Perancangan Media Informasi Bentuk Bedog Perkakas Sunda

(1)

Laporan Pengantar Proyek Tugas Akhir

PERANCANGAN MEDIA INFORMASI BENTUK

BEDOG PERKAKAS SUNDA

DK 38315/ Tugas Akhir Semester II 2010/2011

Oleh :

Siti Setiawati NIM :

51907093 Program Studi

Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(2)

i

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur Allhamdulillah atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunianya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan pengantar proyek tugas akhir dengan judul “Perancangan Media Informasi Bentuk Bedog Perkakas Sunda”. Susunan laporan pengantar proyek tugas akhir ini adalah salah satu syarat dalam menyelesaikan Pendidikan Sarjana Program Studi Desain Komunikasi Visual.

Dalam penyusunan laporan ini penulis dengan segala kerendahan hati mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak yang secara aktif membantu penulisan laporan ini. Penulis menyadari bahwa laporan pengantar proyek tugas akhir ini masih jauh dari kesempurnaan dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulis. Segala kesalahan dan pengalaman yang dialami membuat penulis semakin terpacu untuk tetap belajar. Penulis sangat berharap semoga laporan pengantar proyek tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bandung, Juli 2011


(3)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan nilai budaya dan benda-benda warisan leluhur yang secara turun-temurun diwariskan kapada generasi berikutnya. Salah satu benda warisan budaya yang masih ada dan masih digunakan pada saat ini adalah bedog. Bedog merupakan benda pakai yang digunakan oleh masyarakat Sunda untuk bertani, menyembelih hewan, mencincang daging dan pekerjaan lainnya yang membutuhkan benda tajam berukuran besar yang sulit bila menggunakan pisau biasa. Bukan itu saja bedog ada juga yang digunakan sebagai senjata bagi para pendekar silat, khususnya di perguruan silat yang ada di daerah Jawa Barat.

Bedog sebagai warisan leluhur saat ini sudah mulai berkurang penggunanya di daerah perkotaan, karena bedog dianggap sebagai benda kuno dan ketinggalan jaman untuk dijadikan perkakas. Adapun masyarakat kota yang menggunakan bedog pada saat ini lebih sering digunakan sebagai senjata, bukan sebagai perkakas. Hal tersebut dikarenakan kurangnya pengetahuan tentang fungsi bedog, padahal jika bedog digunakan sebagai perkakas, bedog dapat berguna untuk mengerjakan pekerjaan sehari-hari.


(4)

2

Lebih jauh lagi pada saat ini bedog digunakan sebagai senjata untuk tawuran oleh siswa-siswa di daerah perkotaan maupun di daerah pedesaan. Hal tersebut terjadi karena kurangnya pengetahuan tentang fungsi bedog, dan kurang tepatnya metode pengenalan tentang bedog kepada anak. Seperti media televisi yang menyajikan tontonan yang lebih memperkenalkan bedog sebagai senjata sehingga menjadi contoh yang kurang baik untuk anak-anak.

Berdasarkan perkembangan masyarakat Sunda pada saat ini, yang mengkiblat pada era modernisasi, maka dibutuhkan sebuah media informasi yang praktis dan dapat dilihat kapan saja dan dimana saja. Agar informasi yang disampaikan dapat mudah diterima, maka informasi yang dikemaspun harus mudah dipahami dan menarik perhatian anak-anak untuk mengetahui isi informasinya. Informasi akan bedog dapat dijadikan sebagai ilmu pengetahuan tentang budaya.

Maka dari itu diperlukan media untuk memperkenalkan bedog pada anak-anak pada usia dini agar anak-anak mengetahui fungsi yang seharusnya mengenai bedog dan merubah citra bedog yang identik dengan kekerasan menjadi benda budaya yang bisa dipelajari sebagai ilmu pengetahuan budaya.


(5)

3 1.2. Identifikasi Masalah

Bedog yang merupakan warisan budaya masyarakat Sunda pada masa silam memiliki bentuk yang beragam untuk dipelajari namun pada saat ini telah bergesernya fungsi dari sebagai perkakas menjadi senjata sehingga identik dengan fungsi yang negatif, melihat latar belakang di atas, maka dapat disimpulkan bahwa identifikasi masalah dalam penulisan laporan ini, yaitu:

1. Karena bedog merupakan benda tajam, maka diperlukan media yang aman untuk dipelajari oleh anak-anak.

2. Tidak adanya media kreatif yang menyampaikan tentang fungsi bedog untuk anak-anak.

3. Mengubah citra bedog yang identik dengan kekerasan menjadi benda yang mempunyai fungsi yang berguna.

1.3. Fokus Masalah

Berdasarkan uraian pada identifikasi masalah, maka fokus masalah adalah: “Bagaimana menginformasikan bedog sebagai perkakas yang mempunyai berbagai macam fungsi dengan media penyampaian yang aman untuk anak-anak.”

1.4. Tujuan Perancangan

1. Memberikan pengetahuan mengenai fungsi bedog kepada anak-anak.

2. Menciptakan media yang aman untuk memperkenalkan Bedog kepada anak-anak.


(6)

4

BAB II

PERANCANGAN MEDIA INFORMASI

BENTUK BEDOG PERKAKAS SUNDA

2.1. Pengertian Bedog Dalam Bahasa Indonesia

Bedog diterjamahkan dalam bahasa Indonesia adalah golok. Bedog adalah alat pekakas untuk memotong. Biasanya digunakan untuk berkebun. Bedog bukan hanya terkait pada wilahnya saja melainkan harus memakai perah dan sarangka.

Melengkapi pengertian golok dari kamus dan ensiklopedi, secara fisik golok (bedog dalam bahasa Sunda, bendo dalam bahasa jawa, parang bahasa melayu) adalah nama alat yang termasuk ke dalam perkakas dan senjata tajam, ukuran bedog Sunda umumnya memiliki bilah dengan panjang lebih kurang 30 cm sampai dengan 40 cm, namun ada pula bilah bedog yang berukuran pendek atau kurang dari 30 cm. Bedog Sunda yang memiliki panjang bilah lebih dari 40 cm disebutkolewang atau gobang.

Berdasarkan kegunaan bedog sunda dapat dibedakan menjadi dua, yaitu bedog pakai/bedog gawé/pakakas, selanjutnya disebut dengan bedog gawé, dan bedog sorén/bedogsilat/pakarang, selanjutnya disebut bedog pakarang. Bedog yang berupa pakarang digunakan untuk beladiri/berkelahi (silat) atau setidaknya sebagai ganggaman (pegangan) yang di-sorén dipinggang oleh para pendekar atau jawara (Banten, Betawi), oleh karena itu selalu memakai


(7)

5

sarangka (sarung). Sedangkan bedog yang berupa pakakas ada yang memakai sarangka dan ada pula yang tidak.

Bedog terdiri dari tiga bagian utama yaitu: bilah (wilah), gagang (perah), dan sarung (sarangka). Adapun ornamen pelengkap lain yaitu simeut meuting dan wanda sambung atau gado atau tutup (Sasmita, 2008:49).

2.2. Bedog Menurut Sejarah

Den, ari lalaki lembur mah kamamana teh tara lesot bedog. Da bedog teh sami sareng calana” tembalna deui “Mun lalaki lesot bedog, lain lalaki deui ngaranna” (Kalau lelaki di kampung kemana-mana tidak pernah ketinggalan membawa golok. Golok itu sama dengan celana, katanya lagi, kalau lelaki tidak membawa golok itu bukan lelaki namanya). Itulah sepenggal dialog didalam buku “Si Bedog Panjang” karya Ki Umbara, terbit cetakan kedua tahun 1983 oleh penerbit Rachmat Cijulang, cetakan pertama terbit tahun 1967. Dari dialog tersebut bisa dimaknai pada waktu dulu bahwa bedog bukan saja sebagai alat praktis, tetapi juga punya makna simbolis, setidaknya sebagai simbol kejantanan.

