Makna Pesan Non Verbal dalam Kesenian Gembyung di Kabupaten Subang(Studi Deskriptif Mengenai makna Pesan Non Verbal dalam Kesenian Gembyung di Kabupaten Subang)

(1)

( Studi Deskriptif Mengenai Makna Pesan Non Verbal Dalam Kesenian Gembyung Di Kabupaten Subang )

SKRIPSI

Diajukan Untuk Menempuh Ujian Sarjana Strata Satu Program Studi Ilmu Komunikasi konsentrasi Humas

Oleh : Dani Nursandhi NIM . 41806880

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI HUMAS FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG


(2)

(3)

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

LEMBAR PERSEMBAHAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 9

1.3 Maksud dan tujuan ... 10

1.3.1 Maksud Penelitian ... 10

I.3.2 Tujuan Penelitian ... 11

1.4 Kegunaan Penelitian ... 11

1.4.1 Kegunaan penelitian teoritis ... 11

1.4.2 kegunaan penelitian praktis ... 11


(4)

2.1.2. Tinjauan Tentang komunikasi ... 15

2.1.2.1 Definisi Komunikasi ... 16

2.1.2.2 Tujuan Komunikasi ... 19

2.1.2.3 Proses Komunikasi ... 20

2.1.2.4 Konteks Komunikasi ... 21

2.1.2.5 Fungsi Komunikasi ... 23

2.1.3 Tinjauan Tentang Makna ... 26

2.1.3.1 Pengertian Makna ... 26

2.1.3.2 Makna Dalam Komunikasi ... 28

2.1.4 Tinjauan Tentang Komunikasi Non Verbal ... 29

2.1.4.1 Pengertian Komunikasi Non Verbal ... 29

2.1.4.2 Tujuan Komunikasi Non Verbal ... 32

2.1.4.3 Bentuk Komunikasi Non Verbal ... 33

2.1.4.4 Arti Penting Komunikasi Non Verbal ... 36

2.1.4.5 Klasifikasi Pesan Non Verbal ... 39

2.1.5 Tinjauan Tentang Komunikasi Antar Budaya ... 42

2.1.5.1 Fungsi-Fungsi Komunikasi Antar Budaya ... 44

2.1.5.1.1 Fungsi Pribadi ... 44

2.1.5.1.2 Fungsi Sosial ... 45

2.2 Kerangka Pemikiran ... 47


(5)

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian ... 52

3.1.1 Tinjauan Tentang Kesenian Gembyung Di Kabupaten Subang ... 52

3.1.1.1 Masa Pembentukan ... 52

3.1.1.2 Masa Kelahiran ... 53

3.1.1.3 Perubahan dalam pertunjukan kesenian gembyung. 55 3.1.1.4 Gembyung Original ... 57

3.1.1.5 Gembyung Modern ... 59

3.1.2 Tinjauan Tentang Kabupaten Subang ... 61

3.1.2.1 Sejarah Kabupaten Subang ... 61

3.1.1.2 Lambang Kabupaten Subang ... 65

3.1.1.3 Visi, Misi, dan Moto Kabupaten Subang ... 67

3.2 Metode Penelitian ... 69

3.2.1 Desain Penelitian ... 69

3.2.2. Teknik Pengumpulan Data ... 71

3.2.2.1 Studi Pustaka ... 71

3.2.2.2 Studi Lapangan ... 73

3.2.3 Teknik Penentuan Informan ... 76


(6)

3.2.5 Uji Keabsahan Data ... 82

3.2.6 Tempat dan Waktu Penelitian ... 84

3.2.6.1 Tempat Penelitian ... 84

3.2.6.2 Waktu Penelitian ... 84

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Identitas Informan dan Informan Kunci ... 89

4.1.1 Identitas Informan Penelitian ... 90

4.1.2 Identitas Informan Kunci ... 94

4.2 Analisa Hasil Penelitian ... 97

4.2.1 Perilaku Dalam Kesenia Gembyung Kabupaten Subang.... 97

4.2.2 Ruang Dan Waktu Dalam Kesenian Gembyung ... 111

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ... 116

4.3.1 Perilaku Dalam Kesenian Gembyung Kabupaten Subang 116

4.3.2 Ruang Dan Waktu Kesenian Gembyung ... 125

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 130

5.2 Saran ... 131

5.2.1 Saran Untuk Masyaraat ... 131

5.2.2 Saran Bagi Peneliti Selanjutnya ... 131


(7)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 162


(8)

vi

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini sebagaimana mestinya. Tak lupa shalawat dan salam kepada junjungan nabi besar kita Rasulullah, Nabi Muhammad SAW serta para sahabat dan seluruh pengikutnya semoga rahmat dan hidayah selalu dilimpahkan padanya.

Skripsi ini berisi kegiatan yang akan Peneliti lakukan saat melakukan penelitian kesenian gembyung di kabupaten Subang. Dalam mengerjakan skrpsi penelitian ini tidak sedikit peneliti menghadapi kesulitan serta hambatan baik teknis maupun non teknis. Namun atas izin Allah SWT, juga berkat usaha, doa, semangat, bantuan, bimbingan serta dukungan yang peneliti terima baik secara langsung maupun tidak langsung dari berbagai pihak, akhirnya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

Peneliti mengucapkan terima kasih dan rasa bangga kepada kedua orang tua tercinta (Ibu dan Bapak) yang selalu memberikan rasa kasih sayangnya dan semangat pada peneliti dan juga memberikan do’a serta dukungan moril maupun materi.

Terwujudnya penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini perkenankanlah peneliti mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak terutama :


(9)

pihak Komunitas dan memberikan pengesahan pada Skripsi ini.

2. Yth. Bapak Manap Solihat, M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi dan Public Relations FISIP UNIKOM sekaligus sebagai dosen yang telah banyak memberikan pengetahuan dan berbagi ilmu serta wawasan selama peneliti melakukan perkuliahan serta memberikan pengesahan Skripsi.

3. Yth. Ibu Melly Maulin P, S.Sos., M.Si., selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi juga sebagai dosen yang telah banyak memberikan pengetahuan dan berbagi ilmu serta wawasan selama peneliti melakukan perkuliahan.

4. Yth. Bapak Sanggra JulianoP., S.i.kom. Selaku dosen wali peneliti, selama ini yang telah mengarahkan dan telah banyak meluangkan waktu pikiran dan kesempatan kepada peneliti untuk bertukar pikiran. Terima kasihatas kesabaran mendidik peneliti agar mampu menjadi manusia yang lebih baik lagi.

5. Yth. Bapak Arie Prasetio,S.Sos.,M.Si selaku Dosen Pembimbing skripsi yang senantiasa memberikan arahan, bimbingan, dan motivasi kepada peneliti sebelum dan sesudah peneliti melaksanakan penyusunan laporan usulan penelitian dan selama melaksanakan bimbingan. Terima kasih “bapak” atas kesabaran selama peneliti


(10)

Rismawaty, S.Sos., M.Si., Ibu Desayu Eka Surya, S.Sos., M.Si., Bapak Sangra Juliano P., S.I.Kom., Bapak Inggar Prayoga, S.I.Kom., Bapak Adiyana Slamet., S.IP., M.Si., Ibu Iin Rahmi Handayani, S.Sos., M.Si., Bapak Yadi Supriadi S.Sos., M.Phil. Ibu Tine Agustin Wulandari, S.I.Kom., seluruh dosen Ilmu Komunikasi yang telah mengajarkan peneliti selama ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya kepada peneliti selama perkuliahan berlangsung. Terima kasih atas segalanya karena tanpa arahan dan ilmu yang di dapatkan dari bapa dan ibu peneliti tidak akan bias apa-apa. Terima kasih atas motivasi dan dukungannya.

7. Yth. Ibu Ratna Widiastuti, A.Md selaku sekertaris Dekan yang telah membantu administrasi ditingkat fakultas.

8. Yth. Ibu Astri Ikawati, A.Md, selaku Sekretariat Program Studi Ilmu Komunikasi yang telah banyak membantu dalam mengurus surat perizinan yang berkaitan dengan Skripsi yang peneliti laksanakan. 9. Yth. Bapak H.Bebet selaku pendiri padepokan gembyung dangiang

dongdo Subang, yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian kesenian gembyung di kabupaten Subang.


(11)

Budiman,Donny Ramadhan,Anggi Rahmaputra, sahabat terbaikku yang selalu memberikan motivasi semangat, arahan, serta membatu peneliti dalam mencari data untuk skripsi ini. Yang terpenting Kecerian Yang Mereka berikan Sehingga peneliti dapt kembali bersemangat dan tersenyum serta kebersamaan untuk selalu berbagi dalam suka maupun duka.

12. Dan semua pihak, yang telah membantu yang tidak bisa disebutkan satu per satu, terima kasih atas do’a dan dukungannya.

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah membantu peneliti pada pelaksanaan laporan ini , sampai penulisan dan penyusunan laporan . Semoga dibalas setimpal dari Allah SWT, dan dapat memberikan manfaat yang berarti. Akhir kata, Peneliti berharap semoga skrpsi ini dapat berguna yang dimasa yang akan datang. Amin.

Wassalamu’alaikum. Wr. Wb

Bandung, Juni 2013 Peneliti

Dani Nursandhi NIM.41806880


(12)

Daftar Pustaka

A. Buku- buku

Moleong, Lexy. , 2007. Metode Penelitian Kualitatif, PT Remaja Rosda Karya. Bandung

Mulyana, Deddy. , 2002. Ilmu komunikasi : suatu pengantar, PT. Remaja Rosada Karya. Bandung

Rakhmat, Jalaludin. , 2008. Psikologi Komunikasi. PT. Remaja Rosda Karya, Bandung

Sugiyono. , 2005. Memahami penelitian kualitatif, Alfabeta. Bandung

Ardianto, Elvinaro. 2011. Metodologi Penelitian untuk Public Relations Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

M.Ali Syamsudin,2009 Sosila Budaya Indonesia Bandung

Effendy, Onong Uchjana. 1997. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Moleong, Lexy J. 2001. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.


(13)

B. Jurnal dan Karya Ilmiah Profile Subang, 2010

Sejarah kesenian Gembyung

Sinopsis Kesenian Jawa Barat

Khadija Galarina, Farah. , 2011. Strategi Pengajaran Lembaga Creative Bandung Dalam Berinteraksi Dengan Siswa Challenging Behavior. Unikom Bandung

Riyantie, Mayang. , 2011. Peranan Humas Pemerintah Kabupaten Subang Melalui Konferensi Pers Dalam Menyampaikan Informasi Korupsi. Unikom. Bandung

C. Internet Searching :

www.subang.go.id 13 Maret 2013 20.00

http://portalcirebon.blogspot.com/2009/01/kesenian-gembyung-khas-kota-santri.html 14 Maret 2013,20.00

http://nikokris2008.multiply.com/Diposkan oleh

nikrotsi/22,Maret,2013,09:30


(14)

1 1.1 Latar Belakang Masalah

Jawa Barat merupakan provinsi yang memiliki keanekaragaman budaya, khususnya dalam hal kesenian tradisional yang merupakan warisan nenek moyang. Ragam budaya ini diturunkan pada pewarisnya dari generasi ke generasi. Keberadaan warisan budaya khas Jawa Barat ini sangat berarti bagi masyarakatnya, sebab dengan warisan budaya ini masyarakat dapat menunjukkan karakteristik yang membedakannya dengan masyarakat dari daerah lain.Macam – macam kesenian tradisional jawa barat diantaranya kuda renggong atau kuda depok ,tari jaipong ,wayang golek ,ada kuda lumping, ada juga kesenian benjang, kesenian sisingaan. Kesenian-kesenian itu merupakan beberapa macam keseinan Jawa Barat dari sekian banyak kesenian khas atau pun asli Jawa Barat , kesenian yang sudah mengakar ke semua daerah jawa barat. Dari sekian banyak warisan budaya sebagian punya beberapa daya tarik kuat, sehingga mampu bertahan pada perubahan zaman, salah satu kesenian Tradisional yang dinamakan “Gembyung”, seni yang berkembang di Jawa Barat dan diyakini oleh masyarakat Jawa Barat sebagai hasil budaya daerah setempat yang di awali perkembangan nya di kabupaten Subang.

