Pendahuluan Dwi Kewarganegaraan dan Politik Hukum Kewarganegaraan Indonesia.

1 Dwi Kewarganegaraan dan Politik Hukum Kewarganegaraan Indonesia  Susi Dwi Harijanti, PhD 

A. Pendahuluan

Kewarganegaraan merupakan salah satu unsur yang selalu dikaitkan dengan negara bangsa nation state. 1 Akan tetapi sebagai akibat perubahan yang terjadi saat ini, relasi antara kewarganegaraan dengan negara bangsa tertentu mulai dipersoalkan. Misalnya, isu mengenai kewarganegaraan Uni Eropa. Transformasi relasi ini terjadi karena dua sebab, terutama yang berkaitan dengan kondisi yang saling berhubungan interconnected conditions, yaitu 1 perubahan ciri kedudukan dan kelembagaan dari negara bangsa sebagai akibat berbagai bentuk globalisasi yang terjadi mulai tahun 1980-an, serta 2 munculnya aktor-aktor baru dalam hubungan internasional selain negara. 2 Sebagai akibat globalisasi yang memungkinkan terjadinya perpindahan orang atau kelompok secara lebih mudah, fenomena migrasi menjadi semakin nyata yang menyebabkan munculnya diaspora di berbagai negara. 3 Menjadi tidak bermasalah apabila perpindahan dengan maksud menetap yang diikuti dengan perpindahan kewarganegaraan hanya menimbulkan akibat hilangnya salah satu kewarganegaraan. Akan tetapi fenomena yang muncul adalah adanya tuntutan pemberlakukan dwi kewarganegaraan. Tuntutan ini menimbulkan pertanyaan mengenai loyalitas dan kesetiaan loyalty and allegiance yang biasanya melekat pada konsep  Disampaikan dalam acara Diskusi Penyusunan Konsep Naskah Akademik dan RUU tentang Kewarganegaraan Ganda, diselenggarakan oleh Sekretariat Jenderal DPR, Jakarta, 23 Oktober 2014.  Dosen Hukum Tata Negara FH Unpad. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Sdr. Bilal Dewansyah, S.H., M.H. atas bantuannya menyiapkan bahan-bahan tulisan. 1 Lihat misalnya, Saskia Sassen, „The Repositioning of Citizenship: Emergent Subject and Spaces for Politics‟, Project MUSE, diunduh http:muse.jhu.edu , 20 April 2010. 2 Ibid, hlm 1. 3 Lihat misalnya, Melvin Ember, et., al eds, Encyclopedia of Diasporas: Immigrant and Refugees Culture Around The World, New York, Springer, 2005 2 kewarganegaraan. Haruskah konsep loyalitas dan kesetiaan ini diberi tafsir baru dan digantikan dengan konsep „connectedness‟? Sebagai negara dimana warga negaranya mulai melakukan migrasi, Indonesia menghadapi masalah yang sama. Beberapa tahun belakangan diaspora Indonesia mulai menggagas pemikiran mengenai kemungkinan penggunaan dwi kewarganegaraan. Menyikapi hal tersebut, DPR mulai melakukan kajian-kajian dwi kewarganegaraan dari berbagai perspektif, seperti Hukum Tata Negara, Hukum Kewarganegaraan dan Keimigrasian, serta Hukum Internasional. Terdapat beberapa masalah dalam TOR yang disusun oleh Tim Setjen DPR dalam rangka penyusunan konsep Naskah Akademik dan RUU Kewarganegaraan Ganda: 1 bagaimana urgensi pengaturan kewarganegaraan ganda dalam undang-undang tersendiri?; bagaimana konsep kewarganegaraan ganda? ; 3 siapa saja yang dapat memperoleh kewarganegaraan ganda?; 4 bagaimana negara memberikan perlindungan dan fasilitas dalam penerapan kewarganegaraan ganda di Indonesia?; 5 bagaimana tujuan dan manfaat kewarganegaraan ganda bagi rakyat Indonesia?: 6 Bagaimana pemberian kewarganegaraan ganda dari perspektif hak asasi manusia HAM?; 7 bagaimana tata cara untuk memperoleh kewarganegaraan ganda?; dan 8 bagaimana tata cara kehilangan kewarganegaraan ganda? Beberapa permasalahan di atas, secara garis besar dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu persoalan-persoalan yang berkaitan dengan konsep kewarganegaraan, serta permasalahan-permasalahan yang bersifat teknis. Masalah no. 1, misalnya, perlu diawali dengan mendiskusikan konsep kewarganegaraan ganda terlebih dahulu, serta masalah praktikal yang dihadapi dari penerapan UU No. 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan UU Kewarganegaraan, khususnya yang berkaitan dengan masalah konflik status kewarganegaraan conflict of nationalitycitizenship atau fenomena kewarganegaraan terkini. Dari pembahasan tersebut, baru dapat diketahui apakah kita perlu mengatur dan menerapkan kewarganegaraan ganda atau tidak di Indonesia. Jika memang perlu diatur, ada tiga kemungkinan: apakah diatur dengan UU tersendiri, 3 perubahan parsial atau bahkan penggantian terhadap UU Kewarganegaraan. Jika memang kewarganegaraan ganda secara penuh akan diadopsi dalam hukum kewarganegaraan Indonesia, pilihan – pilihan tersebut tentu saja akan mengubah politik hukum kewarganegaraan Indonesia yang selama ini didasarkan pada prinsip kewarganegaraan tunggal, dan hanya mengakui kewarganegaraan ganda terbatas pada anak dari perkawinan campuran. Sedangkan persoalan-persoalan yang berkaitan dengan mekanisme pemberian kewarganegaraan ganda merupakan persoalan teknis yang dapat diselesaikan setelah persoalan konsep dapat diselesaikan.

B. Kewarganegaraan Ganda: Konsep dan Perkembangan