Respon Pertumbuhan Dan Produksi Dua Varietas Jagung (Zea mays L) Dataran Rendah Terhadap Pemberian Pupuk Organik

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman

  Menurut Rukmana (1997) tanaman jagung dapat diklasifikasikan dalam divisio Spermatophyta, subdivisio Angiospermae, kelas Monocotyledoneae, ordo

Poales, genus Zea, spesies Zea mays L

  Tanaman jagung memiliki akar serabut dengan tiga macam akar, yaitu (a) .akar seminal, (b) akar adventif, dan (c) akar kait atau penyangga. Akar seminal adalah akar yang berkembang dari radikula dan embrio. Akar adventif berkembang menjadi akar serabut tebal. Akar penyangga adalah akar adventif yang muncul pada dua atau tiga buku di atas permukaan tanah (Subekti,2005).

  Jagung merupakan tanaman berumah satu. Jagung menghasilkan bunga jantan dalam satu pembungaan terminal (malai) dan bunga betina pada tunas samping (tongkol). Jagung adalah protandus, yaitu mekarnya bunga jantan (pelepasan tepung sari) biasa terjadi satu atau dua hari setelah muncul tangkai putik (umum dikenal sebagai rambut). Karena pemisahan tongkol dan malai bunga jantan serta protandri pembungaan nya, jagung merupakan spesies yang terutama menyerbuk silang (Fischer dan Palmer, 1992).

  Daun jagung memanjang dan keluar dari buku-buku batang. Jumlah daun terdiri dari 4-48 helaian, tergantung varietasnya. Daun terdiri dari tiga bagian yaitu kelopak daun, lidah daun dan helaian daun. Kelopak daun umumnya menembus batang. Antara kelopak dan helaian terdapat lidah daun yang disebut ligula. Ligula ini berbulu dan berlemak. Fungsi ligula adalah mencegah air masuk kedalam kelopak daun dan batang sempurna. Bentuknya memanjang antara helaian dan pelepah daun terdapat ligula dua baris bunga. Tiap-tiap jurai terdiri atas 5 hingga 12 bunga. Mahkota bunga nya berwarna kuning muda, bentuk bakal buahnya ada yang bulat panjang, berbentuk bola atau jurang melintang (Rismunandar,2001).

  Kebanyakan ordo Poales memieliki bentuk batang seperti silinder panjang,jelas berbuku-buku dan beruas-reruas , bersekat pada buku-bukunya.

  Daun-daun tersusun berseling dalam dua baris pada batang. Batang tanaman jagung memiliki ruas-ruas dengan jumlah 8-21 ruas. Rata-rata batang tanaman jagung antara 1-3 meter diatas permukaan tanah (Tjitrosoepomo,2005).

  Tanaman jagung mempunyai satu atau dua tongkol, tergantung varietas jagung di selimuti oleh daun kelobot. Tongkol jagung terletak pada bagian atas umumnya lebih dahulu terbentuk lebih besar di banding yang terletak pada bagian

  Dalam dunia pupuk kandang, dikenal istilah pupuk panas dan pupuk dingin. Pupuk panas adalah pupuk kandang yang proses penguraiannya berlangsung cepat sehingga terbentuk panas, misalnya pupuk kandang kuda, kambing dan ayam. Pupuk dingin lebih lama terurai, misalnya pada sapi dan kerbau (Hasibuan, 2006).

  Pupuk kandang cair merupakan pupuk kandang berbentuk cair bersal dari kotoran hewan yang becampur dengan urine hewan yang dilarutkan dalam air dalam perbandingan tertentu. Urine yang dimanfaatkan oleh petani adalah urine sapi, kambing, kerbau, kuda dan babi. Para petani membuat pupuk kandang cair dari kotoran hewan yang masih segar dan dicampur dalam wadah yang berisi air, untuk melarutkan pupuk kandang dibutuhkan waktu sekitar 2 minggu. Cara penggunaan pupuk kandang cair disiramkam ke bagian perakaran tanaman dengan takaran satu bagian pupuk kandang cair dicampur satu bagian air (Hartatik dan Widowati, 2006).

