Upaya Peningkatan Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor Sebagai Sumber Pendapatan Asli Daerah Pada Kantor Sistem Administrasi Manunggal Di Bawah Satu Atap (SAMSAT) Pematang Siantar

(1)

U

UPROPOSAL PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM

)

TENTANG

UPAYA PENINGKATAN PENERIMAAN PAJAK

KENDARAAN BERMOTOR SEBAGAI SUMBER PENDAPATAN ASLI DAERAH PADA KANTOR SISTEM ADMINISTRASI MANUNGGAL DI BAWAH SATU ATAP (SAMSAT)

PEMATANGSIANTAR

DISUSUN O L E H

ANJAR MUKTI ISKANDAR

062600085

Untuk Memenuhi Syarat Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

PROGRAM STUDI DIPLOMA III ADMINISTRASI PERPAJAKAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmad dan karunianya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), yang mana telah dilaksanakan di Kantor Pelayanan Pajak Samsat Pematangsiantar.

Adapun tugas akhir ini yang berjudul ”UPAYA PENINGKATAN PENERIMAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR SEBAGAI SUMBER PENDAPATAN ASLI DAERAH PADA KANTOR SISTEM ADMINISTRASI MANUNGGAL DI BAWAH SATU ATAP (SAMSAT) PEMATANGSIANTAR”. Tugas akhir ini disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan studi pada Program Diploma III Admistrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatra Utara.

Pada kesempatan ini penulis dapat mengucapkan terima kasih yang tak terhingga besarnya kepada pihak-pihak yang telah memberikan segala nasehat, bimbingan, masukan, dan bantuannya guna kelancaran penulis dalam menyelesaikan laporan tugas akhir ini. Pertama penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis (Abah dan Mami) atas kasih sayangnya, dukungan baik moril maupun materil, tanpa kalian penulis tidak akan bisa seperti sekarang ini, untuk saudara-saudara penulis yang juga memberikan dukungan penulis tidak akan lupa mengucapkan terima kasih. Kemudian penulis juga mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik


(3)

2. Bapak Drs. M. Husni Thamrin Nasution, Msi, selaku Ketua Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.

3. Bapak Prof. Drs. Marlon Sihombing, Msi, selaku Dosen Pembimbing yang telah sudah meluangkan waktu dan memberikan bimbingan, masukan serta saran yang sangat berguna bagi penulis.

4. Bapak Ir. Fredy Simanjuntak, selaku Ka. Subbag Umum yang telah memperlancar jalan penulis dalam melaksanakan, membantu dan mendapatkan data-data Praktik Kerja Lapangan Mandiri Pada Kantor Samsat Pematangsiantar.

5. Seluruh Staf Administrasi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.

6. Seluruh Dosen pengajar yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat bagi penulis selama menuntut ilmu di Fakultas Ilmu Sosisal dan Ilmu Politik Universitas Sumatra Utara. 7. Seluruh Pegawai Kantor Samsat Pematangsiantar yang telah banyak membantu penulis, yang

tidak dapat disebutkan satu persatu.

8. Buat Riza Syafitri yang selalu memberikan dukungan, saran dan kasih sayangnya buat Anjar Ubay.

9. Buat temen-temen angkatan 06, yang nggak mungkin di sebutkan satu persatu makasih banyak ya coy, jangan lupa kojek ya.

Semoga Allah SWT memberikan imbalan yang setimpal atas jasa dan bantuan yang telah diberikan oleh seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan tugas akhir ini. Mungkin hanya doa yang dapat penulis aturkan untuk membalas bantuan yang telah diberikan oleh semua pihak, sekali lagi banyak terima kesih yang sebesar-besarnya.


(4)

Akhir kata penulis mengharapkan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan semoga Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang yang selalu melindungi kita, serta melimpahkan Rahmad-Nya kepada kita. Amin

Medan, Mei 2010 Penulis


(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) 1 I.2 Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) 4 I.2.1 Tujuan dalam Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) 4 I.2.2 Manfaat dari Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) 5 I.3 Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) 6 I.4 Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) 6 I.5 Metode Penungumpulan Data Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) 7 I.6 Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) 8 BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PENELITIAN PRAKTIK KERJA

LAPANGAN MANDIRI (PKLM)

II.1Sejarah Umum UPT Pematangsiantar/Dinas Pendapatan Provinsi

Sumatera Utara 10

II.2Struktur Organisasi UPT Pematangsiantar 13 II.2.1Kepala Unit Pelaksana Teknis 14 II.2.2Seksi Sub Bagian Tata Usaha 15 II.2.3Seksi Pajak Kendaraan Bermotor 15


(6)

II.2.4Seksi Pendapatan Lain-Lain 15 II.2.5Seksi Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air

Permukaan Umum (ABT/APU) 16

II.2.6Seksi Retribusi 16

II.2.7Seksi Pajak Angkutan Di Atas Air/Bea Balik Nama Angkutan

Di Atas Air (PA3/BBNA3) 16 BAB III GAMBARAN OBJEK PAJAK KENDARAAN BERMOTOR

III.1 Pengertian Pajak 18 III.2 Pengertian Pajak Daerah 18 III.2.1 Subjek Pajak Daerah 19 III.2.2 Objek Pajak Daerah 20 III.2.3 Pembagian Hasil Penerimaan Pajak Daerah 21 III.2.4 Sistem Pemungutan Pajak Daerah 21 III.2.5 Tata Cara Pembayaran dan Penagihan Pajak Daearah 23 III.2.6 Keberatan dan Banding 24 III.2.7 Daluarsa Pajak Daerah 25 III.3 Pengertian Pajak Kendaraan Bermotor 26 III.3.1 Subjek Pajak Kendaraan Bermotor 26 III.3.2 Objek Pajak Kendaraan Bermotor 26 III.3.3 Cara Perhitungan Pajak Kendaraan Bermotor 27 III.3.4 Cara Pendaftaran Pajak Kendaraan Bermotor 29


(7)

III.3.6 Ketetapan dan Pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor 32 III.3.7 Pembagian Hasil Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor 34 III.3.8 Daluarsa dan Tindak Pidana Dalam Pajak Kendaraan Bermotor 34 III.4 Gambaran Realisasi Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor pada

UPT Pematangsiantar 35 BAB IV ANALISA DAN EVALUASI

IV.1 Prosedur Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor pada

UPT Pematangsiantar 36

IV.1.1 LOKET I 36

IV.1.2 LOKET II 37

IV.1.3 LOKET III 39

IV.2 Realisasi Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor Pada

UPT Pematangsiantar 44 IV.3 Faktor Pendukung Pencapaian Target Penerimaan Pajak Kendaraan

Bermotor di UPT Pematangsiantar 46 IV.4 Upaya yang Dilakukan UPT Pematangsiantar Dalam Meningkatan

Pemungutan PKB 47

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan 48

V.2 Saran 48


(8)

BAB I

PENDAHULUAN

I.7 Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) bertujuan sebagai salah satu syarat dalam rangka penyusunan Tugas Akhir dan metode untuk mempraktikkan teori yang selama ini diperoleh di perkuliahan dan mengaplikasikannya dalam kondisi kerja yang nyata. Dalam Praktik Kerja Lapangan ini, juga dapat diharapkan memberikan pengetahuan praktis mengenai lingkungan kerja beserta aspek-aspek perpajakan.

Pemungutan Pajak Daerah merupakan salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang sangat penting guna membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah, juga untuk memantapkan penyelenggaraan otonomi daerah yang luas dan nyata. Pajak Daerah dalam struktur Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (ABPD) masih merupakan elemen yang cukup penting perannya baik mendukung penyelenggaraan pemerintah maupun pemberian pelayanan kepada publik. Dalam pengolahan Anggaran Pendapatan Daerah perlu diperhatikan upaya peningkatan pendapatan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah tanpa harus menambah beban bagi masyarakat. Dengan pola kebijakan yang tepat untuk meningkatkan kemampuan keuangan daerah, secara bertahap akan mampu keluar dari berbagai persoalan yang selama ini dihadapi seperti tingkat pengangguran yang tinggi dan jumlah penduduk miskin yang masih cukup besar.

Dalam hal ini, pemerintah memberikan tanggung jawab terhadap setiap Pemerintah Provinsi untuk mengatur rumah tangga daerahnya sendiri atau yang lebih dikenal dengan Sistem


(9)

bagi daerah. Pemerintah Daerah yang memiliki sumber kekayaan alam yang besar, menyambut otonomi daerah dengan penuh harapan, sebaliknya daerah yang miskin sumber daya alamnya, menanggapi dengan rasa khawatir. Kekhawatiran beberapa daerah tersebut dapat dipahami dalam pelaksanaan otonomi daerah, karena pelaksanaan otonomi daerah membawa dampak bagi pemerintah untuk lebih mandiri baik dari sistem pembayaran maupun dalam memnetukan arah pembanguan daerah sesuai dengan prioritas dan kepentingan masyarakat daerah. Oleh sebab itu pemerintah daerah harus mampu menggali sumber-sumber keuangan khususnya untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan daerah dalam pembangunan daerahnya.

Suatu daerah harus sejalan dengan kebijakan pemerintah dalam melakukan otonomi daerah menuju desentralisasi pemerintahan, maka pemerintah menetapkan Undang-Undang Nomor

22 tahun 1999 yang telah direvisi menjadi Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, undang Undang-Undang Nomor 25 tahun 1999 yang telah direvisi

menjadi Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, serta Undang-Undang Nomor 18 tahun 1997 yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagai acuan dan dasar-dasar dalam menentukan setiap peraturan daerah. Atas Undang-Undang tersebut Pemerintah Daerah baik itu Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota yang telah diberi wewenang untuk mengatur rumah tangga daaerahnya sendiri memalui sistem otonomi daerah.

