Komposisi asam lemak dan kandungan lemak pelvis serta kandungan kholesterol energi daging pada sapi peranakan brahman dan kerbau dengan sumber energi ransum yang berbeda

Kemajuan dalam bidang pendidikan menyebabkan rakyat
Indonesia
kanan.

sadar akan pentingnya protein dalam menu

Protein hewani yang cukup akan memperbaiki

magizi

masyarakat., kesehatan masyarakat, mensejahterakan rakyat
dan mencerdaskan kehldupan bangsa sesuai dengan tujuan
pembangunan.
dan

Salah satu sumber protein

yang

tersedia


dapat dikembangkan potensinya adalah daging

ternak

ruminansia terutama daging sapi dan kerbau.
Sapi dsn

kerbau merupakan ternak

penghasil daging

terbesar di Indonesia. Menurut Bina Program (1991) populasi ternak sapi potong dan kerbau sejak Pelita I sampai dengan tahun pertama Pelita V (1969
nya

meningkat.

-

1989) seluruh-


Pada periode ini populasi

sapi potong

meningkat dari 6 447 ribu ekor (1969) menjadi 10 094 ribu ekor (1989) atau meningkat 57 persen, kerbau rneningkat dari 2 940 ribu

ekor (1969) menjadi 3 244 ribu ekor

(1989) atau meningkat 10 persen.

ningkat
atau

dari

Konsumsi

311.4 ribu ton menjadi 1 085.5

meningkat


sekitar 249

persen

daging meribu

ton

(Soehadji, 1991).

Berdasarkan perkembangan konsumsi nasional, tingkat konsumsi

protein hewani asal dagi-ngmeningkat dari 1.40

per kapita per hari menjadi 3.04 g per kapita per

g

hari


atau setara dengan 6.07 kg'daging per kapita per tahun.
Dibandingkan dengan norma gizi sebesar 4 . 5 g per
per

hari

atau

setara dengan 7.6

kg

kapita

daging, tingkat

konsumsi masih

rendah yaitu baru mencapai


68 persen.

Dengan demikian konsumsi daging masih perlu ditingkatkan
lagi (Soehadji, 1991).
Daging merupakan

makanan sumber protein

bermutu

tinggi. Selain sebagai sumber protein daging mengandung
lemak

dengan

kandungan asam lemak jenuh yang

tinggi.


Beberapa tahun terakhir ini di negara-negara yang

telah

maju, terdapat anjuran untuk mengurangi konsumsi daging
berlemak
akan

Hal ini terkait dengan

kekhawatiran

meningkatnya kadar kholesterol darah

akibat kan-

dungan

tinggi.


asam-asam lemak jenuh yang berasal

ternak tersebut.

dari daging

Kebiasaan memakan makanan yang banyak

mengandung lemak dapat'meninggikan kadar kholesterol da-

lam darah (Sastri dan Sahim, 1990).
Kholesterol

dianggap sebagai salah satu penyebab

penyakit kardiovaskuler. Meningkatnya kadar kholesterol
dalam darah akan meningkatkan proses pengerasan dan
nyumbatan pembuluh darah

(aterosklerosis).


Penyakit

kardiovaskuler pada saat ini merupakan masalah yang
ling banyak disorot, karena merupakan penyebab

pe-

pa-

kematian

yang pertama di negara-negara maju dan rnerupakan penyakit tidak menular yang paling banyak mematikan

penduduk

di negara berkembang (Shen, 1991).

Di


Indonesia berdasarkan survei kesehatan rumah

tangga 1986 yang dikutip Sitepoe (19911, kematian akibat
kardiovaskuler menduduki peringkat kedua setelah diare.

Menurut Shen (1991) penyebab kematian akibat

kardiovas-

kuler pada tahun 1972 adalah 5.1 persen, jauh di
diare 16.9 persen.
an

Akan tetapi pada tahun 1980, kemati-

akibat kardiovaskuler meningkat menjadi 9.9

Estimasi

bawah


persen.

survei kesehatan rumah tangga meramalkan

pada

tahun 2000 penyakit kazdiovaskuler akan menjadi penyakit
pembunuh nomor satu (Sitepoe, 1991).
Berbagai upaya dilakukan untuk mencari jenis ternak
penghasil

daging

yang berkadar lemak dan kholesterol

rendah, dan upaya dibidang pakan ternak yang kemungkinan
dapat

menurunkan


Beberapa
macam

kadar lemak dan kholesterol daging.

komponen ransum seperti kadar asam

lemak dalam ransum akan mempengaruhi

lemak dan
konsentrasi

kholesterol dalam serum darah.
Tubuh ternak

dibangun dari zat-zat makanan

terdapat di dalam ransum yang dimakan.

yang

Zat makanan ter-

sebut sangat besar peranannya dalam pembentukan komposisi tubuh ternak dan mutu produk yang dihasilkannya.

Pe-

ranan utamanya adalah dalam pembentukan tulang, kemudian
pembentukan

jaringan l e a n dan pembentukan lemak.

karena itu, kadar energi ransurn mutlak mendapatkan
hatian

dalarn- pemberian makanan kepada

mengingat

bahwa

pembatasan

Oleh
per-

ternak- daging.

terhadap konsumsi energi

mengakibatkan-perlemakan tubuh menjadi berkurang.

Bagi

ternak ruminansia surnber energi berasal

karbohidrat, protein dan lemak. Pada proses

dari

fermentasi

dalam rumen, karbohidrat akan mengalami fermentasi menjadi

asam

lemak terbang yang merupakan

utama bagi ternak.
an

merupakan

sumber energi

Karbohidrat terutama asal biji-biji-

sumber energi utama untuk

sintesis asam

lemak dan deposit lemak. Asarn lemak yang tidak

diguna-

kan untuk pembentukan jaringan tubuh akan dideposit

da-

lam sel lemak yang dapat digunakan sebagai sumber energi.
Untuk mengkaji sejauh mana sumber energi ransum dapat mempengaruhi komposisi asam lemak, kandungan kholesterol

dan energi daging, dilakukan penelitian pada

jenis hewan ruminansia besar sapi dan kerbau

dua

penghasil

daging.
Maksud dan tujuan penelitian ini adalah mempelajari
komposisi asam lemak, kandungan kholesterol lemak
kandungan

energi

daging pada

sapi dan

kerbau

serta
dengan

sumber energi ransum yang berbeda.
Kegunaan

penelitian ini adalah

ransum dan jenis ternak yang

jenis
daging

untuk

mendapatkan

dapat menghasilkan

dengan kandungan asam lemak jenuh yang

rendah,

kholesterol rendah dan energi yang rendah.

Sumber
asam

en.ergi ransum dapat mempengaruhi

lemak, kandungan kholesterol lemak

komposisi

pelvis

kandungan energi daging pada sapi dan kerbau.

serta

TINJAUAN PUSTAKA
uan ternng Perbedaan Tewak Sap1 dan Kerbau
Ternak sapi dan kerbau merupakan hewan piaraan yang
mempunyai banyak kegunaan. Selain sebagai tenaga kerja
kerbau

juga merupakan penghasil susu dan daging.

Pada
-

beberapa daerah, kerbau juga digunakan dalam berapa acara adat istiadat dan sebagai hadiah perkawinan, seperti
kerbau Tedong di Tanah Toraja (Toelihere, 1981).

Dalam

memilih

sapi,

makanannya,

jika

dibandingkan

dengan

ber-

kerbau kurang selektif dan lebih mampu menggunakan
bagai macam bahan makanan.

Kerbau dapat hidup baik

dan

tahan terhadap musim kemarau yang panjang, karena kerbau
dapat mengkonsumsi bahan makanan kering (Tulloch, 1972).
Menurut

Bhattacharya

dan Mullick

(1978), kerbau

mempunyai kemampuan mengkonsumsi bahan makanan kasar dalam jumlah yang lebih banyak dan lebih cepat

dibanding-

kan sapi. Sedangkan dalam ha1 makanan yang mudah difermentasikan mungkin

tidak

ada

bedanya.

