HUKUM DWI KEWARGANEGARAAN DI UNI EROPA

HUKUM (DWI) KEWARGANEGARAAN DI UNI EROPA

(sebuah masukan untuk Team Penyusun Naskah Akademik dan/atau Team

Penyusun Rancangan Undang Undang mengenai Perubahan UU No. 12/2006 tentang Kewarganegaraan Indonesia) TASK FORCE IMIGRASI DAN KEWARGANEGARAAN INDONESIAN DIASPORA NETWORK – EUROPEAN UNION (TFIK IDN-EU) BELANDA – BELGIA – FINLANDIA – ITALIA JERMAN – POLANDIA – PRANCIS – SWEDIA AGUSTUS 2015

PENDAHULUAN

Badan Legislasi DPR RI pada tanggal 9 Februari 2015 telah menetapkan 160 RUU yang masuk kedalam Program Legislasi Nasional (ProLegNas) 2015-2019. Salah satu dari ke 160 RUU tersebut adalah RUU tentang Perubahan atas UU no. 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan RI, yang menempati posisi ke

59 di daftar ProLegNas tersebut. Walaupun tidak ada pengakuan resmi dari pihak DPR, RUU Perubahan UU no. 12 Tahun 2006 tersebut

diyakini muncul akibat antara lain desakan Diaspora Indonesia, yang sejak Kongres Diaspora Indonesia yang pertama di Los Angeles, musim panas 2012, sampai dengan yang kedua di Jakarta, Agustus 2013, terus menerus mengumandangkan aspirasi mereka akan Dwi Kewarganegaraan (DK).

Dalam periode dari bulan November 2014 s/d Februari 2015 IDN-Global melalui Task Force Imigrasi dan Kewarganegaraan (TFIK) IDN-Global telah berhasil menyelenggarakan serangkaian seminar ilmiah di

6 universitas di Indonesia, yaitu Universitas Sam Ratulangi, Manado, Universitas Udayana, Bali, Universitas Indonesia, Jakarta, Universitas Negeri Medan, Universitas Brawijaya, Malang dan Universitas Pajajaran, Bandung, yang dimaksudkan untuk membahas aspirasi Diaspora Indonesia akan Dwi Kewarganegaraan tersebut, ditinjau dari berbagai macam sudut pandang dan disiplin ilmu, seperti misalnya filosifis, yuridis, historis, teoretis, empiris, sosiologis, kebudayaan, pertahanan dan keamanan, ekonomi, hak azasi manusia, dan lain sebagainya.

Hasil yang diperoleh dari dari rangkaian seminar tersebut akan dipergunakan untuk menyiapkan Naskah Akademik sebagai prasyarat penyusunan sebuah RUU, sesuai UU no.12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.

Dengan maksud untuk memberikan masukan kepada Team Penyusun Naskah Akademik dan/atau Team Penyusun RUU Perubahan UU no. 12 Tahun 2006 tersebut, dibuatlah buku ini. Buku ini berisi kompilasi beberapa tulisan mengenai penerapan Dwi Kewarganegaraan di beberapa negara anggota Uni Eropa, yaitu: Belanda, Belgia, Jerman, Italia, Finlandia, Polandia, dan Yunani. Harapannya adalah agar ia dapat dijadikan sebagai salah satu bahan inspirasi dan/atau bahan perbandingan oleh kedua team tersebut diatas.

Disamping itu, buku ini juga dimaksudkan sebagai kontribusi Diaspora Indonesia di Uni Eropa dalam Kongres Diaspora Indonesia ke III yang akan diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 12 s/d 14 Agustus 2015 yang akan datang, khususnya dalam sesi Dwi Kewarganegaraan.

Seperti dapat dibaca dalam bab-bab berikut, negara-negara EU tersebut diatas menerapkan DK sesuai dengan kebijakan negara masing-masing sebagai negara merdeka. Sekalipun demikian, sebagai negara anggota Uni Eropa yang telah turut menandatangani atau meratifikasi ‘European Convention on Nationality’, yang disahkan di Strasbourg, Prancis, pada tanggal 6 November 1997, kebijakan yang mereka buat itu mengandung prinsip-prinsip seperti yang tertuang didalam konvensi tersebut.

Konvensi ini dirancang untuk memberi kemudahan dalam memperolah kewarganegaraan dari negara anggota EU dan kemudahan untuk mengambil kewarganegaraan yang telah dilepaskan. Konvensi ini juga menjamin bahwa kewarganegaraan seseorang tidak dapat dengan begitu saja dicabut atau hilang tanpa alasan yang baik. Juga dijamin dalam konvensi ini bahwa anak-anak yang secara otomatis memiliki kewarganegaraan ganda pada saat kelahirannya, diperbolehkan mempertahankan kewarganegaraan ganda yang dimilikinya itu seumur hidup, dan pasangan perkawinan campuran yang otomatis mendapatkan kewarganegaraan pasangannya, juga diperbolehkan untuk mempertahankan kewarganegaraan asalnya.

Begitu pula konvensi ini membuka kemungkinan bagi seorang warga negara EU diluar 2 kategori tersebut untuk memiliki Dwi Kewarganegaraan, yang realisasinya tergantung pada kebijakan negara masing-masing.

Disamping kesamaan pedoman kepada konvensi tersebut, negara-negara EU juga memiliki kesamaan yang lain yaitu bahwa mereka hanya memiliki satu UU Kewarganegaraan saja, dengan DK yang hanya merupakan bagian dari UU tersebut, apakah sebagai hukum pengecualian ataupun sudah termasuk secara implisit.

Belanda dan Jerman, menerapkan UU Kewarganegaraan berazas tunggal namun memberlakukan DK sebagai hukum pengecualian. Sebaliknya Belgia, Finlandia, Italia, Polandia dan Yunani, menerapkan hukum kewarganegaraan berazas ganda, yang secara implisit memperbolehkan setiap subyek hukum negara-negara tersebut memiliki kewarganegaraan lebih dari satu, berapapun banyaknya.

Lebih khusus lagi, Yunani dan Polandia menerapkan aturan bahwa sekali seseorang menjadi warga negara Yunani atau Polandia, maka selama hayat dikandung badan yang bersangkutan akan tetap warganegara Yunani atau Polandia, sekalipun yang bersangkutan telah memiliki kewarganegaraan lain dan/atau sudah tidak bertempat tinggal lagi di Yunani ataupun Polandia. Bahkan untuk Yunani, jika seseorang dapat membuktikan bahwa yang bersangkutan adalah keturunan Yunani, dimanapun ia berada di muka bumi ini, maka yang bersangkutan berhak mendapatkan kewarganegaraan Yunani.

Maka dapatlah disimpulkan bahwa Dwi Kewarganegaraan di Uni Eropa adalah sebuah keniscayaan. Jika latar belakang diberlakukannya DK oleh negara-negara anggota EU tersebut dipertanyakan, maka jawabnya, dengan mengacu kepada bunyi ayat-ayat hukum yang tertulis, adalah Hak Azasi Manusia atau alasan-alasan kemanusiaan yang masuk akal. Sebuah sikap yang sangat dapat dimengerti mengingat sejarah Eropa yang sarat dengan pelanggaran-pelanggaran HAM yang telah terjadi sekian lama, mulai dari jaman feodalisme, revolusi industri, kolonialisme, Perang Dunia ke I sampai kepada Perang Dunia ke II dan Perang Dingin.

