UPAYA MENINGKATKAN KECERDASAN VISUAL-SPASIAL ANAK USIA 4-5 TAHUN MELALUI BERMAIN PLAYDOUGH DI PAUD SARTIKA MEDAN AMPLAS T.A 2014/2015.

UPAYA MENINGKATKAN KECERDASAN VISUAL-SPASIAL
ANAK USIA 4-5 TAHUN MELALUI BERMAIN
PLAYDOUGH DI PAUD SARTIKA
MEDAN T.A 2014/2015

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Guru
Pendidikan Anak Usia Dini

OLEH

RUMY SARTIKA MARPAUNG
NIM. 1113313016

PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2015


ABSTRAK

Rumy

Sartika

Marpaung, NIM 1113313016, Upaya Meningkatkan
Kecerdasan Visual-Spasial Anak Usia 4-5
Tahun Melalui Bermain Playdough Di PAUD
Sartika Medan Amplas T.A 2014/2015. Skripsi.
Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri
Medan

Permasalahan dalam penelitian adalah bermain playdough yang dilakukan
di PAUD Sartika Medan hanya sebagai sudut pengaman, ketidaksesuaian antara
jumlah media yang dapat menstimulasi perkembangan kecerdasan visual-spasial
anak dengan jumlah anak didik, tuntutan orangtua agar anaknya bisa segera
membaca, menulis dan berhitung, guru mendidik anak sama rata dalam satu
kelas, kurang optimal dalam membaca potensi anak didiknya, lebih dominan
menggunakan buku sebagai lembar kerja anak, metode pembelajaran yang kurang

bervariasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan kecerdasan
visual-spasial anak usia 4-5 tahun melalui kegiatan bermain playdough di PAUD
Sartika Medan Amplas.
Jenis penelitian adalah penelitian tindakan kelas. Objek penelitian adalah
meningkatkan kecerdasan visual-spasial anak usia 4-5 tahun di PAUD Sartika
Medan Amplas T.A 2014/2015. Subjek penelitian adalah anak kelas A, berjumlah
16 orang. Proses penelitian dilakukan melalui dua siklus. Pengumpulan data
menggunakan lembar observasi.
Hasil penelitian pada siklus I pertemuan I, 1 orang anak memperoleh
kriteria baik (6,25%), kriteria cukup, 15 orang anak (93,75%). Pada siklus I
pertemuan II diperoleh nilai rata-rata anak 56,77%, hanya 6 orang (37,5%) yang
kecerdasan visual-spasialnya baik, 10 orang (62,5%) kecerdasan visual-spasial
cukup. Pada siklus II pertemuan I perkembangan kecerdasan visual-spasial sangat
baik, 3 orang (18,75%), perkembangan kecerdasan visual-spasial baik, 10 orang
(62,50%), kriteria cukup 3 orang (18,75%), meningkat dari siklus I. Siklus II
pertemuan II perkembangan visual-spasial anak semakin meningkat, 10 orang
anak (62,50 %) perkembangan visual-spasialnya sangat baik, 6 orang anak
(37,50%) berkembang dengan baik.
Dari hasil penelitian, disimpulkan bahwa kegiatan bermain playdough
pada pembelajaran dapat meningkatkan kecerdasan visual-spasial anak usia 4-5

tahun di PAUD Sartika Medan Amplas.

i

DAFTAR ISI
Hal
ABSTRAK

i

UCAPAN TERIMA KASIH ........................................................... ii
KATA PENGANTAR

iv

DAFTAR ISI

vi

DAFTAR TABEL


viii

DAFTAR GAMBAR

ix

DAFTAR LAMPIRAN

x

BAB I PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang

1

1.2


Identifikasi Masalah

7

1.3

Pembatasan Masalah

7

1.4

Rumusan Masalah

8

1.5

Tujuan penelitian


8

1.6

Manfaat Penelitian

8

BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1.

10

Kajian Teori

2.1.1. Konsep Kecerdasan Visual-Spasial

10

2.1.2. Ciri Ciri Anak Dengan Potensi Kecerdasan Visual-Spasial


12

2.1.3. Cara Mengembangkan Kecerdasan Visual-Spasial

13

2.1.4. Manfaat Kecerdasan Visual-Spasial .......................................... 14

vi

2.1.5.

