Pengaruh Lama Perendaman KN03 dan Air Terhadap Perkecambahan Benih Kemiri (Aleurites moluccana willd)

(1)

PENGARUH LAMA PERENDAMAN AIR DAN KN03 TERHADAP PERKECAMBAHAN BENIH KEMIRI

(Aleurites moluccana Willd)

SKRIPSI

Oleh: JENITA A.N 021202025/ BDH

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Kehutanan di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMAN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2007


(2)

Nama : Jenita A.N

Nim : 021202025

Departemen : Kehutanan

Judul Penelitian : Pengaruh Lama Perendaman KN03 dan Air

Terhadap Perkecambahan Benih Kemiri (Aleurites moluccana willd).

Program Studi : Budidaya Hutan

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

Dr. Deni Elfiati, SP.MP Dr. Delvian, SP.MP

NIP. 132 299 347 NIP. 132 299 348

Ketua Departemen Kehutanan

Dr. Ir. Edy Batara Mulya Siregar, MS NIP. 132287853


(3)

ABSTRAK

Jenita A.N, Pengaruh Lama Perendaman KN03 dan Air Terhadap Perkecambahan Benih Kemiri (Aleurites moluccana willd), dibawah bimbingan Deni Elfiati dan Delvian.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2007 sampai Mei 2007 di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap Faktorial dengan dua faktor yaitu: perendaman dengan larutan KNO3 dan perendaman dalam air. Dimana faktor

perendaman dengan larutan KNO3 terdiri dari 5 tingkat yaitu 0%, 0.3%, 0.5%,

0.7% dan 0.9%. untuk perendaman dalam air terdiri dari 4 tingkat yaitu 5 hari, 10 hari, 15 hari dan 20 hari. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan konsentrasi larutan KNO3 dan lama perendaman dalam air untuk perkecambahan

benih Aleurites moluccana willd. Hasil yang didapat menunjukkan persentase perkecambahan tertinggi yaitu 7.66%, kecepatan berkecambah tertinggi yaitu 0.75%, persentase kecambah abnormal tertinggi yaitu 1.47%, nilai kecambah tertinggi yaitu 1.98%, laju perkecambahan tercepat yaitu 0.71 hari dan umur perkecambahan tercepat adalah 7.74 hari. Dimana interaksi yang menunjukkan pengaruh nyata terdapat pada pengamatan nilai kecambah dan faktor yang menunjukkan pengaruh nyata terdapat pada pengamatan laju kecambah dan umur kecambah.


(4)

ABSTRAK

Jenita A.N, The Influence of Long Soaking KNO3 and Water for Germination Germ of Candlenut (Aleurites moluccana willd), with Guidance Deni Elfiati and Delvian

This search was done on february 2007 until may 2007 at the house of glass agriculture faculty north sumatera university. Used random complete factorial program with two factor that was soaking with KNO3 lateness and

soaking with water. Where soaking with KNO3 latenes used 5 level that was 0%,

0.3%, 0.5%, 0.7% and 0.9%, for soaking in water used 4 level that was 5 days, 10 days, 15 days and 20 days. This research meant to got the lateness consentrate of KNO3 and how long soaking with water for germination of Aleurites moluccana

willd. This research show the higher germination percentage was 7.60%, the higher speed germination was 0.75%, the higher germination abnormal was 1.47%, the higher germination value was 1.98%, the faster germination was 0.7 days and the faster germination age was 7.74 days. Where interaction which show real interac was found at value of supervision and factor which show real interac was found at speed of germination and age of germination.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada TuhanYang Maha Esa, karena atas berkat dan kasih karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul ”Pengaruh lama perendaman air dan KNO3 terhadap perkecambahan benih Kemiri (Aleurites moluccana Willd)”

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan hasil penelitian ini masih banyak terdapat kekurangan, baik dalam penyusunan maupun penulisannya. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif dan membimbing guna meningkatkan kualitas dan kesempurnaan dari hasil penelitian ini.

Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat dan dapat dipergunakan untuk penyusunan skripsi selanjutnya.

Medan, September 2007


(6)

DAFTAR ISI

Hal

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR LAMPIRAN ... iv

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 2

Hipotesis ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Penyebaran dan Morfologi Kemiri ... 4

Syarat Tumbuh ... 6

Perkecambahan Benih ... 7

Dormansi Benih ... 9

Pengaruh KNO3 terhadap Pematahan Dormansi ... 10

Pengaruh Lama Perendaman Terhadap Perkecambahan benih ... 11

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 14

Bahan dan Alat ... 14

Rancangan Percobaan ... 14

Pelaksanaan Penelitian ... 16

Parameter Pengamatan ... 17

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 20

Pembahasan ... 25

KESIMPULAN DAN SARAN ... 32

DAFTAR PUSTAKA ... 33


(7)

DAFTAR TABEL

Hal

1. Persentase Perkecambahan ... 20

2. Kecepatan Berkecambah ... 21

3. Persentase Kecambah Abnormal ... 22

4. Persentase Nilai Kecambah ... 23

7. Persentase Laju Kecambah ... 24

8. Persentase Umur Perkecambahan ... 25


(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

1. Sidik Ragam Persentase Perkecambahan ... 35

2. Sidik Ragam Kecepatan Berkecambah ... 35

3. Sidik Ragam Persentase Kecambah Abnormal ... 35

4. Sidik Ragam Nilai Kecambah... 36

6. Sidik Ragam Laju Kecambah ... 36


(9)

ABSTRAK

Jenita A.N, Pengaruh Lama Perendaman KN03 dan Air Terhadap Perkecambahan Benih Kemiri (Aleurites moluccana willd), dibawah bimbingan Deni Elfiati dan Delvian.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2007 sampai Mei 2007 di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap Faktorial dengan dua faktor yaitu: perendaman dengan larutan KNO3 dan perendaman dalam air. Dimana faktor perendaman dengan larutan KNO3 terdiri dari 5 tingkat yaitu 0%, 0.3%, 0.5%, 0.7% dan 0.9%. untuk perendaman dalam air terdiri dari 4 tingkat yaitu 5 hari, 10 hari, 15 hari dan 20 hari. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan konsentrasi larutan KNO3 dan lama perendaman dalam air untuk perkecambahan benih Aleurites moluccana willd. Hasil yang didapat menunjukkan persentase perkecambahan tertinggi yaitu 7.66%, kecepatan berkecambah tertinggi yaitu 0.75%, persentase kecambah abnormal tertinggi yaitu 1.47%, nilai kecambah tertinggi yaitu 1.98%, laju perkecambahan tercepat yaitu 0.71 hari dan umur perkecambahan tercepat adalah 7.74 hari. Dimana interaksi yang menunjukkan pengaruh nyata terdapat pada pengamatan nilai kecambah dan faktor yang menunjukkan pengaruh nyata terdapat pada pengamatan laju kecambah dan umur kecambah.


(10)

ABSTRAK

Jenita A.N, The Influence of Long Soaking KNO3 and Water for Germination Germ of Candlenut (Aleurites moluccana willd), with Guidance Deni Elfiati and Delvian

This search was done on february 2007 until may 2007 at the house of glass agriculture faculty north sumatera university. Used random complete factorial program with two factor that was soaking with KNO3 lateness and soaking with water. Where soaking with KNO3 latenes used 5 level that was 0%, 0.3%, 0.5%, 0.7% and 0.9%, for soaking in water used 4 level that was 5 days, 10 days, 15 days and 20 days. This research meant to got the lateness consentrate of KNO3 and how long soaking with water for germination of Aleurites moluccana willd. This research show the higher germination percentage was 7.60%, the higher speed germination was 0.75%, the higher germination abnormal was 1.47%, the higher germination value was 1.98%, the faster germination was 0.7 days and the faster germination age was 7.74 days. Where interaction which show real interac was found at value of supervision and factor which show real interac was found at speed of germination and age of germination.


(11)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemiri (Aleurites moluccana Willd) merupakan salah satu komoditas perkebunan yang potensial untuk dikembangkan. Hal ini disebabkan pasar kemiri yang semakin terbuka sehubungan dengan semakin meningkatnya kebutuhan konsumsi kemiri, baik di dalam maupun di luar negeri. Selain itu, karena sifat hidupnya yang mudah dipelihara dan dapat tumbuh di semua areal termasuk lahan kritis, sehingga kemiri dapat dikembangkan sebagai upaya mengentaskan kemiskinan di daerah lahan kritis (Paimin, 1997).

Ditinjau dari segi teknis budidaya, tanaman kemiri tidak hanya berguna sebagai tanaman industri saja, tetapi juga sebagai tanaman reboisasi untuk mencegah erosi dan mengatur tata air. Tanaman ini dapat juga menjadi tanaman pioner di lahan-lahan kritis dan lahan marginal, karena dapat menekan pertumbuhan alang-alang. Melihat daya guna tanaman kemiri tersebut, dapat dipastikan bahwa komoditi ini sangat berpeluang untuk dikembangkan. Dengan mengembangkan tanaman yang bernilai ekonomi cukup tinggi ini, diharapkan pendapatan petani di pedesaan dapat ditingkatkan (Paimin, 1997).

Dalam budidaya kemiri oleh petani, teknik pembibitan belum dikuasai dengan baik karena untuk pengecambahan memakan waktu 4-6 bulan. Budidaya kemiri secara besar-besaran saat ini belum ada, masyarakat menanam tanaman kemiri sebagai tanaman agroforestri. Padahal, tanaman ini sangat mudah untuk dikembangkan karena tidak susah dalam perawatannya hanya saja terdapat masalah dalam memecahkan dormansi akibat kulit bijinya yang keras. Alternatif


(12)

yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut adalah dengan memberikan perlakukan tertentu pada benih kemiri, seperti perlakuan fisik dan kimia (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian SUMBAR, 2005).

