Perancangan Media Informasi Kampung Budaya Sunda Ciptagelar

(1)

(2)

(3)

(4)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Muhamad Riksa Dipraja

Tempat Tanggal Lahir : Bandung, 8 September 1994

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Fakultas : Desain

Program Studi : Desain Komunikasi Visual (DKV)

Jenjang : S-1

Alamat : Perum Gading Tutuka 1 Blok D2 No 27, `

Soreang

Telp : 087722231373

Email : riksadipraja@gmail.com

Instagram : @riksadipraja


(5)

Laporan Pengantar Tugas Akhir

PERANCANGAN MEDIA INFORMASI KAMPUNG BUDAYA SUNDA CIPTAGELAR

DK 38315 / Tugas Akhir Semester II 2015-2016

oleh:

Muhamad Riksa Dipraja NIM. 51912231

Program Studi Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya, laporan Tugas Akhir ini dapat berjalan dengan lancar dan terselesaikan. Laporan ini dibuat demi memenuhi Tugas Akhir Program Studi DKV, Fakultas Desain, Universitas Komputer Indonesia. Makalah ini membahas tentang Perancangan Media Informasi Seren Taun Kasepuhan Ciptagelar. Laporan ini tidak dapat terselesaikan tanpa bantuan dari banyak pihak.

Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada (Alm.) Ayahanda dan Ibu tercinta, yang telah memberi moril dan materil serta keluarga, teman-teman, khususnya Indira yang telah mendukung dan membantu dalam proses pembuatan laporan ini. Kepada Kang Yoyo, Kang Nedi, Kang Jamang, Pak Mamat atas bimbingannya selama pencarian sumber data berlangsung. Kepada Pak Setia Surya yang telah membimbing selama menulis laporan ini. Tidak lupa saya memohon maaf atas semua kekurangan dari Tugas Akhir ini, semoga laporan ini dapat berguna dan bermanfaat.

Bandung, 3 Agustus 2016 Penulis,


(7)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

I.1 Latar Belakang Masalah ... 1

I.2 Identifikasi Masalah ... 3

I.3 Rumusan Masalah ... 3

I.4 Batasan Masalah ... 4

I.5 Tujuan dan Manfaat Perancangan ... 4

I.6 Manfaat Perancangan ... 4

BAB II MEDIA INFORMASI DAN KASEPUHAN CIPTAGELAR ... 5

II.1 Media Informasi ... 5

II.1.1 Jenis Media ... 5

II.1.2 Pemilihan Media ... 5

II.2 Kajian Pop Up Book ... 6

II.2.1 Jenis-jenis Teknik Pop Up ... 6

II.2.2 Manfaat Media Pop Up Book ... 9

II.3 Kasepuhan Ciptagelar ... 9

II.4 Sejarah Kasepuhan Ciptagelar ... 11

II.5 Letak Geografis Kasepuhan Ciptagelar ... 11

II.6 Jenis dan Fungsi Bangunan ... 11

II.7 Kondisi Kasepuhan Ciptagelar ... 14


(8)

II.9 Tinjauan Umum Masyarakat Saat Ini ... 18

II.10 Resume ... 19

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL ... 20

III.1 Strategi Perancangan ... 20

III.2 Kondisi Khalayak Saat Ini ... 20

III.2.1 Target Audience ... 21

III.3 Strategi Komunikasi ... 22

III.3.1.1 Tujuan Komunikasi ... 23

III.3.1.2 Pendekatan Komunikasi ... 23

III.3.2.1 Pendekatan Verbal ... 23

III.3.2.2 Sifat Pesan dan Gaya Bahasa ... 23

III.3.2.3 Materi Pesan ... 24

III.4 Strategi Kreatif ... 24

III.4.1 Copywritting ... 24

III.4.2 Storyline ... 24

III.5 Strategi Distribusi ... 25

III.6 Konsep Visual ... 26

III.6.1 Format Desain ... 28

III.6.2 Tata Letak ... 28

III.6.3 Huruf ... 29

III.6.4 Ilustrasi ... 29

III.6.5 Warna ... 31

III.7 Sinopsis ... 32

BAB IV MEDIA DAN TEKNIS PRODUKSI ... 33

IV.1 Buku Pop Up Kampung Sunda Ciptagelar ... 33

IV.1.1 Kemasan ... 33

IV.1.2 Teknis Perancangan ... 34

IV.2 Media Pendukung ... 36

DAFTAR PUSTAKA ... 42


(9)

DAFTAR PUSTAKA

Azhar Arsyad. (2005). Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Koentjaraningrat. 2002. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta :

Djambatan.

Kusmiati, Artini R dkk. (1999). Teori Dasar Disain Komunikasi Visual. Jakarta: Djambatan.

Kusrianto, Adi. (2006). Pengantar Desain Komunikasi Visual. Surabaya : Andi Sucipto, Toto. 2012. Upacara Seren Taun Pada Masyarakat Kasepuhan

Ciptagelar di Sukabumi. Bandung : Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Bandung.

Tinarbuko, Sumbo. (2008). Semiotika komunikasi visual. Yogyakarta: PERCETAKAN JALANSUTRA.

Sumber Internet

Ciptagelar. (2015). Tentang Kasepuhan Ciptagelar. Diambil dari: http://www.ciptagelar.info/tentang/ (12 Maret 2016)

Dewantari, Alit Ayu. (2014). Sekilas Tentang Pop-up, Lift The Flap, dan Movable Book. Diambil dari: http://dgi-indonesia.com/sekilas-tentang-pop-up-lift-the-flap-dan-movable-book/(30 Mei 2016)

Disparbud. (2011). Kampung Ciptagelar. Diambil dari: http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/dest-det.php?id=23&lang=id (10 Maret 2016)


(10)

Dzuanda. (2011). Perancangan Buku Cerita Anak Pop-Up Tokoh-tokoh Wayang

Berseri, Seri “Gatot Kaca”. Diambil dari:


(11)

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar didunia yang terdiri dari 13.466 pulau. Dengan populasi lebih dari 237 juta jiwa menurut BPS pada tahun 2010, hal tersebut menjadikan Indonesia berpenduduk terbesar keempat didunia. Selain itu Indonesia memiliki kebudayaan yang cukup banyak. Pengertian kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. (Koentjaraningrat, 1987). Tiap suku bangsa memiliki keadaan alam yang berbeda sehingga menciptakan ciri khas kebudayaan masing-masing. Terdapat lebih dari 300 suku bangsa di Indonesia atau tepatnya 1.340 suku bangsa menurut sensus BPS tahun 2010.