Buku ini dilengkapi dengan kompilasi sejarah perjuangan DK yang berhasil dikumpulkan dari catatan- catatan yang terserak diberbagai (nara) sumber. Dari kompilasi itu dapat ditemukan bahwa aspirasi DK sebenarnya sudah mulai tumbuh sejak tahun 2002 di Prancis. Hampir bersamaan dengan itu, perjuangan DK juga dilakukan di Indonesia oleh berbagai kelompok masyarakat perkawinan campuran. Perjuangan ini menghasilkan UU no. 12 Tahun 2006, yang hanya memperbolehkan anak-anak perkawinan campuran memiliki Dwi Kewarganegaraan sampai usia 18 tahun. Sejak Kongres Diaspora Indonesia yang pertama di Los Angeles tahun 2012, DK akhirnya menjadi perjuangan Diaspora Indonesia dari seluruh dunia.

Diaspora Indonesia mengharapkan DK karena mereka tidak ingin berpisah dari, atau karena ingin bergabung kembali menjadi bagian dari negara dan rakyat Indonesia seumur hidupnya, tanpa harus mengorbankan kenyamanan hidup dan kehidupan yang baik di negeri orang, serta ingin mendapatkan kesempatan untuk berkarier dengan setinggi-tingginya di negara mereka tinggal, namun pada saat yang bersamaan dapat mengambil bagian dalam proses pembangunan yang terjadi di Indonesia secara aktif.

Melihat DK dari sisi kepentingan Diaspora Indonesia saja tidaklah lengkap. Oleh karena itu, didalam buku ini juga ditambahkan tulisan mengenai untung rugi DK bagi Indonesia.

Dalam buku ini istilah Dwi Kewarganegaraan (DK) dipergunakan secara berganti-gantian dengan istilah Kewarganegaraan Ganda (KG). Dalam banyak kalimat didalam buku ini DK berarti sama dengan KG. Tapi dalam konteks tertentu KG berarti lebih dari dua kewarganegaraan, dengan kata lain banyak atau multi kewarganegaraan.

Buku ini diakhiri dengan kesimpulan dan saran.

HUKUM (DWI) KEWARGANEGARAAN DI BELANDA TASK FORCE IMIGRASI DAN KEWARGANEGARAAN IDN-NL 1

1. Pengantar

Belanda memiliki Undang Undang Kewarganegaraan sejak tahun 1892. Sebagai dampak peninjauan kembali UU tersebut dan untuk mengakomodasi konvensi PBB di New York pada tanggal 30 Agustus 1961 mengenai pembatasan kasus- kasus ‘stateless’, konvensi Eropa di Straatsburg pada tanggal 6 Mei 1963 mengenai pembatasan kasus-kasus multi kewarganegaraan dan keharusan memenuhi wajib militer, serta perjanjian Eropa di Bern pada tanggal 13 September 1973 mengenai pembatasan kasus-kasus ‘stateless’, maka pada tanggal 19 Desember 1984 dikeluarkanlah UU Kewarganegaraan yang baru.

UU tahun 1984 tersebut selanjutnya sempat mengalami beberapa kali amandemen. Pada tahun 2005 pernah diusulkan amandamen untuk menghapuskan kemungkinan Dwi Kewarganegaraan, namun usul ini diprotes banyak pihak. Diaspora Belanda menentang RUU tersebut melalui sebuah petisi yang ditandatangani oleh 26000 orang. RUU ini juga dikritik oleh Raad van State (Dewan Pertimbangan Agung Belanda) dan secara tidak langsung ditolak oleh de Tweede Kamer (Parlemen Belanda). Pada tahun 2013 Pemerintah Belanda melalui Kementrian Kehakiman dengan resmi mencabut RUU penghapusan Dwi Kewarganegaraan tersebut. Pada tahun yang sama diusulkan amandemen baru perihal pencabutan kewarganegaraan terkait terorisme, yang masih belum diputuskan hingga saat ini, termasuk usulan amandemen memperpanjang masa tinggal di Belanda dari 5 tahun menjadi 7 tahun sebagai salah satu persyaratan mengajukan permohonan naturalisasi, yang juga diusulkan pada tahun 2013 itu. Amandemen terbaru yang telah disahkan adalah amandamen tahun 2011 yang memperketat persyaratan untuk memperoleh Kewarganegaraan Belanda.

Sama seperti Indonesia, UU Kewarganegaraan Belanda menganut prinsip Ius Sanguinis (garis keturunan) dan berazas Kewarganegaraan Tunggal. Namun dalam ketentuan Perolehan dan Kehilangan Kewarganegaraan Belanda, ternyata dimungkinkan terjadinya Dwi Kewarganegaraan. Dwi Kewarganegaraan yang diterapkan tidak mengenal batas usia dan pembatasan kategori, seperti misalnya hanya berlaku hingga usia 18 tahun dan hanya untuk anak-anak pasangan perkawinan campuran saja, sebagaimana halnya di Indonesia.

Tulisan ini akan menjelaskan bagaimana Dwi Kewarganegaraan dalam hukum Kewarganegaran Belanda tersebut memungkinkan, yang dilanjutkan dengan uraian mengenai pernah adanya usaha-usaha penolakan Dwi Kewarganegaraan tersebut, namun akhirnya mengalami kegagalan. Tulisan ini ditutup dengan kesimpulan.

2. Pengaturan Dwi Kewarganegaraan Menurut Peraturan Yang Berlaku

Peraturan perundang-undangan di Belanda terkait Dwi Kewarganegaraan, pada dasarnya, dapat ditelusuri melalui ketentuan perolehan kewarganegaraan dan ketentuan hilangnya kewarganegaraan.

Dalam ketentuan perolehan kewarganegaraan, kemungkinan adanya Dwi Kewarganegaraan dapat dilihat dari adanya pengecualian terhadap kewajiban melepaskan kewarganegaraan yang dimiliki, ketika yang bersangkutan memperoleh kewarganegaraan Belanda.

1 Herman Syah, Imam Nasima, Bari Muchtar, Devi Puspa Y., Florentina Bolt, Agustina Rukini, Glenn Pieter.

Dalam ketentuan hilangnya kewarganegaraan, adanya Dwi Kewarganegaraan dapat dilihat dari tidak hilangnya kewarganegaraana Belanda yang dimiliki, ketika yang bersangkutan memperoleh kewarganegaraan dari negara lain.

2.1. Perolehan Kewarganegaraan Belanda

Menurut undang-undang kewarganegaraan yang saat ini berlaku di Belanda (Rijkswet op het Nederlanderschap/RWN), kewarganegaraan Belanda dapat diperoleh melalui tiga cara, yaitu:

Secara otomatis (Bab 2 RWN) Melalui proses opsi (Bab 3 RWN) Melalui proses naturalisasi/pewarganegaraan (Bab 4 RWN)

A. Perolehan kewarganegaraan secara otomatis, yang berlaku untuk anak-anak

Seorang anak akan memperoleh kewarganegaraan Belanda dengan sendirinya, jika:

1. Si Anak dilahirkan dari ayah atau ibu yang berkewarganegaraan Belanda (Pasal 3 ayat 1 RWN).

2. Si Anak dilahirkan dari ayah atau ibu (di samping anak itu sendiri) yang tempat tinggal utamanya di

Belanda, Aruba, Curacao, atau Sint Maarten, pada saat ia dilahirkan (Pasal 3 ayat 3 RWN).

3. Si Anak ditemukan di Belanda, Aruba, Curacao, atau Sint Maarten atau di atas kapal atau dalam pesawat terbang milik Belanda, Aruba, Curacao, atau Sint Maarten dan tidak diketahui kewarganegaraannya (Pasal 3 ayat 2 RWN). Namun ini akan dibatalkan, jika dalam waktu lima tahun sejak anak itu ditemukan diketahui bahwa ia ternyata mempunyai kewarganegaraan asing.