Perlakuan dengan menggunakan bahan-bahan kimia sering dilakukan untuk memecahkan dormansi pada benih. Kalium nitrat adalah salah satu senyawa kimia yang dapat digunakan dalam usaha memecahkan dormansi benih. Senyawa ini dapat melunakkan kulit benih sehingga mudah untuk dimasuki air. Perendaman benih karet selama 24 jam dalam KNO3 0,2 % terbukti meningkatkan

daya kecambah benih karet dibanding dengan perendaman dengan air, GA3 20 ppm dan Ethepon 200 ppm (Sutopo, 2004).

Penelitian untuk memecahkan dormansi benih kemiri dengan menggunakan larutan KNO3 dengan konsentrasi 0,2 % dan 0,3 % pernah dilakukan sebelumnya oleh Nuraeni dan Maemunah (2003) dan hasilnya memperlihatkan bahwa lama perendaman air dan KNO3 serta interaksi keduanya tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap parameter daya berkecambah dan kecepatan berkecambah. Berdasarkan kondisi ini penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan konsentrasi yang lebih tinggi dan lama perendaman yang lebih bervariasi sehingga diharapkan hasil yang lebih baik.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan konsentrasi larutan

KNO3 dan lama perendaman untuk perkecambahan benih kemiri (Aleurites moluccana Willd).


(13)

C. Hipotesis penelitian

Hipotesis dari penelitian ini adalah terdapat interaksi antara konsentrasi larutan KNO3 dan lama perendaman yang memberikan pengaruh terbaik terhadap perkecambahan benih kemiri (Aleurites moluccana Willd).


(14)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Penyebaran dan Morfologi Kemiri (Aleurites sp.)

Tanaman kemiri sudah menyebar luas di daerah tropik. Di Indonesia pohon ini hampir dijumpai diseluruh daerah. Pohon kemiri dapat tumbuh pada ketinggian 0-800 m dpl, pada tempat-tempat yang bervariasi keadaan topografinya. Pada tanah yang berkapur, berpasir maupun pada tanah-tanah podsolik yang kurang subur, jenis tanaman ini masih dapat tumbuh dengan baik. Pada daerah-daerah yang beriklim kering seperti Sulawesi maupun beriklim basah seperti di Jawa Barat merupakan daerah penyebaran yang baik bagi pertumbuhan kemiri (Departemen Kehutanan dan Perkebunan, 1998).

Tanaman kemiri termasuk dalam family Euphorbiaceae (jarak-jarakan). Secara sistematis klasifikasinya sebagai berikut:

Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Class : Dicotyledonaea Ordo : Archihlamydae Famili : Euphorbiaceae Genus : Aleurites

Spesies : Aleurites moluccana WILLD

Menurut para ahli botani, genus Aleurites termasuk kecil karena hanya memiliki enam spesies. Sampai saat ini hanya lima spesies yang telah di budidayakan dan dikembangkan dengan baik yaitu: A. moluccana Willd,


(15)

A. trisperma Blanco, A. fordii Hemsley, A. montana Wilson, A. cordata R.Br. (Paimin, 1997).

Kemiri (muncang, kemiling) merupakan tanaman tahunan, pohonnya tinggi, besar, tingginya mencapai 10-40 meter, dengan diameter 110 cm. Daunnya tersusun berseling dan sering kali bergerombol hampir diujung ranting, panjang kira-kira 10 cm, bertangkai panjang. Lembaran daun berbentuk bundar telur melebar, bercuping 3,5 atau 7, berujung runcing, berpangkal bentuk jantung, berbulu tebal. Bunga berwarna putih kekuning-kuningan, buah berdaging, berdiameter 5-6 cm, berlekuk 3-4, berisi 1 biji (disebut buah jantan) 2 biji (buah betina), kadang-kadang 3 biji. Bijinya terbungkus oleh tempurung yang tebalnya 3-5 mm, berukuran besar, berbentuk runcing diujung, agak rata dipangkal, berbisul kasar. Biji yang telah tergeletak di tanah berwarna hitam. Bobot biji

10-14 g/butir, atau 1 kg berisi 80-90 butir dan mengandung minyak (Badan Pengelolaan Gedung Manggala Wanabakti, 1995).

Musim berbunga atau berbuah bagi pohon kemiri tergantung pada iklim setempat. Musim berbunga biasanya terjadi pada permulaan musim penghujan, sedangkan musim berbuah terjadi setelah 3-4 bulan dari tumbuhnya bunga atau pada akhir musim hujan. Dengan demikian, musim berbunga dan berbuah bagi tanaman kemiri berlainan untuk tiap daerah (Sunanto, 1994).


(16)

B. Syarat Tumbuh

Tanaman kemiri cukup toleran terhadap berbagai tipe tanah dan iklim. Bahkan ditempat yang berpasir dengan unsur hara yang minimum, di tanah berbatu atau tebing, tanaman kemiri dapat tumbuh dengan baik, asalkan tidak bercadas. Hal ini disebabkan karena perkembangan akar kemiri bersifat progresif, dapat menarik dan menyerap air tanah serta unsur hara dalam lingkungan yang luas (Paimin, 1997).

Meskipun kemiri tidak banyak menuntut syarat lingkungan, tetapi pertumbuhannya akan maksimal jika ditanam dilokasi yang mempunyai lingkungan, seperti berikut ini:

a. Iklim, tanaman kemiri akan tumbuh baik pada suhu 21-27°C. Pada suhu seperti itu proses pembungaan dan pembuahan tanaman akan berhasil lebih baik dibandingkan pada kisaran suhu yang lain. Dengan demikian akan memungkinkan tanaman berproduksi maksimal.

b. Curah hujan, yaitu 1000-2400 mm dengan hari hujan 80-110 hari per tahun. Hari hujan terutama diperlukan pada saat tanaman masih berusia muda, tetapi tidak sampai air tergenang.

c. Kelembaban, kelembaban rata-rata yang dibutuhkan tanaman kemiri adalah 75%.

d. Tanah, tanah yang cocok untuk tanaman kemiri adalah tanah yang subur dan bertekstur gembur sehingga mudah ditembus oleh akar. Pada tanah padat, selain sukar ditembus oleh akar tanaman, juga mudah digenangi air sehingga tanaman mudah diserang penyakit cendawan. Jenis tanah yang sesuai untuk ini adalah tanah lempung berpasir atau lempung liat.


(17)

C. Perkecambahan Benih

Perkecambahan adalah serangkaian peristiwa-peristiwa penting yang terjadi sejak benih dorman sampai ke tahap pertumbuhan bibit dimana tergantung pada viabilitas benih, kondisi lingkungan yang cocok dan pada beberapa tanaman tergantung pada usaha pemecahan dormansi (Harjadi 1993). Menurut Sutopo (2004), faktor-faktor yang mempengaruhi perkecambahan meliputi faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam yang berperan dalam mempengaruhi perkecambahan antara lain adalah:

1. Tingkat kemasakan benih, benih yang dipanen sebelum tingkat kemasakan fisiologisnya tercapai tidak mempunyai viabilitas tinggi, bahkan pada beberapa tanaman benih yang demikian tidak akan berkecambah.

2. Ukuran benih, di dalam jaringan penyimpanan benih terdapat karbohidrat, protein, lemak dan mineral. Dimana bahan-bahan ini diperlukan sebagai bahan baku dan energi bagi embrio pada saat perkecambahan. Diduga benih yang berukuran besar dan berat mengandung cadangan makanan yang lebih banyak dibandingkan benih yang ukurannya kecil. Makin besar atau berat ukuran benih maka kandungan proteinnya makin meningkat pula.

3. Dormansi, periode dormansi dapat berlangsung musiman atau dapat juga selama beberapa tahun tergantung pada jenis benih dan tipe dormansinya. 4. Zat-zat penghambat perkecambahan, banyaknya zat-zat yang diketahui dapat

menghambat perkecambahan benih dikenal antara lain: larutan dengan osmotik tinggi, bahan-bahan yang mengganggu metabolisme, herbisida, auksin dan bahan-bahan yang terkandung dalam buah.


(18)

Menurut Sutopo (2004), faktor luar yang mempengaruhi perkecambahan antara lain adalah:

1. Air, merupakan salah satu syarat penting bagi berlangsungnya proses perkecambahan benih. Dua faktor penting yang berperan dalam penyerapan air oleh benih adalah sifat dari benih itu sendiri terutama kulit perlindungannya dan jumlah air yang tersedia pada medium di sekitarnya. 2. Temperatur, merupakan syarat penting kedua bagi perkecambahan benih.

Tanaman pada umumnya dapat diklasifikasikan berdasarkan kebutuhan akan temperatur yaitu:

a. Tanaman yang benihnya hanya akan berkecambah pada temperatur yang relatif rendah

b. Tanaman yang benihnya hanya akan berkecambah pada temperatur yang relatif tinggi

c. Tanaman yang mampu berkecambah pada kisaran temperatur dari rendah sampai tinggi.

3. Cahaya, kebutuhan benih terhadap cahaya untuk perkecambahannya berbeda-beda tergantung pada jenis tanamannya.

4. Oksigen, pada saat perkecambahan berlangsung proses respirasi akan meningkat disertai pula meningkatnya pengambilan oksigen dan pelepasan karbon dioksida, air dan energi yang berupa panas.