  Dewasa ini urin ternak dimanfaatkan sebagai pupuk organik untuk tanaman bersamaan dengan kotoran ternak atau bahan lainnya. Cara pemberian pada sistem budidaya organik biasanya dikocorkan atau disiramkan keakar tanaman. Penggunaan urin dan pupuk cair organik < 40 ml per hektar, Urin ternak dapat dijumpai dalam jumlah besar selain kotoran dari ternak (Anonim,1993).

  Penggunaan bahan organik seperti pupuk kandang sudah lama dilakukan oleh petani. Jumlah maksimum pupuk kandang yang umum digunakan petani untuk tanaman pangan dan sayuran < 2 ton per hektar. Penggunaan pupuk kandang sebagai pupuk tanaman merupakan siklus unsur hara yang sangat yang bersifat racun bagi tanaman.(Hartatik dan Widowati, 2006)

  Syarat Tumbuh Iklim

  Suhu optimum untuk tanaman jagung berkisar antara 24-25°C. Suhu optimal yang di perlukan untuk perkecambahan jagung adalah 30-32°C. Untuk pembungaan sampai pemasakan adalah 30°C. Intensifikasi radiasi matahari sangat di perlukan dalam jumlah yang cukup. Sebaiknya jagung mendapat cahaya matahari langsung (Nurmala, 2002).

  Tanaman jagung akan tumbuh normal pada curah hujan yang berkisar 250- 500 mm pertahun. Curah hujan yang lebih ataupun kurang dari jumlah angka yang di sebutkan akan menurunkan produksi. Air banyak di butuhkan pada waktu perkecambahan dan setelah berbunga. Tanaman membutuhkan air lebih sedikit pada pertumbuhan vegetatif di banding dengan pertumbuhan generatif. Setelah tongkol mulai kuning air tidak di butuhkan lagi (Tobing dkk,1995).

  Tanah

  Tanaman jagung tidak memilih–milih jenis tanah. Ditanah yang ringan dan banyak mengandung pasir hingga tanah yang berat pun dapat tumbuh dan menghasilkan, yang penting kesuburan tanahnya cukup mengandung zat hara yang dibutuhkan (Rismunandar, 2001).

  Tanaman jagung dapat di tanam di dataran rendah maupun di dataran tinggi sampai 1500 m di atas permukaan laut. Tanah-tanah yang mengandung kadar lempung sedang, di sertai dengan drainase yang baik serta mengandung banyak bahan organik yang tinggin adalah cocok untuk tanaman jagung. yang di tumbuhkan pada tanah-tanah yang terlalu masam akan memberikan hasil yang rendah (Sutarya dan Grubben, 1995)

  Keadaan basah memang diperlukan ketika biji jagung mulai ditanam, keadaan kering pada waktu penanaman adalah jelek. Keadaan yang terlalu basah tidak menguntungkan karena cenderung dapat mengundang berbagai penyakit tanaman (Kartasapoetra, 1988).

  Pupuk Kandang

  Pupuk kandang mengandung unsur hara lengkap yang dibutuhkan bagi pertumbuhan tanaman karena mengandung unsur hara makro seperti nitrogen, fosfor, serta kalium, dan unsur mikro seperti kalsium, magnesium, dan sulfur, juga akan menyumbangkan unsur hara bagi tanaman serta meningkatkan serapan unsur hara oleh tanaman. Disamping itu pemberian pupuk kandang juga dapat memperbaiki sifat fisika tanah, yaitu kapasitas tanah menahan air, kerapatan massa tanah, dan porositas total, memperbaiki stabilitas agregat tanah dan meningkatkan kandungan humus tanah, serta meningkatkan kesuburan tanah (Wigati dkk., 2006).

  Pupuk organik yang banyak digunakan adalah pupuk kandang sapi padat dan urin sapi, karena selain mudah didapat pupuk kandang sapi padat mengandung unsur hara N total (%) 0,3, P total (% ) 0,2, K total (%) 0,15, C- total (%) 0,2, C/N (%) 20-25, dan urin sapi mengandung N total (%) 1,21, P total (%) 0,01, K total (%) 1,35 dan C total (%) 1,35 (Hartatik dan Widowati,2006)

  Beberapa hasil penelitian aplikasi pupuk kandang selalu memberikan respon tanaman yang terbaik pada musim pertama. Hal ini terjadi karena pupuk cukup pula jika dibandingkan dengan jumlah unit yang sama dengan pukan lainnya (Mulat, 2003).

