Strategi Pelayanan Kepolisian Daerah Kota Bandung Melalui Sistem Administrasi Satu Atap (SAMSAT) Keliling Dalam Memenuhi Kebutuhan Pengguna Jasa Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK)

(1)

x

LEMBAR PENGESAHAN... SURAT PERNYATAAN ... LEMBAR PERSEMBAHAN ... ABSTRAK ... ABSTRACT ... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Penelitian ... 1.2Identifikasi Masalah ... 1.3Maksud dan Tujuan Penelitian ... 1.3.1Maksud Penelitian ... 1.3.2Tujuan Penelitian ... 1.4Kegunaan Penelitian ... 1.4.1Kegunaan Teoritis ...

i ii iii iv v vi x xvi xvii xviii 1 1 13 14 14 14 15 15


(2)

xi

1.5.2Kerangka Konseptual ... 1.6 Pertanyaan Penelitian ... 1.7Subjek Penelitian dan Informan...

1.7.1Subbjek Penelitian... 1.7.2Informan ... 1.8 Metode Penelitian ... 1.9 Teknik Pengumpulan Data ... 1.10 Teknik Analisa Data ... 1.11 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 1.11.1 Lokasi Penelitian ... 1.11.2 Waktu Penelitian ... 1.12 Sistematika Penulisan ...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1Tinjauan Komunikasi ... 2.1.1 Pengertian Komunikasi ... 2.1.2 Proses Komunikasi ... 2.1.3 Unsur – unsur Komunikasi ... 2.1.4 Sifat Komunikasi ... 2.1.5 Tujuan Komunikasi ...

17 19 21 21 22 23 23 25 26 26 26 27 29 29 29 32 39 39 40


(3)

xii

2.3Tinjauan Strategi ... 2.3.1 Pengertian Strategi ... 2.3.2 Strategi Level Korporasi ... 2.3.3 Strategi Level Bisnis... 2.3.4 Strategi Level Fungsional... 2.4Tinjauan Pelayanan... 2.4.1 Pengertian Pelayanan Publik ... 2.4.2 Hakekat Pelayanan Publik... 2.5Tinjauan Jasa ...

2.5.1 Pengertian jasa ... 2.5.2 Karakteristik Jasa. ... 2.5.3 Kualitas Jasa ... 2.6Pengertian STNK ...

BAB III OBJEK PENELITIAN

3.1Sejarah Kepolisian Republik Indonesia (POLRI)... 3.1.1 Zaman Hindia Belanda... 3.1.2 Zaman Pendudukan Jepang... 3.1.3 Zaman Revolusi Fisik... 3.1.4 Kepolisian Pasca Proklamasi ...

50 50 53 53 53 55 55 56 57 57 57 59 61 62 62 62 63 64 64


(4)

xiii

3.1.8 Zaman Orde Baru... 3.1.9 Zaman Reformasi... 3.2Kepolisian Daerah Jawa Barat (POLDA JABAR)... 3.2.1 Logo POLDA JABAR... 3.3Visi dan Misi POLDA JABAR ... 3.3.1 Visi ... 3.3.2 Misi... 3.4 Sasaran... 3.4.1 Bidang Kamtibmas ... 3.4.2 Bidang Kamdagri... 3.5 Struktur Organisasi POLDA JABAR ... 3.6 Job description POLDA JABAR... 3.7. Udang-Undang Kepolisian ... 3.8. Sejarah SAMSAT Bandung... 3.9. Visi, dan Misi SAMSAT Bandung...

3.9.1. Visi ... 3.9.2. Misi ... 310. Motto dan Janji Layanan SAMSAT Bandung... 3.11. Nilai-nilai ...

70 71 72 74 76 76 76 77 77 77 77 79 81 88 89 90 90 90 91


(5)

xiv

4.1.1 Kompol Yofie Girianto Putro S.Ik ... 4.1.2 Iptu Kurnia S.Pd ... 4.2 Deskripsi Hasil Penelitian ... 4.2.1 Perspectif yang dilakukan kepolisian daerah kota Bandung dalam

memenuhi kebutuhan pengguna jasa STNK... 4.2.2 Posisi kepolisian daerah kota Bandung pada program SAMSAT

keliling dalam memenuhi kebutuhan pengguna jasa STNK ... 4.2.3 Tujuan yang dilakukan Kepolisian Daerah Kota Bandung dalam

memenuhi kebutuhan pengguna jasa STNK... 4.2.4 Perencanaan yang dilakukan Kepolisian Daerah Kota Bandung

dalam memenuhi kebutuhan pengguna jasa STNK... 4.2.5 Pola Kegiatan yang dilakukan Kepolisian Daerah Kota Bandung

dalam memenuhi kebutuhan pengguna jasa STNK... 4.2.6 Strategi yang dilakukan Kepolisian Daerah Kota Bandung dalam

memenuhi kebutuhan pengguna jasa STNK... 4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ...

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ... 5.2 Saran ...

95 96 98

98

101

103

106

108

111 113

120 120 122


(6)

xv

LAMPIRAN... DAFTAR RIWAYAT HIDUP...

127 153


(7)

vi Assallamualaikum Wr. Wb

Puji dan syukur peneliti panjatkan ke khadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan laporan penelitian ini. Tak lupa shalawat serta salam kepada junjungan kita Rasulullah, Nabi Muhammad SAW serta para sahabat dan seluruh pengikutnya semoga rahmat dan hidayah selalu dilimpahkan padanya.

Penulisan laporan penelitian ini tidak lepas dari dukungan pihak keluarga, untuk itu peneliti mengucapkan terima kasih kepada Mama dan Bapak, selaku Orang tua peneliti yang telah berperan penting dalam pelaksanaan penelitian ini, terima kasih atas dukungan Do`a, materi, pengertian, perjuangan serta kasih sayang yang telah kalian berikan sungguh sangat berguna bagi saya.

Dalam pelaksanaan penelitian ini tidak sedikit peneliti menghadapi kesulitan serta hambatan baik teknis maupun non teknis. Namun atas izin Allah SWT, juga berkat usaha, doa, semangat, bantuan, bimbingan serta dukungan yang peneliti terima baik secara langsung maupun tidak langsung dari berbagai pihak, akhirnya peneliti dapat menyelesaikan laporan penelitian ini.

Tidak lupa pada kesempatan ini peneliti mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Yth:

1. Bapak Prof. Dr. J.M Papasi, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, yang telah mengeluarkan surat pengantar penelitian ke lapangan.


(8)

vii

3. Ibu Melly Maulin, S.Sos., M.Si, Selaku Sekretaris Program Studi Ilmu komunikasi Fakultas ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Terima kasih atas semua ilmu yang telah di berikan. Semoga berguna di masa sekarang dan di masa yang akan datang.

4. Bapak Drs. Manap Solihat, M.Si., selaku Dosen wali peneliti, yang telah banyak memberikan nasehat-nasehat, dorongan serta bantuan kepada peneliti. 5. Ibu Desayu Eka Surya, S.Sos.,M.Si., selaku Dosen pembimbing, sungguh

besar rasa terima kasih peneliti terhadap ibu yang telah memberikan semangat, dukungan moril, dan bekal keyakinan penuh, serta memberikan bimbingan dengan baik, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini.

6. Ibu dan Bapak Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi, yang telah memberikan ilmu selama perkuliahan sehingga peneliti dapat menerapkannya di lapangan.

7. Ibu Astri Ikawati, A.Md. dan Ibu, Ferina Tanjung Permata S.Ds, Selaku Sekretariat Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia Bandung, yang telah membantu peneliti dalam hal administrasi perkuliahan.

8. Seluruh staf pegawai kesekretariatan jurusan Ilmu Komunikasi atas segala bantuannya dalam mengurus perizinan yang berekaitan dengan penelitian yang peneliti laksanakan.


(9)

viii

waktunya dalam kesibukannya dan bersedia menjadi narasumber untuk di wawancarai peneliti dalam penyusunan skripsi ini

11.Bapak Kurnia S.Pd selaku Pamin Sie STNK, Yang telah membantu dan bersedia menjadi narasumber untuk di wawancarai peneliti dalam penyusunan skripsi ini

12.Om Gunawi yang bekerja di bagian PAMINAL POLDA JABAR Yang telah meluangkan waktunya dalam kesibukannya dan bersedia membantu memberikan informasi kepada peneliti di lapangan. Terima kasih juga om atas semua semangat dan dukungannya. Tanpa om Gun, saya adalah orang awam di lapangan.

13.Bapak Uus Kusnadi selaku Baur Mutasi Keluar, Yang telah membantu memberikan informasi kepada peneliti di lapangan.

14.Semua keluarga peneliti yang telah mendukung, keluarga besar Teh Erin, keluarga besar A Edi, keluarga besar Teh Wiwi, Adiku Eka dan Osi, Terimakasih atas segala bentuk dukungan, dan do`a, serta semangat yang kalian berikan.

15.Syarri Oktavia Wulandari “My Soul” terima kasih atas kesetiannya menemani untuk memberikan do`a, dukungan, pengertian, kesabaran, serta semangat di saat saya merasa putus asa selama melakukan penelitian.


(10)

ix

Syarri, Terima kasih atas semua kebaikan Ibu dan Bapak selama ini yang tidak akan pernah terlupakan.

18.Teman-teman peneliti, Om den`s, Panji, Mulqy, Seto, Ibnu, Egi, Arif, Hary, andri dan “Barudak kost” : Eep dan More, Anwar, Amor, Ferdy, Eze, Iyoy, dan Hardy, sebagai teman terbaik peneliti selama masa kuliah, Terima kasih atas semua dukungan dan semangatnya. Pertemanan ini tidak akan terlupakan. 19.Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per-satu, yang telah

membantu dalam pelaksanaan penelitian ini sehingga dapat peneliti selesaikan.

Akhir kata peneliti mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu peneliti dalam melakukan penelitian ini, dan Semoga semua bantuan, dorongan serta bimbingan yang telah diberikan, mendapat balasan yang lebih dari Allah SWT.

Amiien.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Bandung, Juli 2010


(11)

v

SERVICE FOR MEET NEEDS STNK SERVICE USER

By :

Yoka Jatnika NIM 41804805

This Skripsi under supervise of, Desayu Eka Surya, S.Sos, M.Si

This study aims to determine how Bandung City local police service strategy with one office administration system (SAMSAT) tour service for meet needs STNK service user. Through a variety of ways starting from persfectif, positions, goals, planning, to measure strategy.

This study uses a qualitative approach, whereas the method used is descriptive, data collection techniques used were interviews, Documentation, Online Data Tracking and also Library Studies.There are 4 peopleinthis study, and sampling technique used was purposive sampling. so Informants in this study is two people.

Based on the results of research, Bandung City local police service strategy with one office administration system (SAMSAT) tour service for meet needs STNK service user, Bandung regional police strategizing, through several steps, there is persfectif step. start with bandung local police standpoint about facts, and the problems that occurred in SAMSAT Bandung office, Stage Position, Bandung local police area realize that the position of police is a linkage which can not be separated concerning service to the community. After that, The aim that was prepared is through with SAMSAT tour service planning that will be implemented. The plan are long-term planning and short-term planning. The pattern of activity, where the Bandung local police designing a pattern of activity, based on goals, and planning that has been created. Last is the stage strategy, with the various phases of steps, the researchers made as subfokus, all of them forming into a strategy, which are conducted by Bandung local police, to meet the stnk service user

Conclusion from This study shows that the strategy of Bandung police services through a service of one office administration system (SAMSAT) to meet the STNK service user has been running as expected.

