Analisis Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Terhadap Pemberian Pupuk Organik Dan Anorganik

ANALISIS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA
VARIETAS BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) TERHADAP
PEMBERIAN PUPUK ORGANIK DAN ANORGANIK

FEBRIANI BANGUN
060307025

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010

Universitas Sumatera Utara

ANALISIS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA
VARIETAS BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) TERHADAP
PEMBERIAN PUPUK ORGANIK DAN ANORGANIK

SKRIPSI
Oleh:

FEBRIANI BANGUN
060307025

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010

Universitas Sumatera Utara

ANALISIS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA
VARIETAS BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) TERHADAP
PEMBERIAN PUPUK ORGANIK DAN ANORGANIK

SKRIPSI

Oleh:
FEBRIANI BANGUN
060307025/PEMULIAAN TANAMAN


Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010

Universitas Sumatera Utara

Judul Skripsi

Nama
NIM
Departemen
Program Studi


: Analisis Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas
Bawang Merah Terhadap Pemberian Pupuk Organik dan
Anorganik
: Febriani Bangun
: 060307025
: Budidaya Pertanian
: Pemuliaan Tanaman

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Ir. M. K. Bangun, MS
Ketua

Ir. Hasmawi Hasyim, MS
Anggota

Diketahui Oleh:
Ketua Departemen Budidaya Pertanian


Prof. Edison Purba, Ph.D

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

FEBRIANI Br BANGUN : Analisis Pertumbuhan dan Produksi Beberapa
Varietas Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Terhadap Pemberian Pupuk
Organik dan Anorganik, dibimbing oleh Ir. M. K. Bangun, MS dan Ir. Hasmawi
Hasyim, MS.
Penggunaan pupuk anorganik yang terus-menerus dan berlebihan tanpa
dibarengi dengan pemberian pupuk organik dapat menurunkan produksi dan juga
merusak tanah. Untuk itu suatu penelitian telah dilakukan di lahan percobaan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara (± 25 m dpl) pada Januari sampai
April 2010 menggunakan Rancangan Acak Kelompok faktor ganda yaitu varietas
(Katumi, Maja dan Bima) dan pupuk (pupuk kandang, pupuk anorganik, pupuk
organik (Bios + cair) dan pupuk anorganik). Parameter yang diamati adalah tinggi
tanaman, jumlah daun, jumlah siung per sampel, dan produksi umbi per plot.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas berbeda nyata terhadap
tinggi tanaman, jumlah daun. Pupuk berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman

dan produksi umbi per plot. Interaksi perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap
semua parameter. Hasil terbaik diperoleh pada varietas Maja dengan
pupuk kandang.
Kata kunci : Bawang Merah, Varietas, Pupuk

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT

FEBRIANI Br BANGUN :The test of growth and production of some shallot
varieties to the addition of organic dan anorganic fertilizer, supervised by
Ir. M. K. Bangun, MS and Ir. Hasmawi Hasyim, MS.
Using anorganic fertilizer to be continued and over without successive
supply of organic fertilizer can make production down and damage of soil too.
Therefore, a reaserch had been conducted at experimental field of college of
agriculture USU(± 25 m asl) in January until April 2010 using randomized block
design with two factors, i.e. varieties (Katumi, Maja, Bima) and fertilizer
(manure, anorganic fertilizer, organic fertilizer (Bios + liquid) and anorganic
fertilizer and liquid organic). Parameters measured were plant height, leaves
number, fang number per sample and tuber production per plot.

The results showed that varieties to different significantly on plant height
and leaves number. Fertilizer affected significantly on plant height and tuber
production per plot. The interaction of the double factors not affected significantly
on all parameters. The best result was found in the variety Maja and manure.
Key words: Shallot, variety, fertilizer

Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Tanjung Morawa pada tanggal 23 Februari 1988 dari ayah
Rion Bangun dan ibu Waris br Karo. Penulis merupakan putri pertama dari tiga
bersaudara.
Tahun 2006 penulis lulus dari SMA Negeri 1, Tanjung Morawa dan pada
tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur ujian tertulis
Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru. Penulis memilih program studi Pemuliaan
Tanaman, Departemen Budidaya Pertanian.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten Genetika Dasar
(TA. 2008-2009), asisten Dasar Pemuliaan Tanaman (TA. 2009-2010), asisten
Teknik Pemuliaan Tanaman Khusus (TA. 2009-2010) dan menjadi anggota

pengajian Nahdatussuban.
Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di Pusat Penelitian
Karet Balai Penelitian Sungei Putih di Desa Sungei Putih, Kecamatan Galang,
Kabupaten Deli Serdang pada bulan Juli sampai Agustus 2009.

Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha
Kuasa, atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul ”Analisis Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas
Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Terhadap Pemberian Pupuk Organik
dan Anorganik”.
Pada kesempatan ini penulis menghaturkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada kedua orang tua penulis yang telah membesarkan, memelihara
dan mendidik penulis selama ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak
Ir. M. K. Bangun, MS dan Ir. Hasmawi Hasyim, MS selaku ketua dan anggota
komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberikan berbagai masukan
berharga kepada penulis dari mulai menetapkan judul, melakukan penelitian,
sampai pada ujian akhir.

Di selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada adikku
tersayang Windi dan Ardhy yang menjadi penyemangat selama perkuliahan.
Terima kasih juga kepada Henry A. Sipahutar, Abdillah, Azry, abangda Syahril,
kakanda Sri, abangda Evans, abangda Armin, abangda Azyuma, adik-adik
angkatan 2007, adik-adik angkatan 2008 serta semua rekan mahasiswa yang tidak
dapat disebutkan satu per satu di sini yang telah membantu penulis dalam
penelitian dan menyelesaikan skripsi ini. Dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi
seluruh pihak yang memerlukan.
Medan,

Mei 2010

Penulis

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL

No.


Hal

1. Model sidik ragam dan nilai estimasi kuadrat tengah ................................. 13
2. Rataan tinggi tanaman (cm) 2-4 MST dengan perlakuan varietas dan
pemberian pupuk ...................................................................................... 21
3. Rataan jumlah daun (helai) 2-4 MST dengan perlakuan varietas dan
pemberian pupuk ...................................................................................... 22
4. Rataan jumlah siung per sampel (siung) dengan perlakuan varietas
dan pemberian pupuk ............................................................................... 23
5. Rataan produksi umbi per plot (g) dengan perlakuan varietas
dan pemberian pupuk ............................................................................... 23
6. Nilai duga heritabilitas untuk masing-masing parameter ........................... 24

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN

No.