4. Si Anak diadopsi oleh orang tua angkat yang berkewarganegaraan Belanda.

B. Perolehan kewarganegaraan melalui proses opsi

Dalam proses opsi, seseorang harus mengeluarkan pernyataan terlebih dahulu bahwa yang bersangkutan berkeinginan menjadi warga negara Belanda. Ia kemudian baru memiliki kewarganegaraan Belanda secara resmi jika telah dikukuhkan oleh otoritas lokal.

Seseorang dapat mengajukan proses opsi jika masuk kedalam kategori berikut (Pasal 6 RWN):

1. Yang bersangkutan adalah seorang dewasa (diatas 18 tahun atau telah menikah) yang merupakan anak keluarga imigran yang lahir di dan sejak kelahirannya tinggal di Belanda, Aruba, Curaçao, Sint Maarten atau di wilayah pemerintahan Bonaire, Sint Eustatius dan Saba.

2. Yang bersangkutan lahir di Belanda, Aruba, Curaçao, Sint Maarten atau di wilayah pemerintahan Bonaire, Sint Eustatius dan Saba, tidak memiliki kewarganegaraan (stateless) sejak kelahirannya, dan bertempat tinggal resmi di salah satu dari tempat-tempat tersebut selama sekurang-kurangnya 3 tahun tanpa putus.

3. Yang bersangkutan ketika berusia dibawah umur diakui sebagai anak oleh seorang warga negara

Belanda, yang pada saat itu tidak secara otomatis dapat menjadi warganegara Belanda karena bukti-bukti yang belum lengkap, dan sekurang-kurangnya selama 3 tahun diasuh oleh warga negara Belanda itu.

4. Yang bersangkutan adalah seorang dewasa yang sejak berumur 4 tahun bertempat tinggal resmi di Belanda, Aruba, Curaçao, Sint Maarten atau di wilayah pemerintahan Bonaire, Sint Eustatius dan Saba.

5. Yang bersangkutan adalah seorang dewasa yang pernah memiliki kewarganegaraan Belanda dan bertempat tinggal tetap di Belanda, Aruba, Curaçao, Sint Maarten atau di wilayah pemerintahan Bonaire, Sint Eustatius dan Saba selama sekurang-kurangnya 1 tahun.

6. Yang bersangkutan menikah dengan seorang warga negara Belanda selama sekurang-kurangnya 3

tahun dan bertempat tinggal resmi di Belanda, Aruba, Curaçao, Sint Maarten atau di wilayah pemerintahan Bonaire, Sint Eustatius dan Saba selama sekurang-kurangnya 15 tahun.

7. Yang bersangkutan telah mencapai usia 65 tahun dan bertempat tinggal resmi di Belanda, Aruba,

Curaçao, Sint Maarten atau di wilayah pemerintahan Bonaire, Sint Eustatius en Saba selama sekurang-kurangnya 15 tahun.

8. Yang bersangkutan menikah sebelum 1 Januari 1985 dengan seorang laki-laki warga negara asing, yang akibat pernikahan itu secara otomatis kewarganegaraan Belandanya hilang, namun kemudian bercerai. Yang bersangkutan dapat memperoleh kembali kewarganegaraan Belandanya dalam waktu 1 tahun setelah perceraian tersebut, tanpa keharusan bertempat tinggal resmi di wilayah Belanda.

9. Yang bersangkutan adalah seseorang yang lahir sebelum 1 Januari 1985 dari seorang ibu yang pada saat yang bersangkutan lahir berkewarganegaraan Belanda, sementara ayahnya berkewarganegaraan asing.

10. Yang bersangkutan sebelum 1 Januari 1985 diadopsi oleh seorang wanita berkewarganegaraan Belanda melalui keputusan pengadilan di Belanda, Aruba, Curaçao, Sint Maarten atau di wilayah pemerintahan Bonaire, Sint Eustatius en Saba, yang pada saat keputusan pengadilan tersebut diberlakukan, yang bersangkutan masih anak-anak dibawah umur.

11. Yang bersangkutan dilahirkan sebagai anak dari orang yang disebutkan di butir 9 atau 10 diatas, sementara orang itu telah mendapatkan kewarganegaraan Belandanya, atau meninggal dunia sebelum kewarganegaraan Belanda itu diperolehnya.

12. Yang bersangkutan ketika belum berusia 7 tahun diakui sebagai anak oleh orang yang disebutkan di butir 9 atau 10 diatas, sementara orang itu telah mendapatkan kewarganegaraan Belandanya, atau meninggal dunia sebelum kewarganegaraan Belanda itu diperolehnya.

13. Yang bersangkutan ketika berusia diatas 7 tahun namun masih dibawah umur diakui sebagai anak kandung oleh orang yang disebutkan di butir 9 atau 10 diatas, sementara pada saat pengakuan itu orang itu telah mendapatkan kewarganegaraan Belandanya, atau meninggal dunia sebelum kewarganegaraan Belanda itu diperolehnya.

14. Yang bersangkutan masih anak-anak ketika ditetapkan pengadilan sebagai anak dari orang yang disebutkan di butir 9 atau 10 diatas, sementara orang itu telah mendapatkan kewarganegaraan Belandanya, atau meninggal dunia sebelum kewarganegaraan Belanda itu diperolehnya.

15. Yang bersangkutan masih anak-anak ketika pengadilan di Belanda, Aruba, Curaçao, Sint Maarten atau di wilayah pemerintahan Bonaire, Sint Eustatius en Saba mengeluarkan keputusan adopsi yang bersangkutan oleh orang yang disebutkan di butir 9 atau 10 diatas, sementara saat keputusan pengadilan tersebut ditetapkan, orang itu telah mendapatkan kewarganegaraan Belandanya, atau telah meninggal dunia sebelum kewarganegaraan Belanda itu diperolehnya.

16. Yang bersangkutan adalah seorang anak yang lahir setelah 1 April 2003 namun sebelum 1 Maret 2009 dan diakui sebagai anak oleh seorang warga negara Belanda, atau ditetapkan sebagai anak angkat.

Untuk semua kategori di atas berlaku keharusan bahwa yang bersangkutan tidak boleh memiliki suami atau istri lebih dari satu (1).

Dalam proses opsi, pemohon tidak diwajibkan untuk melepaskan kewarganegaraan asalnya, kecuali kategori nomor 4, yaitu seseorang (Warga Negara Asing) yang tempat tinggal utamanya sejak usia 4 tahun berada di wilayah kekuasaan Belanda (Pasal 6 ayat 1 huruf e RWN). Untuk kategori ini berlaku kewajiban melepaskan kewarganegaraan asal yang dimilikinya, kecuali jika ini secara wajar tidak diinginkan.

Selain dari apabila melepaskan kewarganegaraan asal secara wajar tidaklah diinginkan, kewajiban untuk melepaskan kewarganegaraan asal bagi kategori nomor 4 tersebut juga tidak berlaku apabila yang bersangkutan adalah (Pasal 6a ayat 2 RWN):

1. Warga dari negara anggota konvensi tentang pembatasan kewarganegaraan ganda, atau

2. Warga negara asing yang lahir di wilayah Belanda, Aruba, Curacao, atau Sint Maarten dan bertempat tinggal utama di wilayah tersebut ketika kewarganegaraan Belanda diperoleh, atau

3. Warga negara asing yang menikah dengan warga negara Belanda, atau

4. Warga negara asing yang diakui sebagai pengungsi di wilayah Belanda, Aruba, Curacao, atau Sint Maarten.

C. Perolehan kewarganegaraan melalui proses naturalisasi atau pewarganegaraan

Berbeda dengan proses opsi yang hanya membutuhkan pernyataan resmi (deklarasi) bahwa yang bersangkutan ingin memiliki kewarganegaraan Belanda, perolehan kewarganegaraan Belanda melalui proses naturalisasi didahului dengan permohonan dari yang bersangkutan.