Ranjhan dan Pathak (1979) menyatakan

Selanjutnya

bahwa kerbau lebih

efisien dalam memanfaatkan hijauan kering seperti jerami
padi.

Hal

ini mungkin disebabkan oleh

kerbau yang lebih lambat daripada sapi

gerakan

rumen

sehingga bahan

makanan

tersebut dapat dicerna lebih lama oleh

mikroba

rumen.

Dalam beberapa penelitiannya, dinyatakan bahwa

kerbau mampu mencerna bahan makanan dua sampai lima persen

lebih tinggi daripada sapi. Jumlah bakteri

dalam

rumen kerbau lebih tinggi daripada sapi, sehingga kemampuan untuk mensintesis protein dalam rumen lebih besar.
Menurut Ichponani e t al. (1962) pencernaan selulosa
pada

kerbau dua kali lebih tinggi daripada

waktu 48 jam.

sapi

dalam

Sutardi (1978) melaporkan aktivitas selu-

lotik

cairan rumen kerbau lebih tinggi

daripada

sapi.

Diduga kerbau merupakan induk semang mikroba ter-

tentu yang menyebabkan hewan tersebut lebih mampu
pada sapi dalam menggunakan makanan berkualitas
Dalam

rumen

darirendah.

ha1 mencerna protein kasar, hemiselulosa, ternak

kerbau lebih baik daripada ternak sapi, begitu juga konsumsi, penyerapan dan retcnsi Nitrogen (Sut.ardi,1978).
Chutikul (1975) menyatakan bahwa struktur umum alat
pencernaan kerbau sama dengan sapi. Fungsi rumen kerbau
diasumsikan sama dengan sapi, yang berbeda adalah warna
epitelnya.
berwarna

Pada

kerbau berwarna hitam dan

cokelat kehitarnan. Di sarnping itu

bahwa rumen kerbau lebih banyak
quillerrondii,

dibanding

sapi

sapi

dinyatakan

mengandung Oscilospira

rnikroba iodophil, bakteri
(Tabel 1).

pada

Sutardi

dan

protozoa

(1978) menyatakan

bahwa dalam ha1 daya cerna untuk bahan kering, serat kasar dan protein kasar tidak terlihat perbedaan yang nyata

antara sapi dan kerbau. Koefisien cerna kerbau

sapi masing-masing bahan-bahan tersebut di atas
bahan

dan

adalah:

kering 53.50 dan 54.55 persen; serat kasar

59.00

dan 56.45 persen dan protein kasar 54.9 dan 51.55 persen.

Tabel 1.

Total Protozoa, Oscillospira, Mikroba
Iodophil dan Total Bakteri per mm3
dalam Rumen Kerbau dan Sapi Zebu

Organisme

Kerbau

Sapi zebu

Protozoa

194.60

156.80

Oscillospira

1 348.00

164.00

Mikrobaiodophil

8 028.00

3 341.00

10 420 000.00

10 200 000.00

Bakteri

Sumber: Langar et al. (1968) yang dikutip Chutikul
(1975)
Arganosa et a l . (1973) membandingkan antara kerbau
dengan

sapi. Kerbau mempunyai.kulit yang

Persentase kulit pada sapi 7.3

persen

bobot badan, sedangkan kerbau 11.2 persen.

Bobot

dan lebih berat.
dari

kepala
bobot

lebih tebal

sapi dan kerbau adalah 5.4 dan 6.5
badan.

persen

dari

Demikian pula dengan komposisi kimia da-

ging sapi dan kerbau tidak banyak berbeda, kecuali kandungan kholesterol dan pigmen.

Pigmen yang tinggi meru-

pakan penyebab warna daging kerbau menjadi
(Arganosa et al., 1973).

lebih

gelap

Pada Tabel 2 disajikan kompo-

sisi kimia daging sapi dan kerbau yang dikumpulkan dari
beberapa literatur. Nilai gizi daging ditunjukkan - oleh
kandungan protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral.

Sedangkan penyediaan energi juga tergantung dari

ha1 tersebut di atas. Selain ditunjukkan oleh kandungan
protein yang tinggi, nilai gizi daging juga

ditunjukkan

8

Tabel 2.

Komposisi Kimia Daging Sapi dan Kerbau

Karakteristik

Sapi

Kerbau

19.20

20.20

Lemak intramuskuler ( % )

1.13

1.03

sda

Kadar abu ( X )

1.10

1.11

sda

Ekstrak bebas N (%)

2.28

3.24

sda

76.29

74.42

sda

Total pigmen (mg/g)

2.30

4.10

sda

Myoglobin (mg/g)

2.20

2.90

Valin et a1
(1984)

Hidroksiprolin

4.30

3.00

sda

Protein ( % I

Kadar air

(%)

(%)

Sumber
Arganosa et
(1973)

sda
Daya larut kolagen ( % ) 7o0c/jarn
Energi (Kkal)
Kholesterol
(ms/100 g)

10.90

11-10

5447.00

5250.00-

Sediaoetama

64.06

Arganosa.et
(1973)

54.80

oleh kelengkapan asam amino.
lain

sda

Asam amino tersebut antara

phenilalanin, valin, tryptophan, treonin,sS leusin,

isoleusin dan lisin.

Di samping itu daging

merupakan

sumber mineral yang baik, kecuali kalsium. Mineral tersebut adalah besi (Fe) yang sangat diperlukan untuk pembentukan haemoglobin dan myoglobin (Forrest et a l . , 1975).

JeramiJerami

padi merupakan limbah tanaman padi

setelah

biji-biji atau butirnya dipetik guna kepentingan manusia
(Lubis, 1963).
Menurut Willis et
lignin
serat

dl.

(1980) jerami padi mengandung

dan selulosa yang tinggi.
kasar rendah.

Akibatnya

kecernaan

Kadar silika yang dikandungnya

13

persen, lignin antara enam sampai tujuh persen dan selulosa 30.6 sampai 30.8 persen (Sundstol dan Owens, 1984),
sedangkan

kadar

Ca dan P masing-masing 0.42

persen (Sutardi, 1980).
sisi

dan

Hasil analisis proksimat kompo-

kimia jerami padi menurut Sutardi (1980) dan

Mu-

Morri-

hammad et a l i (1983) dapat dilihat pada Tabel 3.
son

0.28

(1968) menyatakan bahwa kandungan serat kasar

yang

tinggi, kandungan protein dan lemak yang rendah dari jerami

padi

disebabkan oleh karena sebagian

besar

dari

zat-zat makanan tersebut telah diangkut ke bagian
dan buah pada saat terjadi pertumbuhan generatif:

pat

bunga
.

Ruminansia dapat memanfaatkan selulosa yang

terda-

dalam bahan makanan berserat kasar

karena

tinggi,

adanya mikro organisme selulotik yang terdapat dalam rumen (Church, 1978).
Penggunaan jerami padi sebagai makanan ternak tanpa
ditambah bahan lain akan menyebabkan penampilan produksi
ternak

kurang memuaskan, malahan kadang-kadang

penurunan bobot badan.

terjadi

Hal inF disebabkan karena jerami

_

10
Tabel 3.

Komposisi Kimia Jerami Padi

Kandungan ( % )

..........................

U r a i a n

Bahan kering

a

b

86.60

-

Komposisi bahan kering:
Protein kasar

4.21

4.04

32.50

31.62

1.44

0.53

Beta-N

44.50

42.21

Abu

17.40

21.60

0.42

-

Serat kasar
Lemak

Ca

P
NDF
a) Sutardi (1980)
b) Muhammad-et al. (1983)
padi

termasuk

bahan makanan

(Jackson, 1978).

yang

berkualitas

rendah

Namun demikian jerami padi dapat digu-

nakan sebagai makanan pokok bagi ruminansia dengan

mem-

berikan perlakuan kimia seperti penambahan alkali,

KOH,

Ca(OH)2, NaOH dan NH3, sehingga akan menaikkan kecernaan
serat kasar (Jackson, 1977 dan Winugroho, 1981).
Menurut
padi

Muhammad et d l . (1983),

pemberian

yang dikombinasikan dengan makanan

memberikan

hasil

yang lebih baik

pemberian dalam bentuk tunggal.

jerami

penguat,

dibandingkan

akan

dengan

,

Menurut Usri et al. (1979) jerami padi dapat

meng-

gantikan rumput lapangan sebanyak 25 persen, namun demikian pemberian dalam bentuk tunggal tidak dianjurkan karena jerami padi merupakan makanan yang sulit untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok.