Bedog (bahasa Sunda) sering diterjemahkan sebagai golok dalam bahasa Indonesia. Padahal didalam naskah Sunda kuno yaitu Sanghyang Siksakandang Karesian (1518) yang disebut adalah kata golok, sebagai sebuah nama senjata raja. Kata Bedog ditemukan didalam kamus bahasa Sunda-Inggris karya Jonathan Rigg (1862) yang dijelaskan sebagai sebuah alat untuk memotong dan menetak,


(8)

6

tetapi didalam naskah-naskah Sunda kuno kata bedog tidak ditemukan hal ini ditandai dengan tidak adanya kata bedog didalam Kamus Bahasa Naskah dan Prasasti Sunda karya Elis Suryani dkk (2001). Nampaknya kata bedog lebih dikenal dikalangan rakyat, sedangkan kata golok dikalangan raja, walaupun artinya itu-itu juga. Disini mungkin terjadi perubahan fungsi bedog yang tadinya sebagai alat perang raja, menjadi bedog sebagai alat praktis dikalangan rakyat biasa. Bedog adalah sebuah alat untuk memotong, menetak atau membacok berupa bilah logam besi atau baja yang salah satu sisinya diasah tajam, lebih besar dan kokoh dibanding pisau (terjemahan bebas dari beberapa kamus bahasa Sunda).

2.3. Bentuk Bedog

Bagian utama dari sebuah bedog adalah bilah (wilah) dan penamaan bedog umumnya berdasarkan pada bentuk bilahnya yang terbuat dari campuran besi dan baja.

Bilah bedog dimulai dari buntut atau paksi, yaitu bagian ekor pada pangkal bilah yang dimasukkan pada pegangan bedog (perah). Badan bilah terdiri dari perut (beuteung), yaitu bagian sisi yang tajam. Sedangkan bagian yang tumpul dinamakan punggung (tonggong). Ujung bilah bedog disebut dengan congo.


(9)

7

Gambar 2.1 Bagian Bilah Bedog Sumber : Seminar Diskusi Senjata Bedog

Punggung bilah bedog Sunda ada yang lurus ada pula yang berpunggung melengkung atau dalam istilah sunda bentik.

Gambar 2.2 Dasar Bentuk Bedog Sumber : Seminar Diskusi Senjata Bedog

Dilihat dari penampangnya bedog mempunyai tiga bagian yaitu tonggong (punggung), runcang dan beuteung (bagian perut). Bagian tonggong bedog di bagi menjadi tiga jenis yaitu tonggong kuya, tonggong munding, dan tonggong rata. Pada bagian beuteung berbentuk beuteung siraru (perut laron).


(10)

8

Gambar 2.3 Penampang Bilah Bedog Sumber: Seminar Diskusi Senjata Bedog

Dilihat dari bentuk bedog, terbagi menjadi lima bagian yaitu:

1. Leumpeung (lurus), badan bedog jika dilihat dari gurat lurus antara tonggong dan bagian tajamnya terlihat gurat sejajar.

2. Tirus (mengecil) kebelakang, tonggong lurus, badan bedog diukur dari bagian yang tajam makin kebelakang makin mengecil. 3. Gayot/Bentelu, badan bedog terlihat mengembung pada bagian

yang tajam, bagian yang mengembung ada yang tidak seberapa dan ada juga yang ekstrim, tonggong lurus.

4. Bentik, tonggong bedog tidak lurus tetapi agak lentik ke atas. 5. Campuran, varian dari rupa bedog yang empat.

Dari lima jenis bentuk bedog, jika dimasukan pada nama bedog yang populer yaitu :


(11)

9

No Bentuk Badan Bedog

Leumpeung Tirus Bentelu Bentik Campur

1 SalamNunggal Jongol Petok Hambalan Gula Sabeulah 2 Paut Nyere Pamoroan Gula

sabeulah

Pameuncitan

3 Buntut Lubang Beubeut Nyere

Jambe sapasi

Kembang Kacang

4 Sintung

Bening

Gaplok Malapah Gedang

5 Ujung

Turun

Betekok Bedog Ciseuat

6 Lubuk Cacag

Daging

Simeut Pelem

7 Sadap

8 Patimura

Tabel 2.1 Bentuk Badan Bedog Sumber: Bedog Pakarang Orang Sunda

Kebiasaan memberi nama pada bedog di masyarakat yang dekat dengan bedog, baik bagi panday besi ataupun orang yang menjual bedog sering tergantung pada bentuk perah, walaupun tidak selalu seperti itu. Terutama pada bedog yang susah dimasukan pada nama bedog yang mana. Contohnya simeut pelem dan salam


(12)

10

nunggal, atau antara bedog cacag daging dan bedog hambalan. Hal ini terjadi karena tidak ada patokan yang berlaku dan juga pasar bedog yang campur aduk dari beberapa sentra bedog yang setiap daerah mempunyai nama yang berbeda-beda walaupun bentuk bedognya sama. Contohnya bedog kuda laut atau bedog arwana, bentuknya hampir sama dengan bedog paut nyere, karena wanda sarangka dan perah seperti kuda laut, atau seperti ikan arwana.

Gambar 2.4 Bentuk Bedog


(13)

11

2.4. Arti Nama Bedog

1. Nama bedog yang berkaitan dengan nama tumbuhan:

Sintung bening, paut nyere, salam nunggal, jambe sapasi, sogokiwung, kembang kacang, malapah gedang, janur, gula sabeulah, beubeut nyere.

2. Nama bedog yang berkaitan dengan nama hewan: Simeut meuting, simeut pelem, buntut lubang, tambak(ang). 3. Nama bedog yang berkaitan dengan nama pekerjaan:

Pamilikan (pabilikan), pamoroan, pameuncitan atawa pamotongan, sadap, nyacag daging, soto.

4. Nama bedog yang berdasarkan rupanya: Betekok, petok, gayot, bentelu.

5. Nama bedog lainya:

Hambalan, jonggol, sulangkar.

Dari beberapa sumber ternyata nama bilah bedog bukan hanya sekedar nama saja tetapi ada makna simbolik dibalik nama tersebut, namun tidak setiap nama bilah bedog mengandung makna simbolik. 2.4.1. Salam Nunggal

Nama salam nunggal ini dikaitkan dengan awal penyebaran agama Islam di Tatar Sunda. Hal ini bisa dibaca pada Wawacan Gagak Lumayung baris ke 340 karya MO Suratman, yang selesai ditulis pada akhir tahun (1956) “Sampurna Iman Islam, jaga ieu kubur janten lembur rame


(14)

12

pisan, mugi-mugi sing tepi paneda kami, nelahna Salam Nunggalâ”. Kata salam didalam bahasa Sunda bisa diartikan sebagai nama pohon yang daunnya untuk penambah aroma sayuran, arti lain adalah doa untuk keselamatan, sedangkan nunggal dari kata dasar tunggal. Makna salam nunggal pada bedog adalah walaupun kita mempunyai atau membawa bedog, tetapi keselamatan tetap harus berserah diri kepada Yang Maha Tunggal, Allah Swt. Untuk itu menggunakan bedog harus mempunyai tujuan yang pasti, yang diridhoi oleh Allah Swt.

Salam nunggal juga adalah nama sebuah desa di Leles Garut. Bentuk bedog salam nunggal berpunggung lurus begitu juga bagian yang tajam, diujung (congo) melengkung dari bagian yang tajam menyerupai seperempat bulatan ke arah punggung. Ukuran panjang dan lebar tidak ada ukuran baku hampir untuk semua jenis bedog, tergantung ketersediaan bahan tetapi tetap berbentuk harmonis antara panjang dan lebar.

2.4.2. Paut Nyere

Nama paut nyere bentuknya lebih berkesan panjang dan ramping, berpunggung lurus tetapi pada bagian yang tajam tirus meruncing ke arah congo, pada bagian belakang mendekati buntut (paksi atau pekis dalam istilah keris) sedikit lebih mengecil ke arah punggung dari bagian yang tajam.


(15)

13

Nama bedog paut nyere kadang kadang tertukarkan dengan nama salam nunggal.

Arti paut nyere pada dasarnya adalah menarik lidi dari sebuah ikatan, seperti menarik sebuah lidi dari ikatan sapu lidi. Semakin sering mencabut lidi dari ikatannya yang akan semakin melonggarkan sebuah ikatan, semakin tak bermakna ikatan tersebut. Bedog dan sarangka tiada bedanya dengan lidi dalam ikatan. Begitu semakin sering mencabut bedog, semakin memperlihatkan lemahnya penguasaan diri, apalagi mencabut bedog tanpa tujuan yang pasti. Bedog adalah senjata tajam yang bermanfaat apabila dipergunakan untuk kebaikan dan sebaliknya akan sangat berbahaya bila digunakan untuk kejahatan. Disinilah diperlukannya penguasaan diri dari setiap pemakainya (Sasmita, 2008:56).