Untuk mengajukan permohonan tersebut, harus dipenuhi terlebih dahulu beberapa syarat tertentu (Pasal 8 RWN) yaitu:

1. Masa tinggal di Belanda (minimal 5 tahun tanpa putus),

2. Lulus ujian pembauran (inburgering) yang mencakup kemahiran bahasa dan pengetahuan tentang masyarakat Belanda,

3. Menyatakan keterikatannya dengan Belanda,

4. Melepaskan kewarganegaraan asal yang dimilikinya. Baik proses opsi maupun naturalisasi sama-sama mensyaratkan bahwa pemohon tidak melakukan

tindak pidana dalam 4 tahun terakhir baik di Belanda maupun di luar Belanda, dan tidak sedang dituntut oleh pengadilan.

Mengenai kewajiban melepaskan kewarganegaraan asal pada proses naturalisasi, berlaku juga pengecualian (Pasal 9 ayat 3 RWN) sebagaimana halnya berlaku pada kategori nomor 4 proses opsi yang telah diuraikan di atas, namun diperluas dengan peraturan perundangan berikut:

1. Kewarganegaraan yang sedang dimiliki oleh yang bersangkutan otomatis dicabut oleh pemerintah negara yang mengeluarkan kewarganegaraan tersebut apabila yang bersangkutan mendapatkan kewarganegaraan dari negara lain.

2. Hukum di negara yang bersangkutan menjadi warganegaranya tidak mengakui kehilangan atau pencabutan kewarganegaraan.

3. Yang bersangkutan menikah atau hidup bersama secara tercatat di catatan sipil dengan seorang Warga Negara Belanda.

4. Yang bersangkutan belum dewasa (berumur dibawah 18 tahun).

5. Yang bersangkutan tidak diharapkan melakukan kontak dengan pemerintahan negara yang

memberinya kewarganegaraan negara tersebut.

6. Yang bersangkutan memiliki alasan-alasan khusus dan alasan-alasan obyektif yang sangat berharga untuk tidak melepaskan kewarganegaraan yang sedang dimilikinya.

7. Yang bersangkutan memiliki kewarganegaraan dari sebuah negara yang tidak diakui oleh Negeri Belanda.

8. Yang bersangkutan harus mengeluarkan biaya yang sangat tinggi untuk melepaskan kewarganegaraan yang sedang dimilikinya.

9. Yang bersangkutan mengalami kerugian finansial yang sangat serius jika melepaskan kewarganegaraan yang sedang dimilikinya, akibat hilangnya hak-hak tertentu (misalnya hak ahli waris, hak kepemilikan dlsb.).

10. Yang bersangkutan harus melaksanakan dinas Wajib Militer sebelum melepaskan kewarganegaraan yang sedang dimilikinya.

Dari ketentuan-ketentuan mengenai perolehan kewarganegaraan Belanda tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya terdapat kewajiban untuk melepaskan kewarganegaraan asal (kecuali pada proses opsi) apabila seorang Warga Negara Asing hendak menjadi Warga Negara Belanda. Namun pada kondisi-kondisi tertentu terdapat pengecualian atas persyaratan tersebut, sehingga bagi Warga Negara Asing yang memenuhi salah satu dari kondisi-kondisi tersebut berlaku Dwi Kewarganegaraan.

2.2. Hilangnya Kewarganegaraan Belanda

Ketentuan mengenai hilangnya kewarganegaraan merupakan refleksi atau kebalikan dari perolehan kewarganegaraan jika itu mengenai Dwi Kewarganegaraan. Jika ketentuan mengenai perolehan kewarganegaraan mengatur adanya kewajiban melepaskan kewarganegaraan asal, maka ketentuan mengenai hilangnya kewarganegaraan mengantisipasi kondisi-kondisi jika warga negara Belanda memperoleh kewarganegaraan dari negara lain.

Untuk orang dewasa (Pasal 15 RWN), kewarganegaraan Belanda akan hilang begitu yang bersangkutan:

1. Menerima secara sukarela kewarganegaraan lain, atau

2. Menyatakan melepas kewarganegaraan Belandanya, atau

3. Memegang kewarganegaraan lain (dan kewarganegaraan Belanda) selama sepuluh tahun berturut- turut dengan tempat tinggal utama di luar wilayah kekuasaan Belanda, atau

4. Dicabut kewarganegaraannya karena melalaikan kewajiban melepaskan kewarganegaraan asal

dalam proses naturalisasi, atau

5. Bergabung dengan dinas militer negara yang menjadi lawan Belanda. Dalam hal penerimaan secara sukarela kewarganegaraan dari negara lain, berlaku pengecualian untuk

melepaskan kewarganegaraan Belanda yang dimiliki, jika ketentuan berikut ini dipenuhi:

1. Yang bersangkutan mendapatkan kewarganegaraan di tempat ia lahir dan pada saat itu merupakan tempat tinggal utamanya, atau

2. Yang bersangkutan telah tinggal selama lima tahun berturut-turut di negara tersebut, atau

3. Yang bersangkutan menikah dengan warga negara tersebut. Untuk anak di bawah umur (Pasal 16 RWN), kewarganegaraan Belanda akan hilang jika yang

bersangkutan:

1. Memperoleh kewarganegaraan dari negara lain karena pengakuan hak asuh atau adopsi, atau

2. Menyatakan melepaskan kewarganegaraannya, atau

3. Mengikuti orang tuanya yang secara sukarela memperoleh kewarganegaraan dari negara lain atau kehilangan kewarganegaraan Belandanya, atau

4. Secara mandiri memperoleh kewarganegaraan sebagaimana ayah atau ibunya. Namun demikian, berlaku juga beberapa pengecualian atas hilangnya kewarganegaraan Belanda ini, yaitu:

1. Apabila (salah satu) orang tua yang bersangkutan memegang kewarganegaraan Belanda, atau

2. Kewarganegaraan yang diperoleh berasal dari negara yang menjadi tempat lahir dan tempat tinggal utama yang bersangkutan.

Dari ketentuan-ketentuan mengenai hilangnya kewarganegaraan Belanda tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya terdapat kewajiban untuk melepaskan kewarganegaraan Belanda ketika yang bersangkutan mendapatkan kewarganegaraan asing. Namun pada kondisi-kondisi tertentu terdapat pengecualian atas persyaratan tersebut, sehingga bagi Warga Negara Belanda yang memenuhi salah satu dari kondisi-kondisi tersebut berlaku Dwi Kewarganegaraan.

3. Perdebatan Aktual Mengenai Dwi Kewarganegaraan

Sejak akhir tahun 1990-an perdebatan publik mengenai persoalan kaum imigran di Belanda secara drastis meningkat tajam. Perdebatan tersebut semakin memuncak semenjak terjadinya peristiwa terorisme 11 September 2011 di New York.

Pada tahun 2005 muncul RUU yang dalam bahasa Belanda disebut Voorstel van Rijkswet yang ingin mengubah Rijkswet op het Nederlanderschap atau UU Kewarganegaraan untuk menghapuskan Dwi Kewarganegaraan (DK).

Menurut RUU ini, semua orang asing yang menjadi warga negara Belanda harus melepaskan kewarganegaraan negeri asalnya (afstandsplicht) tanpa kecuali. Berarti ini berlaku juga bagi orang asing yang menikah dengan warga negara Belanda dan orang asing yang lahir di Belanda atau Antilia Belanda atau Aruba, yang ingin menjadi warga negara Belanda.

