4. Faktor Masyarakat Penegakan hukum berasal dari masyarakat, dan bertujuan untuk mencapai
kedamaian dalam masyarakat. Oleh karena itu, dipandang dari sudut tertentu, maka masyarakat dapat mempengaruhi penegakan hukum tersebut. Masyarakat
Indonesia mempunyai kecendrungan yang besar untuk mengartikan hukum dan bahkan mengidentifikasikannya dengan petugas dalam hal ini penegak hukum
sebagai pribadi. Salah satu akibatnya adalah, bahwa baik buruknya hukum senantiasa dikaitkan dengan pola prilaku penegak hukum tersebut.
5. Faktor Kebudayaan Kebudayaansystem hukum pada dasarnya mencakup nilai-nilai yang mendasari
hukum yang berlaku, nilai-nilai yang merupakan konsepsi abstrak mengenai apa yang dianggap baik sehingga dianuti dan apa yang dianggap buruk sehingga
dihindari. Pasanagn nilai yang berperan dalam hukum, adalah sebagai berikut: a. Nilai ketertiban dan nilai ketentraman.
b. Nilai jasmanikebendaan dan nilai rohanikeakhlakan. c. Nilai kelanggengankonservatisme dan nilai kebaruaninovatisme.
Di Indonesia masih berlaku hukum adat, hukum adat adalah merupakan hukum kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat.
III. METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Masalah
Pendekatan masalah dalam penelitian ini yang berdasarkan pokok permasalahan dilakukan dengan pendekatan secara yuridis normatif dan yuridis empiris.
Pendekatan secara yuridis normatif dilakukan dengan cara menelaah dan menelusuri berbagai peraturan perundang-undangan, teori-teori, kaidah hukum
dan konsep-konsep yang ada hubungannya dengan permasalah yang akan dibahas. Sedangkan pendekatan yuridis empiris yaitu dengan melakukan pengkajian dan
pengolahan terhadap data primer sebagai data utama yaitu fakta-fakta dan perilaku empiris di lapangan.
47
B. Sumber dan Jenis data
Sumber dan jenis data dalam penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari bahan literatur kepustakaan dengan
melakukan studi dokumen, arsip yang bersifat teoritis, konsep-konsep, doktrin dan asas-asas hukum yang berkaitan dengan pokok cara membaca.
47
Soerjono Soekanto, Op, Cit, hlm. 51.
Mengutip dan menelaah peraturan perundang-undangan yang berkenaan dengan permasalahan yang akan di bahas,
48
yang terdiri antara lain: 1. Bahan hukum primer yaitu :
1 Undang-undang No 1 Tahun 1946 jo Undang-undang No 73 Tahun 1958 tentang Peraturan Hukum Pidana Untuk Seluruh Wilayah Republik
Indonesia dan Mengubah Undang-Undang Hukum Pidana. 2 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana,
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHP 3 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 Penanganan Konflik Sosial
2. Bahan hukum sekunder yaitu bahan-batentangan yang memberikan penjelasan bahan hukum primer dalam hal ini teori-teori yang dikemukakan para ahli dan
peraturan-peraturan pelaksana dari Undang-Undang. 3. Bahan Hukum Tersier
Bahan hukum tersier yaitu bahan-bahan hukum yang memberikan penjelasan bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder yang terdiri dari Literatur,
Kamus, Internet, surat kabar dan lain-lain.
C. Penetuan Populasi dan Sampel
Populasi yaitu jumlah keseluruhan dari unit analisa yang dapat diduga-duga. Populasi adalah sejumlah maanusia atau unit yang mempunyai ciri-ciri dan
karakteristik yang sama. Sampel merupakan sejumlah objek yang jumlahnya kurang dari populasi. Pada sampel penelitiannya diambil dari beberapa orang
populasi secara “purposive sampling” atau penarikan sample.