Diantara ratusan suku yang ada di Indonesia, terdapat Suku Sunda. Menurut Koentjaraningrat (2002, hal 307) suku bangsa Sunda adalah orang-orang yang secara turun temurun menggunakan bahasa ibu bahasa Sunda serta dialeknya dalam kehidupan sehari-hari dan berasal serta bertempat tinggal didaerah Jawa Barat atau Tatar Sunda atau Tanah Pasundan. Suku bangsa Sunda yang menempati sebagian besar Jawa Barat masih terdiri dari beberapa sub etnis yang dalam beberapa hal akan mempunyai perbedaan dalam kebudayaan. Persamaan terletak dalam bahasa sedangkan perbedaan terletak pada adat dan upacara perkawinan.

Didalam Suku Sunda, terdapat beberapa kampung adat yang masih ada hingga sekarang. Menurut UU No.32/2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup BAB I Pasal 1 butir 31, masyarakat hukum adat adalah kelompok masyarakat yang secara turun temurun bermukim di wilayah geografis tertentu karena adanya ikatan pada asal-usul leluhur, adanya hubungan yang kuat dengan lingkungan hidup, serta adanya sistem nilai yang menentukan pranata ekonomi, politik, sosial, dan hukum.


(12)

Salah satu kampung adat yang masih ada yaitu Kasepuhan Ciptagelar. Selain Kasepuhan Ciptagelar terdapat Kampung Adat Suku Sunda lainnya, yaitu;

1. Kampung Dukuh, Garut 2. Kampung Pulo, Garut

3. Kampung Naga, Tasikmalaya 4. Kampung Urug, Bogor

5. Kampung Mahmud, Kabupaten Bandung 6. Kampung Cikondang, Kabupaten Bandung 7. Kampung Cirendeu, Cimahi

8. Kampung Panjalu, Ciamis 9. Kampung Kuta, Ciamis 10.Kampung Cigugur, Kuningan 11.Kampung Segandu, Indramayu

Kasepuhan Ciptagelar merupakan salah satu Kasepuhan dari Kesatuan Adat Banten Kidul. Istilah kasepuhan berasal dari Bahasa Sunda yaitu ‘Sepuh’ yang artinya adalah tua dan dihormati, kemudian ditambahkan kata imbuhan ‘ka’ dan ‘an’ sehingga makna kasepuhan ialah sekelompok orang tua yang dihormati dan tinggal di salah satu daerah. Kasepuhan Ciptagelar masih mengakui kepemimpinan adat setempat sehingga masyarakatnya mematuhi dan melakukan adat-adat yang masih berlaku.

Kampung budaya Sunda seperti Kasepuhan Ciptagelar yang memiliki ciri khas sunda seperti memakai iket, menumbuk padi di lisung, masih minim diketahui oleh masyarakat perkotaan, salah satunya ialah Kota Bandung. Bandung ialah salah satu kota atau daerah yang menggagas ‘Rebo Nyunda’ yaitu program pemerintah kota Bandung yang menyarankan agar memakai atribut Sunda dan berkomunikasi dengan bahasa Sunda. Selain Kota Bandung, Kabupaten Bandung ikut meramaikan gagasan melestarikan Sunda ini namun dilaksanakan pada hari Kamis.

Pendidikan pada anak mengenai kebudayaan Sunda sudah diajarkan oleh orang tua sejak dini, seperti cara berbicara, tata cara bersosialisasi dan lain sebagainya.


(13)

Akan tetapi dibalik pemahaman Sunda oleh orang tua pada anaknya kurang menyeluruh terbukti ketika melakukan kuesioner pada anak berusia 10-14 tahun, banyak yang belum mengetahui bahwa Sunda memiliki unsur lain seperti alat panen dan kampung-kampung Sunda yang masih ada.

Media informasi bagi anak-anak dapat membantu dalam pengetahuan tentang kebudayaan Sunda, ditambah melalui keunikan Kampung Budaya Sunda Ciptagelar yang dapat menarik bila diangkat menjadi media informasi.

I.2 Identifikasi Masalah

Dari penjabaran latar belakang diatas, maka hal-hal yang dapat diidentifikasikan sebagai permasalahan sebagai berikut;

• Media informasi tentang kampung budaya Sunda bagi anak-anak masih jarang, termasuk Kampung Budaya Sunda Ciptagelar.

• Kampung Budaya Sunda Ciptagelar merupakan salah satu kekayaan orang Sunda yang seharusnya dapat diketahui oleh anak-anak atau generasi muda.

• Masih ada anak yang kurang mengetahui unsur kebudayaan Sunda, termasuk Kampung Budaya Sunda Ciptagelar.

I.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian identifikasi masalah tersebut, maka dapat ditetapkan masalah sebagai berikut;

• Bagaimana merancang media informasi tentang penjelasan mengenai Kasepuhan Ciptagelar, tata cara berpakaian dan kegiatan sehari-hari di Kasepuhan Ciptagelar sehingga bisa menambah wawasan bagi anak-anak.

• Bagaimana visualisasi yang tepat untuk menjelaskan Kampung Budaya Sunda Ciptagelar pada anak-anak agar menarik dan mudah dimengerti.


(14)

I.4 Batasan Masalah

Berdasarkan permasalahan-permasalahan diatas, maka dapat disimpulkan pembatasan masalah yang ada pada penelitian yaitu bagaimana menjelaskan Kampung Budaya Sunda Ciptagelar dengan ruang lingkup anak-anak.

