Komposisi asam lemak dan kandungan lemak pelvis serta kandungan kholesterol energi daging pada sapi peranakan brahman dan kerbau dengan sumber energi ransum yang berbeda
Kemajuan dalam bidang pendidikan menyebabkan rakyat
Indonesia
kanan.
sadar akan pentingnya protein dalam menu
Protein hewani yang cukup akan memperbaiki
magizi
masyarakat., kesehatan masyarakat, mensejahterakan rakyat
dan mencerdaskan kehldupan bangsa sesuai dengan tujuan
pembangunan.
dan
Salah satu sumber protein
yang
tersedia
dapat dikembangkan potensinya adalah daging
ternak
ruminansia terutama daging sapi dan kerbau.
Sapi dsn
kerbau merupakan ternak
penghasil daging
terbesar di Indonesia. Menurut Bina Program (1991) populasi ternak sapi potong dan kerbau sejak Pelita I sampai dengan tahun pertama Pelita V (1969
nya
meningkat.
-
1989) seluruh-
Pada periode ini populasi
sapi potong
meningkat dari 6 447 ribu ekor (1969) menjadi 10 094 ribu ekor (1989) atau meningkat 57 persen, kerbau rneningkat dari 2 940 ribu
ekor (1969) menjadi 3 244 ribu ekor
(1989) atau meningkat 10 persen.
ningkat
atau
dari
Konsumsi
311.4 ribu ton menjadi 1 085.5
meningkat
sekitar 249
persen
daging meribu
ton
(Soehadji, 1991).
Berdasarkan perkembangan konsumsi nasional, tingkat konsumsi
protein hewani asal dagi-ngmeningkat dari 1.40
per kapita per hari menjadi 3.04 g per kapita per
g
hari
atau setara dengan 6.07 kg'daging per kapita per tahun.
Dibandingkan dengan norma gizi sebesar 4 . 5 g per
per
hari
atau
setara dengan 7.6
kg
kapita
daging, tingkat
konsumsi masih
rendah yaitu baru mencapai
68 persen.
Dengan demikian konsumsi daging masih perlu ditingkatkan
lagi (Soehadji, 1991).
Daging merupakan
makanan sumber protein
bermutu
tinggi. Selain sebagai sumber protein daging mengandung
lemak
dengan
kandungan asam lemak jenuh yang
tinggi.
Beberapa tahun terakhir ini di negara-negara yang
telah
maju, terdapat anjuran untuk mengurangi konsumsi daging
berlemak
akan
Hal ini terkait dengan
kekhawatiran
meningkatnya kadar kholesterol darah
akibat kan-
dungan
tinggi.
asam-asam lemak jenuh yang berasal
ternak tersebut.
dari daging
Kebiasaan memakan makanan yang banyak
mengandung lemak dapat'meninggikan kadar kholesterol da-
lam darah (Sastri dan Sahim, 1990).
Kholesterol
dianggap sebagai salah satu penyebab
penyakit kardiovaskuler. Meningkatnya kadar kholesterol
dalam darah akan meningkatkan proses pengerasan dan
nyumbatan pembuluh darah
(aterosklerosis).
Penyakit
kardiovaskuler pada saat ini merupakan masalah yang
ling banyak disorot, karena merupakan penyebab
pe-
pa-
kematian
yang pertama di negara-negara maju dan rnerupakan penyakit tidak menular yang paling banyak mematikan
penduduk
di negara berkembang (Shen, 1991).
Di
Indonesia berdasarkan survei kesehatan rumah
tangga 1986 yang dikutip Sitepoe (19911, kematian akibat
kardiovaskuler menduduki peringkat kedua setelah diare.
Menurut Shen (1991) penyebab kematian akibat
kardiovas-
kuler pada tahun 1972 adalah 5.1 persen, jauh di
diare 16.9 persen.
an
Akan tetapi pada tahun 1980, kemati-
akibat kardiovaskuler meningkat menjadi 9.9
Estimasi
bawah
persen.
survei kesehatan rumah tangga meramalkan
pada
tahun 2000 penyakit kazdiovaskuler akan menjadi penyakit
pembunuh nomor satu (Sitepoe, 1991).
Berbagai upaya dilakukan untuk mencari jenis ternak
penghasil
daging
yang berkadar lemak dan kholesterol
rendah, dan upaya dibidang pakan ternak yang kemungkinan
dapat
menurunkan
Beberapa
macam
kadar lemak dan kholesterol daging.
komponen ransum seperti kadar asam
lemak dalam ransum akan mempengaruhi
lemak dan
konsentrasi
kholesterol dalam serum darah.
Tubuh ternak
dibangun dari zat-zat makanan
terdapat di dalam ransum yang dimakan.
yang
Zat makanan ter-
sebut sangat besar peranannya dalam pembentukan komposisi tubuh ternak dan mutu produk yang dihasilkannya.
Pe-
ranan utamanya adalah dalam pembentukan tulang, kemudian
pembentukan
jaringan l e a n dan pembentukan lemak.
karena itu, kadar energi ransurn mutlak mendapatkan
hatian
dalarn- pemberian makanan kepada
mengingat
bahwa
pembatasan
Oleh
per-
ternak- daging.
terhadap konsumsi energi
mengakibatkan-perlemakan tubuh menjadi berkurang.
Bagi
ternak ruminansia surnber energi berasal
karbohidrat, protein dan lemak. Pada proses
dari
fermentasi
dalam rumen, karbohidrat akan mengalami fermentasi menjadi
asam
lemak terbang yang merupakan
utama bagi ternak.
an
merupakan
sumber energi
Karbohidrat terutama asal biji-biji-
sumber energi utama untuk
sintesis asam
lemak dan deposit lemak. Asarn lemak yang tidak
diguna-
kan untuk pembentukan jaringan tubuh akan dideposit
da-
lam sel lemak yang dapat digunakan sebagai sumber energi.
Untuk mengkaji sejauh mana sumber energi ransum dapat mempengaruhi komposisi asam lemak, kandungan kholesterol
dan energi daging, dilakukan penelitian pada
jenis hewan ruminansia besar sapi dan kerbau
dua
penghasil
daging.
Maksud dan tujuan penelitian ini adalah mempelajari
komposisi asam lemak, kandungan kholesterol lemak
kandungan
energi
daging pada
sapi dan
kerbau
serta
dengan
sumber energi ransum yang berbeda.
Kegunaan
penelitian ini adalah
ransum dan jenis ternak yang
jenis
daging
untuk
mendapatkan
dapat menghasilkan
dengan kandungan asam lemak jenuh yang
rendah,
kholesterol rendah dan energi yang rendah.
Sumber
asam
en.ergi ransum dapat mempengaruhi
lemak, kandungan kholesterol lemak
komposisi
pelvis
kandungan energi daging pada sapi dan kerbau.
serta
TINJAUAN PUSTAKA
uan ternng Perbedaan Tewak Sap1 dan Kerbau
Ternak sapi dan kerbau merupakan hewan piaraan yang
mempunyai banyak kegunaan. Selain sebagai tenaga kerja
kerbau
juga merupakan penghasil susu dan daging.
Pada
-
beberapa daerah, kerbau juga digunakan dalam berapa acara adat istiadat dan sebagai hadiah perkawinan, seperti
kerbau Tedong di Tanah Toraja (Toelihere, 1981).
Dalam
memilih
sapi,
makanannya,
jika
dibandingkan
dengan
ber-
kerbau kurang selektif dan lebih mampu menggunakan
bagai macam bahan makanan.
Kerbau dapat hidup baik
dan
tahan terhadap musim kemarau yang panjang, karena kerbau
dapat mengkonsumsi bahan makanan kering (Tulloch, 1972).
Menurut
Bhattacharya
dan Mullick
(1978), kerbau
mempunyai kemampuan mengkonsumsi bahan makanan kasar dalam jumlah yang lebih banyak dan lebih cepat
dibanding-
kan sapi. Sedangkan dalam ha1 makanan yang mudah difermentasikan mungkin
tidak
ada
bedanya.
Ranjhan dan Pathak (1979) menyatakan
Selanjutnya
bahwa kerbau lebih
efisien dalam memanfaatkan hijauan kering seperti jerami
padi.
Hal
ini mungkin disebabkan oleh
kerbau yang lebih lambat daripada sapi
gerakan
rumen
sehingga bahan
makanan
tersebut dapat dicerna lebih lama oleh
mikroba
rumen.
Dalam beberapa penelitiannya, dinyatakan bahwa
kerbau mampu mencerna bahan makanan dua sampai lima persen
lebih tinggi daripada sapi. Jumlah bakteri
dalam
rumen kerbau lebih tinggi daripada sapi, sehingga kemampuan untuk mensintesis protein dalam rumen lebih besar.
Menurut Ichponani e t al. (1962) pencernaan selulosa
pada
kerbau dua kali lebih tinggi daripada
waktu 48 jam.
sapi
dalam
Sutardi (1978) melaporkan aktivitas selu-
lotik
cairan rumen kerbau lebih tinggi
daripada
sapi.
Diduga kerbau merupakan induk semang mikroba ter-
tentu yang menyebabkan hewan tersebut lebih mampu
pada sapi dalam menggunakan makanan berkualitas
Dalam
rumen
darirendah.
ha1 mencerna protein kasar, hemiselulosa, ternak
kerbau lebih baik daripada ternak sapi, begitu juga konsumsi, penyerapan dan retcnsi Nitrogen (Sut.ardi,1978).
Chutikul (1975) menyatakan bahwa struktur umum alat
pencernaan kerbau sama dengan sapi. Fungsi rumen kerbau
diasumsikan sama dengan sapi, yang berbeda adalah warna
epitelnya.
berwarna
Pada
kerbau berwarna hitam dan
cokelat kehitarnan. Di sarnping itu
bahwa rumen kerbau lebih banyak
quillerrondii,
dibanding
sapi
sapi
dinyatakan
mengandung Oscilospira
rnikroba iodophil, bakteri
(Tabel 1).
pada
Sutardi
dan
protozoa
(1978) menyatakan
bahwa dalam ha1 daya cerna untuk bahan kering, serat kasar dan protein kasar tidak terlihat perbedaan yang nyata
antara sapi dan kerbau. Koefisien cerna kerbau
sapi masing-masing bahan-bahan tersebut di atas
bahan
dan
adalah:
kering 53.50 dan 54.55 persen; serat kasar
59.00
dan 56.45 persen dan protein kasar 54.9 dan 51.55 persen.
Tabel 1.
Total Protozoa, Oscillospira, Mikroba
Iodophil dan Total Bakteri per mm3
dalam Rumen Kerbau dan Sapi Zebu
Organisme
Kerbau
Sapi zebu
Protozoa
194.60
156.80
Oscillospira
1 348.00
164.00
Mikrobaiodophil
8 028.00
3 341.00
10 420 000.00
10 200 000.00
Bakteri
Sumber: Langar et al. (1968) yang dikutip Chutikul
(1975)
Arganosa et a l . (1973) membandingkan antara kerbau
dengan
sapi. Kerbau mempunyai.kulit yang
Persentase kulit pada sapi 7.3
persen
bobot badan, sedangkan kerbau 11.2 persen.
Bobot
dan lebih berat.
dari
kepala
bobot
lebih tebal
sapi dan kerbau adalah 5.4 dan 6.5
badan.
persen
dari
Demikian pula dengan komposisi kimia da-
ging sapi dan kerbau tidak banyak berbeda, kecuali kandungan kholesterol dan pigmen.
Pigmen yang tinggi meru-
pakan penyebab warna daging kerbau menjadi
(Arganosa et al., 1973).
lebih
gelap
Pada Tabel 2 disajikan kompo-
sisi kimia daging sapi dan kerbau yang dikumpulkan dari
beberapa literatur. Nilai gizi daging ditunjukkan - oleh
kandungan protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral.
Sedangkan penyediaan energi juga tergantung dari
ha1 tersebut di atas. Selain ditunjukkan oleh kandungan
protein yang tinggi, nilai gizi daging juga
ditunjukkan
8
Tabel 2.
Komposisi Kimia Daging Sapi dan Kerbau
Karakteristik
Sapi
Kerbau
19.20
20.20
Lemak intramuskuler ( % )
1.13
1.03
sda
Kadar abu ( X )
1.10
1.11
sda
Ekstrak bebas N (%)
2.28
3.24
sda
76.29
74.42
sda
Total pigmen (mg/g)
2.30
4.10
sda
Myoglobin (mg/g)
2.20
2.90
Valin et a1
(1984)
Hidroksiprolin
4.30
3.00
sda
Protein ( % I
Kadar air
(%)
(%)
Sumber
Arganosa et
(1973)
sda
Daya larut kolagen ( % ) 7o0c/jarn
Energi (Kkal)
Kholesterol
(ms/100 g)
10.90
11-10
5447.00
5250.00-
Sediaoetama
64.06
Arganosa.et
(1973)
54.80
oleh kelengkapan asam amino.
lain
sda
Asam amino tersebut antara
phenilalanin, valin, tryptophan, treonin,sS leusin,
isoleusin dan lisin.
Di samping itu daging
merupakan
sumber mineral yang baik, kecuali kalsium. Mineral tersebut adalah besi (Fe) yang sangat diperlukan untuk pembentukan haemoglobin dan myoglobin (Forrest et a l . , 1975).
JeramiJerami
padi merupakan limbah tanaman padi
setelah
biji-biji atau butirnya dipetik guna kepentingan manusia
(Lubis, 1963).
Menurut Willis et
lignin
serat
dl.
(1980) jerami padi mengandung
dan selulosa yang tinggi.
kasar rendah.
Akibatnya
kecernaan
Kadar silika yang dikandungnya
13
persen, lignin antara enam sampai tujuh persen dan selulosa 30.6 sampai 30.8 persen (Sundstol dan Owens, 1984),
sedangkan
kadar
Ca dan P masing-masing 0.42
persen (Sutardi, 1980).
sisi
dan
Hasil analisis proksimat kompo-
kimia jerami padi menurut Sutardi (1980) dan
Mu-
Morri-
hammad et a l i (1983) dapat dilihat pada Tabel 3.
son
0.28
(1968) menyatakan bahwa kandungan serat kasar
yang
tinggi, kandungan protein dan lemak yang rendah dari jerami
padi
disebabkan oleh karena sebagian
besar
dari
zat-zat makanan tersebut telah diangkut ke bagian
dan buah pada saat terjadi pertumbuhan generatif:
pat
bunga
.
Ruminansia dapat memanfaatkan selulosa yang
terda-
dalam bahan makanan berserat kasar
karena
tinggi,
adanya mikro organisme selulotik yang terdapat dalam rumen (Church, 1978).
Penggunaan jerami padi sebagai makanan ternak tanpa
ditambah bahan lain akan menyebabkan penampilan produksi
ternak
kurang memuaskan, malahan kadang-kadang
penurunan bobot badan.
terjadi
Hal inF disebabkan karena jerami
_
10
Tabel 3.
Komposisi Kimia Jerami Padi
Kandungan ( % )
..........................
U r a i a n
Bahan kering
a
b
86.60
-
Komposisi bahan kering:
Protein kasar
4.21
4.04
32.50
31.62
1.44
0.53
Beta-N
44.50
42.21
Abu
17.40
21.60
0.42
-
Serat kasar
Lemak
Ca
P
NDF
a) Sutardi (1980)
b) Muhammad-et al. (1983)
padi
termasuk
bahan makanan
(Jackson, 1978).
yang
berkualitas
rendah
Namun demikian jerami padi dapat digu-
nakan sebagai makanan pokok bagi ruminansia dengan
mem-
berikan perlakuan kimia seperti penambahan alkali,
KOH,
Ca(OH)2, NaOH dan NH3, sehingga akan menaikkan kecernaan
serat kasar (Jackson, 1977 dan Winugroho, 1981).