48
Soekanto, Soerjono, Op, Cit, hlm. 56
Penarikan sample itu yang bertujuan dilakukan dengan cara mengambil subjek berdasarkan pada tujuan tertentu.
49
Adapun responden dalam penelitian ini adalah sebgai berikut:
1. Anggota Kepolisian Resort Lampung Selatan. : 1 Orang
2. Tokoh Masyarakat suku Bali di Desa Balinuraga : 2 Orang
3. Tokoh Masyarakat Suku Lampung di Desa Agom : 3 Orang
4. Dosen Fakultas Hukum Bagian Hukum Pidana : 2 Orang
Jumlah 8 Orang
D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data
1. Pengumpulan Data
Proses dalam melakukan pengumpulan data, baik data primer maupun data sekunder dipergunakan alat-alat pengumpulan data sebagai berikut :
a. Studi Pustaka Terlebih dahulu mencari dan mengumpulkan buku-buku dan literatur yang
erat hubungannya dengan permasalahan yang sedang dibahas sehingga dapat mengumpulkan data sekunder dengan membaca, mencatat, merangkum, untuk
dianalisa lebih lanjut. b. Studi Dokumen
Mempelajari berkas-berkas dokumen yang berkaitan dengan pokok bahasan dengan cara membaca, mencatat, merangkum untuk dianalisa lebih lanjut.
49
Soerjono Soekanto, Op, Cit, hlm. 72
c. Studi lapangan Studi lapangan dilakukan melalui wawancara dengan responden yang telah
direncanakan sebelumnya. Metode yang dipakai adalah pengamatan langsung dilapangan serta mengajukan pertanyaan yang disusun secara teratur dan
mengarah pada terjawabnya permasalahan dalam penulisan skripsi ini.
2. Pengolahan Data
Tahapan pengolahan data dalam penelitian ini meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
a. Identifikasi data, yaitu mencari data yang diperoleh untuk disesuaikan dengan pembahasan yang akan dilakukan dengan menelaah peraturan, buku atau
artikel yang berkaitan dengan judul dan permasalahan. b. Klasifikasi data, yaitu hasil identifikasi data yang selanjutnya diklasifikasi
atau dikelompokkan sehingga diperoleh data yang benar-benar objektif. c. Penyusunan data, yaitu menyusun data menurut sistematika yang telah
ditetapkan dalam penelitian sehingga memudahkan peneliti dalam menginterprestasikan data.
E. Analisis Data
Pengolahan data dilakukan dengan cara menganalisis data secara kualitatif, kemudian analisis ini dipaparkan secara sistematis sehingga terjawab keseluruhan
permasalahan dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini bersifat evaluatif analisis yang kemudian dikonstruksikan dalam suatu kesimpulan yang ringkas dan tepat
sesuai tujuan dari penelitian ini.
V. PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Upaya penanggulangan konflik sosial yang terjadi di kecamatan Way Panji kabupaten Lampung Selatan dilakukan dengan menggunakan saran penal dan
non-penal. Penanggulangan
dengan sarana
penal yaitu
dengan mengkriminalisasikan perbuatan-perbuatan yang berkaitan dengan terjadinya
kerusuhan dalam peratuaran perundang-undangan. Ciri-ciri yang menonjol terhadap tindak pidana dibidang ini adalah bahwa tindakan yang dilakukan
menimbulkan bahaya bagi keamanan umum dari orang lain atau barang- barang. Sedangkan penanggulangan dengan menggunakan sarana non penal
dilakukan dengan kegiatan pre-emptif, preventif, represif, dan deteksi dalam penanggulangan
sosial yang pada dasarnya merupakan fluktuasi tindakan yang mengarah pada penciptaan ketertiban umum. Tetapi dari upaya-upaya
tersebut pemerintah belum menerapkan kebijakan penanganan konflik yang komprehensif, efektif dalam strategi pencegahan, penanganan pada saat
konflik, dan setelah konflik, sehingga konflik masih sering terjadi.