Dalam upaya peningkatan anggaran daerah yaitu Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), diantaranya dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) dapat berupa pajak daerah dan retribusi daerah maka dituntut kesadaran dari semua pihak khususnya masyarakat yang mempunyai andil yang sangat besar dalam pencapaian pembangunan daerah.


(10)

Adapun yang menjadi jenis-jenis pendapatan daerah menurut Undang-Undang Nomor 34 tahun 2000 terbagi atas:

1. Jenis-Jenis Pajak Provinsi terdiri dari:

a. Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di atas Air

b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di atas Air c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor

d. Pajak Pengambilan dan Pemanfatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan

2. Jenis-Jenis Pajak Kabupaten/Kota terdiri dari: a. Pajak Hiburan

b. Pajak Hotel c. Pajak Reklame

d. Pajak Penerangan Jalan

e. Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C f. Pajak Parkir

g. Pajak Restoran

Dengan adanya Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini penulis merasa tertarik untuk mengetahui seberapa besar peranan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dalam menunjang pembangunan daerah serta apa saja kebijakan yang diterapkan pada kantor SAMSAT Pematangsiantar dalam Upaya Peningkatan Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor Sebagai


(11)

Oleh sebab itu, diadakannya Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) selain membantu penulis guna memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Program Studi Diploma-III Administrasi Perpajakan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara tetapi juga suatu proses pembelajaran yang berharga untuk penulis dalam hal penerapan teori-teori yang selama ini telah didapatkan selama perkuliahan. Maka dari itu dalam Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini penulis sangat ingin mengetahui bagaimana realita yang ada di lapangan dengan apa yang dilaporkan pada kantor SAMSAT Pematangsiantar dan

dituangkan penulis dalam sebuah Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) dengan judul: “ Upaya Peningkatan Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor Sebagai Sumber

Pendapatan Asli Daerah Pada Kantor Sistem Administrasi Manunggal Di Bawah Satu Atap (SAMSAT) Pematangsiantar “.

I.8 Tujuan dan ManfaatPraktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Diadakannya pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini merupakan syarat menyelesaikan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Polotik Universitas Sumatera Utara.

I.2.1 Tujuan dalam Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui prosedur pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor di Sistem Administrasi Manunggal Di Bawah Satu Atap (SAMSAT).

b. Untuk mengetahui realisasi penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor terhadap Penerimaan Daerah.


(12)

c. Untuk mengetahui faktor pendukung pencapaian target Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor di SAMSAT Pematangsiantar.

d. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan SAMSAT Pematangsiantar dalam meningkatkan Pajak Kendaraan Bermotor.

I.2.2 Manfaat dari Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) adalah : a. Bagi Mahasiswa

1. Menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh di perkuliahan khususnya tentang perpajakan daerah dan mengaplikasikannya ke dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini.

2. Memahami sistem prosedur kerja tentang perpajakan Daerah di instansi terkait, 3. Mendapatkan pengetahuan dan wawasan terutama tentang perpajakan daerah. b. Bagi SAMSAT Pematangsiantar

1. Memperoleh ide dan upaya untuk mengoptimalkan penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor.

2. Untuk mempererat hubungan baik antara kantor Sistem Administrasi Manunggal Di Bawah Satu Atap (SAMSAT) Pematangsiantar dengan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Polotik Universitas Sumatera Utara.

c. Bagi Program Diploma III Administrasi Perpajakan


(13)

I.9 Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Pada Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini, memiliki ruang lingkup dari sektor Pajak Kendaraan Bermotor pada kantor SAMSAT Pematangsiantar Propinsi Sumatera Utara khususnya di seksi Pajak Kendaraan Bermotor.

I.10 MetodePraktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data serta perolehan informasi sesuai dengan metode yang digunakan sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

Dalam tahap ini, dilakukan pengajuan judul Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), penentuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) serta penyusunan proposal dengan melakukan konsultasi dengan dosen.

2. Studi Literatur

Mencari sumber dari Undang-Undang, buku, literatur dan majalah yang berhubungan dengan Pajak Kendaraan Bermotor

3. Observasi Lapangan

Penentuan daerah pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) dengan melakukan pengamatan langsung kepada instansi yang berkaitan.

4. Pengumpulan Data

Dalam tahap ini penulis melakukan pengumpulan data yang akurat dan terbaru mengenai Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) melalui:

a. Data Primer yaitu mengumpulkan data secara langsung dari sumbernya yaitu dengan wawancara langsung dengan fihak kantor SAMSAT Pematangsiantar.


(14)

b. Data Sekunder yaitu mengumpulkan data dari hasil dokumentasi berupa buku, literatur dan majalah yang ada relevansi dengan Pajak Kendaraan Bermotor.

5. Analisa dan Evaluasi Data

Dalam Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini penulis akan memberikan gambaran secara sistematis sumber data yang diperoleh dengan fakta yang ada dan menganalisanya sesuai pencapaian kesimpulan yang diinginkan. Kegiatan yang dilakukan dalam menganalisa data adalah:

a. Mengumpulkan data statistik mengenai target dan pelaksanaan Pajak Kendaraan Bermotor di kantor SAMSAT Pematangsiantar.

b. Pembuatan data secara sistematik data mengenai Pajak Kendaraan Bermotor.

I.11 Metode Penungumpulan DataPraktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Setelah data dan informasi yang diperoleh, maka penulis menyimpulkan hasil dari data yang didapat, dengan menggunakan Metode Pengumpulan Data sebagai berikut:

1. Daftar Pertanyaan (Interview Guide)

Pengumpulan data dengan melakukan wawancara secara langsung dengan menyiapkan daftar pertanyaan kepada pihak SAMSAT Pematangsiantar.

2. Daftar Observasi (Observation Guide)

Melakukan kegiatan pengamatan secara langsung tentang objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran dari data yang diperlukan.


(15)

3. Daftar Dokumentasi (Optional Guide)

Pengumpulan data dengan melakukan studi dokumentasi yaitu dengan cara membuat daftar dokumentasi yang diperoleh dari SAMSAT Pematangsiantar.

I.12 Sistematika Penulisan LaporanPraktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Adapun yang menjadi sistematika penulisan laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) adalah :

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini menguraikan dan membahas secara ringkas tentang Latar Belakang, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Ruang Lingkup, Metode Penelitian, Metode Pengumpulan Data serta Sistematika Penulisan.

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PENELITIAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)

Pada bab ini menguraikan secara ringkas berdirinya SAMSAT Pematangsiantar, Struktur Organisasinya serta Struktur Pegawainya.

BAB III GAMBARAN OBJEK PAJAK KENDARAAN BERMOTOR

Pada bab ini penulis akan menjelaskan tentang ketentuan, Objek dan Subjek Pajak, Cara Penghitungannya, Pendaftaran dan Penilaian, dan hal-hal lain yang dilakukan selama masa Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).


(16)

BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI DATA

Pada bab ini penulis akan membandingkan penerapan teori yang ada dengan data yang diperoleh di lapangan, yaitu dengan Target Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor serta berkala pada kantor SAMSAT Pematangsiantar.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan penutup dari bab-bab sebelumnya yang berisi kesimpulan dan saran mengenai objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) dan permasalahan yang penulis hadapi selama pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(17)

BAB II

GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PENELITIAN PRAKTIK KERJA

LAPANGAN MANDIRI (PKLM)

II.3Sejarah Umum UPT Pematangsiantar/Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara

Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara pada awalnya mengurusi pengelolahan Pajak dan Pendapatan Daerah di bawah Biro Keuangan pada Sekretariat Wilayah tingkat I Sumatera Utara. Selanjutnya berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah tingkat I Sumatera Utara tentang Susunan dan Tata Kerja Sekretariat Wilayah Daerah tingkat I provinsi Sumatera Utara, maka Biro Keuangan ditingkatkan menjadi Direktorat Keuangan.

Dengan demikian, tentu bagian Pajak Pendapatan Daerah berubah menjadi Sub Direktorat Keuangan pendapatan Daerah pada Direktorat Keuangan. Dengan terbentuknya Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah tingkat I Sumatera Utara pada tanggal 21 Maret 1975 No. 137/II/GSU, terhitung tanggal 1 April 1975, maka Sub Direktorat Keuangan Pendapatan Daerah ditingkatkan menjadi Direktorat Keuangan Pendapatan Daerah. Pada tanggal 1 September 1975 keluarlah Surat Mentri Dalam Negri No. KUPD 3/12/43 tentang pembentukan Dinas Pendapatan. Sehingga Dinas Pendapatan Daerah tingkat I dan Dinas Pendapatan Daerah tingkat I dan Dinas Pendapatan Daerah tingkat II yang sebelumnya di bawah Direktorat Pendapatan Daerah diubah namanya menjadi Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara.

Pembentukan Dinas Pendapatan Daerah tingkat I Sumatera Utara berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah tingkat I Sumatera Utara tanggal 31 Maret 1967 No. 143/II/GSU dengan persetujuan Dewan Perwakilan Daerah Sumatera Utara (DPRDSU).


(18)

Pembentukan Dinas Pendapatan Daerah tingkat I Sumatera Utara ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah tingkat I sumatera Utara No. 4 Tahun 1976.

Dalam upaya meningkatkan pelaksanaan tugas serta pelayanan kepada masyarakat, maka diperlukan pengembangan organisasi Dinas Pendapatan Daerah tingkat I dengan membentuk cabang-cabang dinas. Dinas Pendapatan Daerah Provinsi tingkat I Sumatera Utara terdapat di Kabupaten/Kotamadya tingkat II di Provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negri KPUD 7/7/39-26 pada tanggal 31 Maret 1978 dibentuklah cabang Dinas Pendapatan Daerah Provinsi tingkat I Sumatera Utara diseluruh Kabupaten/Kotamadya tingkat II di Sumatera Utara.