Menurut
padi
Muhammad et d l . (1983),
pemberian
yang dikombinasikan dengan makanan
memberikan
hasil
yang lebih baik
pemberian dalam bentuk tunggal.
jerami
penguat,
dibandingkan
akan
dengan
,
Menurut Usri et al. (1979) jerami padi dapat
meng-
gantikan rumput lapangan sebanyak 25 persen, namun demikian pemberian dalam bentuk tunggal tidak dianjurkan karena jerami padi merupakan makanan yang sulit untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok.
-
er En&
d
Menurut Hartadi et a l . (1980) bahan makanan
energi
dari
adalah bahan-bahan dengan protein
kasar kurang
20 persen dan serat kasar kurang dari
Contohnya
adalah biji-bijian,
limbah
stxmber
18
persen.
penggilingan,
kacang-kacangan, akar-akaran umbi-umbian meskipun
dalam
bentuk silase.
Parakkasi (1983) menyatakan kira-kira 75 persen dari
ongkos makanan digunakan untuk
sumber energi.
bahan-bahan makanan
Bahan makanan tersebut harus
dikombina-
sikan sedemikian rupa untuk memperbaiki zat-zat yang defisien karena tidak satupun bahan makanan yang mengandung
zat-zat makanan yang lengkap dan
karena
itu pemberian dua macam atau
seimbang.
lebih bahan-bahan
makanan sumber energi kerap memberikan hasil yang
baik
Oleh
lebih
dibandingkan dengan pemberian hanya semacam saja.
Bahan-bahan makanan atau kombinasinya yang digunakan sebagai sumber energi antara lain:
Dedak DU.
Dedak padi
proses
makanan
.
adalah hasil
ikutan dari
penggilingan padi, merupakan salah satu bahan
penguat
untuk
ternak
ruminansia yang mudah
didapat, tidak bersaing dengan kebutuhan manusia.
rut
Parakkasi
Menu-
(1983) yang dimaksud dengan dedak
padi
adalah campuran dari dedak itu sendiri, kulit gabah dan
mungkin hasil-hasil lainnya (misalnya hasil
polishing beras).
pengikisan/
Banyaknya kulit gabah yang
tercampur
dalamnya akan mempengaruhi kualitas dedak itu.
di
Hal
disebabkan karena kulit gabah mengandung serat
ini
ka-
sar, di mana kadar silikanya 11 sampai 19 persen.
Menurut Morrison (1968) dedak padi yang baik kualitasnya
rata-rata mengandung 12.4 persen
persen
lemak, dan 11.6 persen serat kasar.
protein,
13.6
Komposisi
kimia dedak padi dapat dilihat pada Tabel 4 dan 5.
nurut
Parakkasi
yaitu:
(1983) ada tiga macam
Me-
kualitas dedak
a) dedak kasar, b) dedak halus (lunteh) dan
c)
bekatul.
a) Dedak kasar adalah dedak padi yang diperoleh dari hasil penumbukan pertama, atau dari hasil penggilingan
dengan mesin pengupas kulit.
produksi
yang
Sebagian besar
dari
ini terdiri dari pecahan-pecahan kulit gabah
agak kasar.
Dedak kasar ini mempunyai nilai
gizi
dan kualitas yang rendah.
b) Dedak halus atau lunteh adalah dedak yang diper-
oleh
dari pengayakan hasil ikutan dan dari
penumbukan
padi
dari gelombang kedua dan ketiga, atau
dari hasil
pengasahan pertama, bila menggunakan mesin pengasah atau
Tabel 4.
Dedak
Kandungan Zat Hakanan Dedak Kasar, Dedak Halus dan Bekatul
@ahan
kering
Abu
Protein
kasar
Lerak
Dedak halus pabrik
89.10~
8.50'
13.60'
8.20'
Dedak ha1 us
kaWn9
88.30~
9.90'
10.lO1
4-90'
kkatul
87-15'
7.55'
10.80~
2.90~
-
Ca
P
TDN
-
-
704
48.!fi1
-
-
25
4.90~ 61.90'
-
-
7z4
Serat
kasar
Beta-N
Dedak
kasar
Keterangan: 1) Lubis 11958)
2) Sutardi !I9801
3l'Tillnan c t ai. (19843
4) Hartadi e t a i . (1990)
8.00~ 50.80'
15.30~
4
-
Berdasarkan derajat kehalusannya, dedak
halus
dibagi atas dedak halus kelas satu-dan kelas dua.
Dari
huller.
cara
pengolahannya,
maka produk ini
terutarna
terdiri
atas
selaput beras, perpaduan dinding buah dan
dinding
biji dan pecahan-pecahan lembaga dan mungkin masih
campur
sedikit
dengan
bubuk halus
dari
kulit
(Parakkasi; 1983) yang disitir dari Lubis, 1958).
ber-
gabah
Tabel 5. Kandungan Asam Lemak Dedak Padi
Nama asam lemak
Kandungan asam lemak
Asam kaprat (C 10:O)
-0.69')
-.:
Asam meristat (C 14:O)
Asam palmitoleat (C 16:l)
0.01~)
Asam heptadekanoat (C 17:O)
0.01~)
Asam stearat (C 18:O)
1.90~)
Asam Oleat (C 18:l)
Asam linoleat (C 18:2)
Asam linolenat (C 18:3)
0.046')
Asam arakhidat (C 20 :0)
0.046')
Asam bahenat (C 22:O)
0.020~)
Keterangan: 1) Satoto (1986)
2) Juliano (1966) dalam Ciptadi dan
Nasution (1979)
c')
BekatuL merupakan dedak yang paling halus
tidak
mengandung serat kasar, sebagian besar terdiri dari
pisan-lapisan
terdapat
tidak
luar
endosperm.
Bahan-bahan
di dalamnya berasal dari selaput dan
lagi mengandung kulit gabah.
lain
layang
lembaga,
Bekatul ini
paling
tinggi kualitasnya, bila dibandingkan dengan kedua jenis
dedak terdahulu (Parakkasi, 1983).
Dedak padi mempunyai kadar protein yang cukup tinggi.
Protein ini mempunyai nilai gizi yang
banyak
me-
ngandung asam amino esensial. Hasil suatu percobaan menunjukkan bahwa nilai gizi protein dedak padi
tidak
ternyata
jauh berbeda dengan nilai gizi protein kasar ka-
cang kedele.
Di samping itu dedak padi kaya akan tiamin
dan niasin (Ciptadi dan Nasution, 1979).
Dedak padi memiliki kandungan fosfor yang
tinggi.
relatif
Fosfor tersebut dalam bentuk asam fitat.
fitat merupakan
bentuk simpan P
(fosfor) dalam biji
tanam-tanaman, bercampur garam mioinositol asam
fosfanat-
Senyawa
Asam
ini sulit untuk
heksa-
dicerna, sehingga
fosfor dalam asam ini tidak dapat digunakan oleh tubuh
(Muchtadi. 1989).
Fitat menjadi senyaws kompleks bila
terikat dengan pelbagai kation atau dengan protein
mempengaruhi tingkat kelarutan senyawa ini.
yang
Dengan pro-
asam fitat ini akan membentuk ikatan kompleks se-
tein
hingga protein menjadi kurang larut dan lebih tahan terhadap
oleh
pencernaan proteolitik (Luh, 1980).
Parakkasi (1983) tingginya asam fitat dapat
ganggu metabolisme
yang
Ditambahkan
Zn.
Untuk
mencegah
diakibatkan oleh asam fitat perlu
secukupnya.
meng-
parakeratosis
ditambahkan
Pemakaian dedak halus 29%. diperlukan
Zn
pe-
nambahan 52 ppm ZnC03.
Kadar lemak yang tinggi menjadi hambatan dalam
nyimpanan, karena sering mengalami proses oksidasi
peyang
menyebabkan ketengikan. Selain problema
penyimpanan,
dedak mempunyai kandungan asam lemak tidak jenuh.
asam
linoleat dan oleat yang cukup tinggi
yaitu
(Tabel 5 ) .
Bila kadar asam lemak tidak jenuh ini cukup tinggi dalam
ransum, ada tendensi untuk melembekkan
(ha1 ini terjadi pada babi).
lemak karkas,
Dedak padi dapat menggan-
tikan jagung sebagai sunlber energi dalam ransum di bawah
50
persen tanpa menyebabkan ha1 yang negatif
terhadap
penampilan dan kualitas karkas (Parakkasi, 1983).
Pada hewan monogastrik seperti babi, pemakaian
de-
dak halus lebih dari 41 persen dalam ransum yang berdasar
jagung dan bungkil kedele, hasilnya
akan
terhadap pertambahan bobot badan, efisiensi
inferior
penggunaan
makanan dan kualitas karkas. Akan tetapi menurut Transher et al. (1966) yang disitir Parakkasi (1983) pemakaian dedak halus untuk menggantikan 30 persen jagung dalam
ransum
(ransum basal: terdiri dari jagung dan bungkil
kedele) menyebabkan pertambahan bobot badan akan berkurang 8 persen dan melembekkan lemak karkas dan nilainya
hanya 90 - 95 persen dibanding dengan jagung.
Peneliti
lain mencoba beberapa tingkatah (sampai 45 persen) dalam
ransum babi yang sedang tumbuh, tanpa ada perbedaan
da-
lam pertambahan bobot badan.
--
Dedak gandum
(pollard) merupakan
Limbah pada penggilingan gandurn menjadi terigu dan merupakan
bahan makanan yang baik untuk ternak.
Menurut
Morrison (19S8) dedak gandum mempunyai kualitas protein
yang
lebih baik dibandingkan jagung, bahkan lebih baik
dari gandumnya sendiri, tetapi tidak sebaik protein ka-
TDN,
cang kedele. Dedak gandum mengandung 67.2 persen
fosfor, vitamin B1 dan B kompleks, tetapi miskin
kaya
Komposisi kimia dedak gandum dapat dilihat pada Ta6 dan Tabel 7.
be1
Pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa
asam
oleat dan linoleat cukup tinggi. yaitu
59.4
mg/100 g asam lemak. Tingginya asam
15.3 dan
lemak tidak
jenuh dalam ransum babi membuat lemak jadi lunak
(Lloyd
et al., 1978), tetapi pada ruminansia lemak tidak
jenuh
mengalami
hidrogenase dalam rumen sehingga lemak akan
menjadi jenuh (Blaxter, 1980).
Penelitian-penelitian mengenai pemakaian dedak gandum telah banyak dilakukan terutama pada unggas.
Menu-
rut Gunawan (1974), pemakaian 15 sampai 25 persen
dedak
.gandum dalam ransum memberikan pertumbuhan
yang
lebih
cepat. Pada dasarnya dedak gandum lebih ekonomis
seba-
gai campuran ransum daripada tepung alfalfa bila digunakan sebanyak 20 persen.
Morrison (1968) menyatakan bah-
.-wadedak gandum dapat menggantikan dedak padi halus
lam
ransum ayam.
dapat
Lubis (1958) menyatakan bahwa
disamakan dengan dedak gandum yang dipakai
ransum sapi perah.
da-
lunteh
dalarn
Tabel 6. Komposisi Zat-zat Makanan Dedak Gandum
Kandungan ( % )
.......................................
Zat makanan
b
a
c
Bahan kering
Abu
Protein
Lemak
Serat kasar
Beta-N
Ca
P
Keterztngan: a) Morrison (1968)
b) Sutardi (1980)
C) Tillman et al. (1984)
Tabel 7.
Komposisi Asam Lemak Dedak Gandum
Nama asam lemak
Kandungan asam lemak
........
Asarn
Asam
Asam
Asam
Asam
Asam
Asam
Asam
Asam
Asarn
Asam
g/100 g asam lemak
laurat (C 12:O)
meristat (C 14:O)
palmitat (C 16:O)
palmitoleat ( C 16:l)
stearat (C 18:O)
oleat ( C 18:l)
linoleat (C 18:2)
linolenat (C 18:3)
arakhidat ( C 20:O)
eikosaenoat (C 20:l)
fignostearat (C 20:4)
Sumber: (Paul dan Southgate. 1979)
........
m.
Jagung merupakan bahan makanan yang
ting untuk ternak.
mua
Sumber energi terbaik di antara
biji-bijian, karena nilai energi tercerna,
tercerna
dan
biji-bijian
kadar serat kasar yang
lainnya (Tangendjaya dan
rendah
dibanding
Gunawan.,
1988).
makanan
di samping ekonomis dalam produksi energi,
ekonomis dalam penyusunan ransum.
se-
nutrien
Henurut Parakkasi (1286) pemakaian jagung untuk
ternak
pen-
juga
Penggunaan yang rela-
tif sedikit sudah dapat menyempurnakan kebutuhan energi.
Dibanding biji-bijian lainnya seperti oat,
dan
barley
jagung mempunyai kadar protein
jawawut
yang
lebih
rendah, demikian juga kualitas proteinnya (terutama ren-
dah
akan lisin dan triptofan).
kualitas
Sebab
utama
protein tersebut adalah karena
rendahnya
(protein
zein
jagung yang larut dalam alkohol) yang merupakan 50
sen dari seluruh protein yang ada dalam jagung.
-
sisi
per-
Kompo-
zat-zat makanan dan komposisi asam lemak dari
gung dapat dilihat pada Tabel 8 dan Tabel 9.
ja-
Dibanding
dengan dedak padi dan dedak gandum terlihat bahwa jagung
mengandung serat kasar yang paling rendah yaitu
sekitar
dua persen.
Komposisi zat makanan dari jagung dipengaruhi
oleh
varietas- dan lingkungan di mana jagung ditanam dan
di-
proses (seperti halnya dengan bahan makanan lainnya).
Menurut
Walff ( 1 9 7 6 ) yang dikutip
oleh
Parakkasi
(19831, terdapat kekurangan pada jenis jagung di
daerah
Tabel 8.
Komposisi Zat-zat Makanan Jagung
Kandungan ( % )
Zat-zat makanan
........................
a
b
89.00
86.80
Protein kasar
8.90
10.80
Serat kasar
2.00
2.53
Lemak
3.90
4.28
Abu
1.10
2.15
TDN
82.00
80.80
Bahan kering
--
Keterangan: a) NRC (1968) dalam Parakkasi (1983)
b) Sutardi (1981)
tropis,
dan
yaitu produksi yang rendah dalam jumlah
rendahnya kualitas dan kuantitas
protein.
kalori
Untuk
peningkatan nilai gizi bahan makanan tertentu, dapat di:
lakukan dengan berbagai cara, antara lain dengan
penam-
bahan zat-zat makanan yang dianggap kurang.
Jagung mempunyai kandungan lemak yang relatif tinggi, sehingga tidak dapat disimpan dalam waktu yang lama;
di samping itu kandungan provitamin A-nya relatif tinggi
iterutama ,pads jagung kuning), demikian pula
vitamin
E tetapi rendah akan vitamin B dan D,
kandungan fosfornya cukup tinggi.
kandungan
meskipun
Tabel 9. Komposisi Asam Lemak Jagung
Kandungan asam lemak
..............................
Nama asam lemak
a
b
. . . . . g/100 g asam lemak
.....
0.6
-
14.0
12.4
Asam palmitoleat (C 16:l)
0.3
-
Asam stearat (C 18:O)
2.3
1.7
Asam linolenat (C 18:2)
50.0
55.4
Asam linolenat (C 18:3)
1.6
arakhidat (C 20:O)
0.3
Asam
meristat (C 14:O)
-:
Asam palmitat (C 16:O)
Asam
Asam eikosaenoat (C 20:l)
Asam bahenat (C 22:O)
0.2
trace (sedikit)
Asam erurat (C 22:l)
0.2
Asam lignostearat (C 24:O)
trace (sedikit)
Keterangan: a) Paul et al. (1979)
b) Buckle et al. (1978)
.
