Pengaruh Perebusan Terhadap Kadar Pati Kayu Pulai (Alstonia R.Br.),Kemiri (Aleurites moluccana (I,) Willd.), dan Nyatoh Kuning (Planchonella nitida Dub.)

Handayani.

E02495060. Pengaruh Perebusan Terhadap Kadar Pati ICayu

Pulai (Alstonia scholaris R.Br.), ICemiri (Aleurites moluccana (I,) Willd.), dan
Nyatoh kuning (Plarzclronella nitida Dub.) Di bawaJ~Bimbingan Prof. Dr. Ir. H.
Dodi Nandilta, MS dan Ir. Hendra

RINGKASAN
Indonesia mempunyai sumberdaya hutan seluas 143 juta hektar
dengan jenis pohon yang beraneka ragam (* 4000 jenis kayu). Nanlun demikian
selama psriode 1981 - 1990 kemsakan hutan alam di Indonesia mencapai 1,3 juta
hektar per tahun seiring dengan itu target produksi kayu bulat Indonesia dari areal
Hak Pengusahaan Hutan (HPH) menurun dari 37 juta m3 per tahun awal pelita V
menjadi 22 juta m3 per tahun mulai awal pelita VI (Departemen Kehutanan, 1995
dalam Kartodihardjo, 1999) padahal kebutuhan kayu ten~s meningkat. Salah satu
altematif untuk mengatasi masalah tersebut adalah pelnailfaatan kayu dari hutan
rakyat.
Sementara itu Direktur Penghijauan dan Perhutanan Sosial (1995)
mengemukakan bahwa hutan rakyat sebagai fungsi produksi mempakan salah satu
basis yang h a t dalam menopang industlli perkayuan di tanah air dan juga bermanfaat

untuk meningkatkan pendapatan petani rakyat. Jenis kayu Pulai (Alstonia scholaris

R. Br.), Kemiri (Aleurites moluccana (L) Willd.), dan Nyatoh kuning (Plaizchonella
nitida Dub.) merupakan jenis kayu daun lebar dari hutan rakyat banyak legunaan
yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat seperti untuk meubel, perkakas rumah
tangga, dan kayu bangunan. Namun ketiga jenis kayu tersebut memiliki kelas awet
rendah sehingga kemungkinan terserang faktor pemsak ltayu cukup tinggi.
Jenis kayu yang memiliki kelas awet rendah kerap kali msak berat akibat
serangan bubuk ltayu lering sehingga praktis tidak dapat digunakan (Nandika dan
Tambunan, 1989).

Hal ini berkaitan dengan kadar pati dalam kayu tersebut

(Sulthoni, 1984).I apabila kayu dipanaskan, sel-sel parenkim dalam kayu meneruskan

proses reaksi antara pati dengan air sehingga sebagian atau selusnh pati tersebut
diubah menjadi zat-zat lain dan kayu tahan terl~adapserangan Lyctus spp (Sulthoni,
1984).
Suatu penelitian telah dilakukan untuk mengetahui pengardl perebusan
tesl~adap kadar pati kayu Pulai (Alstonia scholaris R.Br.), Kemiri (Aleurites

~noluccana(L) Willd.), dan Nyatoh kuning (Planchonella nitida Dub.). Contoh uji
papan besukuran 200 cm x 8 cm x 2 cm dalam keadaan kering oven dibagi
menjadi tiga bagian kemudian dari setiap potongan tersebut diambil bagian pnggimya

berupa

10 cm x 8 cm x 2 cm untuk direbus sel,ama 30, 45 dan 60 menit pada snhu 100°C
I

setelah itu dianalisa kadar patinya menggnnakan metode Humpreys dan Kelly
(Sulthoni, 1984), Penelitian disusun dalam Rancangan Acak Kelompok dengall tiga
ulangan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kayu Kemiri (Aleurites moluccana Q
Willd.) memiliki kadar pati paling tinggi.yaitu sebesar 11,07% Kadar pati sebelum
perebusan untuk jenis kayu Pulai (Alstonia scholaris R.Br.), Icemiri (Aleurites
moluccana Q Willd.), dan Nyatoh kuning (Planchonella nitida Dub.) berturut-turut
mencapai 3,32%; 11,07%; dan 10,76%. Setelah perebusan selama 30, 45 dan 60
menit pada s k u 100°C kadar pati untuk jenis kayu Pulai (Alstonia scholaris R. Br.)
menurun masing-masing menjadi 1,55%; 1,53%; dan 1,10%. Jenis kayu Kemiri
(Aleurites rnoluccana (L) Willd.) yaitu menjadi 5,78%; 5,43%; dan 2,52%. Begitupun

yang terjadi pada Jenis kayu Nyatoh knning (Planchonella nitida Dub.) menjadi
10,76%; 9,36%; 9,06% dan 5,21%. Hasil penelitian tersebut berpengasuh sangat
nyata terhadap perlakuan yang diberikan.
Semakii lama kayu direbus, maka senlakin banyak pula pati yang mengalami
gelatinisasi.

Terjadi penurunan kadar pati pada setiap jenis kayu walaupnn tidak

sama besamya dan waktu yang efektif untuk menurunkan ltadar pati kayu dengan
perebusan pada suhu 100°C adalah 60 menit. Perlu dilakukan penelitian lanjutan
dengan melakukan pengumpanan pada jamur dan bubuk kayu kering.