Hal


1. Bagan Lahan Penelitian .................................................................................... 30
2. Bagan Plot Penelitian ....................................................................................... 31
3. Deskripsi Bawang Merah ................................................................................. 32
4. Jadwal Kegiatan Penelitian ............................................................................... 35
5. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 2 MST (cm) ................................................ 36
6. Sidik Ragam Tinggi Tanaman 2 MST ............................................................... 36
7. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 3 MST (cm) ............................................... 37
8. Sidik Ragam Tinggi Tanaman 3 MST ............................................................... 37
9. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 4 MST (cm) ............................................... 38
10. Sidik Ragam Tinggi Tanaman 4 MST .............................................................. 38
11. Data Pengamatan Jumlah Daun 2 MST (helai) ................................................ 39
12. Sidik Ragam Jumlah Daun 2 MST ................................................................... 39
13. Data Pengamatan Jumlah Daun 3 MST (helai) ................................................ 40
14. Sidik Ragam Jumlah Daun 3 MST ................................................................... 40
15. Data Pengamatan Jumlah Daun 4 MST (cm) ................................................... 41
16. Sidik Ragam Jumlah Daun 4 MST ................................................................... 41
17. Data Pengamatan Jumlah Siung per Plot (siung) .............................................. 42
18. Sidik Ragam Jumlah Siung per Plot ................................................................. 42
19. Data Pengamatan Produksi per Plot (g) ........................................................... 43

20. Sidik Ragam Produksi per Plot ........................................................................ 43
21. Nilai duga heritabilitas untuk masing-masing parameter .................................. 44
22. Data hasil Analisis Tanah ................................................................................. 44
23. Foto-Foto Lahan Penelitian ............................................................................ 45
24. Foto Tanaman Bawang Merah ........................................................................ 46
25. Foto Bawang Merah ....................................................................................... 48

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI

ABSTRAK ........................................................................................................ i
ABSTRACT ........................................................................................................ ii
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ............................................................................................. v
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... vi
PENDAHULUAN
Latar Belakang ................................................................................................... 1
Tujuan Penelitian ............................................................................................... 2
Hipotesis Penelitian ........................................................................................... 2
Kegunaan Penelitian .......................................................................................... 2
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman ................................................................................................. 3
Syarat Tumbuh .................................................................................................. 4
Iklim ............................................................................................................ 4
Tanah ........................................................................................................... 5
Pupuk ................................................................................................................ 5
Varietas .............................................................................................................8
Heritabilitas .......................................................................................................9
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................................11
Bahan dan Alat ..................................................................................................11
Metode Penelitian ..............................................................................................12
Heritabilitas .......................................................................................................14
PELAKSANAAN PENELITIAN
Persiapan Lahan .................................................................................................15
Persiapan Benih .................................................................................................15
Penanaman.........................................................................................................15
Pemupukan ........................................................................................................15
Pemeliharaan Tanaman ......................................................................................17
Penyiraman ................................................................................................17
Penyulaman ................................................................................................17
Penyiangan..................................................................................................17
Pembumbunan ............................................................................................17
Pengendalian hama dan penyakit .................................................................18
Panen .................................................................................................................18
Pengamatan Parameter .......................................................................................18
Tinggi tanaman (cm) ....................................................................................18

Universitas Sumatera Utara

Jumlah daun (helai) ......................................................................................18
Jumlah siung per sampel (siung) ..................................................................19
Produksi umbi per plot (kg) ..........................................................................19
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian ..................................................................................................20
Pembahasan ......................................................................................................24
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan .......................................................................................................27
Saran .................................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

FEBRIANI Br BANGUN : Analisis Pertumbuhan dan Produksi Beberapa
Varietas Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Terhadap Pemberian Pupuk
Organik dan Anorganik, dibimbing oleh Ir. M. K. Bangun, MS dan Ir. Hasmawi
Hasyim, MS.
Penggunaan pupuk anorganik yang terus-menerus dan berlebihan tanpa
dibarengi dengan pemberian pupuk organik dapat menurunkan produksi dan juga
merusak tanah. Untuk itu suatu penelitian telah dilakukan di lahan percobaan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara (± 25 m dpl) pada Januari sampai
April 2010 menggunakan Rancangan Acak Kelompok faktor ganda yaitu varietas
(Katumi, Maja dan Bima) dan pupuk (pupuk kandang, pupuk anorganik, pupuk
organik (Bios + cair) dan pupuk anorganik). Parameter yang diamati adalah tinggi
tanaman, jumlah daun, jumlah siung per sampel, dan produksi umbi per plot.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas berbeda nyata terhadap
tinggi tanaman, jumlah daun. Pupuk berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman
dan produksi umbi per plot. Interaksi perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap
semua parameter. Hasil terbaik diperoleh pada varietas Maja dengan
pupuk kandang.
Kata kunci : Bawang Merah, Varietas, Pupuk

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT

FEBRIANI Br BANGUN :The test of growth and production of some shallot
varieties to the addition of organic dan anorganic fertilizer, supervised by
Ir. M. K. Bangun, MS and Ir. Hasmawi Hasyim, MS.
Using anorganic fertilizer to be continued and over without successive
supply of organic fertilizer can make production down and damage of soil too.
Therefore, a reaserch had been conducted at experimental field of college of
agriculture USU(± 25 m asl) in January until April 2010 using randomized block
design with two factors, i.e. varieties (Katumi, Maja, Bima) and fertilizer
(manure, anorganic fertilizer, organic fertilizer (Bios + liquid) and anorganic
fertilizer and liquid organic). Parameters measured were plant height, leaves
number, fang number per sample and tuber production per plot.
The results showed that varieties to different significantly on plant height
and leaves number. Fertilizer affected significantly on plant height and tuber
production per plot. The interaction of the double factors not affected significantly
on all parameters. The best result was found in the variety Maja and manure.
Key words: Shallot, variety, fertilizer

Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Bawang merah merupakan tanaman yang cukup populer di masyarakat.
Karena biasa digunakan sebagai bumbu penyedap rasa. Selain itu, bawang merah
dapat dijadikan sebagai obat tradisional. Karenanya, kebutuhan masyarakat
terhadap bawang merah akan terus meningkat seiring dengan pertambahan
penduduk.
Mengingat kebutuhan terhadap bawang merah yang terus meningkat maka
pengusahaannya memberikan prospek yang cerah. Cerahnya prospek bawang
merah didukung oleh tidak adanya bahan pengganti (barang subtitusinya), baik
sintetik maupun alami. Dengan demikian keberadaan bawang merah tentu akan
tetap dibutuhkan.
Dengan

meningkatnya kebutuhan terhadap

bawang

merah maka

produksinya harus ditingkatkan. Peningkatan produksi dapat diupayakan dengan
memperbaiki kultur teknis seperti perawatan tanaman, pemupukan yang tepat dan
sistem draenasi.
Saat ini, kondisi kandungan C organik pada lahan pertanian (sawah dan
kering) sangat rendah. Hal ini disebabkan lahan – lahan yang dikelola secara
intensif tanpa memperhatikan kelestarian kesehatan tanah ( tanpa usaha
pengembalian bahan organik ke tanah). Ini menjadi salah satu sebab terjadinya
pelandaian produktifitas meskipun jenis dan dosis pupuk kimia ditingkatkan,
karena tanah telah menjadi sakit. Karena tanah sudah sakit maka perlu
memperbaiki kesuburan tanah dengan menambah C organik dengan menggunakan

Universitas Sumatera Utara

pupuk organik hingga tanah kembali normal. Dengan menggunakan pupuk
organik dan mengurangi penggunaan pupuk kimia akan memperoleh manfaat
jangka panjang yaitu meningkatkan kesuburan tanah dan meningkatkan produksi
pertanian.
Dari uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai pengaruh pemberian pupuk organik dan anorganik terhadap
pertumbuhan dan produksi beberapa varietas bawang merah.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek pemberian pupuk organik
dan anorganik terhadap pertumbuhan dan produksi beberapa varietas bawang
merah.
Hipotesis Penelitian
Ada perbedaan respons yang nyata pada pertumbuhan dan produksi
beberapa varietas bawang merah akibat perbedaan varietas, pemberian pupuk
organik dan anorganik serta interaksi kedua faktor tersebut.
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini berguna untuk mendapatkan data penyusunan skripsi sebagai
salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pertanian di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan dan sebagai bahan informasi bagi pihak yang
memerlukan.

Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman
Tanaman

bawang

merah

dapat

diklasifikasikan

sebagai

berikut

Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Class:
Monocotyledoneae, Ordo: Liliaceae, Family: Liliales, Genus: Allium, Species:
Allium ascalonicum L. (Tjitrosoepomo, 2005).
Bawang merah Berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal dan
bercabang terpencar, pada kedalaman antara 15 – 30 cm di dalam tanah
(http://www.lablink.or.id, 2010).
Daun pada bawang merah hanya mempunyai satu permukaan, berbentuk
bulat kecil memanjang dan berlubang seperti pipa. Bagian ujung daunnya
meruncing dan bagian bawahnya melebar seperti kelopak dan membengkak
(Tim Bina Karya Tani, 2008).
Tangkai bunga keluar dari ujung tanaman (titik tumbuh) yang panjangnya
antara 30 – 90 cm, dan di ujungnya terdapat 50 – 200 kuntum bunga yang
tersusun melingkar (bulat) seolah berbentuk payung. Tiap kuntum bunga terdiri
atas 5 – 6 helai daun bunga yang berwarna putih, 6 benang sari berwarna hijau
atau kekuning-kuningan, 1 putik dan bakal buah berbentuk hampir segitiga.
Bunga bawang merupakan bunga sempurna (hermaprodite) dan dapat menyerbuk
sendiri atau silang (http://www.lablink.or.id, 2010).
Tajuk dan umbi bawang merah serupa dengan bawang bombay, tetapi
ukurannya lebih kecil. Perbedaan yang lain adalah umbinya, yang berbentuk
seperti buah jambu air, berkulit coklat kemerahan, berkembang secara

Universitas Sumatera Utara

berkelompok di pangkal tanaman. Kelompok ini dapat terdiri dari beberapa
hingga 15 umbi (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Tanaman bawang merah memiliki 2 fase tumbuh, yaitu fase vegetatif dan
fase generatif. Tanaman bawang merah mulai memasuki Fase vegetatif setelah
berumur 11- 35 hari setelah tanam (HST), dan fase generatif terjadi pada saat
tanaman berumur 36 hari setelah tanam (HST). Pada fase generatif, ada yang
disebut fase pembentukan umbi ( 36 – 50 hst ) dan fase pematangan umbi
( 51- 65 hst ) (http://infokebun.wordpress.com, 2009).
Syarat Tumbuh
Iklim
Angin merupakan faktor iklim yang juga berpengaruh terhadap
pertumbuhan tanaman bawang merah. Sistem perakaran tanaman bawang merah
yang sangat dangkal dan angin kencang yang berhembus terus menerus secara
langsung dapat menyebabkan kerusakan tanaman, terutama tanaman sering roboh
(Tim Bina Karya Tani, 2008).
Tanaman bawang merah membutuhkan suhu antara 20-260 C dan lama
penyinaran 11 jam, tetapi biasanya tanaman bawang merah menyukai temperatur
yang lebih rendah (Siemonsma and Pileuk, 1994).
Tanaman bawang merah yang ditanam pada daerah yang tidak cukup
mendapat sinar matahari, sering berkabut atau tempat yang terlindungi oleh
pepohonan, maka pembentukan umbinya tidak sempurna sehingga mengakibatkan
ukuran umbinya kecil-kecil (Tim Bina Karya Tani, 2008).
Tanah

Universitas Sumatera Utara

Tanaman bawang merah menghendaki tanah gembur subur dengan
drainase baik. Tanah berpasir memperbaiki perkembangan umbinya. PH tanah
yang sesuai sekitar netral, yaitu 5,5-6,5 sedangkan temperatur cukup panas
25-320 C (Ashari, 1995).
Persyaratan tanah untuk bawang merah adalah subur, gembur dan banyak
mengandung bahan organik. Jenis tanah yang paling baik yakitu lempung berpasir
atau lempung berdebu, pH tanah 5,5 – 6,5 dan drainase serta aerasi tanah baik
(http://sultra.litbang.deptan.go.id, 2010).
Bawang merah dapat tumbuh hampir pada semua jenis tanah dengan pH
lebih dari 5,6 dan menyukai jenis tanah lempung berpasir. Di Indonesia 70 %
penanaman dilakukan pada dataran rendah di bawah 450 meter. Bawang merah
membutuhkan banyak air tetapi kondisi yang basah menyebabkan penyakit busuk
(Siemonsma and Pileuk, 1994).
Pupuk
Kondisi kandungan C organik pada lahan pertanian (sawah dan kering)
sangat rendah (rata-rata < 2 %) Hal ini disebabkan lahan – lahan yang dikelola
secara intensif tanpa memperhatikan kelestarian kesehatan tanah ( tanpa usaha
pengembalian bahan organik ke tanah). Hal ini menjadi salah satu sebab
terjadinya pelandaian produktifitas meskipun jenis dan dosis pupuk kimia
ditingkatkan, karena tanah telah menjadi sakit. Karena tanah sudah sakit maka kita
perlu memperbaiki kesuburan tanah dengan menambah C organik dengan
menggunakan pupuk organik hingga tanah kembali normal. Dengan menggunakan
pupuk organik dan mengurangi pupuk kimia atau bahkan sama sekali tidak
menggunakan pupuk kimia kita memperoleh manfaat jangka panjang untuk