Seni gembyung adalah kesenian yang merupakan perkembangan dari kesenian terbang, salah satu kesenian peninggalan para wali. Konon kesenian terbang digunakan oleh para wali yang dalam hal ini Sunan Bonang dan Sunan


(15)

Kalijaga sebagai media untuk menyebarkan agama Islam , di tanah jawa khusus nya jawa barat. Kesenian terbang ini biasa dipertunjukkan pada upacara-upacara kegiatan Agama Islam seperti peringatan Maulid Nabi, Rajaban dan Kegiatan Syuro yang digelar di sekitar tempat ibadah.

Seiring berjalan nya waktu dan berkembang nya zaman, kesenian terbang pun mulai bekermbang dan menyebar luas ke setiap penjuru tanah jawa,khusus nya jawa barat,yang semula kesenian terbang ini lahir di Cirebon pada abad 14. Kesenian terbang pun berkembang menjadi beberapa macam kesenian salah satu nya yaitu kesenian gembyung,yang membedakan antara kesenian gembyung dan tarbang adalah dari lagu-lagu yang di bawakan , kesenian terbang masih membawakan lagu-lagu islam dari setiap pelaksanaanya, sedangkan gembyung sudah menambahkan beberapa lagu selain lagu-lagu islam , engko,ongket, siuh buhun yang merupakan lagu-lagu khas sunda.

Pada abad ke-19 kesenian gembyung berkembang , ini dibuktikan dengan adanya cerita dan silsilah yang disampaikan beberapa tokoh Gembyung sebagai sejarah penciptaan dan perkembangan seni tradisional Gembyung.

Kesenian gembyung dulu sama halnya kesenian Terbang yang hanya dipertunjukkan pada upacara-upacara kegiatan Agama Islam seperti peringatan Maulid Nabi, Rajaban dan Kegiatan Syuro yang digelar di sekitar tempat ibadah,dan hanya dipertunjukan di pesantren-pesantren saja.Kesenian gembyung pun mulai berkembang ke daerah-daerah jawa barat lain nya misalnya ke


(16)

kabupaten garut ,kabupaten sumedang , namun perkembangan nya itu di awali dari Kabupaten Subang.

. Gembyung kesenian yang di dominasi oleh alat musik yang disebut waditra. Meskipun demikian, di lapangan ditemukan beberapa fakta dari perkembangan kesenian gembyung, yaitu perkembangan dari gembyung yang masih asli (original ) ke gembyung modern ataupun bisa di sebut dengan pewarisan.Setelah Gembyung berkembang dari Gembyung yang masih asli (original ) ke era modern atau pewarisan budaya. Gembyung, tidak hanya eksis dilingkungan pesantren, karena pada gilirannya kesenian ini pun banyak dipentaskan di kalangan masyarakat untuk perayaan khitanan, perkawinan, bongkar bumi, mapag sri, dan lain-lain. Dan pada perkembangannya, kesenian ini banyak di kombinasikan dengan kesenian lain.

Setiap proses tahapan dalam kesenian Gembyung ini melibatkan perilaku yang di sengaja dikarenakan pada setiap tahapan prosesnya sengaja mengirimkan sejumlah besar pesan non verbal dimana pesan tersebut memiliki makna bagi orang lain. Pesan- pesan tertentu dapat dikirim dengan cara yang berbeda oleh budaya yang berbeda pula.

Misalnya kesenian Gembyung ini dalam setiap gerakan tarian dan komponen-komponen lainnya dalam Gembyung memiliki makna yang terkandung disetiap proses tahapannya.

Dalam kehidupan kesehariannya manusia berkomunikasi lewat beragam media atau medium. Bentuk yang merupakan komplemen dari beragam media


(17)

(gerak, bunyi, rupa, dan bahasa) banyak terdapat pada seni pertunjukan, yang kesemuanya itu merupakan bahasa komunikasi yang kaya akan nuansa imajinatif dan penuh dengan multitafsir dan memiliki beragam makna yang disampaikan dalam bentuk komunikasi non verbal.

Komunikasi mengacu pada tindakan oleh satu orang atau lebih, yang mengirim dan menerima pesan. Dalam berkomunikasi pasti ada simbol, yaitu sesuatu yang digunakan untuk mewakili maksud tertentu, misalnya dalam kata-kata verbal yang tertulis maupun lisan, dan juga non verbal yang diperagakan melalui gerak-gerik tubuh, warna, artifak, gambar, pakaian, dan lainnya yang harus dapat dipahami secara konotatif. (Devito 2011:23)

Kesulitan dalam komunikasi tidak hanya pada bahasa verbal saja, melainkan juga pada bahasa nonverbalnya. Bahasa non verbal dalam suatu kelompok tidak kalah rumitnya dengan bahasa verbal. Secara sederhana, pesan non verbal adalah semua isyarat yang bukan kata-kata.

Pengklasifikasian pesan-pesan nonverbal ini terdapat berbagai macam cara menurut para ahli, seperti yang dikutip dari buku karangan Deddy Mulyana dalam bukunya yang berjudul “Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar”, adalah sebagai berikut:

Jurgen Ruesch mengklasifikasina isyarat nonverbal ini dengan menjadi tiga bagian,yaitu :

1. Bahasa tanda (sign language) acungan jempol untuk numpang mobil seara gratis;bahasa isyarat tuna rungu


(18)

2. Bahasa tindakan (language action) semua gerakan tubuh yang tidak digunakan secara eksklusif untuk memberkan sinyal,misalnya:berjalan.

3. Bahasa objek (object language) pertunjukan benda,pakaian dan lambang nonverbal bersifat public lainnya seperti kuran ruangan,bendera,gambar(lukisan),music ( misalnya marching band) dan sebagainya baik secara sengaja ataupun tidak. (Deddy Mulyana, 2007:352)

Menurut Larry A.Samovar dan Richard E.Poter Sebagaimana dikutip oleh Deddy Mulyana.

“komunkasi Non verbal mencakup semua rangsangan(kecuali rangsangan verbal) dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh individu, yang mempunyai nilai pesan potensial bagipengirim atu penerima. “ (Mulyana, 2007:343) 1

Lary A. Samovar dan Richard E. Porter mengklafikasikan pesan-pesan nonverbal kedalam 2 kategori utama, yaitu :

1. Perilaku

Perilaku merupakan salah satu unsur komunikasi nonverbal dimana seorang komunikator menyampaikan pesannya kepada

1


(19)

komunikan, melalui perilaku ini lah seseorang dapat menyampaikan pesan dengan berbagai macam cara, adapun perilaku yang ditunjukan antara lain penampilan dan pakaian, gerakan dan postur tubuh, ekspresi wajah kontak, mata, sentuhan, bau-bauan, dan parabahasa.

2. Ruang dan Waktu

Untuk proses peyampaian komunikasi non verbal ruang merupakan tempat atau posisi dimana proses pesan non verbal itu terjadi.dan diperlukan waktu yang tepat dalam tujuan penyampaian pesan bisa dilakukan dan diterima oleh komunikan dengan jernih. (Mulyana, 2007 :352)

Klasifikasi Samavor dan Porter ini sejajar dengan klasifikasi Jhon R.wenburg dan Milliam W.Wilmot,yakni;Isyarat-isyaratnonverbal perilaku(behavioral) dan isyarat-isyarat nonverbal bersifat publik serta ukuran ruangan dan faktor-faktor situasional lainnya.

(Mulyana, 2007 :353)2

Dari kedua pengkategorian diatas, saya sebagai peneliti memilih dan menggunakan penelitian ini bedasarkan klasifikasi yang dikemukakan oleh Lary A. Samovar dan Richard E. Porter yang dikutip oleh Deddy Mulyana dalam bukunya “Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar “ sebagai dasar rujukan yang akan diajukan untuk dikaji lebih lanjut lagi.

2


(20)

Peneliti memilih klasifikasi Lary A. Samovar dan Richard E. Porter yang di kutip oleh Deddy Mulyana karena klasifikasi dari Lary A. Samovar dan Richard E. Porter , sesuai dengan penelitian , yaitu mencangkup tentang komunikasi non verbal mengenai prilaku serta mengenai ruang dan waktu.

Komunikasi terdapat dua bagian yaitu komunikasi verbal dan non verbal. Pesan komunikasi non verbal merupakan salah satu bentuk media komunikasi yang sama pentingnya dan banyak digunakan dalam berbagai situasi terutama berkaitan dengan sistem nilai, gaya dan bahasa tubuh, perasaan, dan emosi. Pesan komunikasi non verbal dalam masyarakat yang masih sederhana dan tradisional masih dianggap efektif untuk menyampaikan pesan.

Keterampilan pesan komunikasi non verbal menjadi bagian penting dari kemampuan pendamping untuk mengenal sikap, perilaku, tindakan, dan harapan yang ditunjukkan melalui gerak tubuh yang terkadang sulit untuk dipahami, diharapkan dapat mengenal pola-pola nilai-nilai, simbol, gaya atau penampilan dan gerakan tubuh.

Pesan non verbal juga sangat tergantung pada budaya. Tidak semua konteks non verbal dapat di maknai sama pada setiap budaya. Dengan beragamnya suku bangsa yang terdapat di Indonesia, melahirkan budaya yang beragam dan menambah kekayaan negeri, hal ini menjadikannya aset kebudayaan yang harus dijaga.


(21)

Karena sesungguhnya pada dasarnya semua komunikasi adalah budaya mengacu pada cara-cara kita telah belajar untuk berbicara menggunakan kata-kata verbal dan memberikan pesan-pesan nonverbal. Kita tidak selalu berkomunikasi dengan cara yang sama dari hari ke hari, karena faktor-faktor seperti konteks (situasional) kepribadian individu, dan suasana hati berinteraksi dengan berbagai pengaruh budaya kita telah menginternalisasi yang mempengaruhi pilihan kita.

Seperti pada kesenian Gembyung ini dimana di dalam setiap prosesinya terdapat perilaku, yang mengandung makna non verbal yang tidak semua orang mengetahui makna dan pesan yang disampaikan dalam kesenian Gembyung ini kepada masyarakat awam.

Jika dilihat dari pemahaman yang diberikan oleh Brodbeck mengenai pengertian konsep makna terbagi dalam tiga fase perbedaan, seperti yang dikutip oleh Fisher sebagai berikut:

“Menurut Tipologi Brodbeck, yang pertama makna referensial yakni makna suatu istilah adalah objek, pikiran, ide, atau konsep yang ditujukan oleh istilah itu. Kedua dari Brodbeck adalah arti istilah itu. Dengan kata lain, lambang atau istilah itu ‘berarti’ sejauh ia berhubungan dengan ‘sah’ dengan istilah konsep yang lainnya. Tipe makna yang ketiga, mencakup makna yang dimaksudkan (intentional) dalam arti bahwa arti suatu istilah lambang tergantung pada apa yang dimaksudkan pemakai dengan arti lambang itu.” (Fikri, 2011: 5)3.