5. Medium, medium yang baik untuk perkecambahan benih haruslah mempunyai sifat fisik yang baik, gembur dan mempunyai kemampuan menyimpan air serta bebas dari organisme penyakit terutama cendawan.


(19)

D. Dormansi Benih

Menurut Sadjad (1994), benih dorman ialah benih yang mengalami istirahat total yang dalam keadaan media tumbuh optimum benih tidak menunjukkan gejala atau fenomena tumbuh. Dormansi biji terdapat luas di alam tetapi tidak mudah mendeteksikannya secara tepat. Kalau suatu biji tidak berkecambah bila diberi air cukup dan suhu yang tinggi, ia mungkin mati atau dorman.

Benih rekalsitran adalah benih yang tidak dapat disimpan dalam waktu lama, tidak tahan atau mati jika disimpan pada suhu dingin, dan tidak tahan disimpan bila kadar airnya diturunkan sampai dibawah kadar air kritis. Benih rekalsitran dimiliki oleh pohon-pohonan. Beberapa spesies tanaman tropis yang mempunyai sifat “rekalsitran” atau peka terhadap suhu rendah adalah kemiri, kayu manis, pala, kelapa dan palma lainnya. Kelompok tanaman ini menghasilkan benih yang tidak pernah kering pada tanaman induknya, bila gugur benih masih dalam kondisi lembab dan akan mati bila kadar air kritis. Walau benih disimpan pada kondisi lembab daya hidupnya relatif pendek, dari beberapa minggu sampai beberapa bulan tergantung spesiesnya (Hasanah, 2002).

Proses perkecambahan benih merupakan suatu rangkaian kompleks dari perubahan-perubahan morfologi, fisiologi dan biokimia. Tahap pertama suatu perkecambahan benih dimulai dengan proses penyerapan air oleh benih, melunaknya kulit benih dan hidrasi dari protoplasma. Tahap kedua dimulai dengan kegiatan-kegiatan sel dan enzim-enzim serta naiknya tingkat respirasi benih. Tahap ketiga merupakan tahap dimana terjadi penguraian bahan-bahan seperti karbohidrat, lemak dan protein menjadi bentuk-bentuk yang melarut dan


(20)

ditranslokasikan ketitik-titik tumbuh. Tahap keempat adalah asimilasi dari bahan-bahan yang telah diuraikan tadi di daerah meristematik untuk menghasilkan energi bagi kegiatan pembentukan komponen dan pertumbuhan sel-sel baru. Tahap kelima adalah pertumbuhan dari kecambah melalui proses pembelahan, pembesaran dan pembagian sel-sel pada titik-titk tumbuh. Sementara daun belum dapat berfungsi sebagai organ untuk fotosintesa maka pertumbuhan kecambah sangat tergantung pada persediaan makanan yang ada dalam biji (Sutopo, 2004).

Kemiri dapat diperbanyak secara generatif melalui benih atau secara vegetatif melalui sambungan, tempelan atau cangkokan. Perbanyakan melalui benih tidak menyebabkan menurunnya sifat unggul tanaman induknya, kecuali

adanya dormansi biji tidak ada masalah lain pada pengembangannya (Badan Pengelolaan Gedung Manggala Wanabakti, 1995).

E. Pengaruh KNO3 Terhadap Pematahan Dormansi

Menurut Abidin (1991), terdapat berbagai penyebab terjadinya dormansi, yaitu: adanya permeabilitas kulit biji terhadap gas (permeable seed coat), kulit biji yang keras, sehingga tahan terhadap perlakukan-perlakuan mekanis, perlakuan rudimenter (Rudimentary embryo), embrio yang mengalami dormansi karena belum mencapai pematangan secara fisiologis dan terdapatnya zat penghambat di dalam biji.

Dormansi pada benih kemiri disebabkan oleh kulit benih yang keras sehingga perlu dilakukan usaha untuk mematahkan dormansinya. Salah satu cara untuk mengatasi dormansi pada benih kemiri adalah merendam dalam air selama 15 hari


(21)

atau dalam larutan KNO3 selama 30 menit setelah itu dibilas dengan air sebelum disemaikan pada medium perkecambahan (Sutopo, 2002).

Dari hasil penelitian Nuraeni dan Maemunah (2003), perendaman dalam air 10 hari dan aplikasi 0,2% KNO3 telah dapat memecahkan dormansi benih kemiri dan menghasilkan bobot kering tanaman yang tinggi yakni sebesar 0,393 g. Perendaman yang lebih lama (20 hari) dan tanpa KNO3 menghasilkan bobot kering tajuk (0,412 g) dan bobot kering tanaman yang tinggi (0,492 g). Hal ini mungkin disebabkan perendaman dengan air mendorong proses pemasakan embrio dan meningkatnya permeabilitas kulit benih sehingga memungkinkan penyerapan ataupun imbibisi dan gas-gas yang diperlukan dalam proses perkecambahan.

Dormansi struktural adalah dormansi yang disebabkan oleh kedapnya kulit benih terhadap air atau O2, adanya penghambat, adanya resistensi mekanis. Kedapnya kulit benih terhadap air atau O2 karena kulit benih tersebut terlalu keras, terliputi gabus atau lilin. Kerasnya kulit benih menyebabkan resistensi mekanis dan ini menyebabkan embrio yang memiliki daya untuk berkecambah tidak dapat menyobek kulit yang berarti pula tidak dapat keluar untuk tumbuh sebagaimana mestinya. Penggunaan zat kimia dalam perangsangan perkecambahan seperti KNO3 adalah sebagai pengganti fungsi cahaya dan suhu serta untuk mempercepat penerimaan benih akan O2 (Kartasapoetra, 2003).

F. Pengaruh Lama Perendaman Terhadap Perkecambahan Benih

Air di dalam proses perkecambahan berfungsi untuk mencairkan zat-zat makanan yang berada dalam keping biji yang disalurkan di dalam lembaga.


(22)

Dalam lembaga telah tersedia bahan baku auxin dalam bentuk asam amino, yang dalam perkembangan pertumbuhan kecambah berubah menjadi auxin. Penyebarluasan auxin kedalam tubuh kecambah akan berlangsung hingga ke pucuk akar. Untuk kelangsungan penyebaran ini secara mutlak dibutuhkan cukup air, tanpa air pertumbuhan kecambah akan gagal total (Rismunandar, 1999).

Perendaman yang lama berpengaruh pada kecepatan perkecambahan. Hasil penelitian Sarmauli (2006), menunjukkan hasil indeks perkecambahan tertinggi pada benih Acacia mangium adalah perendaman benih dengan air selama 24 jam dengan hasil 2,21% dibandingkan dengan waktu 16 jam dengan nilai kecepatan berkecambah 0,48%. Penelitian Siringo-ringo (2004), menunjukkan bahwa perendaman air selama 6 jam pada benih Tanjung (Mimusop elingi L.) merupakan perlakuan yang terbaik dengan meningkatkan persentase perkecambahan sebesar 83,33% dibandingkan perendaman benih tanjung dengan air selama 4 jam atau selama 2 jam. Menurut Nuraeni dan Maemunah (2003), perendaman dengan air mendorong proses pemasakan embrio dan meningkatkan permeabilitas kulit benih sehingga memungkinkan penyerapan ataupun imbibisi dan gas-gas yang diperlukan dalam proses perkecambahan.

Imbibisi berlangsung jika potensial osmotik larutan di sekitar benih lebih rendah daripada osmotik di dalam sel-sel benih. Peningkatan konsentrasi zat-zat terlarut di luar benih dapat memperlambat kecepatan imbibisi benih. Benih dapat mengalami kekeringan fisiologis, bahkan jika konsentrasi larutan luar sel benih lebih tinggi, maka dapat terjadi pergerakan air dalam benih mengalami plasmolisis (Mugnisjah, 1994).


(23)

Imbibisi terjadi pada waktu biji kering yang tidak mempunyai kulit biji yang kedap diletakkan dalam kontak dengan air sebagaimana biji dalam tanah. Sementara air masuk, bahan-bahan koloid, terutama protein cenderung untuk menggembung dan penggembungan ini sering kali bertanggungjawab dalam pemecahan kulit biji. Derajat kontak antara tanah dan biji adalah penting untuk laju imbibisi karena air dalam tanah yang tak jenuh terdapat selaput tipis disekitar partikel-partikel tanah dan hanya bagian kulit biji yang berhubungan dengan selaput tersebut untuk pengambilan air (Goldsworthy dan Fisher, 1996).

Benih kemiri adalah termasuk rekalsitran dimana untuk mempertahankan viabilitasnya memerlukan kadar air lebih tinggi dengan lingkungan yang sejuk, tetapi daya simpannya pendek. Hal ini berkaitan dengan ketersediaan air yang dapat diimbibisi benih dari sekitarnya untuk dapat berkecambah. Karena itu, potensial osmotik larutan dalam substrak pengecambahan menentukan kecepatan berkecambah atau muncul benih (Mugnisjah, 1994).


(24)

III. BAHAN DAN METODA

A. Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini dilaksanakan selama 12 minggu pada bulan Februari 2007 hingga Mei 2007.

B. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kemiri (Aleurites moluccana Willd), larutan KNO3 dengan konsentrasi 0.3%, 0.5%, 0.7%, 0.9%, pasir, Top Soil, dan air.

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: bak kecambah, panic, kertas label, hand sprayer, gembor, kamera dan alat tulis.

