Analisis Pengaruh Gaya Kemimpinan Ketua Dewan Pimpinan Daerah Partai XYZ Kota Bogor terhadap Engagement Pengurus Harian

i

ANALISIS PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN KETUA DEWAN
PIMPINAN DAERAH PARTAI XYZ KOTA BOGOR TERHADAP
ENGAGEMENT PENGURUS HARIAN

BUDIARTO

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013

i

ABSTRAK
BUDIARTO. Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpiinan Ketua Dewan Pimpinan
Daerah Partai XYZ Kota Bogor terhadap Engagement pengurus harian.Dibimbing
oleh Lindawati Kartika
DPD Partai XYZ merupakan salah satu dewan pimpinan daerah yang menjadi

cerminan dalam hal kinerja dan tolak ukur dari tingkat kota hingga provinsi dalam hal
perolehan suara nasional. Tujuan penelitian ini adalah (1) Mengkaji tentang persepsi
pengurus harian mengenai gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh pimpinan (2)
Menganalisis engagement pengurus harian terhadap gaya kepemimpinan yang
diterapkan oleh pengurus harian (3) Bagaimana pengaruh Gaya Kepemimpinan
terhadap engagement individu yang diterapkan pada pengurus harian DPD Partai
XYZ Kota Bogor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahwa gaya kepemimpinan
yang selama ini diterapkan ialah kepemimpinan partisipatif dan delegatif. Untuk
engagement sendiri indikator yang selama ini diterapkan ialah kebanggan dan
Dukungan, dukungan moril dari pimpinan partai kepada pengurus partai, dalam
mengukur dimensi gaya kepemimpinan terhadap Engagement dapat di lihat pada nilai
muatan faktor dan nilai-t sesuai dengan syarat yaitu ≥ 1.96 dinyatakan berpengaruh
secara signifikan. Hasil penelitian menujukkan bahwa nilai muatan faktor variabel
manifest sebesar 1 dan nilai–t 13.188 yang berarti gaya kepemimpinan pengaruh
positif dan signifikan secara nyata terhadap Engagement individu
Kata kunci: Gaya Kepemimpinan, Engagement , Partai

ABSTRACT
BUDIARTO. Analysis of Bogor XYZ Party chairman’s leadership styles influence
on daily administrator’s Engagement. Supervised by Lindawati Kartika.

DPD XYZ is one of the leadership council which became a a reflection in
performance and indicator in the acquisition of the national vote for level ini the city
and the province. The objective of this research is to (1) examine the daily
management of perceptions regarding leadership style which are applied by
chairman. (2) analyze the engagement of executives of daily leadership styles that are
applied by the board, (3) analyxe the influence of leadership styles to the engagement
of individuals who applies to the daily management of DPD XYZ city of Bogor. The
result shows that the leadership style that has been applied is a discretionary and
pariticipatory leadership with a score 3.40. indicators that have been applied for the
engagement are pride and advocacy (support) such as the moral support oh the leader
to the the executive board of the party, in measuring the leadership style on
engagement can be seen on loading factor of 1.96. manifest variabel are equal to 1
and the values of t- 14.815 which means leadership style has positive and siginificant
influence on individual Engagement.
Key word : Leadership style, Engagement , Party

ii

ANALISIS PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN KETUA DEWAN
PIMPINAN DAERAH PARTAI XYZ KOTA BOGOR TERHADAP

ENGAGEMENT PADA PENGURUS HARIAN

BUDIARTO

Skripsi
Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
Pada
Departemen Manajemen

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013

iii

Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Gaya Kemimpinan Ketua Dewan Pimpinan
Daerah Partai XYZ Kota Bogor terhadap Engagement Pengurus

Harian
Nama

: Budiarto

NIM

: H24114040

Disetujui oleh

Lindawati Kartika.SE.M.Si
NIP 198601) 8 2009122001

Diketahui oleh

Tanggal LuJus:

1 2 SEP 2013


iii

Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Gaya Kemimpinan Ketua Dewan Pimpinan
Daerah Partai XYZ Kota Bogor terhadap Engagement Pengurus
Harian
Nama

: Budiarto

NIM

: H24114040

Disetujui oleh

Lindawati Kartika.SE.M.Si
NIP 1986 0118 2009 12 2001

Diketahui oleh


Dr. Jono Munandar SE. MSc
NIP 19610123 198601 1 002
Tanggal Lulus:

iv

DAFTAR ISI

Daftar Tabel

iv

Daftar Gambar

iv

PENDAHULUAN

1


Latar Belakang

3

Perumusan masalah

3

Tujuan Penelitian

4

Ruang Lingkup Penelitian

4

TINJAUAN PUSTAKA

4


METODOLOGI PENELITIAN

6

HASIL DAN PEMBAHASAN

14

Gambaran Umum Partai

14

Karakteristik Responden

15

Analisis Deskriptif

19


Hasil Analisis Struqtural Equation Modeling-Partial Least Square

24

Implikasi Manajerial

26

KESIMPULAN DAN SARAN

28

Simpulan

28

Saran

29


DAFTAR PUSTAKA

29

v

DAFTAR TABEL
Tabel Daftar Bacaleg, Caleg Sementara dan Legislatif terpilih 2004 &2009