-

er En&

d

Menurut Hartadi et a l . (1980) bahan makanan
energi
dari

adalah bahan-bahan dengan protein

kasar kurang

20 persen dan serat kasar kurang dari

Contohnya

adalah biji-bijian,

limbah

stxmber

18

persen.

penggilingan,

kacang-kacangan, akar-akaran umbi-umbian meskipun

dalam

bentuk silase.
Parakkasi (1983) menyatakan kira-kira 75 persen dari

ongkos makanan digunakan untuk

sumber energi.

bahan-bahan makanan

Bahan makanan tersebut harus

dikombina-

sikan sedemikian rupa untuk memperbaiki zat-zat yang defisien karena tidak satupun bahan makanan yang mengandung

zat-zat makanan yang lengkap dan

karena

itu pemberian dua macam atau

seimbang.

lebih bahan-bahan

makanan sumber energi kerap memberikan hasil yang
baik

Oleh

lebih

dibandingkan dengan pemberian hanya semacam saja.

Bahan-bahan makanan atau kombinasinya yang digunakan sebagai sumber energi antara lain:
Dedak DU.
Dedak padi
proses
makanan

.

adalah hasil

ikutan dari

penggilingan padi, merupakan salah satu bahan
penguat

untuk

ternak

ruminansia yang mudah

didapat, tidak bersaing dengan kebutuhan manusia.
rut

Parakkasi

Menu-

(1983) yang dimaksud dengan dedak

padi

adalah campuran dari dedak itu sendiri, kulit gabah dan
mungkin hasil-hasil lainnya (misalnya hasil
polishing beras).

pengikisan/

Banyaknya kulit gabah yang

tercampur

dalamnya akan mempengaruhi kualitas dedak itu.

di

Hal

disebabkan karena kulit gabah mengandung serat

ini

ka-

sar, di mana kadar silikanya 11 sampai 19 persen.
Menurut Morrison (1968) dedak padi yang baik kualitasnya

rata-rata mengandung 12.4 persen

persen

lemak, dan 11.6 persen serat kasar.

protein,

13.6

Komposisi

kimia dedak padi dapat dilihat pada Tabel 4 dan 5.
nurut

Parakkasi

yaitu:

(1983) ada tiga macam

Me-

kualitas dedak

a) dedak kasar, b) dedak halus (lunteh) dan

c)

bekatul.
a) Dedak kasar adalah dedak padi yang diperoleh dari hasil penumbukan pertama, atau dari hasil penggilingan

dengan mesin pengupas kulit.

produksi
yang

Sebagian besar

dari

ini terdiri dari pecahan-pecahan kulit gabah

agak kasar.

Dedak kasar ini mempunyai nilai

gizi

dan kualitas yang rendah.
b) Dedak halus atau lunteh adalah dedak yang diper-

oleh

dari pengayakan hasil ikutan dan dari

penumbukan

padi

dari gelombang kedua dan ketiga, atau

dari hasil

pengasahan pertama, bila menggunakan mesin pengasah atau

Tabel 4.

Dedak

Kandungan Zat Hakanan Dedak Kasar, Dedak Halus dan Bekatul

@ahan
kering

Abu

Protein
kasar

Lerak

Dedak halus pabrik

89.10~

8.50'

13.60'

8.20'

Dedak ha1 us
kaWn9

88.30~

9.90'

10.lO1

4-90'

kkatul

87-15'

7.55'

10.80~

2.90~

-

Ca

P

TDN

-

-

704

48.!fi1

-

-

25

4.90~ 61.90'

-

-

7z4

Serat
kasar

Beta-N

Dedak
kasar

Keterangan: 1) Lubis 11958)
2) Sutardi !I9801
3l'Tillnan c t ai. (19843
4) Hartadi e t a i . (1990)

8.00~ 50.80'

15.30~

4

-

Berdasarkan derajat kehalusannya, dedak

halus

dibagi atas dedak halus kelas satu-dan kelas dua.

Dari

huller.

cara

pengolahannya,

maka produk ini

terutarna

terdiri

atas

selaput beras, perpaduan dinding buah dan

dinding

biji dan pecahan-pecahan lembaga dan mungkin masih
campur

sedikit

dengan

bubuk halus

dari

kulit

(Parakkasi; 1983) yang disitir dari Lubis, 1958).

ber-

gabah

Tabel 5. Kandungan Asam Lemak Dedak Padi

Nama asam lemak

Kandungan asam lemak

Asam kaprat (C 10:O)

-0.69')

-.:

Asam meristat (C 14:O)

Asam palmitoleat (C 16:l)

0.01~)

Asam heptadekanoat (C 17:O)

0.01~)

Asam stearat (C 18:O)

1.90~)

Asam Oleat (C 18:l)
Asam linoleat (C 18:2)
Asam linolenat (C 18:3)

0.046')

Asam arakhidat (C 20 :0)

0.046')

Asam bahenat (C 22:O)

0.020~)

Keterangan: 1) Satoto (1986)
2) Juliano (1966) dalam Ciptadi dan
Nasution (1979)
c')

BekatuL merupakan dedak yang paling halus

tidak

mengandung serat kasar, sebagian besar terdiri dari
pisan-lapisan
terdapat
tidak

luar

endosperm.

Bahan-bahan

di dalamnya berasal dari selaput dan

lagi mengandung kulit gabah.

lain

layang

lembaga,

Bekatul ini

paling

tinggi kualitasnya, bila dibandingkan dengan kedua jenis
dedak terdahulu (Parakkasi, 1983).

Dedak padi mempunyai kadar protein yang cukup tinggi.

Protein ini mempunyai nilai gizi yang

banyak

me-

ngandung asam amino esensial. Hasil suatu percobaan menunjukkan bahwa nilai gizi protein dedak padi
tidak

ternyata

jauh berbeda dengan nilai gizi protein kasar ka-

cang kedele.

Di samping itu dedak padi kaya akan tiamin

dan niasin (Ciptadi dan Nasution, 1979).
Dedak padi memiliki kandungan fosfor yang
tinggi.

relatif

Fosfor tersebut dalam bentuk asam fitat.

fitat merupakan

bentuk simpan P

(fosfor) dalam biji

tanam-tanaman, bercampur garam mioinositol asam
fosfanat-

Senyawa

Asam

ini sulit untuk

heksa-

dicerna, sehingga

fosfor dalam asam ini tidak dapat digunakan oleh tubuh
(Muchtadi. 1989).

Fitat menjadi senyaws kompleks bila

terikat dengan pelbagai kation atau dengan protein
mempengaruhi tingkat kelarutan senyawa ini.

yang

Dengan pro-

asam fitat ini akan membentuk ikatan kompleks se-

tein

hingga protein menjadi kurang larut dan lebih tahan terhadap
oleh

pencernaan proteolitik (Luh, 1980).

Parakkasi (1983) tingginya asam fitat dapat

ganggu metabolisme
yang

Ditambahkan

Zn.

Untuk

mencegah

diakibatkan oleh asam fitat perlu

secukupnya.

meng-

parakeratosis

ditambahkan

Pemakaian dedak halus 29%. diperlukan

Zn
pe-

nambahan 52 ppm ZnC03.
Kadar lemak yang tinggi menjadi hambatan dalam
nyimpanan, karena sering mengalami proses oksidasi

peyang

menyebabkan ketengikan. Selain problema

penyimpanan,

dedak mempunyai kandungan asam lemak tidak jenuh.

asam

linoleat dan oleat yang cukup tinggi

yaitu

(Tabel 5 ) .