C. Rancangan Percobaan

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap Faktorial yang terdiri dari dua faktor perlakuan. Adapun perlakuan tersebut adalah sebagai berikut:

faktor 1 : Perendaman dengan KNO3 Ko : Kontrol, tidak direndam KNO3 K1 : Perendaman KNO3 0.3% K2 : Perendaman KNO3 0.5% K3 : Perendaman KNO3 0.7% K4 : Perendaman KNO3 0.9%


(25)

Faktor II = Perendaman air yang terdiri dari 4 taraf: A1 = Perendaman air selama 5 hari

A2 = Perendaman air selama 10 hari A3 = Perendaman air selama 15 hari A4 = Perendaman air selama 20 hari

Dengan demikian akan diperoleh 20 kombinasi perlakuan yaitu: KoA1 KoA2 KoA3 KoA4

K1A1 K1A2 K1A3 K1A4 K2A1 K2A2 K2A3 K2A4 K3A1 K3A2 K3A3 K3A4 K4A1 K4A2 K4A3 K4A4

Setiap unit percobaan diulang sebanyak 5 kali sehingga diperoleh 100 unit percobaan. Untuk setiap 1 unit percobaan dikecambahkan 5 benih. Dengan demikian jumlah benih yang diperlukan adalah 100 x 5 = 500 benih.

Data hasil penelitian dianalisis dengan sidik ragam berdasarkan Model Rancangan:

ij ij j i

Yij=

µ

+

α

+

β

+

αβ

+

ε

Dimana:

Yij = Hasil pengamatan pada perlakuan konsentrasi KNO3 taraf ke-i dan lama perendaman pada taraf ke-j

µ = Nilai rata-rata

αi = Pengaruh taraf ke-i pada konsentrasi KNO3


(26)

αβij = Pengaruh taraf ke-i dari konsentrasi KNO3 dan pengaruh taraf ke-j dari lama perendaman

εij = Pengaruh taraf ke-i dari konsentrasi KNO3 dan taraf ke-j pada perendaman dengan air

D. Pelaksanaan Penelitian A. Persiapan Benih

Benih dipilih dari benih yang ukurannya relatif seragam serta tidak cacat secara fisik. Untuk mengetahui benih yang baik adalah dengan cara memasukkannya ke dalam air. Benih yang baik akan tenggelam, sedangkan benih yang tidak baik akan terapung. Benih yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih yang bebas dari hama dan penyakit. B. Persiapan Media Kecambah

Media yang digunakan pada penelitian ini adalah 50% pasir + 50% Top Soil. Sebelum digunakan pasir dan Top Soil disterilkan terlebih dahulu dengan cara mengukus selama ± 20 menit. Media yang digunakan dianggap lebih baik untuk perkecambahan karena mengikuti hasil penelitian Siringo-ringo (2004).

C. Pemberian Perlakuan

Benih direndam KNO3 dengan konsentrasi 0,3%, 0,5%, 0,7% dan 0,9% masing-masing selama 1 jam setelah itu dikering anginkan ± 1jam. Kemudian masing-masing direndam lagi dengan air sesuai dengan perlakuan sehingga waktu penanaman dapat bersamaan.


(27)

D. Pengecambahan Benih

Setelah perendaman dengan KNO3 dan dengan air selesai benih dikecambahkan dibak kecambah yang telah disiapkan dengan jarak tanam 5x5 cm dan kedalamannya 1,5 cm dengan menempatkan bagian benih yang runcing menghadap ke atas.

E. Pemeliharaan

Penyiraman dilakukan setiap hari dengan menggunakan air bersih dan untuk penyiraman digunakan handsprayer atau gembor 2 kali sehari (pukul 10.00 dan 17.00 wib). Penyiangan gulma dilakukan secara manual, bila ada gulma di dalam bak kecambah segera diambil dengan hati-hati agar media tidak hancur dan benih tidak terganggu.

E. Parameter Pengamatan

Adapun parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah: 1. Persentase Perkecambahan (%)

Persen perkecambahan dihitung dengan rumus:

% 100 % x kan dikecambah yang benih Jumlah h berkecamba yang benih Jumlah han Perkecamba = 2. Kecepatan Berkecambah

Dihitung dengan menggunakan rumus:

Indek Vigor = G1/D1 + G2/D2 + G3/D3 +...+ Gn/Dn Dimana:

G = Jumlah benih yang disesuaikan dengan benih tersebut D = Waktu yang disesuaikan benih tersebut


(28)

3. Persentase Kecambah Abnormal (%) Dihitung dengan menggunakan rumus:

% 100 x kan dikecambah yang benih Jumlah abnormal kecambah Jumlah abnormal kecambah Persentase =

4. Nilai Kecambah Benih (%/hari)

Nilai kecambah atau Germination Value (GV) dihitung dengan menggunakan rumus:

GV = PV x MDG Dimana: a mencapainy untuk dibutuhkan yang hari Jumlah t pada han Perkecamba

PV = %

seluruhnya uji hari Jumlah G pada han Perkecamba MDG = %

Keterangan:

PV = Nilai Puncak (Peak Value)

MDG = Rata-rata Perkecambahan Harian (Mean Daily Germination ) t = Titik dimana laju perkecambahan mulai menurun

G = Titik dimana persentase perkecambahan berakhir 5. Laju Perkecambahan (Germination Rate)

Menurut Sutopo (1985) laju perkecambahan dapat diukur dengan menghitung jumlah hari yang diperlukan untuk munculnya radikel atau plumula.

h berkecamba yang benih total Jumlah T N T N T N ratahari

Rata− = 1 1+ 2 2 +...+ x x

Dimana:


(29)

T = Menunjukkan jumlah antara awal pengujian sampai dengan akhir dari interval tertentu suatu pengamatan.

6. Umur Berkecambah

Pengamatan ini dilakukan dengan menghitung jumlah hari yang dibutuhkan plumula untuk muncul kepermukaan media tanam. Perhitungan dimulai pada saat setelah masa tanam hingga data dianggap mencukupi atau penelitian berakhir.


(30)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Persentase Perkecambahan (%)

Hasil sidik ragam persentase perkecambahan benih kemiri yang terdapat pada Lampiran 1 menunjukkan bahwa perlakuan perendaman dengan KNO3 dan perendaman dengan air serta interaksi tidak berpengaruh nyata terhadap persen perkecambahan benih kemiri. Rataan persentase kecambah benih kemiri dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Rataan Persentase Perkecambahan

Perlakuan Perendaman dengan KNO3 Rataan Air K0 K1 K2 K3 K4

A1 2.24 0.71 1.47 2.24 0.71 1.47 A2 0.71 3.77 2.24 2.99 2.24 2.39 A3 1.47 1.47 2.24 2.89 3.76 2.37 A4 0.71 4.50 7.66 5.95 7.56 5.28 Rataan 1.28 2.61 3.40 3.52 3.57

Tabel 1 memperlihatkan bahwa perlakuan K4 (perendaman KNO3 0.9%) memiliki nilai tertinggi untuk persentase perkecambahan sebesar 3.57% dan nilai terendah terdapat pada perlakuan K0 (tanpa perendaman KNO3) yang memiliki nilai persentase perkecambahan sebesar 1.28%. Untuk perlakuan perendaman dengan air diperoleh hasil tertinggi pada perlakuan A4 (perendaman selama 20 hari) yakni sebesar 5.28% dan untuk nilai terendah pada perlakuan A1 (perendaman selama 5 hari) yakni 1.47%.

2. Kecepatan Berkecambah

Hasil sidik ragam kecepatan berkecambah benih kemiri yang terdapat pada Lampiran 1 menunjukkan bahwa perlakuan perendaman dengan KNO3 dan


(31)

perendaman dengan air serta interaksi tidak berpengaruh nyata terhadap kecepatan berkecambah benih kemiri. Rataan persentase kecambah benih kemiri dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rataan Kecepatan Berkecambah

Perlakuan Perendaman dengan KNO3 Rataan Air K0 K1 K2 K3 K4

A1 0.72 0.71 0.71 0.71 0.71 0.712 A2 0.71 0.71 0.71 0.71 0.71 0.71 A3 0.71 0.71 0.71 0.72 0.71 0.712 A4 0.71 0.71 0.71 0.73 0.75 0.722 Rataan 0.713 0.71 0.71 0.718 0.72

Tabel 2 menunjukkan bahwa perlakuan K4 (perendaman KNO3 0.9%) memiliki nilai tertinggi untuk kecepatan berkecambah sebesar 0.72% dan nilai terendah terdapat pada perlakuan K1 (perendaman 0.3% larutan KNO3) dan K2 (perendaman 0.5% larutan KNO3) yang memiliki nilai rataan persentase perkecambahan masing-masing sebesar 0,71%. Untuk perlakuan perendaman dengan air diperoleh hasil tertinggi pada perlakuan A4 (perendaman selama 20 hari) yakni sebesar 0.722% dan untuk nilai terendah pada perlakuan A2 (perendaman selama 10 hari) yakni 0.71%.

3.Persentase Kecambah Abnormal

Hasil sidik ragam persentase perkecambahan benih kemiri yang terdapat pada Lampiran 1 menunjukkan bahwa perlakuan perendaman dengan KNO3 dan perendaman dengan air serta interaksi tidak berpengaruh nyata terhadap persentase kecambah abnormal benih kemiri. Rataan persentase kecambah benih kemiri dapat dilihat pada Tabel 3.