I.5 Tujuan Perancangan

Adapun yang menjadi tujuan dalam perancangan media informasi adalah sebagai berikut :

• Menginformasikan Kampung Budaya Sunda Ciptagelar dalam bentuk buku ilustrasi pada anak-anak.

• Memberikan kemudahan untuk anak-anak lebih mengerti tentang bangunan dan kehidupan orang Sunda, khususnya yang berada di Kampung Budaya Sunda Ciptagelar.

I.6 Manfaat Perancangan

Adapun manfaat perancangan media informasi adalah sebagai berikut:

• Menambah daftar buku ilustrasi tentang kebudayaan Sunda untuk anak-anak sehingga dapat melestarikan salah satu budaya Sunda. • Menambah ketertarikan anak-anak khususnya dan masyarakat pada


(15)

BAB II MEDIA INFORMASI DAN KASEPUHAN CIPTAGELAR

II.1 Media Informasi

Kata “media” berasal dari bahasa Latin yaitu “medius” yaitu ‘tengah’, ‘perantara’, atau ‘pengantar’. Media sendiri ialah manusia, materi ataupun kejadian yang dapat membangun peserta didik atau pengguna mampu memperoleh pengetahuan dan keterampilan. Dalam proses pembelajaran, media sering disebut sebagai alat grafis, photografis, untuk menangkap, memproses dan menyusun kembali informasi baik verbal maupun visual. (Gerlach & Ely dalam Azhar Arsyad 2005:3).

II.1.1 Jenis Media

Menurut Leshin, Pollock & Reigeluth dalam Azhar Arsyad (2005: 36) mengelompokkan media ke dalam lima jenis sebagai berikut;

 Media berbasis manusia, yakni guru, instruktur.

 Media berbasis cetak, yakni buku, lembaran lepas, modul.  Media berbasis visual, yakni buku, bagan, grafik.

 Media berbasis audio-visual, yakni video, film, televisi.

Berdasarkan penjelasan jenis media diatas dapat diketahui bahwa terdapat beberapa jenis media yang dapat membantu memilih media yang cocok untuk target audience.

II.1.2 Pemilihan Media

Menurut Azhar Arsyad (2006: 92-93) mengemukakan kriteria media berbasis visual, yakni sebagai berikut;

 Usahakan visual yang sederhana. Penggunaan gambar realistis haruslah hati-hati agar tidak mengganggu perhatian siswa atau guru,  Hindari visual yang tidak berimbang,

 Tekankan kejelasan dan ketepatan dalam semua visual,


(16)

 Gunakan warna secara realistis.

Dalam penelitian ini dilakukan pengembangan salah satu jenis media cetak. Media cetak yaitu media visual yang menyajikan fakta dan gagasan melalui penyajian berbasis kalimat dan gambar. Dapat disimpulkan bahwa buku pop up atau pop up book cocok untuk anak-anak karena buku pop up akan terlihat lebih menarik dan ekspresif.

II.2 Kajian Pop Up Book

Pop up book menurut Dzuanda (2011:1) ialah sebuah buku yang memiliki bagian yang dapat bergerak atau memiliki unsur 3 dimensi serta memberikan visualisasi cerita yang menarik, mulai dari tampilan gambar yang dapat bergerak ketika halamannya dibuka. Dapat disimpulkan bahwa pop up book adalah media berbentuk buku yang berbasis 3 dimensi dan dapat bergerak. Pada pop up book, materi atau isi pesan dapat disampaikan dalam bentuk gambar yang menarik.

II.2.1 Jenis-Jenis Teknik Pop Up

Terdapat beberapa macam teknik pop up, antara lain:

1. Transformations yaitu bentuk tampilan yang terdiri dari potongan-potongan pop up yang disusun secara vertical.


(17)

Gambar II.2.1.1 Transformations

Sumber: http://rizelferrer.blogspot.co.id/2015_10_01_archive.html (Diakses pada 30/07/2016)

2. Volvelles yaitu bentuk tampilan yang menggunakan unsur lingkaran dalam

pembuatannya.

Gambar II.2.1.2 Volvelles

Sumber: http://www.extremepapercrafting.com (Diakses pada 30/07/2016)

3. Peepshow yaitu tampilan yang tersusun dari serangkaian tumpukan kertas yang disusun bertumpuk menjadi satu sehingga menciptakan ilusi kedalaman dan perspektif.


(18)

Gambar II.2.1.3 Peepshow

Sumber: https://id.pinterest.com/pin/520588038156001992/ (Diakses pada 30/07/2016)

4. Pull-tabs yaitu sebuah tab kertas geser atau bentuk yang ditarik dan didorong untuk memperlihatkan gerakan gambaran baru.

Gambar II.2.1.4 Pulltabs

Sumber: https://craftycardtricks.blogspot.co.id/ (Diakses pada 30/07/2016)

5. Carousel teknik ini didukung dengan tali, pita atau kancing yang apabila dibuka dan dilipat kembali berbentuk benda yang kompleks.


(19)

Gambar II.2.1.5 Carousel

Sumber: https://m.aliexpress.com/item/32358505000.html (Diakses pada 30/07/2016)

II.2.2 Manfaat Media Pop Up Book

Jika pop up book diperuntukkan untuk anak-anak, menurut Dzuanda (2011: 5-6) manfaatnya yaitu:

1. Mengajarkan anak untuk menghargai buku dan merawatnya dengan baik. 2. Mendekatkan anak dengan orang tua karena pop up book memberi

kesempatan orang tua mendampingi anak saat menggunakannya. 3. Mengembangkan kreatifitas anak.

4. Merangsang imajinasi anak.

5. Menambah pengetahuan serta memberi pengenalan bentuk pada benda. 6. Dapat digunakan sebagai media untuk menumbuhkan minat baca pada

anak.

II.3 Kasepuhan Ciptagelar

Kasepuhan Ciptagelar merupakan salah satu Kasepuhan dari Kesatuan Banten Kidul. Istilah kasepuhan berasal dari Bahasa Sunda yaitu ‘Sepuh’ yang artinya adalah tua dan dihormati, kemudian ditambahkan kata imbuhan ‘ka’ dan ‘an’ sehingga makna kasepuhan ialah sekelompok orang tua yang dihormati dan


(20)

tinggal di salah satu daerah. Kasepuhan Ciptagelar masih mengakui kepemimpinan adat setempat sehingga masyarakatnya mematuhi dan melakukan adat-adat yang masih berlaku, diantaranya ialah mengadakan acara Seren Taun.