  Dalam penelitian Yetti dan Elita (2008) menjelaskan pupuk organik memberikan pengaruh yang positif terhadap tinggi tanaman, dimana pupuk organik dapat meningkatkan kesuburan tanah. Pupuk kandang sapi banyak mengandung asam amino yang berasal dari makanannya sehingga mengalami pelapukan karena keaktifan mikroorganisme pengurai menjadi meningkat, akibatnya ketersediaan unsur hara meningkat (Yetti dan Elita, 2008)

  Varietas

  Varietas adalah sekelompok tanaman yang memiliki sifat yang dapat di pertahankannya setelah melewati berbagai proses pengujian keturunannya. Varietas berdasarkan pembentukannya dibedakan atas varietas hibrida dan varietas bersari bebas (Rukmana,1997).

  Hibrida dibuat dengan mempersilangkan dua inbrida unggul karena itu pembuatan inbrida unggul merupakan langkah pertama dalam pembuatan hibrida.

  Varietas hibrida memberikan keuntungan yang tinggi bila ditanam pada lahan yang produktivitas yang tinggi. Varietas yang bersari bebas adalah varietas yang benihnya diambil dari pertanaman sebelumnya atau dapat dipakai terus menerus dari setiap pertanamannya dan belum tercampur atau diserbuki oleh varietas lain.(Kartasapoetra,1988).

  Varietas jagung yang ditanam di Indonesia merupakan varietas yang menyerbuk alami (OP) dan varietas hibrida (F1). Penggunaan varietas hibrida industri perbenihan sayuran. Varietas menyerbuk alami berasal dari produksi petani atau penangkar benih melalui proses seleksi massa tanaman dilapangan sampai setelah panen. Benih yang berasal dari tanaman yang menyerbuk alami umumnya memiliki keragaman, antara lain penampilan morfologi tanaman, umur panen, daya hasil, dan kualitas hasil, tetapi memiliki adaptasi spesifik lokasi, sedangkan dalam era perdagangan bebas diperlukan benih jagung varietas unggul yang memiliki daya hasil tinggi, kualitas buah baik dan seragam, serta tersedia secara kontinu. Dalam hal ini varietas hibrida lebih dapat memenuhi permintaan pasar (Purwati, 2009). Heritabilitas

  Variasi keseluruhan dalam suatu populasi merupakan hasil kombinasi genotipe dan pengaruh lingkungan. Proporsi variasi merupakan sumber yang penting dalam program pemuliaan karena dari jumlah variasi genetik ini diharapkan terjadi kombinasi genetik yang baru. Proporsi dari seluruh variasi yang disebabkan oleh perubahan genetik disebut heritabilitas. Heritabilitas dalam arti yang luas adalah semua aksi gen termasuk sifat dominan, aditif, dan epistasis.

  Nilai heritabilitas secara teoritis berkisar dari 0 sampai 1. Nilai 0 ialah bila seluruh variasi yang terjadi disebabkan oleh faktor lingkungan, sedangkan nilai 1 bila seluruh variasi disebabkan oleh faktor genetik. Dengan demikian nilai heritabilitas akan terletak antara kedua nilai ekstrim tersebut (Welsh, 2005).

  Variasi genetik akan membantu dalam mengefisienkan kegiatan seleksi. Apabila variasi genetik dalam suatu populasi besar, ini menunjukkan individu dalam populasi beragam sehingga peluang untuk memperoleh genotip yang menunjukkan bahwa faktor pengaruh genetik lebih besar terhadap penampilan fenotip bila dibandingkan dengan lingkungan. Untuk itu informasi sifat tersebut lebih diperankan oleh faktor genetik atau faktor lingkungan, sehingga dapat diketahui sejauh mana sifat tersebut dapat diturunkan pada generasi berikutnya (Steel and Torrie, 1993).