3.” (F


(22)

Penjelasan mengenai makna ini sebenarnya akan bersifat subjektif, mengingat pemahaman makna akan mengacu pada adanya abstraksi pemahman dari para penggunanya.

Kutipan di atas memperlihatkan bahwa makna akan mengacu pada ide-ide dan berbagi konsep pemahman individu mengnai lambang-lambang yang dimanifestasikan ke dalam pemahman yang bersifat subjektif dan individual. Hal ini di dapat karena pemahman dari makna itu sendiri ada dari konsepsi individu dalam melihat pengartian ‘lambang’ yang dipakai.

Berdasarkan uraian diatas peneliti mengangkat masalah ini ke dalam penelitian.Karena ingin memperlihatkan makna non verbal kesenian gembyung di kabupaten Subang merupakan suatu kajian yang menarik, dan diharapkan dapat mampu menjawab bagaimana makna non verbal kesenian gembyung di kabupaten Subang.

1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Pertanyaan Makro

Berdasarkan latar belakang diatas, maka Rumusan Masalah Makro yang diangkat oleh Peneliti adalah sebagai berikut “Bagaimana Makna Pesan Non Verbal Dalam Kesenian Gembyung Di Kabupaten Subang ?”


(23)

1.2.2 Pertanyaan Mikro

Pada penelitian ini, peneliti merinci secara jelas dan tegas dari fokus pada rumusan masalah yang masih bersifat umum dengan subfokus-subfokus terpilih dan dijadikannya sebagai rumusan masalah mikro, yakni :

1. Bagaimana Makna Perilaku dalam kesenian Gembyung di kabupaten Subang ?

2. Bagaimana Makna Ruang dan Waktu dalam pelaksanaan Kesenian Gembyung di kabupaten Subang ?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Adapun maksud dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan mengenai makna komunikasi non verbal yang terjadi dalam kesenian gembyung di kabupaten Subang.Bagaimana proses pelaksanaannya, dan apa makna-makna pesan yang terkandung dalam setiap prosesinya

1.3.2 Tujuan Penelitian

1. Untuk Mengetahui Makna Perilaku dalam kesenian Gembyung di kabupaten Subang

2. Untuk Mengetahui Makna Ruang dan Waktu dalam pelaksanaan Kesenian Gembyung di kabupaten Subang


(24)

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan khasanah dan pengetahuan bagi peneliti dalam mengembangkan ilmu komunikasi secara umum dan dalam penyelenggaraannya secara teoritis khususnya yang berkaitan dengan komunikasi non verbal dan komunikasi budaya.

1.4.2 Kegunaan Praktis

a. Kegunaan Bagi Peneliti

Kegunaan penelitian ini untuk peneliti adalah memberikan pengetahuan lebih mendalam tentang makna nonverbal dalam kesenian gembyung di kota Subang,dimana hasil penelitian ini diharapkan dapat membuat peneliti lebih mengetahui dan dapat menambah wawasan dalam bidang komunikasi non verbal dan budaya khususnya dalam kesenian gembyung di kota Subang.

b. Kegunaan Bagi Universitas

Penelitian ini berguna bagi mahasiswa Universitas Komputer Indonesia secara umum, program studi ilmu komunikasi secara khusus sebagai literatur atau untuk sumber tambahan dalam memperoleh informasi bagi peneliti yang akan melaksanakan penelitian pada kajian yang sama.


(25)

c. Kegunaan Untuk Masyarakat

Kegunaan penelitian ini bagi masyarakat umum adalah untuk mengetahui pesan-pesan yang terdapat pada kesenian gembyung terutama pada pesan-pesan non verbal dan untuk mengenalkan bahwa negara indonesia ini memiliki beragam kesenian dan beraneka ragam suku. Salah satunya yaitu yang terdapat kesenian gembyung di kota Subang. Selain itu secara mendalam masyarakat pula dapat mengetahui makna, arti serta filosofi yang terkandung dalam kesenian gembyung di kabupaten Subang.


(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Tinjauan Pustaka

Berdasarkan studi pustaka, peneliti menemukan beberapa referensi penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian yang sedang dilakukan peneliti. Studi penelitian terdahulu sangat penting sebagai bahan acuan yang membantu peneliti dalam merumuskan asumsi dasar untuk

mengembangkan “Makna Non Verbal Dalam Kesenian Gembyung Di

Kota Subang “

2.1.1 Tinjauan Peneliti Terdahulu

Makna Simbol Dalam Benjang Helaran (Studi Semiotika Makna Simbol Dalam Benjang Helaran), oleh Yosa Yolistiyana S, UNPAD 2009.

Tujuan Penelitian ini adalah

Penelitian ini untuk mengetahui makna paling nyata,makna subjektif dan mitos seni Benjang Helaran yang ada didaerah Ujung Berung Bandung.

Hasil dari penelitian ini dari makna paling nyata yang terdapat dalam Benjang Helaran menjelaskan bahwa dalam Benjang adanya struktur pertunjukan yakni; prabubuka; bubuka sebagai pemanasan sebelum melakukan iring-iringan , pelaksanaan adalah acara utama dari


(27)

pertunjukan yaitu mengarak anak sunat keliling kampung,tahap akhir sebagi penutup acara pertunjukan dimana para pemain memasuki tahap "trance" atau kasurupan dengan berbagi lakon yang diperankan. Alat musik terebangan adalah alat musik utama sebagai ciri khas seni Benjang, ditambah dengan pengiring lainnya sebagai kelengkapan. Terdapat kendang, terompet, bedug, kecrek sebagai pelengkap, dalam unsur properti yang diantaranya terdapat malim, badud, babadutan, bangbarongan ,kuda lumping, kuda kepang, akod andong, dan kesweh serta umbul-umbul. Secara keseluruhan properti merupakan interpertasi dari seni pertunjukan yang dipengaruhi budaya daerah yaitu Benjang Helaran dengan kelengkapannya.

Makna denotasi dalam seni Benjang Helaran ini adalah merupakan suatu pola kehidupan yang dijalani para pelaku seni tersebut dalam kehidupan sehari-hari, antar pengaruh kepercayaan mistis, agama islam dan keseimbangan alam. Adanya prabubuka, bubuka, pelaksanaan dan tahap akhir merupakan gambaran tentang urutan kehidupan yang dijalani. Alat musik merupakan pengaruh dari budaya Islam serta pengaruh seni lain pada kesenian Benjang. Makna konotasi unsur properti dalam seni Benjang Helaran dengan adanya pemimpin yang memiliki kekuatan dan pengaruh besar terhadap yang lain,keseimbangan antara kebaikan dan kejahatan, serta cerita tentang gejolak sosial yang terjadi di masa lalu. Mitos yang terdapat dalam kesenian ini adalah adanya kepercayaan terhadap kekuatan lain yang


(28)

ada disekitar kita, kekuatan para roh leluhur. Terebangan dipercaya memilik kekuatan magis yang dapat mengendalikan seseorang yang diinginkannya.

Konstruksi Makna Non Verbal Dalam Seni Beladiri Capoeira ( Studi Fenomenologis Tentang Makna Pengalaman Capoerista terhadap pesan Non verbal dalam Roda de Capoeira Vadiar – Bulungan , Jakarta ) oleh Ahmad Gilang Illyasa Rahman 2009.

Tujuan Penelitian ini adalah

Mengenai bagaimana Capoerista yang ditanyakan mengenai bagaimana Capoeira di Indonesia bermula pertama kali.Tidak akan lepas dari film yang berjudul Only The Strong yang di bintangi oleh Mark Dacascos.

Penyampaian pesan dengan menggunakan gerakan tubuh terdapat hampir pada sebagian besar permainan Capoeria, mengacu pada gerakan tubuh terdapat pada interaksi kedua jogador ketika sedang berjogo dan pada pedo, berimbau dimana jogador berinteraksi dengan bateria terdapat dua macam gerakan , yaitu gerakan minta izin dan gerakan memberi izin , sering dilakukan adalah dengan menyodorkan kedua tangan seperti layaknya sedang meminta.

2.1.2 Tinjauan Tentang Komunikasi

Kehidupan manusia tak luput akan sosialisasi karena manusia adalah mahluk sosial, dan membahas ilmu komunikasi maka sangatlah


(29)

makro didalamnya. Sebagaimana Onong Uchjana Effendy dalam bukunya Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek ini, menyatakan : “Ilmu Komunikasi sifatnya interdisipliner atau multidisipliner, ini disebabkan oleh objek materialnya sama dengan ilmu-ilmu lainnya, terutama termasuk kedalam ilmu sosial atau ilmu kemasyarakatan“. (Effendy, 2004:3). Untuk mengetahui lebih dalam dan jelas tentang Ilmu Komunikasi, diawali dengan pengertian dan asal kata dari para ahli terkemuka.

2.1.2.1 Definisi Komunikasi

“Kata komunikasi atau communication dalam bahasa inggris berasal dari kata Latin communis yang berarti “sama”. Communico, communication, atau communicare yang berarti

“membuat sama” (to make common). Istilah pertama

(communis) adalah istilah yang paling disebut sebagai asal-usul kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata Latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama”. (Mulyana, 2004:41)

Carl. I. Hovland yang dikutip oleh Onong Uchjana Effendy mendefinisikan komunikasi sebgaai berikut :

The process by which an individual (the communicator) transmits stimuli (usually verbal symbols).” (Proses dimana seseorang (komunikator) menyampaikan perangsang (biasanya


(30)

lambang bahasa) untuk mengubah perilaku orang lain (komunikan). (Effendy, 2002:49)

Sedangkan menurut Gerald A Militer yang kutip oleh Onong Uchjana Effendy menjelaskan bahwa:

In the main, communication has an its central interest those behavioral situations in which asource tranmits a messege to a receivers with conscious intent to affect the latte’s behavior”. (Pada pokoknya, komunikasi mengandung situasi keperilakuan sebagai minat sentral, dimana seseorang sebagai sumber menyampaikan suatu kesan kepada seseorang atau sejumlahpenerima yang secara sadar bertujuan memperoleh perilakunya). (Effendy, 2002:49)

Berdasarkan dari definisi diatas, dapat dijabarkan bahwa komunikasi adalah proses dimana seseorang (komunikator) menyampaikan perangsang (biasanya lambang bahasa) kepada orang lain (komunikan) bukan hanya sekedar memberitahu, tetapi juga mempengaruhi seseorang atau sejumlah orang tersebut untuk melakukan tindakan tertentu (merubah perilaku orang lain).Mengenai tujuan komunikasi R. Wayne Pace, Brent . D. Peterson dan M. Dallas Burnet sebagai mana dikutip olef Effendy menyatakan :


(31)

“Bahwa tujuan sentral dari komunikasi meliputi 3 hal utama, yakni: To Secure Understanding (memastikan pemahaman), To Establish Acceptance (membina penerimaan), To Motivate Action (motivasi kegiatan).”(Effendy, 1986:63)

Jadi pertama-tama haruslah diperhatikan bahwa komunikan itu memahami pesan-pesan komunikasi, apabila komunikan memahami berarti adanya kesamaan makna antara komunikator dengan komunikan, karena tidak mungkin memahami sesuatu tanpa terlebih dahulu adanya kesamaan makna (Communis). Jika komunikan memahami dapat diartikan menerima, maka penerimanya itu perlu dibina selanjutnya komunikan dimotivasi untuk melakukan suatu kegiatan. Uraian tersebut jelas, bahwa pada hakekatnya komunikasi itu adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu atau untuk mengubah sikap, pendapat atau perilaku orang lain, baik secara langsung melalui lisan maupun tidak langsung melalui media proses komunikasi.