Gambar 2.3.1 Kasepuhan Ciptagelar (Dokumentasi Pribadi, 2016)

Menurut pihak Kasepuhan Ciptagelar, penduduk Kasepuhan Ciptagelar terdiri dari mayoritas penduduk asli dan sebagian kecilnya merupakan penduduk pendatang. Jumlah keseluruhan pada tahun 2008 yaitu 84 kepala keluarga atau terdiri dari 151 laki-laki dan 142 perempuan. Jumlah tersebut terbagi dalam tiga wilayah, yaitu Babakan Simpang, Babakan Sakola dan Ciptagelar. (Toto Sucipto, 2012, h.31)

Gambar 2.3.2 Kasepuhan Ciptagelar (Dokumentasi Pribadi, 2016)


(21)

II.4 Sejarah Kasepuhan Ciptagelar

Cikal bakal Kampung Ciptagelar berasal dari keturunan Pakuan Pajajaran, yaitu Prabu Siliwangi. Pada saat itu Sultan Maulana Yusuf dari Kerajaan Islam Banten berhasil memukul mundur Kerajaan Hindu Pajajaran ke arah selatan, lebih tepatnya ke sebuah tempat yang bernama Tegal Buleud. Setelah peristiwa tersebut, Prabu Siliwangi memilih untuk ngahyang (menghilang dari pandangan mata) sedangkan Bareusan Pangawinan (pasukan khusus Kerajaan Pajajaran) yang salah satunya dipimpin oleh Ki Demang ditugaskan oleh Prabu Siliwangi untuk menyelamatkan pohon ajimat hanjuang bodas. Turunan Ki Demang Haur Tangtu kemudian membentuk pemukiman-pemukiman yang tersebar dikawasan Gunung Halimun. Rincian keturunan mulai dari Demang Haur Tangtu hingga kepemimpinan Abah Ugi saat ini.

II.5 Letak Geografis Kasepuhan Ciptagelar

Secara administratif, Ciptagelar berada di wilayah Kampung Sukamulya Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi. Jarak Ciptagelar dari Desa Sirnaresmi 14 Km, dari kota kecamatan 27 Km, dari pusat pemerintahan Kabupaten Sukabumi 103 Km dan dari Bandung 203 Km ke arah Barat. Letak geografis Kampung Ciptagelar berada di atas ketinggian 1050 meter diatas permukaan taut. Udaranya sejuk cenderung dingin dengan suhu antara 20° C - 26° C dan suhu rata-rata setiap tahun sekitar 25° C. Kampung Ciptagelar dikelilingi gunung-gunung, yaitu Gunung Surandil, Gunung Karancang, dan Gunung Kendeng.

II.6 Jenis Dan Fungsi Bangunan

Imah Gede atau rumah besar adalah sebuah bangunan non permanen yang cukup besar yang menghadap ke utara. Bangunan ini bertipe panggung dengan bahan baku utama yaitu kayu, bambu, injuk dan daun kiray. Fungsi dari imah gede yaitu melakukan aktivitas-aktivitas adat, tempat menginap para tamu dari luar kasepuhan yang datang berkunjung untuk berbagai keperluan. (Toto Sucipto, 2012, h.57)


(22)

Gambar 2.6.1 Imah Gede (Dokumentasi Pribadi, 2016)

Leuit atau lumbung padi merupakan wadah atau tempat untuk menyimpan padi hasil panen warga. (Toto Sucipto, 2012, h.61)

Gambar 2.6.2 Leuit (Dokumentasi Pribadi, 2016)

Leuit Si Jimat merupakan leuit tertua yang ada di Kasepuhan Ciptagelar. Didepan leuit tertanam Pohon Hanjuang sebagai tanaman sakral. Karena dianggap leuit sakral, letak leuit agak berjauhan dengan leuit warga dan berada di bagian timur podium yang menghadap ke utara. Fungsi Leuit Si Jimat berperan penting dalam prosesi Seren Taun.

Disamping Leuit Si Jimat terdapat Podium Adat yang berfungsi sebagai bangunan yang sesuai dengan posisi seorang pemimpin kasepuhan. (Toto Sucipto, 2012, h.63-64)


(23)

Gambar 2.6.3 Leuit Si Jimat dan Podium Adat (Dokumentasi Pribadi, 2016)

Seni Jipeng merupakan salah satu kesenian tradisional berbentuk drama yang memainkan cerita rakyat dengan alat-alat musik tradisional. Selain berfungsi meramaikan Seren Taun, seni jipeng juga dipertunjukan pada saat bulan purnama. (Toto Sucipto, 2012, h.69)

Gambar 2.6.4 Ajeng Jipeng (Dokumentasi Pribadi, 2016)

Ajeng siaran diciptakan dengan tujuan menyatukan keakraban dan sosialisasi bidang adat. Selain itu ajeng siaran berguna bagi seluruh masyarakat Ciptagelar.


(24)

Gambar 2.6.5 Ajeng Siaran (Dokumentasi Pribadi, 2016)

II.7 Kondisi Kasepuhan Ciptagelar

Kondisi Kasepuhan Ciptagelar saat ini cukup terawat dengan baik. Fasilitas-fasilitas penunjang seperti lahan parkir bagi kendaraan pengunjung, rumah gede sebagai tempat peristirahatan bagi para pengunjung dan wc umum.

Kebersihan dilingkungan Kasepuhan Ciptagelar sangat dijaga dengan baik, dengan tidak adanya sampah yang terlihat di area Kasepuhan Ciptagelar.

Gambar 2.7.1 Kasepuhan Ciptagelar (Dokumentasi Pribadi, 2016)

Hingga saat ini bangunan yang berumur lebih dari 600 tahun itu masih berdiri kokoh dan rapih.