2.4.3. Ujung Turun

Ujung turun atau biasa disebut Lubuk, punggung lurus bagian yang tajam juga lurus, dibagian ujung dari punggung membentuk seperempat bulat ke arah yang tajam, sebaliknya dengan salam nunggal. Di daerah Ciomas Banten lebih terkenal dengan nama Candung. Bentuk ini memberi peringatan kepada pemakainya bahwa semakin ke ujung kehidupan atau semakin tua harus semakin bijaksana, tiada bedanya dengan ilmu padi semakin berisi harus semakin menunduk. Menggunakan bedog harus dengan ilmunya,


(16)

14

supaya tidak mencelakakan diri sendiri. Apabila dirasa tidak mampu jangan memaksakan diri, di ujung kehidupan suatu saat akan terpaksa turun (Sasmita, 2008:58).

2.5. Bedog Berdasarkan Fungsi

1. Bedog Beubeut Nyere, berfungsi sebagai perkakas jagal seperti`untuk menyembelih kerbau, sapi atau domba.

2. Bedog Hambalan, berfungsi untuk memotong bambu, membelah bambu atau sering disebut juga bedog untuk membuat bilik.

3. Bedog Gula Sabeulah, berfungsi untuk membelah layaknya seperti kapak.

4. Bedog Soto, berfungsi untuk mencincang daging. 2.6. Bagian Pelengkap Bedog

Bedog belum bisa disebut bedog apabila belum ada perah (pegangan) dan sarangkanya (sarung) karena fungsi dari perah dan sarangka sangat peting adanya apabila bedog ini akan digunakan. 2.6.1. Gagang (Perah) Bedog

Bedog Sunda umumnya memiliki bentuk gagang atau perah yang melengkung dan memiliki ujung yang berbentuk bulat (eluk). Bentuk perah yang agak miring dan melengkung berfungsi agar bedog dapat digenggam dengan kuat dan nyaman. Bentuk ujung perah yang bulat berfungsi agar jari kelingking terkait, menahan genggaman tangan agar tidak lepas tergelincir.


(17)

15

Ukuran perah rata-rata panjangnya 13,5 cm sampai 15 cm, dan bulatnya rata-rata berdiameter 3,5 cm - 4 cm. Perah kebanyakan dibuat dari bahan kayu dan tanduk kerbau, selain itu juga digunakan tanduk rusa dan tulang hewan sesuai dengan permintaan.

Gambar 2.5 Perah Bedog

Sumber : Seminar Diskusi Senjata Bedog

Dilihat dari bentuknya, perah bedog dikatagorikan menjadi empat bagian yaitu :

1. Tumbuhan

Belimbing, Eluk Paku, Pendul, Kembang, Potongan kai, Sopak Lodong, Jejengkolan.

2. Binatang

Buhaya, Ekek, Soang, Jawer Hayam, Cinghol (kucing Nongol), Ping-ping Hayam, Kucuit, Simeut Bako, Meong, Monyet, Lauk Cai, Kuda Laut, Garuda, Mear (Mear adalah bintang malam melata, yang mempunyai sifat fosfor karena jika di dalam gelap terlihat menyala seperti kunang-kunang).


(18)

16

3. Wayang

Kresna, Arjuna, Cepot, Semar. 4. Lain-lain

Mantri Diuk, Puri, Priaman, Makara, Naga, Golong Tambang.

Gambar 2.6 Bentuk Perah Bedog Sumber : Seminar Diskusi Senjata Bedog

Ragam hias yang terdapat pada perah bedog di Ciwidey di antaranya memakai pola ringkel atau ukel (pola ini diambil dari tumbuhan pohon paku atau pakis), cacag buah (gurat-gurat saling berpotongan berbentuk jajaran genjang), ombak (gambaran ombak berbentuk seperti ombak) dan sogokan (disebut sogokan karena cara dibuatnya disogok oleh pahat kecil atau ujung pisau). Pola hias sogokan di Cibatu Cisaat Sukabumi dan di Galonggong Manonjaya disebut pola beubeut


(19)

17

nyere. Selain itu juga ada pola daun, yang disatukan dengan pola ringkel atau ombak, dan pola sulur.

Gambar 2.7 Bentuk Ukiran Bedog Sumber : Seminar Diskusi Senjata Bedog

Pola hias beubeut nyere yang mengelilingi dibulatan perah melambangkan ikatan lidi, yang berarti hidup harus sauyunan, seperti sapu lidi yang bersatu yang berfungsi dikarenakan satu ikatan. Ikatan yang dimaksud adalah agama dan pemerintah (Sasmita, 2008:70-71).

Gambar 2.8 Pola Hias Paut Nyere Sumber : Seminar Diskusi Senjata Bedog


(20)

18

Biasanya bentuk perah yang pokok adalah bentuk perah bedog jejengkolan, baik jengkol utuh atau jengkol sebelah, dan yang lainnya adalah varian, jika lebih ngeluk disebutnya golok tambang, dan jika lebih menengadah disebut sopal.

Perpaduan antara perah dan bedog tidak ada aturanya, maksudnya bedog apa saja bisa dipakaikan perah apa saja, tergantung pada yang membuat bedog atau tergantung orang yang memesan.

Perah bedog dasarnya berupa eluk, ini memberi arti bahwa jika membawa bedog atau memegang bedog jangan sombong, dikhawtirkan akan melindas diri sendiri, takut celaka karena perilaku sendiri. Jika hidup harus seperti perah bedog maksudnya harus rendah hati tetapi banyak keahlian, sama seperti arti dari ilmu padi. Adapaun arti dari hiasan yang ada seperti ringkel, ombak, dan suluran melambangkan tumbuhan yang tumbuh di air yang melambangkan suci bersih yang membawa ketentraman (Sasmita, 2008:71).

2.6.2. Sarung (Sarangka) Bedog

Sarung bedog disebut sarangka, fungsi utamanya adalah agar bedog dapat mudah dan aman untuk dibawa, diselipkan (disoren) di pinggang. Bentuk sarangka mengikuti bentuk bilah di dalamnya, bila bentuk bilah melengkung maka bentuk perah dibentuk melengkung.


(21)

19

Seperti perah, sarangka juga umumnya terbuat dari kayu. Adapula ditemukan sarangka yang terbuat dari kulit hewan, tetapi ini sangat jarang. Sarangka yang dilengkapi dengan aksesoris tambahan berupa gelang-gelang pengikat (simpay) yang terbuat dari tanduk kerbau atau lembaran logam yang disebut dengan barlen.

Gambar 2.9 Dasar Bentuk Sarangka Sumber : Seminar Diskusi Senjata Bedog

Hiasan ukiran pada sarangka bedog yang dominan biasanya ada pada bagian gado dan sopal, jika bada bagian badanya tidak terlalu banyak, walaupun sebagaian ada yang ditemui. Simeut meuting dianggap bagian penting dari sarangka (Sasmita, 2008:67).


(22)

20

Gambar 2.10 Sarangka

Sumber : Seminar Diskusi Senjata Bedog a) Simeut Meuting

Simeut meuting adalah bagian kecil pada sarangka untuk menyematkan tali. ukuran simeut meuting rata-rata antara 7 cm x 1,5 cm, besarnya disesuaikan dengan besarnya sarangka.

Macam-macam nama simeut meuting, pada dasarnya tetap ada dari nama tumbuh-tumbuhan, binatang kecil dan sebagainya (Sasmita, 2008:68)

Nama simeut meuting dari tumbuhan :

Eluk paku, daun lake, pendul eceng, godobos, sopak, lodong, kembang eceng, kucubung, eluk paku tuntung, eluk paku puhu.

Nama simeut meuting dari binatang :

Simeut bako, papatongenteup, simeut batu, simeut salam, simeut bentelu, simeut daun papageran, simeut daun awi, hulu bogo, cakcak, simeut kupu-kupu.


(23)

21

Nama simeut meuting lainya :

Huruf S, jojodog, poleng rusak, cacag buah, kujang, bahan logam, oko-oko, biku-biku.

