Inflasi analisis dampak kebijakan moneter melalui base money targeting framework (2000:01-2005:06) dan inflation targeting framework (2005:06-2013:12) terhadap pertumbuhan ekonomi dan laju inflasi di indonesia

umum di bank sentral tersebut selanjutnya disebut dengan uang primer, karena jenis uang ini merupakan inti dalam proses penciptaan uang beredar, sehingga dalam penciptaannya uang primer sangat dipengaruhi oleh kebijakan moneter yang diterapkan oleh Bank Indonesia. BI adalah lembaga yang melaksanakan pengendalian moneter dengan fungsi: 1 mengeluarkan dan mengedarkan uang kartal sebagai alat pembayaran yang sah, 2 memelihara dan menjaga posisi cadangan devisa, 3 melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap sistem perbankan, 4 memegang kas pemerintah. Faktor-faktor yang mempengarui perubahan uang primer adalah perubahan transaksi keuangan masyarakat yang tercermin pada neraca otoritas moneter, baik dari sisi pasiva maupun aktiva yang secara garis besar dapat digambarkan sebagai berikut. Pada neraca otoritas moneter terdapat sisi pasiva kewajiban dan sisi aktiva kekayaan. Pada komponen penggunaan uang primer sangat dipengaruhi oleh kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah dan otoritas moneter, penggunaan uang oleh masyarakat yang terkait dengan kemajuan perekonomian suatu Negara, serta pola transaksi masyarakat dengan luar negeri ekpor-impor dan aliran modal. Tabel 1. Faktor- faktor yang mempengaruhi Uang Primer dalam Neraca Otoritas Moneter. Aktiva Pasiva Aktiva Luar Negeri Bersih Aktiva Dalam Negeri Bersih − Tagihan bersih pada pemerintah pusat − Tagihan pada sektor swasta domestik − Tagihan pada bank umum − Aktiva lainnya bersih Uang Kartal − Di masyarkat − Di bank umum Saldo giro − Milik masyarakat − Milik bank umum Sumber: Bank Indonesia, 2002. Uang dalam sektor riil ini sangat bersinergi dimana peningkatan pada jumlah uang beredar yang berlebihan dapat mendorong peningkatan harga melebihi tingkat yang diharapkan sehingga dapat menimbulkan inflasi dan dalam jangka panjang akan mengganggu pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya, apabila peningkatan jumlah uang sangat rendah, maka kelesuan ekonomi akan terjadi. Apabila hal ini terus menerus terjadi, kesejahteraan masyarakat secara kkeseluruhan pada gilirannya akan mengalami penurunan Suseno dan Solikin, 2002.

G. Suku Bunga Bank Indonesia BI rate

BI Rate adalah suku bunga dengan tenor satu bulan yang diumumkan oleh Bank Indonesia secara periodik untuk jangka waktu tertentu yang berfungsi sebagai sinyal stance kebijakan moneter Siamat, 2001. BI Rate ditetapkan pada RDG Rapat Dewan Gubernur triwulanan yang berlaku selama triwulan berjalan satu triwulan BI Rate berfungsi sebagai sinyal dari kebijakan moneter Bank Indonesia, dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa respon kebijakan moneter dinyatakan dalam kenaikan, penurunan, atau tidak berubahnya BI Rate tersebut. Bank Indonesia menggunakan BI Rate sebagai sinyal kebijakan moneter, untuk mengarahkan target inflasi dan kurs kedepan yang ingin dicapai. Ilustrasi sederhananya, apabila BI Rate dinaikkan tandanya Bank Indonesia ingin mencegah inflasi dan kurs kedepan yang dinilai akan memburuk. Sebaliknya ketika BI Rate diturunkan artinya Bank Indonesia menilai kedepan inflasi dan kurs relatif terjaga, sehingga Bank Indonesia dapat melonggarkan tingkat suku bunga, sehingga penyaluran kredit lebih besar, dan pertumbuhan ekonomi lebih cepat. BI Rate biasanya diimplementasikan pada suku bunga SBI 1 bulan, dalam perjalanannya diubah menjadi target operasional suku bunga Overnight Pasar Uang Antar Bank PUAB. Dalam menetapkan BI Rate Bank Indonesia biasanya melihat 3 faktor utama antara lain : 1. Perkembangan Inflasi 2. Perkembangan Nilai Tukar 3. Perkembangan kondisi moneter jumlah uang beredar, likuiditas perbankan, dan semua variabel-variabel moneter, perbankan, dan keuangan. Kebijakan suku bunga yang dilakukan oleh Bank Indonesia umumnya hanya diberikan sebagai pedoman saja untuk bank-bank umum pemerintah, walaupun kemudian dijadikan juga sebagai landasan bagi bank-bank swasta dalam hal ini termasuk bank swasta nasional devisa. Penetapan tingkat suku bunga ini disebut sebagai tingkat suku bunga dasar atau tingkat suku bunga acuan, sedangkan nilai riilnya tercermin dalam tingkat suku bunga SBI Sinungan, 1994. Dalam perekonomian terbuka sukubunga domestik ditentukan oleh tingkat sukubunga dunia sebagai ekspektasi depresiasi mata uang domestik dengan luarnegeri merupakan kompensasi resiko kemungkinan depresiasi mata uang domestik. Dengan demikian perubahan sukubunga domestik disebabkan oleh perubahan tingkat sukubunga dunia dan ekspektasi depresiasi mata uang domestik. Tingkat sukubunga secara teoritis ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran uang. Pemerintah melalui otoritas moneter dapat mempengaruhi tingkat sukubunga pasar melalui instrumen tingkat sukubunga diskonto dan naik turunnya tingkat sukubunga pasar dipengaruhi oleh naik turunnya tingkat sukubunga diskonto dari Bank Indonesia. Variabel penting yang dipertimbangkan otoritas moneter dalam menentukan sukubunga deposito adalah depresiasi rupiah. Semakin terdepresiasi rupiah makin meningkat sukubunga diskonto.

H. Nilai Tukar

Kurs atau nilai tukar exchange rate adalah harga sebuah mata uang dari suatu Negara yang dinyatakan atau diukur dalam mata uang lainnya. Kurs memainkan peranan yang amat penting dalam keputusan-keputusan pembelanjaan, karena kurs memungkinkan kita menerjemahkan harga-harga dari berbagai negara ke dalam mata uang lain Krugman dan Obstfeld, 2004. Dalam sistem nilai tukar mengambang bebas yang berlaku di Indonesia saat ini, BI membiarkan nilai tukar menyesuaikan diri untuk menyamakan nilainya di pasar. Dengan kata lain, nilai tukar tercipta melalui mekanisme pasar secara murni, sama halnya dengan komoditi apapun dimana nilai tukar terbentuk melalui penentuan antara kekuatan-kekuatan pada penawaran dan permintaan. Untuk memahami perilaku kurs dalam jangka pendek adalah memahami bahwa kurs merupakan harga asset domestik seperti deposito bank, obligasi, saham, dan lain-lain yang didenominasikan dalam mata uang domestik yang dinyatakan dalam asset luar negeri. Oleh karena kurs adalah harga dari asset yang dinyatakan dalam asset lainnya, salah satu cara untuk mengetahui penentuan kurs dalam jangka pendek adalah dengan menggunakan pendekatan pasar asset yang sangat bergantung pada teori permintaan asset Mishkin, 2009. Berdasarkan teori paritas daya beli purchasing power parity kurs antara dua mata uang dari dua Negara, sama dengan rasio tingkat harga barang dari kedua Negara bersangkutan. Daya beli domestik dari mata uang suatu Negara