Universitas Sumatera Utara

menjaga kelestarian kesuburan tanah dan meningkatkan produksi pertanian
(http://id.shvoong.com/exact-sciences/1902608-pupuk-organik, 2009).
Pupuk digolongkan menjadi dua, yakni pupuk organik dan pupuk
anorganik. Pupuk organik adalah pupuk yang terbuat dari sisa-sisa makhluk hidup
yang diolah melalui proses pembusukan (dekomposisi) oleh bakteri pengurai,
contohnya adalah pupuk kandang dan pupuk kompos. Pupuk anorganik adalah
jenis pupuk yang dibuat oleh pabrik dengan cara meramu berbagai bahan kimia
sehingga memiliki persentase kandungan hara yang tinggi, contohnya adalah
Urea, TSP dan Gandasil (Novizan, 2005).
Pupuk kandang yang baik digunakan adalah pupuk kandang matang yang
telah terfermentasi dengan baik. Tandanya warna cenderung kehitaman, dan
teksturnya lebih remah dibanding pupuk kandang mentah. Pupuk kandang yang
banyak digunakan umumnya adalah pupuk kandang kambing, karena disamping
mengandung unsur nitrogen yang cukup dan bentuknya yang berupa butiran
membuat pupuk kandang kambing lebih awet dan tidak mudah hancur apabila
terkena siraman air. Kekurangan pupuk kandang adalah apabila tidak disterilisasi
dengan baik, maka pupuk kandang cenderung mengandung bibit penyakit dan
hama bagi tanaman. Selain itu penggunaan pupuk kandang secara berlebihan
sering membuat tampilan keseluruhan tanaman dan pot menjadi kurang indah
(http://www.emirgarden.com/komponen-media-tanam.html, 2009).
Penambahan pupuk kandang dapat meningkatkan kesuburan dan produksi
pertanian. Hal ini disebabkan tanah lebih banyak menahan air sehingga unsur hara
akan terlarut dan lebih mudah diserap oleh bulu akar. Selain itu unsur mikro yang
tidak terdapat pada pupuk lainnya bisa disediakan oleh pupuk kandang misalnya

Universitas Sumatera Utara

S, Mn, Co, Br dan sebagainya. Pupuk kandang juga banyak mengandung
mikroorganisme yang dapat membantu pembentukan humus di dalam tanah dan
mensintesa senyawa tertentu yang berguna bagi tanaman (Hanum, 2008).
ABG Daun (ABG-D) adalah pupuk dasar yang digunakan pada fase
vegetatif (masa pertumbuhan) tanaman agar tanaman cepat tumbuh dan
berkembang serta memiliki perakaran yang baik. Dengan perakaran yang baik,
maka perkembangan tanaman akan baik. Manfaat pupuk ABG Daun adalah
sebagai berikut meningkatkan efisiensi pupuk dasar, memperbesar ukuran daun,
memperpanjang umur produktif daun, memperpanjang umur produktif tanaman,
menekan perkembangbiakan penyakit, bakteri antagonistik yang ada di dalam
ABG Daun dapat meningkatkan dominasi bakteri menguntungkan pada daerah
perakaran dan daun, sehingga dominasi mikroorganisme merugikan perlahan akan
tersingkir. Adapun komposisi yang terdapat pada pupuk ABG Daun (ABG-D)
adalah C-org 6%, N 14 %, P2O5 6%, K2O 8%, CaO 0,5%, MgO 0,8%, S 1%,
unsur hara mikro (B, Fe, Zn, Mn, Mo, Cu, Cl), asam amino, senyawa bio aktif
(auksin,

sitokinin,

giberelin),

mikroba

menguntungkan

bagi

tanaman

(http://www.abgorganik.wordpress.com, 2009).
ABG Bunga dan Buah adalah pupuk cair organik yang di formulasi khusus
untuk fase generatif pertumbuhan tanaman dengan tujuan memaksimalkan
pertumbuhan bunga, proses perubahan bunga menjadi buah dan pembesaran buah.
ABG Bunga Buah diformulasi karena selain memiliki kandungan K dan P yang
lebih besar dibandingkan ABG daun juga mengandung hormon pertumbuhan
bunga dan buah. Pupuk ABG Bunga Buah memiliki kandungan 6% C organik,
8% P2O5, 14% K2O, 1% CaO, 0,8 % MgO, 1% S dan hara mikro (B, Fe, Zn,

Universitas Sumatera Utara

MN, Mo, CU) serta asam-asam amino, asam humat dan senyawa bioaktif (GA3
800 ppm) (http://www.abgorganik.wordpress.com, 2009).
Varietas
Varietas adalah sekumpulan individu tanaman yang dapat dibedakan oleh
setiap sifat (morfologi, fisiologi, sitologi, kimia dan lain-lain) yang nyata untuk
usaha pertanian dan bila diproduksi kembali akan menunjukkan sifat-sifat yang
dapat dibedakan dari yang lainnya (Mangoendidjojo, 2003).
Ada dua macam perbedaan antara individu organisme : (1) Perbedaan
yang ditentukan oleh keadaan luar yaitu yang dapat ditelusuri dari lingkungan,
(2) Perbedaan yang dibawa sejak lahir yaitu yang dapat ditelusuri dari kebakaan.
Suatu fenotipe (penampilan dan cara fungsinya) individu merupakan hasil
interaksi antara genotipe (warisan alam) dan lingkungannya. Walaupun sifat khas
dari suatu fenotipe tertentu tidak dapat ditentukan oleh perbedaan fenotipe atau
lingkungan, ada kemungkinan perbedaan fenotipe antara yang terpisahkan itu
disebabkan oleh perbedaan lingkungan atau keduanya (Loveless, 1989).
Pada umumnya tanaman memiliki perbedaan fenotipe dan genotipe yang
sama. Perbedaan varietas cukup besar mempengaruhi perbedaan sifat dalam
tanaman. Keragaman penampilan tanaman terjadi akibat sifat dalam tanaman
(genetik) atau perbedaan lingkungan kedua-duanya. Perbedaan susunan genetik
merupakan suatu untaian susunan genetik yang akan diekspresikan pada satu atau
keseluruhan fase pertumbuhan

yang berbeda dan dapat diekspresikan pada

berbagai sifat tanaman yang mencakup bentuk dan fungsi tanaman dan akhirnya
menghasilkan keragaman pertumbuhan tanaman (Sitompul dan Guritno, 1995).