Gambar 2.11 Macam-macam Simeut Meuting dan Gado Sumber : Seminar Diskusi Senjata Bedog

b) Gado

Gado adalah bagian bawah dari sarangka yang menjadi ornamen pemanis agar sarangka bedog tidak terlihat polos. Selain itu gado berfungsi sebagai penutup agar terlihat bagian bawah sarangka agar bila digenggam tidak jatuh.

2.7. Sunda

Istilah Sunda sering digunakan dalam berbagai aspek kajian dan dalam kehidupan sehari-hari. Sebutan ini bermakna pada pengertian kebudayaan, etnis, geografis, administrasi pemerintahan dan sosial. Secara geografis administratif, Sunda diidentikkan dengan


(24)

22

Jawa Barat. Pada kenyataannya secara etnis kelompok masyarakat Sunda (pemakai bahasa Sunda) tidak hanya menempati wilayah Jawa Barat tetapi juga menempati daerah selatan Jawa Tengah bagian barat (daerah Majenang). Sebaliknya diwilayah utara Jawa Barat bagian timur (Indramayu, Cirebon) merupakan wilayah masyarakat pemakai bahasa Jawa. Meskipun demikian istilah Sunda sering dianggap dengan Jawa Barat (Jubiantono, 2008:241).

Sunda pada masa klasik, pada masa ini sekitar pada abad ke-VII M hingga abad ke-X M di daerah Jawa Barat telah mengenal jaman kerajaan. Kerajaan yang berada di Jawa Barat adalah Kerajaan Taruma Negara dan Kerajaan Sunda (Jubiantono,2008:243).

Alam Jawa Barat bergunung dan bersungai, dengan corak masyarakat berladang, ciri dari masyarakat berladang biasanya bersifat ganda, antara sifat peramu dan sawah yakni mentalitas produktif sekaligus juga konsumtif, hubungan darah lebih penting dalam organisasi sosial, dibanding kesatuan lokalitas, mentalitas keluarga dibandingkan sosial dan pentingnya peranan sementara. Sistem kepercayaan, Sunda Buhun, Budha, Hindu, Islam. Sistem pertahanan bela diri pencak silat dan taktik perang, sifat masyarakatnya defensif.


(25)

23

2.8. Media Informasi

Media Informasi adalah suatu instrumen perantara informasi. Pada jaman sekarang media informasi sangat berkembang. Berkembangnya media informasi dikarenakan adanya pengaruh pertumbuhan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat ditambah dengan kesadaran masyarakat akan pentingnya informasi. Masyarakat mulai berperan aktif dalam mendapatkan, mencari, dan menyebarkan informasi lewat media informasi. Bahkan sekarang media informasi telah menjadi salah satu instrumen penting dalam membangun kekuatan baik itu kekuatan ekonomi suatu wilayah atau negara, kekuatan politik, hingga kekuatan militer. Sehingga media informasi bisa dikategorikan suatu instrumen yang memiliki dampak kepada seluruh hajat hidup orang banyak (http://arifdjuwarno.wordpress.com/).

Salah satu media informasi yang masih digunakan oleh orang banyak adalah sebuah buku. Buku adalah salah satu media informasi yang memiliki peran sangat penting. Meski sekarang jaman sudah berkembang kian pesatnya dimana teknologi sekarang sudah mendominasi, akan tetapi buku sebagai sumber pegetahuan belum bisa tergantikan. Selain media yang mudah untuk dijangkau dan memiliki sifat mobilitas yang tinggi, buku dapat dibaca kapan saja dan dimana saja.


(26)

24

2.9. Buku Bergambar

Menurut Web Page Wikipedia Indonesia. Ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia, buku adalah kumpulan kertas atau bahan lainya yang dijilid menjadi satu pada salah satu ujungnya dan berisi tulisan atau gambar. Setiap sisi dari sebuah lembaran kertas pada buku disebut halaman.

Pengertian buku menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia adalah beberapa helai kertas yang terjilid berisi tulisan untuk dibaca atau halaman-halaman kosong untuk ditulisi.

Gambar adalah tiruan barang, orang, tumbuhan dan lain sebagainya, yang dibuat dengan cat, tinta, coret potret dan sebagainya. Sedangkan bergambar adalah yang dihiasi dengan gambar.

Buku bergambar merupakan salah satu bentuk penyampaian pesan dengan bentuk teks disertai dengan gambar ilustrasi yang mendukung yang dikemas menjadi sebuah buku.

Buku bergambar merupakan buku dengan gambar yang saling berhubungan (kecuali buku yang tidak memakai teks). Menurut Perry Nodelman, buku bergambar mengandung tiga cerita. Yaitu cerita dari teks, cerita dari gambar, dan cerita dari kombinasi keduanya. Kombinasi sukses antara gambar dan teks berhasil dengan baik bila gambar terlihat sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari teks.

Menurut Ciptanti Putri buku bergambar anak-anak dibagi menjadi beberapa macam menurut usianya :


(27)

25

A. Baby Books

Untuk bayi dan batita (bawah tiga tahun). Kebanyakan materinya berupa pantun dan nyanyian sederhana, permainan dengan jari, atau sekedar ilustrasi cerita tanpa kata-kata sama sekali (sepenuhnya mengandalkan ilustrasi serta kreativitas orang tua dan anak untuk berimajinasi). Panjang cerita dan formatnya beragam, disesuaikan dengan isi materi. Buku-buku untuk batita biasanya berupa cerita sederhana berisi kurang dari 300 kata. Ceritanya terkait erat dengan keseharian anak, atau bermuatan edukatif tentang pengenalan warna, angka, bentuk dan lain-lain. Jumlah halaman sekitar 12 dan banyak yang berbentuk board books (buku yang kertasnya sangat tebal, seperti karton), pop-up books (buku yang halamanya berbentuk tiga dimensi), lift the flaps atau buku-buku khusus yang dapat bersuara, memiliki format unik atau dengan tekstur tertentu.

B. Picture Books

Pada umumnya berbentuk setebal 32 halaman untuk anak usia 4-8 tahun. Naskahnya bisa mencapai 1.500 kata, namun rata-rata 1.000 kata saja. Plotnya masih sederhana, dengan satu karakter utama yang seutuhnya menjadi pusat perhatian dan menjadi alat penyentuh emosi dan pola pikir anak. Ilustrasi memainkan peran yang sama besar dengan teks dalam penyampaian cerita. Buku anak pada genre ini bisa


(28)

26

menggunakan lebih dari 1.500 kata, biasanya sebagai persiapan bagi pembaca yang memasuki masa-masa puncak di spectrum usianya. Buku genre ini sudah membicarakan topik serta menggunakan gaya penulisan yang luas dan beragam. Cerita nonfiksi dalam format ini dapat menjangkau sampai usia 10 tahun, dengan tebal sampai 48 halaman, dan berisi hingga 2.000 kata dalam teksnya.

C. Early Picture Books

Sebentuk dengan picture books, namun dilengkapi sedemikian rupa untuk usia-usia akhir di batas 4 hingga 8 tahun. Ceritanya sederhana dan berisi kurang dari 1.000 kata. Banyak buku genre ini yang dicetak ulang dalam format board books untuk melebarkan jangkuan pembacanya. The Very Hungry Caterpillar (Philomel Publishing) karya Eric Carle salah satu contohnya. Easy readers. Juga dikenal dengan sebutan easy-to-read, buku-buku genre ini biasanya untuk anak-anak yang baru mulai membaca sendiri (usia 6-8 tahun). Masih tetap ada ilustrasi berwarna di setiap halamannya, tapi dengan format yang sedikit lebih “dewasa”: ukuran trim per halaman bukunya lebih kecil dan ceritanya dibagi dalam bab-bab pendek. Tebal buku biasanya 32-64 halaman dan panjang teksnya beragam antara 200-1.500 kata, atau paling banyak 2.000 kata. Cerita disampaikan dalam bentuk aksi dan percakapan interaktif, menggunakan kalimat-kalimat sederhana


(29)

27

(satu gagasan per kalimat). Biasanya ada 2-5 kalimat di tiap halaman. Seri 1 Can Read yang diterbitkan Harper Trophy merupakan contoh terbaik buku genre ini.