Kemudian berdasarkan Surat Mentri Dalam Negri No. 061/2743/S tanggal 22 November 1999 tentang Pemerintah Daerah, maka terhitung sejak tanggal keluarnya surat tersebut, maka nama Dinas Pendapatan Daerah tingkat I Sumatera Utara diubah menjadi “Dinas Pendapatan Provinsi” Cabang Dinas Pendapatan Daerah tingkat I Sumatera Utara diubah juga menjadi “Cabang Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara”.

Untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat pemilik kendaraan bermotor, maka pemerintah membentuk Penyelenggaraan Sistem Baru Pendapatan Kendaraan Bermotor yang disebut “ Sistem Administrasi Manunggal Di Bawah Satu Atap” atau selanjutnya disingkat dengan SAMSAT.

Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap adalah gabungan dari 3 Instansi yang mempunyai objek dana kendaraan bermotor yang berdomisili di Sumatera Utara ketiga instansi tersebut adalah:


(19)

1. Kepolisian Daerah Sumatera Utara yaitu DITLANTAS POLDASU.

2. Pemerintahan Daerah Sumatera Utara yaitu Dinas Pendapatan Daerah Sumatera Utara/DIPENDA.

3. Departemen Keuangan yaitu PT. Jasa Raharja Cabang Utama Medan. Pembentukan SAMSAT ini bertujuan untuk:

1. Meningkatkan Pendapatan Daerah Sumatera Utara melalui pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor dan penerimaan BBN-KB khususnya di daerah Sumatera Utara.

2. Meningkatkan Pendapatan Daerah Sumatera Utara melalui penerimaan dari sektor Pajak Kendaraan Bermotor dan penerimaan dari sektor BBN-KB.

Dalam pengembangan dan optimalisasi pelayanan yang lebih luas kepada Wajib Pajak. Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara sampai saat ini telah membentuk 14 cabang daerah (Kabupaten/Kota) di wilayah Provinsi Sumatera Utara, yaitu:

Tabel 2.1 UPTD Provinsi Sumatera Utara

NO UNIT WILAYAH KERJA

1 UPTDT Medan Utara

Medan Barat, Medan Baru, Medan Helvetia, Medan Area, Medan Perjuangan, Medan Tembung, Medan Labuhan, Medan Belawan

2 UPTDT Medan Selatan

Medan Maimon, Medan Polonia, Medan Kota Medan Amplas, Medan Selayang, Medan Tuntungan Deli Tua, Pancur Batu

3 UPTDT Binjai Kota Binjai dan Kabupaten Langkat

4 UPTDT Pematangsiantar Kota Pematangsiantar dan Kabupaten Simalungun 5 UPTDTKisaran Kabupaten Asahan dan Kota Tanjung Balai 6 UPTDT Rantau Prapat Kabupaten Labuhan Batu

7 UPTDT Padang Sidempuan Kabupaten Tapanuli Selatan 8 UPTDT Tebing Tinggi Kota Tebing

9 UPTDT Kabanjahe Kabupaten Karo

10 UPTDT Sibolga Kabupaten Sibolga dan Tapanuli Tengah 11 UPTDT Sidikalang Kabupaten Sidikalang


(20)

12 UPTDT Gunung Sitoli Kabupaten Nias

13 UPTDT Balige Kabupaten Toba Samosir dan Kabupaten Tapanuli Utara

14 UPTDT Penyabungan Kabupaten Mandailing Natal Sumber Data : UPT Medan Utara/DIPENDA Medan Utara

II.4Struktur Organisasi UPT Pematangsiantar

Struktur Organisasi dapat diartikan sebagai serangkaian hubungan diantara individu-individu dalam suatu kelompok. Struktur ini kemudian digambarkan dalam bagan organisasi atau diagram. Diagram ini akan memperlihatkan garis-garis besar hubungan antara fungsi-fungsi dalam organisasi, arus tanggungjawab dan wewenang. Dalam pengertian luas, dapat diartikan bahwa struktur organisasi itu tergantung pada tugas-tugas yang dilaksanakan dan wewenang yang dipergunakan oleh individu-individu dari kelompok dalam mencapai tujuan yang telah dilaksanakan. Kantor UPT Pematangsiantar menerapkan struktur lini dan staf UPT Pematangsiantar dipimpin oleh seorang Kepala UPT dibantu sub bagian Tata Usaha. Kepala UPT secara operasional bertanggungjawab kepada Kepala Dinas Pendapatan Daerah. UPT Pematangsiantar terdiri dari lima seksi yaitu Seksi Bagian Tata Usaha, Seksi Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), Seksi Pendapatan Lain-lain (PPL), Seksi Pengambilan atau Pemanfaatan Air Bawah Tanah/Air Permukaan Umum (ABTS/APU), Seksi Retribusi, Seksi Pajak Angkutan di Atas Air/Bea Balik Nama Angkutan di Atas Air (PA3/BBNA3). Dapat kita lihat dalam Struktur berikut:


(21)

Tabel 2.2 Struktur Organisasi/UPT DIPENDA PRO Sumatera Utara

Ka. UPT

Kasubag Tata Usaha

Kasi Retribusi Kasi

PPL

Kasi ABT/APU Kasi

PPL

Kasi PA3/BBNA3

Sumber: UPT Pematangsiantar/DISPENDA Provinsi Sumatera Utara

II.2.1 Kepala Unit Pelaksana Teknis Tugas dan Fungsi

a. Melaksanakan koordinasi, kerja sama dengan pihak terkait, pembinaan pengendalian teknis dan evaluasi penggalian potensi, pemberdayaan potensi dan pemungutan Sumber Pendapatan Daerah sesuai ketentuan yang berlaku.

b. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas dan Wakil Kepala Dinas sesuai bidang tugas dan fungsinya masing-masing.

c. Menyempurnakan konsep standar-standar pendapatan potensi, penadministrasian dan pengutipan dan pengutipan dan pelaporan hasil PKB, PKDA, Pajak ABT/APU, Retribusi dan Pendapatan Lain-lain.


(22)

II.2.2 Seksi Sub Bagian Tata Usaha Tugas dan Fungsi:

a. Menyimpan surat-surat yang berhubungan dengan bidang tugas Sub Bagian Tata Usaha dan surat-surat dari seksi lainnya yang telah selesai diproses.

b. Mencatat dalam pembukuan pemasukan setelah ditentukan inventaris dan Alat Tulis Kantor (ATK).

II.2.3 Seksi Pajak Kendaraan Bermotor Tugas dan Fungsi

a. Menghubungi penunggak Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dengan surat.

b. Membuat laporan pembayaran penunggak Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dengan surat.

c. Melaksanakan tugas lainnya yang diberikan oleh Kepala Unit sesuai dengan bidangnya. II.2.4 Seksi Pendapatan Lain-Lain

Tugas dan Fungsi

a. Menerima laporan bulanan dari seksi yang mengelolah Pendapatan Asli Daerah dan melaporkannya kepada Unit Pelaksana Teknis.

b. Menerima, menyalurkan dan mempertanggungjawabkan Surat Pemberitahuan dan Materai Leges Jalur SAMSAT.

c. Menyelenggarakan koordinasi dan optimalisasi pendapatan lain-lain dan setoran laba BUMN.


(23)

II.2.5 Seksi Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan Umum (ABT/APU)

Tugas dan Fungsi

a. Melakukan pendataan potensi, penetapan dan penagihan, menerima dan memproses usul/pengajuan keberatan dari Wajib Pajak mengenai ABT/APU dan PBB-KB.

b. Membuat daftar jumlah tagihan, tunggakan dan denda pajak pengambilan dan pemanfaatan ABT/APU sesuai standar yang ditetapkan.

c. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada Kepala Dinas sesuai dengan bidang teknisnya.

II.2.6 Seksi Retribusi Tugas dan Fungsi

a. Menyempurnakan dan menyusun konsep standar teknis Retribusi bagi hasil pajak dan bukan pajak, pembukuan, dan pelaporannya.

b. Mengumpulkan, mengolah dan menyajikan data/bahan untuk penyempurnaan dan penyusunan jenis Retribusi, Teknis Pemungutan dan Tata Administrasi Retribusi, sosialisasi standar yang ditetapkan serta penetapan Target Retribusi.

c. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya sesuai dengan bidang teknisnya.

II.2.7 Seksi Pajak Angkutan Di Atas Air/Bea Balik Nama Angkutan Di Atas Air (PA3/BBNA3)

Tugas dan Fungsi

a. Melakukan pendapatan potensi, penetapan dan penagihan, menerima dan memproses usul/pengajuan keberatan dari Wajib Pajak, mengenai PA3/BBNA3 sesuai dengan ketentuan dan standar yang berlaku.


(24)

b. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Unit sesuai dengan bidang tugasnya. c. Memberikan laporan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada Kepala


(25)

BAB III

GAMBARAN OBJEK PAJAK KENDARAAN BERMOTOR

III.5 Pengertian Pajak

Prof Dr. P.J. A. Adriani (pernah menjadi guru besar pada Universitas Amsterdam) dikutip dari buku pengantar perpajakan ; Bohari, SH adalah sebagai berikut “ Pajak adalah iuran rakyat kepada Kas Negara (yang dapat dipaksakan) yang terhutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan tidak dapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk dan gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan degan tugas pemerintah” (Pengantar perpajakan; Bohari, SH Hal 31), Sedangkan

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan menyebutkan bahwa, Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terhutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakya.

III.6 Pengertian Pajak Daerah

Menurut Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, yang dimaksud Pajak Daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah Daerah dan pembangunan Daerah.