Pada tahun 2012, Geert Wilders (pemimpin fraksi PVV di parlemen Belanda) menyerang kewarganegaran politisi ‘peranakan’, seperti Albayrak (Turki) dan Aboutaleb (Maroko), yang memiliki DK dan mengajukan mosi. Geert Wilders meragukan loyalitas kedua politisi ini terhadap Belanda. Menurut para pendukung Wilders yang sekaligus penentang DK, kewarganegaraan tunggal akan meningkatkan integrasi para migran yang menjadi Warga Negara Belanda ke masyarakat Belanda. Setelah melalui perdebatan panjang di de Tweede Kamer (Parlemen Belanda), mosi menentang dwi kewarganegaraan Albayrak dan Aboutaleb ini ditolak. Penolakan mosi oleh parlemen Belanda ini dianggap oleh banyak pihak sebagai penolakan terhadap RUU penghapusan DK tersebut.

4. Kesimpulan

Negeri Belanda tidak memiliki hukum khusus mengenai Dwi Kewarganegaraan. Hukum Kewarganegaraan Belanda hanya satu, yaitu yang disahkan pada tahun 1984 sebagai pembaharuan dari hukum kewarganegaraan yang berlaku sejak tahun 1892.

Hukum Kewarganegaraan Belanda pada dasarnya berazas kewarganegaraan tunggal. Namun untuk kondisi-kondisi tertentu dapat berlaku Dwi Kewarganegaraan (DK). Kemungkinan memiliki DK ini dapat ditemukan baik pada ketentuan memperoleh kewarganegaraan Belanda maupun pada ketentuan kehilangan kewarganegaraan Belanda.

Walaupun DK tersebut hanya dapat berlaku jika syarat-syarat tertentu terpenuhi, ia tidak dibatasi oleh usia maupun kategori, misalnya hanya berlaku hingga usia 18 tahun dan hanya untuk anak-anak pasangan perkawinan campuran saja. DK juga berlaku untuk seluruh subyek hukum Belanda yang tinggal di Negeri Belanda, maupun yang tinggal di luar negeri Belanda (Diaspora Belanda).

Sejak meningkatnya perdebatan mengenai persoalan kaum migran di Belanda yang memuncak setelah peristiwa 11 September 2001 di New York, muncullah pada tahun 2005 RUU penghapusan DK. RUU ini menimbulkan penolakan yang kuat baik dari dalam negeri Belanda sendiri, maupun dari Diaspora Belanda di luar negeri. RUU ini pada gilirannya dikritik oleh Raad van State (Dewan Pertimbangan Agung Belanda), yang berpendapat bahwa tidak ada hubungan antara kewarganegaraan dengan loyalitas terhadap suatu negara. RUU inipun secara tidak langsung ditolak oleh de Tweede Kamer (Parlemen Belanda) dan akhirnya dicabut oleh pemerintah yang berkuasa pada tahun 2013 karena tidak sejalan dengan kebijakan partai yang berkoalisi di pemerintahan.

Di negeri Belanda ada sekitar 2 juta Diaspora Indonesia. Mereka terdiri dari sekitar 17 ribu orang yang masih berkewarganegaraan Indonesia, 400 ribu orang yang sudah tidak berkewarganegaraan Indonesia lagi Di negeri Belanda ada sekitar 2 juta Diaspora Indonesia. Mereka terdiri dari sekitar 17 ribu orang yang masih berkewarganegaraan Indonesia, 400 ribu orang yang sudah tidak berkewarganegaraan Indonesia lagi

Jika Indonesia dapat memberlakukan Dwi Kewarganegaraan, maka Diaspora Indonesia yang tinggal di Belanda tersebut dan yang memenuhi syarat, dapat menyambung kembali ikatan batin dan tali kasihnya dengan Indonesia secara legal. Ini tidak saja menjadikan impian mereka menjadi kenyataan, namun juga diyakini akan memberikan manfaat yang berlipat ganda bagi Indonesia dalam pelbagai bidang.

5. Daftar Pustaka

1. http://www.nu.nl/binnenland/2682532/ruim-miljoen-met-dubbele-nationaliteit.html

2. http://njb.nl/Uploads/2013/10/tk1112_33201_3.pdf

3. Rijkswet op Nederlanderschap, http://wetten.overheid.nl/BWBR0003738/geldigheidsdatum_01-02-

4. Jaco Dagevos, Sociaal en Cultureel Planbureau, ‘Dubbele Nationaliteit en Integratie’, Den Haag,

November 2008.

5. Petisi Diaspora Belanda menentang RUU penghapusan DK dari hukum Kewarganegaraan Belanda, http://petities.nl/petitie/nederlanders-overzee-mogen-niet-van-hun-staatsburgerschap-worden- beroofd

6. Ministerie van Binnenlandse zaken en Koninkrijkrelaties, ´Beantwoording vragen van het lid

Schouw over expat-Nederlanders aan de Voorzitter van de Tweede Kamer der Staten-

Generaal ’, 6 december 2011.

7. De Hart, Betty, ‘Dubbele nationaliteit: papiertje of identiteit?’, Recht der Werkelijkheid, 26 jrg,

Nr. 1, 2005, pp. 31-46.

8. Immigratie- en Naturalisatiedienst, Ministerie van Binnenlandse zaken en Koninkrijkrelaties, ‘Hoe kunt u Nederlander worden? ’, een uitgave van Immigratie- en Naturalisatiedienst, www.ind.nl ,

Publicatie-nr 5013, 2012.

9. Peraturan mengenai Dwi Kewarganegaraan Belanda, http://www.rijksoverheid.nl/onderwerpen/nederlandse-nationaliteit/dubbele-nationaliteit

10. Prosedur memperoleh kewarganegaraan Belanda, http://www.rijksoverheid.nl/onderwerpen/nederlandse-nationaliteit/nederlander-worden

11. Raad van State Belanda mengendaki Dwi Kewarganegaraan dalam hukum Belanda dipertahankan, http://www.nrc.nl/nieuws/2012/03/14/raad-van-state-wil-dubbele-nationaliteit-behouden/

12. Kementrian Kemanan dan Kehakiman Negeri Belanda mencabut RUU penghapusan Dwi Kewarganegaraan, http://www.telegraaf.nl/binnenland/21401317/__Paspoortwet_ingetrokken__.html

13. Koopmans, Ruud, professor aan de Vrije Universiteit Amsterdam, ‘Sta iedereen dubbele nationaliteit toe, maar wijs op de nadelen en let op conflicten ’, NRC handeldsblad, 10-03-2007,

http://vorige.nrc.nl/krant/article1777613.ece .

14. Sekitar 1 juta orang memiliki dwi kewarganegaraan di negeri Belanda, http://www.nu.nl/binnenland/2682532/ruim-miljoen-met-dubbele-nationaliteit.html

15. Tong Tong Fair (Tong Tong Pasar Malam), http://www.tongtong.nl/

16. Rumah Jompo ‘Nusantara’, http://www.nusantara.nl/

HUKUM (DWI) KEWARGANEGARAAN DI BELGIA TASK FORCE IMIGRASI DAN KEWARGANEGARAAN IDN-BE 2

1. Pengantar

UU Kewarganegaraan Belgia menganut prinsip Ius Sanguinis (garis keturunan) maupun Ius Soli (tempat kelahiran) dan berdasarkan UU tahun 2008 telah berubah dari berazas Kewarganegaraan Tunggal menjadi berazas Kewarganegaraan Ganda. Sejak UU Kewarganegaraan tahun 2008 tersebut, seorang warga negara Belgia tidak akan kehilangan kewarganegaraan Belgianya jika ia memiliki kewarganegaraan lain.