Universitas Sumatera Utara

Hasil maksimum akan dapat dicapai apabila suatu kultivar unggul
menerima respons terhadap kombinasi optimum dari air, pupuk dan praktek
budidaya lainnya. Semua kombinasi input ini penting dalam mencapai
produktivitas tinggi (Nasir, 2002).
Heritabilitas
Nilai heritabilitas suatu sifat tergantung pada tindak gen yang
mengendalikan gen tersebut. Jika heritabilitas dalam arti sempit suatu sifat
bernilai tinggi, maka sifat tersebut dikendalikan oleh tindak gen aditif pada kadar
yang tinggi. Sebaliknya jika heritabilitas dalam arti sempit bernilai rendah, maka
sifat tersebut dikendalikan oleh tindak gen bukan aditif (dominan dan epistasis)
pada kadar yang tinggi. Heritabilitas akan bermakna jika varians genetik
didominasi oleh varians aditif karena pengaruh aditif setiap alel akan diwariskan
dari tetua kepada progeninya (Suprapto dan Khairuddin, 2007).
Heritabilitas dinyatakan sebagai persentase dan merupakan bagian
pengaruh genetik dari penampakan fenotip yang dapat diwariskan dari tetua
kepada turunannya. Heritabilitas tinggi menunjukkan bahwa variabilitas genetik
besar dan variabilitas lingkungan kecil. Dengan makin besarnya komponen
lingkungan, heritabilitas makin kecil (Crowder, 1997).
Heritabilitas juga merupakan parameter yang digunakan untuk seleksi
pada lingkungan tertentu, karena heritabilitas merupakan gambaran apakah suatu
karakter lebih dipengaruhi faktor genetik atau faktor lingkungan. Nilai
heritabilitas tinggi menunjukkan bahwa faktor genetik relatif lebih berperan
dibandingkan faktor lingkungan. Sifat yang mempunyai heritabilitas tinggi maka
sifat tersebut akan mudah diwariskan pada keturunan berikutnya (Alnopri, 2004).

Universitas Sumatera Utara

Variasi keseluruhan dalam suatu populasi merupakan hasil kombinasi
genotipe dan pengaruh lingkungan. Proporsi variasi merupakan sumber yang
penting dalam program pemuliaan karena dari jumlah variasi genetik ini
diharapkan terjadi kombinasi genetik yang baru. Proporsi dari seluruh variasi yang
disebabkan oleh perubahan genetik disebut heritabilitas. Heritabilitas dalam arti
yang luas adalah semua aksi gen termasuk sifat dominan, aditif, dan epistasis.
Nilai heritabilitas secara teoritis berkisar dari 0 sampai 1. Nilai 0 ialah bila seluruh
variasi yang terjadi disebabkan oleh faktor lingkungan, sedangkan nilai 1 bila
seluruh variasi disebabkan oleh faktor genetik. Dengan demikian nilai heritabilitas
akan terletak antara kedua nilai ekstrim tersebut (Welsh, 2005).

Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman
Tanaman

bawang

merah

dapat

diklasifikasikan

sebagai

berikut

Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Class:
Monocotyledoneae, Ordo: Liliaceae, Family: Liliales, Genus: Allium, Species:
Allium ascalonicum L. (Tjitrosoepomo, 2005).
Bawang merah Berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal dan
bercabang terpencar, pada kedalaman antara 15 – 30 cm di dalam tanah
(http://www.lablink.or.id, 2010).
Daun pada bawang merah hanya mempunyai satu permukaan, berbentuk
bulat kecil memanjang dan berlubang seperti pipa. Bagian ujung daunnya
meruncing dan bagian bawahnya melebar seperti kelopak dan membengkak
(Tim Bina Karya Tani, 2008).
Tangkai bunga keluar dari ujung tanaman (titik tumbuh) yang panjangnya
antara 30 – 90 cm, dan di ujungnya terdapat 50 – 200 kuntum bunga yang
tersusun melingkar (bulat) seolah berbentuk payung. Tiap kuntum bunga terdiri
atas 5 – 6 helai daun bunga yang berwarna putih, 6 benang sari berwarna hijau
atau kekuning-kuningan, 1 putik dan bakal buah berbentuk hampir segitiga.
Bunga bawang merupakan bunga sempurna (hermaprodite) dan dapat menyerbuk
sendiri atau silang (http://www.lablink.or.id, 2010).
Tajuk dan umbi bawang merah serupa dengan bawang bombay, tetapi
ukurannya lebih kecil. Perbedaan yang lain adalah umbinya, yang berbentuk
seperti buah jambu air, berkulit coklat kemerahan, berkembang secara

Universitas Sumatera Utara

berkelompok di pangkal tanaman. Kelompok ini dapat terdiri dari beberapa
hingga 15 umbi (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Tanaman bawang merah memiliki 2 fase tumbuh, yaitu fase vegetatif dan
fase generatif. Tanaman bawang merah mulai memasuki Fase vegetatif setelah
berumur 11- 35 hari setelah tanam (HST), dan fase generatif terjadi pada saat
tanaman berumur 36 hari setelah tanam (HST). Pada fase generatif, ada yang
disebut fase pembentukan umbi ( 36 – 50 hst ) dan fase pematangan umbi
( 51- 65 hst ) (http://infokebun.wordpress.com, 2009).
Syarat Tumbuh
Iklim
Angin merupakan faktor iklim yang juga berpengaruh terhadap
pertumbuhan tanaman bawang merah. Sistem perakaran tanaman bawang merah
yang sangat dangkal dan angin kencang yang berhembus terus menerus secara
langsung dapat menyebabkan kerusakan tanaman, terutama tanaman sering roboh
(Tim Bina Karya Tani, 2008).
Tanaman bawang merah membutuhkan suhu antara 20-260 C dan lama
penyinaran 11 jam, tetapi biasanya tanaman bawang merah menyukai temperatur
yang lebih rendah (Siemonsma and Pileuk, 1994).
Tanaman bawang merah yang ditanam pada daerah yang tidak cukup
mendapat sinar matahari, sering berkabut atau tempat yang terlindungi oleh
pepohonan, maka pembentukan umbinya tidak sempurna sehingga mengakibatkan
ukuran umbinya kecil-kecil (Tim Bina Karya Tani, 2008).
Tanah