. Asam Lemak Pelvis
Pengaruh Ransum terhadaw Kom~osrsl
Lemak
di
tubuh sapi cenderung dideposit pertama
kali
daerah perirenal dan sekitarnya, kemudian berturut-
turut lemak intermuskulair (seam),-subkutan,intramuskulair (untuk marbling) (Parakkasi, 1985).
lemak
yang
tersimpan
ini dalam
bentuk
Secara alamiah
netral, atau
triglisirida. Lemak-lemak yang disimpan di dalam
tubuh
berbeda sifat fisik dan kimianya, tergantung lokasi anatomi
dalam tubuh, makanan dan bangsa
ternak tersebut
[Yeates et al. 1975 dan Pyle et al., 1977).
Garcia et a l . (1979) menyatakan bahwa kecepatan penimbunan
asam
lemak sangat berpengaruh- terhadap komposisi
lemak.
Lemak ini terbentuk sebagai akibat dari
proses penimbunan lemak. Bila energi yang rnasuk ke dalam
tubuh lebih besar daripada energi yang digunakan,
maka sintesis lemak lebih besar daripada proses
sis
lipoli-
lemak. Sedangkan kalori yang masuk ke dalam
tubuh
berasal dari makanan yang dimakan.
Lemak terdiri dari campuran asam lemak dan
rol.
glise-
Gliserol mempunyai tiga gugus hidroksil, di mana
masing-masing akan mengikat satu molekul asam lemak yang
disebut trigliserida.
Komposisi asam
lemak, panjang
rantai karbon serta posisi ikatan rangkap akan menentukan sifat asam lemak tersebut (Girindra, 1990).
Asam lemak merupakan senyawa pembangun berbagai lipid, termasuk lipida sederhana, fosfor gliserida, gliko
lipida, ester dan kholesterol. Asam lemak terdapat tidak hanya pada lemak, tetapi merupakan
pula zat antara
dari metabolisme karbohidrat, lemak dan protein.
Di an-
tara asam lemak maka asam asetat mempunyai peranan yang
paling
penting sebagai zat antara dari siklus, di
mana
karbohidrat, lemak dan protein dapat saling diubah
atau
digunakan sebagai sumber energi (Anggorodi, 1979).
Asam
Jenuh
nyai
lemak dapat digolongkan ke dalam
dan tidak jenuh.
asam
Asam lemak tidak jenuh,
mempu-
titik didih yang lebih rendah daripada asam
jenuh dengan jumlah atom karbon yang sama.
lemak
Sebagai con-
toh, asam stearat mencair pada temperatur 70°c,
kan
lemak
asam oleat, linoleat dan linolenat cair
sedang-
pada
suhu
kamar walaupun asam-asam tersebut sama-sama mempunyai 18
atom karbon (Maynard dan Loosli, 1969; Girindra, 1990).
Menurut
Edwards et al.
(1961) dan Miller
(1967) komposisi asam lemak dari lemak
akan
mengalami perubahan bila makanan
daging
et
al.
praktis
berubah.
Sifat
asam lemak sumber bahan makanan secara nyata akan mempenqaruhi derajat kekerasan lemak, ha1 ini erat
nya
dengan nilai karkas daging tersebut.
hubungan-
Pada
ternak
monogastrik apabila ransumnya mengandung lemak tidak- jenuh maka lemak daging akan menjadi lunak, sehingga
pengaruhi kualitas daging.
nyak
mem-
Apabila ransum tersebut
mengandung lemak tumbuhan (kecuali
lemak
ba-
kelapa)
daging akan menjadi lunak, dan kualitasnya rendah.
Te-
tapi ternak ruminansia yang mengkonsumsi ransum yang mengandung
lemak
terhadap
penyimpanan lemak tidak jenuh
tubuh
karena
menghidrolisis
tidak jenuh, kecil
adanya
mikroflora
gliserol dan
sekali
pengaruhnya
tersebut
rumen
yang
menghidrogenase
dalam
dapat
asam-asam
lemak tidak jenuh dan hasil terbesar dari proses
terjadi dalam rumen adalah asam stearat
Ockerrnan, 1985).
yang
(Leat. 1976 dan
Hasil penelitian Gordon
(1961) dan
Sharland et a I . (1967) yang dilaporkan oleh Miller et
(1967) menyatakan bahwa pemberian hay alfalfa
al.
pada
domba akan mengubah mikroflora rumen,-sehingga akan meningkatkan produksi
propianat.
Di
asam asetat
dan menurunkan
asam
samping itu pemberian konsentrat yang
tinggi, akan meningkatkan kadar trigliserida dan kholesterol dalam hati.
Pada umumnya kualitas lemak daging akan mengikuti
pola lemak bahan makanan.
Makin tinggi derajat tak
je-
nuh dari lemak, makin tinggi bilangan iodiumnya dan makin lunak lemaknya. Maynard dan Loosli (1969) mengkeriteriakan bilangan iodium dari berbagai sumber lemak seperti
Tabel
10. Selain komposisi asam
lemak ransum,
faktor lain yang mempengaruhi asam lemak daging adalah
umur
dan bangsa.
Link et al. (1970) menyatakan bahwa
pada sapi yang lebih tua, dan selama terjadi pertumbuhan,
jumlah lemak di bawah kulit
(subcutan) meningkat.
Persentase asam lemak tidak jenuh meningkat sejalan dengan, meningkatnya pertambahan bobot badan.
Rasio asam
palmitoleat (C16:l) dengan asam stearat (C18:O) juga meningkat.
Keadaan ini jelas terlihat pada
sapi Yersey
dan Holstein Friesian. Pada Tabel I1 disajikan komposisi
asam lemak dari berbagai tingkat umur.
Tabel 10.
Pengaruh Berbagai Sumber Lemak terhadap
Bilangan Iodium Bahan Makanan dan Lemak
Tubuh Babi
Lemak bahan makanan
Minyak kacang kedele
Minyak jagung
Minyak biji kapas
Minyak kacang tanah
Lemak babi
Lernak mentega
Minyak kelapa
Bilangan iodium
dari lemak
bahan makanan
Bilangan iodium
dari lemak
tubuh
132
124
108
102
63
36
8
Sumber: Maynard dan Loosli (1969)
B w s a te-da~
Peng-h
Komvosisi JlemakK-s
Pengaruh bangsa terhadap komposisi asam lemak telah
diteliti
sapi.
Dari
oleh Eichhorn et al. (1986) - pada
Setelah diberi perlakuan, semua hewan
masing-masing karkas diambil sampel
15 bangsa
dipotong.
otot
triceps
brachii, -longissirnus dorsi, lemak subcutan dan
ginjal.
asam
Hasilnya bahwa bangsa
lemak
mempengaruhi komposisi
lernak, di mana proporsinya lebih tinggi pada
ringan lemak dibandingkan dengan jaringan otot.
ja-
Variasi
yang nyata akan terlihat pada asam-asam lemak meristat.
pentadekanoat, palmitat, palmitoleat dan
lihat pada TabeL 12 dan Tabel 13.
seperti ter-
Tabel 11.
Bangsa
sapi
Komposisi Asam Lemak dari Lemak Subkutan
pada Umur yang Berbeda dari Beberapa
Bangsa Sapi
Umur
Asam
(hari) palmitat
(C16:O)
Angus
Charolais
Friesian
Hereford
Jersey
Simmental
{Austria)
Simmental
(Perancis)
Simmental
( Jerman)
Asam
Asam
Asam
Asam Asam
palmi- stearat oleat lino- linotoleat
leat lenat
(Cl6:l) (C18:O)(C18:1)(C18:2)(C18:3)
627
616
617
624
627
25.12
23.02
23.08
23.59
23.78
8.78
8.57
10.00
10.36
10.49
10.70
10.59
8.26
9.00
8.99
51.07
53..49
54.47
52.59
52.35
1.57 2.77
1.77 2.57
1.56 2.54
1.70 2.76
1.66 2.72
599
23.31
8.19
10.59
52.39
1.87
3.66
615
24.49
7-89
16.16
52.08
1.57
2.82
609
23.43
10.78
7.51
53.39
1.83
3.05
-
Sumber: Pyle et al. (1977)
Tabel 12.
Komposisi Asam Lemak dalam Total Lemak
dari Jaringan Otot Longissimus Dorsi
Sapi Dewasa
Ballgsa sapi
Banyak
sampel
C14:O
Hereford
Angus
Brown Swiss
Hereford X Angus
Angus X Hereford
Red Polled X Angus
Red Polled X Hereford
Brown Swiss X Angus
B r w n Swiss X Hereford
Gelbvich X Angus
Gelbvich X Hereford
Chianina X Angus
Chianina X Hereford
Maine Anjou X Angus
Maine Anjou X Hereford
Sumber: Eichhorn et ai. (1986)
C15:O
C16:O
C16:l
Tabel 13.
Bangsa sapi
Komposisi Asam Lemak dalam Total Lemak
dari Lemak Subkutan pada Sapi Dewasa
Banyak
sampel
Hereford
Angus
Brown Swiss
Hereford X Angus
Angus X Hereford
Red Polled X Angus
Red Polled X Hereford
Brown Swiss X Angus
Brown Swiss X Hereford
Gefbvich X Angus
Gelbvich X Hereford
Chianina X Angus
Chianina X Hereford
Maine Anjou X Angus
Maine Anjou X Hereford
Sumber: Eichhorn et a l . (1986)
Peneliti lain yaitu L'estrange dan Hanrahan
melaporkan
hasil penelitian mereka pada domba, di
(1980)
mana
pada domba Landrace persentase asam meristat (C14:O) dan
asam margarik (C17:O) rendah.
Tetapi pada domba Suffolk
tidak demikian halnya. Sedangkan Kellogg et a l ,
menyatakan bahwa pada bangsa babi yang berbeda
(1977)
walaupun
diberi makanan yang sama, tetap akan memperlihatkan komposisi asam lemak yang berbeda nyata. Analisis ini telah
dicoba
terhadap beberapa sampel, yaitu lemak
hati dan-muskulusproas major.
punggung,
Metabolisme Kholesterol
Kholesterol merupakan lemak yang sangat berbeda dengan lemak yang tergolong trigliserida atau
fosfolipid,
karena tidak mengandung gliserol melainkan terdiri
inti
steroid yang mengandung
satu gugus
-
OH,
atas
seperti
Gambar 1 (Grundy, 1990 dalam Shen. 1991).
Lesitin (fosfoli-pid)
'
Gambar 1.
Trigliserida
Kolesterol, Lisitin (fosfolipid), T r i gliserida (Grundy. 1990 Balam Shen. 1991)
Henurut
Maynard dan Loosli (1969) kholesterol
de-
ngan formula C27H450H adalah sterol terpenting yang terdapat dalam jaringan hewan, sedangkan sterol itu sendiri
termasuk golongan lipida (Anggorodi, 1979).
mikian
metabolisme kholesterol erat hubungannya
metabolisme lipid.
logis
yang
jaringan
penting
dan muncul
pada
semua
de-
dengan
Kholesterol mempunyai fungsi
fisio-
jaringan-
ternak baik dalam bentuk bebas ataupun
ester (Price dan Schweigert, 1971).
kan
Dengan
bentuk
Kholesterol merupa-
prekursor penting dari hormon steroid oleh
kelenjar adrenal dan gonad, d i samping
sel-sel
itu juga pemben-
tuk asam eoapedu (asam kolat dan asam kenodeoksikolat
di
dalam sel hati).
Kholesterol
adalah khas hasil
metabolisme
hewan.
oleh
karena itu banyak ditemui dalam makanan yang
asal
dari hewan seperti hati, daging, otak
telur.
dan
Kholesterol yang ada dalam tubuh selain
ber-
kuning
berasal
dari makanan asal hewani atau eksogenus (hanya 50 persen
kholesterol dari makanan dapat diserap usus, sisanya
persen
1010s sebagai bagian dari feses) juga dapat
50
di-
sintesis sel-sel tubuh sendiri (endogenus) terutama oleh
sel hati.
molekul
-
Dari tiga molekul asam asetat terbentuk
3-hidroksi-3 metilglutaril-koenzim A
(HMGKoA),
kemudian oleh HMG KOA reduktase diubah menjadi asam
valonat,
selanjutnya melalui
tambahan
satu
me-
langkah-langkah
kondensasi akan menjadi kholesterol, dengan reaksi seba-
gai' bsrikut.
3 molekul Asetat -->
3-hidroksi-3 metilglutaril koenzima
H
G K O
Asam Mevalonat
reduktase
beberapa langkah'
------------------ > kholesterol
Asam MeValonat
Biosintesis
asam
mevalonat dari
asetil-KoA
berasal dari meta.bolisme karbohidrat atau asam-asam
mak, terutama asam lemak jenuh, dan pembentukan
yang
le-
.:
kholes-
terol dari asam mevalonat disajikan pada Gambar 2 dan 3.
.
0
0
C H 3 - C a S - KoA
ASE TIL- KoA
1
0
t~~
I
0
.
HOOC-CH2-
c-~H,I
t~
C ? S- KoA
kaNAOp++
.
KoA.si
KOL ESTEROL
MA KANAN
0
0
oll
CH3
.
01
HQOC-CHx-
0
C-CH2-CHI-OH
I
OH
MEVALONAT
Gambar 2.
Biosintesis Asam Mevalona-t dari AsetilKoA (Harper et al., 1979)
AS€ TIL -KoB
-
0
,FH3*
HOOC-CH,-7-CH,-CH,OH
0
l
t ASAM MEVALONAT
EHS
o
+- .
OH
ASAM MEVALONAT
[tHraL
. Oco,
=~H-E*]
UNIT
ISOPRENOIO
Hz0
____,
14-0 ESMETIL
LANOSTEROL
ZIMOSTEROL
A'*
-KOLmADlENOL
4
HO
KQLSTEROL
(C2, HIS 0 )
Gambar 3.
DESMOST€"/Y
(24-DEHIDROKOL ESTEROU
Biosintesis Kholesterol dari Asam
Mevalonat (Harper et a l . , 1979)
1
Kholesterol
dalam tubuh, 1.00 g per
hari
berasal
dari sintesis dan 0.3 g berasal dari konsumsi (Harper et
a l . , 1979).
Kholesterol disintesis dalam banyak jaring-
an tubuh. Semua jaringan yang mengandung sel bernukleus
seperti
kortek adrenal, kulit, usus, testes
dan
mampu mensintesis kholesterol. Hati mensintesis
aorta
kurang
lebih 0.8 (0.5 - 2.0) g/hari, atau kira-kira tiga kali
dari banyaknya kholesterol dalam makanan sehari-hari pada manusia (Maynard dan Loosli, 1969).
kholesterol dalam darah, berkisar
persen (Sastri dan Sahim. 1990).
kholesterol dalam
Kandungan normal
antara 150
-
250 mg
Dalam keadaan tertentu
darah menyebabkan hipertensi
dan
aterosklerosis.
Beberapa komponen kholesterol dalam darah, di,antaranya yang berperan dalam aterosklerosis adalah fraksi
lipoprotein berdensitas tinggi (HDL) dan
berdensitas rendah (LDL).
lipoprotein
Fungsi utama HDL membawa kho-
lesterol yang terdapat pada perifer ke hati, selanjutnya
dapat dikeluarkan melalui usus, sedang LDL membawa
lesterol ke perifer.
makin
kho-
Semakin meningkat kadar LDL, se-
banyak tumpukan kholesterol di
dinding pembuluh
darah (Sastri dan Sahim, 1990J.
Dalam jaringan ErholesteroI terdapat bebas, ataupun
gabungan ester dan asam lemak, bermolekul tinggi, dengan
persentase masing-masing 20 sampai 40 persen untuk- kholesterol bebas, dan 60 sampai
80 persen
kholesterol
ester dari konsentrasi totalnya 140 sampai 300 mg/100 ml
plasma
darah
(Gordon dan
Cook,
1958; Cantarow
dan
Trumper, 1962).
Menurut Davis et a1
.
( 1985).
hati dan usils
adalah
dua jaringan yang paling aktif dalam mernproduksi kholesterol pada manusia.
Penelitian pada tikus dan kera- me-
nunjukkan bahwa dinding usus merupakan jaringan yang paling penting untuk biosintesis kholesterol. Dari
berbagai
hasil
analisis ternyata bahwa jejenum dan ileum me-
ngandung kholesterol bebas, atau teresterifikasi.