The Suggestions from researcher is the Bandung local police is must more active again in terms of serving, so that STNK service user needs can be fulfilled


(12)

iv

SURAT TANDA NOMOR KENDARAAN (STNK)

Oleh : Yoka Jatnika NIM 41804805

Skripsi ini di bawah bimbingan, Desayu Eka Surya, S.Sos, M.Si

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Strategi pelayanan kepolisian daerah kota Bandung melalui layanan sistem administrasi satu atap (SAMSAT) keliling dalam memenuhi kebutuhan pengguna jasa STNK. Maka Peneliti mengambil sub fokus penelitian yaitu, persfectif, posisi, tujuan, perencanaan, pola kegiatan, untuk mengukur strategi.

Penelitian ini menggunakan pendekatan Kualitatif, sedangkan metode yang digunakan adalah Deskriptif, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah Wawancara, Dokumentasi, Penelusuran Data Online dan juga Studi pustaka. Subjek dalam penelitian ini ada 4 orang dan tehnik sampling yang digunakan adalah purposive sampling, Sehingga Informan dalam penelitian ini berjumlah 2 orang.

Hasil penelitian ini adalah, Strategi pelayanan kepolisian daerah kota Bandung melalui sistem administrasi satu atap (SAMSAT) keliling dalam memenuhi kebutuhan pengguna jasa STNK, di lakukan kepolisian daerah kota Bandung melalui beberapa tahap yaitu, tahap Persfectif di mulai dengan sudut pandang kepolisian daerah kota Bandung terhadap fakta-fakta serta masalah-masalah yang terjadi di kantor SAMSAT. Tahap Posisi, Kepolisian daerah kota Bandung menyadari bahwa posisi kepolisian merupakan satu keterkaitan yang tidak dapat dipisahkan menyangkut pelayanan terhadap masyarakat. Setelah itu, Tujuan yang disusun yaitu melalui perencanaan tentang layanan SAMSAT keliling yang akan dilaksanakan, Perencanaan tersebut terdiri dari perencanaan jangka panjang, dan perencanaan jangka pendek. Pola kegiatan, dimana kepolisian daerah kota Bandung merancang suatu pola kegiatan berdasarkan tujuan dan perencanaan yang telah dibuat. Yang terakhir adalah tahap Strategi, dengan berbagai tahapan diatas yang peneliti jadikan sebagai subfokus, semua itu membentuk menjadi sebuah strategi yang dilakukan oleh kepolisian daerah kota Bandung dalam memenuhi kebutuhan pengguna jasa STNK.

Kesimpulan penelitian ini menunjukan bahwa Strategi pelayanan kepolisian daerah kota Bandung melalui layanan sistem administrasi satu atap (SAMSAT) keliling dalam memenuhi kebutuhan pengguna jasa STNK dinilai telah berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

Saran peneliti adalah, kepolisian daerah kota Bandung, agar dapat mempertahankan dan memenuhi harapan pengguna jasa STNK yaitu, bekerja lebih baik, bersih, jujur, cerdas dan terpercaya.


(13)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Menempuh Ujian Sarjana Pada Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Humas

Oleh : YOKA JATNIKA

NIM : 41804805

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI HUMAS

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(14)

i

Program Sistem Administrasi Satu Atap (SAMSAT) Keliling Dalam Memenuhi Kebutuhan Pengguna Jasa STNK

Nama : Yoka Jatnika NIM : 41804805

Program Studi : Ilmu Komunikasi Konsentrasi Humas Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Disahkan

Bandung, Agustus 2010

Mengetahui,

Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi

Rismawaty, S.Sos, M.Si. NIP. 4127 35 30 002 Menyetujui,

Pembimbing

Desayu Eka Surya, S.Sos, M.Si NIP. 4127 35 30 006

Melalui Layanan Sistem Administrasi Satu Atap (SAMSAT) Keliling Dalam Memenuhi Kebutuhan Pengguna Jasa Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK)

Dekan FISIP

Universitas Komputer Indonesia

Prof. Dr. J.M.Papasi NIP. 4127.70.00.011


(15)

153 A. IDENTITAS DIRI

B. PENDIDIKAN FORMAL

Nama : Yoka Jatnika

Jenis Kelamin : Pria

Tempat/Tanggal Lahir : Bandung / 30 Juni 1986 Kewarganegaraan : Indonesia

Status : Single

Tinggi/Berat : 170 cm / 65 kg

Agama : Islam

Phone : +62-857-23-131-381

E-mail : [email protected]

o Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Komputer Indonesia ( 2004 – Sampai dengan sekarang)

o SMK Pasundan 2 Bandung (2004) Berijazah o SLTP Pasundan 5 Bandung (2001) Berijazah o SDN Babakan Ciparay 5 (1995) Berijazah.


(16)

C. SEMINAR

1. “Seminar dan Workshop Fotografi” , Universitas Komputer Indonesia 2009, bersertifikat.

2. “Merakit PC 64 Bit dan Instalasi Jaringan Wireless LAN”, BTC Computer Square, Bandung, 2006, bersertifikat.

3. “Kunjungan Media Massa”, Universitas Komputer Indonesia 2007, bersertifikat. 4. “Pembuatan Program Tv”, Universitas Pendidikan Indonesia 2009, bersertifikat. 5. “Pembekalan English Proficiency Test”, Universitas Komputer Indonesia 2009,

bersertifikat.

Saya memastikan bahwa data diatas adalah riwayat hidup saya yang sebenarnya. Saya memahami apabila ada kesalahan ataupun kekurangan di atas, dapat dijadikan pertimbangan.

Hormat Saya


(17)

124 Rosdakarya, Bandung.

2. Aviliani dan Wilfridus, 1997, Majalah Usahawan. Jakarta.

3. Burhan Bugin, 2005, Metode Penelitian Kualitatif. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

4. Effendy Onong Uchjana, 1984, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. PT Remaja Rosda Karya, Bandung.

---1989, Human Relations dan Public Relations dalam management. Mandar Maju, Bandung.

---1993. Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi. PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.

---2002, Dinamika Komunikasi. PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.

---2002, Ilmu Komunikasi Teori Dan Praktek. PT. Remaja Rosdakarya, Bandung

5. Frederickson G, 1988, Administrasi Negara Baru. LP3ES, Jakarta.

6. Handayaningrat S, 1988, Administrasi Pemerintahan Dalam Pembangunan Nasional. CV Haji Masagung, Jakarta. 7. Liliweri Alo, 1997, Komunikasi Antar Pribadi, PT. Citra Aditya Bakti,


(18)

Aksara, Jakarta.

9. Mulyana Deddy, 2000, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.

---2005, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.

---2000, Komunikasi Organisasi-Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan. PT. Remaja Rosda Karya, Bandung. 10.Murad dan Henry Sitanggang, 1998, Manajemen Strategi dan Kebijakan

Perusahaan. Edisi ketiga, Erlangga, Jakarta. 11.Nazir Moh, 1999, Metode Penelitian. PT. Ghalia Indah. Bandung.

12.Rakhmat Jallaludin, 2002, Metode Penelitian Komunikasi. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.

13.Ruslan Rosady, 2000, Kiat dan Strategi Kampanye PR edisi Revisi. PT. Raja Grafindo Persada.

---2005, Manajemen Komunikasi. Remaja Rosdakarya, Bandung.

14.Sastropoetro Santoso, RA, 1991, Propaganda Salah Satu Bentuk Komunikasi Massa. Alumni, Bandung.

15.Sendjaja S djuasa, 1994, Teori Komunikasi. Universitas terbuka, jakarta. 16.Spradley James P. 1997, Metode Etnografi. Tiara Wacana Yogya,

Yogyakarta.


(19)

Bina Citra, Bandung.

---1988, Komunikasi Dalam Teori dan Praktek. Bina Citra, Bandung.

19.Thoha Miftah, 1991, Beberapa Aspek Kebijaksanaan Birokrasi, Widya Mandala, Jogjakarta.

20.Tjiptono Fandy, 1996, Manajemen Jasa. Penerbit ANDI, Yogyakarta ---1997 Strategi Pemasaran. Penerbit ANDI, Yogyakarta ---2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. PT. Remaja

Rosdakarya, Bandung.

21.Wiryanto, 2004, Pengantar Ilmu Komunikasi. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.

B. Sumber Lain

1. Perpustakan POLDA JABAR Bandung

2. Erina Pebrianty, 2007, Strategi Public Relations PT. Surya Putra Sarana Dalam Memberikan Kepuasan Pelanggan Pada Program Follow Of Letter. UNIKOM Bandung.

3. http://syukai.blogspot.com/2009/06/pengertian-strategi-dan-manajemen.html. (Penulis : Syukai Rabu 03 maret 2010, / Jam: 12.20)

4. http://www.jddc-online.com/JDDC CRASH FREE INT’L.htm 5.


(20)

1 1.1Latar Belakang Penelitian

Di lembaga/perusahaan apapun sebuah strategi tidak dapat diabaikan, dan dinilai sangat penting, karena Setiap lembaga/perusahaan mempunyai fungsi dan tujuannya masing-masing. Tanpa strategi, perusahaan akan berantakan, perusahaan akan bangkrut, bahkan disaat perusahaan tersebut baru dimulai. Untuk itu, sebuah lembaga/perusahaan memerlukan suatu strategi dengan pemahaman dari berbagai perspektif terhadap situasi dan tantangan yang kompleks yang dihadapi perusahaan. Perumusan strategi menjadi tanggung jawab pemimpin perusahaan sebagai pengambil kebijakan dan keputusan atas setiap tindakan yang akan dilakukan. Namun demikian, strategi suatu perusahaan bukan hanya urusan pada pimpinan saja, tetapi sudah menjadi urusan seluruh pihak terkait, tidak ada pengecualian dalam perumusan strategi perusahaan.

Menurut Glueck dan Jauch yang dikutip oleh Murad dan Henry Sitanggang, pengertian strategi adalah :

“Rencana yang disatukan, luas dan berintregasi yang menghubungkan keunggulan strtegis perusahaan/lembaga dengan tantangan lingkungan, yang di rancang untuk memastikan bahwa tujuan utama dari perusahaan dapat di capai melalui pelaksanaan yang tepat oleh organisasi”. (Murad dan Henry Sitanggang 1998 : 9).

Secara umum, strategi adalah proses penentuan rencana para pemimpin yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat di capai. Sedangkan secara


(21)

khusus strategi merupakan tindakan yang bersifat Incromental (senantiasa meningkat) dan terus menerus serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan.

Pada hakekatnya strategi adalah perencanaan (planing) dan manajemen untuk mencapai suatu tujuan. Akan tetapi, untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidaklah berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukan arah saja, melainkan harus mampu menunjukan bagaimana taktik operasionalnya. (Ruslan 2005:123)

Terdapat empat unsur penting dalam pengertian strategi, yaitu kemampuan, sumber daya, lingkungan, dan tujuan. Empat unsur tersebut, sedemikian rupa disatukan secara rasional dan sehingga muncul beberapa alternatif pilihan yang kemudian dievaluasi dan diambil yang terbaik. lalu hasilnya dirumuskan secara tersurat sebagai pedoman taktik yang selanjutnya turun pada tindakan operasional.

