Universitas Kristen Maranatha
Berdasarkan uji korelasi item auditif - skor auditif diperoleh data bahwa item- item yang dapat digunakan sebanyak 3 buah dan item-item yang direvisi sebanyak 6
buah.
Tabel 3.5 Tabel uji Validitas Kinestetik NO ITEM
VALIDITAS KETERANGAN
20 0.357
signifikan Revisi
21 0.250
signifikan Revisi
22 0.515
signifikan Pakai
23 0.322
signifikan Revisi
24 0.572
signifikan Pakai
25 0.523
signifikan Pakai
26 0.459
signifikan Pakai
27 0.239
Signifikan Revisi
28 0.258
signifikan Revisi
29 0.327
signifikan Revisi
30 0.369
signifikan Revisi
31 0.599
signifikan Pakai
32 0.343
signifikan Revisi
33 0.408
signifikan Pakai
Berdasarkan uji korelasi item kinestetik - skor kinestetik diperoleh data bahwa item-item yang dapat digunakan sebanyak 6 buah, item-item yang direvisi
sebanyak 8 buah.
Berdasarkan perhitungan uji reliabilitas alat ukur modalitas belajar, maka diperoleh reliabilitas sebesar 0.6355.
3.6. Tabel Uji Validitas Dominasi Otak No. Item
Validitas Keterangan
1 0.244
Signfikan Revisi
2 0.522
Signfikan Pakai
3 0.282
Signfikan Revisi
4 0.472
Signfikan Pakai
5 0.373
Signfikan Revisi
Universitas Kristen Maranatha
6 0.402
Signfikan Pakai
7 0.380
Signfikan Revisi
8 0.674
Signfikan Pakai
9 0.483
Signfikan Pakai
10 0.365
Signfikan Revisi
11 0.444
Signfikan Pakai
12 0.360
Signfikan Revisi
13 0.520
Signfikan Pakai
14 0.310
Signfikan Revisi
Dari data di atas menunjukkan bahwa item yang dapat digunakan sebanyak 7
buah, item yang direvisi sebanyak 7 buah. Berdasarkan perhitungan uji reliabilitas alat ukur dominasi otak, maka diperoleh reliabilitas sebesar 0.7124
Universitas Kristen Maranatha
LAMPIRAN 8
Hasil Wawancara dengan Guru- guru kelas 3 SD ‘X’ Bandung
dan Orang Tua Siswa
SDN ‘X’ Bandung merupakan salah satu SD negeri yang cukup banyak mendapatkan perhatian dari para orang tua siswa. Dari 10 orang tua siswa yang
diwawancarai, 6 diantaranya mengatakan bahwa sekolah tersebut merupakan salah satu sekolah yang cukup favorit dan tersedia sarana serta fasilitas sekolah yang dapat
menunjang kegiatan belajar. Di samping itu pun banyak kegiatan-kegiatan di luar sekolah kegiatan ekstrakurikuler yang cukup banyak dan menarik. Hal ini yang menjadi
pertimbangan mengapa para orang tua siswa ini mendaftarkan putra-putri mereka ke sekolah tersebut. Sedangkan 4 orang tua siswa lainnya mengatakan karena letak sekolah
dekat dengan rumah. Dari keseluruh orang tua siswa yang diwawancarai, mengemukakan bahwa saat anaknya belajar mereka cukup sering mendampingi dan memberikan
pengarahan. Biasanya para orang tua ini mendampingi saat anak-anak mereka mengerjakan tugas sekolahpr, terutama mata pelajaran matematika atau IPA karena
menurut para orang tua tersebut anak-anak sering mengalami kesulitan saat mengerjakan pr-nya.
Enam orang ibu mengatakan jika saat mengerjakan soal matematika yang berkaitan dengan materi bangun ruang, biasanya mereka membuatkan anaknya gambar
Universitas Kristen Maranatha
bentuk bangun ruang itu di sebuah kertas lalu memberikan pengarahanmemandu mengerjakan soal-soal yang berkaitan dengan bangun tersebut. Namun lain halnya
dengan keempat ibu yang lain, biasanya mereka akan mengarahkan anaknya untuk membuat contoh bangun ruang terlebih dahulu yang terbuat dari media karton atau kertas
yang ada kemudian mengarahkan anaknya dalam mengerjakan soal. Dari keempat ibu ini ada yang dengan sengaja membuatkan alat bantu tersebut, dan ada pula yang menyuruh
anaknya membuat sendiri. Contoh lainnya yang dikemukakan oleh para orang tua murid ketika anak
mengerjakan pr tentang perkalian ataupun pembagian. Ada beberapa yang mengajari anak dengan menggunakan kancing, ada yang mencontohkan dalam bentuk gambar di
kertas, tetapi ada pula yang menerangkan dengan menerapkan rumus yang ada dalam buku panduan. Selain dari ke-10 orang tua murid ini, ada sekitar 3 orang tua murid
lainnya yang diwawancarai mengenai peran mereka saat anak sedang belajar. Ternyata ketiga ibu ini jarang memberikan pengarahan kepada anaknya saat belajar di rumah,
mereka hanya sekedar mendampingi saja. Selain orang tua siswa, peneliti pun mewawancarai wali kelas sekaligus guru yang
mengajar matematika di kelas. Ibu T dan E, dua orang guru kelas 3 dari SD 5 dan 6 mengungkapkan bahwa dalam memberikan pelajaran matematika di kelas, mereka cukup
sering menggunakan alat peraga untuk membantu para siswanya lebih memahami materi yang sedang diajarkan. Alat-alat peraga itu antara lain seperti jam yang terbuat dari
karton, ataupun bangun-bangun ruang yang dibuat oleh siswa dari karton pula. Alat bantu lainnya terkadang diambil dari benda-benda yang ada disekitar, seperti uang logam untuk
mempelajari mata uang, korek api saat belajar tentang penjumlahan-perkalian, dan lidi
Universitas Kristen Maranatha
untuk mempelajari sudut. Sedangkan Ibu I, guru SD 1 mengatakan bahwa pada saat menerangkan materi matematika di kelas, lebih sering memadukan antara menerangkan
secara lisan dengan menggunakan alat peraga. Sebaliknya, Ibu Y dan EK guru SD 2 dan 4 menegaskan bahwa dalam pelajaran matematika, mereka jarang menggunakan alat
bantu. Mereka lebih sering menerangkannya secara lisan di depan kelas dan memberikan contoh dengan menggambar di papan tulis.