Cook
(1958) menyatakan pula bahwa usus tikus, babi, sapi Jan-
tan
dan
dornba mengandung sterol
sekitar 0.2
persen.
Lambung sapi jantan-mengandunglipid 4.1 persen dan sterol
0.15 persen.
dapatkan
Sedangkan Forrest et al. (1975) men-
kandungan kholesterol pada otot
sekitar 0.5
persen.
urn terh-ndungan
Kholesterol
Kholesterol Lemak
dan bahan makanan yang
dapat
menjadi
sumber kholesterol merupakan salah satu penyebab
utama
terjadinya kenaikan kadar kholesterol dalam serum darah,
sehingga
dapat mengakibatkan perubahan
patologik
pembuluh darah dan degenerasi pada hati se;ta
pada
terjadinya
batu empedu baik pada hewan maupun manusia (Bergman dan
Wardlow,
1975).
Responsnya akan berbeda -antar spesies
(Gustafson et al., 1977).
Cantarow
dungan
dan Trumper (1962) menyatakan bahwa
kholesterol dalam serum darah
kan-
dipengaruhi
oleh
macarn dan jumlah makanan berlemak, di mana keduanya mempunyai
efek yang
sama. Hasil penelitian
Tu et
al.
(1967), memperlihatkan bahwa kandungan kholesterol pada
dagkpg sapi dan babi akan meningkat dengan naiknya
sentase lemak intramuskuler dalam daging.
Pada Gambar 4
dan 5, diperlihatkan hubungan antara kholesterol
dengan
babi.
persentase
per-
lemak intramuskuler pada
daging
sapi
dan
Pada sapi dapat dilihat, bahwa setiap peningkatan
lemak intramuskuler satu persen, maka kandungan kholesterol akan bertambah sebesar 1.7 mg.
Demikian juga hal-
nya dengan babi, terjadi peningkatan kandungan kholeste-
rol
sebesar 0.5 mg untuk setiap peningkatan satu persen
kadar Lemak.
Kandungan lemak daging sangat bervariasi dan
dipe-
waruhi oleh beberapa faktor, antara lain: macam dan jenis
makanan, aktivitas fisik, faktor stres
turunan.
lemak
dan
faktor
Perubahan dari makanan yang mengandung
jenuh menjadi makanan berasam lemak
tidak
akan menurunkan kadar kholesterol dalam serum darah
asam
jenuh
(Tu
et a l . , 1967).
Hasil penelitian Maglad et al. (1983) memperlihatBan
bahwa pemberian molase pada ransum domba
akan
me-
ningkatkan kandungan kholesterol, sedang jika dipuasakan
akan menurunkan kandungan kholesterol. Suatu penelitian
Gambar 4 .
Hubungan antara Kandungan Kholesterol
dengan Lemak Intramuskuler pada Daging
Sapi (Tu et al . , 1967)
X LIPID
Gambar 5.
.
w
Hubungan antara Kandungan Kholesterol
dengan Lemak Intramuskuler pada Daging
Babi (Tu et al . , 1967)
itelah dilakukan oleh Chen et al. (1384) tentang pemberian
ransum berkholesterol dan sayuran terhadap tikus.
Hasilnya, penambahan kholesterol akan meningkatkan total
lipid dan kholesterol hati, sedangkan yang diberi sayuran akan menurunkan kandungan lemak dan total kholesterol
pada hati, serum darah dan feses.
Percobaan
lainnya
yang dilakukan
terhadap tikus
oleh Mangkuwidjojo et al. (1385) adalah pemberian
macam
empat
ransum yang terdiri atas jagung, jagung + lemak
hewan, jagung + lemak hewan + tempe dan jagung + tempe,
diperoleh hasil bahwa, dalam serum darah tikus yang dijagung + lemak hewan, kadar kholesterolnya nyata
beri
lebih tinggi dibandingkan dengan kadar kholesterol tikus
hanya dapat jagung saja. Ternyata tambahan lemak
yang
hewan pada makanan, telah meningkatkan kadar kholesterol
dalam serum darah, sedangkan rang mendapatkan ransum jagung + lemak hewan + tempe, tidak menunjukkan
perbedaan
yang berarti dibandingkan dengan tikus yang mendapat jagung saja. Demikian juga halnya pada tikus yang
diberi
ransum jagung + tempe.
Jacobson et al. (1974) mengamati
macam
lemak terhadap kholesterol plasma anak sapi
diberi
nyak
pengaruh macam-
air susu dengan bahan kering tanpa
sembilan persen serta diberi aneka
lemak sebalemak
perlakuan, yaitu lemak sapi (TI, lemak sapi
rol
( T + K), lemak babi
yang-
+
sebagai
kholeste-
(L), lemak babi + kholesterol
(L + K), minyak kedele ( S B O ) , dan minyak kedele +
lesterol iSBO + K ) .
kho-
Hasil yang diperoleh diilustrasikan
pada Gambar 6. ~ n a ksapi yang mendapat suplemen kholesterol, lebih tinggi kadar kholesterol plasmanya daripada
anak sapi yang tidak mendapat suplemen kholesterol, dan
anak sapi yang mendapat minyak kedele kadar
-:
plasmanya paling rendah.
kholesterol
Demikian juga halnya pada anak
sapi yang diberi lernak sapi dan lemak babi, lebih tinggi
kadar
kholesterolnya, dibanding dengan anak
sapi
yang
mendapat minyak kedele.
iilzolestcrol p l ~ 2 m
(mg/100 ml)
Ganbar 6 .
Pengaruh Pemberian Macam Lemak dan
Kholesterol pada Kholesterol Plasma
Darah Anak Sapi (Jacobson et a l . , 1974)
Hasil penelitian West et al. (1984) terhadap kelinyang diberi 21 persen kasein, memperlihatkan
bahwa
konsentrasi kholesterol serumnya terus meningkat
sampai
ci
hari ke 56, sebaliknya yang diberi protein kedele, konsentrasi kholesterol serumnya menurun.
- Harper
et al. (1979) menyntakan salah
satu
untuk menurunkan kholesterol pada plasma manusia
usaha
adalah
dengan mengurangi jumlah makanan yang mengandung kholesterol.
Hasil
penelitian Keys (1947) yang
dilaporkan
Sastri dan Sahim (1990) terdapat hubungan yang nyata antara
kandungan kholesterol yang terdapat dalam
dengan kandungan kholesterol darah (r = 0.84).
makanan
Pada Ta-
be1 14 berikut, disajikan kandungan kholesterol dan kandungan lemak dari beberapa jenis bahan makanan. Beberapa
macam
minyak yang berasal dari tanaman yang
dalam
menurunkan kadar kholesterol plasma antara
lain:
minyak
kacang tanah, minyak biji kapas, minyak
jagung
dan minyak
kacang kedele. Kenaikan 100 mg
bermanfaat
kholesterol
dalam makanan menyebabkan kenaikan 5 mg kholesterol
per
100 dl serum darah. Pada manusia jumlah total kholester o l plasma sekitar 200 mg/dl akan meningkat dengan
ber-
tambahnya umur, walaupun terdapat variasi di antara
dividu.
Cantarow dan Trumper (1962) melaporkan
bahwa
pada saat manusia lahir. kholesterol plasma sangat
dah, yaitu
Oliver
sekitar 50 mg/100 dl.
(1958)
Selanjutnya Boyd
menyatakan bahwa faktor
in-
lingkungan
rendan
dan
Tabel 14. Kandungan Kholesterol dan Lemak pada
Beberapa Jenis Makanan
Jenis wakanan
Kandungan kholesterol Kandungan lemak
(mg/100 g)
g/lOO g
Telur
Susu lengkap
450
-
14
Susu nonfat
Es krim (mengandung susu dan
telur 100 cc)
Mentega
Daging sapi
Hati
Daging ayam
fkan salmon
Ikan tuna
Kepiting (daging)
Lobster
Udang
Sumber: Gpndy (1990) dalam Shen (1991)
genetik ikut mempengaruhi kenaikan kholesterol seperti
kerlihat dalam Gambar 7.
Faktor lingkungan
Fakkor genetik
1
Makanan
+/'
Energi yang
dikelgarkan
Kadar kholesterol serum
Gambar 7 .
Faktor yang Mempengaruhi Sirkulasi
Kholesterol dalam Darah Manusia
(Boyd dan Oliver, 1958)
Gordon dan Cook
(1958) menyatakan bahwa puasa ber-
pengaruh terhadap kandungan kholesterol.
Hewan yang di-
puasakan selama 24 jam kandungan kholesterolnya akan tu-
run 10 persen jika dibandingkan dengan kontrol, dan
le-
bih rendah lagi bila diperpanjang menjadi 48 dan 72 jam,
yaitu masing-masing tinggal setengah dan sepertiga dari
nilai
kontrol.
Dinyatakan bahwa makanan
yang
kadar
lemaknya dapat menghilangkan efek puasa
tinggi
terhadap
kandungan kholesterol.
but-
E n w ~ iuntuk--dorP
Energi
dapat diartikan sebagai suatu tenaga atau
kekuatan yang rnemungkinkan terjadinya akt-ivitas.
energi
suatu bahan makanan tergantung dari
Nilai
jumlah
dan
proporsi
dalam
karbohidrat, lemak dan protein
bahan
yang
makanan tersebut (Minish dan
terdapat
Fox,
1982).
Kebutuhan ternak akan energi dipengaruhi oleh fungsi tubuh normal, aktivitas, bobot badan dan jenis kelamin
Flatt
energi
dan
Moe (1969) menyatakan bahwa
kebutuhan
dipengaruhi oleh besar tubuh, spesies, kelamin,
urnur, tingkat produksi, aktivitas dan kondisi
lingkung-
Menurut Lemenager et al. (1980) kondisi bobot badan
an.
dan tingkat produksi ternak dapat dipakai untuk menduga
kebutuhan energi.
Kebutuhan energi pada ternak dapat dibagi dua
untuk hidup pokok dan produksi.
tu:
untuk
hidup pokok adalah energi yang
yai-
Kebutuhan energi
diperlukan
untuk
memelihara kelestarian hidup dan mempertahankan keutuhan
alat-alat tubuh.
untuk
Kebutuhan untuk produksi
proses-proses produksi yang meliputi
seperti
dimanfaatkan
pertumbuhan
pembentukan daging, penumpukan lemak, produksi
susu dan lain-lainnya (Tillman e t
d l . ,
1984). Kebutuhan
energi untuk hidup pokok akan dipenuhi terlebih dahulu,
sebelum energi tersebut digunakan untuk produksi.
energi
Jika
untuk hidup pokok tidak terpenuhi mengakibatkan
terjadinya penurunan bobot badan.
Ranjhan dan Pathak (1979) menyatakan bahwa kebutuhan
energi untuk hidup pokok pada kerbau tidak berbeda
jauh
Energi
jika dibandingkan
dengan
kebutuhan pada
yang cukup untuk hidup pokok dan
produksi
sapi.
yang
dilengkapi dengan tersedianya protein, vitamin dan mineral yang seimbang dapat memberikan produksi yang tinggi.
Dalam pertumbuhan hewan, semua zat makanan terutama
digunakan untuk pertumbuhan tulang, kemudian pembentukan
syaraf, otot (jaringan), dan terakhir pembentukan lemak.
Energi ransum yang-digunakanuntuk pertambahan bobot badan sebagian dikonversikan ke dalam jaringan lemak. Dengan demikian mulai terjadi peningkatan, penyebaran
penimbunan
dan
lemak ke jaringan tubuh berupa lemak subcu-
tan, lemak abdominal, lemak pelvis dan lemak intramusku(Rammond et al., 1965; Berg dan Butterfield, 1976
les
dan Arthaud et al., 1977).
Butir-butir lernak dalam daging, di samping sebagai
sumber energi, juga berfungsi menambah rasa empuk, aroma.
dan rasa gurih.
Efisiensi produksi daging pada sapi sa-
ngat dipengaruhi oleh makanan.
Dengan makanan.yang ren-
dah kualitasnya, penggunaan energi makanan lebih banyak
untuk
perturnbuhan (Ranjhan dan Pathak, 1979).
Energi
merupakan surnber tenaga bagi semua proses hidup dan produksi.
Kekurangan energi pada usia muda, akan mengham-
bat pertumbuhan dan pencapaian umur dewasa kelamin.
Dalam formulasi ransum harus diusahakan agar energi
tidak kekurangan. Oleh karena itu kadar energi
merupa-
kan pertimbangan utama dalarn penyusunan ransum.
Sistem
yang
energi
paling sering dipakai untuk mengukur nilai
makanan adalah TDN (Lloyd et al., 1978).
Bila konsumsi energi dibatasi akan menurunkan
lemakan, walaupun pertumbuhan tulang dan
bisa
berlangsung.
per-
daging masih
Pembatasan yang lebih
lanjut akan
memperlambat perturnbuhan urat daging, tetapi tulang masih dapat terus bertumbuh (Acker, 1963).
sum
Pemberian ran-
pada ternak di samping hijauan, diberikan pula
plemen
konsentrat guna memenuhi kelengkapan uniur
sugizi
secara kualitatif dan kuantitatif, termasuk pula peningkatan sumber energi.
Menurut Parakkasi (1985) pernberian terlampau banyak
konsentrat atau biji-bijian akan meningkatkan konsentrasi energi ransum dan dapat menurunban tingkat konsumsi,
sehingga tingkat konsumsi energipun berkurang, dan tidak
lagi memperbaiki kualitas daging.
nuh
Pemberian energi pe-
dan (misalnya 2/3 energi penuh)
perbedaan
tidak menyebabkan
sifat karkas, hanya berbeda dalam waktu
yang
dibutuhkan untuk mencapai bobot badan dan g r a d e tertentu.
Kebutuhan
sapi
pedaging bobot 100 sampai
akan zat-zat makanan berdasarkan rekomendasi NRC
500 kg
(1976)
seperti pada Tabel 15 dan kebutuhan kerbau berdasarkan
Raajhan dan Pathak (1979) sampai bobot badan 500 kg
pat
dilihat-padaTabel 16.
da-
Pada kedua tabel ini dapat
dilihat bahwa patokan kebutuhan gizi untuk sapi pedaging
bobot badan 100 sampai 500 kg untuk TDN adalah 1.2 sampai 3.8 kg, dan protein kasar 0.18 sampai 0.60 kg. Untuk
penggemukan dengan pertambahan bobot badan 0.5 kg per
Tabel 15.
Bobot
badan
Patokan Kebutuhan Bahan K e r i n g , Protein
Kasar, TDN Ca dan P u n t u k Sapi Pedaging
(kg/ekor/hari)
Pertambahan
b o b o t badan
Sumber: NRC. 1976
Bahan
kerine
Protein
kasar
TDN
Ca
P
hari dibutuhkan TDN 1.8 kg dengan protein kasar 0.36 kg.
Sedangkan untuk kerbau kebutuhan TDN berkisar antara 1.8
sampai
7.6 kg, dan protein kasar kebutuhannya berkisar
antara 0.36 - 0.9 kg/ekor/hari.
Tabel 16.
Bobot
hidup
Patokan Kebutuhan Bahan Kering, Protein
Kasar, TDN, Ca dan P untuk Kerbam
Pertarnbahan
bobot badan
Bahan
Protein TDN
kering
kasar
Ca
P
bahwa
pe-
Sumber: Ranjhan dan Pathak (1979)
Preston
dan Willis (1974) mengemukakan
ningkatan energi ransurn disertai dengan pembatasan gerak
fisik
akan meningkatkan efisiensi ransum dan laju
tambahan bobot badan akan lebih tinggi.
per-
Pada Gambar
8
diperlihatkan rantai transformasi ransum pada ruminansia
> Feses
Energi dapat
dicerna
> U r i n e d a n g a s metan
I
Bahan t e r b u a n g
Pertahanan i n t e q r i t a s
> tubuh (kebutuhan e n e r g i
basal )
>
Energi metabolik
Usaha mendapatkan ma
Indonesia
kanan.
sadar akan pentingnya protein dalam menu
Protein hewani yang cukup akan memperbaiki
magizi
masyarakat., kesehatan masyarakat, mensejahterakan rakyat
dan mencerdaskan kehldupan bangsa sesuai dengan tujuan
pembangunan.
dan
Salah satu sumber protein
yang
tersedia
dapat dikembangkan potensinya adalah daging
ternak
ruminansia terutama daging sapi dan kerbau.