Indikator Kecerdasan Visual-Spasial Anak .............................. 16

2.2.1.

Bermain Playdough ................................................................. 17

2.2.1.1. Konsep Bermain Playdough .................................................... 17

2.2.

Kerangka Konseptual

23

2.3.

Hipotesis Tindakan

23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1.

Jenis Penelitian

24

3.2.


Subjek dan Objek Penelitian

24

3.3.

Variabel dan Defenisi Operasional Penelitian

24

3.4.

Desain Penelitian

25

3.5.

Prosedur Penelitian


25

3.6.

Teknik Pengumpulan Data

29

3.7.

Teknik Analisis Data

33

3.8.

Tempat dan Waktu Penelitian

34


BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1.

Gambaran Lokasi Penelitian..................................................... 35

4.2.

Hasil Penelitian ........................................................................ 35

4.2.1. Siklus I .................................................................................... 35
4.2.2. Siklus II ................................................................................... 41
4.3.

Pembahasan Penelitian ............................................................. 47

BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1.

Simpulan ................................................................................. 50

5.2.

Saran........................................................................................ 51

DAFTAR PUSTAKA
vii

DAFTAR TABEL
Tabel

Hal

3.1.
3.2.
3.3.
3.4.
4.1.
4.2.

Kisi-Kisi Perkembangan Kecerdasan Visual-Spasial Anak ..............
Lembar Observasi Guru...................................................................
Kriteria Penilaian ............................................................................
Jadwal Penelitian .............................................................................
Hasil Observasi Perkembangan Siklus I Pertemuan I dan II .............
Rekapitulasi Perkembangan Kecerdasan Visual-Spasial Anak Siklus I .....

31
32
33
34
38
39

4.3.
4.4.

4.5.

Hasil Observasi Perkembangan Siklus II Pertemuan I dan II .....................
Rekapitulasi Perkembangan Kecerdasan Visual-Spasial Anak Siklus II .....
Rekapitulasi Persentase Kecerdasan Visual-Spasial Anak Siklus I dan II ...

43
44
46

4.6.

Rekapitulasi Persentase Anak Siklus I dan II ...................................

47

vi

DAFTAR GAMBAR
Gambar
3.1.
4.1.
4.2.
4.3.

Hal

Gambar Desain Penelitian Tindakan Kelas ...................................
Grafik Kecerdasan Visual-Spasial Anak Siklus I ..........................
Grafik Kecerdasan Visual-Spasial Anak Siklus II .........................
Grafik Rata-Rata Kecerdasan Visual-Spasial Anak Siklus I dan II

vi

27
40
45
47

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Pentingnya

pendidikan

anak

usia

dini

sudah

dirasakan

oleh

masyarakat Indonesia sejak dulu hingga saat ini. Hal ini berdampak pada
keinginan orang tua untuk memberikan bimbingan belajar kepada anak-anaknya
yang mulai memasuki usia prasekolah, dengan tujuan untuk mengembangkan
kepribadian dan potensi diri.
Masa anak usia dini merupakan tahun-tahun kehidupan yang sangat aktif.
Usia kanak-kanak yaitu 4-5 tahun anak menerima segala pengaruh yang diberikan
oleh lingkungannya. Anak pada usia ini dapat dianalogikan dengan sepotong karet
busa yang menyerap air sepenuhnya dengan tidak memperdulikan apakah air itu
kotor atau bersih.
Masa kanak-kanak merupakan masa bermain sehingga pada pendidikan di
PAUD diberikan melalui kegiatan bermain seraya belajar. Pada saat bermain
semua fungsi baik jasmani maupun rohani anak ikut terlatih, semakin banyak
kesempatan bermain anak makin sempurna penyesuaian anak terhadap keperluan
hidup didalam masyarakat. Dimana melalui bermain anak akan banyak belajar
bagaimana cara bersosialisasi dalam masyarakat. Masa persiapan anak menjadi
dewasa tidak cukup hanya diisi dengan pelajaran-pelajaran pengetahuan saja,
tetapi juga dengan bermain yang mampu mengembangkan fisik dan mental anak
yang sesuai dengan perkembangan yang diperlukan. Kegiatan bermain yang
dilakukan anak hendaknya disesuaikan dengan perkembangan usia dan

