan apersepsi dan tujuan pembelajaran. 2) Kegiatan inti

a. Guru menampilkan media Power Point guna menyampaikan materi yang telah disiapkan sebelumnya, kemudian guru memberi rangsangan kepada siswa agar aktif dalam pembelajaran.

b. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya mengenai materi yang telah dijelaskan.

c. Siswa diminta mengemukakan pengertian mengenai materi pokok bahasan melalui media Power Point yang telah diamati. d. Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok, yang terdiri 6 orang

untuk tiap kelompoknya, dan membagikan lembar diskusi untuk didiskusikan.

e. Perwakilan tiap kelompok diminta untuk maju membacakan hasil diskusi.


(43)

f. Siswa dari kelompok lain diberi kesempatan untuk memberikan tanggapan dari jawaban kelompok yang maju.

g. Guru menanggapi, memperjelas, dan meluruskan jawaban setiap kelompok.

h. Guru memberi penguatan kepada siswa yang berani maju dan memberi motivasi terhadap siswa lain agar lebih berani dalam mengutarakan pendapatnya.

i. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya mengenai materi yang belum dipahami.

j. Guru membagikan soal tes formatif mengenai materi yang telah diberikan.

3) Penutup

a. Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari.

b. Guru memberikan motivasi siswa agar selalu rajin belajar c. Guru memberikan tindak lanjut berupa PR kepada siswa untuk

mengetahui tingkat kepahaman siswa. c. Observasi

Selama proses pembelajaran dari kegiatan awal sampai kegiatan akhir diamati oleh observer dengan lembar observasi yang telah disepakati bersama, data yang diperoleh akan diolah, digeneralisasikan agar diperoleh kesimpulan yang akurat, sehingga dapat direfleksikan pada siklus berikutnya.


(44)

d. Refleksi

Peneliti menganalisis hasil pengamatan aktivitas dan hasil belajar siswa. Untuk mengkaji proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dengan menggunakan media Power Point, serta dapat membandingkannya dengan hasil pengamatan pada siklus I. Analisis tersebut merupakan acuan untuk membuat rencana tindakan pembelajaran baru pada siklus III.

3. Siklus III

Pada akhir siklus II telah dilakukan refleksi oleh guru dan observer dalam mengkaji proses pembelajaran maka diharapkan hasil pembelajaran pada siklus III ini lebih baik dari pada hasil siklus II. Adapun langkah-langkah pada siklus III ini, antara lain:

a. Perencanaan

Prosedur penelitian pada siklus III diawali dengan mendata masalah dan kendala yang dihadapi dalam proses pembelajaran yang telah dilaksanakan pada siklus II, Pada siklus kali ini diharapkan lebih baik dibandingkan siklus I dan II, langkah-langkahnya antara lain: 1) Berdiskusi dengan guru kelas untuk menetapkan materi yang

akandiajarkan guna penyesuaian penyusunan perangkat

pembelajaran yakni “Masalah Sosial di Lingkungan Setempat”. 2) Membuat perangkat pembelajaran yakni menganalisis pemetaan


(45)

mengacu pada Permendiknas No 41 Tahun 2007 Standar Proses dengan mencantumkan media Power Point.

3) Menyiapkan media Power Point yang akan digunakan selama proses pembelajaran di kelas beserta bahan-bahan pendukung (gambar, animasi, materi, kabel terminal, LCD, laptop, dll).

4) Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati aktivitas siswa dan kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung.

5) Membuat lembar diskusi dan lembar tes formatif untuk memperoleh data aktivitas dan hasil belajar siswa.

b. Pelaksanaan

Langkah tindakan ini merupakan pelaksanaan dari rencana pembelajaran sebelumnya. Tindakan yang dilakukan dalam pelaksanaan pembelajaran siklus III dengan menggunakan media Power Point meliputi beberapa tahap antara lain:

1) Pendahuluan

a. Mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan dalam proses pembelajaran menggunakan media Power Point .

b. Guru mengecek kesiapan siswa untuk memulai pembelajaran c. Guru menyampaikan apersepsi dan tujuan pembelajaran 2) Kegiatan inti

a. Guru menampilkan media Power Point guna menyampaikan materi yang telah disiapkan sebelumnya, kemudian guru memberi rangsangan kepada siswa agar aktif dalam pembelajaran.