Sapi dsn
kerbau merupakan ternak
penghasil daging
terbesar di Indonesia. Menurut Bina Program (1991) populasi ternak sapi potong dan kerbau sejak Pelita I sampai dengan tahun pertama Pelita V (1969
nya
meningkat.
-
1989) seluruh-
Pada periode ini populasi
sapi potong
meningkat dari 6 447 ribu ekor (1969) menjadi 10 094 ribu ekor (1989) atau meningkat 57 persen, kerbau rneningkat dari 2 940 ribu
ekor (1969) menjadi 3 244 ribu ekor
(1989) atau meningkat 10 persen.
ningkat
atau
dari
Konsumsi
311.4 ribu ton menjadi 1 085.5
meningkat
sekitar 249
persen
daging meribu
ton
(Soehadji, 1991).
Berdasarkan perkembangan konsumsi nasional, tingkat konsumsi
protein hewani asal dagi-ngmeningkat dari 1.40
per kapita per hari menjadi 3.04 g per kapita per
g
hari
atau setara dengan 6.07 kg'daging per kapita per tahun.
Dibandingkan dengan norma gizi sebesar 4 . 5 g per
per
hari
atau
setara dengan 7.6
kg
kapita
daging, tingkat
konsumsi masih
rendah yaitu baru mencapai
68 persen.
Dengan demikian konsumsi daging masih perlu ditingkatkan
lagi (Soehadji, 1991).
Daging merupakan
makanan sumber protein
bermutu
tinggi. Selain sebagai sumber protein daging mengandung
lemak
dengan
kandungan asam lemak jenuh yang
tinggi.
Beberapa tahun terakhir ini di negara-negara yang
telah
maju, terdapat anjuran untuk mengurangi konsumsi daging
berlemak
akan
Hal ini terkait dengan
kekhawatiran
meningkatnya kadar kholesterol darah
akibat kan-
dungan
tinggi.
asam-asam lemak jenuh yang berasal
ternak tersebut.
dari daging
Kebiasaan memakan makanan yang banyak
mengandung lemak dapat'meninggikan kadar kholesterol da-
lam darah (Sastri dan Sahim, 1990).
Kholesterol
dianggap sebagai salah satu penyebab
penyakit kardiovaskuler. Meningkatnya kadar kholesterol
dalam darah akan meningkatkan proses pengerasan dan
nyumbatan pembuluh darah
(aterosklerosis).
Penyakit
kardiovaskuler pada saat ini merupakan masalah yang
ling banyak disorot, karena merupakan penyebab
pe-
pa-
kematian
yang pertama di negara-negara maju dan rnerupakan penyakit tidak menular yang paling banyak mematikan
penduduk
di negara berkembang (Shen, 1991).
Di
Indonesia berdasarkan survei kesehatan rumah
tangga 1986 yang dikutip Sitepoe (19911, kematian akibat
kardiovaskuler menduduki peringkat kedua setelah diare.
Menurut Shen (1991) penyebab kematian akibat
kardiovas-
kuler pada tahun 1972 adalah 5.1 persen, jauh di
diare 16.9 persen.
an
Akan tetapi pada tahun 1980, kemati-
akibat kardiovaskuler meningkat menjadi 9.9
Estimasi
bawah
persen.
survei kesehatan rumah tangga meramalkan
pada
tahun 2000 penyakit kazdiovaskuler akan menjadi penyakit
pembunuh nomor satu (Sitepoe, 1991).
Berbagai upaya dilakukan untuk mencari jenis ternak
penghasil
daging
yang berkadar lemak dan kholesterol
rendah, dan upaya dibidang pakan ternak yang kemungkinan
dapat
menurunkan
Beberapa
macam
kadar lemak dan kholesterol daging.
komponen ransum seperti kadar asam
lemak dalam ransum akan mempengaruhi
lemak dan
konsentrasi
kholesterol dalam serum darah.
Tubuh ternak
dibangun dari zat-zat makanan
terdapat di dalam ransum yang dimakan.
yang
Zat makanan ter-
sebut sangat besar peranannya dalam pembentukan komposisi tubuh ternak dan mutu produk yang dihasilkannya.
Pe-
ranan utamanya adalah dalam pembentukan tulang, kemudian
pembentukan
jaringan l e a n dan pembentukan lemak.
karena itu, kadar energi ransurn mutlak mendapatkan
hatian
dalarn- pemberian makanan kepada
mengingat
bahwa
pembatasan
Oleh
per-
ternak- daging.
terhadap konsumsi energi
mengakibatkan-perlemakan tubuh menjadi berkurang.
Bagi
ternak ruminansia surnber energi berasal
karbohidrat, protein dan lemak. Pada proses
dari
fermentasi
dalam rumen, karbohidrat akan mengalami fermentasi menjadi
asam
lemak terbang yang merupakan
utama bagi ternak.
an
merupakan
sumber energi
Karbohidrat terutama asal biji-biji-
sumber energi utama untuk
sintesis asam
lemak dan deposit lemak. Asarn lemak yang tidak
diguna-
kan untuk pembentukan jaringan tubuh akan dideposit
da-
lam sel lemak yang dapat digunakan sebagai sumber energi.
Untuk mengkaji sejauh mana sumber energi ransum dapat mempengaruhi komposisi asam lemak, kandungan kholesterol
dan energi daging, dilakukan penelitian pada
jenis hewan ruminansia besar sapi dan kerbau
dua
penghasil
daging.
Maksud dan tujuan penelitian ini adalah mempelajari
komposisi asam lemak, kandungan kholesterol lemak
kandungan
energi
daging pada
sapi dan
kerbau
serta
dengan
sumber energi ransum yang berbeda.
Kegunaan
penelitian ini adalah
ransum dan jenis ternak yang
jenis
daging
untuk
mendapatkan
dapat menghasilkan
dengan kandungan asam lemak jenuh yang
rendah,
kholesterol rendah dan energi yang rendah.
Sumber
asam
en.ergi ransum dapat mempengaruhi
lemak, kandungan kholesterol lemak
komposisi
pelvis
kandungan energi daging pada sapi dan kerbau.
serta
TINJAUAN PUSTAKA
uan ternng Perbedaan Tewak Sap1 dan Kerbau
Ternak sapi dan kerbau merupakan hewan piaraan yang
mempunyai banyak kegunaan. Selain sebagai tenaga kerja
kerbau
juga merupakan penghasil susu dan daging.
Pada
-
beberapa daerah, kerbau juga digunakan dalam berapa acara adat istiadat dan sebagai hadiah perkawinan, seperti
kerbau Tedong di Tanah Toraja (Toelihere, 1981).
Dalam
memilih
sapi,
makanannya,
jika
dibandingkan
dengan
ber-
kerbau kurang selektif dan lebih mampu menggunakan
bagai macam bahan makanan.
Kerbau dapat hidup baik
dan
tahan terhadap musim kemarau yang panjang, karena kerbau
dapat mengkonsumsi bahan makanan kering (Tulloch, 1972).
Menurut
Bhattacharya
dan Mullick
(1978), kerbau
mempunyai kemampuan mengkonsumsi bahan makanan kasar dalam jumlah yang lebih banyak dan lebih cepat
dibanding-
kan sapi. Sedangkan dalam ha1 makanan yang mudah difermentasikan mungkin
tidak
ada
bedanya.
Ranjhan dan Pathak (1979) menyatakan
Selanjutnya
bahwa kerbau lebih
efisien dalam memanfaatkan hijauan kering seperti jerami
padi.
Hal
ini mungkin disebabkan oleh
kerbau yang lebih lambat daripada sapi
gerakan
rumen
sehingga bahan
makanan
tersebut dapat dicerna lebih lama oleh
mikroba
rumen.
Dalam beberapa penelitiannya, dinyatakan bahwa
kerbau mampu mencerna bahan makanan dua sampai lima persen
lebih tinggi daripada sapi. Jumlah bakteri
dalam
rumen kerbau lebih tinggi daripada sapi, sehingga kemampuan untuk mensintesis protein dalam rumen lebih besar.
Menurut Ichponani e t al. (1962) pencernaan selulosa
pada
kerbau dua kali lebih tinggi daripada
waktu 48 jam.
sapi
dalam
Sutardi (1978) melaporkan aktivitas selu-
lotik
cairan rumen kerbau lebih tinggi
daripada
sapi.
Diduga kerbau merupakan induk semang mikroba ter-
tentu yang menyebabkan hewan tersebut lebih mampu
pada sapi dalam menggunakan makanan berkualitas
Dalam
rumen
darirendah.
ha1 mencerna protein kasar, hemiselulosa, ternak
kerbau lebih baik daripada ternak sapi, begitu juga konsumsi, penyerapan dan retcnsi Nitrogen (Sut.ardi,1978).
Chutikul (1975) menyatakan bahwa struktur umum alat
pencernaan kerbau sama dengan sapi. Fungsi rumen kerbau
diasumsikan sama dengan sapi, yang berbeda adalah warna
epitelnya.
berwarna
Pada
kerbau berwarna hitam dan
cokelat kehitarnan. Di sarnping itu
bahwa rumen kerbau lebih banyak
quillerrondii,
dibanding
sapi
sapi
dinyatakan
mengandung Oscilospira
rnikroba iodophil, bakteri
(Tabel 1).
pada
Sutardi
dan
protozoa
(1978) menyatakan
bahwa dalam ha1 daya cerna untuk bahan kering, serat kasar dan protein kasar tidak terlihat perbedaan yang nyata
antara sapi dan kerbau. Koefisien cerna kerbau
sapi masing-masing bahan-bahan tersebut di atas
bahan
dan
adalah:
kering 53.50 dan 54.55 persen; serat kasar
59.00
dan 56.45 persen dan protein kasar 54.9 dan 51.55 persen.
Tabel 1.
Total Protozoa, Oscillospira, Mikroba
Iodophil dan Total Bakteri per mm3
dalam Rumen Kerbau dan Sapi Zebu
Organisme
Kerbau
Sapi zebu
Protozoa
194.60
156.80
Oscillospira
1 348.00
164.00
Mikrobaiodophil
8 028.00
3 341.00
10 420 000.00
10 200 000.00
Bakteri
Sumber: Langar et al. (1968) yang dikutip Chutikul
(1975)
Arganosa et a l . (1973) membandingkan antara kerbau
dengan
sapi. Kerbau mempunyai.kulit yang
Persentase kulit pada sapi 7.3
persen
bobot badan, sedangkan kerbau 11.2 persen.
Bobot
dan lebih berat.
dari
kepala
bobot
lebih tebal
sapi dan kerbau adalah 5.4 dan 6.5
badan.
persen
dari
Demikian pula dengan komposisi kimia da-
ging sapi dan kerbau tidak banyak berbeda, kecuali kandungan kholesterol dan pigmen.
Pigmen yang tinggi meru-
pakan penyebab warna daging kerbau menjadi
(Arganosa et al., 1973).
lebih
gelap
Pada Tabel 2 disajikan kompo-
sisi kimia daging sapi dan kerbau yang dikumpulkan dari
beberapa literatur. Nilai gizi daging ditunjukkan - oleh
kandungan protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral.
Sedangkan penyediaan energi juga tergantung dari
ha1 tersebut di atas. Selain ditunjukkan oleh kandungan
protein yang tinggi, nilai gizi daging juga
ditunjukkan
8
Tabel 2.
Komposisi Kimia Daging Sapi dan Kerbau
Karakteristik
Sapi
Kerbau
19.20
20.20
Lemak intramuskuler ( % )
1.13
1.03
sda
Kadar abu ( X )
1.10
1.11
sda
Ekstrak bebas N (%)
2.28
3.24
sda
76.29
74.42
sda
Total pigmen (mg/g)
2.30
4.10
sda
Myoglobin (mg/g)
2.20
2.90
Valin et a1
(1984)
Hidroksiprolin
4.30
3.00
sda
Protein ( % I
Kadar air
(%)
(%)
Sumber
Arganosa et
(1973)
sda
Daya larut kolagen ( % ) 7o0c/jarn
Energi (Kkal)
Kholesterol
(ms/100 g)
10.90
11-10
5447.00
5250.00-
Sediaoetama
64.06
Arganosa.et
(1973)
54.80
oleh kelengkapan asam amino.
lain
sda
Asam amino tersebut antara
phenilalanin, valin, tryptophan, treonin,sS leusin,
isoleusin dan lisin.
Di samping itu daging
merupakan
sumber mineral yang baik, kecuali kalsium. Mineral tersebut adalah besi (Fe) yang sangat diperlukan untuk pembentukan haemoglobin dan myoglobin (Forrest et a l . , 1975).
JeramiJerami
padi merupakan limbah tanaman padi
setelah
biji-biji atau butirnya dipetik guna kepentingan manusia
(Lubis, 1963).
Menurut Willis et
lignin
serat
dl.
(1980) jerami padi mengandung
dan selulosa yang tinggi.
kasar rendah.
Akibatnya
kecernaan
Kadar silika yang dikandungnya
13
persen, lignin antara enam sampai tujuh persen dan selulosa 30.6 sampai 30.8 persen (Sundstol dan Owens, 1984),
sedangkan
kadar
Ca dan P masing-masing 0.42
persen (Sutardi, 1980).
sisi
dan
Hasil analisis proksimat kompo-
kimia jerami padi menurut Sutardi (1980) dan
Mu-
Morri-
hammad et a l i (1983) dapat dilihat pada Tabel 3.
son
0.28
(1968) menyatakan bahwa kandungan serat kasar
yang
tinggi, kandungan protein dan lemak yang rendah dari jerami
padi
disebabkan oleh karena sebagian
besar
dari
zat-zat makanan tersebut telah diangkut ke bagian
dan buah pada saat terjadi pertumbuhan generatif:
pat
bunga
.
Ruminansia dapat memanfaatkan selulosa yang
terda-
dalam bahan makanan berserat kasar
karena
tinggi,
adanya mikro organisme selulotik yang terdapat dalam rumen (Church, 1978).
Penggunaan jerami padi sebagai makanan ternak tanpa
ditambah bahan lain akan menyebabkan penampilan produksi
ternak
kurang memuaskan, malahan kadang-kadang
penurunan bobot badan.
terjadi
Hal inF disebabkan karena jerami
_
10
Tabel 3.
Komposisi Kimia Jerami Padi
Kandungan ( % )
..........................
U r a i a n
Bahan kering
a
b
86.60
-
Komposisi bahan kering:
Protein kasar
4.21
4.04
32.50
31.62
1.44
0.53
Beta-N
44.50
42.21
Abu
17.40
21.60
0.42
-
Serat kasar
Lemak
Ca
P
NDF
a) Sutardi (1980)
b) Muhammad-et al. (1983)
padi
termasuk
bahan makanan
(Jackson, 1978).
yang
berkualitas
rendah
Namun demikian jerami padi dapat digu-
nakan sebagai makanan pokok bagi ruminansia dengan
mem-
berikan perlakuan kimia seperti penambahan alkali,
KOH,
Ca(OH)2, NaOH dan NH3, sehingga akan menaikkan kecernaan
serat kasar (Jackson, 1977 dan Winugroho, 1981).
Menurut
padi
Muhammad et d l . (1983),
pemberian
yang dikombinasikan dengan makanan
memberikan
hasil
yang lebih baik
pemberian dalam bentuk tunggal.
jerami
penguat,
dibandingkan
akan
dengan
,
Menurut Usri et al. (1979) jerami padi dapat
meng-
gantikan rumput lapangan sebanyak 25 persen, namun demikian pemberian dalam bentuk tunggal tidak dianjurkan karena jerami padi merupakan makanan yang sulit untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok.