Bila kadar asam lemak tidak jenuh ini cukup tinggi dalam
ransum, ada tendensi untuk melembekkan
(ha1 ini terjadi pada babi).

lemak karkas,

Dedak padi dapat menggan-

tikan jagung sebagai sunlber energi dalam ransum di bawah
50

persen tanpa menyebabkan ha1 yang negatif

terhadap

penampilan dan kualitas karkas (Parakkasi, 1983).
Pada hewan monogastrik seperti babi, pemakaian

de-

dak halus lebih dari 41 persen dalam ransum yang berdasar

jagung dan bungkil kedele, hasilnya

akan

terhadap pertambahan bobot badan, efisiensi

inferior

penggunaan

makanan dan kualitas karkas. Akan tetapi menurut Transher et al. (1966) yang disitir Parakkasi (1983) pemakaian dedak halus untuk menggantikan 30 persen jagung dalam
ransum

(ransum basal: terdiri dari jagung dan bungkil

kedele) menyebabkan pertambahan bobot badan akan berkurang 8 persen dan melembekkan lemak karkas dan nilainya
hanya 90 - 95 persen dibanding dengan jagung.

Peneliti

lain mencoba beberapa tingkatah (sampai 45 persen) dalam
ransum babi yang sedang tumbuh, tanpa ada perbedaan

da-

lam pertambahan bobot badan.

--

Dedak gandum

(pollard) merupakan

Limbah pada penggilingan gandurn menjadi terigu dan merupakan

bahan makanan yang baik untuk ternak.

Menurut

Morrison (19S8) dedak gandum mempunyai kualitas protein
yang

lebih baik dibandingkan jagung, bahkan lebih baik

dari gandumnya sendiri, tetapi tidak sebaik protein ka-

TDN,

cang kedele. Dedak gandum mengandung 67.2 persen

fosfor, vitamin B1 dan B kompleks, tetapi miskin

kaya

Komposisi kimia dedak gandum dapat dilihat pada Ta6 dan Tabel 7.

be1

Pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa

asam

oleat dan linoleat cukup tinggi. yaitu

59.4

mg/100 g asam lemak. Tingginya asam

15.3 dan

lemak tidak

jenuh dalam ransum babi membuat lemak jadi lunak

(Lloyd

et al., 1978), tetapi pada ruminansia lemak tidak

jenuh

mengalami

hidrogenase dalam rumen sehingga lemak akan

menjadi jenuh (Blaxter, 1980).
Penelitian-penelitian mengenai pemakaian dedak gandum telah banyak dilakukan terutama pada unggas.

Menu-

rut Gunawan (1974), pemakaian 15 sampai 25 persen

dedak

.gandum dalam ransum memberikan pertumbuhan

yang

lebih

cepat. Pada dasarnya dedak gandum lebih ekonomis

seba-

gai campuran ransum daripada tepung alfalfa bila digunakan sebanyak 20 persen.

Morrison (1968) menyatakan bah-

.-wadedak gandum dapat menggantikan dedak padi halus
lam

ransum ayam.

dapat

Lubis (1958) menyatakan bahwa

disamakan dengan dedak gandum yang dipakai

ransum sapi perah.

da-

lunteh
dalarn

Tabel 6. Komposisi Zat-zat Makanan Dedak Gandum

Kandungan ( % )

.......................................

Zat makanan

b

a

c

Bahan kering
Abu
Protein
Lemak
Serat kasar
Beta-N
Ca

P
Keterztngan: a) Morrison (1968)
b) Sutardi (1980)
C) Tillman et al. (1984)
Tabel 7.

Komposisi Asam Lemak Dedak Gandum

Nama asam lemak

Kandungan asam lemak

........
Asarn
Asam
Asam
Asam
Asam
Asam
Asam
Asam

Asam
Asarn
Asam

g/100 g asam lemak

laurat (C 12:O)
meristat (C 14:O)
palmitat (C 16:O)
palmitoleat ( C 16:l)
stearat (C 18:O)
oleat ( C 18:l)
linoleat (C 18:2)
linolenat (C 18:3)
arakhidat ( C 20:O)
eikosaenoat (C 20:l)
fignostearat (C 20:4)
Sumber: (Paul dan Southgate. 1979)

........

m.

Jagung merupakan bahan makanan yang

ting untuk ternak.
mua

Sumber energi terbaik di antara

biji-bijian, karena nilai energi tercerna,

tercerna

dan

biji-bijian

kadar serat kasar yang
lainnya (Tangendjaya dan

rendah

dibanding

Gunawan.,

1988).
makanan

di samping ekonomis dalam produksi energi,

ekonomis dalam penyusunan ransum.

se-

nutrien

Henurut Parakkasi (1286) pemakaian jagung untuk
ternak

pen-

juga

Penggunaan yang rela-

tif sedikit sudah dapat menyempurnakan kebutuhan energi.
Dibanding biji-bijian lainnya seperti oat,
dan

barley

jagung mempunyai kadar protein

jawawut

yang

lebih

rendah, demikian juga kualitas proteinnya (terutama ren-

dah

akan lisin dan triptofan).

kualitas

Sebab

utama

protein tersebut adalah karena

rendahnya
(protein

zein

jagung yang larut dalam alkohol) yang merupakan 50
sen dari seluruh protein yang ada dalam jagung.
-

sisi

per-

Kompo-

zat-zat makanan dan komposisi asam lemak dari

gung dapat dilihat pada Tabel 8 dan Tabel 9.

ja-

Dibanding

dengan dedak padi dan dedak gandum terlihat bahwa jagung
mengandung serat kasar yang paling rendah yaitu

sekitar

dua persen.
Komposisi zat makanan dari jagung dipengaruhi

oleh

varietas- dan lingkungan di mana jagung ditanam dan

di-

proses (seperti halnya dengan bahan makanan lainnya).
Menurut

Walff ( 1 9 7 6 ) yang dikutip

oleh

Parakkasi

(19831, terdapat kekurangan pada jenis jagung di

daerah

Tabel 8.

Komposisi Zat-zat Makanan Jagung

Kandungan ( % )

Zat-zat makanan

........................
a

b

89.00

86.80

Protein kasar

8.90

10.80

Serat kasar

2.00

2.53

Lemak

3.90

4.28

Abu

1.10

2.15

TDN

82.00

80.80

Bahan kering

--

Keterangan: a) NRC (1968) dalam Parakkasi (1983)
b) Sutardi (1981)
tropis,
dan

yaitu produksi yang rendah dalam jumlah

rendahnya kualitas dan kuantitas

protein.

kalori
Untuk

peningkatan nilai gizi bahan makanan tertentu, dapat di:
lakukan dengan berbagai cara, antara lain dengan

penam-

bahan zat-zat makanan yang dianggap kurang.
Jagung mempunyai kandungan lemak yang relatif tinggi, sehingga tidak dapat disimpan dalam waktu yang lama;
di samping itu kandungan provitamin A-nya relatif tinggi
iterutama ,pads jagung kuning), demikian pula
vitamin

E tetapi rendah akan vitamin B dan D,

kandungan fosfornya cukup tinggi.

kandungan
meskipun

Tabel 9. Komposisi Asam Lemak Jagung

Kandungan asam lemak

..............................

Nama asam lemak

a

b

. . . . . g/100 g asam lemak

.....

0.6

-

14.0

12.4

Asam palmitoleat (C 16:l)

0.3

-

Asam stearat (C 18:O)

2.3

1.7

Asam linolenat (C 18:2)

50.0

55.4

Asam linolenat (C 18:3)

1.6

arakhidat (C 20:O)

0.3

Asam

meristat (C 14:O)

-:

Asam palmitat (C 16:O)

Asam

Asam eikosaenoat (C 20:l)
Asam bahenat (C 22:O)

0.2
trace (sedikit)

Asam erurat (C 22:l)

0.2

Asam lignostearat (C 24:O)

trace (sedikit)

Keterangan: a) Paul et al. (1979)
b) Buckle et al. (1978)

.