1

mencerminkan tingkat perkembangan kecerdasan mereka masing-masing yang
beragam dan unik.
Pada kenyataannya sistem pendidikan sekolah di PAUD masih belum bisa
menerapkan sistem pendidikan yang berbeda kepada setiap anak. Berdasarkan
pengamatan pada PAUD yang ada di kota Medan berjumlah 349 PAUD, dari
jumlah PAUD tersebut sebanyak 71 % orangtua anak didik menuntut agar
anaknya dapat segera baca, tulis, hitung, sehingga pembelajaran berfokus pada
baca, tulis, hitung. Hal tersebut menyebabkan guru mendidik semua anak sama
rata dalam satu kelas, kurang optimal dalam membaca potensi anak didiknya dan
lebih dominan menggunakan buku sebagai lembar kerja anak.
Pembelajaran merupakan kegiatan yang melibatkan seseorang dengan
memanfaatkan berbagai sumber untuk belajar. Dalam pendidikan anak usia dini
(PAUD) pemanfaatan sumber belajar sangat penting untuk digunakan agar dapat
memacu kecerdasan anak yang akan terus meningkat dari hari ke hari. Anak usia
dini segala potensinya harus distimulasi, dan hal itulah yang jelas menghambat
dan merugikan perkembangan mereka hal tersebut perlu diarifkan dengan melihat
aktivitas dan kebutuhan anak secara objektif.
Teori Multiple Intelligences yang ditemukan dan dikembangkan oleh
Howard Gardner menjadi solusi yang adil dan tepat, bahwa melihat anak sebagai
individu yang unik. Gardner dalam Winataputra, dkk (2007: 5.3) mengatakan
bahwa kecerdasan manusia tidak dapat diukur secara mutlak dengan tes-tes IQ.
Tes IQ hanya mampu mengukur kemampuan seseorang dalam mengerjakan tes IQ
tersebut itu saja. Ia menegaskan bahwa skala kecerdasan yang selama ini dipakai
ternyata memiliki keterbatasan sehingga kurang akurat dalam meramalkan kinerja

2

yang sukses untuk masa depan seseorang. Selanjutnya ia menemukan bahwa
setiap orang memiliki beberapa kecerdasan yang terdiri dari kecerdasan bahasa,
kecerdasan logika matematika, kecerdasan fisik, kecerdasan visual-spasial,
kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan musikal dan
kecerdasan naturalis.
Salah satu bagian dari kecerdasan majemuk yang dianggap krusial adalah
kecerdasan visual-spasial. Kecerdasan visual-spasial memiliki manfaat yang luar
biasa dalam kehidupan manusia. Kecerdasan visual-spasial berkaitan dengan
kemampuan menangkap warna, arah, dan ruang secara akurat. Kecerdasan visual
dan spasial melibatkan kemampuan seseorang untuk memvisualisasikan gambar
di dalam kepala (dibayangkan) atau menciptakannya dalam bentuk dua atau tiga
dimensi. Kecerdasan ini sangat dibutuhkan dalam berbagai aspek kehidupan
sehari-hari, misalnya: saat menghias rumah atau merancang taman, menggambar
atau melukis, menikmati karya seni. Hampir semua pekerjaan yang menghasilkan
karya nyata memerlukan sentuhan kecerdasan ini. Seperti Leonardo da Vinci yang
semua karya besarnya diawali dengan gambaran mental yang ia buat di dalam
pikirannya. Hal yang sama juga dilakukan oleh Micheal Faraday dan Nicolai
Tesla. Malah Nicolai Tesla lebih hebat lagi, ia merancang, membuat dan
menjalankan generator induksi hanya dengan menggunakan pikirannya. Ia juga
dapat memeriksa komponen yang aus dan rusak dari mesin yang ia jalankan
dalam pikirannya. Hebatnya lagi, semua hasil penelitian yang ia lakukan ternyata
sama persis dengan hasil penelitian yang menggunakan mesin sesungguhnya.
Demikian juga dengan Albert Einstein menemukan teori relativitas bukan diawali
dengan persamaan matematika, tetapi dengan menggunakan kecerdasan visual-