-
er En&
d
Menurut Hartadi et a l . (1980) bahan makanan
energi
dari
adalah bahan-bahan dengan protein
kasar kurang
20 persen dan serat kasar kurang dari
Contohnya
adalah biji-bijian,
limbah
stxmber
18
persen.
penggilingan,
kacang-kacangan, akar-akaran umbi-umbian meskipun
dalam
bentuk silase.
Parakkasi (1983) menyatakan kira-kira 75 persen dari
ongkos makanan digunakan untuk
sumber energi.
bahan-bahan makanan
Bahan makanan tersebut harus
dikombina-
sikan sedemikian rupa untuk memperbaiki zat-zat yang defisien karena tidak satupun bahan makanan yang mengandung
zat-zat makanan yang lengkap dan
karena
itu pemberian dua macam atau
seimbang.
lebih bahan-bahan
makanan sumber energi kerap memberikan hasil yang
baik
Oleh
lebih
dibandingkan dengan pemberian hanya semacam saja.
Bahan-bahan makanan atau kombinasinya yang digunakan sebagai sumber energi antara lain:
Dedak DU.
Dedak padi
proses
makanan
.
adalah hasil
ikutan dari
penggilingan padi, merupakan salah satu bahan
penguat
untuk
ternak
ruminansia yang mudah
didapat, tidak bersaing dengan kebutuhan manusia.
rut
Parakkasi
Menu-
(1983) yang dimaksud dengan dedak
padi
adalah campuran dari dedak itu sendiri, kulit gabah dan
mungkin hasil-hasil lainnya (misalnya hasil
polishing beras).
pengikisan/
Banyaknya kulit gabah yang
tercampur
dalamnya akan mempengaruhi kualitas dedak itu.
di
Hal
disebabkan karena kulit gabah mengandung serat
ini
ka-
sar, di mana kadar silikanya 11 sampai 19 persen.
Menurut Morrison (1968) dedak padi yang baik kualitasnya
rata-rata mengandung 12.4 persen
persen
lemak, dan 11.6 persen serat kasar.
protein,
13.6
Komposisi
kimia dedak padi dapat dilihat pada Tabel 4 dan 5.
nurut
Parakkasi
yaitu:
(1983) ada tiga macam
Me-
kualitas dedak
a) dedak kasar, b) dedak halus (lunteh) dan
c)
bekatul.
a) Dedak kasar adalah dedak padi yang diperoleh dari hasil penumbukan pertama, atau dari hasil penggilingan
dengan mesin pengupas kulit.
produksi
yang
Sebagian besar
dari
ini terdiri dari pecahan-pecahan kulit gabah
agak kasar.
Dedak kasar ini mempunyai nilai
gizi
dan kualitas yang rendah.
b) Dedak halus atau lunteh adalah dedak yang diper-
oleh
dari pengayakan hasil ikutan dan dari
penumbukan
padi
dari gelombang kedua dan ketiga, atau
dari hasil
pengasahan pertama, bila menggunakan mesin pengasah atau
Tabel 4.
Dedak
Kandungan Zat Hakanan Dedak Kasar, Dedak Halus dan Bekatul
@ahan
kering
Abu
Protein
kasar
Lerak
Dedak halus pabrik
89.10~
8.50'
13.60'
8.20'
Dedak ha1 us
kaWn9
88.30~
9.90'
10.lO1
4-90'
kkatul
87-15'
7.55'
10.80~
2.90~
-
Ca
P
TDN
-
-
704
48.!fi1
-
-
25
4.90~ 61.90'
-
-
7z4
Serat
kasar
Beta-N
Dedak
kasar
Keterangan: 1) Lubis 11958)
2) Sutardi !I9801
3l'Tillnan c t ai. (19843
4) Hartadi e t a i . (1990)
8.00~ 50.80'
15.30~
4
-
Berdasarkan derajat kehalusannya, dedak
halus
dibagi atas dedak halus kelas satu-dan kelas dua.
Dari
huller.
cara
pengolahannya,
maka produk ini
terutarna
terdiri
atas
selaput beras, perpaduan dinding buah dan
dinding
biji dan pecahan-pecahan lembaga dan mungkin masih
campur
sedikit
dengan
bubuk halus
dari
kulit
(Parakkasi; 1983) yang disitir dari Lubis, 1958).
ber-
gabah
Tabel 5. Kandungan Asam Lemak Dedak Padi
Nama asam lemak
Kandungan asam lemak
Asam kaprat (C 10:O)
-0.69')
-.:
Asam meristat (C 14:O)
Asam palmitoleat (C 16:l)
0.01~)
Asam heptadekanoat (C 17:O)
0.01~)
Asam stearat (C 18:O)
1.90~)
Asam Oleat (C 18:l)
Asam linoleat (C 18:2)
Asam linolenat (C 18:3)
0.046')
Asam arakhidat (C 20 :0)
0.046')
Asam bahenat (C 22:O)
0.020~)
Keterangan: 1) Satoto (1986)
2) Juliano (1966) dalam Ciptadi dan
Nasution (1979)
c')
BekatuL merupakan dedak yang paling halus
tidak
mengandung serat kasar, sebagian besar terdiri dari
pisan-lapisan
terdapat
tidak
luar
endosperm.
Bahan-bahan
di dalamnya berasal dari selaput dan
lagi mengandung kulit gabah.
lain
layang
lembaga,
Bekatul ini
paling
tinggi kualitasnya, bila dibandingkan dengan kedua jenis
dedak terdahulu (Parakkasi, 1983).
Dedak padi mempunyai kadar protein yang cukup tinggi.
Protein ini mempunyai nilai gizi yang
banyak
me-
ngandung asam amino esensial. Hasil suatu percobaan menunjukkan bahwa nilai gizi protein dedak padi
tidak
ternyata
jauh berbeda dengan nilai gizi protein kasar ka-
cang kedele.
Di samping itu dedak padi kaya akan tiamin
dan niasin (Ciptadi dan Nasution, 1979).
Dedak padi memiliki kandungan fosfor yang
tinggi.
relatif
Fosfor tersebut dalam bentuk asam fitat.
fitat merupakan
bentuk simpan P
(fosfor) dalam biji
tanam-tanaman, bercampur garam mioinositol asam
fosfanat-
Senyawa
Asam
ini sulit untuk
heksa-
dicerna, sehingga
fosfor dalam asam ini tidak dapat digunakan oleh tubuh
(Muchtadi. 1989).
Fitat menjadi senyaws kompleks bila
terikat dengan pelbagai kation atau dengan protein
mempengaruhi tingkat kelarutan senyawa ini.
yang
Dengan pro-
asam fitat ini akan membentuk ikatan kompleks se-
tein
hingga protein menjadi kurang larut dan lebih tahan terhadap
oleh
pencernaan proteolitik (Luh, 1980).
Parakkasi (1983) tingginya asam fitat dapat
ganggu metabolisme
yang
Ditambahkan
Zn.
Untuk
mencegah
diakibatkan oleh asam fitat perlu
secukupnya.
meng-
parakeratosis
ditambahkan
Pemakaian dedak halus 29%. diperlukan
Zn
pe-
nambahan 52 ppm ZnC03.
Kadar lemak yang tinggi menjadi hambatan dalam
nyimpanan, karena sering mengalami proses oksidasi
peyang
menyebabkan ketengikan. Selain problema
penyimpanan,
dedak mempunyai kandungan asam lemak tidak jenuh.
asam
linoleat dan oleat yang cukup tinggi
yaitu
(Tabel 5 ) .
Bila kadar asam lemak tidak jenuh ini cukup tinggi dalam
ransum, ada tendensi untuk melembekkan
(ha1 ini terjadi pada babi).
lemak karkas,
Dedak padi dapat menggan-
tikan jagung sebagai sunlber energi dalam ransum di bawah
50
persen tanpa menyebabkan ha1 yang negatif
terhadap
penampilan dan kualitas karkas (Parakkasi, 1983).
Pada hewan monogastrik seperti babi, pemakaian
de-
dak halus lebih dari 41 persen dalam ransum yang berdasar
jagung dan bungkil kedele, hasilnya
akan
terhadap pertambahan bobot badan, efisiensi
inferior
penggunaan
makanan dan kualitas karkas. Akan tetapi menurut Transher et al. (1966) yang disitir Parakkasi (1983) pemakaian dedak halus untuk menggantikan 30 persen jagung dalam
ransum
(ransum basal: terdiri dari jagung dan bungkil
kedele) menyebabkan pertambahan bobot badan akan berkurang 8 persen dan melembekkan lemak karkas dan nilainya
hanya 90 - 95 persen dibanding dengan jagung.
Peneliti
lain mencoba beberapa tingkatah (sampai 45 persen) dalam
ransum babi yang sedang tumbuh, tanpa ada perbedaan
da-
lam pertambahan bobot badan.
--
Dedak gandum
(pollard) merupakan
Limbah pada penggilingan gandurn menjadi terigu dan merupakan
bahan makanan yang baik untuk ternak.
Menurut
Morrison (19S8) dedak gandum mempunyai kualitas protein
yang
lebih baik dibandingkan jagung, bahkan lebih baik
dari gandumnya sendiri, tetapi tidak sebaik protein ka-
TDN,
cang kedele. Dedak gandum mengandung 67.2 persen
fosfor, vitamin B1 dan B kompleks, tetapi miskin
kaya
Komposisi kimia dedak gandum dapat dilihat pada Ta6 dan Tabel 7.
be1
Pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa
asam
oleat dan linoleat cukup tinggi. yaitu
59.4
mg/100 g asam lemak. Tingginya asam
15.3 dan
lemak tidak
jenuh dalam ransum babi membuat lemak jadi lunak
(Lloyd
et al., 1978), tetapi pada ruminansia lemak tidak
jenuh
mengalami
hidrogenase dalam rumen sehingga lemak akan
menjadi jenuh (Blaxter, 1980).
Penelitian-penelitian mengenai pemakaian dedak gandum telah banyak dilakukan terutama pada unggas.
Menu-
rut Gunawan (1974), pemakaian 15 sampai 25 persen
dedak
.gandum dalam ransum memberikan pertumbuhan
yang
lebih
cepat. Pada dasarnya dedak gandum lebih ekonomis
seba-
gai campuran ransum daripada tepung alfalfa bila digunakan sebanyak 20 persen.
Morrison (1968) menyatakan bah-
.-wadedak gandum dapat menggantikan dedak padi halus
lam
ransum ayam.
dapat
Lubis (1958) menyatakan bahwa
disamakan dengan dedak gandum yang dipakai
ransum sapi perah.
da-
lunteh
dalarn
Tabel 6. Komposisi Zat-zat Makanan Dedak Gandum
Kandungan ( % )
.......................................
Zat makanan
b
a
c
Bahan kering
Abu
Protein
Lemak
Serat kasar
Beta-N
Ca
P
Keterztngan: a) Morrison (1968)
b) Sutardi (1980)
C) Tillman et al. (1984)
Tabel 7.
Komposisi Asam Lemak Dedak Gandum
Nama asam lemak
Kandungan asam lemak
........
Asarn
Asam
Asam
Asam
Asam
Asam
Asam
Asam
Asam
Asarn
Asam
g/100 g asam lemak
laurat (C 12:O)
meristat (C 14:O)
palmitat (C 16:O)
palmitoleat ( C 16:l)
stearat (C 18:O)
oleat ( C 18:l)
linoleat (C 18:2)
linolenat (C 18:3)
arakhidat ( C 20:O)
eikosaenoat (C 20:l)
fignostearat (C 20:4)
Sumber: (Paul dan Southgate. 1979)
........
m.
Jagung merupakan bahan makanan yang
ting untuk ternak.
mua
Sumber energi terbaik di antara
biji-bijian, karena nilai energi tercerna,
tercerna
dan
biji-bijian
kadar serat kasar yang
lainnya (Tangendjaya dan
rendah
dibanding
Gunawan.,
1988).
makanan
di samping ekonomis dalam produksi energi,
ekonomis dalam penyusunan ransum.
se-
nutrien
Henurut Parakkasi (1286) pemakaian jagung untuk
ternak
pen-
juga
Penggunaan yang rela-
tif sedikit sudah dapat menyempurnakan kebutuhan energi.
Dibanding biji-bijian lainnya seperti oat,
dan
barley
jagung mempunyai kadar protein
jawawut
yang
lebih
rendah, demikian juga kualitas proteinnya (terutama ren-
dah
akan lisin dan triptofan).
kualitas
Sebab
utama
protein tersebut adalah karena
rendahnya
(protein
zein
jagung yang larut dalam alkohol) yang merupakan 50
sen dari seluruh protein yang ada dalam jagung.
-
sisi
per-
Kompo-
zat-zat makanan dan komposisi asam lemak dari
gung dapat dilihat pada Tabel 8 dan Tabel 9.
ja-
Dibanding
dengan dedak padi dan dedak gandum terlihat bahwa jagung
mengandung serat kasar yang paling rendah yaitu
sekitar
dua persen.
Komposisi zat makanan dari jagung dipengaruhi
oleh
varietas- dan lingkungan di mana jagung ditanam dan
di-
proses (seperti halnya dengan bahan makanan lainnya).
Menurut
Walff ( 1 9 7 6 ) yang dikutip
oleh
Parakkasi
(19831, terdapat kekurangan pada jenis jagung di
daerah
Tabel 8.
Komposisi Zat-zat Makanan Jagung
Kandungan ( % )
Zat-zat makanan
........................
a
b
89.00
86.80
Protein kasar
8.90
10.80
Serat kasar
2.00
2.53
Lemak
3.90
4.28
Abu
1.10
2.15
TDN
82.00
80.80
Bahan kering
--
Keterangan: a) NRC (1968) dalam Parakkasi (1983)
b) Sutardi (1981)
tropis,
dan
yaitu produksi yang rendah dalam jumlah
rendahnya kualitas dan kuantitas
protein.
kalori
Untuk
peningkatan nilai gizi bahan makanan tertentu, dapat di:
lakukan dengan berbagai cara, antara lain dengan
penam-
bahan zat-zat makanan yang dianggap kurang.
Jagung mempunyai kandungan lemak yang relatif tinggi, sehingga tidak dapat disimpan dalam waktu yang lama;
di samping itu kandungan provitamin A-nya relatif tinggi
iterutama ,pads jagung kuning), demikian pula
vitamin
E tetapi rendah akan vitamin B dan D,
kandungan fosfornya cukup tinggi.
kandungan
meskipun
Tabel 9. Komposisi Asam Lemak Jagung
Kandungan asam lemak
..............................
Nama asam lemak
a
b
. . . . . g/100 g asam lemak
.....
0.6
-
14.0
12.4
Asam palmitoleat (C 16:l)
0.3
-
Asam stearat (C 18:O)
2.3
1.7
Asam linolenat (C 18:2)
50.0
55.4
Asam linolenat (C 18:3)
1.6
arakhidat (C 20:O)
0.3
Asam
meristat (C 14:O)
-:
Asam palmitat (C 16:O)
Asam
Asam eikosaenoat (C 20:l)
Asam bahenat (C 22:O)
0.2
trace (sedikit)
Asam erurat (C 22:l)
0.2
Asam lignostearat (C 24:O)
trace (sedikit)
Keterangan: a) Paul et al. (1979)
b) Buckle et al. (1978)
.
. Asam Lemak Pelvis
Pengaruh Ransum terhadaw Kom~osrsl
Lemak
di
tubuh sapi cenderung dideposit pertama
kali
daerah perirenal dan sekitarnya, kemudian berturut-
turut lemak intermuskulair (seam),-subkutan,intramuskulair (untuk marbling) (Parakkasi, 1985).
lemak
yang
tersimpan
ini dalam
bentuk
Secara alamiah
netral, atau
triglisirida. Lemak-lemak yang disimpan di dalam
tubuh
berbeda sifat fisik dan kimianya, tergantung lokasi anatomi
dalam tubuh, makanan dan bangsa
ternak tersebut
[Yeates et al. 1975 dan Pyle et al., 1977).