(46)

b. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya mengenai materi yang telah dijelaskan.

c. Siswa diminta mengemukakan pengertian mengenai materi melalui media Power Point yang telah diamati.

d. Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok, yang terdiri dari 6 orang untuk tiap kelompoknya, dan membagikan lembar diskusi siswa.

e. Perwakilan tiap kelompok diminta untuk maju membacakan hasil diskusi.

f. Siswa dari kelompok lain diberi kesempatan untuk memberikan tanggapan dari jawaban kelompok yang maju.

g. Guru menanggapi, memperjelas, dan meluruskan dari jawaban setiap kelompok.

h. Guru memberi penguatan kepada siswa yang berani maju dan memberi motivasi terhadap siswa lain agar lebih berani dalam mengutarakan pendapatnya.

i. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya mengenai materi yang belum dipahami.

j. Guru membagikan soal tes formatif mengenai materi yang telah diberikan.

3) Penutup

a. Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari.


(47)

c. Guru memberikan tindak lanjut berupa PR kepada siswa untuk mengetahui tingkat kepahaman siswa.

c. Observasi

Selama proses pembelajaran dari kegiatan awal sampai akhir diamati oleh observer dengan lembar observasi yang telah disepakati bersama, yaitu observasi mengenai aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan media Power Point serta observasi kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung. d. Refleksi

Kegiatan refleksi tentunya untuk membahas sesuatu yang terjadi dalam siklus III yang dilakukan oleh peneliti baik itu kelebihan atau kelemahan selama proses pembelajaran berlangsung. Jika pada siklus III pembelajaran dapat berlangsung dengan baik dan telah terjadi peningkatan dibandingkan dengan siklus-siklus sebelumnya, maka penelitian dianggap cukup.


(48)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Penggunaan media Power Point pada pembelajaran IPS dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Hal ini dapat dibuktikan dari meningkatnya rata-rata nilai pada setiap siklusnya. Nilai rata-rata pada siklus I yaitu 57,29 kemudian meningkat pada siklus II sebesar 65,63 dan meningkat kembali pada siklus III menjadi 78,96. Terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 8,34 dan dari siklus II ke III sebesar 13,33. 2. Penggunaan media Power Point pada pembelajaran IPS dapat

meningkatkan hasil belajar siswa. Hal tersebut dapat dibuktikan dari nilai hasil belajar siswa yang mengalami peningkatan disetiap siklusnya. Nilai rata-rata hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan disetiap siklusnya. Siklus I nilai rata-rata hasil belajar siswa sebesar 66,58. Kemudian pada siklus II nilai rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan menjadi 71,67. Siklus III nilai rata-rata hasil belajar siswa kembali mengalami peningkatan menjadi 78,58. Pelaksanaan siklus I persentase ketuntasan siswa sebesar 45,83%, kemudian pada siklus II persentase ketuntasan siswa meningkat menjadi 62,5%, dan pada siklus III


(49)

persentase ketuntasan siswa meningkat kembali menjadi 87,5% dari jumlah siswa keseluruhan yaitu 24 orang siswa. Peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 16,67% dan antara siklus II ke siklus III meningkat kembali sebesar 25%. Hal tersebut menunjukkan bahwa terjadi peningkatan nilai hasil belajar siswa disetiap siklusnya.

B. Saran

Bedasarkan kesimpulan dan temuan data di atas, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain.