D. Transition Books

Kadang disebut juga sebagai “Chapter books tahap

awal”, untuk anak usia 6-9 tahun. Merupakan jembatan

penghubung antara genre easy readers dan chapter books. Gaya penulisannya persis seperti easy readers, namun lebih panjang (naskah biasanya sebanyak 30 halaman, dipecah menjadi 2-3 halaman per bab), ukuran trim per halamannya lebih kecil lagi serta dilengkapi dengan ilustrasi hitam-putih di beberapa halaman. Serial The Kids of the Polk Street School karya Patricia Reilly Giff (Dell Young Yearling Publishing) dan Sesri Stepping Stone Books yang diterbitkan Random House masuk dalam kelompok genre ini.

E. Chapter Books

Untuk usia 7-10 tahun. Terdiri dari naskah setebal 45-60 halaman yang dibagi dalam tiga hingga empat halaman per bab. Kisahnya lebih padat dibanding genre transition books, walaupun tetap memakai banyak ramuan aksi petualangan. Kalimat-kalimatnya mulai sedikit kompleks, tapi paragraph yang dipakai pendek (rata-rata 2-4 kalimat). Tipikal dari genre ini adalah cerita di akhir setiap bab dibuat menggantung di tengah-tengah sebuah kejadian agar pembaca penasaran dan


(30)

28

terstimulasi untuk terus membuka bab-bab selanjutnya. Serial Herbie Jones karangan Suzy Kline (Puffin Publishing) dan Ramona karya Beverly Cleary (Morrow Publishing) dikatakan masuk dalam genre buku anak ini.

F. Middle Grade

Untuk usia 8-12 tahun, merupakan usia emas anak dalam membaca. Naskahnya lebih panjang (100-150 halaman), ceritanya mulai kompleks (bagian-bagian sub-plot menampilkan banyak karakter tambahan yang berperan penting dalam jalinan cerita), dan tema-temanya cukup modern. Anak-anak diusia ini mulai tertarik dan mengidolakan karakter dalam cerita. Hal ini menjelaskan keberhasilan beberapa seri petualangan yang terdiri dari 20 atau lebih buku dengan tokoh yang sama. Kelompok fiksinya beragam mulai dari fiksi kontemporer, sejarah, hingga science-fiction atau petualangan fantasi. Sementara yang masuk kelompok nonfiksi antara lain biografi, iptek, dan topic-topik multi budaya.

G. Young Adult

Naskahnya antara 130-200 halaman, genre ini untuk anak usia 12 tahun ke atas. Plot ceritanya bisa sangat “ruwet” dengan banyak karakter utama, meskipun tetap ada satu karakter yang difokuskan. Tema-tema yang diangkat seringnya relevan dengan kehidupan remaja saat ini. Buku The Outsiders karya S.E. Hinton menjadi tonggak sejarah buku cerita anak di


(31)

29

genre ini yang menceritakan permasalahan remaja saat itu ketika pertama kali diterbitkan pada tahun 1967. Kategori new-age (usia 10-14 tahun) perlu diperhatikan, terutama untuk buku-buku kelompok nonfiksi remaja. Buku-buku dikelompok ini sedikit lebih pendek dibanding untuk kelompok usia 12 tahun keatas, serta topiknya (fiksi dan nonfiksi) lebih cocok untuk anak-anak yang telah melewati buku genre middle grade, tetapi belum siap membaca buku-buku fiksi atau belum mempelajari subjek nonfiksi yang materinya ditujukan untuk pembaca di kelas sekolah menengah (http://www.vision.net.id).

2.10. Buku Pop-Up

Buku pop-up adalah buku yang memiliki bagian yang dapat bergerak atau berunsur 3 dimensi. Buku pop-up memberikan visualisasi cerita yang lebih menarik. Tampilan gambar yang terlihat lebih memiliki dimensi, gambar yang dapat bergerak ketika halamannya dibuka atau bagiannya digeser hingga bagian yang dapat berubah bentuk. Buku ini juga memberikan kejutan-kejutan dalam setiap halamannya yang dapat mengundang ketakjuban ketika halamannya dibuka. Jenis cerita yang disampaikan dalam buku pop-up bisa sangat beragam mulai dari pengetahuan seperti pengenalan hewan, geografis suatu negara, kebudayaan, sejarah, kegiatan keagamaan, hingga cerita imaginer seperti dongeng, fabel, cerita rakyat, mitos, legenda (http://digilib.its.ac.id/index.php).


(32)

30

Gambar 2.12 Buku Pop-up 2.11. Analisa Masalah

2.11.1. Bedog di Masyarakat

Menurut analisa yang telah dilakukan di lapangan, bedog pada saat ini lebih identik dengan senjata untuk melukai seseorang atau untuk merusak sesuatu. Padahal jika diarahkan bedog dapat berfungsi sebagai perkakas yang sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari.

2.11.2. Kurangnya Pengenalan Bedog Terhadap Anak-anak

Citra bedog saat ini terbentuk dari pengenalan bedog dimasa kecil, karena kurang tepatnya informasi di televisi yang menyajikan tayangan penggunaan bedog untuk kekerasan sehingga berdampak pada pandangan anak-anak tentang fungsi bedog. Hal ini seperti dijelaskan oleh (Gerungan, 2004:209) Besarnya pengaruh alat komunikasi seperti majalah, surat kabar, film, dan televisi terhadap perubahan attitude khususnya, dan terhadap perkembangan sosial pribadi manusia pada umumnya.


(33)

31

Buku-buku atau media lain yang menjelaskan bedog untuk anak-anak pun bisa dikatakan tidak ada sehingga pengenalan tentang bedog pada saat ini masih kurang.

2.12. Penyelesaian Masalah

Bedog merupakan benda tajam yang bisa digunakan sebagai senjata dan perkakas. Maka dari itu dibutuhkannya suatu media informasi yang dapat memperkenalkan bentuk dan fungsi bedog Sunda. Terutama untuk anak-anak agar mengetahui tentang bedog sebagai perkakas dan mencegah penggunaan bedog yang tidak sesuai dengan fungsinya, dan mengenal bedog sebagai benda budaya yang bermanfaat. Dengan demikian kelak anak-anak akan menggunakan bedog sesuai fungsinya dan akan menjaga bedog dari punahnya warisan budaya leluhur yang menjadi jati diri budaya.

2.13. Media Informasi Yang Digunakan

Media informasi yang akan digunakan untuk memperkenalkan bedog kepada masyarakat adalah berupa sebuah buku bergambar dengan menggunakan teknik pop-up dan flip-up.

Pemilihan media ini adalah dikarenakan buku merupakan media yang mudah dijangkau dan memiliki sifat mobilitas yang tinggi sehingga dapat mudah dibaca kapan saja dan diamana saja, selain itu mengacu berdasarkan segmentasi yang akan dituju yaitu pelajar SD kelas 3-5 atau sekitar 8-10 tahun. Karena media buku bergambar merupakan sebuah media yang populer dikalangan anak-anak (http://artikel.us/art05-72/html).


(34)

32

Selain itu buku yang dikemas dengan menggunakan ilustrasi dengan teknik pop-up dan flip-up bertujuan agar tidak bosan ketika dibaca sehingga isi informasi dalam buku dapat lebih mudah tersampaikan dan mudah untuk difahami.

2.14. Segmentasi

Berdasarkan pengguna dan peminat bedog yang berpotensi dalam mencari informasi mengenai bedog maka target khalayak sasaran yang dituju adalah:

1. Demografis

Jenis kelamin : Laki-laki dan perempuan Usia : 8-10 tahun

Pekerjaan : Pelajar Pendidikan : SD

Status Ekonomi : Kalangan menengah dan menengah atas 2. Geografis:

Masyarakat yang berada di kota maupun kabupaten Bandung. 3. Psikografis:

Rasa ingin tahu yang tinggi. Menyukai hal-hal yang baru. Cukup peka terhadap informasi.


(35)

33

BAB III

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL 3.1. Strategi Perancangan

Strategi yang akan dirancang dalam membuat informasi mengenai fungsi-fungsi bedog Sunda bagi anak-anak dengan membuat perancangan berupa media informasi buku illustrasi

“Mengenal Perkakas Bedog Sunda Bersama Si Ujang”, buku ini

bertujuan untuk mengajak anak-anak, khususnya anak SD untuk lebih mengenal tentang jenis bedog Sunda khususnya bedog perkakas yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Perancangan akan dibuat berdasarakan segmentasi yang akan dituju yaitu anak-anak usia 8 hingga 10 tahun, maka media penyampainya akan dibuat menarik dan tidak membosankan ketika dipelajari.