Selain menanyakan tentang metode mengajar para guru tersebut, peneliti pun menanyakan masalah prestasinilai matematika yang diperoleh para siswa. Dari
keterangan 4 orang guru SD 1, 2, 4, dan 5, diperoleh bahwa nilai para siswa dalam mata pelajaran matematika berkisar antara 5 hingga 9 dan rata-rata kelas untuk keempat SD
tersebut adalah 7. Jika keempat SD itu memiliki nilai yang berkisar dari 5 sampai 9, lain halnya
dengan SD 6. Dari seluruh kelas 3 di SD ‘X’ Bandung, nilai matematika para siswa di
SD 6-lah yang paling rendah. Menurut keterangan dari guru yang saat ini menjadi wali kelasnya, nilai siswa-siswi kelas 3 di SD 6 ini tidak lebih dari nilai 6 rata-rata di bawah
6. Menurutnya, guru yang sebelumnya mengajar kurang dapat menciptakan suasana yang kondusif saat belajar dan kurang memperhatikan siswa-siswinya. Kemungkinan
guru tersebut hanya sebatas memberikan materi saja tetapi kurang peka dan kurang memperhatikan apakah anak didiknya sudah mengertipaham atas apa yang telah
disampaikannya. Akibat dari kurangnya ‘perhatian’ guru tersebut mengakibatkan hampir
semua siswa-siswi kelas 3 SD 6 ini belum memiliki pemahaman mengenai konsep dasar matematika, seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian, hingga pembagian belum
dapat dilakukan oleh para siswa. Selain itu pun hanya 30 dari jumlah siswa kelas 3 SD
Universitas Kristen Maranatha
6 yang mau mengerjakan pr dan mau mencatat pelajaran di kelas. Adapun siswa-siswi kelas 3 SD 6 termasuk siswa dengan jumlah paling sedikit dan paling gaduh diantara
kelas lainnya.
Hasil Observasi
Saat dilakukan observasi, peneliti melihat bahwa di setiap dinding ruangan kelas 3 SD ‘X’ Bandung terlihat banyak sekali poster-poster berwarna yang berisikan pengetahuan
dari beberapa pelajaran. Poster-poster tersebut dibuat dengan bentuk dan warna yang bermacam-macam. Dalam proses belajar, beberapa guru menggunakan metode diskusi
antara siswa satu dengan lainnya dalam bentu berkelompok, dan beberapa meja dibuat melingkar sehingga siswa dapat berkomunikasi dengan siswa lainnya secara langsung
bertatap muka.
Universitas Kristen Maranatha
LAMPIRAN 9
Tabel 4.1.7. Kenyamanan Responden dalam Melakukan Kegiatan Menggunakan Tangan Kanan atau Kiri
TANGAN SD 1
SD 2 SD 4
SD 5 SD 6
KANAN
40 39
33 34
25 171
91,44 KIRI
6 4
3 1
2 16
8,56
46 43
36 35
27 187
100
Tabel di atas menunjukkan bahwa hampir seluruh siswa-siswi yakni sebanyak 91,44 merasa nyaman menggunakan tangan kanannya dalam
beraktivitasmelakukan sesuatu hal. Hanya 8,56 siswa merasa nyaman apabila mengerjakan segala sesuatu dengan menggunakan tangan kiri.
Tabel 4.1.8. Saat Responden Belajar di rumah
BELAJAR SD 1
SD 2 SD 4
SD 5 SD 6
DITEMANI
ORTUKAKAK 25
19 17
8 20
89 47,59
SENDIRI 21
24 19
27 7
98 52,41
46
43 36
35 27
187 100
Sebanyak 52,41 siswa kelas III SD ‘X’ Bandung saat belajar di rumah, belajar sendiri tanpa ditemani oleh orang tuakakaknya sedangkan sisanya sebanyak
47,59 belajar dengan ditemani oleh orang tuakakaknya.
Universitas Kristen Maranatha
4.1.9. Cara Belajar Responden CARA
BELAJAR SD 1
SD 2 SD 4
SD 5 SD 6
DIARAHKAN
31 41
27 34
25 158
84,49 TDK
DIARAHKAN
15 2
9 1
2 29
15,51
46 43
36 35
27 187
100
Lebih dari tigaperempat jumlah siswa- siswi kelas III SD ‘X’ Bandung
84,49 diberikan pengarahanbimbingan oleh orang tua ataupun kakak dalam hal cara belajarnya, dan 15,51 lainnya tidak diberikan pengarahan oleh orang tua
atau kakaknya.
4.2.0. Tabulasi Silang antara Gaya Belajar Siswa dengan Cara Belajar di Rumah