Proses komunikasi pada dasarnya adalah penyampaian pesan yang dilakukan seseorang komunikator kepada komunikan, pesan itu bisa berupa gagasan, informasi, opini dan lain-lain


(32)

2.1.2.2 Tujuan Komunikasi

Dalam menyampaikan informasi dan mencari informasi kepada mereka, agar apa yang kita sampaikan dapat dimengerti sehingga komunikasi yang kita laksanakan dapat tercapai. Pada umumnya komunikasi dapat mempunyai beberapa tujuan antara lain:

a. Supaya gagasan kita dapat diterima oleh orang lain dengan pendekatan yang persuasif bukan memaksakan kehendak. b. Memahami orang lain, kita sebagai pejabat atau pimpinan

harus mengetahui benar aspirasi masyarakat tentang apa yang diinginkannya, jangan mereka mengiginkan arah ke barat tapi kita member jalur ke timur.

c. Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu, menggerakkan sesuatu itu dapat bermacam-macam mungkin berupa kegiatan yang dimaksudkan ini adalah kegiatan yang banyak mendorong, namun yang penting harus diingat adalah bagaimana cara yang terbaik melakukannya.

d. Supaya yang kita sampaikan itu dapat dimengerti sebagai pejabat ataupun komunikator kita harus menjelaskan kepada komunikan (penerima) atau bawahan dengan sebaik-baiknya dan tuntas sehingga mereka dapat mengikuti apa yang kita maksudkan. (Effendy, 1993:18)


(33)

2.1.2.3 Proses Komunikasi

Sebuah komunikasi tidak akan lepas dari sebuah proses, oleh karena itu apakah pesan dapat tersampaika atau tidak tergantung dari proses komunikasi yang terjadi proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap yaitu :

1. Proses Komunikas Secara Primer

Yaitu proses penyampaian pikiran atau perasaan kepada orang lain dengan menggunakan lambing-lambang (symbol) sebagai media lambang sebagai primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, isyarat, gambar, warna dan sebagainya yang secara langsung dapat menterjemahkan pikiran dan atau perasaan komunikator kepada komunikan. Media primer atau lambing yang paling banyak digunakan dalam komunikasi adalah bahasa, karena hanya bahasa yang ampu menerjemahkan pikiran seseorang kepada orang lain (apakah itu bentuk ide, informasi atau opini baik mengenai hal atau peristiwa yang terjadi pada saat sekarang, melainkan pada waktu yang lalu dan yang akan datang)

2. Proses Komunikasi Secara Sekunder

Adalah proses penyampian pesan oleh seorang kepada orang lain denga menggunaka alat atau sarana media kedua setelah memakai lambing sebagai media pertama. Seorang


(34)

komunikator menggunakan media kedua dalam melancarkan komunikasi karena komunikasi sebagai sasarannya berada di tempat yang relative jauh dan komunikan yang banyak. Surat, telepon, surat kabar, majalah, radio, televisi, film, dan masih banyak lagi media kedua yang sering digunakan sebagai media komunikasi.

2.1.2.4 Konteks Komunikasi

Komunikasi tidak berlangsung dalam suatu ruangan hampa sosial, melainkan dalam suatu konteks atau situasi tertentu. Secara luas konteks disini berarti semua faktor di luar orang-orang yang berkomunikasi yang terdiri dari:

1. Aspek bersifat fisik: seperti iklim, suhu, cuaca, bentuk ruangan, warna dinding, tempat duduk, jumlah peserta komunikasi dan alat untuk menyampaikan pesan.

2. Aspek psikologis: seperti sikap, kecenderungan, prasangka dan emosi para peserta komunikasi.

3. Aspek sosial: seperti norma kelompok, nilai sosial dan karakteristik budaya.

4. Aspek waktu: yakni kapan berkomunikasi (hari apa, jam berapa, pagi, siang, sore, malam).

Indikator paling umum untuk mengklasifikasikan komunikasi berdasarkan konteks atau tingkatannya adalah


(35)

jumlah peserta yang terlibat dalam komunikasi. Maka dikenallah komunikasi intrapribadi, komunikasi diadik, komunikasi antarpribadi, komunikasi kelompok. Komunikasi publik, komunikasi organisasi dan komunikasi massa.

Unsur-unsur dari proses komunikasi di atas, merupakan faktor penting dalam komunikasi, bahwa setiap unsur tersebut oleh para ahli komuikasi dijadikan objek ilmiah untuk ditelaah secara khusus. Proses komunikasi diklasifikasikan menjadi 2 bagian, yaitu:

1. Komunikasi Verbal

Simbol atau pesan adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Hampir semua rangsangan bicara yang kita sadari termasuk ke dalam kategori pesan verbal disengaja, yaitu usaha-usaha yang dilakukan secara sadar untuk berhubungan dengan orang lain secara lisan. Bahasa juga dianggap sebagai suatu sistem kode verbal.

2. Komunikasi Non Verbal

Secara sederhana pesan non verbal adalah semua isyarat yang bukan kata-kata. Menurut Larry A. Samovar dan Richard E. Porter, komunikasi non verbal mencakup semua rangsangan (kecuali rangsang verbal) dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan penggunaan lingkungan


(36)

oleh individu, yang mempunyai nilai pesan potensialbagi pengirim atau penerima. (Mulyana, 2007:343)

2.1.2.5 Fungsi Komunikasi

Komunikasi memiliki beberapa fungsi, Menurut Effendy ada empat fungsi utama dari kegiatan komunikasi, yaitu :

1. Menginformasikan (to inform)

Adalah memberikan informasi kepada masyarakat mengenai peristiwa yang terjadi, ide atau pikiran dan tingkah laku orang lain, serta segala sesuatu yang disampaikan orang lain. 2. Mendidik (to educate)

Adalah komunikasi merupakan sarana pendidikan, dengan komunikasi manusia dapat menyampaikan ide dan pikirannya kepada orang lain sehingga orang lain mendapatkan informasi dan ilmu pengetahuan.

3. Menghibur (to entertain)

Adalah Komunikasi selain berguna untuk menyampaikan komunikasi pendidikan, mempengaruhi juga berfungsi untuk menyampaikan hiburan atau menghibur orang lain.

4. Mempengaruhi (to influence)

Adalah fungsi mempengaruhi setiap individu yang berkomunikasi, tentunya berusaha mempengaruhi jalan pikiran komunikan dan lebih jauh lagi berusaha merubah


(37)

sikap dan tingkah laku komunikan sesuai dengan apa yang diharapkan.

Deddy Mulyana dalam bukunya Ilmu komunikasi suatu pengantar mengutip Kerangka berpikir William I. Gorden mengenai fungsi-fungsi komunikasi yang dibagi menjadi empat bagian. Fungsi-fungsi suatu peristiwa komunikasi (communication event) tampaknya tidak sama sekali independen, melainkan juga berkaitan dengan fungsi-fungsi lainnya, meskipun terdapat suatu fungsi dominan.

1. Fungsi Komunikasi Sosial

Komunikasi itu penting membangun konsep diri kita, aktualisasi diri, kelangsungan hidup untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan. Pembentukan konsep diri Konsep diri adalah pandangan kita mengenai siapa diri kita dan itu hanya bisa kita peroleh lewat informasi yang diberikan orang lain kepada kita. Pernyataan eksistensi diri Orang berkomunikasi untuk menunjukkan dirinya eksis. Inilah yang disebut aktualisasi diri atau pernyataan eksistensi diri. Ketika berbicara, kita sebenarnya menyatakan bahwa kita ada.


(38)

2. Fungsi Komunikasi Ekspresif

Komunikasi ekspresif dapat dilakukan sejauh komunikasi tersebut menjadi instrumen untuk menyampaikan perasaan-perasaan (emosi kita) melalui pesan-pesan non verbal.

3. Fungsi Komunikasi Ritual

Komunikasi ritual sering dilakukan secara kolektif. Suatu komunitas sering melakukan upacara-upacara berlainan sepanjang tahun dalam acara tersebut orang mengucapakan kata-kata dan menampilkan perilaku yang bersifat simbolik. 4. Fungsi Komunikasi Instrumental

Komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum: menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap dan keyakinan dan mengubah perilaku atau menggerakkan tindakan dan juga untuk menghibur (persuasif) Suatu peristiwa komunikasi sesungguhnya seringkali mempunyai fungsi-fungsi tumpang tindih, meskipun salah satu fungsinya sangat menonjol dan mendominasi.


(39)

2.1.3 Tinjauan Tentang Makna 2.1.3.1 Pengertian Makna

Makna merupakan konsep yang abstrak, yang telah menarik perhatian pada ahli filsafat dan para teoretisi ilmu sosial semenjak 2000 tahun yang silam. Semenjak Plato mengkonseptualisasikan makna manusia sebagai salinan “ultrarealitas”, para pemikir besar telah sering mempergunakan konsep itu dengan penafsiran yang amat luas yang merentang sejak pengungkapan mental dari Locke sampai ke respon yang dikeluarkan dari Skinner, tetapi pengungkapan makna dari makna terkesan menemukan jalan buntu karena konsepsi yang cenderung tidak dapat di konsepsikan, sebagaimana yang diungkapkan oleh Jerold Katzyang dikutip oleh Fisher, bahwa “Setiap usaha untuk memberikan jawaban langsung telah gagal. Beberapa seperti misalnya jawaban Plato, telah terbukti terlalu samar-samar dan spekulatif. Yang lainnya

memberikan jawaban yang salah.” (Fikri, 2011: 54).

Judul-judul buku seperti misalnya “The Meaning of Meaning” dan “Understanding Understanding” bersifat provokatif akan tetapi cenderung untuk lebih banyak berjanji dari pada apa yang dapat diberikannya. Barangkali alasan mengapa terjadi kekacauan konseptual tentang makna ialah adanya kecenderungan yang meluas untuk berpikir tentang makna sebagai konsep yang bersifat tunggal. Brodbeck (1963), misalnya, mengemukakan bahwa sebenarnya ada tiga pengertian


(40)

tentang konsep makna yang berbeda-beda. Penjelasan mengenai tiga konsep makna tersebut dikutip oleh Fisher, sebagai berikut:

“Menurut Tipologi Brodbeck, yang pertama makna referensial yakni makna suatu istilah adalah objek, pikiran, ide, atau konsep yang ditujukan oleh istilah itu. Kedua dari Brodbeck adalah arti istilah itu. Dengan kata lain, lambang atau istilah itu „berarti‟ sejauh ia berhubungan dengan „sah‟ dengan istilah konsep yang lainnya. Tipe makna yang ketiga, mencakup makna yang dimaksudkan (intentional) dalam arti bahwa arti suatu istilah lambang tergantung pada apa yang dimaksudkan pemakai dengan arti lambang itu.” (Fikri , 2011: 54).