(26)

Secara umum pengertian Pajak Daerah adalah pajak yang dipungut oleh daerah berdasarkan peraturan pajak yang ditetapkan oleh daerah untuk kepentingan pembiayaan rumah tangga Pemerintah Daerah tersebut.

Yang dimaksud Daerah disini adalah daerah yang berhak mengurus rumah tangganya sendiri (Daerah Otonom) yang dibagi menjadi Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten.

Dasar Hukum Pajak Daerah adalah Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagaiman terakhit telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 tahun 2000 dan merupakan pengganti dari Undang-Undang Nomor 11 tahun 1957 tentang Peraturan Umum Pajak Daerah. Untuk dapat membiayai dan memajukan daerah tersebut dapat ditempuh dengan melakukan kebijaksanaan untuk membayar pajak. Pajak Daerah merupakan salah satu bagian dari Pendapatan Asli Daerah, selain dari Retribusi Daerah berupa Retribusi Jasa Umum dan Retribusi Jasa Usaha dan Penerimaan lain-lain.

Pemungutan Pajak Daerah adalah suatu rangkaian kegiatan dimulai penghimpunan data, subjek dan objek pajak, penentuan besarnya pajak terutang sampai kegiatan penagihan pajak kepada wajib pajak serta pengawasan setorannya.

III.2.1 Subjek Pajak Daerah

Menurut Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, yang menjadi Subjek Pajak Daerah adalah orang pribadi atau badan yang dikenakan pajak derah.


(27)

perundang-III.2.2 Objek Pajak Daerah

Pajak Provinsi yaitu Tarif tertinggi a. Pajak Kendaran Bermotor & Kendaraan diatas Air 5% b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor & Kendaraan diatas Air 10% c. Pajak Bahan Bakar Kendaran Bermotor 5% d. Pajak Pemanfaatan Air Bawah Tanah & Air Permukaan 20% Pajak Daerah Kabupaten/Kota yaitu

a. Pajak Hotel 10%

b. Pajak Restoran 10%

c. Pajak Hiburan 35%

d. Pajak Reklame 25%

e. Pajak Penerangan Jalan 10% f. Pajak Pengambilan & Pengolahan Bahan Galian Golongan C 20%

g. Pajak Parkir 20%

Tarif Pajak Daerah Provinsi ini ditetapkan seragam diseluruh Indonesia dan diatur dengan Peraturan Pemerintah (PP), sedangkan tarif Pajak Daerah Kabupaten/Kota ditetapkan Peraturan Daerah (PERDA).

Dalam menentukan dan menetapkan suatu Pajak Daerah, pemerintah daerah harus memperhatikan beberapa kriteria sebagai berikut:

1) Bersifat sebagai pajak dan bukan retribusi.

2) Objek dan dasar pengenaan pajak tidak bertentangan dengan kepentingan umum. 3) Potensinya memadai.


(28)

5) Memperhatikan aspek keadilan dan kemampuan masyarakat. 6) Objek pajak bukan merupakan objek Pajak Provinsi/Pajak Pusat. 7) Menjaga kelestarian lingkungan.

8) Objek pajak terletak di wilayah Kabupaten/ Kota yang bersangkutan dan mempunyai mobilitas yang rendah.

III.2.3 Pembagian Hasil Penerimaan Pajak Daerah

Hasil penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan Di Atas Air, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan Di Atas Air diserahkan kepada Daerah Kabupaten/ Kota paling sedikit 30%. Sedangkan hasil penerimaan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor diserahkan kepada Daerah Kabupaten/Kota paling sedikit 70%. Untuk hasil Penerimaan Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan diserahkan kepada Daerah Kabupaten/Kota paling sedikit 70%. Bagian yang diberikan kepada Daerah Kabupaten/Kota lebih lanjut diatur dengan Peraturan Daerah Provinsi dengan memperhatikan aspek pemerataan yang sah dan potensi Daerah Kabupaten/Kota.

Hasil penerimaan Pajak Kabupaten yang diperoleh melalui Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Pengambilan dan Pengelolahan Bahan Galian Golongan C, Pajak Parkir, diperuntukkan paling sedikit 10% bagi desa di wilayah daerah yang bersangkutan.


(29)

1. Sistem Official Assestment.

Pungutan Pajak Daerah berdasarkan penetapan Kepala Daerah dengan menggunakan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) atau dokumen lainnya yang dipersamakan. Wajib Pajak setelah menerima Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) atau dokumen lainnya yang dipersamakan tinggal melakukan pembayaran menggunakan Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD). Jika Wajib Pajka tidak atau kurang bayar akan ditagih menggunakan Surat Tagihan Daerah (STPD).

Surat Ketetapan Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat dengan SKPD adalah Surat Ketetapan Pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak.

2. Sistem Self Assestment.

Wajib Pajak menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri pajak daerah terutang. Dokumen yang digunakan adalah SPTPD (Surat Pemberitahuan Pajak Daerah). Jika Wajib Pajak tidak atau kurang bayar akan ditagih menggunakan Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD). Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD) adalah surat yang digunakan oleh wajib pajak untuk melaporkan penghitungan dan pembayaran pajak yang terutang menurut Peraturan Pajak Daerah.

Apabila jangka waktu 5 tahun berdasarkan pemeriksaan ditemukan adanya Pajak Daerah yang tidak atau kurang bayar maka akan ditagih dengan menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar (SKPDKB), setelah diterbitkan SKPDKB berdasarkan data baru, ternyata masih ada pajak daerah yang kurang dibayar maka akan diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan (SKPDKBT).

Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 bulan. Dihitung sejak terutangnya pajak. Sedangkan jumlah kekurangan yang terutang dalam Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang


(30)

Bayar Tambahan (SKPDKBT) dikenakan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 100% dari jumlah kekurangan pajak tersebut. Jumlah pajak yang terutang dalam Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar (SKPDKB) dikenakan sanksi administrasi kenaikan sebesar 25% sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak.

Kepala Daerah dapat menerbitkan Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD) apabila: a. Pajak dalam tahun berjalan tidak atau kurang bayar.

b. Dari hasil penelitian Surat Pemberitahuan Pajak Daerah terdapat kekurangan pembayaran sebagai akibat salah satu tulis dan atau salah hitung.

c. Wajib Pajak dikenakan sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda

Dalam penghitungannya jumlah kekuran pajak yang terutang dalam Surat Tagihan Pajak Daerah ditambah dengan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% setiap bulan untuk paling lama 15 bulan sejak saat terutangnya pajak. Untuk Surat Ketetapan Pajak Daerah yang tidak atau kurang bayar setelah jatuh tempo pembayaran dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% sebulan, dan ditagih melalui Surat Tagihan Pajak Daerah.

III.2.5 Tata Cara Pembayaran dan Penagihan Pajak Daearah

Tanggal jatuh tempo pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang paling lama 30 hari setelah saat terutangnya pajak. Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), Surat Tagihan Pajak (STP), Surat Keputusan Pembetulan (SKP), Surat Keputusan Keberatan dan


(31)

Atas Permohonan Wajib Pajak, Kepala Daerah dapat memberikan persetujuan kepada Wajib Pajak, untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak dengan dikenakan bunga sebesar 2% sebulan setelah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan dan tanpa cara pembayaran, penyetoran tempat pembayaran, angsuran dan penundaan pembayaran pajak diatur dengan keputusan Kepala Daerah.

Pajak yang terutang berdasarkan Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Tambahan, Surat Tagihan Pajak Daerah, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan dan Putusan Banding yang tidak ada kurang dibayar oleh Wajib Pajak waktunya dapat ditagih dengan Surat Paksa.

III.2.6 Keberatan dan Banding

Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan hanya kepada Kepala Daerah atau pejabat yang ditunjuk atas suatu:

a. Surat Ketetapan Pajak Daerah

b. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar

c. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan d. Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar

e. Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil

Dalam mengajukan keberatan Wajib Pajak harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa dengan disertai alasan yang jelas.

b. Dalam hal Wajib Pajak mengajukan keberatan atas ketetapan pajak secara jabatan wajib pajak harus dapat membuktikan ketidakbenaran ketetapan pajak tersebut.


(32)

Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 3 bulan sejak tanggal surat, tanggal pemotongan atau pemungutan, kecuali apabila Wajib Pajak dapat menunjukan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan diluar kekuasaannya. Dan pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar pajak dan pelaksanaan penagihan pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Kepala Daerah dalam jangka waktu paling lama 12 bulan sejak tanggal Surat Keberatan diterima, harus memberi keputusan atas keberatan yang diajukan keputusan Kepala Daerah atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian, menolak, atau menambah besarnya pajak yang terutang. Apabila jangka waktu telah lewat dan Kepala Daerah tidak memberi suatu keputusan, keberatan yang dapat diajukan tersebut dianggap dikabulkan.

Jika Wajib Pajak menolak keputusan surat keberatan maka, Wajib Pajak dapat mengajukan banding kepengdilan pajak dalam jangka waktu 3 bulan sejak diterimanya keputusan keberatan.

III.2.7 Daluarsa Pajak Daerah

Batas daluarsa dari pajak daerah adalah lima tahun, kecuali Wajib Pajak Daerah melakukan tindak pidana Pajak Daerah. Jangka waktu lima tahun ditangguhkan jika:

1. Diterbitkan Surat Teguran dan Surat Paksa.

2. Ada pengakuan utang pajak dari Wajib Pajak baik secara langsung maupun tidak langsung.


(33)

III.7 Pengertian Pajak Kendaraan Bermotor

Menurut PP No. 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah, yang dimaksud Kendaraan Bermotor adalah semua kendaraan beroda dua atau lebih beserta gandengannya yang digunakan disemua jenis jalan darat dan digerakkan oleh peralatan teknik berupa motor atau peralatan lainnya yang berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan termasuk alat-alat berat dan alat-alat besar yang bergerak.