3.1.1. Strategi Komunikasi

Dalam perancangan media, strategi komunikasi yang digunakan bersifat interaktif, persuasif dan komunikatif. Hal ini bertujuan agar penyampaian informasi dan visual, dapat diterima oleh khalayak sasaran dengan baik dan dimengerti. Strategi dalam media ini juga didasari oleh pendekatan terhadap karakteristik khalayak sasaran dan dikomunikasikan dengan menarik secara visual.


(36)

34

3.1.2. Materi Pesan

Materi pesan yang akan disampaikan dalam buku

“Mengenal Perkakas Bedog Sunda Bersama Si Ujang”

berisikan mengenai penjelasan jenis-jenis bedog, bagian-bagian bedog, cara pembuatan bedog, dan fungsi bedog perkakas yang pada saat ini masih sering digunakan.

3.1.3. Tujuan Komunikasi

Tujuan komunikasi yang disampaikan dalam media informasi buku ilustrasi ini, bertujuan memberikan pendidikan kepada anak-anak tentang jenis, bagian, cara pembuatan, dan fungsi bedog agar khalayak sasaran dapat mengetahui dan memahami bedog sebagai perkakas yang bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari.

3.1.4. Strategi Kreatif

Pendekatan kreatif yang dilakukan oleh penulis adalah menyajikan ilustrasi dalam bentuk pop-up yaitu dengan membuat tampilan gambar yang terlihat memiliki 3 dimensi dan gambar yang dapat bergerak ketika halamannya dibuka, dan juga bagian flip-up yang dapat menyembunyikan gambar yang menjadi kegiatan sehingga menambah keinginan membaca dan tidak timbul rasa bosan ketika membacanya.


(37)

35

A. Strategi Visual

Pendekatan visual yang akan dibuat dalam konsep perancangan media informasi buku ilustrasi ini adalah dengan menyajikan gambar dengan warna-warna yang cerah serta menarik, Materi disampaikan dalam bentuk ilustrasi berdasarkan keterangan informasi yang disampaikan. Gambar disajikan dalam bentuk vektor yang sederhana, dengan menggunakan karakter seorang anak yang bernama Si Ujang sebagai pengantar pemaparan informasi dengan teknik pop-up dan flip-up.

B. Startegi Verbal

Pendekatan verbal dilakukan secara komunikatif dengan menggunakan teknik pop-up agar menimbulkan rasa takjub pada anak ketika membuka halaman buku dengan gambar-gambar 3 dimensi, sehingga anak lebih ingin tahu tentang gambar yang ada dihalaman berikutnya. Menggunakan teknik flip-up agar pada saat anak membaca timbul rasa penasaran pada gambar yang disembunyikan sehingga memicu rasa ingin tahu anak untuk membuka gambar yang disembunyikan dan mencari informasi yang ada dibalik gambar flip-up tersebut, dan menggunakan bahasa Indonesia yang tidak baku yang disesuaikan dengan bahasa untuk anak-anak.


(38)

36

3.2. Konsep Visual

Konsep visual yang dipakai dalam perancangan media informasi buku dalam “Mengenal Perkakas Bedog Sunda Bersama Si Ujang”, terdiri dari beberapa penjelasan konsep mengenai, format desain, tata letak, huruf, ilustrasi, dan juga warna.

3.2.1. Tata Letak

Unsur-unsur grafis yang dipakai dalam media informasi dengan mengatur penempatan berbagai unsur komposisi, seperti teks, garis, warna, bidang, gambar dan sebagainya.

Posisi tata letak landscape dengan teks berada pada halaman sebelah kiri dan gambar pada halaman sebelah kanan.


(39)

37

Gambar 3.2 Tata letak Halaman Isi

Teks berada di sebelah kiri dan gambar di sebelah kanan, format ini dipertimbangkan karena orang Indonesia membaca dari kiri ke kanan, dan tujuan lain dari format tata letak ini adalah apabila diceritakan oleh pendamping maka diceritakan teksnya dahulu lalu menceritakan mengenai gambarnya.

Pada setiap halaman menggunakan ilustrasi berupa pop-up dan flip-up yang disesuaikan dengan kebutuhan penyampaian informasi.


(40)

38

3.2.2. Font

Jenis font yang digunakan pada perancangan media informasi “Mengenal Perkakas Bedog Sunda Bersama Si Ujang”, menggunakan jenis font yang sesuai dengan karakter anak-anak.

Gambar 3.3 Font Babe Bamboo

Bentuk dari font ini tidak terlalu kaku sehingga cocok dengan karakter anak-anak. Selain itu jenis font ini tebal sehingga unsur keterbacaannya sangat jelas dan tegas. Sesuai dengan karakter bedog.

Font ini diaplikasikan pada judul Buku, Body teks, serta media penunjang yang lain.

3.2.3. Studi Ilustrasi

Ilustrasi yang ditampilkan disesuaikan dengan media informasi. Menggunakan gaya visual vektor. Hal tersebut mewakili dunia anak-anak yang kaya akan imajinasi dan kaya akan warna.

Gambar yang ditampilkan adalah gambar dengan bentuk yang sederhana dengan warna-warna cerah, setiap bentuk hanya diwarnai satu warna, karakter yang ditampilkan mengacu pada karakter orang Indonesia, orang Indonesia yang


(41)

39

dimaksud adalah orang Sunda yang berada di daerah pedesaan. Karakter yang menjadi reverensi adalah gambar-gambar yang menjadi karakter untuk hal yang berhubungan dengan orang Sunda.

Gambar 3.4 Gambar Referensi A. Studi Latar Belakang

Latar belakang dari buku ilustrasi ini adalah alam pedesaan yang distilasikan menjadi warna-warna dasar seperti biru dan hijau. Alam pedesaan sangat cocok diambil, karena kebanyakan orang yang menggunakan bedog dalam kehidupan sehari-hari adalah orang-orang yang berada di daerah pedesaan.


(42)

40

Gambar 3.5 Studi Latar Belakang B. Studi Karakter

Karakter dari tokoh ini adalah si Ujang. Nama Ujang yang digunakan karena sebuatan Ujang adalah panggilan orang Sunda kepada anak laki-laki. Karakter tokoh ini memakai baju pangsi dengan aksesoris ikat kepala, selendang dan bedog di pinggang.


(43)

41

Gambar 3.6 Karakter Si Ujang

Si Ujang adalah seorang anak keturunan Sunda dan anak dari seorang panday besi yang sangat tertarik pada bedog, sehingga ia tahu banyak mengenai bedog. Karena keluarganya adalah keluarga panday besi yang sudah turun temurun sehingga ilmu yang didapatnya adalah warisan budaya yang diceritakan dari kakek buyutnya.

1. Karakter Ujang

Gambar 3.7 Referensi Karakter

Karakter Ujang terinspirasi dari seorang anak yang memakai baju pangsi dan ikat kepala. Pakaian ini adalah pakaian khas yang sering digunakan dalam pencak silat atau kesenian-kesenian dari Suku Sunda yang identik dengan orang Sunda.


(44)

42

2. Ikat Kepala

Gambar 3.8 Referensi Ikat Kepala

Ikat kepala terinspirasi dari ikat kepala yang sering digunakan si Cepot, karena si Cepot merupakan tokoh pewayangan yang terkenal dari Jawa Barat.

3. Motif Batik

Gambar 3.9 Referensi Gambar Batik

Batik yang digunakan adalah batik rereng putih. Karena motif batik ini merupakan motif batik yang ada di Jawa Barat.

4. Bedog


(45)

43

Bedog dengan sarangka jenis ini yang digunakan karena sarangka ini yang sering digunakan sebagai sarangka bedog perkakas.

5. Selendang

Gambar 3.11 Referensi Gambar Selendang

Selendang pada karakter si Ujang merupakan bentuk penyederhanaan dari sarung, yang dihilangkan motifnya Sehingga menjadi kain polos berwarna biru.

Maksud dari hal ini adalah agar gambar tampak lebih sederhana dan tidak terlalu banyak motif, karena pada ikat kepala sudah cukup memakai motif batik yang padat.

C. Studi Properti

Studi penyederhanaan properti menggunakan teknik vektor dengan benda-benda yang berhubungan buku “Mengenal Perkakas Bedog Bersama Si Ujang”, seperti bedog dan gambar pendukung lainya.