(25)

Selain itu, untuk menuju Kasepuhan Ciptagelar para pengunjung disarankan untuk memakai kendaraan yang cocok untuk medan yang terjal, seperti mobil manual 4wheel, motor dengan ban yang khusus dan pengemudi yang sudah mahir dimedan yang terjal. Karena perjalanan menuju Kasepuhan Ciptagelar tidak beraspal melainkan bebatuan dan tanah.

Untuk mencapai Kasepuhan Ciptagelar, para pengunjung diwajibkan untuk bertanya pada masyarakat sekitar tentang rute menuju Ciptagelar karena tidak adanya petunjuk arah dapat menjadikan pengunjung tersesat atau salah jalur.

Gambar 2.7.2 Rute Menuju Kasepuhan Ciptagelar (Dokumentasi Pribadi, 2016)

Gambar 2.7.3 Rute Menuju Kasepuhan Ciptagelar (Dokumentasi Pribadi, 2016)


(26)

Gambar 2.7.4 Rute Menuju Kasepuhan Ciptagelar (Dokumentasi Pribadi, 2016)

Gambar 2.7.5 Rute Menuju Kasepuhan Ciptagelar (Dokumentasi Pribadi, 2016)


(27)

Gambar 2.7.6 Rute Menuju Kasepuhan Ciptagelar (Dokumentasi Pribadi, 2016)

Gambar 2.7.7 Rute Menuju Kasepuhan Ciptagelar (Dokumentasi Pribadi, 2016)


(28)

Gambar 2.7.8 Rute Menuju Kasepuhan Ciptagelar (Dokumentasi Pribadi, 2016)

II.8 Pengunjung Kasepuhan Ciptagelar

Menurut informasi dari hasil wawancaara yang penulis lakukan langsung bersama pihak dari Kasepuhan Ciptagelar, menjelaskan bahwa mayoritas pengunjung Kasepuhan Ciptagelar maupun ketika acara Seren Taun adalah dari kalangan remaja umur 17 hingga dewasa (25 – 45). Mayoritas pengunjung tersebut datang dengan menggunakan kendaraan roda empat jenis 4wheel adapula yang menggunakan roda dua. Kemudian pihak Kasepuhan mengatakan pengunjung yang datang bukan hanya dari wisatawan lokal saja, namun ada yang datang dari mancanegara.

II. 9 Tinjauan Umum Masyarakat Saat Ini

Kampung Sunda Ciptagelar adalah Kampung Sunda yang masih menjaga kelestarian adat istiadatnya. Berdasarkan hasil penelitian dari kuesioner yang dilakukan kepada masyarakat. Maka hasil yang didapatkan ialah masih kurangnya pengetahuan masyarakat khususnya anak-anak tentang Kampung Budaya Sunda.

Dalam penelitian ini dilakukan pengisian kuesioner yang diberikan kepada masyarakat umum yang berumur 10-14 tahun.


(29)

Dalam kuesioner tersebut, terdapat beberapa pertanyaan yang merujuk pada kebudayaan sunda dan kepedulian pada budaya sunda. Disamping itu pertanyaan untuk kebutuhan pop up book tentang budaya sunda sangat diperlukan, maka kesimpulan dari kuesioner yang diberikan dapat diuraikan sebagai berikut:

- 17 % responden menjawab sangat mengetahui - 27 % responden menjawab sekedar mengetahui - 56% responden menjawab tidak mengetahui

II.10 Resume

Berdasarkan analisa data yang telah penulis lakukan diatas, dikarenakan kurangnya media informasi tentang sunda untuk anak-anak dan keingintahuan yang tinggi maka dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa diperlukannya sebuah perancangan media informasi dalam bentuk buku untuk anak-anak dengan tujuan menambah wawasan tentang budaya sunda melalui Kampung Sunda Ciptagelar.


(30)

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

III.1 Strategi Perancangan

Kampung Budaya Sunda Ciptagelar atau lebih dikenal dengan Kasepuhan Ciptagelar memiliki permasalahan dengan kurangnya media informasi tentang keberadaannya. Media yang mengangkat mengenai kampung budaya Sunda bagi anak-anak masih sedikit dan sulit untuk dipahami sehingga hal itu menyebabkan anak-anak kurang tahu bahkan tidak mengenal tentang Sunda dan kampung budaya yang masih ada. Dengan permasalahan diatas maka dapat disimpulkan bahwa dibutuhkan perancangan media informasi mengenai Kampung Budaya Sunda Ciptagelar dalam bentuk buku pop up dengan tujuan memberikan informasi tentang keistimewaan Kampung Budaya Sunda Ciptagelar secara keseluruhan. Diharapkan dapat menanamkan rasa kecintaanya pada budaya Sunda agar tertanam rasa kesadaran untuk menjaga kelestariannya sehingga generasi selanjutnya dapat mengenal budaya Sunda khususnya yang berada di Kampung Budaya Sunda Ciptagelar.

III.2 Kondisi Khalayak Saat Ini

Sebagai sebuah kampung yang masih melestarikan budaya leluhur Sunda, Kampung Budaya Sunda Ciptagelar atau lebih dikenal sebagai Kasepuhan Ciptagelar dapat mengedukasi generasi muda diperkotaan khususnya dan masyarakat Jawa Barat pada umumnya. Keberadaan Kampung Budaya Sunda Ciptagelar dapat menjadi sebuah jendela bagi masyarakat Sunda yang ingin mengetahui bagaimana kampung Sunda asli yang sebenarnya. Namun kurangnya pengenalan kampung budaya Sunda pada generasi muda diperkotaan dan sekitarnya menjadikan budaya Sunda itu pun luntur, sehingga media informasi sangat dibutuhkan untuk membantu pelestarian yaitu secara pengenalan dan mengedukasi bagi generasi muda.

Dan menurut informasi yang penulis dapatkan dari hasil kuesioner bahwa banyak anak-anak yang masih kurang mengetahui tentang bagaimana kampung budaya sunda itu sendiri.