Seseorang dapat memiliki kewarganegaraan Belgia secara otomatis, sukarela atau melalui suatu proses hukum (diadopsi atau diakui sebagai anak). Seorang warga negara Belgia juga dapat kehilangan kewarganegaraan Belgianya.

Jika seorang warga negara Belgia memperoleh kewarganegaraan asing, kewarganegaraan Belgia yang dimilikinya tidak akan dicabut secara otomatis oleh pemerintah Belgia, berapapun jumlah kewarganegaraan asing yang ia miliki.

Sebaliknya jika seorang warga negara asing yang memperoleh kewarganegaraan Belgia, maka ia tidak diharuskan untuk melepaskan kewarganegaraan asingnya. Namun sangat disarankan agar ia melakukan konsultasi dengan otoritas negara atau negara-negara yang memberinya kewarganegaraan asing yang dimilikinya tersebut, guna mengetahui apakah menurut undang-undang yang berlaku di negara-negara tersebut, mendapatkan kewarganegaraan Belgia akan mengakibatkan hilangnya kewarganegaraan asing yang sedang dimilikinya itu.

Sekali seseorang mendapatkan kewarganegaraan Belgia, ia akan tetap warga negara Belgia, kecuali jika dicabut oleh pemerintah Belgia karena yang bersangkutan telah melanggar hukum. Untuk warganegara Belgia yang masuk kedalam kategori tertentu ada kewajiban bahwa sebelum mencapai usia 28 tahun, yang bersangkutan harus membuat deklarasi mempertahankan kewarganegaraan Belgia yang dimilikinya.

Tulisan ini akan menjelaskan seperti apa hukum Kewarganegaran Belgia tersebut dan bagaimana dwi kewarganegaraan diatur didalamnya. Tulisan ini ditutup dengan kesimpulan.

2. Pengaturan Dwi Kewarganegaraan Menurut Peraturan Yang Berlaku

Subparagraf-subparagraf berikut ini menguraikan bagaimana cara memperoleh kewarganegaraan Belgia, bagaimana kewarganegaraan Belgia dapat hilang, dan bagaimana cara memperolehnya kembali.

2.1. Perolehan Kewarganegaraan Belgia

Seseorang dapat memperoleh Kewarganegaraan Belgia melalui mekanisme berikut:

A. Yang bersangkutan belum berusia 18 tahun

Seorang anak bisa mendapatkan kewarganegaraan Belgia secara otomatis, maupun atas permintaan orang tuanya yang berkewarganegaran Belgia. Ada beberapa kemungkinan:

Si Anak lahir dari orang tuanya yang berkewarganegaraan Belgia Si Anak diakui sebagai anak oleh seorang dewasa yang berkewarganegaraan Belgia

Aji Purwanto, Imelda Tenyala, Patrick Pattiselano, Maya Al Djufrie

Si Anak yang diadopsi oleh seorang dewasa yang berkewarganegaraan Belgia Si Anak lahir di Belgia Si Anak memperoleh kewarganegaraan Belgia bersamaan dengan orang tuanya mendapatkan

kewarganegaraan Belgia.

B. Yang bersangkutan telah mencapai usia 18 tahun

Setelah berusia 18 tahun, seseorang dapat mengajukan permohonan secara pribadi dan sukarela untuk mendapatkan kewarganegaraan Belgia. Ini dapat dilakukan dengan dua (2) cara:

Melalui Deklarasi Kewarganegaraan Melalui Naturalisasi (Pewarganegaraan)

Setiap cara memiliki persyaratan-persyaratan khusus. Dengan mengajukan permohonan, seseorang tidak akan secara otomatis mendaptkan kewarganegaraan Belgia.

Hanya mereka yang berkediaman utama di Belgia, berdasarkan hukum tinggal Belgia (terdaftar dalam daftar penduduk) dapat mengajukan permohonan untuk memperoleh kewarganegaraan Belgia.

B.1. Deklarasi kewarganegaraan Belgia

Deklarasi Kewarganegaraan Belgia dapat dilakukan oleh seseorang yang telah berusia 18 tahun atau lebih jika memenuhi persyaratan-persyaratan berikut:

Persyaratan kediaman/tinggal di Belgia:

1. Pada saat deklarasi, yang bersangkutan harus mempunyai kartu ijin tinggal dengan waktu tak

terbatas.

2. Di tahun-tahun sebelum mengajukan deklarasi, yang bersangkutan harus mempunyai kartu ijin tinggal dengan waktu tinggal terbatas lebih dari 3 bulan. Pemohon dengan kartu ijin tinggal pendek yang kurang dari 3 bulan tidak diperbolehkan melakukan deklarasi.

3. Ijin tinggal tidak boleh terputus-putus tetapi jika waktu yang terputus ini disebabkan oleh alasan administrasi, pemohon tetap diperbolehkan melakukan deklarasi.

Yang diperbolehkan membuat deklarasi kewarganegaraan Belgia adalah: Seseorang yang lahir di Belgia dan selalu tinggal di Belgia.

Seseorang yang sudah tinggal di Belgia selama paling sedikit 5 tahun dan memenuhi 3 persyaratan berikut:

1) Menunjukkan kemahiran berkomunikasi dalam salah satu bahasa resmi nasional belgia

(bahasa Perancis atau Belanda atau Jerman);

2) Membuktikan integrasi sosial dengan masyarakat Belgia dengan :

a) ijazah atau sertifikat dari lembaga pendidikan minimal tingkat menengah atas yang

diselenggarakan, diakui atau disubsidi oleh salah satu pemerintah komunitas Perancis/Belanda/Jerman atau oleh Akademi Militer Kerajaan Belgia,

b) atau telah menyelesaikan pelatihan kejuruan minimal 400 jam dan diakui oleh otoritas yang berwenang,

c) atau telah menyelesaikan kursus integrasi yang diselenggarakan oleh otoritas yang berwenang di wilayah tempat tinggal yang bersangkutan,

d) atau telah bekerja selama lima tahun terakhir secara terus-menerus sebagai pegawai swasta dan/atau sebagai pegawai negeri dan/atau sebagai pengusaha/wiraswasta/pelaku profesi liberal;

3) Membuktikan partisipasi ekonominya di Belgia:

a) dengan telah bekerja setidaknya 468 hari selama lima tahun terakhir sebagai pegawai swasta dan/atau sebagai pegawai negeri,

b) atau dengan telah membayar iuran/kontribusi sosial triwulanan sebagai pelaku

wiraswasta/profesi liberal untuk setidaknya enam (6) kuartal selama lima tahun terakhir. Masa studi atau masa pelatihan kejuruan termasuk dan dihitung sebagai bagian waktu yang

dipersyaratkan (468 hari) atau waktu yang dipersyaratkan sebagai pelaku wiraswasta/profesi liberal.