Dasar Hukum Pajak Kendaraan Bermotor adalah Ordonansi Pajak Kendaraan Bermotor tahun 1934 sebagaimana telah beberapa kali diubah dan terakhir dengan Undang-Undang No. 27 Tahun 1959. berdasarkan Undang-Undang Tahun 1957 Peraturan Pemerintah No. 3 Tahun 1957 Pajak Kendaraan Bermotor diserahkan Kepada Daerah Provinsi.

III.3.1 Subjek Pajak Kendaraan Bermotor

Menurut Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah, yang menjadi subjek pajak kendaraan bermotor adalah orang pribadi atau badan yang memiliki dana atau menguasai kendaraan bermotor.

Yang menjadi Wajib Pajak Kendaraan Bermotor adalah orang pribadi atau badan yang memiliki kendaraan bermotor.

III.3.2 Objek Pajak Kendaraan Bermotor

Objek Pajak Kendaraan Bermotor adalah kepemilikan dan atau penguasaan kendaraan bermotor, tidak termasuk kepemilikan dan atau penguasaan kendaraan bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar yang tidak digunakan sebagai alat angkutan orang dan atau barang di jalan umum.


(34)

Beberapa yang dikecualikan sebagai Objek Pajak Kendaraan Bermotor adalah kepemilikan kendaraan bermotor oleh:

a. Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

b. Kedutaan, Konsulat Perwakilan Negara Asing dan Perwakilan Lembaga-Lembaga Internasional dengan asas timbal-balik sebagaimana berlaku untuk pajak negara.

c. Pemerintah Kabupaten/Kota.

d. Pabrik atau Importir Kendaraan Bermotor yang semata-mata untuk tersedia dipamerkan, untuk dijual dan tidak dipergunakan untuk lalu lintas bebas.

e. Wisatawan Asing berada di daerah dalam wilayah Indonesia untuk waktu tidak lebih dari 90 hari berturut-turut.

f. Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah yang memiliki kapal pandu dan kapal tunda untuk keperluan keselamatan.

III.3.3 Cara Perhitungan Pajak Kendaraan Bermotor

Dalam Perhitungan Pajak Kendaraan Bermotor yang mana perhitungannya berdasarkan Dasar Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor (DPPKB), dihitung sebagai perwakilan dua unsur pokok yaitu Nilai Jual dikali besarnya Bobot yang dikenakan, bagi orang yang memiliki kendaraan bermotor.

DASAR PENGENAAN = NILAI JUAL KENDARAAN BERMOTOR X BOBOT PKB TERUTANG = DASAR PENGENAAN X TARIF


(35)

Dasar Pengenaan Pajak Kedaraan Bermotor dihitung sebagai perkalian dari 2 unsur pokok: 1. Nilai Jual Kendaraan Bermotor

Nilai Jual Kendaraan Bermotor adalah nilai jual kendaraan bermotor yang diperoleh berdasarkan Harga Pasaran Umum atas suatu kendaraan bermotor sebagaimana tercantum dalam tabel Nilai Jual Kendaraan Bermotor yang berlaku yang dapat ditentukan berdasarkan faktor-faktor berikut:

a. Isi silinder dan satuan daya. b. Penggunaan kendaraan bermotor. c. Jenis kendaraan bermotor.

d. Merek kendaraan bermotor.

e. Berat total kendaraan bermotor dan banyaknya yang penumpang diizinkan. f. Dokumen impor untuk jenis kendaraan tertentu.

2. Bobot

Bobot yang mencerminkan secara relatif kadar kerusakan jalan dan pencemaran lingkungan akibat penggunaan kendaraan bermotor.

Bobot yang dimaksud diatas dihitung berdasarkan faktor-faktor sebagai berikut: a. Tekanan ganda.

b. Jenis bahan bakar kendaraan bermotor.

c. Jenis penggunaan, tahun pembuatan, ciri-ciri mesin kendaraan bermotor.

Penetapan bobot kendaraan bermotor didasarkan pada:

a. Bobot kendaraan bermotor bukan umum seperti jenis sedan, jeep, minibus, microbus, bus, sepeda motor, dan sejenisnya ditetapkan 1,00.


(36)

b. Bobot kendaraan bermotor umum seperti jenis mobil barang/beban ditetapkan sebesar 1,30.

c. Bobot kendaraan bermotor jenis alat-alat kecil dan alat-alat besar serta kereta gandeng ditetapkan sebesar 1,00.

3. Tarif Pajak Kendaraan Bermotor

a. 1,5% untuk kendaraan bermotor bukan umum. b. 1% untuk kendaraan umum.

c. 0,5% untuk alat-alat berat.

Besarnya Pajak Kendaraan Bermotor yang terutang dengan cara mengalikan tarif dengan dasar pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor untuk masa pajak 12 bulan berturut-turut terhitung mulai pendaftaran kendaraan bermotor.

III.3.4 Cara Pendaftaran Pajak Kendaraan Bermotor

Adapun cara pendaftaran Pajak Kendaraan bermotor dapat dilakukan dengan: 1. Mengisi formulir SPPKB

2. Identitas

a. Untuk Perorangan : KTP + 1 lembar fotocopy surat kuasa bagi yang berhalangan hadir melampirkan surat kuasa.

b. Untuk Badan Hukum : Salinan Akte Pendirian + 1 lembar fotocopy keterangan domisili, surat kuasa bermaterai cukup dan ditandatangani.


(37)

3. Faktur

4. Sertifikat uji tipe, tanda bukti lulus uji tipe, sertifikat NIK dan tanda pendaftaran tipe.

5. kendaraan bermotor yang mengalami perubahan bentuk harus melampirkan surat keterangan dari perusahaan karoseri yang mendapatkan izin.

6. Surat keterangan bagi kendaraan bermotor angkutan umum yang telah memenuhi syarat. 7. Bukti hasil pemeriksaan fisik kendaraan bermotor.

Tabel 3.1 Prosedur Pemungutan PKB di SAMSAT Pematangsiantar

SISTEM DAN PROSEDUR

PENDAFTARAN

PENERIMAAN DOKUMEN

PENELITIAN DOKUMEN

ENTRY DATA

PEMBAYARAN

PERCETAKAN STNK

ARSIP PENYERAHAN


(38)

III.3.5 Masa Pajak dan Saat Terutangnya Surat Pemberitahuan Pajak Kendaraan Bermotor

Pada pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), tahun pajak sama dengan tahun takwin atau tahun kalender. Masa pajak adalah 12 bulan berturut-turut yang merupakan tahun pajak dimulai pada saat pendaftaran kendaraan bermotor. Kewajiban pajak yang berakhir karena alasan tertentu, perhitungan besarnya pajak yang terutang dihitung berdasarkan jumlah bulan berjalan. Apabila bagian dari bulan melebihi 15 hari, akan dihitung menjadi satu bulan penuh. Surat Pemberitahuan Terutang Pajak Daerah (SPTPD) harus diisi dengan jelas, benar dan lengkap serta ditandatangani oleh Wajib Pajak Kendaraan Bermotor atau orang yang diberi kuasa oleh yang memiliki dan /atau menguasai kendaraan bermotor tersebut. Surat ini digunakan oleh wajib pajak untuk melaporkan perhitungan dan pembayaran pajak daerah yang terutang menurut ketentuan Peraturan daerah.

Penyampaian Surat Pemberitahuan Terutang Pajak Daerah (SPTPD) disampaikan ke Dinas Pendapatan Daerah paling lama:

a. Untuk kendaraan baru 14 hari sejak saat kepemilikan.

b. Untuk kendaraan bukan baru sampai dengan tanggal berakhirnya masa pajak. c. Untuk kendaraan mutasi 30 hari sejak tanggal fiskal antar daerah.

Apabila terjadi perubahan atas kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air dalam masa pajak baik perubahan bentuk, fungsi maupun penggantian mesin, wajib melaporkan dengan menggunakan Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD). Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD) memuat:


(39)

a. Nama dan Alamat

b. Jenis, merek, isi silinder, tahun pembuatan, warna, nomor rangka dan nomor mesin. c. Gandengan dan jumlah sumbu.

III.3.6 Ketetapan dan Pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor

Pajak dapat ditetapkan berdasarkan SPPKB/SPPKA dengan menerbitkan Surat Ketetapan Terutang Pajak Daerah (SKPD) atau dokumen lain yang dipersamakan dengan Surat Ketetapan Terutang Pajak Daerah (SKPD). Surat Ketetapan Terutang Pajak Daerah (SKPD) adalah Surat Ketetapan Pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak.

Jenis-jenis Surat Ketetapan Daerah, antara lain:

a. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar (SKPDKB) adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sangsi administrasi dan jumlah yang masih harus dibayar.

b. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan (SKPDKBT) adalah surat ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang ditetapkan.

c. Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar Tambahan (SKPDLBT) adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar dari pajak yang terutang atau tidak seharusnya terutang.

d. Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil (SKPDN) adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak, atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.


(40)

Setelah dibuat Surat Ketetapan Pajak Daerah, maka tindakan selanjutnya adalah membuat Surat Tagihan Pajak Daerah atau STPD. Surat Tagihan Pajak Daerah adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan/ atau sangsi administrasi berupa bunga dan/atau denda.

Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar akan dikenakan sangsi administrasi berupa bunga sebesar 2% sebulan dihitung dari pajak kurang bayar atau terlambat bayar untuk jangka waktu paling lama 24 bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak. Jumlah kekurangan pajak terutang dalam Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan akan dikenakan sangsi administrasi berupa kenaikan sebesar 100%dari jumlah kekurangan pajak tersebut, sangsi kenaikan 100% tidak akan dikenakan apabila wajib pajak melaporkan sendiri kekurangan tersebut sebelum dilakukan tindakan pemeriksaan terhadap objek pajaknya.