(46)

44

Gambar 3.12 Studi Properti Bedog

Gambar 3.13 Studi Properti Bilik

Gambar 3.14 Studi Properti Daging


(47)

45

3.2.4. Warna

Warna merupakan suatu komponen penting dalam ilustrasi pembuatan media sebuah buku bergambar. Warna memiliki karakteristik tertentu, dalam hal ini adalah sifat-sifat khas yang dimiliki suatu warna.

Pemilihan warna menggunakan warna-warna dasar yang cerah, yang dekat dengan nuansa anak-anak.Untuk hasil akhir, warna yang akan dicetak menggunakan kalibrasi CMYK pada computer.

a. Warna Pada Karakter

Gambar 3.16 Komposisi Warna Pada Karakter Si Ujang b. Warna Pada Latar Belakang


(48)

46

3.3. Strategi Media

Strategi media adalah sebuah alat untuk menyampaikan isi pesan kepada target sasaran. Agar pesan yang ingin disampaikan mudah dimengerti.

3.3.1 Pemilihan Media

Untuk menyampaikan isi pesan tersebut kepada khalayak sasaran dan mencapai tujuan seperti yang diinginkan, haruslah mempertimbangkan sistem strategi komunikasi yang tepat. Media dapat dibedakan menjadi dua, yaitu media utama dan media pendukung.

Pendekatan yang dilakukan penulis adalah dengan cara mengemas informasi kedalam sebuah media ditambah media pendukung dan media promosi

A. Media Utama

Media utama merupakan buku bergambar dengan teknik pop-up dan flip-up dengan materi pesan informasi tentang pengenalan bedog perkakas Sunda.

B. Media Pendukung

Media pendukung yang dimaksud adalah media tambahan berupa bonus gimmick seperti t-shirt, gantungan kunci, pin, game board, paper toy, tempat pensil dan stiker dengan maksud membuat pembeli tertarik untuk membeli buku ini.


(49)

47

C. Media Promosi

Media promosi ini digunakan pada saat buku telah dipublikasikan kepasaran agar dapat diketahui masyarakat antara lain X-banner, flag chain, danposter.

3.4. Strategi Distribusi

Pendistribusian akan dilakukan melalui toko buku seperti gramedia dan toko gunung agung yang telah menjalin kerja sama dengan PT. Mizan Bunaya Kreativa. Hal ini bertujuan agar masyarakat mengetahui dimana buku ini tersedia dan lebih terorganisir dalam penempatan medianya.

Pendistribusian akan dilakukan pada saat mendekati HUT Kota Bandung, karena merupakan moment yang tepat untuk mempromosikan tentang budaya Sunda.

25 Juli – 1 Agustus

1 Agustus – 25 September

25 September

Pemasangan media promosi di Book store

Pendistribusian buku

Peluncuran buku dan promosi Tabel 3.1

3.4.1. Ilustrasi Harga

Berikut adalah rincian penjualaan buku “Mengenal Perkakas Bedog Sunda Bersama Si Ujang” dalam pembelian satu paket, yaitu: buku Rp.150.000, tempat pensil Rp.15.000, stiker Rp.5000, T-shirt Rp.50.000, pin + gantungan kunci Rp.15.000, game board + paper toy Rp.15.000 dengan rincian


(50)

48

di atas maka penjualan buku dalam satu paket dijual dengan harga Rp.250.000,-.


(51)

49

BAB IV

TEKNIS PRODUKSI MEDIA 4.1 Media Tercetak

Media yang dipilih adalah media buku sebagai media utama dalam perancangannya. Selain itu disertai dengan media pendukung. Dengan begitu tujuan dari memperkenalkan perkakas bedog Sunda ini dapat mencapai tujuan yang direncanakan.

4.2 Teknik dan Material Produksi Media

Teknik yang dilakukan dalam proses pembuatan media utama yaitu buku ilustrasi pop-up atau flip-up dan media pendukung dibuat menggunakan softwere komputer, untuk membantu proses pembuatan perancangan media tersebut menggunakan software Corel Draw X3 dan Adobe Photoshop CS.

Adapun material yang digunakan pada perancangan media utama dan media pendukung tertera seperti rincian di bawah ini. 1. Buku Ilustrasi


(52)

50

Media utama merupakan sebuah buku bergambar, yang diprint di atas material kertas art paper 210 gr untuk halaman isi, serta untuk cover diprint di atas kertas art paper yang dilapisi kertas hard cover 3 mm. Berukuran tinggi 24,5 cm dan lebar 18,5 cm. Dan teknis setelah diprint adalah pemasangan pop-up dan flip-up.

Buku ini berisi tentang keterangan bedog beserta jenis- jenisnya. Informasi disajikan dengan penjelasan keterangan gambar yang berbentuk pop-up dan flip-up yang bertujuan agar tidak jenuh saat membaca isi dari buku ini.

2. Poster

Gambar 4.2 Poster

Media poster diproduksi menggunakan digital laser printing di atas kertas art paper berukuran lebar 29,7 cm dan tinggi 42,0 cm. Media ini berfungsi sebagai media promosi ditempatkan di kaca jendela book store atau tempat yang strategis untuk di dalam maupun di luar book store.


(53)

51

3. X Banner

Gambar 4.3 X-Banner

Media x-banner ini diproduksi menggunakan digital laser printing dengan material flexi berukuran 160 cm x 60 cm.

Media ini berfungsi sebagai media promosi ditempatkan di depan pintu masuk book store.

4. Flag Chain

Gambar 4.4 Flag Chain

Media flaig chain ini diproduksi menggunakan digital laser printing di atas kertas art paper berukuran lebar 20,5 cm


(54)

52

dan tinggi 22,0 cm. Flag chain ini berfungsi sebagai media promosi yang ditempatkan di atas langit-langit book store. 5. Stiker

Gambar 4.5 Stiker

Media stiker ini diproduksi menggunakan digital laser printing di atas kertas stiker ukuran disesuaikan.

Stiker ini berfungsi sebagai media pengingat pada anak tentang jenis-jenis bedog Sunda agar tidak lupa. karena bersifat mobile sehingga dapat dijangkau.

6. Tempat Pensil

Gambar 4.6 Tempat Pensil

Media ini diproduksi dengan menggunakan bahan kain flannel dengan beberapa warna, yaitu: coklat muda, coklat tua,


(55)

53

dan hitam, dan menggunakan bahan spons berwarna abu-abu berukuran 30 cm dan lebar 5 cm.

Media ini dibuat bertujuan sebagai media pendukung, untuk mengingat bagian-bagian pada bedog.

7. Gantungan Kunci

Gambar 4.7 Gantungan Kunci

Media ini diproduksi dengan menggunakan digital printing di atas kertas HVS yang dilapisi plastik laminasi yang ditempelkan pada lempengan logam dan dipasangkan dengan frame gantungan kunci, berbentuk bulat dan berdiameter 5 cm.

Selain sebagai gantungan kunci gantungan ini dibuat sebagai gantungan tas. Karena anak-anak biasanya mempunyai tas sekolah kesayangan, maka gantungan ini dapat digunakan sebagai gantungan tas, dan juga sebagai media pengingat tentang jenis perkakas bedog Sunda.


(56)

54

8. Pin

Gambar 4.8 Pin

Media ini diproduksi dengan menggunakan digital printing di atas kertas HVS yang dilapisi plastik laminasi yang ditempelkan pada lempengan logam dan dipasangkan dengan frame Pin, berbentuk bulat dan berdiameter 5,8 cm. Media ini berfungsi sebagai media pengingat dan media promosi.

9. T-Shirt

Gambar 4.9 T-Shirt

Media ini diproduksi dengan menggunakan digital printing di atas kain kaos berbahan cotton berukuran all size untuk anak-anak. Media ini bertujuan sebagai media promosi dan media pengingat mengenai karakter si Ujang yang telah menerangkan tentang perkakas bedog Sunda.


(57)

55

10. Game Board

Gambar 4.10 Game Board

Media ini diproduksi dengan menggunakan digital laser printing di atas kertas art paper 210 gr berukuran lebar 29.7 cm dan panjang 21 cm. Game board ini bertujuan untuk media evaluasi tentang jenis-jenis bedog yang telah dibaca pada buku ilustrasi.