Pernyataan stategi secara eksplisit merupakan kunci keberhasilan dalam menghadapi perubahan lingkungan bisnis. Strategi memberikan kesatuan arah bagi semua anggota organisasi. Bila konsep strategi tidak jelas, maka keputusan yang diambil akan berrsifat subjektif atau berdasarkan intuisi belaka dan mengabaikan keputusan yang lain. Menurut Hayes dan Wheel wright yang dikutip oleh Fandy Tjiptono, suatu perusahaan terdapat tiga level strategi, yaitu : level korporasi, level unit bisnis atau lini bisnis, dan level fungsional (Fandy Tjiptono, 1997:4).

Perumusan strategi merupakan proses penyusunan langkah-langkah ke depan yang dimaksudkan untuk membangun visi dan misi organisasi, menetapkan


(22)

tujuan strategis dan keuangan perusahaan, serta merancang strategi untuk mencapai tujuan tersebut dalam rangka menyediakan customer value terbaik. Ada beberapa langkah yang perlu dilakukan perusahaan dalam merumuskan strategi, yaitu:

1. Mengidentifikasi lingkungan yang akan dimasuki oleh perusahaan di masa depan dan menentukan misi perusahaan untuk mencapai visi yang dicita-citakan dalam lingkungan tersebut.

2. Melakukan analisis lingkungan internal dan eksternal untuk mengukur kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman yang akan dihadapi oleh perusahaan dalam menjalankan misinya.

3. Merumuskan faktor-faktor ukuran keberhasilan (key success factors) dari strategi-strategi yang dirancang berdasarkan analisis sebelumnya.

4. Menentukan tujuan dan target terukur, mengevaluasi berbagai alternatif strategi dengan mempertimbangkan sumberdaya yang dimiliki dan kondisi eksternal yang dihadapi.

5. Memilih strategi yang paling sesuai untuk mencapai tujuan jangka pendek dan jangka panjang. ¹)

Akhirnya tidak terlupakan bahwa keberadaan strategi pun harus konsisten dengan lingkungan, mempunyai alternatif strategi, mempertimbangkan kehadiran risiko, serta dilengkapi tanggung jawab sosial. Singkatnya strategi yang ditetapkan tidak boleh mengabaikan tujuan, kemampuan, sumber daya, dan lingkungan. Didalam strategi yang baik terdapat koordinasi tim kerja, memiliki tema, mengidentifikasi faktor pendukung yang sesuai dengan prinsip-prinsip


(23)

pelaksanaan gagasan secara rasional, efisien dalam pendanaan, dan memiliki taktik untuk mencapai tujuan secara efektif.

Dalam hal ini kepolisian daerah kota Bandung, sebagai salah satu instansi pemerintah harus mempunyai strategi pelayanan dalam salah satu tugasnya yang bergerak di bidang pelayanan terhadap masyarakat yang berfungsi sebagai pengayom dan sebagai sahabat di mata masyarakat. Rumusan strategi pelayanan yang dirancang paling tidak, mampu memberikan informasi apa yang akan dilakukan, mengapa dilakukan demikian, siapa yang bertanggung jawab dan mengoperasionalkan, berapa besar biaya dan lama waktu pelaksanaan, serta hasil apa yang akan diperoleh.

Untuk itu, pelayanan publik (public services) oleh kepolisian adalah merupakan salah satu perwujudan dari fungsi aparatur negara sebagai abdi masyarakat di samping sebagai abdi negara. Pelayanan publik (public services) oleh kepolisian dimaksudkan untuk mensejahterakan masyarakat. Pelayanan umum oleh Lembaga Administrasi Negara diartikan sebagai segala bentuk kegiatan pelayanan umum yang dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah di pusat, di Daerah dan di lingkungan Badan Usaha Milik Negara/Daerah dalam bentuk barang dan atau jasa baik dalam rangka upaya memenuhi kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pelayanan publik dengan demikian dapat diartikan sebagai pemberian layanan (melayani) keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang


(24)

telah ditetapkan. Pelayanan yang baik akan berefek pada kepuasan yang baik pula dari pelanggan/pengguna jasa.

Menurut Zeithaml yang dikutip oleh Fandy Tjiptono, perwujudan kepuasan pelanggan dapat diidentifikasikan menjadi lima dimensi kualitas pelayanan:

Pertama, kebutuhan pelanggan yang berfokus pada penampilan barang/jasa. Ini mencakup, antara lain, fasilitas fisik, perlengkapan, penampilan pegawai, dan sarana komunikasi atau sering dikategorikan sebagai tangibles. Kedua, pemenuhan janji pelayanan segera dan memuaskan dari perusahaan atau reliability. Ketiga, pemberian pelayanan secara cepat dan tanggap atau responsiveness. Keempat, jaminan kepada pelanggan (assurance) yang mencakup kemampuan, kesopanan, dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki oleh para staf; bebas dari bahaya resiko atau keragu-raguan. Dan yang kelima, adanya kemudahan dalam melakukan hubungan komunikasi yang baik dan pemahaman atas kebutuhan para pelanggannya (emphaty)” (Fandy Tjiptono, 1996:70)

Dalam kondisi masyarakat seperti digambarkan di atas, kepolisian harus mempunyai strategi pelayanan yang baik untuk dapat memberikan pelayanan publik yang lebih profesional sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah melalui Menteri Negara pendayagunaan aparatur Negara nomor 81 tahun 1993 tentang pedoman tatalaksana pelayanan umum yang perlu dipedomani oleh setiap birokrasi publik dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat berdasar prinsip-prinsip pelayanan sebagai berikut :

1. Kesederhanaan, dalam arti bahwa prosedur dan tata cara pelayanan perlu ditetapkan dan dilaksanakan secara mudah, lancar, cepat, tepat, tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan mudah dilaksanakan oleh masyarakat yang meminta pelayanan Sederhana, mengandung arti prosedur/tata cara pelayanan


(25)

diselenggarakan secara mudah, cepat, tepat, tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan mudah dilaksanakan oleh masyarakat yang meminta pelayanan. 2. Kejelasan dan kepastian, dalam arti adanya kejelasan dan kepastian dalam hal

prosedur dan tata cara pelayanan, persyaratan pelayanan baik teknis maupun administratif, unit kerja pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab dalam meberikan pelayanan, rincian biaya atau tarif pelayanan dan tata cara pembayaran, dan jangka waktu penyelesaian pelayanan

3. Keamanan, dalam arti adanya proses dan produk hasil pelayanan yang dapat memberikan keamanan, kenyamanan dan kepastian hukum bagi masyarakat 4. Keterbukaan, mengandung arti prosedur/tata cara persyaratan, satuan

kerja/pejabat penanggungjawab pemberi pelayanan, waktu penyelesaian, rincian waktu/tarif serta hal-hal lain yang berkaitan dengan proses pelayanan wajib diinformasikan secara terbuka agar mudah diketahui dan dipahami oleh masyarakat, baik diminta maupun tidak diminta.

5. Efesiensi, dalam arti bahwa persyaratan pelayanan hanya dibatasi pada hal-hal yang berkaitan langsung dengan pencapaian sasaran pelayanan dengan tetap memperhatikan keterpaduan antara persyaratan dengan produk pelayanan 6. Ekonomis, dalam arti bahwa pengenaan biaya atau tarif pelayanan harus

ditetapkan secara wajar dengan memperhatikan: nilai barang dan jasa pelayanan, kemampuan masyarakat untuk membayar, dan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.


(26)

7. Keadilan dan Pemerataan, yang dimaksudkan agar jangkauan pelayanan diusahakan seluas mungkin dengan distribusi yang merata dan adil bagi seluruh lapisan masyarakat

8. Ketepatan Waktu, dalam arti bahwa pelaksanaan pelayanan harus dapat diselesaikan tepat pada waktu yang telah ditentukan. Oleh karena itu dalam merespon prinsip-prinsip pelayanan publik yang perlu dipedomani oleh segenap aparat birokrasi peleyanan publik , maka kiranya harus disertai pula oleh sikap dan perilaku yang santun, keramah tamahan dari aparat pelayanan publik baik dalam cara menyampaikan sesuatu yang berkaitan dengan proses pelayanan maupun dalam hal ketapatan waktu pelayanan.

Menurut Thoha yang dikutip oleh Widodo mengemukakan bahwa : “kepolisian harus mengubah peran, dari yang suka mengatur dan memerintah berubah menjadi suka melayani, dari yang suka menggunakan pendekatan kekuasaan, berubah menjadi suka menolong menuju ke arah yang fleksibel kolaboratis dan dialogis dan dari cara-cara yang sloganis menuju cara-cara kerja yang realistik pragmatis” (Thoha dalam Widodo, 2001).

Di tengah masyarakat yang semakin modern ini, untuk tercapainya kesejahteraan masyarakat, disadari bahwa secara langsung maupun tidak langsung kebutuhan masyarakat semakin meningkat. Oleh karena itu, dalam kehidupan manusia komunikasi sangat fundamental dan berperan. Komunikasi merupakan sarana penting dalam menjalin interaksi dengan orang lain atau masyarakat pada umumnya. Dengan komunikasi manusia dapat melakukan berbagai macam aktifitas dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Proses komunikasi tersebut berlangsung dalam serangkaian tindakan dan peristiwa dari beberapa komponen untuk mencapai suatu tujuan. Dengan demikian komunikasi memiliki karakter


(27)

yang dinamis dan interaktif. Ini berlangsung dalam konteks fisik maupun dalam konteks sosial.

Menurut Carl I. Hovland yang dikutip oleh Onong Uchjana Effendy mendefinisikan komunikasi “sebagai Proses dimana seseorang (komunikator) menyampaikan perangsang biasanya lambang bahasa untuk mengubah perilaku orang lain (komunikan)”. (Onong Uchjana Effendy, 2002: 49)

Di dalam komunikasi terdapat penyampaian informasi dan pengertian informasi dari seseorang kepada orang lain. Melalui lambang-lambang yang telah disepakati bersama (kata-kata, gambar, bilangan, grafik, dan lain-lain) maka komunikasi terjadi dengan langsung ataupun melalui media. Komunikasi akan timbul apabila terdapat saling pengertian antara pengirim dan penerima sehingga terdapat suatu pemahaman. Bukan berarti bahwa kedua belah pihak harus menyetujui sesuatu gagasan tersebut, tetapi yang penting adalah kedua belah pihak sama-sama memahami gagasan tersebut. Dalam keadaan seperti itu maka komunikasi dapat dikatakan berlangsung dengan baik.

Melalui pemahaman bersama tersebut, tujuan komunikasi adalah adanya perubahan sikap. Melalui pemahaman gagasan bersama diharapkan dapat memberikan rangsangan bagi perubahan sikap yang dilakukan oleh penerima (Komunikan) sesuai dengan tujuan pengirim (Komunikator).