Jumlah pajak yang terutang dalam Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar di atas akan dikenakan sangsi administrasi berupa kenaikan sebesar 25% dari pokok pajak ditambah sangsi administrasi berupa bunga 2% sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 bulan sejak saat terutangnya pajak.

Tata cara pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor dapat dilakukan pada saat pajak harus dilunasi paling lambat 30 hari sejak diterbitkan SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, STPD, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, dan Putusan Banding yang menyebabkan jumlah pajak yang terutang dalam srat tagihan pajak daerah ditambah sangsi administrasi berupa bunga sebesar 2% setiap bulan untuk paling lama 15 bulan sejak saat terutangnya pajak.


(41)

III.3.7 Pembagian Hasil Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor

Bagi hasil Pajak Kendaraan Bermotor untuk Pemerintah Provinsi Sumatera Utara adalah 70% dan untuk Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota memperoleh penerimaan bagi hasil sebesar 30% dengan memperhatikan aspek pemerataan dan potensi pemerataan Daerah Kabupaten/Kota yang bertujuan untuk pemerataan kemampuan keuangan antar Daerah Kabupaten/Kota.

III.3.8 Daluarsa dan Tindak Pidana Dalam Pajak Kendaraan Bermotor

Kadaluarsa penagihan Pajak Kendaraan Bermotor setelah melampaui jangka waktu 5 tahun terhitung sejak saat terutangnya pajak, kecuali apabila wajib pajak melakukan tindak pidana dibidang perpajakan.

Kadaluarsa penagihan pajak tertangguh apabila: a. Diterbitkan Surat Teguran dan Surat Paksa.

b. Ada pengakuan utang pajak dari wajib pajak baik langsung maupun tidak langsung. Ketentuan pidana dikenakan pada Wajib Pajak Pajak Kendaraan Bermotor apabila:

1. Wajib Pajak yang karena kealpaannya tidak menyampaikan STPD atau mengisi dengan tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan keuangan daerah dapat dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 tahun dan atau denda paling banyak 2 kali jumlah pajak yang terutang.

2. Wajib Pajak yang dengan sengaja tidak menyampaikan STPD atau mengisi dengan tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan keuangan daerah dapat dipidana dengan penjara paling lama 2 tahun dan atau denda paling banyak 4 kali jumlah pajak yang terutang.


(42)

Tindak pidana tidak akan dituntut setelah melampaui jarak waktu 10 tahun sejak saat terutangnya pajak atau berakhir atau berakhirnya tahun pajak.

Tindak pidana tidak akan dituntut setelah melampaui jarak waktu 10 tahun sejak saat terutangnya pajak atau berakhir atau berakhirnya tahun pajak.

III.8 Gambaran Realisasi Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor pada III.8 Gambaran Realisasi Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor pada

UPT Pematangsiantar UPT Pematangsiantar

Tabel 3.2 Perbandingan dan Target PKB/BBN-KB Tabel 3.2 Perbandingan dan Target PKB/BBN-KB UPTD Pematangsiantar T.A 2002 – 2008 (Juni-Oktober) UPTD Pematangsiantar T.A 2002 – 2008 (Juni-Oktober) TAHUN

TAHUN TARGET TARGET REALISASI REALISASI PERSENTASI PERSENTASI 2002 Rp. 378.916.395.000 Rp. 423.776.252.841 111,84%

2003 Rp. 607.058.016.000 Rp. 645.489.896.878 106,33% 2004 Rp. 762.290.360.000 Rp. 797.921.241.009 104,76% 2005 Rp. 904.790.000.000 Rp. 921.075.901.914 101,80% 2006 Rp. 929.702.000.000 Rp. 323.408.462.280 34,68% 2007 Rp. 950.602.000.000 Rp. 362.577.783.519 50,71% 2008 Rp. 1.019.219.000.000 Rp. 867.650.325.765 75,35% Sumber Data: Pematangsiantar/DIPENDA Sumatera Utara

Tabel di atas menggambarkan realisasi penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) pada UPT Pematangsiantar dari tahun 2002-2008 dengan target dan realisasi serta persentasenya


(43)

BAB IV

ANALISA DAN EVALUASI

Pada bab ini, penulis akan membahas analisa dan evaluasi data bersumber dari bab-bab sebelumnya. Pada bab terdahulu telah dijelaskan secara terperinci tentang Subjek dan Objek PKB, dan apa yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini, akan tetapi untuk menjelaskan penulis menguraikan berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan berdasarkan data kualitatif disertai denagn penjelasan yang objektif dan sistematis.

IV.5 Prosedur Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor pada UPT Pematangsiantar

Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor dapat diaktifkan sebagai kegiatan mulai dari penghimpunan data subyek dan objek Pajak Kendaraan Bermotor, penentuan besarnya pajak terutang sampai dengan pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor serta pengawasan setorannya. IV.1.1 LOKET I

I. PENDAFTARAN

Pelaksana: - POLRI - DIPENDA Kegiatan yang dilakukan 1. Pengambilan formulir SPT

2. Pengisian formulir SPT/Permohonan STNK 3. Berkas


(44)

Jika Wajib Pajak mengurus Pengesahan satu tahun kendaraan bermotornya, berkas yang harus dilengkapi:

a. KTP b. STNK c. BPKP d. SPT

Jika Wajib Pajak ingin mengurus ganti STNK/Teliti Ulang lima tahun kendaraan bermotornya, berkas yang harus dilengkapi

a. KTP b. STNK c. BPKP d. SPT

e. FORMULIR f. CEK FISIK IV.1.2 LOKET II

II. PENELITIAN BERKAS Pelaksana: POLRI Kegiatan yang dilakukan

1. Check persyaratan dan kelengkapan berkas 2. Pendataan (entry)


(45)

III. PENETAPAN PAJAK

Pelaksana: - DIPENDA - JASA RAHARJA

Tugas dan fungsi DIPENDA dalam penetapan pajak: 1. Membuat perhitungan dan penetapan Pajak 2. Membuat nomor kohir

3. Mengisi data pada Notice Pajak 4. Menyampaikan Berkas kepada kasir

Tugas dan fungsi Jasa Raharja dalam penetapan pajak

1. Membuat Laporan cek rekapitulasi penerimaan Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan Raya (SWDKLLJ) dari Bendaharawan SAMSAT

2. Membuat Bukti Setoran uang ke Bank SUMUT 3. Membuat Laporan ke Cabang Utama Jasa Raharja VI. KOREKTOR

Pelaksana : DIPENDA Tugas dan fungsi:

1. Final Checking

Yaitu meneliti benar atau tidaknya pengenaan PKB 2. Meneliti data pajak dalam ketentuan pajak sementara 3. Menyampaikan Berkas ke kasir


(46)

V. PEMBAYARAN Pelaksana : DIPENDA

Kegiatan yang dilakukan dari Wajib Pajak 1. Menerima pembayaran dari Wajib Pajak 2. Membukukan hasil penerimaan

3. Mencetak SKPD

4. Menyampaikan SKPD pada loket pencetak STNK 5. Menyampaikan berkas pada petugas Arsip

6. Menyetor hasil penerimaan ke kasir pada Bendahara (Validasi) 7. Menghimpun berkas yang belum dibayar ke petugas penagihan IV.1.3 LOKET III

Pencetak STNK

Peran dan tugas: POLRI

a. Melaksanakan Pencetak STNK (Embossing)

b. Menyampaikan SKPD/STNK ke Loket Pengembalian

c. Penyerahan SKPD/STNK dan Plat Nomor Polisi kepada Wajib Pajak

Dalam tabel 4.1 berikut, penjelasannya dapat dilihat lebih jelas berdasarkan Prosedur Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor pada UPT Pematangsiantar.


(47)

Tabel 4.1 Prosedur Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor Pada UPT Pematangsiantar

L O K E T II Pekerjaan 2 POLRI PENELITIAN BERKAS

1. Chek persyaratan dan kelengkapan berkas 2. Pendataan (entry)

3. Menyampaikan berkas ke penetapan L O K E T I Pekerjaan 1 DIPENDA POLRI PENDAFTARAN

1. Pengambilan Formulir SPT/Permohonan STNK Formulir khusus pengesahan

2. Pengisian Formulir SPT 3. Berkas

4. Menyampaikan berkas pada pengurus checking

Pekerjaan 3 DIPENDA JASA RAHARJA PENETAPAN

1. Membuat perhitungan dan penetapan wajib pajak 2. Membuat nomor kohir

3. Mengisi data notice pajak

4. Menyampaikan berkas pada kasir

Pekerjaan 4 DIPENDA KOREKTOR

1. Meneliti kebenaran dan penetapan kepada wajib pajak


(48)

L O K E T III

Pekerjaan 6 POLRI EMBOSSING/PENCETAK STNK

1. Melaksanakan embossing/pencetakan STNK 2. Menyampaikan SKPD/STNK ke loket

pengambilan STNK/Plat motor

Pekerjaan 5 DIPENDA PEMBAYARAN

1. Menerima pembayaran dari wajib pajak 2. Membuka hasil penerimaan

3. Mencetak SKPD

4. Menyampaikan SKPD pada loket emboling/ Pencetak STNK

5. Menyampaikan berkas pada petugas kartu box (Arsip)

6. Menyetor hasil penerimaan kasir pada bendahara (Validasi)

7. Menyampaikan berkas yang belum bayar ke petugas penagihan

8. Menghimpun berkas yang belum bayar

Penyerahan SKPD/STNK dan Plat Nomor Sumber : UPT Pematangsiantar/DISPENDA


(49)