Rubenstein berusaha untuk mengungkapkan hakikat makna yang diadaptasi pada studi bahasa. Brodbeck terutama memperhatikan makna istilah dalam teori ilmiah. Tujuannya berbeda, karena itu berbeda pula penjelasan tentang makna itu. Dua buah contoh diatas menggambarkan adanya kekacauan konseptual secara filosofis atau pun empiris mengenai makna dari makna, tetapi tujuannya bukan untuk menemukan hakikat makna yang “sebenarnya” dari konsep makna itu. Pembahasan terdahulu ditujukan untuk menunjukan adanya fakta yang jelas mengenai makna merupakan konsep yang tersebar secara luas dan bermuka majemuk. Bergantung pada tujuan dan perspektif seseorang, konsep itu sendiri dapat ditafsirkan dengan berbagai cara.

Dengan menyampingkan semua kekacauan filosofis mengenai makna, sebenarnya kita semua memiliki intuitif tentang apa itu makna. Dengan kata lain, kita mungkin tidak dapat menerangkan penjelasan teoritis yang tepat tentang makna, namun kita dapat mengatasi konsep makna dalam percakapan. Pengertian makna itu sendiri bergantung


(41)

pada perspektif yang kita pergunakan untuk mengkaji proses komunikatif, oleh karena itu penggunaan konsep maknasecara konsisten dipergunakan seakan-akan kita tahu sepenuhnya tentang makna dari makna itu.

2.1.3.2 Makna Dalam Komunikasi

Secara etimologi penjelasan mengenai definisi komunikasi telah banyak diarahkan pada suatu sumber yang sama mengenai asal mulanya yang berasal dari kata Latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Hal ini menunjukan satu karakteristik yang jelas dari makna yang relevan dengan komunikasi manusia adalah “kebersamaan”: makna yang berkaitan dengan komunikasi pada hakikatnya merupakan fenomena sosial.

Aubrey Fisher menjelaskan mengenai konsepsi makna dalam hubungannya sebagai inisiasi dalam komunikasi, bahwa

“Makna, sebagai konsep komunikasi, mencakup lebih daripada sekedar penafsiran atau pemahaman seorang individu saja. Makna selalu mencakup banyak pemahaman―aspek-aspek pemahaman

yang secara bersama dimiliki para komunikator.” (Fikri, 2011: 56).

Akan tetapi, aspek kebersamaan tersebut tidak harus menunjukan bahwa semua peserta dalam proses komunikatif memiliki pemahaman yang identik dengan lambing atau pikiran-pikiran (atau apapun), namun


(42)

bahwa pemahman tertentu menjadi milik bersama mereka semua. Tanpa adanya suatu derajat tentang apa yang disebut Goyer dalam kutipan Fisher, yakni “Kebersamaan makna (commonality of meaning) yakni pemilikan pengalaman secara bersama. (Fikri, 2011: 56).

Aspek makna yang fundamental sebagaimana terdapat dalam komunikasi manusia adalah alat sosialnya―keumumannya atau konsnensus atau kebersamaannya dari makna-makna individual. Faham tentang makna bersama sebagaian besar memasuki setiap perfektif komunikasi manusia, tetapi hal ini tidak berarti bahwa tinjauan komunikasi manusia tentang “makna bersama” itu sama. Dalam kenyataannya, konsepsi tentang kebersamaan tersebut berbeda-beda diantara berbagai sudut penciptaan dan pemaknaannya.

2.1.4 Tinjauan Tentang Komunikasi Nonverbal 2.1.4.1 Pengertian Komunikasi Nonverbal

Inti utama proses komunikasi adalah penyampaian pesan oleh komunikator di satu pihak dan penerimaan pesan oleh komunikan di pihak lainnya. Kadar yang paling rendah dari keberhasilan komunikasi diukur dengan pemahaman komunikan pada pesan yang diterimanya. Pemahaman komunikan terhadap isi pesan atau makna pesan yang diterimanya merupakan titik tolak untuk terjadinya perubahan pendapat, sikap, dan tindakan. Pesan komunikasi secara garis besar dapat dibedakan menjadi


(43)

dua ketegori, yakni pesan verbal dan pesan nonverbal. Pesan verbal adalah pesan yang berupa bahasa, baik yang diungkapakan melalui kata-kata maupun yang dituangkan dalam bentuk rangkaian kalimat tulisan. Pesan nonverbal adalah pesan yang berupa isyarat atau lambang-lambang selain lambang bahasa.

Komunikasi nonverbal lebih tua daripada komunikasi verbal. Kita lebih awal melakukannya, kerena hingga usia kira-kira 18 bulan, kita secara total bergantung pada komunikasi nonverbal seperti sentuhan, senyuman, pandangan mata, dan sebagainya. Maka, tidaklah mengherankan ketika kita ragu pada seseorang, kita lebih percaya pada pesan nonverbalnya. Orang yang terampil membaca pesan nonverbal orang lain disebut intuitif, sedangkan yang terampil mengirimkannya disebut ekspresif.

Secara sederhana, pesan nonverbal adalah semua isyarat yang bukan kata-kata. Menurut Larry A. Samovar dan Richard E. Porter

“Komunikasi nonverbal mencakup semua rangsangan (kecuali rangsangan verbal) dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh individu, yang mempunyai


(44)

nilai pesa potensial bagi pengirim atau

penerima”.(Mulyana 2007:343)

Sebagaimana kata-kata, kebanyakan isyarat nonverbal juga tidak universal, melainkan terikat oleh budaya, jadi dipelajari, bukan bawaan. Sedikit isyarat nonverbal yang merupajan bawaan. Kita semua lahir dan mengetahui bagaimana tersenyum, namun kebanyakan ahli sepakat bahwa di mana, kapan, dan kepada siapa kita menunjukkan emosi ini dipelajari, dan karenanya dipengaruhi oleh konteks dan budaya. Kita belajar menatap, memberi isyarat, memakai parfum, menyentuh berbagai bagiann tubuh orang lain, dan bahkan kapan kita diam. Cara kita bergerak dalam ruang ketika berkomunikasi dengan orang lain didasarkan terutama pada respons fisik dan emosional terhadap rangsangan lingkungan. Smentara kebanyakan perilaku verbal kita bersifat eksplisit dan diproses secara kognitif, perilaku nonverbal kita bersifat spontan, ambigu, sering berlangsung cepat, dan di luar kesadaran dan kendali kita. Sementara itu Menurut Edward T. Hall:

“Menamai bahasa nonverbal ini sebagai “bahasa diam” (silent language) dan “dimensi tersembunyi” (hidden dimension). Disebut diam dan tersembunyi, karena pesan-pesan nonverbal tertanam dalam konteks komunikasi.


(45)

Selain isyarat situasional dan relasional dalam transaksi komunikasi, pesan nonverbal memberi kita isyarat-isyarat kontekstual. Bersama isyarat verbal dan isyarat kontekstual, pesan nonverbal membantu kita menafsirkan

seluruh makna pengalaman komunikasi.”(Mulyana,

2007:344)

2.1.4.2 Tujuan Komunikasi Non Verbal

Komunikasi nonverbal pada aplikasinya seringkali dikaitkan atau beriringan dengan aplikasi dari komunikasi verbal. Bahkan keduanya seringkali berbarengan dalam pelaksanaan atau penyampaiannya. Maka, dalam setiap penyampaian pesan baik secara verbal maupun nonverbal memiliki tujuan-tujuan yang tersirat dan dicapainya. Adapun pada komunikasi nonverbal mempunyai beberapa tujuan, diantaranya:

1. Menyediakan atau memberikan informasi 2. Mengatur alur suara percakapan

3. Mengekspresikan emosi

4. Memberikan sifat, melengkapi, menentang, atau mengembangkan pesan-pesan verbal


(46)

6. Mempermudah tugas-tugas khusus, misalnya mengajari suatu permainan olah raga tertentu.(Farhan, 2008)1

2.1.4.3 Bentuk Komunikasi Non Verbal

Dalam buku karangan Dedy Mulyana (2007), bentuk-bentuk komunikasi non verbal dibagi menjadi tujuh macam yaitu :

1. Komunikasi visual

Komunikasi visual merupakan salah satu bentuk komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan berupa gambar-gambar, grafik-grafik, lambang-lambang, atau simbol-simbol. Dengan menggunakan gambar-gambar yang relevan, dan penggunaan warna yang tepat, serta bentuk yang unik akan membantu mendapat perhatian pendengar. Dibanding dengan hanya mengucapkan kata-kata saja, penggunaan komunikasi visual ini akan lebih cepat dalam pemrosesan informasi kepada para pendengar. 2. Komunikasi sentuhan

Ilmu yang mempelajari tentang sentuhan dalam komunikasi non verbal sering disebut Haptik. Sebagai contoh: bersalaman, pukulan, mengelus-elus, sentuhan di punggung dan lain sebagainya merupakan salah satu bentuk

1

http://akhmadfarhan.wordpress.com/2008/12/04/komunikasi-nonverbal/ (Selasa, 27 Maret 2013 Pkl : 20:30)


(47)

komunikasi yang menyampaikan suatu maksud/tujuan tertentu dari orang yang menyentuhnya

3. Komunikasi gerakan tubuh

Kinetik atau gerakan tubuh merupakan bentuk komunikasi non verbal, seperti, melakukan kontak mata, ekspresi wajah, isyarat dan sikap tubuh. Gerakan tubuh digunakan untuk menggantikan suatu kata yang diucapkan. Dengan gerakan tubuh, seseorang dapat mengetahui informasi yang disampaikan tanpa harus mengucapkan suatu kata. Seperti menganggukan kepala berarti setuju.

4. Komunikasi lingkungan

Lingkungan dapat memiliki pesan tertentu bagi orang yang melihat atau merasakannya. Contoh: jarak, ruang, temperatur dan warna. Ketika seseorang menyebutkan bahwa ”jaraknya sangat jauh”, ”ruangan ini kotor”,

”lingkungannya panas” dan lain-lain, berarti seseorang

tersebut menyatakan demikian karena atas dasar penglihatan dan perasaan kepada lingkungan tersebut

5. Komunikasi penciuman

Komunikasi penciuman merupakan salah satu bentuk komunikasi dimana penyampaian suatu pesan/informasi melalui aroma yang dapat dihirup oleh indera penciuman. Misalnya aroma parfum , seseorang tidak akan memahami


(48)

bahwa parfum tersebut termasuk parfum, apabila ia hanya menciumnya sekali.

6. Komunikasi penampilan

Seseorang yang memakai pakaian yang rapi atau dapat dikatakan penampilan yang menarik, sehingga mencerminkan kepribadiannya. Hal ini merupakan bentuk komunikasi yang menyampaikan pesan kepada orang yang melihatnya. Tetapi orang akan menerima pesan berupa tanggapan yang negatif apabila penampilannya buruk (pakaian tidak rapih, kotor dan lain-lain).