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah pernyataan manusia. Pernyataan manusia tersebut dapat berupa kata-kata tertulis ataupun lisan ataupun isyarat-isyarat atau simbol-simbol yang dimengerti


(28)

oleh komunikan dan komunikator. Dalam menyusun strategi, komunikasi yang digunakan adalah komunikasi organisasi.

Menurut Redding dan Sanborn yang di kutip oleh Muhammad Arni, komunikasi organisasi adalah :

“pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisasi yang kompleks. Yang termasuk dalam bidang ini adalah komunikasi internal, hubungan manusia, hubungan persatuan pengelola, komunikasi downward atau komunikasi dari atasan kepada bawahan, komunikasi upward atau dari bawahan kepada atasan, komunikasi horizontal atau komunikasi dari orang-orang yang sama level/tingkatnya dalam organisasi, keterampilan berkomunikasi dan berbicara, mendengarkan, menulis dan komunikasi evaluasi program”. (Muhammad Arni, 2001 ; 65).

Dengan demikian, komunikasi merupakan unsur yang sangat penting dalam menyusun strategi pelayanan yang dilakukan oleh kepolisian daerah kota Bandung. Salah satu bentuk pelayanan yang dilakukan kepolisian terutama kepolisian daerah kota Bandung adalah pelayanan dalam membuat dan memperpanjang surat tanda kendaraan bermotor (STNK). STNK merupakan bukti bahwa pemilik kendaraan tersebut telah membayar pajak kendaraan bermotor.

Dalam hal ini, kepolisian daerah Kota Bandung harus terus mensosialisasikan bahwa membuat dan memperpanjang STNK tidak serumit yang dibayangkan. Namun apabila mengingat budaya tidak mau antre, ingin cepat, dan tidak mau sulit menjadi faktor penghambat kelancaran wajib pajak. Selain itu juga, hal tersebut menjadi salah satu faktor pendukung menjamurnya praktik percaloan. Dengan keberadaan calo, otomatis pengguna jasa STNK pun berpikir semuanya bisa diselesaikan dengan cara praktis. Hal ini terbukti dengan kondisi pengguna jasa STNK yang terkadang lebih memilih mengeluarkan uang yang lebih besar untuk mendapatkan atau memperpanjang STNK, asalkan mereka bisa


(29)

dengan mudah mendapatkan STNK dibandingkan harus mengeluarkan uang harga resmi dengan menjalani prosedur resmi yang mereka anggap melelahkan dan berliku-liku. Walhasil, para calo dianggap sebaga solusi terbaik.

Kebanyakan pengguna jasa calo hanya berpikir sekilas, tanpa mempertimbangkan dampaknya. Banyak kasus kecelakaan yang melibatkan pengemudi pemilik STNK tembakan. Akibat seperti ini yang tidak dipikirkan oleh pengguna jasa dan para calo. Apabila sudah terjadi kecelakaan dan akibat fatal lainnya, masyarakat melimpahkan kesalahan kepada Polri. Tidak fair juga kalau hanya Polri yang dijadikan sebagai sumber kesalahan, sementara kesadaran hukum masyarakat masih kurang.

Oleh karena itu, kepolisian daerah Kota Bandung mengambil kebijakan untuk meresmikan layanan Sistem Administrasi Satu Atap (SAMSAT) keliling. Sebelumnya peneliti akan membahas tentang SAMSAT itu sendiri. SAMSAT adalah suatu sistem kerjasama secara terpadu antara Polri, dinas pendapatan provinsi, dan PT Jasa raharja (Persero) dalam pelayanan untuk menerbitkan STNK dan tanda nomor kendaraan bermotor yang dikaitkan dengan pemasukan uang ke kas negara baik melalui pajak kendaraan bermotor (PKB), bea balik nama kendaraan bermotor, dan sumbangan wajib dana kecelakaan lalu lintas jalan (SWDKLJJ), dan dilaksanakan pada satu kantor yang dinamakan kantor bersama samsat.

SAMSAT keliling adalah suatu strategi pelayanan dan merupakan layanan baru yang memberikan kesempatan kepada pemilik kendaraan bermotor untuk dapat melakukan pendaftaran, pengesahan STNK/membayar pajak


(30)

kendaraan bermotor melalui bus pelayanan yang beroperasi. SAMSAT keliling merupakan upaya memenuhi tuntutan publik terkait dengan peningkatan kualitas dan kuantitas pelayanan serta dinamika perkembangan masyarakat. Keberadaan SAMSAT keliling ini, dalam kepadatan aktivitas, pengguna jasa bisa melakukan perpanjangan STNK dengan lebih santai dan rileks cukup membawa Surat Ketetapan Pajak Daerah ( SKPD ), STNK kendaraan dan KTP asli, dengan catatan, nama pemilik kendaraan dan KTP sama dan hanya memakan waktu 5 menit, dibandingkan dengan di kantor SAMSAT yang dinilai pelayanannya sangat rumit dari loket satu ke loket yang lainnya.

Tujuan dari pelayanan SAMSAT keliling adalah untuk mendekatkan dan memudahkan pelayanan kepada pengguna jasa STNK, terutama yang memiliki tingkat kesibukan yang tinggi, sehingga tidak dapat datang mengurus ke kantor bersama samsat, maka dengan adanya SAMSAT Keliling, pengguna jasa STNK akan sangat terbantu mempersingkat waktu dalam pengurusan pengesahan STNK/pemabyaran pajak kendaraan bermotor. Dalam hal ini, Pemda tak perlu khawatir pendapatan daerah akan berkurang. Justru dengan pelayanan yang kian prima, pengguna jasa STNK kian antusias untuk membayar pajak dan STNK secara resmi.

Disamping itu juga, kembali pada permasalahan keberadaan calo seperti yang sudah peneliti bahas sebelumnya, adanya SAMSAT Keliling ini juga dimaksudkan untuk mengurangi/menghapus praktek percaloan sehingga dapat mempermudah pengguna jasa STNK mengurus STNK, memperbaiki administrasi dan menampilkan profil pemerintah yang transparan. SAMSAT keliling ini bisa


(31)

menjadi pilot project dalam mengatasi praktik percaloan yang meresahkan pengguna jasa STNK selama ini. Sebagai pilot project , apa yang dilakukan kepolisian daerah kota Bandung ini bisa dijadikan contoh dalam rangka menjadikan calo sebagai musuh bersama. Harus ada pemahaman bersama bahwa praktik calo itu merugikan banyak pihak. Dalam lingkaran Polri sendiri, tidak boleh ada perbedaan persepsi dalam penanganan calo. Jangan sampai muncul fiksi bertentangan, di mana ada pihak yang berusaha melindungi calo dengan menjadi beking. Sementara di pihak lain, sedang ada perang besar-besaran terhadap calo. Perlu suatu tekad bahwa keberadaan calo yang meresahkan pengguna jasa STNK harus segera mendapat penanganan, supaya kepercayaan terhadap Polri semakin meningkat. Sukses Polri dalam menangani berbagai tindak terorisme di dalam negeri harus diikuti keberhasilan di bidang lain. Jangan sampai keberhasilan Polri di satu bidang menjadi tidak terlihat dan dianggap tidak ada oleh masyarakat karena adanya pelayanan yang kurang bagus di bidang lain.

Dalam praktik di lapangan, tentunya kepolisian daerah kota Bandung tidak mudah untuk mendapatkan kepercayaan dari masyarakat di bidang pelayanan untuk memenuhi kebutuhan pengguna jasa STNK. Oleh karena itu diperlukan suatu strategi pelayanan dari pihak kepolisian daerah kota Bandung.

Dalam hal ini kepolisian daerah kota Bandung merancang suatu strategi pelayanan untuk mengatasi kendala-kendala yang akan dihadapi oleh pengguna jasa STNK maupun instansi. Kepuasan akan pelayanan yang diberikan, akan terpenuhi apabila sesuai dengan kebutuhan pengguna jasa STNK. Dengan begitu


(32)

harapan dan tujuan kepolisian dapat tercapai sesuai dengan visi dan misi kepolisian daerah kota bandung.

Berdasarkan latar blakang permasalahan tersebut, maka peneliti merumuskan masalah mengenai “Bagaimana strategi pelayanan kepolisian daerah kota Bandung melalui layanan sistem administrasi satu atap (SAMSAT) keliling dalam memenuhi kebutuhan pengguna jasa surat tanda nomor kendaraan STNK ?”

1.2 Identifikasi Masalah

Untuk mempermudah pembahasan, maka peneliti mengidentifikasikan masalah-masalah yang akan diteliti sebagai berikut :

1. Bagaimana Perspectif yang dilakukan kepolisian daerah kota Bandung dalam memenuhi kebutuhan pengguna jasa STNK ?

2. Bagaimana Posisi kepolisian daerah kota Bandung pada layananan SAMSAT keliling dalam memenuhi kebutuhan pengguna jasa STNK ? 3. Bagaimana Tujuan yang dilakukan kepolisian daerah kota Bandung

dalam memenuhi kebutuhan pengguna jasa STNK ?

4. Bagaimana Perencanaan yang dilakukan kepolisian daerah kota Bandung dalam memenuhi kebutuhan pengguna jasa STNK ?

5. Bagaimana Pola kegiatan yang dilakukan kepolisian daerah kota Bandung dalam memenuhi kebutuhan pengguna jasa STNK ?

6. Bagaimana Strategi yang dilakukan kepolisian daerah kota Bandung dalam memenuhi kebutuhan pengguna jasa STNK ?


(33)

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1. Maksud Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui dan menggambarkan serta menceritakan tentang bagaimana strategi pelayanan kepolisian daerah kota Bandung melalui layanan SAMSAT keliling dalam memenuhi kebutuhan pengguna jasa STNK.

1.3.2. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui Perspectif yang dilakukan kepolisian daerah kota Bandung dalam memenuhi kebutuhan pengguna jasa STNK.

2. Untuk mengetahui Posisi kepolisian daerah kota Bandung pada layananan SAMSAT keliling dalam memenuhi kebutuhan pengguna jasa STNK ?

3. Untuk mengetahui Tujuan yang dilakukan kepolisian daerah kota bandung dalam memenuhi kebutuhan pengguna jasa STNK.

4. Untuk mengetahui Perencanaan yang dilakukan kepolisian daerah kota Bandung dalam memenuhi kebutuhan pengguna jasa STNK. 5. Untuk mengetahui Pola kegiatan yang dilakukan kepolisian daerah

kota Bandung dalam memenuhi kebutuhan pengguna jasa STNK. 6. Untuk mengetahui Strategi yang dilakukan kepolisian daerah kota


(34)

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1. Secara Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan sebagai sumbangan pemikiran bagi pengembangan Ilmu Komunikasi pada umumnya dan komunikasi organisasi pada khususnya.

1.4.2. Secara Praktis 1. Bagi Peneliti

Kegunaan penelitian ini, bagi peneliti adalah untuk menambah pengetahuan dan wawasan sehubungan dengan masalah yang diteliti melalui penerapan ilmu dan teori yang telah di peroleh selama masa perkuliahan serta membandingkannya dengan fakta dan kondisi realita yang terjadi di lapangan.