(31)

III.2.1 Target Audience

Target Audience dari media informasi buku ilustrasi Kampung Budaya Sunda Ciptagelar ini adalah sebagai berikut:

Demografis

Usia : Anak-anak usia 10–14 tahun

Anak-anak pada usia 10-14 tahun mereka suda pada tahap bermain dan belajar sehingga cocok untuk menerapkan informasi pada umur yang dituju.

Status Ekonomi : Menengah

Target audience dengan status ekonomi menengah dipilih karena keberadaan kalangan menengah biasanya terdapat diperkotaan dan pinggiran kota.

Jenis Kelamin : Laki-laki dan Perempuan Pekerjaan : Pelajar

Pendidikan : Sekolah Dasar Warga Negara : Indonesia  Psikografis

Media ditujukan pada anak-anak yang menyukai cerita, peduli akan budaya dan memiliki sifat keingintahuan yang tinggi.

Geografis

Masyarakat yang berdomisili didaerah perkotaan khususnya yaitu Kota Bandung, Kabupaten Bandung dan sekitarnya.

Consumer Insight

Hilmy Rizkya Saputra merupakan seorang siswa laki-laki Sekolah Dasar kelas 5 SD berusia 12 tahun. Memiliki jiwa yang semangat dan rasa keingintahuan yang tinggi. Ia memiliki kesukaan terhadap budaya sunda, salah satunya yaitu mengikuti les pencak silat, selain itu ia suka terhadap buku-buku liustrasi dan game petualangan.


(32)

Consumer Journey

Waktu Aktivitas Tempat Point Of Contact

06 : 00

06 : 30 07 : 00 09 : 30 10 : 00 14 : 00

Bangun Tidur – Mandi Berpakaian – Sarapan Berangkat Sekolah Aktivitas Sekolah Istirahat – Makan Aktivitas Sekolah Pulang Sekolah

Kamar - Kamar Mandi Kamar – Ruang Keluarga Jalan Raya

Sekolah – Kelas Sekolah – Kantin Sekolah – Kelas Sekolah - Jalan

Pepsodent, Lifebuoy Seragam Mobil Xtrail Pulpen, pensil Makanan Pulpen, Buku Motor Nmax 14 : 30

15 : 00 17 : 00 17 : 30

Sampai Rumah – Makan Siang Bermain diluar Pulang – Mandi Menonton Televisi

Rumah

Lapangan

Rumah – Kamar Mandi Ruang Keluarga

Makan

Bola, Kelereng Pepsodent, Lifebuoy TV Toshiba

18 : 30

19 : 00 19 : 30 20 : 30

20 : 45

21 : 00

Belajar – Mengerjakan PR

Makan Malam Menonton Televisi Menyiapkan buku pelajaran

Gosok Gigi – Cuci Tangan & Kaki Tidur Kamar Ruang Keluarga Ruang Keluarga Kamar Kamar Mandi Kamar Buku, Pulpen Makanan TV Toshiba Tas, buku Pepsodent Kasur

Berdasarkan Consumer Journey diatas dapat disimpulkan bahwa target yang dituju berjiwa semangat dan memiliki rasa keingintahuan yang tinggi.

III.3 Strategi Komunikasi

Dalam suatu penyampaian informasi dibutuhkan strategi untuk memudahkan komunikasinya sehingga dapat dimengerti oleh target audience. Penyampaian komunikasi bisa secara verbal atau visual, dapat pula menggabungkan keduanya.


(33)

III.3.1 Tujuan Komunikasi

Tujuan dari pembuatan buku ilustrasi kampung budaya sunda Ciptagelar adalah sebagai berikut:

1. Mengenalkan pada anak-anak tentang bangunan dan kehidupan di Kampung Budaya Sunda Ciptagelar.

2. Pengemasan ilustrasi yang menarik dan cocok oleh anak-anak sehingga menambah wawasan mengenai Kampung Budaya Sunda Ciptagelar.

III.3.2 Pendekatan Komunikasi

Pesan utama yang ingin disampaikan pada masyarakat khususnya target audience yang sudah ditentukan ialah mengenalkan kebudayaan sunda terutama kebudayaan sunda yang berada di Kampung Sunda Ciptagelar sebagai suatu media yang bisa memberikan edukasi bagi masyarakat umum dan khususnya pada generasi muda di Jawa Barat.

III.3.2.1 Pendekatan Verbal

Pendekatan verbal yang dilakukan pada perancangan buku ilustrasi ini ialah dengan

menggunakan sistem pop up. Hal tersebut dilakukan agar buku lebih ekspresif dan menarik. Disamping itu bahasa yang digunakan ialah menggunakan 2 bahasa, yaitu Bahasa Sunda Loma dan Bahasa Indonesia. Hal ini dikarenakan agar target audience terbiasa menggunakan Bahasa Sunda.

III.3.2.2 Sifat Pesan dan Gaya Bahasa

Sifat pesan dan gaya bahasa yang digunakan adalah dengan sifat nonformal karena informasi yang akan disampaikan bertujuan untuk mengedukasi anak-anak. Diharapkan dengan penggunaan bahasa nonformal tersebut, dapat mudah dipahami oleh masyarakat khususnya anak-anak.


(34)

III.3.2.3 Materi Pesan

Materi pesan utama yang terdapat didalam perancangan buku ilustrasi ini terdiri dari beberapa pesan, yaitu:

 Pengenalan Kampung Budaya Sunda Ciptagelar.

 Menciptakan suatu media informasi yang berupa buku ilustrasi pop up yang dapat memberikan edukasi dan meningkatkan wawasan anak-anak mengenai Sunda di Ciptagelar.

 Menciptakan rasa kepedulian untuk generasi muda pada budaya Sunda agar tetap lestari.

Problem Statement

Bandung ialah salah satu kota yang menggagas ‘Rebo Nyunda’ atau program yang ingin melestarikan budaya sunda. Kepedulian generasi muda akan budaya masih kurang, disamping itu media informasi dalam berbentuk buku ilustrasi untuk anak-anak masih jarang. Dengan demikian diharapkan generasi muda dapat mengenal dan melestarikan budaya sunda melalui buku ilustrasi ini.