1. Bagi siswa

Siswa diharapkan untuk dapat lebih meningkatkan keaktifan dan kerajinan dalam mengikuti pembelajaran yang dilakukan. Sehingga nantinya akan sangat bermanfaat bagi siswa sendiri khususnya untuk berpengaruh dalam meningkatnya aktivitas dan hasil belajar yang diperoleh siswa

2. Bagi guru

Guru diharapkan dapat memanfaatkan atau membuat media pembelajaran yang bervariasi, menarik dan kreati sesuai dengan kebutuhannya, agar pembelajaran akan lebih bermakna dan bervariasi. Salah satu media yang dapat digunakan dalam pembelajaran adalah media Power Point.

3. Bagi sekolah

Sekolah hendaknya dapat menambah sarana dan prasarana pembelajaran yang belum memadai. Harapannya dengan melengkapinya


(50)

proses pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diinginkan.

4. Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian ini mengkaji tentang perbaikan proses pembelajaran dengan menggunakan media Power Point, maka dari itu diharapkan untuk peneliti berikutnya dapat menerapkan media pembelajaran yang sama, dengan harapan hasil yang dicapai dapat lebih baik lagi.


(51)

DAFTAR PUSTAKA

Andayani, dkk. 2009. Pemantapan Kemampuan Profesional. Universitas Terbuka. Jakarta.

Andi. 2009. Short Course: Microsoft Power Point 2007. Wahana Komputer. Semarang.

Anonim. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta.

Aqib, Zainal, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB, dan TK. Yrama Widya. Bandung.

Arikunto, Suharsimi, dkk. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara. Jakarta.

. 2007. Manajemen Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta. Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Rajawali Press. Jakarta.

Asakaks. 2011. Media Microsoft Power Point. http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2189519-media-microsoft-powerpoint/.

DiaksesJumat 16 Nopember 2012.Pukul 13.20 WIB.

Asyhar, Rayandra. 2011. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Gaung Persada Press. Jakarta.

Budiningsih, Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.

Daryanto. 2010. Media Pembelajaran (Peranananya Sangat Penting Dalam Mencapai Tujuan Pembelajaran). Gava Media. Yogyakarta.

. 2010. Media Pembelajaran. Satu Nusa. Bandung.

Dimyati & Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.

Hasanah, Ulfa. 2010. Penggunaan Media Slide Power Point Dalam Meningkatkan Proses Dan Hasil Belajar Matematika Kelas V Sekolah Dasar Negeri 03


(52)

Metro Barat Tahun Pelajaran 2009/2010. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Hernawan, Asep Herry, dkk. 2007. Media Pembelajaran Sekolah Dasar. UPI PRESS. Bandung.

Kunandar. 2011. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Muncarno. 2012. Bahan Ajar Statistik Pendidikan. PGSD. Metro.

Musfiqon, HM. 2012. Pengembangan Media & Sumber Pembelajaran. Prestasi Pustakaraya. Jakarta.

Nasucha, Yakub, dkk. 2010. Bahasa Indonesia untuk Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Media Perkasa. Yogyakarta.

Purwanto, Ngalim. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknis Evaluasi Pengajaran. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Rusman, dkk. 2012. Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi: Mengembangkan Profesionalitas Guru. Rajawali Press. Jakarta.

Sapriya, dkk. 2006. Pembelajaran dan Evaluasi Hasil Belajar IPS. UPI PRESS. Bandung.

Setianingsih, Tri Hartanti. 2012. Penggunaan Media Power Point untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Pokok Bahasan Pecahan Sederhana pada Siswa Kelas III SD Negeri 2 Ngaren Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012. http ://repository.library.uksw. edu/ handle/ 123456789/ 749. Diakses Rabu, 26 Juni 2013 pukul 23.37 WIB.

Solihatin, Etin & Raharjo. 2007. Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS. Sinar Grafika Offset. Jakarta.

Supriatna, Nana, dkk. 2007. Pendidikan IPS di SD. UPI PRESS. Bandung.

Tim Penyusun. 2006. Standar Isi dan Standar Kompetensi untuk Satuan Pendidikan Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah dan Menengah (Permendiknas No. 22 Tahun 2006). Depdiknas. Jakarta.

