Pengucapan lisan. Keyakinan dengan hati. Tidak ada iman tanpa keyakinan hati. Hal ini berdasarkan

1. Pengucapan dengan lisan, 2. keyakinan dengan hati, 3. pengamalan dengan anggota tubuh diantara para ulama’ ada yang menambahkan 2 hal yaitu, bahwa keimanan itu akan bertambah dengan melaksanakan ketaatan dan akan berkurang dengan melaksanakan kemaksiatan. Berikut penjelasan ringkas dari tiga hal di atas:

1. Pengucapan lisan.

Seseorang dikatakan tidak beriman terhadap sesuatu sampai dia mengucapkan dengan lisannya apa yang dia imani tersebut. Karenanya barangsiapa yang mengimani sesuatu dengan hatinya akan tetapi dia tidak mengucapkannya maka dia tidaklah dihukumi beriman kepadanya, selama dia sanggup untuk mengucapkannya dengan lisannya. Allah Ta’ala berfirman, “Maka betul-betul demi Rabbmu, mereka tidak beriman sampai menjadikan engkau wahai Muhammad sebagai pemutus perkara pada semua perselisihan yang terjadi di antara mereka, kemudian mereka tidak mendapati di dalam diri-diri mereka adanya perasaan berat untuk menerima keputusanmu dan mereka berserah dengan sepenuh penyerahan diri.” QS.An-Nisa`: 65 Maka dalam ayat ini Allah meniadakan keimanan dari seseorang sampai mereka menerima dengan sepenuh hati keputusan Rasulullah lalu melaksanakan keputusan tersebut dengan lisan atau perbuatan mereka.

2. Keyakinan dengan hati. Tidak ada iman tanpa keyakinan hati. Hal ini berdasarkan

kesepakatan para ulama akan kafirnya kaum munafikin yang mengaku beriman dengan lisan dan amalan mereka akan tetapi mereka tidak meyakininya dengan hati. Allah Ta’ala berfirman tentang kaum munafikin, “Kalau orang- orang munafik datang kepadamu wahai Muhammad seraya berkata, “Kami bersaksi bahwa engkau adalah Rasul Allah.” Allah mengetahui bahwa engkau adalah Rasul-Nya dan Allah bersaksi bahwa orang-orang munafik itu adalah para pendusta.” QS. Al- Munafiqun: 1 Maka lihatlah bagaimana mereka mengucapkan kedua syahadat langsung di hadapan Rasulullah, mereka shalat di belakang Rasulullah, mereka menyerahkan langsung zakat mereka ke tangan Rasulullah dan seterusnya. Akan tetapi semua amalan besar lagi hebat tersebut tidak berarti di hadapan Allah Ta’ala, bahkan Allah menetapkan hukum-Nya kepada mereka, “Sesungguhnya orang-orang munafik berada di lapisan terbawah dari neraka.” Hal itu karena Allah telah membongkar kebusukan hati mereka dengan firman-Nya, “Di antara manusia yang mengatakan, “Kami beriman kepada Allah dan hari akhir,” padahal mereka bukanlah orang-orang yang beriman.” QS. Al- Baqarah.

3. Pengamalan dengan anggota tubuh. Ini termasuk permasalahan yang butuh dipahami dengan