Universitas Sumatera Utara

Tanaman bawang merah menghendaki tanah gembur subur dengan
drainase baik. Tanah berpasir memperbaiki perkembangan umbinya. PH tanah
yang sesuai sekitar netral, yaitu 5,5-6,5 sedangkan temperatur cukup panas
25-320 C (Ashari, 1995).
Persyaratan tanah untuk bawang merah adalah subur, gembur dan banyak
mengandung bahan organik. Jenis tanah yang paling baik yakitu lempung berpasir
atau lempung berdebu, pH tanah 5,5 – 6,5 dan drainase serta aerasi tanah baik
(http://sultra.litbang.deptan.go.id, 2010).
Bawang merah dapat tumbuh hampir pada semua jenis tanah dengan pH
lebih dari 5,6 dan menyukai jenis tanah lempung berpasir. Di Indonesia 70 %
penanaman dilakukan pada dataran rendah di bawah 450 meter. Bawang merah
membutuhkan banyak air tetapi kondisi yang basah menyebabkan penyakit busuk
(Siemonsma and Pileuk, 1994).
Pupuk
Kondisi kandungan C organik pada lahan pertanian (sawah dan kering)
sangat rendah (rata-rata < 2 %) Hal ini disebabkan lahan – lahan yang dikelola
secara intensif tanpa memperhatikan kelestarian kesehatan tanah ( tanpa usaha
pengembalian bahan organik ke tanah). Hal ini menjadi salah satu sebab
terjadinya pelandaian produktifitas meskipun jenis dan dosis pupuk kimia
ditingkatkan, karena tanah telah menjadi sakit. Karena tanah sudah sakit maka kita
perlu memperbaiki kesuburan tanah dengan menambah C organik dengan
menggunakan pupuk organik hingga tanah kembali normal. Dengan menggunakan
pupuk organik dan mengurangi pupuk kimia atau bahkan sama sekali tidak
menggunakan pupuk kimia kita memperoleh manfaat jangka panjang untuk

Universitas Sumatera Utara

menjaga kelestarian kesuburan tanah dan meningkatkan produksi pertanian
(http://id.shvoong.com/exact-sciences/1902608-pupuk-organik, 2009).
Pupuk digolongkan menjadi dua, yakni pupuk organik dan pupuk
anorganik. Pupuk organik adalah pupuk yang terbuat dari sisa-sisa makhluk hidup
yang diolah melalui proses pembusukan (dekomposisi) oleh bakteri pengurai,
contohnya adalah pupuk kandang dan pupuk kompos. Pupuk anorganik adalah
jenis pupuk yang dibuat oleh pabrik dengan cara meramu berbagai bahan kimia
sehingga memiliki persentase kandungan hara yang tinggi, contohnya adalah
Urea, TSP dan Gandasil (Novizan, 2005).
Pupuk kandang yang baik digunakan adalah pupuk kandang matang yang
telah terfermentasi dengan baik. Tandanya warna cenderung kehitaman, dan
teksturnya lebih remah dibanding pupuk kandang mentah. Pupuk kandang yang
banyak digunakan umumnya adalah pupuk kandang kambing, karena disamping
mengandung unsur nitrogen yang cukup dan bentuknya yang berupa butiran
membuat pupuk kandang kambing lebih awet dan tidak mudah hancur apabila
terkena siraman air. Kekurangan pupuk kandang adalah apabila tidak disterilisasi
dengan baik, maka pupuk kandang cenderung mengandung bibit penyakit dan
hama bagi tanaman. Selain itu penggunaan pupuk kandang secara berlebihan
sering membuat tampilan keseluruhan tanaman dan pot menjadi kurang indah
(http://www.emirgarden.com/komponen-media-tanam.html, 2009).
Penambahan pupuk kandang dapat meningkatkan kesuburan dan produksi
pertanian. Hal ini disebabkan tanah lebih banyak menahan air sehingga unsur hara
akan terlarut dan lebih mudah diserap oleh bulu akar. Selain itu unsur mikro yang
tidak terdapat pada pupuk lainnya bisa disediakan oleh pupuk kandang misalnya

Universitas Sumatera Utara

S, Mn, Co, Br dan sebagainya. Pupuk kandang juga banyak mengandung
mikroorganisme yang dapat membantu pembentukan humus di dalam tanah dan
mensintesa senyawa tertentu yang berguna bagi tanaman (Hanum, 2008).
ABG Daun (ABG-D) adalah pupuk dasar yang digunakan pada fase
vegetatif (masa pertumbuhan) tanaman agar tanaman cepat tumbuh dan
berkembang serta memiliki perakaran yang baik. Dengan perakaran yang baik,
maka perkembangan tanaman akan baik. Manfaat pupuk ABG Daun adalah
sebagai berikut meningkatkan efisiensi pupuk dasar, memperbesar ukuran daun,
memperpanjang umur produktif daun, memperpanjang umur produktif tanaman,
menekan perkembangbiakan penyakit, bakteri antagonistik yang ada di dalam
ABG Daun dapat meningkatkan dominasi bakteri menguntungkan pada daerah
perakaran dan daun, sehingga dominasi mikroorganisme merugikan perlahan akan
tersingkir. Adapun komposisi yang terdapat pada pupuk ABG Daun (ABG-D)
adalah C-org 6%, N 14 %, P2O5 6%, K2O 8%, CaO 0,5%, MgO 0,8%, S 1%,
unsur hara mikro (B, Fe, Zn, Mn, Mo, Cu, Cl), asam amino, senyawa bio aktif
(auksin,

sitokinin,

giberelin),

mikroba

menguntungkan

bagi

tanaman

(http://www.abgorganik.wordpress.com, 2009).
ABG Bunga dan Buah adalah pupuk cair organik yang di formulasi khusus
untuk fase generatif pertumbuhan tanaman dengan tujuan memaksimalkan
pertumbuhan bunga, proses perubahan bunga menjadi buah dan pembesaran buah.
ABG Bunga Buah diformulasi karena selain memiliki kandungan K dan P yang
lebih besar dibandingkan ABG daun juga mengandung hormon pertumbuhan
bunga dan buah. Pupuk ABG Bunga Buah memiliki kandungan 6% C organik,
8% P2O5, 14% K2O, 1% CaO, 0,8 % MgO, 1% S dan hara mikro (B, Fe, Zn,