3

spasialnya. Ia membayangkan dirinya duduk di ujung cahaya dan berjalan dengan
kecepatan cahaya. Kecerdasan visual-spasial Einstein menjadi landasan penemuan
teori relativitas.
Dalam mengembangkan teori kecerdasan ini sudah dapat diasah sejak
anak berada dalam Kelompok Bermain (KOBER) melalui permainan yang dapat
mengembangkan kecerdasan spasial anak usia dini dengan pemanfaatan sumber
atau media belajar. Salah satu kegiatan yang dapat meningkatkan kecerdasan
visual-spasial anak dengan membentuk sesuatu menggunakan plastisin atau
bermain playdough. Bermain playdough dapat memberikan kesenangan pada
anak, terutama ketika anak meremas-remas, menggulung, memilin, membentuk
dan menciptakan kombinasi yang baru dengan alat permainannya. Anak akan
terus menerus menggunakan daya imajinasinya untuk membuat bentuk-bentuk
yang baru dan unik. Permainan warna pada playdough juga mampu meningkatkan
visual-spasial anak, karena warna playdough yang bermacam-macam memotivasi
anak untuk terus menerus berimajinasi tentang suatu objek.
Penelitian yang dilaksanakan oleh Maya Tahun 2014 disimpulkan bahwa:
Pembelajaran melalui media gambar berwarna berpengaruh secara
signifikan terhadap kecerdasan visual-spasial anak. Hal tersebut sesuai
dengan hasil uji hipotesis Ho ditolok dan Ha diterima, sehingga dapat
dinyatakan: “Ada Pengaruh Pembelajaran Menggunakan Media Gambar
Berwarna Terhadap Kecerdasan Visual-spasial Anak Usia 5-6 Tahun di TK
Islam Siti Hajar Medan Tahun Ajaran 2013/2014”.
Winaputra, dkk (2007:5.6) menyebutkan karakteristik individu yang
menunjukkan kemampuan dalam kecerdasan visual-spasial itu antara lain:
“senang merancang sketsa, gambar, desain grafik, tabel, peka terhadap warna,
pandai memvisualisasikan ide, imajinasinya aktif, mudah menemukan jalan dalam
ruang, mempunyai persepsi yang tepat dari berbagai sudut, senang membuat

4

rumah-rumahan dari balok, mengenal relasi benda-benda dalam ruang”.
Data dari dinas pendidikan kota Medan bahwa jumlah kecamatan yang ada
di kota Medan sebanyak 21 kecamatan dengan jumlah PAUD sebanyak 349.
Berdasarkan hasil observasi, 70,2 % PAUD di kota Medan menggunakan
playdough hanya sebagai kegiatan selingan untuk mengisi waktu yang disebut
dengan sudut pengaman atau sudut tunggu.
Kenyataan yang terjadi di PAUD Sartika tempat peneliti mengajar,
kecerdasan visual spasial anak usia 4-5 tersebut cenderung masih belum
berkembang secara optimal. Dikatakan demikian karena dari 16 orang anak didik
pada saat kegiatan inti, ketika menggambar terdapat 4 orang anak yang tidak tahu
akan menggambar apa, 2 orang anak menggambar objek yang sama, dan 3 orang
anak belum mengenal warna dengan baik. Pada saat kegiatan inti, menyusun
puzzle terlihat 4 orang anak yang tidak dapat menyusun puzzle kembali, masih
terdapat 3 orang anak yang belum mengenal warna dengan baik, dan terlihat
seorang anak hanya memandangi puzzle. Ketika peneliti menyediakan playdough
di sudut pengaman, 56% anak didik yang mengalami masalah dengan visualspasial terlihat adanya ketertarikan anak terhadap media tersebut.
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti penyebab masalah tersebut adalah
jumlah media yang ada di PAUD tidak sebanding dengan jumlah anak, seperti
lego, balok, plastistin atau playdough dan puzzle. Bermain playdough hanya
sebagai kegiatan alternatif untuk mengisi waktu luang ataupun dilaksanakan di
sudut pengaman saja. Selayaknya playdough dilaksanakan pada kegiatan inti.
Selain itu, metode pembelajaran yang dilaksanakan di PAUD cenderung monoton
dan tidak bervariasi, lebih sering menggunakan metode ceramah dan tanya jawab.