11. Paper Toys

Gambar 4.11 Paper Toys

Media ini diproduksi dengan menggunakan digital laser printing di atas kertas art paper berukuran lebar 29.7 cm dan panjang 21 cm. Media ini selain sebagai media pengingat pada karakter si Ujang, fungsi lain dari paper toys ini adalah sebagai pelatih sistem motorik pada anak.


(58)

56

Daftar Pustaka

Sasmita, Mamat. (2008). Kujang, Bedog & Topeng dan Kajian Lainnya Mengenai Budaya Sunda. Bandung: Yayasan Pusat Studi Sunda.

Rohaedi, Ayat. (2005). Sundakala; Cuplikan Sejarah Sunda Berdasarkan

Naskah-Naskah ”Panitia Wangsakerta” Cirebon. Jakarta: Pustaka Jaya.

Ekadjati, S. (1995). Kebudayaan Sunda; Suatu Pendekatan Sejarah. Jakarta: Pustaka Jaya.

Hidayat, H., & Haesy, N. (2004). Sangkakala Padjadjaran. Jakarta: Bina Rena Pariwara.

Jubiantono. (2008). Ki Sunda, Bandung: Pusat Studi Sunda Gerungan,W.A. (2004).Psikologi Sosial.Bandung: Refika Aditama.

Dendi, Sudiana. (1985).Komunikasi Periklanan Cetak. Bandung: Remaja Karya. Angkat, Guntur,SS.n. Selintas Sejarah Komik Indonesia.

http://artikel.us/art05-72.html 2 Agustus 2011.

Thulab, Al. Peran Media Informasi Dalam Mempengaruhi Perspektif Masyarakat Terhadap Dunia Islam. http://arifdjuwarno.wordpress.com/ 2 Agustus 2011. Putri, Ciptanti. Pustaka - Memahami Genre Buku Cerita Anak.

http://www.vision.net.id/detail.php?id=2130 2 Agustus 2011.

Dzuanda, B. Perancangan Buku Cerita Anak Pop-up Tokoh-tokoh Wayang Berseri, Seri Gatotkaca. http://digilib.its.ac.id/index.php 2 Agustus 2011.


(59)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi

Nama : Siti Setiawati

Alamat : Jl. Gending Jati 4 Blok G No.10 RT

04/12 Kelurahan Pasir Jati Kecamatan Ujung Berung Bandung

Kode Post : 40616

Nomor Telepon : (022) 92411023

Email : Sifter_powergals@yahoo.co.id

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat Tanggal Lahir : Bandung, 4 Juli 1989

Status Marital : Kawin

Warga Negara : Indonesia

Agama : Islam

Riwayat Pendidikan dan Pelatihan

Jenjang Pendidikan :

Periode Sekolah / Institusi / Universitas

Jurusan Jenjang

1993 - 2001 SDN Tilil 2 Bandung 2001 - 2004 SMP Negeri 50 Bandung

2004 - 2007 SMA Negeri 26 Bandung IPA


(1)

52

dan tinggi 22,0 cm. Flag chain ini berfungsi sebagai media promosi yang ditempatkan di atas langit-langit book store. 5. Stiker

Gambar 4.5 Stiker

Media stiker ini diproduksi menggunakan digital laser printing di atas kertas stiker ukuran disesuaikan.

Stiker ini berfungsi sebagai media pengingat pada anak tentang jenis-jenis bedog Sunda agar tidak lupa. karena bersifat mobile sehingga dapat dijangkau.

6. Tempat Pensil

Gambar 4.6 Tempat Pensil

Media ini diproduksi dengan menggunakan bahan kain flannel dengan beberapa warna, yaitu: coklat muda, coklat tua,


(2)

53

dan hitam, dan menggunakan bahan spons berwarna abu-abu berukuran 30 cm dan lebar 5 cm.

Media ini dibuat bertujuan sebagai media pendukung, untuk mengingat bagian-bagian pada bedog.

7. Gantungan Kunci

Gambar 4.7 Gantungan Kunci

Media ini diproduksi dengan menggunakan digital printing di atas kertas HVS yang dilapisi plastik laminasi yang ditempelkan pada lempengan logam dan dipasangkan dengan frame gantungan kunci, berbentuk bulat dan berdiameter 5 cm.

Selain sebagai gantungan kunci gantungan ini dibuat sebagai gantungan tas. Karena anak-anak biasanya mempunyai tas sekolah kesayangan, maka gantungan ini dapat digunakan sebagai gantungan tas, dan juga sebagai media pengingat tentang jenis perkakas bedog Sunda.


(3)

54 8. Pin

Gambar 4.8 Pin

Media ini diproduksi dengan menggunakan digital printing di atas kertas HVS yang dilapisi plastik laminasi yang ditempelkan pada lempengan logam dan dipasangkan dengan frame Pin, berbentuk bulat dan berdiameter 5,8 cm. Media ini berfungsi sebagai media pengingat dan media promosi.

9. T-Shirt

Gambar 4.9 T-Shirt

Media ini diproduksi dengan menggunakan digital printing di atas kain kaos berbahan cotton berukuran all size untuk anak-anak. Media ini bertujuan sebagai media promosi dan media pengingat mengenai karakter si Ujang yang telah menerangkan tentang perkakas bedog Sunda.


(4)

55 10. Game Board

Gambar 4.10 Game Board

Media ini diproduksi dengan menggunakan digital laser printing di atas kertas art paper 210 gr berukuran lebar 29.7 cm dan panjang 21 cm. Game board ini bertujuan untuk media evaluasi tentang jenis-jenis bedog yang telah dibaca pada buku ilustrasi.

11. Paper Toys

Gambar 4.11 Paper Toys

Media ini diproduksi dengan menggunakan digital laser printing di atas kertas art paper berukuran lebar 29.7 cm dan panjang 21 cm. Media ini selain sebagai media pengingat pada karakter si Ujang, fungsi lain dari paper toys ini adalah sebagai pelatih sistem motorik pada anak.


(5)

56 Daftar Pustaka

Sasmita, Mamat. (2008). Kujang, Bedog & Topeng dan Kajian Lainnya Mengenai

Budaya Sunda. Bandung: Yayasan Pusat Studi Sunda.

Rohaedi, Ayat. (2005). Sundakala; Cuplikan Sejarah Sunda Berdasarkan Naskah-Naskah ”Panitia Wangsakerta” Cirebon. Jakarta: Pustaka Jaya.

Ekadjati, S. (1995). Kebudayaan Sunda; Suatu Pendekatan Sejarah. Jakarta:

Pustaka Jaya.

Hidayat, H., & Haesy, N. (2004). Sangkakala Padjadjaran. Jakarta: Bina Rena

Pariwara.

Jubiantono. (2008). Ki Sunda, Bandung: Pusat Studi Sunda

Gerungan,W.A. (2004).Psikologi Sosial.Bandung: Refika Aditama.

Dendi, Sudiana. (1985).Komunikasi Periklanan Cetak. Bandung: Remaja Karya.

Angkat, Guntur,SS.n. Selintas Sejarah Komik Indonesia.

http://artikel.us/art05-72.html 2 Agustus 2011.

Thulab, Al. Peran Media Informasi Dalam Mempengaruhi Perspektif Masyarakat

Terhadap Dunia Islam. http://arifdjuwarno.wordpress.com/ 2 Agustus 2011.

Putri, Ciptanti. Pustaka - Memahami Genre Buku Cerita Anak.

http://www.vision.net.id/detail.php?id=2130 2 Agustus 2011.

Dzuanda, B. Perancangan Buku Cerita Anak Pop-up Tokoh-tokoh Wayang Berseri,


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi

Nama : Siti Setiawati

Alamat : Jl. Gending Jati 4 Blok G No.10 RT

04/12 Kelurahan Pasir Jati Kecamatan Ujung Berung Bandung

Kode Post : 40616

Nomor Telepon : (022) 92411023

Email : Sifter_powergals@yahoo.co.id

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat Tanggal Lahir : Bandung, 4 Juli 1989

Status Marital : Kawin

Warga Negara : Indonesia

Agama : Islam

Riwayat Pendidikan dan Pelatihan

Jenjang Pendidikan :

Periode Sekolah / Institusi / Universitas

Jurusan Jenjang

1993 - 2001 SDN Tilil 2 Bandung 2001 - 2004 SMP Negeri 50 Bandung

2004 - 2007 SMA Negeri 26 Bandung IPA