Seseorang yang telah tinggal di Belgia selama setidaknya 5 tahun dan memiliki suami/istri warga negara Belgia (dengan siapa pemohon telah tinggal selama setidaknya 3 tahun) atau memiliki anak belum dewasa warga negara Belgia (anak yang berusia di bawah 18 tahun) dan memenuhi 2 persyaratan berikut:

1) Menunjukkan kemahiran berkomunikasi dalam salah satu bahasa resmi nasional belgia

(bahasa Perancis atau Belanda atau Jerman);

2) Membuktikan integrasi sosial dengan masyarakat Belgia dengan :

a) ijazah atau sertifikat dari lembaga pendidikan minimal tingkat menengah atas yang

diselenggarakan, diakui atau disubsidi oleh salah satu pemerintah komunitas Perancis/Belanda/Jerman atau oleh Akademi Militer Kerajaan Belgia,

b) atau telah menyelesaikan pelatihan kejuruan minimal 400 jam dan diakui oleh otoritas yang berwenang dan telah bekerja setidaknya 234 hari selama lima tahun terakhir sebagai pegawai swasta dan/atau sebagai pegawai negeri atau telah membayar iuran/kontribusi sosial triwulanan sebagai dan oleh pemohon sebagai pelaku wiraswasta/profesi liberal untuk setidaknya tiga (3) kuartal selama lima tahun terakhir,

c) atau telah menyelesaikan kursus integrasi yang diselenggarakan oleh otoritas yang berwenang di wilayah tempat tinggal pemohon. Seseorang yang telah tinggal di Belgia selama setidaknya 5 tahun dan cacat, atau telah mencapai usia pensiun dan memenuhi persyaratan berikut:

1) Kondisi cacat menghambat pemohon untuk bekerja,

2) Kondisi cacat harus sudah diakui selama minimal 5 tahun. Seseorang yang telah tinggal di Belgia selama setidaknya 10 tahun dan memenuhi persyaratan

berikut:

1) Menunjukkan kemahiran berkomunikasi dalam salah satu bahasa resmi nasional Belgia

(bahasa Perancis atau Belanda atau Jerman),

2) Membuktikan integrasi sosial dengan masyarakat belgia dengan bukti partisipasi ekonomis atau sosial. Seseorang yang pernah mempunyai kewarganegaraan Belgia hal mana hilangnya kewarganegaraannya itu bukan karena dicabut oleh pemerintah Belgia dan memenuhi persyaratan berikut:

1) bertempat tinggal di Belgia selama setidaknya 1 tahun.

B.2. Naturalisasi kewarganegaraan Belgia Untuk mengajukan permohonan naturalisasi, persyaratan berikut harus dipenuhi: Yang bersangkutan telah mencapai usia 18,

Yang bersangkutan tinggal secara legal di Belgia, Yang bersangkutan tidak bisa mendapatkan kewarganegaraan Belgia melalui prosedur deklarasi

kewarganegaran Belgia,

Yang bersangkutan telah memberikan sumbangan prestasi/berjasa yang luar biasa ke Belgia

dalam bidang ilmu pengetahuan, olahraga atau sosial budaya, Yang bersangkutan tidak berkewarganegaraan (stateless) dan tinggal secara legal di Belgia selama setidaknya 2 tahun

Selama prosedur naturalisasi pemohon harus tinggal di Belgia. Naturalisasi mendapatkan kewarganegara Belgia diberikan dengan keputusan Parlemen Belgia.

Parlemen Belgia dapat mempertimbangkan kriteria-kriteria lain seperti tingkat integrasi, pengetahuan tentang salah satu dari tiga bahasa nasional, dll., dalam mengambil keputusan ini.

Yang dimaksud jasa-jasa/prestasi yang luar biasa adalah:

1. Dalam bidang ilmu-pengetahuan: gelar Doktor.

2. Dalam bidang olahraga: bagi yang telah memenuhi kriteria-kriteria internasional atau kriteria-

kriteria yang ditetapkan oleh COIB (Komite Olimpiade Belgia) untuk partisipasinya atas nama Belgia di Kejuaraan Eropa, Kejuaraan Dunia atau Olimpiade.

3. Dalam bidang sosial budaya: mencapai final kompetisi budaya internasional dan dihargai di panggung internasional karena prestasi budayanya atau karena investasinya dalam kegiatan- kegiatan sosial dan gunanya bagi masyarakat.

2.2. Hilangnya Kewarganegaraan Belgia

Seorang warga negara Belgia, baik dewasa maupun anak-anak dapat kehilangan kewarganegaraan Belgianya jika:

1) Yang bersangkutan mendapatkan kewarganegaraan lain secara sukarela/otomatis pada saat mencapai usia 18 tahun: Jika ia secara sukarela/otomatis memperoleh kewarganegaraan asing sebelum tanggal 09-06-2007, maka ia akan kehilangan kewarganegaraan Belgianya. Jika ia secara sukarela/otomatis memperoleh kewarganegaraan asing antara 09-06-2007 dan 28- 04-2008 dari negara-negara: Austria, Denmark, Perancis, Irlandia, Italia, Luksemburg, Norwegia, Belanda dan Inggris, maka ia akan kehilangan kewarganegaraan Belgianya

Namun jika ia secara sukarela/otomatis mendapatkan kewarganegaraan asing setelah tanggal 28- 04-2008, ia tidak akan kehilangan kewarganegaraan Belgianya terlepas dari berapapun banyaknya kewarganegaraan asing yang diperolehnya.

2) Yang bersangkutan lupa melakukan deklarasi konservasi (menjaga) kewargaan negara Belgianya.

Seorang warga negara Belgia secara otomatis akan kehilangan kewarganegaraan Belgianya di usia 28 tahun jika:

Yang bersangkutan lahir di luar Belgia setelah 01-01-1967 DAN tidak bertempat tinggal di Belgia antara usia 18 dan 28 tahun. DAN tidak bekerja di luar negeri untuk Pemerintah Belgia atau perusahaan atau yayasan di bawah

hukum Belgia. DAN

tidak melakukan deklarasi konservasi kewarganegaraan Belgia antara usia 18 dan 28 tahun, yang

mana deklarasi ini bisa dilakukan di konsulat/kedutaan Belgia di negara yang bersangkutan tinggal secara resmi. DAN mana deklarasi ini bisa dilakukan di konsulat/kedutaan Belgia di negara yang bersangkutan tinggal secara resmi. DAN

3) Yang bersangkutan menolak kewarganegaraan Belgia.

Seorang warga negara Belgia yang berusia 18 tahun ke atas yang memiliki kewarganegaraan lain dan menandatangani pernyataan terbuka untuk tidak mempertahankan kewarganegaraan Belgianya, maka ia akan kehilangan kewarganegaraan Belgianya.

Deklarasi melepaskan kewarganegaraan Belgia ini dicatat dan didaftar oleh pemerintah kota tempat tinggal yang bersangkutan jika ia tinggal di Belgia, atau oleh konsulat/kedutaan Belgia tempat yang bersangkutan terdaftar di luar Belgia.

4) Yang bersangkutan tinggal bersama Orang Tua sebelum mencapai usia 18 tahun. Seorang anak (kandung maupun adopsi) yang berkewarganegaraan Belgia akan kehilangan kewarganegaraan Belgianya jika orang tua yang bersangkutan yang berkewarganegaraan Belgia hilang kewarganegaraan Belgia mereka dengan salah satu cara tersebut di atas (tidak karena dicabut oleh Pengadilan Belgia) dan si Anak belum mencapai usia 18 tahun dan tidak beremansipasi. Namun, si Anak tidak akan kehilangan kewarganegaraan Belgianya jika hilangnya kewarganegaraan Belgia orang tuanya itu akan membuat si Anak tidak memiliki kewarganegaraan sama sekali (stateless) atau salah satu dari kedua orang tuanya itu masih berkewarganegaraan Belgia.

5) Yang bersangkutan diadopsi oleh orang asing. Jika seorang anak yang berkewarganegaraan Belgia dan belum berusia 18 tahun serta tidak beremansipasi memperoleh kewarganegaraan asing karena diadopsi oleh orang asing, maka ia akan kehilangan kewarganegaraan Belgianya. Namun si Anak tidak akan kehilangan kewarganegaraan Belgianya jika salah satu orang tua angkatnya itu berkewarganegaraan Belgia atau kedua orang tua aslinya adalah pasangan (suami atau istri) berkewarganegaraan asing yang mengadopsi si Anak yang berkewarganegaraan Belgia .

6) Yang bersangkutan ternyata memiliki kewarganegaraan asing sebelum berusia 18 tahun.