. Asam Lemak Pelvis
Pengaruh Ransum terhadaw Kom~osrsl
Lemak
di

tubuh sapi cenderung dideposit pertama

kali

daerah perirenal dan sekitarnya, kemudian berturut-

turut lemak intermuskulair (seam),-subkutan,intramuskulair (untuk marbling) (Parakkasi, 1985).
lemak

yang

tersimpan

ini dalam

bentuk

Secara alamiah
netral, atau

triglisirida. Lemak-lemak yang disimpan di dalam

tubuh

berbeda sifat fisik dan kimianya, tergantung lokasi anatomi

dalam tubuh, makanan dan bangsa

ternak tersebut

[Yeates et al. 1975 dan Pyle et al., 1977).
Garcia et a l . (1979) menyatakan bahwa kecepatan penimbunan
asam

lemak sangat berpengaruh- terhadap komposisi

lemak.

Lemak ini terbentuk sebagai akibat dari

proses penimbunan lemak. Bila energi yang rnasuk ke dalam

tubuh lebih besar daripada energi yang digunakan,

maka sintesis lemak lebih besar daripada proses
sis

lipoli-

lemak. Sedangkan kalori yang masuk ke dalam

tubuh

berasal dari makanan yang dimakan.
Lemak terdiri dari campuran asam lemak dan
rol.

glise-

Gliserol mempunyai tiga gugus hidroksil, di mana

masing-masing akan mengikat satu molekul asam lemak yang
disebut trigliserida.

Komposisi asam

lemak, panjang

rantai karbon serta posisi ikatan rangkap akan menentukan sifat asam lemak tersebut (Girindra, 1990).
Asam lemak merupakan senyawa pembangun berbagai lipid, termasuk lipida sederhana, fosfor gliserida, gliko
lipida, ester dan kholesterol. Asam lemak terdapat tidak hanya pada lemak, tetapi merupakan

pula zat antara

dari metabolisme karbohidrat, lemak dan protein.

Di an-

tara asam lemak maka asam asetat mempunyai peranan yang
paling

penting sebagai zat antara dari siklus, di

mana

karbohidrat, lemak dan protein dapat saling diubah

atau

digunakan sebagai sumber energi (Anggorodi, 1979).
Asam
Jenuh

nyai

lemak dapat digolongkan ke dalam

dan tidak jenuh.

asam

Asam lemak tidak jenuh,

mempu-

titik didih yang lebih rendah daripada asam

jenuh dengan jumlah atom karbon yang sama.

lemak

Sebagai con-

toh, asam stearat mencair pada temperatur 70°c,
kan

lemak

asam oleat, linoleat dan linolenat cair

sedang-

pada

suhu

kamar walaupun asam-asam tersebut sama-sama mempunyai 18
atom karbon (Maynard dan Loosli, 1969; Girindra, 1990).
Menurut

Edwards et al.

(1961) dan Miller

(1967) komposisi asam lemak dari lemak

akan

mengalami perubahan bila makanan

daging

et

al.

praktis

berubah.

Sifat

asam lemak sumber bahan makanan secara nyata akan mempenqaruhi derajat kekerasan lemak, ha1 ini erat
nya

dengan nilai karkas daging tersebut.

hubungan-

Pada

ternak

monogastrik apabila ransumnya mengandung lemak tidak- jenuh maka lemak daging akan menjadi lunak, sehingga
pengaruhi kualitas daging.
nyak

mem-

Apabila ransum tersebut

mengandung lemak tumbuhan (kecuali

lemak

ba-

kelapa)

daging akan menjadi lunak, dan kualitasnya rendah.

Te-

tapi ternak ruminansia yang mengkonsumsi ransum yang mengandung

lemak

terhadap

penyimpanan lemak tidak jenuh

tubuh

karena

menghidrolisis

tidak jenuh, kecil

adanya

mikroflora

gliserol dan

sekali

pengaruhnya

tersebut

rumen

yang

menghidrogenase

dalam
dapat

asam-asam

lemak tidak jenuh dan hasil terbesar dari proses
terjadi dalam rumen adalah asam stearat
Ockerrnan, 1985).

yang

(Leat. 1976 dan

Hasil penelitian Gordon

(1961) dan

Sharland et a I . (1967) yang dilaporkan oleh Miller et
(1967) menyatakan bahwa pemberian hay alfalfa

al.

pada

domba akan mengubah mikroflora rumen,-sehingga akan meningkatkan produksi
propianat.

Di

asam asetat

dan menurunkan

asam

samping itu pemberian konsentrat yang

tinggi, akan meningkatkan kadar trigliserida dan kholesterol dalam hati.
Pada umumnya kualitas lemak daging akan mengikuti
pola lemak bahan makanan.

Makin tinggi derajat tak

je-

nuh dari lemak, makin tinggi bilangan iodiumnya dan makin lunak lemaknya. Maynard dan Loosli (1969) mengkeriteriakan bilangan iodium dari berbagai sumber lemak seperti

Tabel

10. Selain komposisi asam

lemak ransum,

faktor lain yang mempengaruhi asam lemak daging adalah
umur

dan bangsa.

Link et al. (1970) menyatakan bahwa

pada sapi yang lebih tua, dan selama terjadi pertumbuhan,

jumlah lemak di bawah kulit

(subcutan) meningkat.

Persentase asam lemak tidak jenuh meningkat sejalan dengan, meningkatnya pertambahan bobot badan.

Rasio asam

palmitoleat (C16:l) dengan asam stearat (C18:O) juga meningkat.

Keadaan ini jelas terlihat pada

sapi Yersey

dan Holstein Friesian. Pada Tabel I1 disajikan komposisi
asam lemak dari berbagai tingkat umur.

Tabel 10.

Pengaruh Berbagai Sumber Lemak terhadap
Bilangan Iodium Bahan Makanan dan Lemak
Tubuh Babi

Lemak bahan makanan

Minyak kacang kedele
Minyak jagung
Minyak biji kapas
Minyak kacang tanah
Lemak babi
Lernak mentega
Minyak kelapa

Bilangan iodium
dari lemak
bahan makanan

Bilangan iodium
dari lemak
tubuh

132
124
108
102
63
36
8

Sumber: Maynard dan Loosli (1969)
B w s a te-da~

Peng-h

Komvosisi JlemakK-s

Pengaruh bangsa terhadap komposisi asam lemak telah
diteliti
sapi.
Dari

oleh Eichhorn et al. (1986) - pada

Setelah diberi perlakuan, semua hewan
masing-masing karkas diambil sampel

15 bangsa

dipotong.

otot

triceps

brachii, -longissirnus dorsi, lemak subcutan dan
ginjal.
asam

Hasilnya bahwa bangsa

lemak

mempengaruhi komposisi

lernak, di mana proporsinya lebih tinggi pada

ringan lemak dibandingkan dengan jaringan otot.

ja-

Variasi

yang nyata akan terlihat pada asam-asam lemak meristat.
pentadekanoat, palmitat, palmitoleat dan
lihat pada TabeL 12 dan Tabel 13.

seperti ter-

Tabel 11.

Bangsa
sapi

Komposisi Asam Lemak dari Lemak Subkutan
pada Umur yang Berbeda dari Beberapa
Bangsa Sapi

Umur
Asam
(hari) palmitat
(C16:O)

Angus
Charolais
Friesian
Hereford
Jersey
Simmental
{Austria)
Simmental
(Perancis)
Simmental
( Jerman)

Asam
Asam
Asam
Asam Asam
palmi- stearat oleat lino- linotoleat
leat lenat
(Cl6:l) (C18:O)(C18:1)(C18:2)(C18:3)

627
616
617
624
627

25.12
23.02
23.08
23.59
23.78

8.78
8.57
10.00
10.36
10.49

10.70
10.59
8.26
9.00
8.99

51.07
53..49
54.47
52.59
52.35

1.57 2.77
1.77 2.57
1.56 2.54
1.70 2.76
1.66 2.72

599

23.31

8.19

10.59

52.39

1.87

3.66

615

24.49

7-89

16.16

52.08

1.57

2.82

609

23.43

10.78

7.51

53.39

1.83

3.05

-

Sumber: Pyle et al. (1977)
Tabel 12.