(32)

Tabel 3. Rataan Persentase Kecambah Abnormal

Perlakuan Perendaman dengan KNO3 Rataan Air K0 K1 K2 K3 K4

A1 0.71 0.71 0.71 0.71 1.47 0.86 A2 1.47 0.71 0.71 0.71 0.71 0.86 A3 1.47 0.71 1.47 0.71 1.47 1.67 A4 0.71 1.47 0.71 0.71 0.71 0.86 Rataan 1.09 0.9 0.9 0.71 1.09

Tabel 3 menunjukkan bahwa perlakuan K4 (perendaman KNO3 0.9%) dan K0 (tanpa perendaman KNO3) memiliki nilai tertinggi untuk persentase kecambah abnormal yakni masing-masing sebesar 1.09% dan nilai terendah terdapat pada perlakuan K1 (perendaman 0.3% larutan KNO3) dan K2 (perendaman 0.5% larutan KNO3) yang memiliki nilai rataan persentase perkecambahan masing-masing sebesar 0,9%. Untuk perlakuan perendaman dengan air diperoleh hasil tertinggi pada perlakuan A3 (perendaman selama 15 hari) yakni sebesar 1.67% dan untuk nilai terendah pada perlakuan A1 (perendaman selama 5 hari), A2 (perendaman selama 10 hari) dan A4 (perendaman selama 20 hari).

4.Nilai Kecambah

Hasil sidik ragam nilai kecambah benih kemiri yang terdapat pada Lampiran 2 menunjukkan bahwa perlakuan perendaman dengan KNO3 dan perendaman dengan air serta interaksinya memberikan pengaruh yang nyata terhadap nilai kecambah benih kemiri. Rataan persentase kecambah benih kemiri dapat dilihat pada Tabel 4.


(33)

Tabel 4. Rataan Nilai Kecambah

Perlakuan Perendaman dengan KNO3 Rataan Air K0 K1 K2 K3 K4

A1 0.76 c 0.71 c 0.73 c 0.73 c 0.72 c 0.73 A2 0.71 c 0.79 c 0.79 bc 0.73 c 0.73 c 0.75 A3 0.71 c 0.72 c 0.73 c 0.82 b 0.74 c 0.74 A4 0.71 c 0.91 b 1.98 a 1.03 a 1.56 a 1.24 Rataan 0.72 0.78 1.06 0.83 0.94

Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DMRT taraf 5%

Tabel 4 menunjukkan bahwa nilai tertinggi terdapat pada perlakuan K2A4 (perendaman KNO3 0.5% dan perendaman dalam air selama 20 hari) yakni 1.98 dan nilai terendah pada perlakuan K0A2 (tanpa perendaman KNO3 dan perendaman dalam air selama 10 hari), K0A4 (tanpa perendaman KNO3 dan perendaman dalam air selama 20 hari), dan K1A1 (perendaman KNO3 0.3% dan perendaman dalam air selama 5 hari) yakni 0.71%. Berdasarkan hasil uji Duncan taraf 5% menunjukkan K2A2 tidak berbeda nyata dengan K4A4, K3A4 dan berbeda nyata dengan K0A1, K3A4, K3A3, K1A4 dan K0A1.

5. Laju Kecambah

Hasil sidik ragam kecepatan berkecambah benih kemiri yang terdapat pada Lampiran 2 menunjukkan bahwa perlakuan perendaman dengan KNO3 dan perendaman dengan air memberikan pengaruh yang nyata terhadap laju kecambah namun interaksinya tidak berpengaruh nyata. Rataan Laju Kecambah benih kemiri dapat dilihat pada Tabel 5


(34)

Tabel 5. Rataan Laju Perkecambahan

Perlakuan Perendaman dengan KNO3 Rataan Air K0 K1 K2 K3 K4

A1 3.60 0.71 0.72 0.71 0.71 1.29 a A2 0.71 0.71 0.71 0.71 0.71 0.71 b A3 0.71 0.71 0.71 0.73 0.71 0.714 b A4 0.71 0.72 0.73 0.74 0.75 0.73 b Rataan 1.43 a 0.713 b 0.72 b 0.72 b 0.72 b

Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DMRT taraf 5%

Pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa laju perkecambahan tercepat pada perlakuan perendaman dengan KNO3 terdapat pada perlakuan K1 (perendaman 0.3% KNO3 ) yaitu 0.71 hari dan terendah pada perlakuan K0 (tanpa perendaman KNO3) yaitu 1.43 hari. Berdasarkan uji lanjut Duncan, K0 berbeda nyata dengan K1, K2, K3 dan K4. Untuk perlakuan perendaman dengan air laju perkecambahan tercepat terdapat pada perlakuan A2 (10 hari perendaman dalam air) yaitu 0.71 hari dan terendah pada perlakuan A1 yaitu 1.29 hari. Berdasarkan uji lanjut Duncan, A1 berbeda nyata dengan A2, A3 dan A4.

6. Umur Perkecambahan

Hasil sidik ragam umur perkecambahan benih kemiri yang terdapat pada Lampiran 2 menunjukkan bahwa perlakuan perendaman dengan KNO3 dan perendaman dengan air memperikan pengaruh yang nyata terhadap umur kecambah namun interaksinya tidak berpengaruh nyata. Rataan persentase kecambah benih kemiri dengan perlakuan perendaman KNO3 dan perendaman dalam air dapat dilihat pada Tabel 6


(35)

Tabel 6 Rataan Umur Perkecambahan

Perlakuan Perendaman dengan KNO3 Rataan Air K0 K1 K2 K3 K4

A1 11.82 3.56 8.53 16.24 9.65 9.95 b A2 3.54 28.66 19.67 15.64 17.63 17.03 a A3 12.08 11.57 7.68 27.75 23.80 16.58 ab A4 3.54 23.86 30.37 32.29 35.76 25.16 a Rataan 7.74 b 16.91 ab 16.56 ab 22.98 a 21.71 a

Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DMRT taraf 5%

Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa nilai umur perkecambahan tercepat pada perlakuan perendaman KNO3 terdapat pada perlakuan K0 (tanpa perendaman KNO3) yaitu 7.74 hari dan umur perkecambahan terlama terdapat pada perlakuan K3 (perendaman dengan 0.5% KNO3 ) yaitu 22.98 hari Berdasarkan uji lanjut Duncan, K3 tidak berbeda nyata dengan K4 tetapi berbeda nyata dengan K0. Umur perkecambahan tercepat pada perlakuan perendaman dengan air terdapat pada perlakuan A1 (perendaman dalam air selama 5 hari) yaitu 9.95 hari dan umur perkecambahan terlama terdapat pada perlakuan A4 (20 hari perendaman dalam air) yaitu 25.16 hari. Berdasarkan uji lanjut Duncan, A4 berbeda nyata dengan A1 tetapi tidak berbeda nyata dengan A2 dan A3.

B. Pembahasan

1. Interaksi perendaman air dan KNO3

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa hasil yang memiliki interaksi antara perendaman dengan air dan KNO3 terhadap benih Kemiri adalah pada pengamatan Nilai Kecambah. Perlakuan perendaman dalam KNO3 0.5% dan perendaman dalam air selama 20 hari (K2A4) merupakan perlakuan yang paling baik pada penelitian ini untuk mendapatkan nilai kecambah yang tinggi. Hal ini disebabkan karena larutan KNO3 0.5% merupakan konsentrasi optimal untuk melunakkan


(36)

kulit benih kemiri tanpa merusak embrio benih sehingga dapat membantu proses imbibisi pada benih dan perendaman yang semakin lama dengan air dapat meningkatkan persen perkecambahan yang berbanding lurus dengan nilai kecambah.

Deleuche tahun 1986 dalam Sihotang (1999) menjelaskan bahwa KNO3 dapat bertindak sebagai zat pendorong pertumbuhan dalam perkecambahan dan merupakan salah satu cara untuk memecahkan dormansi yang diakibatkan oleh impermeabilitas kulit biji. Kemudian dilanjutkan dengan perendaman yang semakin lama dengan air dapat mempercepat perkecambahan, sesuai dengan pendapat Kamil (1986) yang menyatakan bahwa penggembungan benih yang disebabkan penyerapan air dan pertumbuhan segera diikuti oleh pecahnya kulit benih. Dengan bebasnya dari kulit benih, suplai yang cukup, makanan yang sudah tercerna, dan suplai oksigen untuk pernapasan, maka embrio akan tumbuh dengan giat.

2. Faktor Perendaman dengan KNO3

Perlakuan perendaman dalam KNO3 0.5% merupakan perlakuan yang paling baik pada penelitian ini untuk mendapatkan persentase perkecambahan yang tinggi dengan nilai . Semakin tinggi persentase perkecambahan maka semakin tinggi pula nilai kecambah. Czabazor tahun 1962 dalam Sutopo (2004) persentase perkecambahan berbanding lurus dengan nilai kecambah.

Perendaman dalam KNO3 dapat mempercepat lunaknya kulit benih sehingga benih lebih cepat berkecambah dan berkembang namun konsentrasi yang terlalu tinggi dapat merusak metabolisme di dalam benih dan konsentrasi yang


(37)

rendah dapat tidak berpengaruh dalam proses pemecahan dormansi akibat kulit benih yang terlalu keras. Pada pengamatan persen perkecambahan diperoleh nilai rataan yang tertinggi pada perlakuan K4 (perendaman 0.9% larutan KNO3) yakni 3.57% dan nilai terendah terdapat pada kontrol (tanpa parendaman KNO3) yakni 1.28%, untuk pengamatan kecepatan berkecambah rataan yang tertinggi diperoleh pada perlakuan K4 (perendaman KNO3 0.9) adalah sebesar 0.72% dan nilai terendah pada perlakuan K1 dan K2 yakni 0.71%. Hal ini disebabkan karena pada konsentrasi 0.9% KNO3 kulit benih lebih cepat pecah karena konsentrasi yang KNO3 yang tinggi namun dapat merusak perkembangan embrio benih sehingga persentase perkecambahan dan nilai kecambah tidak maksimal.