Tabel 4.2 Mekanisme Pelayanan Kantor Bersama Samsat

PEMILIK/PEMOHON

LOKET PELAYANAN PEMBAYARAN & PENYERAHAN Kasir

Bendahara Khusus Penerima

Penyerahan

VALIDASI SKPD, CETAK STNK, TNKB, STCK, TCKB, BTCKB & BPKB

ADM. STNK/TNK

ADM. ASURANSI JASA RAHARJA ADM. PAJAK DAERAH

UNIT ADMINISTRASI PENDAFTARAN & PENETAPAN

LOKET PELAYANAN PERSYARA T AN KHUSUS MUT A SI PENG ESAH AN STN K PENDA FTAR AN BARU PERPANJA NGA N STN K ARSIP

Sumber : UPT Pematangsiantar/DISPENDA Propinsi Sumatera Utara


(50)

Tabel 4.3 Organisasi Fungisional Kantor Bersama Samsat

KA. UPTD PADITLANTAS KOORDINATOR

LOKET I LOKET II

ARSIP

PENELITIAN REGIDENT

OTORISASI DASTIK RANMOR PENETAPAN PKB/BBNKB

PENETAPAN SWDKLLJ

KOREKTOR PENETAPAN BIAYA ADM. STNK SWDKLLJ

PENERIMAAN PENATAAN PEMELIHARAAN

PENGAWASAN PENYERAHAN

PENYERAHAN STNK/TNKB/SKPD/PENNING

P E N N I N G VALIDASI STNK & PENYEDIAAN TNKB PENERIMAAN PEMBAYARAN

PENYEDIAAN

PENDAFTARAN/PENETAPAN PEMBAYARAN PENYERAHAN

Sumber : UPT Pematangsiantar/DISPENDA Propinsi Sumatera Utara


(51)

IV.6 Realisasi Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor Pada UPT Pematangsiantar

Tabel 4.4 Perbandingan dan Target PKB/BBN-KB UPTD Pematangsiantar T.A 2002-2008 (Juni-Oktober)

TAHUN TARGET REALISASI PERSENTASI

2002 Rp. 378.916.395.000 Rp. 423.776.252.841 111,84% 2003 Rp. 607.058.016.000 Rp. 645.489.896.878 106,33% 2004 Rp. 762.290.360.000 Rp. 797.921.241.009 104,76% 2005 Rp. 904.790.000.000 Rp. 921.075.901.914 101,80% 2006 Rp. 929.702.000.000 Rp. 323.408.462.280 34,68% 2007 Rp. 950.602.000.000 Rp. 362.577.783.519 50,71% 2008 Rp. 1.019.219.000.000 Rp. 867.650.325.765 75,35% Sumber Data: Pematangsiantar/DIPENDA Sumatera Utara

Dari Tabel 4.4 dapat diperoleh data atau informasi mengenai jumlah perbandingan target dan realisasi penerimaan PKB pada UPT Pematangsiantar selama 7 (tujuh) tahun berturut-turut yaitu tahun 2002, tahun 2003, tahun 2004, tahun 2005, tahun 2006, tahun 2007 dan tahun 2008. Dari data di atas dapat dilihat bahwa secara umum kesadaran dan kepatuhan masyarakat dalam membayar PKB/BBN-KB sudah baik. Hal tersebut dapat kita lihat dari jumlah penerimaan dan realisasi yang telah dicapai. Pada tahun 2002, target PKB berjumlah Rp. 378.916.395.000 dengan realisasi PKB Rp 423.776.252.841 dan pencapaian persentasinya 111,84%. Pada tahun 2003 terjadi juga peningkatan dari Rp. 378.916.395.000 pada tahun 2003 menjadi Rp. 607.058.016.000 pada tahun 2002 dengan tingkat realisasi Rp. 423.776.252.841 dan pencapaian persentasinya


(52)

111,84%. Pada tahun 2003 penerimaan PKB juga masih terus meningkat dari Rp. 378.916.395.000 pada tahun 2002 menjadi Rp. 607.058.016.000 pada tahun 2003 dengan

realisasi Rp. 645.489.896.878, dengan persentasi mencapai 106,33%. Pada tahun 2004 penerimaan PKB terus mengalami peningkatan dengan jumlah target penerimaan Rp. 762.290.360.000 dengan realisasi Rp. 787.921.241.000 dan pencapaian persentasinya 104,76%.

Pada tahun 2005 penerimaan PKB masih terus dalam tahap peningkatan dari Rp. 762.290.360.000 pada tahun 2004 menjadi Rp. 904.790.000.000 pada tahun 2005 dengan

tingkat realisasi Rp. 921.075.901.914 dengan persentasi mencapai 101,80%. Pada tahun 2006 penerimaan PKB masih terus meningkat dengan penerimaan PKB Rp. 929.702.000.000 dan realisasinya berjumlah Rp. 322.408.462.280 dengan pencapaian persentase 34,68%.

Sesuai tabel 4.4 di atas, tahun 2002-2008 penerimaan terbesar Pajak Kendaraan Bermotor

(PKB) yang diperoleh UPT Pematangsiantar adalah pada tahun 2002 dengan target Rp. 378.916.395.000 dengan target Rp. 423.776.252.841 dan persentasinya 111,84%.

Dari tabel 4.4 dapat ditarik kesimpulan bahwa setiap tahunnya UPT Pematangsiantar senantiasa dapat mencapai target yang ditetapkan. Itu terbukti bahwa sejak tahun 2002-2008, reaslisasi dapat melebihi target yang telah ditetapkan. Besarnya realisasi PKB/BBN-KB membuktikan bahwa UPT Pematangsiantar menjalankan tugas dan peran dengan baik. Semua ini

tidak terlepas dari kerja sama yang baik antara UPT Pematangsiantar, POLDASU dan PT. Jasa Raharja


(53)

IV.7 Faktor Pendukung Pencapaian Target Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor di -UPT Pematangsiantar

Peningkatan penerimaan PKB di UPT Pematangsiantar dapat dipengaruhi Faktor-Faktor berikut:

1. Kerja Sama dan Koordinasi yang baik

Adanya kerja sama dan koordinasi yang baik dan tertata rapi dari instansi gabunga seperti: a. Kepolisian Daerah Pematangsiantar yaitu POLRES Simalungun

b. Pemerintah Daerah Pematangsiantar yaitu Kabupaten Simalungun c. Departemen Keuangan Pematangsiantar yaitu DISPENDA

d. Pemungutan PKB di UPT Pematangsiantar berada dalam satu kesatuan dalam pengadministrasinya.

2. Adanya Kesadaran Masyarakat

Dengan adanya kesadaran masyarakat dalam membayar PKB sangat berpengaruh terhadap jumlah realisasi penerimaan PKB dan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

3. Wilayah Kerja Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD)

Wilayah kerja UPT Pematangsiantar sebagian kota Pematangsiantar yang jumlah kendaraan bermotor banyak untuk semua wilayah Pematangsiantar.

4. Pemanfaatan Sistem Informasi dan Teknologi yang modern dan canggih

Di UPT Pematangsiantar telah menggunakan sistem informasi teknologi dan informasi yang modern sejalan dengan perkembangan zaman.


(54)

IV.8 Upaya yang Dilakukan UPT Pematangsiantar Dalam Meningkatan Pemungutan PKB Adapun upaya untuk meningkatan pemungutan PKB antara lain dengan cara-cara sebagai berikut:

1. Menyurati Wajib Pajak kendaraan bermtor yang menunggak PKB.

2. Melakukan pemeriksaan terhadap berkas Wajib Pajak, khususnya menyangkut keabsaan data Wajib Pajak kendaraan bermotor.

3. Melakukan Himbauan kepada masyarakat melalui media massa, media cetak maupun media elektronik. Media cetak dapat berupa brosur, spanduk, reklame, pengumuman, surat edaran dan sebagainya.

4. Melakukan Razia kendaraan bermotor oleh pihak SATLANTAS.

5. Melakukan kerja sama yang baik dan berkesinambungan antara DISPENDA Pematangsiantar dengan KEPOLISIAN khususnya pembayaran PKB di Pematangsiantar. 6. Memaksimalkan pelayanan kepada masyarakat dengan didukung prasarana kegiatan

sebagai berikut:

a. Memberikan nomor urut pendaftaraan guna tertibnya pelayanan pendaftaraan. b. Menyediakan sarana pengatur masuk-keluarnya Wajib Pajak, sehingga tertib.

c. Menyediakan papan informasi guna memberikan informasi kepada Wajib Pajak tentang status proses pendaftaran.


(55)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan dari keseluruhan isi penulisan ini, maka pada bab ini penulis akan uraikan beberapa penemuan yang dapat dijadikan kesimpulan. Selanjutnya setelah hasil kesimpulan penulis juga memberikan saran yang konstruktif pada kantor SAMSAT Pematangsiantar.

V.3 Kesimpulan

1. Diketahui bahwa dalam Prosedur Pelaksanaan Pengutipan Pada Kendaraan Bermotor yang dilakukan UPT Pematangsiantar yang berjalan dengan baik dan juaga memberikan pelayanan yang baik bagi Wajib Pajak.

2. Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor di UPT Pematangsiantar terus menunjukan peningkatan setiap tahun dan realisasi penerimaan melebihi target yang telah ditentukan. 3. Faktor-faktor pendukung Pajak Kendaraan Bermotor seperti kerja sama yang baik dan

pemanfaatn teknologi yang modern dan lain-lain sangat berpengaruh terhadap peningkatan Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor pada UPT Pematangsiantar.

4. Upaya peningkatan yang telah dilakukan UPT Pematangsiantar telah maksimal itu dapat dilihat dalam peningkatan Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor pada UPT Pematangsiantar setiap tahunnya.

V.4 Saran

1. Meningkatkan Publikasi dan Sosialisasi tentang Pajak Kendaraan Bermotor serta peran dan fungsi Pajak Kendaraan Bermotor dalam menunjang peningkatan Penerimaan daerah.