5

80% orangtua anak didik menuntut agar anaknya bisa segera baca, tulis, hitung.
Hal tersebut mempengaruhi proses pembelajaran di PAUD yang seharusnya
belajar seraya bermain, justru kegiatan pembelajaran terfokus pada membaca,
menulis dan menghitung disertai tugas rumah pada anak untuk menulis secara
penuh satu halaman buku.
Berdasarkan permasalahan yang ada di PAUD Sartika, peneliti bermaksud
melaksanakan penelitian yang bertujuan untuk membantu guru atau pendidik di
kelas A PAUD Sartika untuk mengatasi permasalahan terkait kecerdasan visual
spasial anak tersebut melalui kegiatan yang menyenangkan. Upaya yang akan
dilakukan peneliti dan pendidik dalam mengatasi permasalahan terkait kecerdasan
visual spasial anak tersebut yaitu melalui bermain playdough, karena selama ini
bermain playdough hanya dilakukan di sudut pengaman bukan kegiatan inti.
Peneliti memilih playdough juga karena terlihat adanya ketertarikan anak pada
saat bermain playdough.

Selain warna playdough yang menarik, permainan

warna pada playdough mampu meningkatkan visual spasial anak. Wujud
playdough yang elastis juga dapat melatih motorik halus anak dan memberi
kesenangan pada saat anak meremas menggulung, memilin, membentuk, sehingga
memberi keleluasaan pada anak untuk terus menerus menciptakan bentuk-bentuk
yang baru dan unik sesuai imajinasinya.
Untuk itu peneliti tertarik untuk meneliti tentang “upaya meningkatkan
kecerdasan visual-spasial anak usia 4-5 tahun melalui bermain playdough di
PAUD Sartika Medan T.A 2014/2015”.

6

1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas terdapat beberapa masalah
yang dapat diidentifikasi, yaitu:
1. Bermain playdough yang dilakukan di PAUD Sartika Medan hanya
sebagai sudut pengaman.
2. Tidak sesuai jumlah media yang dapat menstimulasi perkembangan
kecerdasan visual-spasial anak dengan jumlah anak didik.
3. Tuntutan orangtua agar anaknya bisa segera membaca, menulis dan
berhitung.
4. Guru mendidik semua anak sama rata dalam satu kelas, kurang optimal
dalam membaca potensi anak didiknya dan lebih dominan menggunakan
buku sebagai lembar kerja anak.
5. Metode pembelajaran yang tidak bervariasi hanya menggunakan metode
ceramah dan tanya jawab.

1.3 Pembatasan Masalah
Dari uraian masalah di atas, maka perlu dilakukan pembatasan masalah
dalam penelitian ini. Batasan masalahnya yaitu meningkatkan kecerdasan visualspasial anak usia 4-5 tahun melalui bermain playdough di PAUD Sartika Medan
T.A 2014/2015.

7

1.4 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi dan pembatasan masalah
di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah bermain
playdough dapat meningkatkan kecerdasan visual-spasial anak usia 4-5 tahun di
PAUD Sartika Medan TA 2014/2015?"

1.5 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bermain playdough dapat
meningkatkan kecerdasan visual-spasial anak usia 4-5 tahun di PAUD Sartika
Medan TA 2014/2015.

1.6 Manfaat Penelitian
a. Manfaat Praktis
1. Bagi anak
Mengoptimalkan

kecerdasan

visual-spasial

anak

melalui

bermain

playdough.
2. Bagi guru
Dengan

adanya

penelitian

ini

bertujuan

untuk

memberikan

pengetahuan mengenai konsep visual-spasial dan kegiatan bermain di
PAUD untuk meningkatkan kecerdasan visual-spasial anak.
3. Bagi sekolah
Memberikan alternatif kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan
kecerdasan visual-spasial anak usia dini di PAUD Sartika agar menuju ke
arah yang lebih baik.