Pada pengamatan kecambah abnormal nilai rataan tertinggi diperoleh pada pengamatan K0 dan K4 sebesar 1.09% dan nilai terendah pada perlakuan K1 dan K2 yakni 0.9% hal ini disebabkan karena pada kontrol (K1) plumula sulit untuk keluar akibat kulit benih yang keras. Pada K4 larutan KNO3 yang tinggi merusak sistem jaringan dalam benih walaupun tidak terlalu parah. Dari hasil yang diperoleh untuk pengamatan kecambah abnormal dapat disimpulkan bahwa pada konsentrasi 0.3 dan 0.5% adalah konsentrasi optimal yang tidak merusak jaringan dalam benih sehingga benih dapat tumbuh dengan baik.

Sihombing (1986), pernah melakukan penelitian memecahkan dormansi benih kopi Arabika dengan perendaman dalam KNO3 0%, 0.2%, 0.4%, 0.6% selama 24 jam memperoleh hasil terbaik pada konsentrasi 0.4% dengan persen daya kecambah 81.78%. Pada penelitian ini persen perkecambahan abnormal yang terendah sebesar terdapat pada perlakuan perendaman KNO3 0.5% selama 1 jam. Perbedaan hasil penelitian tersebut diakibatkan oleh perbedaan lapisan kulit


(38)

benih kopi Arabika dengan kulit benih kemiri yang lebih keras. Pada konsentrasi 0.5% merupakan konsentrasi optimum yang dapat menggiatkan pertumbuhan tanaman benih kemiri sedangkan konsentrasi yang semakin tinggi dapat menghambat pertumbuhan tanaman sedangkan konsentrasi yang lebih rendah belum berpengaruh untuk meningkatkan perkecambahan.

Pada pengamatan laju kecambah dan umur kecambah diperoleh hasil yang tidak memuaskan karena dari hasil diperoleh bahwa K0 (kontrol) memiliki nilai yang tinggi. Pada pengamatan laju kecambah K0 memiliki nilai 1.43 hari, dan untuk pengamatan umur kecambah K0 memiliki nilai 7.74 hari sebagai perlakuan yang tercepat untuk berkecambah. Diperkirakan ini lebih banyak dipengaruhi oleh faktor genetik dibandingkan dengan faktor perlakuan.

3. Faktor Perendaman dalam Air

Perendaman benih kemiri selama 20 hari dalam air (A4) menjadi perlakuan terbaik untuk meningkatkan rataan persen perkecambahan, kecepatan berkecambah dan nilai kecambah karena dapat memaksa kulit benih untuk pecah. Kartasapoetra (2003) menyatakan bahwa perendaman dengan air mendorong proses pemasakan embrio dan meningkatkan permeabilitas kulit benih sehingga memungkinkan penyerapan ataupun imbibisi air dan gas-gas yang diperlukan dalam proses perkecambahan. Rismunandar (1999) menambahkan bahwa air di dalam proses perkecambahan berfungsi untuk mencairkan zat-zat makanan yang berada dalam keping biji yang disalurkan di dalam lembaga. Dalam lembaga telah tersedia bahan baku auxin dalam bentuk asam amino, yang dalam perkembangan pertumbuhan kecambah berubah menjadi auxin. Penyebarluasan auxin ke dalam


(39)

tubuh kecambah akan berlangsung hingga ke pucuk akar. Untuk kelangsungan penyebaran ini secara mutlak dibutuhkan cukup air, tanpa air pertumbuhan kecambah akan gagal total.

Untuk pengamatan persen perkecambahan, kecepatan berkecambah, kecambah abnormal, laju perkecambahan dan umur berkecambah interaksi perendaman KNO3 dan perendaman dalam air tidak memberikan pengaruh yang nyata. Menurunnya atau meningkatnya kecepatan berkecambah berhubungan dengan persentase perkecambahan. Hal ini sesuai dengan pendapat Sutopo (2004) bahwa ada hubungan antara kecepatan berkecambah dengan tinggi rendahnya produksi tanaman. Vigor benih juga dicirikan oleh cepat dan meratanya tumbuh suatu benih. Hal ini juga ditambahkan oleh Kartasapoetra (2003) yang mengatakan bahwa terdapat hubungan yang demikian erat untuk kecepatan berkecambahnya benih dengan vigor tanamannya

Untuk laju perkecambahan tercepat pada perlakuan perendaman dengan air diperoleh pada perlakuan A2 (10 hari perendaman dalam air) yaitu 0.71 hari dan terendah pada perlakuan A1 yaitu 1.29 hari. Sesuai dengan pendapat Sutopo (2004) yang mengatakan bahwa tahap pertama suatu perkecambahan benih dimulai dengan proses penyerapan air oleh benih (imbibisi). Perendaman benih selama 10 hari dalam air telah dapat menggembungkan benih dan memaksa kulit benih pecah dan mulai berkecambah. Gardner et al. (1991) air berfungsi sebagai medium yang memberikan turgor pada sel tanaman dan tekanan turgor dapat meningkatkan pembesaran sel sehingga benih dapat berkecambah, dapat pula dikatakan bahwa lama perendaman berbanding lurus dengan persentase perkecambahan. Semakin lama dilakukan perendaman benih maka persentase


(40)

perkecambahan akan meningkat, dan sebaliknya. Proses perkecambahan yang dimulai dengan imbibisi menyebabkan hidrasi jaringan, pengaktifan enzim, peningkatan respirasi dan asimilasi, pembesaran sel dan akhirnya munculnya embrio.

Laju perkecambahan sangat dipengaruhi oleh persen perkecambahan, persen kecambah abnormal dan kecepatan perkecambahan. Menurut Sutopo (2004) vigor benih relevan dengan tingkat produksi, apabila vigor tinggi akan dicapai tingkat produksi yang tinggi. Cepat tumbuhnya suatu benih, meratanya tumbuh suatu benih sejalan dengan mampunya suatu benih menghasilkan tanaman normal, kecepatan perkecambahan, laju perkecambahan dan sebaliknya. Hal ini berarti berhubungan dengan tingkat persen kecambah, kecepatan perkecambahan dan persen kecambah abnormal. Semakin rendah persen kecambah, kecepatan perkecambahan maka laju perkecambahan juga akan semakin kecil. Semakin rendah nilai kecambah abnormal maka laju perkecambahan akan semakin tinggi. Hal ini dapat dibuktikan dengan melihat dan membandingkan hasil dari setiap parameter.

Pada pengamatan kecambah abnormal diperoleh hasil bahwa A1,A2 dan A4 mimiliki nilai terendah untuk benih yang abnormal. Hal ini menunjukkan bahwa ketersediaan air yang banyak maupun yang sedikit tidak mempengaruhi kecambah abnormal melainkan ada faktor-faktor lain yang mempangaruhi seperti faktor luar. Kamil (1992) mengatakan bahwa pada umumnya apabila kebutuhan untuk perkecambahan seperti air, suhu, oksigen dan cahaya dipenuhi, biji bermutu tinggi akan menghasilkan kecambah atau bibit yang normal (normal seedling) tetapi oleh karena faktor luar seperti infeksi jamur atau mikro organisme lainnya


(41)

selama pengujian perkecambahan atau sudah terbawa di dalam biji, atau biji bermutu rendah, kemungkinan kecambah (bibit) yang dihasilkan tidak normal (abnormal seedling).

Pada perlakuan kecambah abnormal nilainya juga tidak ada yang berbeda nyata. Sedangkan untuk pengamatan umur berkecambah dari hasil penelitian diduga yang lebih berpengaruh adalah faktor genetik.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan perendaman 5 hari dalam air benih kemiri ada yang berkecambah. Hal ini diduga karena faktor genetis dari benih kemiri. Sedangkan umur kecambah untuk perlakuan A3 (perendaman dalam air selama 15 hari) merupakan perlakuan yang memang dianggap telah dapat meningkatkan umur perkecambahan.


(42)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Interaksi antara konsentrasi larutan KNO3 dan lama perendaman dengan air hanya berpengaruh terhadap Nilai Kecambah, dimana kombinasi perlakuan terbaik adalah pada perlakuan K2A4 yakni 1.98%

2. Perlakuan tanpa perendaman KNO3 memberikan pengaruh terhadap laju

perkecambahan dan umur kecambah benih Kemiri

3. Perlakuan perendaman dengan air memperikan pengaruh terhadap laju

perkecambahan dan umur kecambah dengan 5 hari perendaman.

B. Saran

Agar diperoleh hasil yang optimal untuk persen perkecambahan, kecepatan berkecambah, nilai kecambah, laju perkecambahan serta umur berkecambah maka hendaknya benih yang digunakan adalah benih hasil seleksi yang betul-betul berkualitas sehingga meminimalkan faktor genetik.