III.4 Strategi Kreatif

Strategi kreatif pada media pop up book tentang keistimewaan Kampung Budaya Sunda Ciptagelar adalah berupa penyampaian informasi melalui cerita pada gambar. Yang akan membuat target audience menjadi mudah memahami, menarik dan lebih ekspresif.

III.4.1 Copywriting

Judul buku pop up ini adalah “Kampung Sunda Ciptagelar”. Sesuai dengan judulnya yang jelas dan mudah untuk diingat, diharapkan target audience dari buku ini dapat langsung menangkap isi apa yang diwakili oleh judul tersebut.

III.4.2 Storyline

Halaman 1 : Pengenalan Kasepuhan Ciptagelar secara umum Halaman 2 : Pengenalan Buruan Gede


(35)

Halaman 4 : Penjelasan mengenai pakaian pria Halaman 5 : Penjelasan Lisung

Halaman 6 : Penjelasan mengenai pakaian wanita Halaman 7 : Penjelasan mengenai Seren Taun

III.5 Strategi Distribusi

Buku pop up ini akan berkontribusi dengan toko buku yang ada diperkotaan seperti Gramedia, Gunung Agung, dan lain sebagainya. Hal ini dikarenakan toko buku tersebut berada digeografis yang cocok dengan target audience.

Mei (minggu ke 3) 2016 pemberian brosur disekolah dan toko buku, yang bertujuan memperkenalkan tentang pop-up book Kampung Budaya Sunda Ciptagelar dan juga mengajak untuk membelinya.

MEI 2016

4 11 18 25

5 12 19 26

6 13 20 27

7 14 21 28

1 8 15 22 29

2 9 16 23 30

3 10 17 24 31

Tabel III.5.1 Jadwal Pendistribusian

Juni (minggu ke 1) 2016 pembagian sticker, brosur dibagikan disekolah dan toko buku. Mini x-banner ditempatkan ditempat penyimpanan barang dan tempat parkir.


(36)

Juni 2016

4 11 18 25

5 12 19 26

6 13 20 27

7 14 21 28

1 8 15 22 29

2 9 16 23 30

3 10 17 24 31

Tabel III.5.2 Jadwal Pendistribusian

Juni 2016 akhir, sesuai kalender pendidikan, jadwal libur setelah kenaikan kelas

adalah mulai tanggal 20 Juni 2016 - 2 Juli 2016

.

Maka dari itu penjualan

ditempatkan dihari dimana anak-anak libur sekolah karena anak-anak biasanya

menghabiskan waktunya ke mall dan toko buku. Penempatan media utama (pop up book) dan media pendukung (kaos, pin dan lainnya).

JUNI 2016

4 11 18 25

5 12 19 26

6 13 20 27

7 14 21 28

1 8 15 22 29

2 9 16 23 30

3 10 17 24 31

Tabel III.5.3 Jadwal Pendistribusian

III.6 Konsep Visual

Dalam sebuah media informasi yang menarik dan informatif dibutuhkan konsep visual yang harus maksimal, karena hal itu sangat penting untuk menunjang kesuksesan sebuah media informasi. Konsep dari pop up book Kampung Budaya Sunda Ciptagelar ialah menggunakan gaya atau karakter pribadi. Studi visual yang dilakukan menggunakan foto asli Kampung Budaya Sunda Ciptagelar dan kartun.


(37)

Gambar III.6.1 Bahan Studi Visual Sumber:

https://s-media-cache-ak0.pinimg.com/564x/39/39/c7/3939c78d352246939337865e27b50735.jpg (Diakses pada 20/07/2016)

Gambar III.6.2 Bahan Studi Visual

Sumber: https://id.pinterest.com/pin/289919294742848487/ (Diakses pada 20/07/2016)


(38)

III.6.1 Format Desain

Pop up book ini akan dibuat dengan ukuran A4, ukuran yang cukup luas untuk pandangan seorang anak.

III.6.2 Tata Letak

Tata letak atau layout bertujuan agar elemen visual dan verbal menjadi lebih nyaman untuk dipandang. Format layout pop up book ini lebih menonjolkan ilustrasinya sebagai pusat perhatian.


(39)

III.6.3 Huruf

Huruf atau tipografi yang digunakan ialah jenis huruf yang sudah tidak asing digunakan untuk anak-anak, jenis huruf yang santai, tidak tegas dan nyaman untuk dibaca. Berikut ini adalah jenis-jenis huruf yang digunakan:

III.6.4 Ilustrasi

Pop up book tentang Kampung Budaya Sunda Ciptagelar ini menggunakan seorang anak pria dan seorang anak wanita sebagai karakter utama. Kedua visualnya menjadi perwakilan orang Sunda, yaitu mata yang bulat, hidung yang pesek, telinga agak lebar dan lucu. Keduanya menggunakan pakaian khas Sunda, yaitu pangsi untuk laki-laki dan kebaya untuk wanita.


(40)

Gambar III.6.4.1 Karakter

Ada beberapa lokasi yang akan muncul dalam buku pop up tentang keistimewaan Kampung Sunda Ciptagelar seperti Buruan Gede, Lisung, Persawahan dan lain sebagainya.

Gambar III.6.4.3 Referensi Setting Lokasi (Sumber: Dokumen pribadi, 2016)


(41)

Gambar III.6.4.4 Contoh Penggambaran Lokasi III.6.5 Warna

Warna yang digunakan disesuaikan dengan anak-anak, maka pemilihan warna dalam pop up book ini memiliki warna komplementer, warna komplementer ialah warna yang kontras antara satu warna dengan warna lainnya. Warna ini memberikan warna kombinasi sehingga saling melengkapi dalam berbagai tingkat kecerahan.

Teknik pewarnaan menggunakan teknik digital menggunakan software Adobe Photoshop CS6. Pada buku ini teknik yang dipakai ialah teknik digital painting.