2. Bagi Akademik

Bagi akademik, Penelitian ini berguna bagi mahasiswa UNIKOM secara umum dan mahasiswa ilmu komunikasi secara khusus sebagai literature, khususnya bagi mahasiswa atau peneliti yang akan melakukan penelitian yang sejenis

3. Lembaga

Penelitian ini berguna bagi kepolisian daerah kota Bandung sebagai evaluasi dan informasi pada salah satu kegiatan yang di lakukan kepolisian daerah kota Bandung tentang layanan samsat keliling.


(35)

1.5. Kerangka Pemikiran 1.5.1. Kerangka Teoritis

Kerangka pemikiran merupakan alur pikir peneliti yang dijadikan sebagai skema pemikiran yang melatar belakangi penelitian ini. Pada penelitian ini yang di ukur adalah strategi sebagai variabel independent (variabel x.).

Untuk mengukur variabel (strategi) peneliti mengambil pendapat Henry Mintzberg. yang mendefinisikan strategi sebagai 5P, yaitu :

“strategi sebagai PERSPECTIF, strategi sebagai POSISI, strategi sebagai PERENCANAAN, strategi sebagai POLA kegiatan, dan strategi sebagai “PENIPUAN” (Ploy) yaitu muslihat rahasia. Sebagai Perspektif, di mana strategi dalam membentuk misi, misi menggambarkan perspektif kepada semua aktivitas. Sebagai Posisi, di mana dicari pilihan untuk bersaing. Sebagai Perencanaan, dalam hal strategi menentukan tujuan performansi perusahaan. Sebagai Pola kegiatan, di mana dalam strategi dibentuk suatu pola, yaitu umpan balik dan penyesuaian.”. 2)

Dengan demikian, maka indikator untuk mengukur variabel (strategi) adalah :

1. Perspectif : adalah sebuah sudut pandang mengenai realitas yang ditangkap oleh pengalaman indera. Perspektif sangat tergantung oleh siapa yang melakukannya.

2. Posisi : adalah susunan atau kedudukan sesuatu dalam menjalankan peran dan fungsinya.

3. Tujuan : adalah sasaran akhir/arah aktivitas organisasi atau perusahaan yang ingin dicapai. Dengan kata lain, tujuan adalah sesuatu yang ingin dicapai oleh organisasi atau perusahaan. Merumuskan

2

) (http://syukai.blogspot.com/2009/06/pengertian-strategi-dan-manajemen.html. (syukai Rabu 03 maret 2010, label : manajemen))


(36)

bagian dari fungsi planning atau perencanaan dan merupakan langkah awal fungsi manajemen

4. Perencanaan : adalah proses mengumpulkan informasi dan membuat perkiraan mengenai masa depan untuk merumuskan pengembangan berbagai alternatif kegiatan yang diperlukan dalam mencapai sasaran organisasi.

5. Pola kegiatan : adalah bentuk atau model yang bisa dipakai untuk membuat atau untuk menghasilkan suatu atau bagian dari sesuatu, khususnya jika sesuatu yang ditimbulkan cukup mempunyai suatu yang sejenis untuk pola dasar yang dapat ditunjukkan atau terlihat, yang mana sesuatu itu dikatakan memamerkan pola.

6. Strategi : adalah proses penentuan rencana para pemimpin yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat di capai. Sedangkan secara khusus strategi merupakan tindakan yang bersifat Incromental (senantiasa meningkat) dan terus menerus serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan.

1.5.2. Kerangka Konseptual

Pada kerangka konseptual ini, pemeliti akan mengaplikasikan indikator penelitian yang ditetapkan pada indentifikasi masalah yaitu :


(37)

1. Perspectif (sudut pandang). Di mulai dengan sudut pandang kepolisian daerah kota Bandung terhadap fakta-fakta serta masalah-masalah yang terjadi sehingga dapat dibentuknya suatu misi pada kegiatan yang akan dilaksanakan.

2. Posisi. Pada bagian ini, kepolisian daerah kota Bandung menyadari bahwa posisi kepolisian merupakan satu keterkaitan yang tidak dapat dipisahkan menyangkut pelayanan terhadap masyarakat. Dalam upaya memberikan pelayanan yang terbaik kepada pengguna jasa STNK, kepolisian semakin sadar akan peran dan posisinya. Oleh karena itu disini kepolisian mempunyai hak, wewenang, dan kewajiban untuk berperan dalam layanan SAMSAT keliling tersebut.

3. Tujuan. Setelah mengetahui tahap posisi tersebut, tahap tujuan menjadi tahap selanjutnya. Pada tahap ini, kepolisian daerah kota Bandung memiliki tujuan yang disusun untuk tercapainya kebutuhan para pengguna jasa STNK melalui layanan SAMSAT keliling tersebut.

4. Perencanaan. Pada bagian ini, kepolisian daerah kota Bandung membuat perencanaan tentang layanan SAMSAT keliling yang akan dilaksanakan demi tercapainya tujuan yang di inginkan.

5. Pola kegiatan. Tahap ini, tahap dimana kepolisian daerah kota Bandung merancang suatu pola kegiatan yang sesuai dengan layanan SAMSAT keliling yang telah di buat.


(38)

6. Strategi. Setelah tahap-tahap di atas, tahap strategi merupakan bagian akhir kepolisian daerah kota Bandung dalam menyusun strategi untuk menjalankan layanan SAMSAT keliling.

1.6 Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan penelitian digunakan untuk mengumpulkan data informasi yang diajukan kepada kepolisian daerah kota Bandung.

Adapun pertanyaan penelitian tersebut adalah sebagai berikut :

a. Bagaimana Perspectif yang dilakukan kepolisian daerah kota Bandung dalam memenuhi kebutuhan pengguna jasa STNK ?

1. Seperti apa persepsi kepolisian daerah kota bandung, sehingga menilai perlu dibentuknya layanan SAMSAT keliling ?

2. Apa yang menjadi alasan kepolisian daerah kota Bandung, untuk membuat layanan SAMSAT keliling ?

3. Apa yang menjadi faktor pendukung dilakukannya layanan SAMSAT keliling ?

4. Apakah kepentingan pengguna jasa menjadi unsur utama terbentuknya layanan SAMSAT keliling ?

b. Bagaimana Posisi yang dilakukan kepolisian daerah kota Bandung dalam memenuhi kebutuhan pengguna jasa STNK ?

5. Bagaimana peran kepolisian daerah kota Bandung dalam layanan SAMSAT keliling ?


(39)

6. Apa yang menjadi hak dan kewajiban kepolisian daerah kota Bandung dalam layanan SAMSAT keliling ?

7. Seberapa besar wewenang kepolisian daerah kota Bandung dalam layanan SAMSAT keliling ?

c. Bagaimana tujuan yang dilakukan kepolisian daerah kota Bandung dalam memenuhi kebutuhan pengguna jasa STNK?

8. Apa tujuan utama kepolisian daerah kota Bandung dalam layanan SAMSAT keliling ?

9. Apa langkah utama yang dilakukan kepolisian daerah kota Bandung untuk mencapai tujuan layanan SAMSAT keliling ?

10.Siapa saja yang bertugas dalam layanan SAMSAT keliling ? 11.Adakah tujuan yang di perkirakan sulit untuk di capai?

d. Bagaimana perencanaan yang dilakukan kepolisian daerah kota Bandung dalam memenuhi kebutuhan pengguna jasa STNK ?

12.Apa rencana yang disusun kepolisian daerah kota Bandung dalam layanan samsat keliling untuk mencapai tujuan yang di format ?

13.Siapa yang menyusun rencana tersebut? 14.Apakah ada perencanaan selanjutnya? 15.Misal rencana jangka pendek ?

e. Bagaimana pola kegiatan yang dilakukan kepolisian daerah kota Bandung dalam memenuhi kebutuhan pengguna jasa STNK ?

16.Apa saja kegiatan yang dilakukan kepolisian daerah kota Bandung, pada layanan SAMSAT keliling ?


(40)

17.Apa yang dilakukan kepolisian daerah kota Bandung, untuk menarik perhatian pengguna jasa terhadap layanan SAMSAT keliling ?

18.Apa media yang digunakan kepolisian daerah kota Bandung, pada layanan SAMSAT keliling ?

19.Seberapa besar pangaruh media tersebut?

20.Apa saja pesan yang terkandung dalam media tersebut?

f. Bagaimana Strategi yang dilakukan kepolisian daerah kota Bandung dalam memenuhi kebutuhan pengguna jasa STNK ?

21. Apa saja yang dilakukan kepolisian daerah kota Bandung dalam menjalankan strategi yang sudah di format ?

22. Apakah selama menjalankan layanan SAMSAT keliling, strategi tersebut berjalan sesuai dengan tujuan yang dimaksud ?

1.7Subjek Penelitian dan Informan 1.7.1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah sesuatu, baik orang, benda ataupun lembaga (organisasi), yang sifat keadaannya (“attributnya”) akan diteliti. Dengan kata lain subjek penelitian adalah sesuatu yang di dalam dirinya melekat atau terkandung objek penelitian.

Dalam penelitian ini ada 4 orang yang menjadi subjek penelitian yaitu sebagai berikut :


(41)

Tabel 1.1 Subjek Penelitian

No Nama Jabatan

1 Kompol. Yofie Girianto S.Ik Kasi STNK

2 Iptu Kurnia S.Pd PAMIN Sie

3 Hadi Operator

4 Evik Bendahara

1.7.2. Informan Penelitian

Informan adalah dimana seorang peneliti memilih orang tertentu yang dipertimbangkan akan memberikan data yang diperlukan selanjutnya berdasarkan data atau informasi yang di peroleh dari sampel sebelumnya.

Dalam penelitian ini yang menjadi informan penelitian adalah sebagai berikut :

No Nama Jabatan

1 Kompol. Yofie Girianto S.Ik Kasie STNK

2 Iptu Kurnia S.Pd PAMIN Sie

Sumber : Peneleliti 2010 Sumber : Peneleliti 2010

Tabel 1.2 Informan Penelitian


(42)

1.8. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan penelitian kualitatif Sedangkan metode penelitian yang digunakan adalah analisis deskriptif. dengan wawancara mendalam (indepth interview). Seperti yang dikatakan oleh Jalaludin Rakhmat dalam buku ”Metode Penelitian Komunikasi” mengatakan bahwa :.

“Metode deskriptif, yaitu dengan cara mempelajari masalah-masalah dan tata cara yang berlaku dalam masyarakat, serta situasi-situasi tertentu dengan tujuan penelitian yaitu menggambarkan fenomena secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara faktual dan cermat. (Jallaludin Rakhmat, 2002:22)

Metode ini digunakan untuk memperoleh gambaran mengenai Bagaimana strategi kepolisian daerah kota Bandung melalui layanan SAMSAT keliling dalam memenuhi kebutuhan pengguna jasa STNK.

1.9. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut : 1. Wawancara Mendalam

Wawancara mendalam (indepth interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dan memungkinkan peneliti mendapatkan jumlah data yang banyak.


(43)

”proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan panduan wawancara”. (Nazir, 1999 : 234)

Dalam penelitian ini, peneliti mengambil 2 Informan yang akan di wawancara, yaitu, Kompol Yofie Girianto S.Ik sebagai kasie STNK, dan Iptu Kurnia S.Pd sebagai perwira administrasi.