(43)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z. 1991. Dasar-Dasar Pengetahuan Tentang Zat Pengatur Tumbuh. Angkasa. Bandung

Badan Pengelolaan Gedung Manggala Wanabakti. 1995. Pohon Kehidupan. Prosea. Indonesia

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian SUMBAR. 2005. Pembibitan Kemiri. pukul 10.00 Wib]

Departemen Kehutanan dan Perkebunan. 1998. Buku Panduan Kehutanan Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan dan Perkebunan. Jakarta

Gardner, F.P., R.B. Pearce and R.L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Terjemahan Diah, R. L dan Sumaryono. UI Press. Jakarta

Goldsworthy, P.R – Fisher, N.M. 1996. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. Gadjah Mada University Press. Yokyakarta

Harjadi, S.S. 1993. Dormansi Benih. Dalam Dasar-Dasar Teknologi Benih. Departemen Agronomi IPB. Bogor

Hasanah, M. 2002. Peran Mutu Fisiologik Benih dan Pembangunan Industri Benih Tanaman Industri. Jurnal Litbang Pertanian, 21(3),

Pukul 18:30]

Kamil, J. 1986. Teknologi Benih. Angkasa Raya. Padang Kartasapoetra, A. G. 2003. Teknologi Benih. Rajawali. Jakarta

Kuswanto, H. 1996. Dasar-Dasar Teknologi Produksi dan Sertifikasi Benih. ANDI Yokyakarta. Yokyakarta

Mugnisjah, W.Q, Asep, S, Suwarto, Cecep,S . 1994. Panduan Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta


(44)

Nuraeni dan Maemunah. 2003. Peran Air dan KNO3 dalam Pemecahan Dormansi Benih dan Pertumbuhan Bibit Kemiri (Aleurites moluccana W). Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Agroland Vol. 10 No. 3 September 2003

Paimin, F.P. 1997. Kemiri: Budidaya dan Prospek. PT. Penebar Swadaya. Jakarta Rismunandar. 1999. Hormon Tanaman dan Ternak. PT. Penebar Swadaya. Jakarta Sadjad, S. 1994. Kuantifikasi Metabolisme Benih. Grasindo. Jakarta

Sastrosupadi, A. 1995. Rancangan Percobaan Praktis untuk Bidang Pertanian. Kanisius. Yokyakarta

Sihotang, A.R. 1999. Pengaruh Lama Perendaman dan Konsentrasi Kalium Nitrat (KNO3) terhadap Perkecambahan Benih Kemiri. Skripsi Fakultas Pertanian USU. Medan

Sunanto, H. 1994. Budidaya Kemiri Komoditas Ekspor. Kanisius. Yokyakarta Sutopo, L. 2004. Teknologi Benih. Edisi Revisi. Rajawali. Jakarta


(45)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Siborongborong tanggal 24 Agustus 1983 dari ayah J. Nainggolan dan ibu A. Sinaga. Menamatkan Sekolah Dasar Swasta SD HKBP Siborongborong pada tahun 1996. Kemudian melanjutkan sekolah di SLTPN.1 Siborongborong tamat tahun 1999 dan melanjut ke SMUN.1 Siborongborong tamat tahun 2002.

Tahun 2002 melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi Negeri Universitas Sumatera Utara melalui jalur SPMB dengan pilihan jurusan Budidaya Hutan. Penulis melakukan penelitian dengan judul penelitian “Pengaruh Lama

Perendaman KN03 dan Air Terhadap Perkecambahan Benih Kemiri (Aleurites

moluccana willd)”. Penulis masuk organisasi HIMAS (Himpunan Mahasiswa Silva) tahun 2002, kemudian mengikuti PUK (Praktek Umum Kehutanan) tahun 2004 di kawasan hutan pegunungan Lau Kawar Kab. Karo dan Kawasan hutan mangrove Bandar Kalipah Kab. Serdang Bedagai selama 10 hari. Penulis melakukan PKL (Praktek Kerja Lapang) di HPHTI Toba Pulp Lestari, Tbk. Sektor Habinsaran Kab. Toba Samosir pada bulan juli-September 2006.


(46)

Lampiran 1.Hasil Analisis Sidik Ragam untuk perlakuan perendaman benih

Kemiri dalam KNO3 dan dalam air

A. Tabel Analisis Sidik Ragam % Perkecambahan

SK DB JK KT F.Hit Ftab 5%

K 4 0.003208 0.000802 0.00021628tn 2.408

A 3 0.002529 0.000843 0.00022735tn 2.48

Interaksi 12 0.00662 0.000552 0.00014878tn 1.884

Galat 80 296.6415 3.708019

Total 99 723.3312 26.19918

Keterangan : tn = tidak nyata pada taraf 5% * = nyata pada taraf 5%

B. Tabel Analisis Sidik Ragam Kecepatan Berkecambah

SK DB JK KT F.Hit Ftab 5%

K 4 0.003208 0.000802 0.00002473tn 2.488

A 3 0.002529 0.000843 0.000026tn 2.48

Interaksi 12 0.00662 0.0005517 0.000017tn 1.884

Galat 80 2593.707 32.421331

Total 99 2593.719 26.199181

Keterangan : tn = tidak nyata pada taraf 5% * = nyata pada taraf 5%

C. Tabel Analisis Sidik Ragam % Kecambah Abnormal

SK DB JK KT F.Hit Ftab 5%

K 4 2.044006 0.511001 0.583333tn 2.488

A 3 1.752005 0.584002 0.666667tn 2.48

Interaksi 12 8.468024 0.705669 0.805556tn 1.884

Galat 80 70.0802 0.876002

Total 99 82.34423 0.83176

Keterangan : tn = tidak nyata pada taraf 5% * = nyata pada taraf 5%


(47)

Lampiran 2.Hasil Analisis Sidik Ragam untuk perlakuan perendaman benih

Kemiri dalam KNO3 dan dalam air

A. Tabel Analisis Sidik Ragam Nilai Kecambah

SK DB JK KT F.Hit Ftab 5%

K 4 1.434796 0.358699 6.124824* 2.488

A 3 4.67359 1.557863 26.60069* 2.48

Interaksi 12 4.112174 0.342681 5.851319* 1.884

Galat 80 4.685182 0.058565

Total 99 14.90574 0.150563

Keterangan : tn = tidak nyata pada taraf 5% * = nyata pada taraf 5%

B. Tabel Analisis Sidik Ragam Laju Perkecambahan

SK DB JK KT Fhit Ftab 5%

K 4 0.002235 0.0005587 2.71085828* 2.488

A 3 0.005049 0.0016831 8.1661734* 2.48

Interaksi 12 0.004125 0.0003438 1.66798473tn 1.884

Galat 80 0.016489 0.0002061

Total 99 0.027899 0.0002818

Keterangan : tn = tidak nyata pada taraf 5% * = nyata pada taraf 5%

C. Tabel Analisis Sidik Ragam Umur Perkecambahan

SK DB JK KT F.Hit Ftab 5%

K 4 114.9772 28.74429 2.964172* 2.488

A 3 116.3121 38.77069 3.998115* 2.48

Interaksi 12 159.8907 13.32423 1.374022tn 1.884

Galat 80 775.7793 9.697241

Total 99 1166.959 11.78747

Keterangan : tn = tidak nyata pada taraf 5% * = nyata pada taraf 5%


(48)

Lampiran 1.Hasil Analisis Sidik Ragam untuk perlakuan perendaman benih Kemiri dalam KNO3 dan dalam air

A. Tabel Analisis Sidik Ragam % Perkecambahan

SK DB JK KT F.Hit Ftab 5%

K 4 0.003208 0.000802 0.00021628tn 2.408

A 3 0.002529 0.000843 0.00022735tn 2.48

Interaksi 12 0.00662 0.000552 0.00014878tn 1.884

Galat 80 296.6415 3.708019

Total 99 723.3312 26.19918

Keterangan : tn = tidak nyata pada taraf 5% * = nyata pada taraf 5%

B. Tabel Analisis Sidik Ragam Kecepatan Berkecambah

SK DB JK KT F.Hit Ftab 5%

K 4 0.003208 0.000802 0.00002473tn 2.488

A 3 0.002529 0.000843 0.000026tn 2.48

Interaksi 12 0.00662 0.0005517 0.000017tn 1.884

Galat 80 2593.707 32.421331

Total 99 2593.719 26.199181

Keterangan : tn = tidak nyata pada taraf 5% * = nyata pada taraf 5%

C. Tabel Analisis Sidik Ragam % Kecambah Abnormal

SK DB JK KT F.Hit Ftab 5%

K 4 2.044006 0.511001 0.583333tn 2.488

A 3 1.752005 0.584002 0.666667tn 2.48

Interaksi 12 8.468024 0.705669 0.805556tn 1.884

Galat 80 70.0802 0.876002

Total 99 82.34423 0.83176

Keterangan : tn = tidak nyata pada taraf 5% * = nyata pada taraf 5%


(49)

Lampiran 2.Hasil Analisis Sidik Ragam untuk perlakuan perendaman benih Kemiri dalam KNO3 dan dalam air

A. Tabel Analisis Sidik Ragam Nilai Kecambah

SK DB JK KT F.Hit Ftab 5%

K 4 1.434796 0.358699 6.124824* 2.488

A 3 4.67359 1.557863 26.60069* 2.48

Interaksi 12 4.112174 0.342681 5.851319* 1.884

Galat 80 4.685182 0.058565

Total 99 14.90574 0.150563

Keterangan : tn = tidak nyata pada taraf 5% * = nyata pada taraf 5%

B. Tabel Analisis Sidik Ragam Laju Perkecambahan

SK DB JK KT Fhit Ftab 5%

K 4 0.002235 0.0005587 2.71085828* 2.488

A 3 0.005049 0.0016831 8.1661734* 2.48

Interaksi 12 0.004125 0.0003438 1.66798473tn 1.884

Galat 80 0.016489 0.0002061

Total 99 0.027899 0.0002818

Keterangan : tn = tidak nyata pada taraf 5% * = nyata pada taraf 5%

C. Tabel Analisis Sidik Ragam Umur Perkecambahan

SK DB JK KT F.Hit Ftab 5%

K 4 114.9772 28.74429 2.964172* 2.488

A 3 116.3121 38.77069 3.998115* 2.48

Interaksi 12 159.8907 13.32423 1.374022tn 1.884

Galat 80 775.7793 9.697241

Total 99 1166.959 11.78747

Keterangan : tn = tidak nyata pada taraf 5% * = nyata pada taraf 5%


(1)

Nuraeni dan Maemunah. 2003. Peran Air dan KNO

3

dalam Pemecahan Dormansi

Benih dan Pertumbuhan Bibit Kemiri (

Aleurites moluccana

W). Jurnal

Ilmu-Ilmu Pertanian Agroland Vol. 10 No. 3 September 2003

Paimin, F.P. 1997. Kemiri: Budidaya dan Prospek. PT. Penebar Swadaya. Jakarta

Rismunandar. 1999. Hormon Tanaman dan Ternak. PT. Penebar Swadaya. Jakarta

Sadjad, S. 1994. Kuantifikasi Metabolisme Benih. Grasindo. Jakarta

Sastrosupadi, A. 1995. Rancangan Percobaan Praktis untuk Bidang Pertanian.