Komposisi Asam Lemak dalam Total Lemak
dari Jaringan Otot Longissimus Dorsi
Sapi Dewasa

Ballgsa sapi

Banyak
sampel

C14:O

Hereford
Angus
Brown Swiss
Hereford X Angus
Angus X Hereford
Red Polled X Angus
Red Polled X Hereford
Brown Swiss X Angus
B r w n Swiss X Hereford
Gelbvich X Angus
Gelbvich X Hereford
Chianina X Angus
Chianina X Hereford
Maine Anjou X Angus
Maine Anjou X Hereford
Sumber: Eichhorn et ai. (1986)

C15:O

C16:O

C16:l

Tabel 13.

Bangsa sapi

Komposisi Asam Lemak dalam Total Lemak
dari Lemak Subkutan pada Sapi Dewasa

Banyak
sampel

Hereford
Angus

Brown Swiss
Hereford X Angus
Angus X Hereford
Red Polled X Angus
Red Polled X Hereford
Brown Swiss X Angus
Brown Swiss X Hereford
Gefbvich X Angus
Gelbvich X Hereford
Chianina X Angus
Chianina X Hereford
Maine Anjou X Angus
Maine Anjou X Hereford
Sumber: Eichhorn et a l . (1986)
Peneliti lain yaitu L'estrange dan Hanrahan
melaporkan

hasil penelitian mereka pada domba, di

(1980)
mana

pada domba Landrace persentase asam meristat (C14:O) dan
asam margarik (C17:O) rendah.

Tetapi pada domba Suffolk

tidak demikian halnya. Sedangkan Kellogg et a l ,
menyatakan bahwa pada bangsa babi yang berbeda

(1977)
walaupun

diberi makanan yang sama, tetap akan memperlihatkan komposisi asam lemak yang berbeda nyata. Analisis ini telah
dicoba

terhadap beberapa sampel, yaitu lemak

hati dan-muskulusproas major.

punggung,

Metabolisme Kholesterol
Kholesterol merupakan lemak yang sangat berbeda dengan lemak yang tergolong trigliserida atau

fosfolipid,

karena tidak mengandung gliserol melainkan terdiri
inti

steroid yang mengandung

satu gugus

-

OH,

atas

seperti

Gambar 1 (Grundy, 1990 dalam Shen. 1991).

Lesitin (fosfoli-pid)

'

Gambar 1.

Trigliserida

Kolesterol, Lisitin (fosfolipid), T r i gliserida (Grundy. 1990 Balam Shen. 1991)

Henurut

Maynard dan Loosli (1969) kholesterol

de-

ngan formula C27H450H adalah sterol terpenting yang terdapat dalam jaringan hewan, sedangkan sterol itu sendiri
termasuk golongan lipida (Anggorodi, 1979).
mikian

metabolisme kholesterol erat hubungannya

metabolisme lipid.
logis

yang

jaringan

penting

dan muncul

pada

semua

de-

dengan

Kholesterol mempunyai fungsi

fisio-

jaringan-

ternak baik dalam bentuk bebas ataupun

ester (Price dan Schweigert, 1971).
kan

Dengan

bentuk

Kholesterol merupa-

prekursor penting dari hormon steroid oleh

kelenjar adrenal dan gonad, d i samping

sel-sel

itu juga pemben-

tuk asam eoapedu (asam kolat dan asam kenodeoksikolat

di

dalam sel hati).
Kholesterol

adalah khas hasil

metabolisme

hewan.

oleh

karena itu banyak ditemui dalam makanan yang

asal

dari hewan seperti hati, daging, otak

telur.

dan

Kholesterol yang ada dalam tubuh selain

ber-

kuning
berasal

dari makanan asal hewani atau eksogenus (hanya 50 persen
kholesterol dari makanan dapat diserap usus, sisanya
persen

1010s sebagai bagian dari feses) juga dapat

50
di-

sintesis sel-sel tubuh sendiri (endogenus) terutama oleh
sel hati.
molekul

-

Dari tiga molekul asam asetat terbentuk
3-hidroksi-3 metilglutaril-koenzim A

(HMGKoA),

kemudian oleh HMG KOA reduktase diubah menjadi asam
valonat,

selanjutnya melalui

tambahan

satu

me-

langkah-langkah

kondensasi akan menjadi kholesterol, dengan reaksi seba-

gai' bsrikut.

3 molekul Asetat -->

3-hidroksi-3 metilglutaril koenzima
H

G K O

Asam Mevalonat

reduktase
beberapa langkah'

------------------ > kholesterol

Asam MeValonat
Biosintesis

asam

mevalonat dari

asetil-KoA

berasal dari meta.bolisme karbohidrat atau asam-asam

mak, terutama asam lemak jenuh, dan pembentukan

yang
le-

.:

kholes-

terol dari asam mevalonat disajikan pada Gambar 2 dan 3.

.

0
0

C H 3 - C a S - KoA
ASE TIL- KoA

1

0

t~~
I

0

.

HOOC-CH2-

c-~H,I

t~

C ? S- KoA

kaNAOp++
.
KoA.si

KOL ESTEROL
MA KANAN
0

0

oll

CH3

.

01

HQOC-CHx-

0

C-CH2-CHI-OH
I

OH
MEVALONAT

Gambar 2.

Biosintesis Asam Mevalona-t dari AsetilKoA (Harper et al., 1979)

AS€ TIL -KoB
-

0

,FH3*
HOOC-CH,-7-CH,-CH,OH
0

l

t ASAM MEVALONAT

EHS

o

+- .

OH
ASAM MEVALONAT

[tHraL

. Oco,

=~H-E*]

UNIT
ISOPRENOIO

Hz0

____,
14-0 ESMETIL
LANOSTEROL

ZIMOSTEROL

A'*

-KOLmADlENOL

4

HO
KQLSTEROL
(C2, HIS 0 )

Gambar 3.

DESMOST€"/Y
(24-DEHIDROKOL ESTEROU

Biosintesis Kholesterol dari Asam
Mevalonat (Harper et a l . , 1979)

1

Kholesterol

dalam tubuh, 1.00 g per

hari

berasal

dari sintesis dan 0.3 g berasal dari konsumsi (Harper et
a l . , 1979).

Kholesterol disintesis dalam banyak jaring-

an tubuh. Semua jaringan yang mengandung sel bernukleus
seperti

kortek adrenal, kulit, usus, testes

dan

mampu mensintesis kholesterol. Hati mensintesis

aorta
kurang

lebih 0.8 (0.5 - 2.0) g/hari, atau kira-kira tiga kali
dari banyaknya kholesterol dalam makanan sehari-hari pada manusia (Maynard dan Loosli, 1969).
kholesterol dalam darah, berkisar
persen (Sastri dan Sahim. 1990).
kholesterol dalam

Kandungan normal

antara 150

-

250 mg

Dalam keadaan tertentu

darah menyebabkan hipertensi

dan

aterosklerosis.
Beberapa komponen kholesterol dalam darah, di,antaranya yang berperan dalam aterosklerosis adalah fraksi
lipoprotein berdensitas tinggi (HDL) dan
berdensitas rendah (LDL).

lipoprotein

Fungsi utama HDL membawa kho-

lesterol yang terdapat pada perifer ke hati, selanjutnya
dapat dikeluarkan melalui usus, sedang LDL membawa
lesterol ke perifer.
makin

kho-

Semakin meningkat kadar LDL, se-

banyak tumpukan kholesterol di

dinding pembuluh

darah (Sastri dan Sahim, 1990J.
Dalam jaringan ErholesteroI terdapat bebas, ataupun
gabungan ester dan asam lemak, bermolekul tinggi, dengan
persentase masing-masing 20 sampai 40 persen untuk- kholesterol bebas, dan 60 sampai

80 persen

kholesterol

ester dari konsentrasi totalnya 140 sampai 300 mg/100 ml
plasma

darah

(Gordon dan

Cook,

1958; Cantarow

dan

Trumper, 1962).
Menurut Davis et a1

.

( 1985).

hati dan usils

adalah

dua jaringan yang paling aktif dalam mernproduksi kholesterol pada manusia.

Penelitian pada tikus dan kera- me-

nunjukkan bahwa dinding usus merupakan jaringan yang paling penting untuk biosintesis kholesterol. Dari
berbagai

hasil

analisis ternyata bahwa jejenum dan ileum me-

ngandung kholesterol bebas, atau teresterifikasi.