7. Komunikasi citra rasa

Komunikasi citrasa merupakan salah satu bentuk komunikasi, dimana penyampaian suatu pesan/informasi melalui citrasa dari suatu makanan atau minuman. Seseorang tidak akan mengatakan bahwa suatu makanan/minuman memiliki rasa enak, manis, lezat dan lain-lain, apabila makanan tersebut telah memakan/meminumnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa citra rasa dari makanan/minuman tadi menyampaiakan suatu maksud atau makna. (Deddy Mulyana, 2007 :353)


(49)

2.1.4.4 Arti penting Komunikasi Non Verbal

Menurut Dale G. Leathers (1976) yang dikutip oleh Jalaludin Rakhmat dalam buku Mulyana (2007) Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, menyebutkan enam alasan mengapa pesan nonverbal sangat penting.yaitu :

1. Faktor-faktor nonverbal sangat menentukan makna dalam komunikasi interpersonal. Ketika kita mengobrol atau berkomunikasi tatap muka, kita banyak menyampaikan gagasan dan pikiran kita lewat pesan-pesan nonverbal. Pada gilirannya orang lain pun lebih banyak “membaca” pikiran kita lewat petunjuk-petunjuk nonverbal. Menurut Birdwhistell,”barangkali tidak lebih dari 30% sampai 35% makna sosial percakapan atau interaksi dilakukan dengan kata-kata.” Sisanya dilakukan dengan pesan nonverbal. Mehrabian, penulis The Silent Message, bahkan memperkirakan 93% dampak pesan diakibatkan oleh pesan nonverbal. Dalam konteks ini juga kita dapat memahami mengapa kalimat-kalimat yang tidak lengkap dalam percakapan masih dapat diberi arti. Anda maklum apa yang dimaksud oleh rekan anda ketika ia melukiskan kecantikan seorang wanita dengan kalimat yang tidak selesai, ”Pokoknya…….,” ketika anda melihat gerak kepala, tubuh dan tangannya.


(50)

2. Perasaan dan emosi lebih cermat disampaikan lewat pesan nonverbal ketimbang pesan verbal. Anda boleh menulis surat kepada pacar anda dan mengungkapkan gelora kerinduan anda. Anda akan tertegun, Anda tidak menemukan kata-kata yang tepat untuk menyatakan sesuatu yang begitu mudah diungkapkan melalui pesan nonverbal. Bagaimana harus anda tuliskan dalam surat Anda getaran suara, tarikan napas, kesayuan mata, dan detak jantung? Meurut Mahrabian (1967), hanya 7% perasaan kasih sayang dapat dikomunikasikan dengan kata-kata. Selebihnya, 38% dikomunikasikan lewat suara, dan 55% dikomunikasikan melalui ungkapan wajah (senyum, kontak mata, dan sebagainya).

3. Pesan nonverbal menyampaikan makna dan maksud yang relatif bebas dari penipuan, distorsi dan kerancuan. Pesan nonverbal jarang dapat diatur oleh komunikator secara sadar. Sejak Zaman Prasejarah, wanita selalu mengatakan “tidak” dengan lambang verbal, tetapi pria jarang tertipu. Mereka tahu ketika “tidak” diucapkan, seluruh anggota tubuhnya mengatakan “ya”. Dalam situsi yang “double

binding” – ketika pesan nonverbal bertentangan dengan


(51)

4. Pesan nonverbal mempunyai fungsi metakomunikatif yang sangat diperlukan untuk mencapai komunikasi yang berkualitas tinggi. Fungsi metakomunikatif artinya memberikan informasi tambahan yang memperjelas maksud dan makna pesan. Diatas telah disebutkan bahwa pesan nonverbal mempunyai fungsi repetisi, substitusi, kontradiksi, komplemen dan aksentuasi. Semua ini menambah kadar informasi dalam penyampaian pesan. 5. Pesan nonverbal merupakan cara berkomunikasi yang lebih

efisien dibandingkan dengan pesan verbal. Dari segi waktu, pesan verbal sangat tidak efisien. Diperlukan lebih banyak waktu untuk mengunkapkan pikiran kita secara verbal daripada secara nonverbal.

6. Pesan nonverbal merupakan sarana sugesti yang paling tepat. Ada situasi komunikasi yang menuntut kita untuk mengungkapkan gagasan atau emosi secara tidak langsung. Sugesti disini dimaksudkan menyarankan sesuatu kepada orang lain secara implisit (tersirat). Sugesti paling efektif disampaikan melalui pesan nonverbal.


(52)

2.1.4.5 Klasifikasi Pesan Non Verbal

Menurut Larry A Samovar dan Richard E. Poter, (dalam Mulyana 2007 :352) Klasifikasi pesan-pesan nonverbal kedalam 2 kategori utama, yaitu :

1. Perilaku yang terdiri penampilan dan pakaian, gerakan dan postur tubuh, ekspresi wajah, kontak mata, sentuhan, bau-bauan, dan parabahasa ( vokalika )

2. Ruang,dan waktu.(Mulyana, 2007:352)

Sementara itu Menurut Jalaludin Rakhmat mengelompokkan pesan-pesan nonverbal sebagai berikut:

a. Pesan kinesik. Pesan nonverbal yang menggunakan gerakan tubuh yang berarti, terdiri dari tiga komponen utama: pesan fasial, pesan gestural, dan pesan postural.

b. Pesan fasial menggunakan air muka untuk menyampaikan makna tertentu. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa wajah dapat menyampaikan paling sedikit sepuluh kelompok makna: kebagiaan, rasa terkejut, ketakutan, kemarahan, kesedihan, kemuakan, pengecaman, minat, ketakjuban, dan tekad. Leathers (1976) menyimpulkan penelitian-penelitian tentang wajah sebagai berikut:

Wajah mengkomunikasikan penilaian dengan ekspresi senang dan taksenang, yang menunjukkan apakah


(53)

komunikator memandang objek penelitiannya baik atau buruk;

Wajah mengkomunikasikan berminat atau tak berminat pada orang lain atau lingkungan;

Wajah mengkomunikasikan intensitas keterlibatan dalam situasi situasi;

Wajah mengkomunikasikan tingkat pengendalian individu terhadap pernyataan sendiri; dan wajah barangkali mengkomunikasikan adanya atau kurang pengertian.

c. Pesan gestural menunjukkan gerakan sebagian anggota badan seperti mata dan tangan untuk mengkomunikasi berbagai makna.

d. Pesan postural berkenaan dengan keseluruhan anggota badan, makna yang dapat disampaikan adalah: a. Immediacy yaitu ungkapan kesukaan dan ketidaksukaan terhadap individu yang lain. Postur yang condong ke arah yang diajak bicara menunjukkan kesukaan dan penilaian positif; b. Power yaitu mengungkapkan status yang tinggi pada diri komunikator. Anda dapat membayangkan postur orang yang tinggi hati di depan anda, dan postur orang yang merendah; c. Responsiveness, individu dapat bereaksi secara emosional pada lingkungan secara positif dan negatif. Bila postur anda tidak berubah, anda mengungkapkan sikap yang tidak responsif.


(54)

e. Pesan proksemik disampaikan melalui pengaturan jarak dan ruang. Umumnya dengan mengatur jarak kita mengungkapkan keakraban kita dengan orang lain.

f. Pesan artifaktual diungkapkan melalui penampilan tubuh, pakaian, dan kosmetik. Walaupun bentuk tubuh relatif menetap, orang sering berperilaku dalam hubungan dengan orang lain sesuai dengan persepsinya tentang tubuhnya (body image). Erat kaitannya dengan tubuh ialah upaya kita membentuk citra tubuh dengan pakaian, dan kosmetik.

g. Pesan paralinguistik adalah pesan nonverbal yang berhubungan dengan dengan cara mengucapkan pesan verbal. Satu pesan verbal yang sama dapat menyampaikan arti yang berbeda bila diucapkan secara berbeda.

h. Pesan sentuhan dan bau-bauan, yaitu alat penerima sentuhan adalah kulit, yang mampu menerima dan membedakan emosi yang disampaikan orang melalui sentuhan. Sentuhan dengan emosi tertentu dapat mengkomunikasikan: kasih sayang, takut, marah, bercanda, dan tanpa perhatian. Bau-bauan, terutama yang menyenangkan (wewangian) telah berabad-abad digunakan orang, juga untuk menyampaikan pesan – menandai wilayah mereka, mengidentifikasikan keadaan emosional, pencitraan, dan menarik lawan jenis.


(55)

2.1.5 Tinjauan Tentang Komuikasi Antar Budaya

Manusia, memahami manusia berarti memahami apa yang terjadi selama komunikasi berlangsung, mengapa itu terjadi, apa yang terjadi, akibat-akibat dari apa yang terjadi dan akibatnya apa yang dapat kita perbuat untuk mempengaruhi dan memaksimalkan hasil-hasil dari kejadian tersebut.

Budaya-budaya yang berbeda memiliki sistem nilai yang berbeda dan karenanya ikut menentukan tujuan hidup yang berbeda, juga menentukan cara berkomunikasi kita yang sangat dipengaruhi oleh bahasa, aturan, norma yang ada di masing-masing budaya. Sehingga sebenarnya dalam setiap kegiatan komunikasi kita dengan orang lain selalu mengandung potensi komunikasi lintas budaya atau antar budaya, karena kita akan selalu berada pada “Budaya” yang berbeda dengan orang lain, seberapapun kecilnya perbedaan itu.

Kebutuhan untuk mempelajari komunikasi lintas budaya ini semakin terasa karena semakin terbukanya pergaulan kita dengan orang-orang dari berbagai budaya yang berbeda, disamping kondisi bangsa Indonesia yang sangat majemuk dengan berbagai ras, suku bangsa, agama, latar belakang daerah (desa/kota) latar belakang pendidikan dan sebagainya.

Komunikasi antarbudaya adalah komunikasi yang terjadi di antara orang-orang yang memiliki kebudayaan yang berbeda (bisa


(56)

beda ras, etnik, atau sosioekonomi, atau gabungan dari semua perbedaan ini)

Menurut Stewart L. Tubbs. Komunikasi antarbudaya adalah “komunikasi antar orang-orang yang berbeda budaya (baik dalam arti ras, etnik atau perbedaan sosio ekonomi)” sedangkan kebudayaan adalah “cara hidup yang berkembang dan di anut oleh sekelompok orang serta berlangsung dari generasi ke generasi”. Guo-Ming Chen dan William J. Sartosa mengatakan bahwa komunikasi antarbudaya adalah “proses negosiasi atau pertukaran sistem simbolik yang membimbing perilaku manusia dan membatasi mereka dalam menjalankan fungsinya sebagai kelompok”.

Selanjutnya komunikasi antarbudaya dilakukan :

1. Dengan negosiasi untuk melibatkan manusa di dalam pertemuan antarbudaya yang membahas satu tema (penyampaian tema melalui symbol) yang sedang dipertentangkan. Symbol tidak sendirinya mempunyai maka tetapi dia dapat berarti ke dalam satu konteks dan makna-makna itu dinegosiasikan atau di perjuangkan sebagai pembimbing perilaku budaya yang tidak terprogram namun bermanfaat karena mempunyai pengaruh dan perilaku kita. 2. Menunjukan fungsi sebuah kelompok sehingga kita dapat

membedakan diri dari kelompok lain dan mengidentifikasikannya dengan berbagai cara.


(57)

2.1.5.1Fungsi-Fungsi Komunikasi Antarbudaya 2.1.5.1.1 Fungsi Pribadi

Fungsi pribadi adalah fungsi-fungsi komunikasi yang ditunjukan melalui perilaku komunikasi yang bersumber dari seorang individu.

a. Menyatakan Identitas Sosial

Dalam proses komunikasi antar budaya terdapat beberapa perilaku komunikasi individu yang digunakan untuk menyatakan identitas sosial, perilaku itu sendiri dinyatakan melalui tindakan bernahasa baik secara verbal dan non verbal. Dari perilaku berbahasa itulah dapat diketahui identitas diri maupun sosial. Misalnya dapat diketahui asal-usul bangsa, agama, maupun tingkat pendidikan seseorang.

b. Menyatakan Integrasi Sosial

Inti konsep integrasi sosial adalah menerima kesatuan dan persatuan antarpribadi antarkelompok namun tetap mengakui perbedaan-perbedaan yang dimiliki oleh setiap unsure. Perlu dipahami bahwa salah satu tujuan komunikasi adalah member makna yang sama atas pesan atau dibagi antara komunikator dan komunikan.dalam konteks komunikasi antarbudaya.