2. Studi kepustakaan

Studi kepustakaan adalah untuk menunjang penelitian, dimana peneliti mencari dan mengumpulkan data atau teori melalui berbagai media cetak terutama buku-buku yang ada relevansinya dengan penelitian ini.

3. Penelusuran data online

Menurut Burhan Bungin mengatakan :

“Metode penelusuran data online adalah tata cara melakukan penelusuran data melalui media online seperti internet atau media jaringan lainnya yang menyediakan fasilitas online, sehingga memungkinkan peneliti dapat memanfaatkan data-informasi yang berupa data maupun informasi teori, secepat atau semudah mungkin dan dapat dipertanggungjawabkan secara akademis” (Burhan Bungin, 2005: 148).

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan layanan internet dengan cara membuka alamat mesin pencari (search engine), kemudian membuka alamat web-site yang berhubungan dengan kebutuhan penelitian.

4. Dokumentasi

Dokumentasi adalah kegiatan atau proses pekerjaan mencatat atau merekam suatu peristiwa dan objek atau aktifitas yang dianggap berharga dan penting dalam berbagai segi kehidupan mulai dari yang terkecil


(44)

sampai ke kelompok yang lebih besar seperti suatu organisasi atau suatu perusahaan bahkan suatu negara atau pemerintahan kegiatan dokumentasi ini memegang peranan yang sangat penting.

1.10. Teknik Analisa Data

Setelah data terkumpul selanjutnya dilakukan pengolahan data (data processing). Pengolahan data mencakup kegiatan mengedit (editing) data dan analisa data. Mengedit data adalah kegiatan memeriksa data yang terkumpul, apakah sudah terisi secara sempurna atau tidak, lengkap atau tidak, cara pengisiannya benar atau tidak, belum lengkap atau belum benar cara pengisiannya.

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisir data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.( Sugiyono,2005:89)


(45)

1.11. Lokasi dan Waktu penelitian 1.11.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini di lakukan di Kantor POLDA JABAR Jl. Soekarno Hatta No.748 Bandung 40613, dan kantor bersama SAMSAT Bandung, serta meninjau langsung ke tempat dimana di lakukannya layanan SAMSAT keliling.

1.11.2. Waktu Penelitian

Penelitian di laksanakan selama 6 bulan, terhitung mulai dari bulan Februari sampai dengan bulan Juli 2010, dengan perincian waktu sebagai berikut :

Tabel 1.3

Waktu dan Jadwal Penelitian

No Kegiatan Februari Maret April Mei Juni Juli

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Persiapan

Pengajuan judul

Acc judul

Persetujuan pembimbing

2 Pelaksanaan Penyusunan

Bab I + Bimbingan

Seminar UP

Bab II + Bimbingan

Bab III + Bimbingan

3 Pelaksanaan Penelitian

Wawancara mendalam

4 Pengolahan Data

Bab IV + Bimbingan

Bab V + Bimbingan

5 Penyusunan seluruh draft

6 Sidang


(46)

1.12. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini terbagi atas lima bab dan disusun dengan sistematika sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Mencakup tentang latar belakang penelitian, identifikasi masalah, maksud dan tujuan penelitian (meliputi; maksud penelitian, tujuan penelitian), kegunaan penelitian (meliputi; kegunaan teoritis, kegunaan praktis), kerangka pemikiran (meliputi; kerangka teoritis, kerangka konseptual), pertanyaan penelitian, metode penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisa data, lokasi dan waktu penelitian (meliputi; lokasi penelitian, waktu penelitian) dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Mencakup tentang tinjauan mengenai komunikasi (meliputi; definisi komunikasi, proses komunikasi, unsur-unsur komunikasi, sifat komunikasi dan tujuan komunikasi), tinjauan mengenai komunikasi organisasi (meliputi; definisi komunikasi organisasi, arus komunikasi dalam organisasi, dan fungsi komunikasi organisasi), tinjauan mengenai strategi, tinjauan mengenai pelayanan, tinjauan mengenai jasa dan tinjauan mengenai STNK.

BAB III OBJEK PENELITIAN

Mencakup tentang sejarah Kepolisian Republik Indonesia (POLRI), visi dan misi Kepolisian Daerah (POLDA JABAR), Sasaran


(47)

Kepolisian Daerah (POLDA JABAR), struktur organisasi Kepolisian Daerah (POLDA JABAR), job description Kepolisian Daerah (POLDA JABAR), Sejarah SAMSAT Bandung, Visi Misi SAMSAT Bandung.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Uraian dari hasil penelitian berdasarkan data lapangan yang terkumpul, mencakup tentang analisis deskripsi identitas informan, analisis deskriptif hasil penelitian, dan pembahasan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Mencakup tentang kesimpulan dari hasil pembahasan yang ada pada identifikasi masalah, saran untuk instansi tempat dilakukannya penelitian, dan saran bagi para peneliti selanjutnya.


(48)

29 2.1. Tinjauan Komunikasi

2.1.1. Pengertian Komunikasi

Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris Communication berasal dari kata Latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah satu makna. Jadi, jika dua orang terlibat dalam komunikasi maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dikomunikasikan, yakni baik penerima maupun pengirim sepaham dari suatu pesan tertentu (Effendy Onong Uchjana, 2002:9).

Berbicara tentang definisi komunikasi, tidak ada definisi yang benar atau yang salah. Seperti juga model atau teori, definisi harus dilihat dari kemamfaatan untuk menjelaskan fenomena yang didefinisikan dan mengevaluasinya. Beberapa definisi mungkin terlalu sempit, misalnya “Komunikasi adalah penyampaian pesan melalui media elektronik”, atau terlalu luas, misalnya “Komunikasi adalah interaksi antara dua pihak atau lebih sehingga peserta komunikasi memahami pesan yang disampaikannya.

Banyak definisi komunikasi diungkapkan oleh para ahli dan pakar komunikasi seperti yang di ungkapkan oleh Carl. I. Hovland yang dikutip oleh Effendy Onong Uchjana dalam buku “Ilmu Komunikasi Teori dan Peraktek” ilmu komunikasi adalah “Upaya yang sistematis untuk


(49)

merumuskan secara tegar asas-asas penyampain informasi serta pembentukan pendapat dan sikap”. (Effendy Onong Uchjana, 2001:10)

Proses komunikasi pada dasarnya adalah proses penyampaian pesan yang dilakukan seseorang komunikator kepada komunikan, pesan itu bisa berupa gagasan, informasi, opini dan lain-lain. Mitchall. N. Charmley yang dikutip oleh Susanto memperkenalkan 5 (lima) komponen yang melandasi komunikasi, yaitu sebagai berikut :

- Sumber (Source)

- Komunikator (Encoder) - Pertanyaan/Pesan (Message) - Komunikan (Decoder)

- Tujuan (Destination), (Susanto Astrid, 1988;31)

Unsur-unsur dari proses komunikasi diatas, merupakan faktor penting dalam komunikasi, bahwa pada setiap unsur tersebut tersebut oleh para ahli komunikasi dijadikan objek ilmiah untuk ditelaah secara khusus. Sebagaimana yang di ungkapkan oleh Deddy Mulyana, proses komunikasi dapat diklasifikasikan menjadi 2 bagian, yaitu :

1. Komunikasi Verbal

Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis symbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Hampir semua rangsangan bicara yang kita sadari termasuk ke dalam kategori pesan verbal disengaja, yaitu usaha-usaha yang dilakukan secara sadar untuk berhubungan dengan orang lain secara lisan. Bahasa dapat juga dianggap sebagai suatu system kode verbal.

2. Komunikasi non verbal

Secara sederhana pesan non verbal adalah semua isyarat yang bukan kata-kata. Menurut Larry A. Samovar dan Richard E. Porter, komunikasi non verbal mencakup semua rangsangan (kecuali rangsang verbal) dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh individu, yang mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim atau penerima. (Deddy Mulyana, 2000 : 237)


(50)

Untuk mengetahui dengan jelas tentang komunikasi, menurut Effendy Onong Uchjana, hendaklah terlebih dahulu memahami tentang pengertian komunikasi. Komunikasi menurutnya adalah :

“proses penyampaian suatu pesan dalam bentuk lambang bermakna sebagai paduan pikiran dan perasaan berupa ide, informasi, kepercayaan, harapan, imbauan dan sebagainya, yang dilakukan seseorang kepada orang lain, baik langsung secara tatap muka maupun tak langsung melalui media, dengan tujuan mengubah sikap, pandangan atau perilaku.” (Effendy Onong Uchjana, 1989 : 60 )

Berdasarkan pengertian di atas jelas bahwa komunikasi merupakan suatu kegiatan yang mendasar bagi setiap manusia, oleh sebab itu manusia tidak dapat hidup tanpa ada orang lain atau tidak berkomunikasi dengan manusia lainnya.

Menurut Carl I. Hovland yang dikutip oleh Liliweri mengatakan, bahwa pengertian komunikasi adalah sebagai Berikut : “komunikasi adalah proses mengubah prilaku orang lain (Communication is the process to modify the behavior of other individuals).” (Liliweri, 1997:5). Definisi ini menunjukan bahwa seseorang akan dapat mengubah sikap, pendapat atau perilaku orang lain apabila komunikasinya itu memang komunikatif. Jadi komunikasi berlangsung apabila orang-orang yang terlibat terdapat kesamaan makna mengenai suatu hal yang dikomunikasikan. Secara jelasnya apabila seseorang mengerti akan sesuatu yang dinyatakan orang lain kepadanya, maka komunikasi dapat berlangsung dengan baik.


(51)

2.1.2. Proses Komunikasi

Proses komunikasi pada hakekatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran itu bisa berupa gagasan, informasi, opini dan lain-lain yang muncul dari benaknya. Perasaan bisa berupa keyakinan, kegairahan dan lain sebagainya yang timbul dari lubuk hatinya.

Proses komunikasi menurut Effendy Onong Uchjana, dapat terbagi menjadi dua tahap, yaitu secara primer dan secara sekunder. “ Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang-lambang (symbol) sebagai media.” (Effendy Onong Uchjana, 1990 : 11)

Dalam proses komunikasi secara primer lambang yang dipergunakan biasanya berupa bahasa, kial, isyarat, gambar dan warna yang secara langsung mampu menterjemahkan pikiran komunikator kepada komunikan. Bahasa adalah suatu alat penyampaian pesan komunikasi kepada orang lain, baik seseorang atau sekelompok orang, sehingga diperoleh kesamaan makna diantara keduanya.

Bahasa mempunyai dua jenis pengertian yang perlu dipahami oleh para komunikator, yang pertama adalah pengertian secara denotatif, yang kedua adalah pengertian secara konotatif. Perkataan yang denotatif adalah yang mengandung makna sebagaimana yang tercantum dalam kamus. Selain itu juga diterima secara umum oleh kebanyakan orang, yang mempunyai kesamaan budaya dan bahasanya. Perkataan denotatif tidak menimbulkan


(52)

interpretasi yang berbeda pada komunikan ketika diterpa pesan – pesan komunikasi. Sedangkan kata- kata konotatif mengandung pengertian emosional atau evaluatif. Oleh karena itu dapat menimbulkan interpretasi yang berbeda pada komunikan.