Tim Penyusun. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Badan Standar Nasional Pendidikan. Jakarta.


(53)

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif:Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kencana. Jakarta.

Universitas Lampung. 2011. Format Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Sinar Grafika Jakarta.

Wardhani, IGAK, dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Terbuka. Jakarta.

Yudhanto, Yuda. 2008. Tips Praktis Microsoft Power Point 2007. IDE PUBLISING. Bandung.


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Penggunaan media Power Point pada pembelajaran IPS dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Hal ini dapat dibuktikan dari meningkatnya rata-rata nilai pada setiap siklusnya. Nilai rata-rata pada siklus I yaitu 57,29 kemudian meningkat pada siklus II sebesar 65,63 dan meningkat kembali pada siklus III menjadi 78,96. Terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 8,34 dan dari siklus II ke III sebesar 13,33. 2. Penggunaan media Power Point pada pembelajaran IPS dapat

meningkatkan hasil belajar siswa. Hal tersebut dapat dibuktikan dari nilai hasil belajar siswa yang mengalami peningkatan disetiap siklusnya. Nilai rata-rata hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan disetiap siklusnya. Siklus I nilai rata-rata hasil belajar siswa sebesar 66,58. Kemudian pada siklus II nilai rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan menjadi 71,67. Siklus III nilai rata-rata hasil belajar siswa kembali mengalami peningkatan menjadi 78,58. Pelaksanaan siklus I persentase ketuntasan siswa sebesar 45,83%, kemudian pada siklus II persentase ketuntasan siswa meningkat menjadi 62,5%, dan pada siklus III


(2)

persentase ketuntasan siswa meningkat kembali menjadi 87,5% dari jumlah siswa keseluruhan yaitu 24 orang siswa. Peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 16,67% dan antara siklus II ke siklus III meningkat kembali sebesar 25%. Hal tersebut menunjukkan bahwa terjadi peningkatan nilai hasil belajar siswa disetiap siklusnya.

B. Saran

Bedasarkan kesimpulan dan temuan data di atas, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain.

1. Bagi siswa

Siswa diharapkan untuk dapat lebih meningkatkan keaktifan dan kerajinan dalam mengikuti pembelajaran yang dilakukan. Sehingga nantinya akan sangat bermanfaat bagi siswa sendiri khususnya untuk berpengaruh dalam meningkatnya aktivitas dan hasil belajar yang diperoleh siswa

2. Bagi guru

Guru diharapkan dapat memanfaatkan atau membuat media pembelajaran yang bervariasi, menarik dan kreati sesuai dengan kebutuhannya, agar pembelajaran akan lebih bermakna dan bervariasi. Salah satu media yang dapat digunakan dalam pembelajaran adalah media Power Point.

3. Bagi sekolah

Sekolah hendaknya dapat menambah sarana dan prasarana pembelajaran yang belum memadai. Harapannya dengan melengkapinya


(3)

proses pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diinginkan.

4. Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian ini mengkaji tentang perbaikan proses pembelajaran dengan menggunakan media Power Point, maka dari itu diharapkan untuk peneliti berikutnya dapat menerapkan media pembelajaran yang sama, dengan harapan hasil yang dicapai dapat lebih baik lagi.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Andayani, dkk. 2009. Pemantapan Kemampuan Profesional. Universitas Terbuka. Jakarta.

Andi. 2009. Short Course: Microsoft Power Point 2007. Wahana Komputer. Semarang.

Anonim. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta.

Aqib, Zainal, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB, dan TK. Yrama Widya. Bandung.

Arikunto, Suharsimi, dkk. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara. Jakarta.

. 2007. Manajemen Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta. Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Rajawali Press. Jakarta.

Asakaks. 2011. Media Microsoft Power Point. http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2189519-media-microsoft-powerpoint/.

DiaksesJumat 16 Nopember 2012.Pukul 13.20 WIB.