(58)

c. Menambah Pengetahuan

Seringkali komunikasi antar pribadi maupun antarbudaya menambah pengetahuan bersama, saling mempelajari kebudayaan masing-masing.

d. Melepaskan Diri atau Jalan Keluar

Kadang-kadang kita berkomunikasi dengan orang lain untuk melepaskan diri atau mencari jalan keluar atas masalah yang kita hadapi. Pilihan komunikasi seperti itu kita namakan komunikasi yang berfungsi menciptakan hubungan yang komplementer dan hubungan yang sismetris.

Hubungan komplementer selalu dilakukanoleh dua pihak yang mempnyai perilaku yang berbeda. Perilaku seorang berfungsi sebagai stimulus perilaku komplementer dari yang lain. Dalam hubungan komplementer perbedaan di antar dua pihak dimaksimumkan sebaliknya yang simetris dilakukan oleh dua orang yang saling bercermin pada perilaku lainnya. Perilaku satu orang tercermin pada perilaku orang lainnya.

2.1.5.1.2 Fungsi Sosial a. Pengawasan

Fungsi sosial yang perama adalah pengawasan, praktek komunikasi antar budaya di antara komunikator dan komunikan yang berbeda kebudayaan berfungsi saling


(59)

mengawasi. Dalam setiap proses komunikasi antarbudaya fungsi ini bermanfaat untuk menginformasikan “perkembangan” tentang lingkungan. Fungsi ini lebih banyak dilakukan oleh media masa yang menyebarluaskan secara rutin perkembangan peristiwa yang terjadi di sekitar kita meskipun peristiwa dalam konteks kebudayaan yang berbeda.

b. Menjembatani

Dalam komunikasi antarbudaya, maka fungsi komunikasi yang dilakukan antara dua orang yang berbeda budaya itu merupakan jembatan atas perbedaan antara mereka. Fungsi menjembatani itu dapat terkontrol melalui pesan-pesan yang mereka pertukarkan, keduanya saling menjelaskan perbedaan tafsir atas sebuah pesan sehingga menghasilkan makna yang sama. Fungsi ini dijalankan pula oleh berbagai konteks komunikasi termasuk komunikasi massa.

c. Sosial Nilai

Fungsi sosialisasi merupakan fungsi untuk mengajarkan dan memperkenalkan nilai-nilai kebudayaan suatu masyarakat kepada masyarakat lain.


(60)

d. Menghibur

Fungsi menghibur sering tampil dalam proses komunkasi antarbudaya. Misalnya menonton acara televise drama Korea di Indonesia. Hiburan tersebut termasuk kategori hiburan antarbudaya.

2.2 Kerangka Pemikiran

Dalam penelitian ini sebagai ranah pemikiran yang mendasari peneliti tersusunlah kerangka pemikiran baik secara teoritis maupun konseptual. Adapun kerangka pemikiran secara teoritis dan konseptual, sebagai berikut:

2.2.1 Kerangka Teoritis

“Komunkasi Non verbal mencakup semua rangsangan (kecuali rangsangan verbal) dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh individu, yang mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim atau penerima. “

Lary A. Samovar dan Richard E. Porter mengklafikasikan pesan-pesan nonverbal kedalam 2 kategori utama, yaitu

1. Perilaku yang terdiri penampilan dan pakaian,gerakan dan postur tubuh, ekspresi wajah , kontak mata, sentuhan, bau-bauan, dan parabahasa


(61)

2. Ruang,waktu dan diam.(Deddy Mulyana 2007 :352).

Salah satu jenis komunikasi yaitu komunikasi non verbal disebut dengan bahasa tubuh. Komunikasi nonverbal adalah penyampaian pesan tanpa kata-kata dan pesan komunikasi nonverbal memberikan arti pada komunikasi verbal. Untuk memahami komunikasi tersebut sehingga menimbulkan beberapa paradigma yang muncul salah satunya paradigma yang dikemukakan oleh Lary A.Samovar dan Richard E. Porter yang dikutip oleh Deddy Mulyana dimana komunikasi Non Verbal meliputi 2 (dua) unsur, sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu, yaitu:

1. Perilaku

Perilaku merupakan salah satu unsur komunikasi nonverbal dimana seorang komunikator menyampaikan pesannya kepada komunikan, melalui perilaku ini lah seseorang dapat menyampaikan pesan dengan berbagai macam cara, adapun perilaku yang ditunjukan antara lain penampilan dan pakaian, gerakan dan postur tubuh, ekspresi wajah kontak, mata, sentuhan, bau-bauan, dan parabahasa.

2. Ruang dan Waktu

Untuk proses peyampaian komunikasi non verbal ruang merupakan tempat atau posisi dimana proses pesan non verbal itu terjadi.dan diperlukan waktu yang tepat dalam tujuan


(62)

penyampaian pesan bisa dilakukan dan diterima oleh komunikan dengan jernih.

2.2.2 Kerangka Konseptual

Dalam kerangka konseptual ini,penulis mengaplikasikan definisi Lary A. Samovar dan Richard E. Porter yang digunakan sebagai landasan penelitian dengan keadaan di lapangan tentang komunikasi Non verbal kesenian gembyung di kabupaten Subang , dimana dalam kesenian ini terdapat berbagai macam perilaku yang dapat di amati antara lain : pakaian, gerakan, ekspresi wajah dan bau-bauan. Dimana diawal kesenian ini dilaksanakan ritual-ritual terlebih dahulu dengan peralatan dan juga sesajen yang telah disediakan oleh yang punya hajat ataupun disediakan oleh pimpinan dari kesenian gembyung tersebut, dan juga disetiap pertunjukannya kesenian ini mengandung unsur-unsur seperti tarian, busana,dan ,gerakan-gerakan selama pagelaran dimulai dan teori atribusi di gunakan untuk mengetahui respons khalayak terhadap pesan – pesan non verbal yang yang di samapaikan kesenian gembyung dalam setiap penampilan nya,baik melalui gerakan, busana , ekspresi wajah ataupun bau-bauan..

Dalam setiap prosesi kesenian gembyung ini mengandung pesan yang tujuan nya menyampaikan makna kepada masyarakat yaitu sebagai berikut:


(63)

1. Perilaku

Pada tahap ini perilaku yang ditunjukan melalui busana yang beraneka ragam pada setiap penampilan nya, gerakan-gerakan para pemain kesenian gembyung mulai dari awal sampai akhir acara, ekspresi wajah pada tahap ini para pemain kesenian gembyung menunjukan ekspresi wajah yang dapat diamati satu sama lainnya oleh setiap masyarakat yang hadir dimana pada prosesi ini memiliki pesan dan makna yang sedang terjadi dan pemakaian bau-bauan terdapatnya peggunaan kemenyan.

2. Ruang dan Waktu

Pada tahap ini dalam prosesi kesenian gembyung dilaksanakan dalam ruangan ataupun lapangan yang terbuka sehingga dapat diamati dan dilihat oleh publik dimana dalam setiap prosesinya ini mengandung pesan nonverbal yang disampaikan dan waktu yang ditetapkan oleh perhitungan menurut sesepuh setempat karena kesenian ini lebih sering dipertontonkan pada saat ada warga yang mempunyai hajatan tertentu atau pada kegiatan agama islam.

Dari kedua komponen diatas diadaptasikan oleh penulis ke gambar di bawah ini agar lebih jelas mengenai proses terjadinya pesan-pesan komunikasi non verbal yang terdapat dalam kesenian gembyung yang urutannya saling berkaitan sehingga menjadikan suatu informasi yang lebih efektif dan terencana.


(64)

2.2.3 Desain kerangka pemikiran

Dalam penelitian ini peneliti membuat desain kerangka pemikiran seperti yang di bawah ini:

Gambar 2.1

Desain Kerangka Pemikiran

Sumber : Pemikiran Penulis 2013

Ruang dan Waktu Perilaku

KOMUNIKASI NON

VERBAL


(65)

(66)

52 BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Obyek Penelitian

3.1.1 Tinjauan Tentang Kesenian Gembyung Di Kabupaten Subang

3.1.1 .1 Masa Pembentukan ( 1852-1948 )

Tidak ada yang tahu secara pasti kapan seni gembyung dilahirkan. Namun diperkirakan pada pertengahan abad ke 19 cikal bakal seni ini mulai ada, dan muai dikenal luas oleh masyarakat pada pertengahan tahun 1948-an.

Seni gembyung adalah kesenian yang merupakan perkembangan dari kesenian terbang, salah satu kesenian peninggalan para wali. Konon kesenian terbang digunakan oleh para wali yang dalam hal ini Sunan Bonang dan Sunan Kalijaga sebagai media untuk menyebarkan agama Islam , di tanah jawa khusus nya jawa barat. Kesenian terbang ini biasa dipertunjukkan pada upacara-upacara kegiatan Agama Islam seperti peringatan Maulid Nabi, Rajaban dan Kegiatan Syuro yang digelar di sekitar tempat ibadah.

Seiring berjalan nya waktu dan berkembang nya zaman, kesenian terbang pun mulai bekermbang dan menyebar luas ke setiap penjuru tanah jawa,khusus nya jawa barat,yang semula kesenian terbang ini lahir di Cirebon pada abad 14. Kesenian terbang pun


(67)

berkembang menjadi beberapa macam kesenian salah satu nya yaitu kesenian gembyung,yang membedakan antara kesenian gembyung dan tarbang adalah dari lagu-lagu yang di bawakan , kesenian terbang masih membawakan lagu-lagu islam dari setiap pelaksanaanya, sedangkan gembyung sudah menambahkan beberapa lagu selain lagu-lagu islam , engko,ongket, siuh buhun yang merupakan lagu-lagu khas sunda.

Pada abad ke-19 kesenian gembyung berkembang ,ini dibuktikan dengan adanya cerita dan silsilah yang disampaikan beberapa tokoh Gembyung sebagai sejarah penciptaan dan perkembangan seni tradisional Gembyung.

Pada tahun 1852 Residen priangan menetapkan bahwa daerah priangan terbuka bagi siapa saja yang ingin menetap disana. membaurnya para pendatang dengan penduduk asli Jawa Barat menjadikan perubahan sosial dan budaya.Dulu gembyung masih terbilang sederhana, berupa 2 buah gebrang (terbang dasar) dan satu buah kempring (terbang kecil). Itu merupakan bentuk transisi dari seni terbangan.

3.1.1.2 Masa Kelahiran (1948-1967)

Pada awal abad 19 tepatnya pada tahun 1948 seni gembyung mulai di kenal masayarakat, khususnya masyarakat Jawa Barat.Sama halnya kesenian terbang , pada awal masa kelahirannya seni gembyung hanya di laksanakan atau di gelar pada peringatan hari-hari besar islam


(68)

saja, dan hanya di pertunjukan di lingkungan pesantren-pesantren saja , namun seiring berjalan nya waktu,kesenian gembyung terus berkembang dan mulai menyebar di daerah-daerah Jawa Barat.