Cook

(1958) menyatakan pula bahwa usus tikus, babi, sapi Jan-

tan

dan

dornba mengandung sterol

sekitar 0.2

persen.

Lambung sapi jantan-mengandunglipid 4.1 persen dan sterol

0.15 persen.

dapatkan

Sedangkan Forrest et al. (1975) men-

kandungan kholesterol pada otot

sekitar 0.5

persen.
urn terh-ndungan
Kholesterol

Kholesterol Lemak

dan bahan makanan yang

dapat

menjadi

sumber kholesterol merupakan salah satu penyebab

utama

terjadinya kenaikan kadar kholesterol dalam serum darah,
sehingga

dapat mengakibatkan perubahan

patologik

pembuluh darah dan degenerasi pada hati se;ta

pada

terjadinya

batu empedu baik pada hewan maupun manusia (Bergman dan
Wardlow,

1975).

Responsnya akan berbeda -antar spesies

(Gustafson et al., 1977).

Cantarow
dungan

dan Trumper (1962) menyatakan bahwa

kholesterol dalam serum darah

kan-

dipengaruhi

oleh

macarn dan jumlah makanan berlemak, di mana keduanya mempunyai

efek yang

sama. Hasil penelitian

Tu et

al.

(1967), memperlihatkan bahwa kandungan kholesterol pada
dagkpg sapi dan babi akan meningkat dengan naiknya
sentase lemak intramuskuler dalam daging.

Pada Gambar 4

dan 5, diperlihatkan hubungan antara kholesterol
dengan
babi.

persentase

per-

lemak intramuskuler pada

daging

sapi

dan

Pada sapi dapat dilihat, bahwa setiap peningkatan

lemak intramuskuler satu persen, maka kandungan kholesterol akan bertambah sebesar 1.7 mg.

Demikian juga hal-

nya dengan babi, terjadi peningkatan kandungan kholeste-

rol

sebesar 0.5 mg untuk setiap peningkatan satu persen

kadar Lemak.
Kandungan lemak daging sangat bervariasi dan

dipe-

waruhi oleh beberapa faktor, antara lain: macam dan jenis

makanan, aktivitas fisik, faktor stres

turunan.
lemak

dan

faktor

Perubahan dari makanan yang mengandung

jenuh menjadi makanan berasam lemak

tidak

akan menurunkan kadar kholesterol dalam serum darah

asam
jenuh
(Tu

et a l . , 1967).

Hasil penelitian Maglad et al. (1983) memperlihatBan

bahwa pemberian molase pada ransum domba

akan

me-

ningkatkan kandungan kholesterol, sedang jika dipuasakan
akan menurunkan kandungan kholesterol. Suatu penelitian

Gambar 4 .

Hubungan antara Kandungan Kholesterol
dengan Lemak Intramuskuler pada Daging
Sapi (Tu et al . , 1967)

X LIPID

Gambar 5.
.

w

Hubungan antara Kandungan Kholesterol
dengan Lemak Intramuskuler pada Daging
Babi (Tu et al . , 1967)

itelah dilakukan oleh Chen et al. (1384) tentang pemberian

ransum berkholesterol dan sayuran terhadap tikus.

Hasilnya, penambahan kholesterol akan meningkatkan total
lipid dan kholesterol hati, sedangkan yang diberi sayuran akan menurunkan kandungan lemak dan total kholesterol

pada hati, serum darah dan feses.
Percobaan

lainnya

yang dilakukan

terhadap tikus

oleh Mangkuwidjojo et al. (1385) adalah pemberian
macam

empat

ransum yang terdiri atas jagung, jagung + lemak

hewan, jagung + lemak hewan + tempe dan jagung + tempe,
diperoleh hasil bahwa, dalam serum darah tikus yang dijagung + lemak hewan, kadar kholesterolnya nyata

beri

lebih tinggi dibandingkan dengan kadar kholesterol tikus
hanya dapat jagung saja. Ternyata tambahan lemak

yang

hewan pada makanan, telah meningkatkan kadar kholesterol
dalam serum darah, sedangkan rang mendapatkan ransum jagung + lemak hewan + tempe, tidak menunjukkan

perbedaan

yang berarti dibandingkan dengan tikus yang mendapat jagung saja. Demikian juga halnya pada tikus yang

diberi

ransum jagung + tempe.
Jacobson et al. (1974) mengamati
macam

lemak terhadap kholesterol plasma anak sapi

diberi
nyak

pengaruh macam-

air susu dengan bahan kering tanpa
sembilan persen serta diberi aneka

lemak sebalemak

perlakuan, yaitu lemak sapi (TI, lemak sapi
rol

( T + K), lemak babi

yang-

+

sebagai

kholeste-

(L), lemak babi + kholesterol

(L + K), minyak kedele ( S B O ) , dan minyak kedele +
lesterol iSBO + K ) .

kho-

Hasil yang diperoleh diilustrasikan

pada Gambar 6. ~ n a ksapi yang mendapat suplemen kholesterol, lebih tinggi kadar kholesterol plasmanya daripada
anak sapi yang tidak mendapat suplemen kholesterol, dan
anak sapi yang mendapat minyak kedele kadar
-:

plasmanya paling rendah.

kholesterol

Demikian juga halnya pada anak

sapi yang diberi lernak sapi dan lemak babi, lebih tinggi
kadar

kholesterolnya, dibanding dengan anak

sapi

yang

mendapat minyak kedele.

iilzolestcrol p l ~ 2 m
(mg/100 ml)

Ganbar 6 .

Pengaruh Pemberian Macam Lemak dan
Kholesterol pada Kholesterol Plasma
Darah Anak Sapi (Jacobson et a l . , 1974)

Hasil penelitian West et al. (1984) terhadap kelinyang diberi 21 persen kasein, memperlihatkan

bahwa

konsentrasi kholesterol serumnya terus meningkat

sampai

ci

hari ke 56, sebaliknya yang diberi protein kedele, konsentrasi kholesterol serumnya menurun.

- Harper

et al. (1979) menyntakan salah

satu

untuk menurunkan kholesterol pada plasma manusia

usaha
adalah

dengan mengurangi jumlah makanan yang mengandung kholesterol.

Hasil

penelitian Keys (1947) yang

dilaporkan

Sastri dan Sahim (1990) terdapat hubungan yang nyata antara

kandungan kholesterol yang terdapat dalam

dengan kandungan kholesterol darah (r = 0.84).

makanan
Pada Ta-

be1 14 berikut, disajikan kandungan kholesterol dan kandungan lemak dari beberapa jenis bahan makanan. Beberapa
macam

minyak yang berasal dari tanaman yang

dalam

menurunkan kadar kholesterol plasma antara

lain:

minyak

kacang tanah, minyak biji kapas, minyak

jagung

dan minyak

kacang kedele. Kenaikan 100 mg

bermanfaat

kholesterol

dalam makanan menyebabkan kenaikan 5 mg kholesterol

per

100 dl serum darah. Pada manusia jumlah total kholester o l plasma sekitar 200 mg/dl akan meningkat dengan

ber-

tambahnya umur, walaupun terdapat variasi di antara
dividu.

Cantarow dan Trumper (1962) melaporkan

bahwa

pada saat manusia lahir. kholesterol plasma sangat
dah, yaitu
Oliver

sekitar 50 mg/100 dl.

(1958)

Selanjutnya Boyd

menyatakan bahwa faktor

in-

lingkungan

rendan
dan

Tabel 14. Kandungan Kholesterol dan Lemak pada
Beberapa Jenis Makanan

Jenis wakanan

Kandungan kholesterol Kandungan lemak
(mg/100 g)
g/lOO g

Telur
Susu lengkap

450

-

14

Susu nonfat

Es krim (mengandung susu dan
telur 100 cc)
Mentega

Daging sapi
Hati

Daging ayam
fkan salmon

Ikan tuna
Kepiting (daging)
Lobster
Udang
Sumber: Gpndy (1990) dalam Shen (1991)

genetik ikut mempengaruhi kenaikan kholesterol seperti
kerlihat dalam Gambar 7.