(56)

2. Untuk dapat mencapai target Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor yang telah ditetapkan, UPT Pematangsiantar diharapkan senantiasa membina kerja sama yang baik dengan pihak masyarakat dan instansi yang berkaitan.

3. UPT Pematangsiantar dapat meningkatkan kesadaran masyarakat dengan melakukan berbagai kegiatan bersama dengan anggota masyarakat agar masyarakat lebih menyadari kewajiban dalam membayar Pajak Kendaraan Bermotornya.

4. Melakukan berbagai tindakan dalam upaya mencapai target Pajak Kendaraan Bermotor pada UPT Pematangsiantar. Misalnya dengan melakukan Razia oleh Kepolisisan Daerah Pematangsiantar bekerjasama dengan Dinas Perhubungan Pematangsiantar.

5. Untuk dapat menghasilkan hasil yang terbaik bagi mahasiswa, perlu diadakan kerjasama yang baik dan pengaturan yang baik, misalnya dalam menyelesaikan Tugas Akhir, mahasiswa tidak hanya mengambil data untuk Laporan Tugas Akhir tetapi melaksanakan Magang minimal satu bulan sehingga dapat diperoleh hasil yang maksimal.


(57)

DAFTAR PUSTAKA

Kurniawan, Panca dan Agus Purwanto, 2004, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Bayumedia, Malang.

Mardiasmo, 2003, Perpajakan, Andi, Yogyakarta.

Nurmantu, Safri, 2003, Pengantar Perpajakan (edisi 2), Granit, Jakarta.

Waluyo Irawan B, Illyas, Perpajakan Indonesia, Salemba IV, Jakarta.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2000, tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2001, tentang Pajak Daerah.

Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 3 Tahun 2002, tentang Pajak Daerah dan


(1)

111,84%. Pada tahun 2003 penerimaan PKB juga masih terus meningkat dari Rp. 378.916.395.000 pada tahun 2002 menjadi Rp. 607.058.016.000 pada tahun 2003 dengan

realisasi Rp. 645.489.896.878, dengan persentasi mencapai 106,33%. Pada tahun 2004 penerimaan PKB terus mengalami peningkatan dengan jumlah target penerimaan Rp. 762.290.360.000 dengan realisasi Rp. 787.921.241.000 dan pencapaian persentasinya 104,76%.

Pada tahun 2005 penerimaan PKB masih terus dalam tahap peningkatan dari Rp. 762.290.360.000 pada tahun 2004 menjadi Rp. 904.790.000.000 pada tahun 2005 dengan

tingkat realisasi Rp. 921.075.901.914 dengan persentasi mencapai 101,80%. Pada tahun 2006 penerimaan PKB masih terus meningkat dengan penerimaan PKB Rp. 929.702.000.000 dan realisasinya berjumlah Rp. 322.408.462.280 dengan pencapaian persentase 34,68%.

Sesuai tabel 4.4 di atas, tahun 2002-2008 penerimaan terbesar Pajak Kendaraan Bermotor

(PKB) yang diperoleh UPT Pematangsiantar adalah pada tahun 2002 dengan target Rp. 378.916.395.000 dengan target Rp. 423.776.252.841 dan persentasinya 111,84%.

Dari tabel 4.4 dapat ditarik kesimpulan bahwa setiap tahunnya UPT Pematangsiantar senantiasa dapat mencapai target yang ditetapkan. Itu terbukti bahwa sejak tahun 2002-2008, reaslisasi dapat melebihi target yang telah ditetapkan. Besarnya realisasi PKB/BBN-KB membuktikan bahwa UPT Pematangsiantar menjalankan tugas dan peran dengan baik. Semua ini

tidak terlepas dari kerja sama yang baik antara UPT Pematangsiantar, POLDASU dan PT. Jasa Raharja


(2)

IV.7 Faktor Pendukung Pencapaian Target Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor di -UPT Pematangsiantar

Peningkatan penerimaan PKB di UPT Pematangsiantar dapat dipengaruhi Faktor-Faktor berikut:

1. Kerja Sama dan Koordinasi yang baik

Adanya kerja sama dan koordinasi yang baik dan tertata rapi dari instansi gabunga seperti: a. Kepolisian Daerah Pematangsiantar yaitu POLRES Simalungun

b. Pemerintah Daerah Pematangsiantar yaitu Kabupaten Simalungun c. Departemen Keuangan Pematangsiantar yaitu DISPENDA

d. Pemungutan PKB di UPT Pematangsiantar berada dalam satu kesatuan dalam pengadministrasinya.

2. Adanya Kesadaran Masyarakat

Dengan adanya kesadaran masyarakat dalam membayar PKB sangat berpengaruh terhadap jumlah realisasi penerimaan PKB dan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

3. Wilayah Kerja Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD)

Wilayah kerja UPT Pematangsiantar sebagian kota Pematangsiantar yang jumlah kendaraan bermotor banyak untuk semua wilayah Pematangsiantar.

4. Pemanfaatan Sistem Informasi dan Teknologi yang modern dan canggih

Di UPT Pematangsiantar telah menggunakan sistem informasi teknologi dan informasi yang modern sejalan dengan perkembangan zaman.


(3)

IV.8 Upaya yang Dilakukan UPT Pematangsiantar Dalam Meningkatan Pemungutan PKB Adapun upaya untuk meningkatan pemungutan PKB antara lain dengan cara-cara sebagai berikut:

1. Menyurati Wajib Pajak kendaraan bermtor yang menunggak PKB.

2. Melakukan pemeriksaan terhadap berkas Wajib Pajak, khususnya menyangkut keabsaan data Wajib Pajak kendaraan bermotor.

3. Melakukan Himbauan kepada masyarakat melalui media massa, media cetak maupun media elektronik. Media cetak dapat berupa brosur, spanduk, reklame, pengumuman, surat edaran dan sebagainya.

4. Melakukan Razia kendaraan bermotor oleh pihak SATLANTAS.

5. Melakukan kerja sama yang baik dan berkesinambungan antara DISPENDA Pematangsiantar dengan KEPOLISIAN khususnya pembayaran PKB di Pematangsiantar. 6. Memaksimalkan pelayanan kepada masyarakat dengan didukung prasarana kegiatan

sebagai berikut:

a. Memberikan nomor urut pendaftaraan guna tertibnya pelayanan pendaftaraan. b. Menyediakan sarana pengatur masuk-keluarnya Wajib Pajak, sehingga tertib.

c. Menyediakan papan informasi guna memberikan informasi kepada Wajib Pajak tentang status proses pendaftaran.


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan dari keseluruhan isi penulisan ini, maka pada bab ini penulis akan uraikan beberapa penemuan yang dapat dijadikan kesimpulan. Selanjutnya setelah hasil kesimpulan penulis juga memberikan saran yang konstruktif pada kantor SAMSAT Pematangsiantar.

V.3 Kesimpulan

1. Diketahui bahwa dalam Prosedur Pelaksanaan Pengutipan Pada Kendaraan Bermotor yang dilakukan UPT Pematangsiantar yang berjalan dengan baik dan juaga memberikan pelayanan yang baik bagi Wajib Pajak.

2. Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor di UPT Pematangsiantar terus menunjukan peningkatan setiap tahun dan realisasi penerimaan melebihi target yang telah ditentukan. 3. Faktor-faktor pendukung Pajak Kendaraan Bermotor seperti kerja sama yang baik dan

pemanfaatn teknologi yang modern dan lain-lain sangat berpengaruh terhadap peningkatan Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor pada UPT Pematangsiantar.

4. Upaya peningkatan yang telah dilakukan UPT Pematangsiantar telah maksimal itu dapat dilihat dalam peningkatan Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor pada UPT Pematangsiantar setiap tahunnya.

V.4 Saran

1. Meningkatkan Publikasi dan Sosialisasi tentang Pajak Kendaraan Bermotor serta peran dan fungsi Pajak Kendaraan Bermotor dalam menunjang peningkatan Penerimaan daerah.


(5)

2. Untuk dapat mencapai target Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor yang telah ditetapkan, UPT Pematangsiantar diharapkan senantiasa membina kerja sama yang baik dengan pihak masyarakat dan instansi yang berkaitan.

3. UPT Pematangsiantar dapat meningkatkan kesadaran masyarakat dengan melakukan berbagai kegiatan bersama dengan anggota masyarakat agar masyarakat lebih menyadari kewajiban dalam membayar Pajak Kendaraan Bermotornya.

4. Melakukan berbagai tindakan dalam upaya mencapai target Pajak Kendaraan Bermotor pada UPT Pematangsiantar. Misalnya dengan melakukan Razia oleh Kepolisisan Daerah Pematangsiantar bekerjasama dengan Dinas Perhubungan Pematangsiantar.

5. Untuk dapat menghasilkan hasil yang terbaik bagi mahasiswa, perlu diadakan kerjasama yang baik dan pengaturan yang baik, misalnya dalam menyelesaikan Tugas Akhir, mahasiswa tidak hanya mengambil data untuk Laporan Tugas Akhir tetapi melaksanakan Magang minimal satu bulan sehingga dapat diperoleh hasil yang maksimal.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Kurniawan, Panca dan Agus Purwanto, 2004, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Bayumedia, Malang.

Mardiasmo, 2003, Perpajakan, Andi, Yogyakarta.

Nurmantu, Safri, 2003, Pengantar Perpajakan (edisi 2), Granit, Jakarta.

Waluyo Irawan B, Illyas, Perpajakan Indonesia, Salemba IV, Jakarta.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2000, tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2001, tentang Pajak Daerah.

Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 3 Tahun 2002, tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Kota Medan tentang Pajak Kendaraan Bermotor.