Jika seseorang memiliki kewarganegaraan Belgia karena apabila tanpa kewarganegaraan itu ia akan menjadi seorang tanpa kewarganegaraan (stateless), dan di kemudian hari ditemukan bahwa ia ternyata memiliki atau memperoleh kewarganegaraan asing sebelum berusia 18 tahun dan tidak beremansipasi, maka ia akan kehilangan kewarganegaraan Belgianya.

7) Kewarganegaraan Belgia yang bersangkutan dicabut oleh Pengadilan Belgia. Seseorang yang kewarganegaraan Belgianya didapat bukan karena: berdasarkan kewarganegaraan Belgia salah satu orang tuanya pada saat kelahiran, lahir di Belgia,

maka kewarganegaraan Belgianya dapat dicabut oleh Pengadilan Belgia jika: yang bersangkutan secara serius gagal menjalankan kewajibannya sebagai warga negara Belgia ATAU

ia memperoleh kewarganegaraan Belgia atas dasar fakta-fakta yang diubah-ubah atau

disembunyikan atau atas dasar pernyataan palsu atau dokumen palsu atau yang dipalsukan.

Pengadilan juga dapat memerintahkan pencabutan kewarganegaraan Belgia seseorang jika ia dinyatakan terbukti bersalah dan dihukum penjara minimal lima (5) tahun tanpa pembebasan Pengadilan juga dapat memerintahkan pencabutan kewarganegaraan Belgia seseorang jika ia dinyatakan terbukti bersalah dan dihukum penjara minimal lima (5) tahun tanpa pembebasan

Anak-anak dari orang tersebut diatas tidak akan kehilangan kewarganegaraan Belgia mereka.

2.3. Mempertahankan Kewarganegaraan Belgia

Seseorang diharuskan melakukan Deklarasi Mempertahankan kewarganegaraan Belgianya sebelum berusia

28 tahun, jika: Yang bersangkutan lahir di luar Belgia setelah 01-01-1967

DAN tidak bertempat tinggal di Belgia antara usia 18 dan 28 tahun. DAN tidak bekerja di luar negeri untuk Pemerintah Belgia atau perusahaan atau yayasan di bawah

hukum Belgia. DAN

memiliki satu atau beberapa kewarganegaraan non-Belgia DAN tidak memperolah kewarganegaraan Belgia secara sukarela/otomatis di ulang tahunnya yang ke-

18 Dalam keraguan tentang berlakunya ketentuan di atas, maka dianjurkan agar yang bersangkutan membuat

Deklarasi Mempertahankan kewarganegaraan Belgianya. Deklarasi Mempertahankan kewarganegaraan Belgia seseorang di usia antara 18 dan 28 tahun bisa

dilakukan di konsulat/kedutaan Belgia tempat yang bersangkutan terdaftar di luar Belgia.

2.4. Mendapatkan kembali Kewarganegaraan Belgia

Siapapun yang telah kehilangan kewarganegaraan Belgianya di masa lalu bisa mendapatkannya kembali dengan persyaratan-persyaratan tertentu. Sejak 01-01-2013, hanya seseorang yang bertempat tinggal utama secara legal di Belgia (tercatat di daftar populasi kota tempat tinggal) setidaknya dua belas bulan terus menerus yang dapat mengajukan permohonan untuk mendapatkan kembali kewarganegaraan Belgianya.

Seseorang yang telah kehilangan kewarganegaraan Belgianya karena dicabut oleh Pengadilan Belgia hanya dapat mendapatkan kembali kewarganegaraan Belgianya melalui proses naturalisasi.

3. Kesimpulan

Hukum Kewarganegaraan Belgia sejak tahun 2008 berazas ganda. Seperti dapat dilihat dari proses perolehan kewarganegaraan Belgia, kehilangan kewarganegaraan Belgia maupun perolehan kembali kewarganegaraan Belgia yang diuraikan diatas, tidak ada satupun aturan yang mewajibkan warga negara Belgia atau orang asing yang memperoleh kewarganegaraan Belgia untuk hanya memiliki satu (1) kewarganegaaraan saja.

Sekali seseorang memiliki kewarganegaraan Belgia, maka ia akan tetap warga negara Belgia sepanjang hayatnya. Seorang warga negara Belgia tidak akan pernah dapat kehilangan kewarganegaraan Belgia yang dimilikinya kecuali jika yang bersangkutan secara resmi menyatakan melepaskannya atau dicabut oleh pengadilan Belgia karena yang bersangkutan telah melanggar hukum. Seorang warga negara Belgia dapat memperoleh kewarganegaraan asing tanpa kehilangan kewarganegaraan Belgianya, berapapun jumlah kewarganegaraan asing yang dapat diperolehnya.

Begitu pula sebaliknya, seorang warga negara asing dapat memperoleh kewarganegaraan Belgia, tanpa harus melepaskan kewarganegaraan asingnya.

Penerapan hukum kewarganegaraan Belgia yang berazas azas ganda ini telah menempatkan Belgia sebagai salah satu negara anggota Uni Eropa yang berada di posisi terdepan dalam hukum kewarganegaraan di Uni Eropa, bersama-sama dengan Italia, Polandia dan Yunani.

4. Daftar Pustaka

1. Federal Public Service Foreign Affairs The Kingdom of Belgium, http://diplomatie.belgium.be/en/services/services_abroad/nationality/

2. http://www.eudo-citizenship.eu/

HUKUM (DWI) KEWARGANEGARAAN DI FINLANDIA TASK FORCE IMIGRASI DAN KEWARGANEGARAAN IDN-FI 3

1. Pengantar

Hukum kewarganegaraan di Finlandia bermula pada tahun 1809, yaitu pada saat terjadi pemisahan Finlandia dari Swedia yang dramatis.

Undang-undang pertama untuk orang asing di terbitkan pada tahun 1811, yang beberapa saat setelah Finlandia memperoleh perbatasan bagian barat dan timur dari Swedia dan Rusia, warga dari daerah setempat yang ternyata masuk menjadi wilayah Finlandia menuntut definisi yang lebih rinci mengenai kewarganegaraan Finlandia sebelum menyatakan diri mereka menjadi warganegara Finlandia pada awal tahun 1812.

Undang-undang kewarganegaraan Finlandia terus berkembang dan diperbaharui dengan mengikuti perkembangan zaman yang pada tahun 2003, Finlandia menerapkan kewarganegaraan ganda untuk warganya agar dapat memudahkan mobilitas mereka.

Dalam paragraf-paragraf berikut diuraikan hukum kewarganegaraan Finlandia dan bagaimana dwi kewarganegaraan diatur. Tulisan ini ditutup dengan kesimpulan.

2. Pengaturan Dwi Kewarganegaraan Menurut Peraturan Yang Berlaku

Sejalan dengan proses globalisasi saat ini yang menyentuh bidang-bidang ekonomi, politik, dan budaya, Finlandia telah menentukan sikap untuk meningkatkan keleluasaan rakyatnya dalam mobilitas.

Sehubungan itu, maka pada tanggal 1 Juni 2003 berlaku Undang-Undang kewarganegaraan Finlandia (Finlex 359/2003) yang baru. Perubahan utama di dalamnya, dibandingkan dengan hukum kewarganegaraan yang lama adalah diakuinya kewarganegaraan ganda (ganda dalam artian banyak). Menurut undang-undang yang baru, seorang warga negara Finlandia tidak akan serta merta kehilangan kewarganegaraan Finlandianya jika yang bersangkutan memperoleh kewarganegaraan asing, berapapun jumlahnya. Dan sekali seseorang mendapatkan kewarganegaraan Finlandia, maka ia akan tetap menjadi warga negara Finlandia seumur hidup, di manapun ia tinggal.