2.
Prosedur Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan untuk mempermudah analisis data yang telah
diperoleh sesuai dengan permasalahan yang diteliti. Pengolahan data dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
a. Seleksi data, adalah kegiatan pemeriksaan untuk mengetahui kelengkapan
data selanjutnya data dipilih sesuai dengan permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini.
b. Klasifikasi data, adalah kegiatan penempatan data menurut kelompok-
kelompok yang telah ditetapkan dalam rangka memperoleh data yang benar-benar diperlukan dan akurat untuk dianalisis lebih lanjut.
c. Penyusunan data, adalah kegiatan menyusun data yang saling berhubungan
dan merupakan satu kesatuan yang bulat dan terpadu pada subpokok bahasan sehingga mempermudah interpretasi data.
E. Analisis Data
Analisis data adalah menguraikan data dalam bentuk kalimat yang tersusun secara
sistematis, jelas dan terperinci yang kemudian diinterpretasikan untuk memperoleh suatu kesimpulan. Analisis data yang dipergunakan dalam penelitian
ini adalah analisis kualitatif dan penarikan kesimpulan dilakukan dengan metode induktif, yaitu menguraikan hal-hal yang bersifat khusus lalu menarik kesimpulan
yang bersifat umum sesuai dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian.
2
2
Soerjono Soekanto. Ibid hlm.95
V. PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka kesimpulan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut: 1.
Pelaksanaan pidana rehabilitasi sebagai implementasi pembaharuan pidana bagi pengguna narkotika dilaksanakan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 tentang Narkotika, yaitu dekriminalisasi para pelaku penyalahgunaan narkotika. Pecandu narkotika dan korban penyalahgunaan narkotika wajib
menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial. Hal ini sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 54 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika yang
menyatakan bahwa : “pecandu narkotika dan korban penyalahgunaan narkotika wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial.
2. Faktor-faktor yang menghambat pelaksanaan pidana rehabilitasi sebagai
implementasi pembaharuan pidana bagi pengguna narkotika adalah: a Faktor Substansi Hukum, yaitu adanya potensi pemahaman yang salah terhadap Surat
Edaran Mahkamah Agung Nomor 04 Tahun 2010 Tentang Korban Penyalahgunaan dan Pecandu Narkotika ke dalam Lembaga Rehabilitasi Medis dan
Rehabilitasi Sosial. b Faktor Aparat Penegak Hukum, secara secara kuantitas adalah tidak seimbangnya jumlah aparat kepolisian dibandingkan dengan jumlah
pelaku penyalahgunaan narkotika. Selain itu adanya peluang bagi aparat penegak
hukum untuk menjadi pengguna dan pengedar narkotika serta menggelapkan barang bukti narkotika. c Faktor Masyarakat, yaitu masih adanya ketakutan atau
keengganan masyarakat untuk menjadi saksi dalam proses penegakan hukum dan tidak melaporkan adanya tindak pidana penyalahgunaan narkotika ini kepada
aparat penegak hukum tentang adanya tindak pidana penyalahgunaan narkotika. Selain itu adanya sikap individualisme masyarakat perkotaan, sehingga mereka
bersikap acuh tidak acuh dan tidak memperdulikan apabila menjumpai atau mengetahui adanya pelaku pengedar narkotika.
B. Saran
Saran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Pemidanaan hendaknya semakin berorientasi dan mewujudkan tujuan perlindungan masyarakat dan melakukan pembinaan kepada pelaku, yaitu menitikberatkan pada
bagaimanamengembalikan pelaku menjadi pihak yang tidak akan mengulangi tindak pidana dan juga masyarakat yang lain agar tidak melakukan tindak pidana.
2. Hakim hendaknya lebih mempertimbangkan aspek rehabilitasi, khususnya bagi
pencandu narkotika sebagai salah satu bentuk pemidanaannya. Selain itu seluruh elemen masyarakat diharapkan saling berkoordinasi dalam memerangi narkotika
sebagai musuh bersama, baik dengan pendekatan kebudayaan maupun keagamaan.