Kanisius. Yokyakarta

Sihotang, A.R. 1999. Pengaruh Lama Perendaman dan Konsentrasi Kalium Nitrat

(KNO

3

) terhadap Perkecambahan Benih Kemiri. Skripsi Fakultas Pertanian

USU. Medan

Sunanto, H. 1994. Budidaya Kemiri Komoditas Ekspor. Kanisius. Yokyakarta

Sutopo, L. 2004. Teknologi Benih. Edisi Revisi. Rajawali. Jakarta


(2)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Siborongborong tanggal 24 Agustus 1983 dari ayah J.

Nainggolan dan ibu A. Sinaga. Menamatkan Sekolah Dasar Swasta SD HKBP

Siborongborong pada tahun 1996. Kemudian melanjutkan sekolah di SLTPN.1

Siborongborong tamat tahun 1999 dan melanjut ke SMUN.1 Siborongborong

tamat tahun 2002.

Tahun 2002 melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi Negeri

Universitas Sumatera Utara melalui jalur SPMB dengan pilihan jurusan Budidaya

Hutan. Penulis melakukan penelitian dengan judul penelitian “Pengaruh Lama

Perendaman KN0

3

dan Air Terhadap Perkecambahan Benih Kemiri

(Aleurites

moluccana

willd)”. Penulis masuk organisasi HIMAS (Himpunan Mahasiswa

Silva) tahun 2002, kemudian mengikuti PUK (Praktek Umum Kehutanan) tahun

2004 di kawasan hutan pegunungan Lau Kawar Kab. Karo dan Kawasan hutan

mangrove Bandar Kalipah Kab. Serdang Bedagai selama 10 hari. Penulis

melakukan PKL (Praktek Kerja Lapang) di HPHTI Toba Pulp Lestari, Tbk.

Sektor Habinsaran Kab. Toba Samosir pada bulan juli-September 2006.


(3)

Lampiran 1.Hasil Analisis Sidik Ragam untuk perlakuan perendaman benih

Kemiri dalam KNO

3

dan dalam air

A. Tabel Analisis Sidik Ragam % Perkecambahan

SK DB JK KT F.Hit Ftab 5%

K 4 0.003208 0.000802 0.00021628tn 2.408 A 3 0.002529 0.000843 0.00022735tn 2.48 Interaksi 12 0.00662 0.000552 0.00014878tn 1.884 Galat 80 296.6415 3.708019

Total 99 723.3312 26.19918

Keterangan : tn = tidak nyata pada taraf 5% * = nyata pada taraf 5%

B. Tabel Analisis Sidik Ragam Kecepatan Berkecambah

SK DB JK KT F.Hit Ftab 5%

K 4 0.003208 0.000802 0.00002473tn 2.488 A 3 0.002529 0.000843 0.000026tn 2.48 Interaksi 12 0.00662 0.0005517 0.000017tn 1.884

Galat 80 2593.707 32.421331 Total 99 2593.719 26.199181

Keterangan : tn = tidak nyata pada taraf 5% * = nyata pada taraf 5%

C. Tabel Analisis Sidik Ragam % Kecambah Abnormal

SK DB JK KT F.Hit Ftab 5%

K 4 2.044006 0.511001 0.583333tn 2.488 A 3 1.752005 0.584002 0.666667tn 2.48 Interaksi 12 8.468024 0.705669 0.805556tn 1.884

Galat 80 70.0802 0.876002 Total 99 82.34423 0.83176

Keterangan : tn = tidak nyata pada taraf 5% * = nyata pada taraf 5%


(4)

Lampiran 2.Hasil Analisis Sidik Ragam untuk perlakuan perendaman benih

Kemiri dalam KNO

3

dan dalam air

A. Tabel Analisis Sidik Ragam Nilai Kecambah

SK DB JK KT F.Hit Ftab 5%

K 4 1.434796 0.358699 6.124824* 2.488 A 3 4.67359 1.557863 26.60069* 2.48 Interaksi 12 4.112174 0.342681 5.851319* 1.884

Galat 80 4.685182 0.058565 Total 99 14.90574 0.150563

Keterangan : tn = tidak nyata pada taraf 5% * = nyata pada taraf 5%

B. Tabel Analisis Sidik Ragam Laju Perkecambahan

SK DB JK KT Fhit Ftab 5%

K 4 0.002235 0.0005587 2.71085828* 2.488 A 3 0.005049 0.0016831 8.1661734* 2.48 Interaksi 12 0.004125 0.0003438 1.66798473tn 1.884

Galat 80 0.016489 0.0002061 Total 99 0.027899 0.0002818

Keterangan : tn = tidak nyata pada taraf 5% * = nyata pada taraf 5%

C. Tabel Analisis Sidik Ragam Umur Perkecambahan

SK DB JK KT F.Hit Ftab 5%

K 4 114.9772 28.74429 2.964172* 2.488 A 3 116.3121 38.77069 3.998115* 2.48 Interaksi 12 159.8907 13.32423 1.374022tn 1.884

Galat 80 775.7793 9.697241 Total 99 1166.959 11.78747

Keterangan : tn = tidak nyata pada taraf 5% * = nyata pada taraf 5%


(5)

Lampiran 1.Hasil Analisis Sidik Ragam untuk perlakuan perendaman benih

Kemiri dalam KNO

3

dan dalam air

A. Tabel Analisis Sidik Ragam % Perkecambahan

SK DB JK KT F.Hit Ftab 5%

K 4 0.003208 0.000802 0.00021628tn 2.408 A 3 0.002529 0.000843 0.00022735tn 2.48 Interaksi 12 0.00662 0.000552 0.00014878tn 1.884 Galat 80 296.6415 3.708019

Total 99 723.3312 26.19918

Keterangan : tn = tidak nyata pada taraf 5% * = nyata pada taraf 5%

B. Tabel Analisis Sidik Ragam Kecepatan Berkecambah

SK DB JK KT F.Hit Ftab 5%

K 4 0.003208 0.000802 0.00002473tn 2.488 A 3 0.002529 0.000843 0.000026tn 2.48 Interaksi 12 0.00662 0.0005517 0.000017tn 1.884

Galat 80 2593.707 32.421331 Total 99 2593.719 26.199181

Keterangan : tn = tidak nyata pada taraf 5% * = nyata pada taraf 5%

C. Tabel Analisis Sidik Ragam % Kecambah Abnormal

SK DB JK KT F.Hit Ftab 5%

K 4 2.044006 0.511001 0.583333tn 2.488 A 3 1.752005 0.584002 0.666667tn 2.48 Interaksi 12 8.468024 0.705669 0.805556tn 1.884

Galat 80 70.0802 0.876002 Total 99 82.34423 0.83176

Keterangan : tn = tidak nyata pada taraf 5% * = nyata pada taraf 5%


(6)

Lampiran 2.Hasil Analisis Sidik Ragam untuk perlakuan perendaman benih

Kemiri dalam KNO

3

dan dalam air

A. Tabel Analisis Sidik Ragam Nilai Kecambah

SK DB JK KT F.Hit Ftab 5%

K 4 1.434796 0.358699 6.124824* 2.488 A 3 4.67359 1.557863 26.60069* 2.48 Interaksi 12 4.112174 0.342681 5.851319* 1.884

Galat 80 4.685182 0.058565 Total 99 14.90574 0.150563

Keterangan : tn = tidak nyata pada taraf 5% * = nyata pada taraf 5%

B. Tabel Analisis Sidik Ragam Laju Perkecambahan

SK DB JK KT Fhit Ftab 5%

K 4 0.002235 0.0005587 2.71085828* 2.488 A 3 0.005049 0.0016831 8.1661734* 2.48 Interaksi 12 0.004125 0.0003438 1.66798473tn 1.884

Galat 80 0.016489 0.0002061 Total 99 0.027899 0.0002818

Keterangan : tn = tidak nyata pada taraf 5% * = nyata pada taraf 5%

C. Tabel Analisis Sidik Ragam Umur Perkecambahan

SK DB JK KT F.Hit Ftab 5%

K 4 114.9772 28.74429 2.964172* 2.488 A 3 116.3121 38.77069 3.998115* 2.48 Interaksi 12 159.8907 13.32423 1.374022tn 1.884

Galat 80 775.7793 9.697241 Total 99 1166.959 11.78747

Keterangan : tn = tidak nyata pada taraf 5% * = nyata pada taraf 5%