Garcia et a l . (1979) menyatakan bahwa kecepatan penimbunan
asam
lemak sangat berpengaruh- terhadap komposisi
lemak.
Lemak ini terbentuk sebagai akibat dari
proses penimbunan lemak. Bila energi yang rnasuk ke dalam
tubuh lebih besar daripada energi yang digunakan,
maka sintesis lemak lebih besar daripada proses
sis
lipoli-
lemak. Sedangkan kalori yang masuk ke dalam
tubuh
berasal dari makanan yang dimakan.
Lemak terdiri dari campuran asam lemak dan
rol.
glise-
Gliserol mempunyai tiga gugus hidroksil, di mana
masing-masing akan mengikat satu molekul asam lemak yang
disebut trigliserida.
Komposisi asam
lemak, panjang
rantai karbon serta posisi ikatan rangkap akan menentukan sifat asam lemak tersebut (Girindra, 1990).
Asam lemak merupakan senyawa pembangun berbagai lipid, termasuk lipida sederhana, fosfor gliserida, gliko
lipida, ester dan kholesterol. Asam lemak terdapat tidak hanya pada lemak, tetapi merupakan
pula zat antara
dari metabolisme karbohidrat, lemak dan protein.
Di an-
tara asam lemak maka asam asetat mempunyai peranan yang
paling
penting sebagai zat antara dari siklus, di
mana
karbohidrat, lemak dan protein dapat saling diubah
atau
digunakan sebagai sumber energi (Anggorodi, 1979).
Asam
Jenuh
nyai
lemak dapat digolongkan ke dalam
dan tidak jenuh.
asam
Asam lemak tidak jenuh,
mempu-
titik didih yang lebih rendah daripada asam
jenuh dengan jumlah atom karbon yang sama.
lemak
Sebagai con-
toh, asam stearat mencair pada temperatur 70°c,
kan
lemak
asam oleat, linoleat dan linolenat cair
sedang-
pada
suhu
kamar walaupun asam-asam tersebut sama-sama mempunyai 18
atom karbon (Maynard dan Loosli, 1969; Girindra, 1990).
Menurut
Edwards et al.
(1961) dan Miller
(1967) komposisi asam lemak dari lemak
akan
mengalami perubahan bila makanan
daging
et
al.
praktis
berubah.
Sifat
asam lemak sumber bahan makanan secara nyata akan mempenqaruhi derajat kekerasan lemak, ha1 ini erat
nya
dengan nilai karkas daging tersebut.
hubungan-
Pada
ternak
monogastrik apabila ransumnya mengandung lemak tidak- jenuh maka lemak daging akan menjadi lunak, sehingga
pengaruhi kualitas daging.
nyak
mem-
Apabila ransum tersebut
mengandung lemak tumbuhan (kecuali
lemak
ba-
kelapa)
daging akan menjadi lunak, dan kualitasnya rendah.
Te-
tapi ternak ruminansia yang mengkonsumsi ransum yang mengandung
lemak
terhadap
penyimpanan lemak tidak jenuh
tubuh
karena
menghidrolisis
tidak jenuh, kecil
adanya
mikroflora
gliserol dan
sekali
pengaruhnya
tersebut
rumen
yang
menghidrogenase
dalam
dapat
asam-asam
lemak tidak jenuh dan hasil terbesar dari proses
terjadi dalam rumen adalah asam stearat
Ockerrnan, 1985).
yang
(Leat. 1976 dan
Hasil penelitian Gordon
(1961) dan
Sharland et a I . (1967) yang dilaporkan oleh Miller et
(1967) menyatakan bahwa pemberian hay alfalfa
al.
pada
domba akan mengubah mikroflora rumen,-sehingga akan meningkatkan produksi
propianat.
Di
asam asetat
dan menurunkan
asam
samping itu pemberian konsentrat yang
tinggi, akan meningkatkan kadar trigliserida dan kholesterol dalam hati.
Pada umumnya kualitas lemak daging akan mengikuti
pola lemak bahan makanan.
Makin tinggi derajat tak
je-
nuh dari lemak, makin tinggi bilangan iodiumnya dan makin lunak lemaknya. Maynard dan Loosli (1969) mengkeriteriakan bilangan iodium dari berbagai sumber lemak seperti
Tabel
10. Selain komposisi asam
lemak ransum,
faktor lain yang mempengaruhi asam lemak daging adalah
umur
dan bangsa.
Link et al. (1970) menyatakan bahwa
pada sapi yang lebih tua, dan selama terjadi pertumbuhan,
jumlah lemak di bawah kulit
(subcutan) meningkat.
Persentase asam lemak tidak jenuh meningkat sejalan dengan, meningkatnya pertambahan bobot badan.
Rasio asam
palmitoleat (C16:l) dengan asam stearat (C18:O) juga meningkat.
Keadaan ini jelas terlihat pada
sapi Yersey
dan Holstein Friesian. Pada Tabel I1 disajikan komposisi
asam lemak dari berbagai tingkat umur.
Tabel 10.
Pengaruh Berbagai Sumber Lemak terhadap
Bilangan Iodium Bahan Makanan dan Lemak
Tubuh Babi
Lemak bahan makanan
Minyak kacang kedele
Minyak jagung
Minyak biji kapas
Minyak kacang tanah
Lemak babi
Lernak mentega
Minyak kelapa
Bilangan iodium
dari lemak
bahan makanan
Bilangan iodium
dari lemak
tubuh
132
124
108
102
63
36
8
Sumber: Maynard dan Loosli (1969)
B w s a te-da~
Peng-h
Komvosisi JlemakK-s
Pengaruh bangsa terhadap komposisi asam lemak telah
diteliti
sapi.
Dari
oleh Eichhorn et al. (1986) - pada
Setelah diberi perlakuan, semua hewan
masing-masing karkas diambil sampel
15 bangsa
dipotong.
otot
triceps
brachii, -longissirnus dorsi, lemak subcutan dan
ginjal.
asam
Hasilnya bahwa bangsa
lemak
mempengaruhi komposisi
lernak, di mana proporsinya lebih tinggi pada
ringan lemak dibandingkan dengan jaringan otot.
ja-
Variasi
yang nyata akan terlihat pada asam-asam lemak meristat.
pentadekanoat, palmitat, palmitoleat dan
lihat pada TabeL 12 dan Tabel 13.
seperti ter-
Tabel 11.
Bangsa
sapi
Komposisi Asam Lemak dari Lemak Subkutan
pada Umur yang Berbeda dari Beberapa
Bangsa Sapi
Umur
Asam
(hari) palmitat
(C16:O)
Angus
Charolais
Friesian
Hereford
Jersey
Simmental
{Austria)
Simmental
(Perancis)
Simmental
( Jerman)
Asam
Asam
Asam
Asam Asam
palmi- stearat oleat lino- linotoleat
leat lenat
(Cl6:l) (C18:O)(C18:1)(C18:2)(C18:3)
627
616
617
624
627
25.12
23.02
23.08
23.59
23.78
8.78
8.57
10.00
10.36
10.49
10.70
10.59
8.26
9.00
8.99
51.07
53..49
54.47
52.59
52.35
1.57 2.77
1.77 2.57
1.56 2.54
1.70 2.76
1.66 2.72
599
23.31
8.19
10.59
52.39
1.87
3.66
615
24.49
7-89
16.16
52.08
1.57
2.82
609
23.43
10.78
7.51
53.39
1.83
3.05
-
Sumber: Pyle et al. (1977)
Tabel 12.
Komposisi Asam Lemak dalam Total Lemak
dari Jaringan Otot Longissimus Dorsi
Sapi Dewasa
Ballgsa sapi
Banyak
sampel
C14:O
Hereford
Angus
Brown Swiss
Hereford X Angus
Angus X Hereford
Red Polled X Angus
Red Polled X Hereford
Brown Swiss X Angus
B r w n Swiss X Hereford
Gelbvich X Angus
Gelbvich X Hereford
Chianina X Angus
Chianina X Hereford
Maine Anjou X Angus
Maine Anjou X Hereford
Sumber: Eichhorn et ai. (1986)
C15:O
C16:O
C16:l
Tabel 13.
Bangsa sapi
Komposisi Asam Lemak dalam Total Lemak
dari Lemak Subkutan pada Sapi Dewasa
Banyak
sampel
Hereford
Angus
Brown Swiss
Hereford X Angus
Angus X Hereford
Red Polled X Angus
Red Polled X Hereford
Brown Swiss X Angus
Brown Swiss X Hereford
Gefbvich X Angus
Gelbvich X Hereford
Chianina X Angus
Chianina X Hereford
Maine Anjou X Angus
Maine Anjou X Hereford
Sumber: Eichhorn et a l . (1986)
Peneliti lain yaitu L'estrange dan Hanrahan
melaporkan
hasil penelitian mereka pada domba, di
(1980)
mana
pada domba Landrace persentase asam meristat (C14:O) dan
asam margarik (C17:O) rendah.
Tetapi pada domba Suffolk
tidak demikian halnya. Sedangkan Kellogg et a l ,
menyatakan bahwa pada bangsa babi yang berbeda
(1977)
walaupun
diberi makanan yang sama, tetap akan memperlihatkan komposisi asam lemak yang berbeda nyata. Analisis ini telah
dicoba
terhadap beberapa sampel, yaitu lemak
hati dan-muskulusproas major.
punggung,
Metabolisme Kholesterol
Kholesterol merupakan lemak yang sangat berbeda dengan lemak yang tergolong trigliserida atau
fosfolipid,
karena tidak mengandung gliserol melainkan terdiri
inti
steroid yang mengandung
satu gugus
-
OH,
atas
seperti
Gambar 1 (Grundy, 1990 dalam Shen. 1991).
Lesitin (fosfoli-pid)
'
Gambar 1.
Trigliserida
Kolesterol, Lisitin (fosfolipid), T r i gliserida (Grundy. 1990 Balam Shen. 1991)
Henurut
Maynard dan Loosli (1969) kholesterol
de-
ngan formula C27H450H adalah sterol terpenting yang terdapat dalam jaringan hewan, sedangkan sterol itu sendiri
termasuk golongan lipida (Anggorodi, 1979).
mikian
metabolisme kholesterol erat hubungannya
metabolisme lipid.
logis
yang
jaringan
penting
dan muncul
pada
semua
de-
dengan
Kholesterol mempunyai fungsi
fisio-
jaringan-
ternak baik dalam bentuk bebas ataupun
ester (Price dan Schweigert, 1971).
kan
Dengan
bentuk
Kholesterol merupa-
prekursor penting dari hormon steroid oleh
kelenjar adrenal dan gonad, d i samping
sel-sel
itu juga pemben-
tuk asam eoapedu (asam kolat dan asam kenodeoksikolat
di
dalam sel hati).
Kholesterol
adalah khas hasil
metabolisme
hewan.
oleh
karena itu banyak ditemui dalam makanan yang
asal
dari hewan seperti hati, daging, otak
telur.
dan
Kholesterol yang ada dalam tubuh selain
ber-
kuning
berasal
dari makanan asal hewani atau eksogenus (hanya 50 persen
kholesterol dari makanan dapat diserap usus, sisanya
persen
1010s sebagai bagian dari feses) juga dapat
50
di-
sintesis sel-sel tubuh sendiri (endogenus) terutama oleh
sel hati.
molekul
-
Dari tiga molekul asam asetat terbentuk
3-hidroksi-3 metilglutaril-koenzim A
(HMGKoA),
kemudian oleh HMG KOA reduktase diubah menjadi asam
valonat,
selanjutnya melalui
tambahan
satu
me-
langkah-langkah
kondensasi akan menjadi kholesterol, dengan reaksi seba-
gai' bsrikut.
3 molekul Asetat -->
3-hidroksi-3 metilglutaril koenzima
H
G K O
Asam Mevalonat
reduktase
beberapa langkah'
------------------ > kholesterol
Asam MeValonat
Biosintesis
asam
mevalonat dari
asetil-KoA
berasal dari meta.bolisme karbohidrat atau asam-asam
mak, terutama asam lemak jenuh, dan pembentukan
yang
le-
.:
kholes-
terol dari asam mevalonat disajikan pada Gambar 2 dan 3.
.
0
0
C H 3 - C a S - KoA
ASE TIL- KoA
1
0
t~~
I
0
.
HOOC-CH2-
c-~H,I
t~
C ? S- KoA
kaNAOp++
.
KoA.si
KOL ESTEROL
MA KANAN
0
0
oll
CH3
.
01
HQOC-CHx-
0
C-CH2-CHI-OH
I
OH
MEVALONAT
Gambar 2.
Biosintesis Asam Mevalona-t dari AsetilKoA (Harper et al., 1979)
AS€ TIL -KoB
-
0
,FH3*
HOOC-CH,-7-CH,-CH,OH
0
l
t ASAM MEVALONAT
EHS
o
+- .
OH
ASAM MEVALONAT
[tHraL
. Oco,
=~H-E*]
UNIT
ISOPRENOIO
Hz0
____,
14-0 ESMETIL
LANOSTEROL
ZIMOSTEROL
A'*
-KOLmADlENOL
4
HO
KQLSTEROL
(C2, HIS 0 )
Gambar 3.
DESMOST€"/Y
(24-DEHIDROKOL ESTEROU
Biosintesis Kholesterol dari Asam
Mevalonat (Harper et a l . , 1979)
1
Kholesterol
dalam tubuh, 1.00 g per
hari
berasal
dari sintesis dan 0.3 g berasal dari konsumsi (Harper et
a l . , 1979).
Kholesterol disintesis dalam banyak jaring-
an tubuh. Semua jaringan yang mengandung sel bernukleus
seperti
kortek adrenal, kulit, usus, testes
dan
mampu mensintesis kholesterol. Hati mensintesis
aorta
kurang
lebih 0.8 (0.5 - 2.0) g/hari, atau kira-kira tiga kali
dari banyaknya kholesterol dalam makanan sehari-hari pada manusia (Maynard dan Loosli, 1969).
kholesterol dalam darah, berkisar
persen (Sastri dan Sahim. 1990).
kholesterol dalam
Kandungan normal
antara 150
-
250 mg
Dalam keadaan tertentu
darah menyebabkan hipertensi
dan
aterosklerosis.
Beberapa komponen kholesterol dalam darah, di,antaranya yang berperan dalam aterosklerosis adalah fraksi
lipoprotein berdensitas tinggi (HDL) dan
berdensitas rendah (LDL).
lipoprotein
Fungsi utama HDL membawa kho-
lesterol yang terdapat pada perifer ke hati, selanjutnya
dapat dikeluarkan melalui usus, sedang LDL membawa
lesterol ke perifer.
makin
kho-
Semakin meningkat kadar LDL, se-
banyak tumpukan kholesterol di
dinding pembuluh
darah (Sastri dan Sahim, 1990J.
Dalam jaringan ErholesteroI terdapat bebas, ataupun
gabungan ester dan asam lemak, bermolekul tinggi, dengan
persentase masing-masing 20 sampai 40 persen untuk- kholesterol bebas, dan 60 sampai
80 persen
kholesterol
ester dari konsentrasi totalnya 140 sampai 300 mg/100 ml
plasma
darah
(Gordon dan
Cook,
1958; Cantarow
dan
Trumper, 1962).
Menurut Davis et a1
.
( 1985).
hati dan usils
adalah
dua jaringan yang paling aktif dalam mernproduksi kholesterol pada manusia.
Penelitian pada tikus dan kera- me-
nunjukkan bahwa dinding usus merupakan jaringan yang paling penting untuk biosintesis kholesterol. Dari
berbagai
hasil
analisis ternyata bahwa jejenum dan ileum me-
ngandung kholesterol bebas, atau teresterifikasi.