8

4. Bagi peneliti
Memberikan wawasan mengenai proses dan hasil kegiatan bermain
playdough terhadap kecerdasan visual-spasial anak di PAUD Sartika
Medan.

b. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah diharapkan dapat menjadi
sumbangan pemikiran dan pengembangan pendidikan dalam dunia pendidikan
khususnya Pendidikan Anak Usia Dini.

9

52

DAFTAR PUSTAKA

Armstrong, Thomas. 2002, 7 Kinds of Smart Menemukan Dan Meningkatkan
Kecerdasan Anda Berdasarkan Teori Multiple Intelligence. Jakarta:
Gramedia
Arikunto, Suharsimi, dkk. 2012.
Aksara

Penelitian Tindakan Kelas Jakarta: Bumi

Aqib, Zainal, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru SD, SLB, dan
TK. Bandung: Yrama Widia
Dewi, Rosmala, 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Medan: PPs Unimed.
Einon, Dorothy. 2005. Permainan Cerdas Untuk Anak Usia 2-6 Tahun. Jakarta:
Erlangga
Gunawan, Adi, W. 2006. Genius Learning Strategy. Jakarta: Gramedia Pustaka
Umum
IKAPI. 2009. Undang-Undang Guru Dan Dosen. Bandung: Fokus Media
Lwin, May,dkk. 2008. Cara Mengembangkan Berbagai Komponen Kecerdasan.
Jakarta: Indeks
Musfiroh, T. 2005. Bermain Sambil Belajar Dan Mengasah Kecerdasan. Jakarta:
Universitas Terbuka
Musfiroh, T. 2012. Pengembangan Kecerdasan Majemuk. Jakarta: Universitas
Terbuka
Nurjatmika, Yusep. 2012. Ragam Aktivitas Harian Untuk TK. Jogjakarta: Diva
Press.
Rachmawati, Y dan Kurniati E. 2010. Strategi Pengembangan Kreativitas Pada
Anak Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Samsudin. 2008. Pembelajaran Motorik di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Litera
Sari, Maya. Pengaruh Media Gambar Terhadap Kecerdasan Visual-spasial Anak
Usia 5-6 Tahun Di TK Islam Siti Hajar Medan Tahun Ajaran 2013/2014.
Universitas Negeri Medan, Medan: Skripsi Tidak Dipublikasikan
Sudaryati. 2010. Penilaian PAUD. Depdiknas. Jakarta
Sujiono, Yuliani N, dkk. 2010. Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan Jamak.
Jakarta: Indeks

53

Sugiono. 2011. Metode Pendidikan Penelitian. Bandung: Alfabeta
Suparno, Paul. 2004. Teori Inteligensi Ganda Dan Aplikasinya Di Sekolah.
Bandung: Kanisius
Suyadi. 2010. Psikologi Belajar Paud. Yogyakarta: Pedagogia
Winataputra, Udin S, dkk. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:
Universitas Terbuka
Yaumi, Muhammad. 2012. Pembelajaran Berbasis Multiple Intellegences.
Jakarta: Dian Rakyat
Yus, Anita. 2011. Penilaian Perkembangan Belajar Anak Taman Kanak-Kanak.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Sumber Internet:
Respati, Ratna . 20 Agustus 2008. Membuat Playdough Yang higienis dan Dan
Bebas Racun (http://ratnarespati.com) Diakses pada tanggal 18 Maret 2012
pukul 21:45 Wib
Setianingsih, Y. (http://repository.upi.edu/). Diakses 10 Oktober 2014
Wildamaria.(http://wildamaria.blogspot.com/2013/05/terapi-bermain-anak-3-5tahun-bermain.html). Diakses 27 September 2014
Wilhem. http://weehomeschool.wordpress.com/2011/07/03/bermain-playdough.
diakses tanggal 02 Desember 2014.