Proses komunikasi secara primer dapat dikatakan sebagai proses komunikasi tatap muka karena ketika komunikasi berlangsung, komunikator dan komunikan saling berhadapan sehingga komunikator dapat melihat dan mengkaji diri komunikan secara langsung. Sedangkan proses komunikasi secara sekunder menurut Effendy Onong Uchjana adalah “ proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama.” (Effendy Onong Uchjana, 1990 : 11)

Seorang komunikator menggunakan media kedua dalam melancarkan komunikasinya, karena komunikan sebagai sasarannya berada ditempat yang relatif jauh atau jumlahnya banyak. Seperti surat, telepon, majalah, televisi, radio, surat kabar dan masih banyak lagi media kedua yang sering digunakan dalam komunikasi.

Proses komunikasi secara sekunder ini dapat dikatakan sebagai proses komunikasi bermedia. Dalam proses komunikasi ini, kita tidak akan mengetahui umpan balik atau tanggapan komunikan pada saat komunikasi berlangsung. Oleh karena itu, dalam melancarkan komunikasi dengan menggunakan media, komunikator harus lebih matang. Sekarang ini komunikasi dalam proses sekunder ini semakin lama dan efisien karena


(53)

didukung oleh teknologi komunikasi yang semakin canggih, yang ditopang pula oleh teknologi – teknologi lainnya yang bukan teknologi komunikasi.

Lasswell mengungkapkan yang dikutip oleh Effendy Onong Uchjana, bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi adalah menjawab pertanyaan sebagai berikut : “ Who – Says What – In Which Channel – To Whom – With What Effect “. (Effendy Onong Uchjana, 1990 : 10).

Dari pendapat Lasswell diatas menunjukan bahwa komunikasi meliputi unsur – unsur yang terdiri dari :

a. Komunikator

Komunikator atau penebar pesan adalah orang yang menyampaikan pesan atau menghubungkan pesan dengan komunikan atau penerima pesan. Syarat-syarat yang perlu diperhatikan oleh seorang komunikator, adalah :

1. Source credibility, artinya menjadi sumber kepercayaan bagi komunikan.

2. Kepercayaan komunikan kepada komunikator dalam bidang tugas pekerjaannya dan memiliki dapat tidaknya ia dipercaya. 3. Memilki Source Attractiveness, artinya seorang komunikator

akan mempunyai kemampuan untuk melakukan perubahan, sikap, pendapat, dan tingkah laku komunikan melalui mekanisme daya tarik pihak komunikan, serta merasa bahwa komunikator ikut serta dengannya atau merasa adanya kesamaan antara komunikator dengan komunikan.

4. Mempunyai pengetahuan yang luas

5. Komunikator harus memahami komunikan yang dituju, artinya bahwa komunikan itu terdiri dari orang yang heterogen.

6. Komunikator harus memahami ethos dirinya, artinya sebagai komunikator harus mawas diri, apakah ia mempunyai ethos sebagai komunikator. Ethos adalah nilai pribadi seseorang yang merupakan perpaduan kemampuan, kejujuran, integritas, dan itikad baik. (Effendy Onong Uchjana, 1989: 104)


(54)

b. Pesan

Pesan merupakan salah satu unsur atau komponen penting dalam proses komunikasi. Pesan adalah lambang bermakna, yakni lambang yang membawa pikiran atau perasaan kita. Pesan komunikasi mempunyai tujuan tertentu. Isi pesan komunikasi bisa satu, tetapi lambang yang dipergunakan bisa bermacam – macam. Lambang – lambang yang dipergunakan untuk menyampaikan komunikasi dapat berupa bahasa, gambar, kial dan sebagainya.

Pesan juga merupakan salah satu komponen dalam proses komunikasi yang dapat menunjang komunikasi menjadi efektif, karena apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator itu tidak dapat dimengerti oleh komunikan, maka tujuan atau sasaran komunikasi yaitu untuk merubah sikap, perilaku, dan pendapat tidak akan tercapai.

Berkaitan dengan hal tersebut, di dalam merumuskan suatu pesan perlu sekali memperhatikan beberapa faktor yang penting guna mencapai apa yang diharapkan. Maka dari itu menurut Sastropoetro yang mengutip penjelasan dari Wilbur Schramm, mengemukakan bagaimana pesan itu harus disusun, antara lain :

Pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa sehingga dapat menarik perhatian komunikan. Dengan adanya perhatian tersebut komunikan diharapkan terangsang untuk menerimanya.

Lambang – lambang yang digunakan haruslah benar- benar dapat dipahami oleh kedua belah pihak, artinya komunikator dan komunikan. (Sastropoetro, 1991:132)


(55)

Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, komunikasi bertujuan untuk mengubah sikap, pendapat dan tingkah laku komunikan. Untuk menunjang tujuan tersebut, faktor lain yang harus diperhatikan dalam penyampaian pesan adalah media yang digunakan untuk menyampaikan pesan khusus sifatnya ditujukan kepada publik tertentu. Selain itu faktor komunikator mempunyai peranan penting dalam mencapai efek komunikasi yang diharapkan. c. Media

Media adalah alat yang digunakan oleh komunikator untuk menyampaikan dan menyebarkan pesannya agar dapat sampai kepada komunikan. Media yang digunakan dalam komunikasi tergantung banyak tidaknya dan jauh tidaknya komunikan yang akan kita tentukan. Dengan demikian kita dapat menentukan media apa yang akan kita gunakan dalam menyampaikan pesan komunikasi. Media komunikasi ini banyak jumlahnya, mulai dari tradisional hingga yang modern, oleh karena itu komunikator harus menentukan media yang akan dipakai dalam menyampaikan pesannya. Dengan terlebih dahulu menentukan sifat komunikannya, yaitu individu, kelompok atau massa.

Media mempunyai sifat – sifat yang dibagi menjadi dua kategori yaitu : media umum dan media massa.


(56)

1. Media umum

Adalah media yang dapat dipergunakan oleh segala bentuk komunikasi, baik komunikasi persona, komunikasi kelompok atau komunikasi massa. Contohnya seperti telepon, telex, surat, telegram, foto dll.

2 Media massa

Adalah media yang digunakan hanya untuk menyalurkan komunikasi massa. Karena memiliki karekteristik massa yaitu serempak dan serentak. Contohnya seperti : pers, Radio, TV, dam film.

Bilamana komunikator mengharapkan efektifitas media, maka komunikator harus memilih media yang tepat, media yang hendak dicapai dalam penyampaian suatu pesan.

d. Komunikan

Komunikan adalah seseorang atau sejumlah orang yang menjadi sasaran komunikator ketika ia menyampaikan pesannya. Komunikan yang akan dijadikan sasaran tersebut dapat merupakan kelompok kecil atau kelompok besar, bersifat homogen atau heterogen. Komunikan yang homogen merupakan orang-orang yang terkait oleh suatu organisasi yang mempunyai kesamaan dalam suatu hal, sedangkan komunikan heterogen adalah orang-orang yang tidak memiliki kesamaan satu sama lain. Seperti yang di ungkapkan oleh Effendy Onong Uchjana, apabila ditinjau dari komponen komunikan,


(57)

seseorang dapat dan akan menerima sebuah pesan hanya kalau terdapat empat kondisi berikut ini secara simultan :

a. Ia dapat dan benar-benar mengerti akan pesan. b. Pada sat ini ia mengambil keputusan, ia sadar bahwa

keputusannya itu sesuai dengan tujuannya.

c. Pada saat ia mengambil keputusan, ia sadar bahwa keputusannya itu bersangkut dengan kepentingan pribadinya.

d. Ia mampu untuk menepatinya baik secara mental maupun secara fisik. (Effendy Onong Uchjana , 1993:42)

Pengetahuan yang melatar belakangi seorang komunikan juga dapat mempengaruhi efektifnya komunikasi. Komunikan yang berpendidikan rendah harus diberikan pesan – pesan atau informasi yang dimengerti, tentunya dengan bahasa yang sederhana, disesuaikan dengan pendidikan komunikan.

Sikap dari komunikan juga dapat menentukan efektifnya suatu komunikasi. Apabila sudah tidak menyenangi pesan atau informasi yang ia terima, ia tidak akan dapat menerima pesan itu.

e. Efek

Efek adalah tanggapan, respon atau reaksi dari komunikan ketika mereka menerima pesan dari komunikator.

Jika sikap dan tingkah laku orang lain itu sesuai, maka berarti komunikasi berhasil. Pada dasarnya tujuan komunikasi bermula timbul pada seseorang yang akan mengemukakan pikiran dan perasaannya, yakni agar terjadi perubahan sikap pada orang lain yang dilibatkannya, perubahan sikap itu adalah efek atau akibat


(58)

penyampaian atau perasaan tadi. Ruslan Rosady mengungkapkan bahwa :

“Efek adalah suatu dampak yang terjadi dalam proses penyampaian pesan-pesan, yang dapat berakibat positif maupun negatif menyangkut tanggapan, persepsi, dan opini dari hasil komunikasi tersebut”. (Ruslan Rosady, 2000 : 71).

2.1.3. Unsur-unsur Komunikasi

Dalam melakukan komunikasi setiap individu berharap tujuan dari komunikasi itu sendiri dapat tercapai dan untuk mencapainya ada unsur-unsur yang harus di pahami, menurut Effendy Onong Uchjana dalam bukunya yang berjudul Dinamika Komunikasi, bahwa dari berbagai pengertian komunikasi yang telah ada, tampak adanya sejumlah komponen atau unsur yang dicakup, yang merupakan persyaratan terjadinya komunikasi. Komponen atau unsur-unsur tersebut adalah sebagai berikut:

- Komunikator : Orang yang menyampaikan pesan; - Pesan : Pernyataan yang didukung oleh lambang; - Komunikan : Orang yang menerima pesan;

- Media : Sarana atau saluran yang mendukung pesan bila komunikan jauh tempatnya atau banyak jumlahnya;

- Efek :Dampak sebagai pengaruh dari pesan (Effendy Onong Uchjana, 2002:6)

2.1.4. Sifat Komunikasi

Menurut Effendy Onong Uchjana dalam bukunya “Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek” menjelaskan dalam berkomunikasi memiliki sifat-sifat adapun beberapa sifat komunikasi tersebut:

1. Tatap muka (face-to-face) 2. Bermedia (Mediated) 3. Verbal (Verbal)


(59)

- Lisan (Oral) - Tulisan

4. Non verbal (Non-verbal)

- Gerakan/ isyarat badaniah (gestural) - Bergambar (Pictorial) (Effendy Onong Uchjana, 2002:7)

Komuniktor (pengirim pesan) dalam menyampaikan pesan kepada komunikan (penerima pesan) dituntut untuk memiliki kemampuan dan pengalaman agar adanya umpan balik (feedback) dari sikomunikan itu sendiri, dalam penyampain pesan komunikator bisa secara langsung (face-to-face) tanpa mengunakan media apapun, komunikator juga dapat menggunakan bahasa sebagai lambang atau simbol komunikasi bermedia kepada komunikan, media tersebut sebagai alat bantu dalam menyampaikan pesannya.