Pada tahun 1967 kesenian gembyung mulai di pertunjukan di kalangan masyarakat luas, tidak hanya di laksanakan di lingkungan pesantren saja, dan tidak hanya pada hari-hari besar islam saja, kesenian gembyung mulai di pertunjukan di acara – acara hajatan seperti 40 hari lahiran anak, sunatan, dan acara-acara syukuran.

Transisi pertunjukan gembyung dari yang semula hanya di pertunjukan pada hari-hari besar islam saja, dan hanya di selenggarakan di lingkungan pesantren saja, hingga mulai di pertunjukan di acara-acara hajatan , syukuran dan di pertunjukan di masyarakat , itu di awali di kabupaten Subang, hingga daerah-daerah Jawa Barat lain nya pun mulai mempertunjukan kesenian gembyung di kalangan masyarakat luas.

Namun kesenian gembyung yang di pertunjukan di kalangan masyarakat luas , kebanyakan gembyung modern yang merupakan hasil dari penyempurnaan dari gembyung original ( asli ) dan sudah di campur oleh kesenian lain, dan bertambah nya alat-alat musik tradisional yang di pakai dalam kesenian gembyung modern.


(69)

Kesenian gembyung yang masih orginal terdapat di kota subang, salah satunya di desa Banceuy Kabupeten Subang.Kesenian gembyung di daerah – daerah lain nya sudah banyak mempertunjukan gembyung modern, misal nya Kabupaten Garut, Sumedang, Ciamis.

3.1.1.3 Perubahan Dalam Pertunjukan Kesenian Gembyung

Kesenian gembyung memiliki wadah untuk berkembang sehingga gembyung mengalami masa transisi yakni dari gembyung original ( asli ) ke gembyung modern atau bisa di sebut juga pewaris . Grup seni gembyung yang ada pada umumnya hanya terdapat di kawasan desa Banceuy Kabupaten Subnag.Adapun jika terdapat suatu grup gembyung di luar wilayah Desa Banceuy namun masih berada di kawasan Kabupaten Subang, maka grup tersebut merupakan grup yang dimiliki oleh kalangan anggota masyarakat Desa Banceuy.Seni gembyung pada umumnya merupakan seni yang hanya dapat berkembang dalam lingkungan wilayah pedesaan saja.

Kondisi demikian terjadi berdasar atas faktor seni gembuung yang tidak dapat menarik minat masyarakat luar untuk menyenangi seni tersebut.Seni gembyung belum ditangani dalam bentuk professional yang mampu meperkirakan langkah-angkah untuk mengembangkan diri bahkan menjadi seni yang berkembang di daerah luar kawasan Desa Banceuy.

Kesenian ini berkembang dan mengalami perubahan dari gembyung orginal ( asli ) ke gembyung modern adalah H.Bebet yang


(70)

merupakan pendiri grup seni gembyung, grup seni itu berdiri pada tahun 1990 , Padepokan seni gembyung dangiang dongdo Subang itu nama grup seni gembyung yang di didirikan H.Bebet.Grup seni tersebut yang membawa perubahan dalam seni gembyung dan mendapatkan hak waris dari grup seni gembyung yang ada di Desa Banceuy.

Perubahan seni gembyung dari Original ( asli ) ke seni gembyung modern terlihat pada penambahan beberapa alat musik tradisional, penambahan lagu-lagu..Tujuannya agar kesenian gembyung pada umumnya ingin menjaga serta mengembangkan seni agar tetap dikenal oleh masyarakat bahkan dapat mengembangkan diri dan tidak mengalami kepunahan dan dapat di terima masyarakat luas dan tetap eksis di tengah-tengah banyak nya kebudayaan asing yang masuk ke indonesia.Namun kesenian gembyung original ( asli ) tidak lantas di tinggalkan, gembyung original ( asli ) masih tetap di pertunjukan di kalangan masyarakat.

Kesenian gembyung Original ( asli ) hanya ada di kabupaten Subang, sedangkan kesenian gembyung yang sering dipertunjukan di daerah-daerah lain nya , misalnya kabupaten Garut, Sumedang , Ciamis kebanyakan gembyung modern yang sering di pertunjukan, seni gembyung modern pun akar perkembangan nya di Kabupaten Subang yaitu di grup seni padepokan gembyung dangiang dongdo Subang.


(71)

3.1.1.4 Gembyung Original

Gembyung original ( asli ) terdiri dari beberapa unsur yaitu Waditra, Pangrawit, Juru Kawih, Penari, dan Busana. 1. Waditra

Beberapa waditra atau alat musik yang dipakai dalam seni Gembyung antara lain:

kemprang ( Terbang ) Kempring ( Terbang ) Gembrung ( Terbang ) Gerbang ( Terbang ) Genjring ( Terbang ) 2. Nayaga

Nayaga terdiri dari lima orang. Pada saat pagelaran biasanya nayaga mengambil posisi duduk dan sila.

3.Juru Kawih

Juru kawih gembyung biasanya laki-laki atau satu orang dari yang memainkan genjring. Sehigga selain menggunakan genjring juru kawih juga melantunkan lagu. Lagu yang dilantunkan oleh Juru kawih biasanya lagu yang berbahasa Sunda buhun, yang dinyanyikan Juru kawih antara lain: ya bismillah, raja sirai, siuh, rinci manik, engko, dan geboy.


(72)

4.Penari

Penari Gembyung biasanya seorang laki-laki atau bisa saja dari penonton yang sangat menyukai seni Gembyung. Sehingga antara penari dan penonton bisa menari dengan bersam-sama. Tarian Gembyung mempunyai kekhasan antara lain gerakan tari dilakukan secara pelan 1sesuai irama Gembyung, dan penari biasanya sangat menikmati tariannya.Ada juga penari yang seperti kerasukan dengan mata terpejam, dan pada saat alunan musik berhenti penari seperti baru tersadar.

5.Busana

Busana yang sering dipakai oleh pemain gembyung biasanya mnggunakan pakaian tradisional Sunda seperti iket, kampret dan celana pangsit. Sedangkan busana penari selain menggunakan pakaian tersebut juga memakai Selendang namun penari juga tidak harus memakai selendang karena penari juga ada sebagian dari para penonton yang memang ingin berpartisipasi mengikuti tarian.

1


(73)

Gambar 3.1 Gembyung Original

Sumber :Dokumentasi Peneliti 2013

3.1.1.5 Gembyung Modern

Gembyung modern ( pewaris ) terdiri dari beberapa unsur yaitu Waditra, Pangrawit, Juru Kawih, Penari, dan Busana. 1. Waditra

Beberapa waditra atau alat musik yang dipakai dalam seni Gembyung modern antara lain:

Kendang Terompet Goong


(1)

Daftar Pustaka

A. Buku- buku

Moleong, Lexy. , 2007. Metode Penelitian Kualitatif, PT Remaja Rosda Karya. Bandung

Mulyana, Deddy. , 2002. Ilmu komunikasi : suatu pengantar, PT. Remaja Rosada Karya. Bandung

Rakhmat, Jalaludin. , 2008. Psikologi Komunikasi. PT. Remaja Rosda Karya,

Bandung

Sugiyono. , 2005. Memahami penelitian kualitatif, Alfabeta. Bandung

Ardianto, Elvinaro. 2011. Metodologi Penelitian untuk Public Relations Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

M.Ali Syamsudin,2009 Sosila Budaya Indonesia Bandung

Effendy, Onong Uchjana. 1997. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Moleong, Lexy J. 2001. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.


(2)

B. Jurnal dan Karya Ilmiah

Profile Subang, 2010

Sejarah kesenian Gembyung

Sinopsis Kesenian Jawa Barat

Khadija Galarina, Farah. , 2011. Strategi Pengajaran Lembaga Creative Bandung Dalam Berinteraksi Dengan Siswa Challenging Behavior. Unikom Bandung

Riyantie, Mayang. , 2011. Peranan Humas Pemerintah Kabupaten Subang

Melalui Konferensi Pers Dalam Menyampaikan Informasi Korupsi. Unikom. Bandung

C. Internet Searching :

www.subang.go.id 13 Maret 2013 20.00

http://portalcirebon.blogspot.com/2009/01/kesenian-gembyung-khas-kota-santri.html 14 Maret 2013,20.00

http://nikokris2008.multiply.com/Diposkan oleh

nikrotsi/22,Maret,2013,09:30


(3)

(4)

Daftar Pustaka

A. Buku- buku

Cangara, H, Hafied. , 2005. Pengantar Ilmu Komunikasi, Raja Grafindo Persada. Jakarta

Efendi, Uchjana, Onong. , 1994. Ilmu Komunikasi : Teori dan Praktek, PT. Remaja Rosda Karya. Bandung

Faules Don F Wayne Peace R.1998.Komunikasi Organisasi Srategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.

Moleong, Lexy. , 2007. Metode Penelitian Kualitatif, PT Remaja Rosda Karya. Bandung

Mulyana, Deddy. , 2002. Ilmu komunikasi : suatu pengantar, PT. Remaja Rosada Karya. Bandung

_______________,2007 ,Komunikasi Suatu Pengantar, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung

Rakhmat, Jalaludin. , 2008. Psikologi Komunikasi. PT. Remaja Rosda Karya, Bandung

Ruslan, Rosady. 2003. Metode Penelitian PR dan Komunikasi. : PT. Raja Grafindo Persada. Jakarata

Sendjaja, Djuarsa, Sasa , 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi, Pusat penerbitan Universitas Terbuka. Jakarta


(5)

Soekanto, Soerjono. ,, 2006. Sosiologi Suatu Pengantar, PT. Remaja Rosda Karya. Bandung

Sugiyono. , 2005. Memahami penelitian kualitatif, Alfabeta. Bandung

Yosal, Iriantara. 2008. Media Relation: Konsep Pendekatan dan Praktik. : Simbiosa. Bandung

B. Jurnal dan Karya Ilmiah Profile Subang, 2010

Program kerja Scooter Owner Group Indonesia

Sejarah Scooter Owners Group Indonesia, 1998

Pedoman Scooter Owners Group 2011-2012

Wawancara Anggota dan Staff SOG Cabang Subang

Wawancara dengan pelaku professional di dunia otomotif di kabupaten Subang

Khadija Galarina, Farah. , 2011. Strategi Pengajaran Lembaga Creative Bandung Dalam Berinteraksi Dengan Siswa Challenging Behavior. Unikom Bandung

Riyantie, Mayang. , 2011. Peranan Humas Pemerintah Kabupaten Subang Melalui Konferensi Pers Dalam Menyampaikan Informasi Korupsi. Unikom. Bandung

Ibrani, Ryam, Ravi, 2005. Hubungan Antara Fring Benefits dengan Loyalitas Kerja Pegawai Pada PT. HM, Sampoerna Tbk Divisi Marketing Field Area Bandung. Univesitas padjajaran. Bandung


(6)

http://www.masbow.com/Loyalitas kerja/diposkan oleh masbow/senin 13 februari 2012 20.00

http://syienaainie.blogspot.com/Definisi Komunitas/Siti Nuraini/selasa 14 februari 2012,20.00

http://airachma.wordpress.com/Airachma/pengertian komunitas/Kamis/22,Maret,2012,09:30

www.gudanginfo.com/Sejarah SOG/Sumber SOG indonesia/selasa 10 desember 2011 16.00

http://nikokris2008.multiply.com/Diposkan oleh nikrotis/ September 14 2008 10:10

http://www.uripsedyowidodo.com/LOYALITAS PROFESI/Urip Sedyowidodo/selas 7,february,2012