Cook
(1958) menyatakan pula bahwa usus tikus, babi, sapi Jan-
tan
dan
dornba mengandung sterol
sekitar 0.2
persen.
Lambung sapi jantan-mengandunglipid 4.1 persen dan sterol
0.15 persen.
dapatkan
Sedangkan Forrest et al. (1975) men-
kandungan kholesterol pada otot
sekitar 0.5
persen.
urn terh-ndungan
Kholesterol
Kholesterol Lemak
dan bahan makanan yang
dapat
menjadi
sumber kholesterol merupakan salah satu penyebab
utama
terjadinya kenaikan kadar kholesterol dalam serum darah,
sehingga
dapat mengakibatkan perubahan
patologik
pembuluh darah dan degenerasi pada hati se;ta
pada
terjadinya
batu empedu baik pada hewan maupun manusia (Bergman dan
Wardlow,
1975).
Responsnya akan berbeda -antar spesies
(Gustafson et al., 1977).
Cantarow
dungan
dan Trumper (1962) menyatakan bahwa
kholesterol dalam serum darah
kan-
dipengaruhi
oleh
macarn dan jumlah makanan berlemak, di mana keduanya mempunyai
efek yang
sama. Hasil penelitian
Tu et
al.
(1967), memperlihatkan bahwa kandungan kholesterol pada
dagkpg sapi dan babi akan meningkat dengan naiknya
sentase lemak intramuskuler dalam daging.
Pada Gambar 4
dan 5, diperlihatkan hubungan antara kholesterol
dengan
babi.
persentase
per-
lemak intramuskuler pada
daging
sapi
dan
Pada sapi dapat dilihat, bahwa setiap peningkatan
lemak intramuskuler satu persen, maka kandungan kholesterol akan bertambah sebesar 1.7 mg.
Demikian juga hal-
nya dengan babi, terjadi peningkatan kandungan kholeste-
rol
sebesar 0.5 mg untuk setiap peningkatan satu persen
kadar Lemak.
Kandungan lemak daging sangat bervariasi dan
dipe-
waruhi oleh beberapa faktor, antara lain: macam dan jenis
makanan, aktivitas fisik, faktor stres
turunan.
lemak
dan
faktor
Perubahan dari makanan yang mengandung
jenuh menjadi makanan berasam lemak
tidak
akan menurunkan kadar kholesterol dalam serum darah
asam
jenuh
(Tu
et a l . , 1967).
Hasil penelitian Maglad et al. (1983) memperlihatBan
bahwa pemberian molase pada ransum domba
akan
me-
ningkatkan kandungan kholesterol, sedang jika dipuasakan
akan menurunkan kandungan kholesterol. Suatu penelitian
Gambar 4 .
Hubungan antara Kandungan Kholesterol
dengan Lemak Intramuskuler pada Daging
Sapi (Tu et al . , 1967)
X LIPID
Gambar 5.
.
w
Hubungan antara Kandungan Kholesterol
dengan Lemak Intramuskuler pada Daging
Babi (Tu et al . , 1967)
itelah dilakukan oleh Chen et al. (1384) tentang pemberian
ransum berkholesterol dan sayuran terhadap tikus.
Hasilnya, penambahan kholesterol akan meningkatkan total
lipid dan kholesterol hati, sedangkan yang diberi sayuran akan menurunkan kandungan lemak dan total kholesterol
pada hati, serum darah dan feses.
Percobaan
lainnya
yang dilakukan
terhadap tikus
oleh Mangkuwidjojo et al. (1385) adalah pemberian
macam
empat
ransum yang terdiri atas jagung, jagung + lemak
hewan, jagung + lemak hewan + tempe dan jagung + tempe,
diperoleh hasil bahwa, dalam serum darah tikus yang dijagung + lemak hewan, kadar kholesterolnya nyata
beri
lebih tinggi dibandingkan dengan kadar kholesterol tikus
hanya dapat jagung saja. Ternyata tambahan lemak
yang
hewan pada makanan, telah meningkatkan kadar kholesterol
dalam serum darah, sedangkan rang mendapatkan ransum jagung + lemak hewan + tempe, tidak menunjukkan
perbedaan
yang berarti dibandingkan dengan tikus yang mendapat jagung saja. Demikian juga halnya pada tikus yang
diberi
ransum jagung + tempe.
Jacobson et al. (1974) mengamati
macam
lemak terhadap kholesterol plasma anak sapi
diberi
nyak
pengaruh macam-
air susu dengan bahan kering tanpa
sembilan persen serta diberi aneka
lemak sebalemak
perlakuan, yaitu lemak sapi (TI, lemak sapi
rol
( T + K), lemak babi
yang-
+
sebagai
kholeste-
(L), lemak babi + kholesterol
(L + K), minyak kedele ( S B O ) , dan minyak kedele +
lesterol iSBO + K ) .
kho-
Hasil yang diperoleh diilustrasikan
pada Gambar 6. ~ n a ksapi yang mendapat suplemen kholesterol, lebih tinggi kadar kholesterol plasmanya daripada
anak sapi yang tidak mendapat suplemen kholesterol, dan
anak sapi yang mendapat minyak kedele kadar
-:
plasmanya paling rendah.
kholesterol
Demikian juga halnya pada anak
sapi yang diberi lernak sapi dan lemak babi, lebih tinggi
kadar
kholesterolnya, dibanding dengan anak
sapi
yang
mendapat minyak kedele.
iilzolestcrol p l ~ 2 m
(mg/100 ml)
Ganbar 6 .
Pengaruh Pemberian Macam Lemak dan
Kholesterol pada Kholesterol Plasma
Darah Anak Sapi (Jacobson et a l . , 1974)
Hasil penelitian West et al. (1984) terhadap kelinyang diberi 21 persen kasein, memperlihatkan
bahwa
konsentrasi kholesterol serumnya terus meningkat
sampai
ci
hari ke 56, sebaliknya yang diberi protein kedele, konsentrasi kholesterol serumnya menurun.
- Harper
et al. (1979) menyntakan salah
satu
untuk menurunkan kholesterol pada plasma manusia
usaha
adalah
dengan mengurangi jumlah makanan yang mengandung kholesterol.
Hasil
penelitian Keys (1947) yang
dilaporkan
Sastri dan Sahim (1990) terdapat hubungan yang nyata antara
kandungan kholesterol yang terdapat dalam
dengan kandungan kholesterol darah (r = 0.84).
makanan
Pada Ta-
be1 14 berikut, disajikan kandungan kholesterol dan kandungan lemak dari beberapa jenis bahan makanan. Beberapa
macam
minyak yang berasal dari tanaman yang
dalam
menurunkan kadar kholesterol plasma antara
lain:
minyak
kacang tanah, minyak biji kapas, minyak
jagung
dan minyak
kacang kedele. Kenaikan 100 mg
bermanfaat
kholesterol
dalam makanan menyebabkan kenaikan 5 mg kholesterol
per
100 dl serum darah. Pada manusia jumlah total kholester o l plasma sekitar 200 mg/dl akan meningkat dengan
ber-
tambahnya umur, walaupun terdapat variasi di antara
dividu.
Cantarow dan Trumper (1962) melaporkan
bahwa
pada saat manusia lahir. kholesterol plasma sangat
dah, yaitu
Oliver
sekitar 50 mg/100 dl.
(1958)
Selanjutnya Boyd
menyatakan bahwa faktor
in-
lingkungan
rendan
dan
Tabel 14. Kandungan Kholesterol dan Lemak pada
Beberapa Jenis Makanan
Jenis wakanan
Kandungan kholesterol Kandungan lemak
(mg/100 g)
g/lOO g
Telur
Susu lengkap
450
-
14
Susu nonfat
Es krim (mengandung susu dan
telur 100 cc)
Mentega
Daging sapi
Hati
Daging ayam
fkan salmon
Ikan tuna
Kepiting (daging)
Lobster
Udang
Sumber: Gpndy (1990) dalam Shen (1991)
genetik ikut mempengaruhi kenaikan kholesterol seperti
kerlihat dalam Gambar 7.
Faktor lingkungan
Fakkor genetik
1
Makanan
+/'
Energi yang
dikelgarkan
Kadar kholesterol serum
Gambar 7 .
Faktor yang Mempengaruhi Sirkulasi
Kholesterol dalam Darah Manusia
(Boyd dan Oliver, 1958)
Gordon dan Cook
(1958) menyatakan bahwa puasa ber-
pengaruh terhadap kandungan kholesterol.
Hewan yang di-
puasakan selama 24 jam kandungan kholesterolnya akan tu-
run 10 persen jika dibandingkan dengan kontrol, dan
le-
bih rendah lagi bila diperpanjang menjadi 48 dan 72 jam,
yaitu masing-masing tinggal setengah dan sepertiga dari
nilai
kontrol.
Dinyatakan bahwa makanan
yang
kadar
lemaknya dapat menghilangkan efek puasa
tinggi
terhadap
kandungan kholesterol.
but-
E n w ~ iuntuk--dorP
Energi
dapat diartikan sebagai suatu tenaga atau
kekuatan yang rnemungkinkan terjadinya akt-ivitas.
energi
suatu bahan makanan tergantung dari
Nilai
jumlah
dan
proporsi
dalam
karbohidrat, lemak dan protein
bahan
yang
makanan tersebut (Minish dan
terdapat
Fox,
1982).
Kebutuhan ternak akan energi dipengaruhi oleh fungsi tubuh normal, aktivitas, bobot badan dan jenis kelamin
Flatt
energi
dan
Moe (1969) menyatakan bahwa
kebutuhan
dipengaruhi oleh besar tubuh, spesies, kelamin,
urnur, tingkat produksi, aktivitas dan kondisi
lingkung-
Menurut Lemenager et al. (1980) kondisi bobot badan
an.
dan tingkat produksi ternak dapat dipakai untuk menduga
kebutuhan energi.
Kebutuhan energi pada ternak dapat dibagi dua
untuk hidup pokok dan produksi.
tu:
untuk
hidup pokok adalah energi yang
yai-
Kebutuhan energi
diperlukan
untuk
memelihara kelestarian hidup dan mempertahankan keutuhan
alat-alat tubuh.
untuk
Kebutuhan untuk produksi
proses-proses produksi yang meliputi
seperti
dimanfaatkan
pertumbuhan
pembentukan daging, penumpukan lemak, produksi
susu dan lain-lainnya (Tillman e t
d l . ,
1984). Kebutuhan
energi untuk hidup pokok akan dipenuhi terlebih dahulu,
sebelum energi tersebut digunakan untuk produksi.
energi
Jika
untuk hidup pokok tidak terpenuhi mengakibatkan
terjadinya penurunan bobot badan.
Ranjhan dan Pathak (1979) menyatakan bahwa kebutuhan
energi untuk hidup pokok pada kerbau tidak berbeda
jauh
Energi
jika dibandingkan
dengan
kebutuhan pada
yang cukup untuk hidup pokok dan
produksi
sapi.
yang
dilengkapi dengan tersedianya protein, vitamin dan mineral yang seimbang dapat memberikan produksi yang tinggi.
Dalam pertumbuhan hewan, semua zat makanan terutama
digunakan untuk pertumbuhan tulang, kemudian pembentukan
syaraf, otot (jaringan), dan terakhir pembentukan lemak.
Energi ransum yang-digunakanuntuk pertambahan bobot badan sebagian dikonversikan ke dalam jaringan lemak. Dengan demikian mulai terjadi peningkatan, penyebaran
penimbunan
dan
lemak ke jaringan tubuh berupa lemak subcu-
tan, lemak abdominal, lemak pelvis dan lemak intramusku(Rammond et al., 1965; Berg dan Butterfield, 1976
les
dan Arthaud et al., 1977).
Butir-butir lernak dalam daging, di samping sebagai
sumber energi, juga berfungsi menambah rasa empuk, aroma.
dan rasa gurih.
Efisiensi produksi daging pada sapi sa-
ngat dipengaruhi oleh makanan.
Dengan makanan.yang ren-
dah kualitasnya, penggunaan energi makanan lebih banyak
untuk
perturnbuhan (Ranjhan dan Pathak, 1979).
Energi
merupakan surnber tenaga bagi semua proses hidup dan produksi.
Kekurangan energi pada usia muda, akan mengham-
bat pertumbuhan dan pencapaian umur dewasa kelamin.
Dalam formulasi ransum harus diusahakan agar energi
tidak kekurangan. Oleh karena itu kadar energi
merupa-
kan pertimbangan utama dalarn penyusunan ransum.
Sistem
yang
energi
paling sering dipakai untuk mengukur nilai
makanan adalah TDN (Lloyd et al., 1978).
Bila konsumsi energi dibatasi akan menurunkan
lemakan, walaupun pertumbuhan tulang dan
bisa
berlangsung.
per-
daging masih
Pembatasan yang lebih
lanjut akan
memperlambat perturnbuhan urat daging, tetapi tulang masih dapat terus bertumbuh (Acker, 1963).
sum
Pemberian ran-
pada ternak di samping hijauan, diberikan pula
plemen
konsentrat guna memenuhi kelengkapan uniur
sugizi
secara kualitatif dan kuantitatif, termasuk pula peningkatan sumber energi.
Menurut Parakkasi (1985) pernberian terlampau banyak
konsentrat atau biji-bijian akan meningkatkan konsentrasi energi ransum dan dapat menurunban tingkat konsumsi,
sehingga tingkat konsumsi energipun berkurang, dan tidak
lagi memperbaiki kualitas daging.
nuh
Pemberian energi pe-
dan (misalnya 2/3 energi penuh)
perbedaan
tidak menyebabkan
sifat karkas, hanya berbeda dalam waktu
yang
dibutuhkan untuk mencapai bobot badan dan g r a d e tertentu.
Kebutuhan
sapi
pedaging bobot 100 sampai
akan zat-zat makanan berdasarkan rekomendasi NRC
500 kg
(1976)
seperti pada Tabel 15 dan kebutuhan kerbau berdasarkan
Raajhan dan Pathak (1979) sampai bobot badan 500 kg
pat
dilihat-padaTabel 16.
da-
Pada kedua tabel ini dapat
dilihat bahwa patokan kebutuhan gizi untuk sapi pedaging
bobot badan 100 sampai 500 kg untuk TDN adalah 1.2 sampai 3.8 kg, dan protein kasar 0.18 sampai 0.60 kg. Untuk
penggemukan dengan pertambahan bobot badan 0.5 kg per
Tabel 15.
Bobot
badan
Patokan Kebutuhan Bahan K e r i n g , Protein
Kasar, TDN Ca dan P u n t u k Sapi Pedaging
(kg/ekor/hari)
Pertambahan
b o b o t badan
Sumber: NRC. 1976
Bahan
kerine
Protein
kasar
TDN
Ca
P
hari dibutuhkan TDN 1.8 kg dengan protein kasar 0.36 kg.
Sedangkan untuk kerbau kebutuhan TDN berkisar antara 1.8
sampai
7.6 kg, dan protein kasar kebutuhannya berkisar
antara 0.36 - 0.9 kg/ekor/hari.
Tabel 16.
Bobot
hidup
Patokan Kebutuhan Bahan Kering, Protein
Kasar, TDN, Ca dan P untuk Kerbam
Pertarnbahan
bobot badan
Bahan
Protein TDN
kering
kasar
Ca
P
bahwa
pe-
Sumber: Ranjhan dan Pathak (1979)
Preston
dan Willis (1974) mengemukakan
ningkatan energi ransurn disertai dengan pembatasan gerak
fisik
akan meningkatkan efisiensi ransum dan laju
tambahan bobot badan akan lebih tinggi.
per-
Pada Gambar
8
diperlihatkan rantai transformasi ransum pada ruminansia
> Feses
Energi dapat
dicerna
> U r i n e d a n g a s metan
I
Bahan t e r b u a n g
Pertahanan i n t e q r i t a s
> tubuh (kebutuhan e n e r g i
basal )
>
Energi metabolik
Usaha mendapatkan ma