Komunikator dapat menyampaikan pesannya secara verbal dan non verbal. Verbal di bagi ke dalam dua macam yaitu lisan (Oral) dan tulisan (Written/printed). Sementara non verbal dapat menggunakan gerakan atau isyarat badaniah (gesturual) seperti melambaikan tangan, mengedipkan mata dan sebagainya, dan menggunakan gambar untuk mengemukakan ide atau gagasannya.

2.1.5. Tujuan Komunikasi

Setiap individu dalam berkomunikasi pasti mengharapkan tujuan dari komunikasi itu sendiri, secara umum tujuan berkomunikasi adalah mengharapkan adanya umpan yang diberikan opleh lawan berbicara kita serta semua pesan yang kita sampaikan dapat diterima oleh lawan bicara kita dan


(60)

adanya efek yang terjadi setelah melakukan komunikasi tersebut. Menurut Onong Uchjana Effendy dalam buku “ Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek” mengatakan beberapa tujuan berkomunikasi:

a. Supaya gagasan kita dapat diterima oleh orang lain dengan pendekatan yang persuasive bukan memaksakan kehendak.

b. Memahami orang lain, kita sebagai pejabat atau pimpinan harus mengetahui benar aspirasi masyarakat tentang apa yang diinginkannya, jangan mereka menginginkan arah ke barat tapi kita memberi jalur ke timur.

c. Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu, menggerakkan sesuatu itu dapat bermacam-macam mungkin berupa kegiatan yang dimaksudkan ini adalah kegiatan yang banyak mendorong, namun yang penting harus diingat adalah bagaimana cara yang terbaik melakukannya.

d. Supaya yang kita sampaikan itu dapat dimengerti sebagai pejabat ataupun komunikator kita harus menjelaskan kepada komunikan (penerima) atau bawahan dengan sebaik-baiknya dan tuntas sehingga mereka dapat mengikuti apa yang kita maksudkan. (Onong Uchjana Effendy, 1993 : 18)

Jadi secara singkat dapat dikatakan tujuan komunikasi itu adalah mengharapkan pengertian, dukungan, gagasan dan tindakan. Serta tujuan yang utama adalah agar semua pesan yang kita sampaikan dapat dimengerti dan diterima oleh komunikan.

2.2. Komunikasi Organisasi

Organisasi merupakan suatu alat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Suatu organisasi terbentuk apabila suatu usaha lebih dari satu orang untuk menyelesaikannya. Kondisi ini timbul disebabkan karena tugas itu terlalu besar atau terlalu kompleks untuk ditangani satu orang, oleh karena itu suatu organisasi dapat kecil seperti usaha dua orang individu atau dapat dapat sangat besar yang melibatkan banyak orang dalam interaksi kerjasama.


(1)

telapak tangan. Selain harus dimulai dari tubuh Polri sendiri, perlu peran serta dan dukungan dari pengguna jasa STNK. Praktik percaloan di lingkungan Samsat bisa dibilang sudah menjadi budaya. Ibarat pepatah, 'tidak akan ada asap kalau tidak ada api'. Untuk membangun kesadaran hukum masyarakat, tugas Polri juga harus terus mensosialisasikan bahwa memperpanjang STNK tidak serumit yang dibayangkan. Sosialisasi ini rutin dilakukan untuk menghilangkan persepsi salah di masyarakat. Kalau pengguna jasa STNK sudah sadar hukum dan tertib administrasi, secara otomatis praktik percaloan akan berkurang.

Masalah pemberantasan calo, bukan hanya untuk kenyamanan kepolisian saja, namun juga sebagai upaya serta sebagai bagian dari strategi kepolisian dalam meningkatkan pelayanan terhadap pengguna jasa STNK. Semoga dengan adanya pelayanan SAMSAT Keliling ini, pengguna jasa STNK yang tinggal di daerah terpencil mendapatkan peningkatan kepuasan dan kemudahan dalam membayar pajak kendaraannya.

Kegiatan yang lain adalah tinjauan langsung oleh kepolisian daerah kota Bandung ke lokasi yang akan dilaksanakannya layanan SAMSAT keliling, merupakan kegiatan yang penting karena dengan melakukan peninjauan langsung, kepolisian dapat memahami lokasi mana yang layak untuk dilaksanakannya layanan SAMSAT keliling.

Mengingat masa sekarang sarana media Internet merupakan sarana yang strategis, maka melakukan update informasi melalui website kepolisian


(2)

oleh kepolisian daerah Kota Bandung dilakukan untuk memudahkan pengguna jasa yang berniat untuk menggunakan jasa SAMSAT keliling.

Tahap Strategi, Dari hasil penelitian terlihat bahwa Strategi Kepolisian daerah Kota Bandung dalam melaksanakan berbagai macam kegiatan dapat dinilai berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini terbukti dengan setiap diadakannya layanan SAMSAT keliling respon dari mayarakat cukup besar dan selalu mengalami peningkatan disetiap bulannya. Semua itu tidak lepas dari kesungguhan para petugas dalam menjalani tugasnya yang berpedoman pada strategi yang selama ini telah di format.

Di awali dengan pemahaman-pemahaman yang tinggi terhadap masalah-masalah yang terjadi di kantor SAMSAT Bandung; kesadaran akan peran, wewenang, hak serta kewajiban; tujuan yang di targetkan; perencanaan yang disusun; dan yang terakhir adalah pola kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan yang diharapkan. Semua itu membentuk menjadi sebuah strategi yang baik melalui layanan SAMSAT keliling yang dilakukan oleh kepolisian daerah kota Bandung dalam memenuhi kebutuhan pengguna jasa STNK. Menurut hasil penelitian yang peneliti lakukan, strategi tersebut dapat dinilai berjalan dengan baik. Dalam melaksanakan pelayanan kepada pengguna jasa STNK, Petugas Kepolisian sebagai penyelenggara pelayanan publik mampu menempatkan masyarakat pada posisi penting, karena pada dasarnya masyarakatlah yang menentukan tingkat kesejahteraan hidupnya.


(3)

120 5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijelaskan pada bab IV sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Perspectif yang dilakukan kepolisian daerah kota Bandung dalam memenuhi kebutuhan pengguna jasa STNK, dimulai dari sudut pandang terhadap pelayanan jasa di kantor SAMSAT, dan pemahaman Kepolisian terhadap situasi dan kondisi pelayanan yang terjadi di kantor SAMSAT Bandung, maka dengan alasan itulah kepolisian daerah Kota Bandung melakukan menyusun strategi untuk memenuhi kebutuhan pengguna jasa STNK melalui layanan SAMSAT keliling yang di lakukan atas kerjasama dengan Dispenda dan Jasaraharja. Dengan demikian akan sangat menentukan tujuan jangka panjang dari segala kegiatan yang dilakukan, yakni meningkatkan kualitas pelayanan dan membangun Citra lembaga, dimana publik sasarannya adalah masyarakat.

2. Posisi yang dilakukan kepolisian daerah kota Bandung dalam

memenuhi kebutuhan pengguna jasa STNK, yaitu dengan kesadaran dari pihak kepolisian yang merupakan satu keterkaitan yang tidak dapat dipisahkan menyangkut pelayanan terhadap masyarakat sebagai pengguna jasa STNK, kewenangan dibidang registrasi dan identifikasi


(4)

kendaraan bermotar merupakan hak kepolisian akan perannya dalam layanan SAMSAT keliling tersebut.

3. Tujuan yang dilakukan kepolisian daerah kota Bandung dalam

memenuhi kebutuhan pengguna jasa STNK adalah meningkatkan pelayanan kepada pengguna jasa STNK, meningkatkan kepercayaan masyarakat, serta memberantas praktek percaloan.

4. Perencanaan yang dilakukan kepolisian daerah kota Bandung dalam memenuhi kebutuhan pengguna jasa STNK adalah perencanaan jangka panjang yaitu memberikan pelayanan yang merata disetiap lokasi sentra kota Bandung. Sedangkan perencanaan jangka pendeknya yaitu membangun dan meningkatkan hubungan baik dengan instansi yang ikut terlibat dalam layanan SAMSAT keliling.

5. Pola kegiatan yang dilakukan oleh Kepolisian daerah kota Bandung dalam memenuhi kebutuhan pengguna jasa STNK adalah diawali dengan peninjauan langsung ke lokasi yang akan dilaksanakannya layanan SAMSAT keliling, setelah itu melakukan sosialisasi melalui koran, radio, internet dan spanduk.

6. Strategi Kepolisian daerah kota Bandung dalam memenuhi kebutuhan

pengguna jasa STNK dapat dinilai berjalan sesuai dengan yang diharapan, hal ini terbukti dengan antusiasnya pengguna jasa STNK terhadap keberadaan layanan SAMSAT keliling tersebut.


(5)

5.1 Saran

5.2.1. Bagi Lembaga

Dalam penelitian yang dilakukan ini, peneliti harus mampu memberikan suatu masukan berupa saran-saran yang bermanfaat bagi semua pihak yang berkaitan dengan penelitian ini, saran bagi Kepolisian daerah kota Bandung yaitu sebagai berikut:

1. Kinerja Kepolisian daerah kota Bandung dalam melaksanakan tugasnya, khususnya dalam pelaksanaan layanan SAMSAT keliling, diharapkan bisa mempertahankan dan memenuhi harapan masyarakat khususnya pengguna jasa STNK yaitu, bekerja lebih baik, bersih, jujur, cerdas dan terpercaya.

2. Kepolisian daerah kota Bandung diharapkan senantiasa meningkatkan hubungan baik dengan masyarakat daerah kota Bandung, seperti lebih mengoptimalkan media eksternal lembaga yang dimiliki yakni melalui website Kepolisian daerah kota Bandung, dalam mensosialisasikan layanan yang bersangkutan dengan pelayanan terhadap masyarakat, khususnya dalam layanan SAMSAT keliling. 3. Mengoptimalkan pemberantasan mata rantai percaloan yang ada di

sekitar kantor SAMSAT Bandung yang dianggap sebagai salah satu faktor penghambat dalam upaya memberikan pelayanan yang baik terhadap pengguna jasa STNK dan sesuai dengan kebutuhan pengguna jasa STNK.


(6)

5.2.2. Bagi Peneliti Selanjutnya

1 Bagi para peneliti selanjutnya, disarankan untuk meningkatkan ketelitian baik dalam kelengkapan data perusahaan maupun data penelitian.

2 Sebelum turun ke lapangan, tingkatkan bekal pemahaman terhadap objek maupun subjek penelitian yang akan diteliti.

3 Miliki literatur yang tepat yang berhubungan dengan data yang akan diteliti, sehingga akan memudahkan peneliti untuk mengaplikasikannya di lapangan..

4 Alangkah baiknya jika sebelum penelitian di mulai kita lebih dulu mengenal atau mengadakan observasi ke perusahaan yang akan dijadikan tempat penelitian, sehingga penelitian kita lebih mudah dilaksanakan.

5 Dalam aplikasi dan penelitian, bidang kajian hendaknya dapat di-konsentrasikan sesuai dengan bidang kajiannya masing-masing, agar peneliti dapat lebih memahami fenomena keilmuan yang dipraktekkan oleh perusahaan, sehingga ketika terjun dalam praktek dunia kerja tidak akan merasa aneh ketika menemukan perbedaan antara teori dan realitas lapangan.