Universitas Sumatera Utara

MN, Mo, CU) serta asam-asam amino, asam humat dan senyawa bioaktif (GA3
800 ppm) (http://www.abgorganik.wordpress.com, 2009).
Varietas
Varietas adalah sekumpulan individu tanaman yang dapat dibedakan oleh
setiap sifat (morfologi, fisiologi, sitologi, kimia dan lain-lain) yang nyata untuk
usaha pertanian dan bila diproduksi kembali akan menunjukkan sifat-sifat yang
dapat dibedakan dari yang lainnya (Mangoendidjojo, 2003).
Ada dua macam perbedaan antara individu organisme : (1) Perbedaan
yang ditentukan oleh keadaan luar yaitu yang dapat ditelusuri dari lingkungan,
(2) Perbedaan yang dibawa sejak lahir yaitu yang dapat ditelusuri dari kebakaan.
Suatu fenotipe (penampilan dan cara fungsinya) individu merupakan hasil
interaksi antara genotipe (warisan alam) dan lingkungannya. Walaupun sifat khas
dari suatu fenotipe tertentu tidak dapat ditentukan oleh perbedaan fenotipe atau
lingkungan, ada kemungkinan perbedaan fenotipe antara yang terpisahkan itu
disebabkan oleh perbedaan lingkungan atau keduanya (Loveless, 1989).
Pada umumnya tanaman memiliki perbedaan fenotipe dan genotipe yang
sama. Perbedaan varietas cukup besar mempengaruhi perbedaan sifat dalam
tanaman. Keragaman penampilan tanaman terjadi akibat sifat dalam tanaman
(genetik) atau perbedaan lingkungan kedua-duanya. Perbedaan susunan genetik
merupakan suatu untaian susunan genetik yang akan diekspresikan pada satu atau
keseluruhan fase pertumbuhan

yang berbeda dan dapat diekspresikan pada

berbagai sifat tanaman yang mencakup bentuk dan fungsi tanaman dan akhirnya
menghasilkan keragaman pertumbuhan tanaman (Sitompul dan Guritno, 1995).

Universitas Sumatera Utara

Hasil maksimum akan dapat dicapai apabila suatu kultivar unggul
menerima respons terhadap kombinasi optimum dari air, pupuk dan praktek
budidaya lainnya. Semua kombinasi input ini penting dalam mencapai
produktivitas tinggi (Nasir, 2002).
Heritabilitas
Nilai heritabilitas suatu sifat tergantung pada tindak gen yang
mengendalikan gen tersebut. Jika heritabilitas dalam arti sempit suatu sifat
bernilai tinggi, maka sifat tersebut dikendalikan oleh tindak gen aditif pada kadar
yang tinggi. Sebaliknya jika heritabilitas dalam arti sempit bernilai rendah, maka
sifat tersebut dikendalikan oleh tindak gen bukan aditif (dominan dan epistasis)
pada kadar yang tinggi. Heritabilitas akan bermakna jika varians genetik
didominasi oleh varians aditif karena pengaruh aditif setiap alel akan diwariskan
dari tetua kepada progeninya (Suprapto dan Khairuddin, 2007).
Heritabilitas dinyatakan sebagai persentase dan merupakan bagian
pengaruh genetik dari penampakan fenotip yang dapat diwariskan dari tetua
kepada turunannya. Heritabilitas tinggi menunjukkan bahwa variabilitas genetik
besar dan variabilitas lingkungan kecil. Dengan makin besarnya komponen
lingkungan, heritabilitas makin kecil (Crowder, 1997).
Heritabilitas juga merupakan parameter yang digunakan untuk seleksi
pada lingkungan tertentu, karena heritabilitas merupakan gambaran apakah suatu
karakter lebih dipengaruhi faktor genetik atau faktor lingkungan. Nilai
heritabilitas tinggi menunjukkan bahwa faktor genetik relatif lebih berperan
dibandingkan faktor lingkungan. Sifat yang mempunyai heritabilitas tinggi maka
sifat tersebut akan mudah diwariskan pada keturunan berikutnya (Alnopri, 2004).

Universitas Sumatera Utara

Variasi keseluruhan dalam suatu populasi merupakan hasil kombinasi
genotipe dan pengaruh lingkungan. Proporsi variasi merupakan sumber yang
penting dalam program pemuliaan karena dari jumlah variasi genetik ini
diharapkan terjadi kombinasi genetik yang baru. Proporsi dari seluruh variasi yang
disebabkan oleh perubahan genetik disebut heritabilitas. Heritabilitas dalam arti
yang luas adalah semua aksi gen termasuk sifat dominan, aditif, dan epistasis.
Nilai heritabilitas secara teoritis berkisar dari 0 sampai 1. Nilai 0 ialah bila seluruh
variasi yang terjadi disebabkan oleh faktor lingkungan, sedangkan nilai 1 bila
seluruh variasi disebabkan oleh faktor genetik. Dengan demikian nilai heritabilitas
akan terletak antara kedua nilai ekstrim tersebut (Welsh, 2005).

Universitas Sumatera Utara

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara dengan ketinggian + 25 meter di atas permukaan laut,
yang dimulai dari bulan Januari hingga Maret 2010.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 3 varietas umbi bawang
merah yaitu Katumi, Maja dan Bima sebagai objek pengamatan, pupuk anorganik
(Urea, TSP dan KCl), pupuk kandang kambing dan pupuk organik Amazing
Bio-Growth (ABG-Bios, ABG-Daun, ABG-Bunga) sebagai faktor perlakuan, dan
top soil sebagai media tanam.
Alat yang digunakan adalah cangkul untuk membersihkan lahan dari
gulma, meteran untuk mengukur luas lahan dan tinggi tanaman, gembor, tali
plastik, pacak sampel, pacak perlakuan, alat tulis, kalkulator, kertas label,
timbangan.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktor
ganda:
Faktor 1: Varietas yang terdiri dari 3 varietas (V)
V1 = Katumi

V2 = Maja

V3 = Bima

Universitas Sumatera Utara

Faktor 2: Pupuk yang terdiri dari 4 pupuk (P)
Po = Pupuk kandang
P1 = Pupuk anorganik (Urea, KCl, TSP)
P2 = Pupuk organik (Bios + cair)
P3 = Pupuk anorganik dan pupuk organik cair
Sehingga diperoleh 12 kombinasi perlakuan yaitu:
PoV1

PoV2

PoV3

P1V1

P1V2

P1V3

P2V1

P2V2

P2V3

P3V1

P3V2

P3V3

Jumlah blok (ulangan)

: 3 ulangan.

Jumlah plot

: 36 plot.

Jumlah tanaman/plot

: 25 tanaman

Jumlah sampel/plot

: 4 tanaman

Jumlah sampel seluruhnya : 144 sampel.
Jumlah tanaman seluruhnya : 900 tanaman.
Jarak tanam

: 20 cm x 20 cm

Jarak antar blok

: 30 cm.