Asyhar, Rayandra. 2011. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Gaung Persada Press. Jakarta.

Budiningsih, Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.

Daryanto. 2010. Media Pembelajaran (Peranananya Sangat Penting Dalam Mencapai Tujuan Pembelajaran). Gava Media. Yogyakarta.

. 2010. Media Pembelajaran. Satu Nusa. Bandung.

Dimyati & Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.

Hasanah, Ulfa. 2010. Penggunaan Media Slide Power Point Dalam Meningkatkan Proses Dan Hasil Belajar Matematika Kelas V Sekolah Dasar Negeri 03


(5)

Metro Barat Tahun Pelajaran 2009/2010. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Hernawan, Asep Herry, dkk. 2007. Media Pembelajaran Sekolah Dasar. UPI PRESS. Bandung.

Kunandar. 2011. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Muncarno. 2012. Bahan Ajar Statistik Pendidikan. PGSD. Metro.

Musfiqon, HM. 2012. Pengembangan Media & Sumber Pembelajaran. Prestasi Pustakaraya. Jakarta.

Nasucha, Yakub, dkk. 2010. Bahasa Indonesia untuk Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Media Perkasa. Yogyakarta.

Purwanto, Ngalim. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknis Evaluasi Pengajaran. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Rusman, dkk. 2012. Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi: Mengembangkan Profesionalitas Guru. Rajawali Press. Jakarta.

Sapriya, dkk. 2006. Pembelajaran dan Evaluasi Hasil Belajar IPS. UPI PRESS. Bandung.

Setianingsih, Tri Hartanti. 2012. Penggunaan Media Power Point untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Pokok Bahasan Pecahan Sederhana pada Siswa Kelas III SD Negeri 2 Ngaren Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012. http ://repository.library.uksw. edu/ handle/ 123456789/ 749. Diakses Rabu, 26 Juni 2013 pukul 23.37 WIB.

Solihatin, Etin & Raharjo. 2007. Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS. Sinar Grafika Offset. Jakarta.

Supriatna, Nana, dkk. 2007. Pendidikan IPS di SD. UPI PRESS. Bandung.

Tim Penyusun. 2006. Standar Isi dan Standar Kompetensi untuk Satuan Pendidikan Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah dan Menengah (Permendiknas No. 22 Tahun 2006). Depdiknas. Jakarta.

Tim Penyusun. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Badan Standar Nasional Pendidikan. Jakarta.


(6)

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif:Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kencana. Jakarta.

Universitas Lampung. 2011. Format Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Sinar Grafika Jakarta.

Wardhani, IGAK, dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Terbuka. Jakarta.

Yudhanto, Yuda. 2008. Tips Praktis Microsoft Power Point 2007. IDE PUBLISING. Bandung.


Dokumen yang terkait

MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA PEMBELAJARAN IPS KELAS IV A SD NEGERI 7 KARANG ANYAR JATIAGUNG LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

1 19 42

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGS A W PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS IV SD NEGERI 1 JEMBRANA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 7 54

PENGGUNAAN MEDIA POWER POINT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS IV A SD NEGERI 1 SUKARAJA TIGA LAMPUNG TIMUR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

1 14 53

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN PKn SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 PENENGAHAN BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 11 47

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN IPS SISWA KELAS IV SD NEGERI 3 TEMPURAN LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 6 146

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA POWER POINT KELAS VA SD NEGERI SIDOSARI TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 8 45

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL MELALUI MEDIA GRAFIS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN TEMATIK SISWA KELAS IV B SD NEGERI 1 NUNGGALREJO TAHUN PELAJARAN 2013/2014

2 4 71

PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN POWER POINT DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PKn KELAS VII SMP XAVERIUS PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 7 43

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE THINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS KELAS IV SD NEGERI 2 SABAH BALAU LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 9 53

PENERAPAN MODEL ARTIKULASI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA POWER POINT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS KELAS IVA SD NEGERI 08 METRO SELATAN

0 18 80