Faktor lingkungan

Fakkor genetik

1

Makanan



+/'
Energi yang
dikelgarkan

Kadar kholesterol serum

Gambar 7 .

Faktor yang Mempengaruhi Sirkulasi
Kholesterol dalam Darah Manusia
(Boyd dan Oliver, 1958)

Gordon dan Cook

(1958) menyatakan bahwa puasa ber-

pengaruh terhadap kandungan kholesterol.

Hewan yang di-

puasakan selama 24 jam kandungan kholesterolnya akan tu-

run 10 persen jika dibandingkan dengan kontrol, dan

le-

bih rendah lagi bila diperpanjang menjadi 48 dan 72 jam,

yaitu masing-masing tinggal setengah dan sepertiga dari
nilai

kontrol.

Dinyatakan bahwa makanan

yang

kadar

lemaknya dapat menghilangkan efek puasa

tinggi

terhadap

kandungan kholesterol.
but-

E n w ~ iuntuk--dorP

Energi

dapat diartikan sebagai suatu tenaga atau

kekuatan yang rnemungkinkan terjadinya akt-ivitas.
energi

suatu bahan makanan tergantung dari

Nilai

jumlah

dan

proporsi
dalam

karbohidrat, lemak dan protein

bahan

yang

makanan tersebut (Minish dan

terdapat

Fox,

1982).

Kebutuhan ternak akan energi dipengaruhi oleh fungsi tubuh normal, aktivitas, bobot badan dan jenis kelamin

Flatt
energi

dan

Moe (1969) menyatakan bahwa

kebutuhan

dipengaruhi oleh besar tubuh, spesies, kelamin,

urnur, tingkat produksi, aktivitas dan kondisi

lingkung-

Menurut Lemenager et al. (1980) kondisi bobot badan

an.

dan tingkat produksi ternak dapat dipakai untuk menduga
kebutuhan energi.
Kebutuhan energi pada ternak dapat dibagi dua
untuk hidup pokok dan produksi.

tu:
untuk

hidup pokok adalah energi yang

yai-

Kebutuhan energi
diperlukan

untuk

memelihara kelestarian hidup dan mempertahankan keutuhan
alat-alat tubuh.
untuk

Kebutuhan untuk produksi

proses-proses produksi yang meliputi

seperti

dimanfaatkan
pertumbuhan

pembentukan daging, penumpukan lemak, produksi

susu dan lain-lainnya (Tillman e t

d l . ,

1984). Kebutuhan

energi untuk hidup pokok akan dipenuhi terlebih dahulu,
sebelum energi tersebut digunakan untuk produksi.
energi

Jika

untuk hidup pokok tidak terpenuhi mengakibatkan

terjadinya penurunan bobot badan.
Ranjhan dan Pathak (1979) menyatakan bahwa kebutuhan

energi untuk hidup pokok pada kerbau tidak berbeda

jauh
Energi

jika dibandingkan

dengan

kebutuhan pada

yang cukup untuk hidup pokok dan

produksi

sapi.
yang

dilengkapi dengan tersedianya protein, vitamin dan mineral yang seimbang dapat memberikan produksi yang tinggi.
Dalam pertumbuhan hewan, semua zat makanan terutama
digunakan untuk pertumbuhan tulang, kemudian pembentukan
syaraf, otot (jaringan), dan terakhir pembentukan lemak.
Energi ransum yang-digunakanuntuk pertambahan bobot badan sebagian dikonversikan ke dalam jaringan lemak. Dengan demikian mulai terjadi peningkatan, penyebaran
penimbunan

dan

lemak ke jaringan tubuh berupa lemak subcu-

tan, lemak abdominal, lemak pelvis dan lemak intramusku(Rammond et al., 1965; Berg dan Butterfield, 1976

les

dan Arthaud et al., 1977).
Butir-butir lernak dalam daging, di samping sebagai
sumber energi, juga berfungsi menambah rasa empuk, aroma.
dan rasa gurih.

Efisiensi produksi daging pada sapi sa-

ngat dipengaruhi oleh makanan.

Dengan makanan.yang ren-

dah kualitasnya, penggunaan energi makanan lebih banyak
untuk

perturnbuhan (Ranjhan dan Pathak, 1979).

Energi

merupakan surnber tenaga bagi semua proses hidup dan produksi.

Kekurangan energi pada usia muda, akan mengham-

bat pertumbuhan dan pencapaian umur dewasa kelamin.
Dalam formulasi ransum harus diusahakan agar energi
tidak kekurangan. Oleh karena itu kadar energi

merupa-

kan pertimbangan utama dalarn penyusunan ransum.

Sistem

yang

energi

paling sering dipakai untuk mengukur nilai

makanan adalah TDN (Lloyd et al., 1978).

Bila konsumsi energi dibatasi akan menurunkan
lemakan, walaupun pertumbuhan tulang dan
bisa

berlangsung.

per-

daging masih

Pembatasan yang lebih

lanjut akan

memperlambat perturnbuhan urat daging, tetapi tulang masih dapat terus bertumbuh (Acker, 1963).
sum

Pemberian ran-

pada ternak di samping hijauan, diberikan pula

plemen

konsentrat guna memenuhi kelengkapan uniur

sugizi

secara kualitatif dan kuantitatif, termasuk pula peningkatan sumber energi.
Menurut Parakkasi (1985) pernberian terlampau banyak
konsentrat atau biji-bijian akan meningkatkan konsentrasi energi ransum dan dapat menurunban tingkat konsumsi,
sehingga tingkat konsumsi energipun berkurang, dan tidak
lagi memperbaiki kualitas daging.
nuh

Pemberian energi pe-

dan (misalnya 2/3 energi penuh)

perbedaan

tidak menyebabkan

sifat karkas, hanya berbeda dalam waktu

yang

dibutuhkan untuk mencapai bobot badan dan g r a d e tertentu.
Kebutuhan

sapi

pedaging bobot 100 sampai

akan zat-zat makanan berdasarkan rekomendasi NRC

500 kg
(1976)

seperti pada Tabel 15 dan kebutuhan kerbau berdasarkan
Raajhan dan Pathak (1979) sampai bobot badan 500 kg
pat

dilihat-padaTabel 16.

da-

Pada kedua tabel ini dapat

dilihat bahwa patokan kebutuhan gizi untuk sapi pedaging
bobot badan 100 sampai 500 kg untuk TDN adalah 1.2 sampai 3.8 kg, dan protein kasar 0.18 sampai 0.60 kg. Untuk
penggemukan dengan pertambahan bobot badan 0.5 kg per

Tabel 15.

Bobot
badan

Patokan Kebutuhan Bahan K e r i n g , Protein
Kasar, TDN Ca dan P u n t u k Sapi Pedaging
(kg/ekor/hari)

Pertambahan
b o b o t badan

Sumber: NRC. 1976

Bahan
kerine

Protein
kasar

TDN

Ca

P

hari dibutuhkan TDN 1.8 kg dengan protein kasar 0.36 kg.
Sedangkan untuk kerbau kebutuhan TDN berkisar antara 1.8
sampai

7.6 kg, dan protein kasar kebutuhannya berkisar

antara 0.36 - 0.9 kg/ekor/hari.
Tabel 16.

Bobot
hidup

Patokan Kebutuhan Bahan Kering, Protein
Kasar, TDN, Ca dan P untuk Kerbam

Pertarnbahan
bobot badan

Bahan
Protein TDN
kering
kasar

Ca

P

bahwa

pe-

Sumber: Ranjhan dan Pathak (1979)
Preston

dan Willis (1974) mengemukakan

ningkatan energi ransurn disertai dengan pembatasan gerak
fisik

akan meningkatkan efisiensi ransum dan laju

tambahan bobot badan akan lebih tinggi.

per-

Pada Gambar

8

diperlihatkan rantai transformasi ransum pada ruminansia

> Feses

Energi dapat
dicerna

> U r i n e d a n g a s metan

I

Bahan t e r b u a n g

Pertahanan i n t e q r i t a s

> tubuh (kebutuhan e n e r g i
basal )

>

Energi metabolik

Usaha mendapatkan ma