Jarak antar plot

: 20 cm.

Ukuran plot

: 100 cm x 100 cm.

Data hasil penelitian dianalisis dengan sidik ragam dengan model linear
aditif sebagai berikut :
Yijk = µ + ρi + αj + βk + (αβ)jk + εijk
i = 1,2,3

j = 1,2 ,3

k = 1,2,3,4

Universitas Sumatera Utara

Dimana :
Yijk

: Hasil pengamatan pada blok ke-i dengan varietas (V) pada kategori
ke-j dan pupuk (P) pada taraf ke-k

µ

: Nilai tengah

ρi

: Efek dari blok ke-i

αj

: Efek dari perlakuan varietas ke-j.

βk

: Efek pupuk pada taraf ke-k.

(αβ)jk

: Efek interaksi antara varietas pada kategori ke-j dengan pupuk pada
taraf ke-k.

εijk

: Efek error dari blok ke-i, yaitu varietas pada kategori ke-j dan
pupuk pada taraf ke-k.
Data hasil penelitian yang berpengaruh nyata dilanjutkan dengan uji

beda rataan berdasarkan Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5%.
Tabel 1. Model Sidik Ragam dan Nilai Estimasi Kuadrat Tengah
Sumber

Db

JK

KT

Estimasi Kuadrat

Keragaman

Tengah

Blok

B-1

JK(B)

KT(B)

σ2E + VPσ2B

Varietas (V)

V-1

JK(V)

KT(V)

σ2E + rσ2VP + 12σ2V

Pupuk (P)

P-1

JK(P)

KT(P)

σ2E + rσ2VP + 9σ2P

VxP

(V-1)(P-1)

JK(VxP)

KT(VxP)

Error

(r-1)(VP-1)

JK(E)

Kt(E)

Total

rVP-1

JK(T)

-

σ2E + rσ2VP
σ2 E
-

Universitas Sumatera Utara

Heritabilitas
Nilai heritabilitas dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

h2 =

σ 2g
σ2f

h2 =

σ 2g
σ 2 g + σ 2e

dimana

σ2 f =

σ2 g + σ2 e

dimana :
h2

= heritabilitas

σ2 g

= varians genotipe

σ2 f

= varians penotipe

σ2 e

= varians lingkungan
Menurut Stansfield (1991) kriteria heritabilitas adalah sebagai berikut :

Heritabilitas tinggi

> 0,5

Heritabilitas sedang

= 0,2 – 0,5

Heritabilitas rendah

< 0,2

Universitas Sumatera Utara

PELAKSANAAN PENELITIAN

Persiapan Lahan
Areal penanaman yang akan digunakan terlebih dahulu diukur sesuai
dengan kebutuhan lalu dibersihkan dari gulma-gulma yang ada hingga
benar-benar bersih. Pengolahan tanah dilakukan dengan cara dicangkul hingga
kedalaman 20-30 cm sambil digemburkan. Setelah itu dibuat petak plot dengan
ukuran 100 cm x 100 cm, parit pemisah antar blok dengan lebar 30 cm dan antar
plot dengan lebar 20 cm sebagai drainase.
Persiapan Benih
Sebelum dilakukan penanaman terlebih dahulu dipilih umbi, umbi yang
digunakan adalah umbi yang berasal dari tanaman berumur 70 - 80 HST, umbi
tersebut harus terlihat segar dan sehat, tidak keriput, dan warnanya cerah.
Penanaman
Penanaman dilakukan dengan membuat lubang tanam yang ditugal pada
areal penanaman, kemudian dimasukkan 1 benih per lubang tanam. Dimana sehari
sebelum umbi ditanam, terlebih dahulu ujung umbi dipotong 1/3 bagian yang
bertujuan agar umbi tumbuh merata, kemudian umbi dibenamkan ke lubang
tanam selanjutnya ditutupi dengan tanah.
Pemupukan
Pada perlakuan pupuk kandang (P0), pupuk yang digunakan adalah pupuk
kandang kambing. Untuk setiap plotnya diberikan sebanyak 2 kg per plot.

Universitas Sumatera Utara

Pemberian pupuk kandang dilakukan bersamaan dengan persiapan lahan dan
diaplikasikan pada plot yang sesuai perlakuan.
Pada perlakuan pupuk anorganik (P1), pemupukan dilakukan sesuai
dengan dosis anjuran kebutuhan pupuk bawang merah yaitu 250 kg Urea/ha
(1 g/lubang tanam), 175 kg TSP/ha (0,7 g/lubang tanam), dan 200 kg KCl/ha
(0,8 g/lubang tanam). Pemupukan Urea dilakukan dalam 2 tahap yakni pada saat 2
minggu setelah tanam (MST) sebanyak setengah dosis anjuran bersamaan dengan
pemberian pupuk TSP dan KCl sedangkan setengah dosis lagi diberikan pada saat
4 minggu setelah tanam (MST). Pemupukan diberikan dengan cara dibenamkan
dalam alur yang dibuat diantara barisan tanaman dengan jarak sekitar 10 cm dari
tanaman.
Pada perlakuan pupuk organik (P2), pupuk yang digunakan terdiri dari 2
jenis, yaitu bios dan cair. Pupuk organik bios diaplikasikan pada saat penanaman
dengan cara dibenamkan ke dalam lubang tanam sebanyak 100 kg/Ha
(0,4 g/tanaman), sedangkan pupuk organik cair diaplikasikan setelah tanaman
berumur 2 MST, selanjutnya diberikan pada tanaman setiap seminggu sekali.
Pupuk tersebut terbagi atas 2 yaitu pupuk daun dan pupuk bunga. Dimana pupuk
pupuk daun diaplikasikan sampai tanaman berumur 35 hari setelah tanam (HST),
kemudian diganti dengan pupuk bunga pada saat tanaman berumur 40-60 HST.
Pupuk tersebut diaplikasikan dengan cara disiram pada tanaman dengan
konsentrasi 4cc/liter air.
Sedangkan pada kombinasi perlakuan pupuk anorganik dan organik cair
(P3), digunakan setengah bagian dari dosis anjuran kebutuhan pupuk bawang

Universitas Sumatera Utara

merah. Dengan perlakuan yang sama seperti perlakuan pupuk anorganik dan juga
menggunakan pupuk organik cair dengan konsentrasi 4cc/liter air.
Pemeliharaan Tanaman
Penyiraman
Penyiraman dilakukan sesuai dengan kondisi di lapangan. Penyiraman
dilakukan sore atau pagi hari.
Penyulaman
Penyulaman dilakukan apabila terdapat bibit yang tidak tumbuh a