(42)

III.7 Sinopsis

Kampung Sunda Ciptagelar adalah kampung yang masih melestarikan budaya Sunda dari leluhurnya yang saat ini berusia lebih dari 600 tahun. Kampung Sunda Ciptagelar atau lebih dikenal dengan Kasepuhan Ciptagelar memiliki keunikan sendiri, diantaranya ialah bangunan-bangunan yang masih ada seperti leuit, lisung, imah gede dan lainnya. Selain itu Kampung Sunda ini memiliki keunikan lainnya, seperti dari pakaian, kehidupannya dan kegiatan istimewanya.


(43)

BAB IV MEDIA DAN TEKNIS PRODUKSI

IV.1 Buku Pop Up Kampung Sunda Ciptagelar

Format desain yang digunakan pada buku ini ialah berukuran A4 atau 29,7 x 21cm dan full color dikarenakan buku ini ditargetkan untuk anak-anak. Buku ini menggunakan hardcover laminasi doff dan isi kertas menggunakan jenis Artpaper 250 gram.

Gambar IV.1.1 Tampilan Buku

IV.1.1 Kemasan

Kemasan dari buku pop up Kampung Sunda Ciptagelar akan dikemas secara ekslusif, kemasan mengikuti ukuran dari ukuran hardcover. Kemasan menyesuaikan dengan buku dengan bahan yang dipakai ialah duplex dan memiliki salah satu sisi yang terbuka agar mudah untuk menarik buku tersebut.


(44)

Gambar IV.1.1.1 Packaging

IV.1.2 Teknis Perancangan

Teknis buku ilustrasi ini dimulai dengan menggunakan sketsa manual maupun digital, lalu setelah proses sketsa selesai barulah masuk pada digital dengan menggunakan software Adobe Photoshop dan menggunakan hardware tambahan yaitu pen tablet agar memudahkan untuk membuat ilustrasi.


(45)

Gambar IV.1.2.2 Sketsa Manual

Gambar IV.1.2.3 Sketsa Digital

Setelah tahap sketsa selesai kemudian melakukan tahap coloring hingga akhirnya naik menjadi tahap detail. Pada tahap coloring, kanvas yang digunakan ialah menggunakan mode CMYK agar ketika ditahap cetak tidak merubah warna.


(46)

Gambar IV.1.2.4 Sketsa Digital

IV.2 Media Pendukung

T-shirt merupakan media pendukung yang akan didapatkan pada saat event tertentu saja. T-shirt akan diaplikasikan pada bahan Cotton Combad 30s, dengan teknik printing.

Gambar IV.2.1 T-shirt

Brosur berfungsi sebagai pemberi informasi tentang buku pop up ini. Brosur akan dicetak dengan ukuran A6 artpaper, dengan teknik print laser.


(47)

Gambar IV.2.2 Brosur

Jadwal pelajaran merupakan media pendukung yang cukup efektif karena jadwal pelajaran akan membantu dalam kegiatan sekolah. Jadwal pelajaran ini akan dicetak dalam ukuran A3 artpaper, dengan teknik print laser.

Gambar IV.2.3 Jadwal Pelajaran

Mug ini sama halnya dengan t-shirt yang dimana akan dibagikan pada event tertentu saja. Mug akan dibuat dengan teknik print laser.


(48)

Gambar IV.2.4 Mug

Pembatas buku ini adalah sebagai hadiah saat pembelian buku pop up Kampung Budaya Sunda Ciptagelar. Pembatas buku ini berukuran 5cm x 5 cm artpaper, dengan teknik print laser.


(49)

Gambar IV.2.6 Pembatas Buku

Gantungan kunci akan menjadi media pendukung lainnya, hal ini efektif karena anak-anak menyukai aksesoris. Gantungan kunci ini akan dicetak dengan teknik print transfer paper.

Gambar IV.2.7 Gantungan Kunci

Sticker akan diberikan bersamaan dengan brosur. Sticker ini berukuran 7cm x 5cm dengan bahan Graftech dan teknik printing.


(50)

Gambar IV.2.8 Sticker

Topi ini akan ikut diperjualkan dalam fase penjualan buku pop up Kampung Budaya Sunda Ciptagelar. Topi ini berbentuk tracker cap dengan teknik sablon.

Gambar IV.2.9 Topi

Mini x banner merupakan media promosi yang mudah diletakkan dimana saja dan efektif. Sehingga mini x banner dapat disimpan didalam ataupun diluar ruangan. Mini X Banner ini berukuran 25x45 cm.


(51)

(1)

Gambar IV.1.2.4 Sketsa Digital

IV.2 Media Pendukung

T-shirt merupakan media pendukung yang akan didapatkan pada saat event tertentu saja. T-shirt akan diaplikasikan pada bahan Cotton Combad 30s, dengan teknik printing.


(2)

Gambar IV.2.2 Brosur

Jadwal pelajaran merupakan media pendukung yang cukup efektif karena jadwal pelajaran akan membantu dalam kegiatan sekolah. Jadwal pelajaran ini akan dicetak dalam ukuran A3 artpaper, dengan teknik print laser.

Gambar IV.2.3 Jadwal Pelajaran

Mug ini sama halnya dengan t-shirt yang dimana akan dibagikan pada event tertentu saja. Mug akan dibuat dengan teknik print laser.


(3)

Gambar IV.2.4 Mug

Pembatas buku ini adalah sebagai hadiah saat pembelian buku pop up Kampung Budaya Sunda Ciptagelar. Pembatas buku ini berukuran 5cm x 5 cm artpaper, dengan teknik print laser.


(4)

Gambar IV.2.6 Pembatas Buku

Gantungan kunci akan menjadi media pendukung lainnya, hal ini efektif karena anak-anak menyukai aksesoris. Gantungan kunci ini akan dicetak dengan teknik print transfer paper.

Gambar IV.2.7 Gantungan Kunci

Sticker akan diberikan bersamaan dengan brosur. Sticker ini berukuran 7cm x 5cm dengan bahan Graftech dan teknik printing.


(5)

Gambar IV.2.8 Sticker

Topi ini akan ikut diperjualkan dalam fase penjualan buku pop up Kampung Budaya Sunda Ciptagelar. Topi ini berbentuk tracker cap dengan teknik sablon.


(6)