1

Tabel Turnover pengurus harian DPD Partai XYZ Kota Bogor 2004 & 2009

2

Tabel Data Jumlah Pengurus Harian DPD Partai XYZ Kota Bogor

8

Tabel Penentuan Sampel Penelitian


9

Tabel Rentang Skala Interpretasi Hasil Jawaban Kuesioner

10

Tabel Tingkat Reliabilitas Metode Alpha Cronbach’s

12

Tabel Karakteristik Responden (Crosstab)

15

Tabel Analiis Deskriptif

21

Tabel Hasil Uji Persepsi

26

Tabel Hasil Uji Validitas

35

Tabel Hasil AVE R-Square Path Coefisien Outer loading

37

DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka Pemikiran Penelitian

7

2 Model Gaya Kepemimpinan terhadap Engagement

14

3 Inner Model Gaya Kepemimpinan terhadap Engagement

24

4 Outer Model Gaya Kepemimpinan terhadap Engagement

25

5 Implikasi Manajerial

27

LAMPIRAN
1 Kuesioner Penelitian

31

2 Hasil Uji Validitas, Reliabilitas

35

3 Convergent validity, composite reliability, AVE, R-squate, Path Coefisient

37

4 Struktur Organisasi DPD Partai XYZ Kota Bogor

3

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sebuah wujud nyata terselenggaranya demokrasi demi cita-cita bangsa, yaitu
mencerdaskan kehidupan bangsa serta mensejahterakan masyarakat Indonesia adalah
terselenggaranya PEMILU (Pemilihan Umum). Pemilu, adalah sarana pelaksanaan
kedaulatan rakyat yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur,
dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemilihan umum terselenggara
semenjak beralihnya era orde baru menjadi era reformasi, itu terjadi setelah tahun
1998.
Pemilihan umum yang dilaksanakan ialah masyarakat menentukkan pilihan
siapa wakil rakyat dan pemimpin bangsa untuk periode 5 tahun kedepan, baik wakil
secara legislatif dan eksekutif. Hal itu dilakukan untuk mencapai demokrasi yang
seutuhnya, yakni dari, oleh, dan untuk rakyat. Ukuran keberhasilan penyelenggaraan
pemilu dapat terlihat dari seberapa besar partisipasi masyarakat terhadap
penyelenggaraan pemilu, angka golput yang semakin turun, serta luaran dari pemilu
itu sendiri, dalam pelaksanaannya masyarakat akan memilih para individu yang dapat
menyuarakan aspirasi mereka dalam baik dalam bentuk kebijakan daerah maupun
dalam bentuk perundang-undangan. Individu atau calon-calon legislatif yang dipilih
adalah individu yang berkualitas dan mempunyai misi untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat. Dalam menentukkan seorang individu dapat menjadi calon
legislatif atau tidak, dibutuhkan sebuah keputusan dan wewenang dari seorang
pimpinan partai, mengenai hal tersebut, berikut merupakan data individu yang
mendaftar ke DPD partai XYZ Kota Bogor untuk menjadi calon legislatif sementara
dan nantinya menjadi pilihan dari masyarakat dalam memperjuangkan aspirasinya.
Dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Daftar Bacaleg, Caleg sementara dan Legislatif terpilih tahun 2004 & 2009
Tahun
2004
2009

Jumlah
Bacaleg
(Bakal Calon legislatif)
100 orang
100 orang

Calon Legislatif
Sementara
45 orang
45 orang

Legislatif terpilih

Ratio

5 orang
2 orang

1: 20
1: 50

Sumber : DPD Partai XYZ Kota Bogor (2013)
Berdasarkan tabel 1, pada tahun 2004, dari bakal calon legislatif 100 orang yang
terpilih menjadi anggota legislatif hanya 5 orang dengan ratio 1:20. Namun pada
tahun 2009 dengan bakal calon legislatif 100 orang yang terpilih menjadi angggota
legislatif menjadi 2 orang dengan ratio 1: 50. Penurunan jumlah anggota legislatif
terpilih kemungkinan karena calon legislatif tersebut kurang menjadi pilihan dari
masyarakat, atau kemungkinan yang menjadi pilihan masyarakat tidak terdaftar
menjadi calon legislatif. Selain hal tersebut, pimpinan partai memiliki hak dalam
menentukkan komposisi dari pengurus harian DPD partai XYZ kota bogor.
Komposisi pengurus harian untuk setiap periode akan berbeda-beda, sesuai
kebutuhan dan fungsinya. Adanya perbedaan tersebut kemungkinan dapat

2

dikarenakan adanya pengurus yang kurang merasa cocok dengan jabatan yang di
amanahkan saat ini, team work yang kurang solid, maupun karena beberapa faktor
lainnya. Hal yang dapat terjadi ialah perpindahan dari jabatan satu ke jabatan lain,
maupun keluar dari kepengurusan.
Selanjutnya, pada Tabel 2 dapat dilihat data turnover (keluar/masuk) pengurus
harian dari kepengurusan periode 2004 dan 2009 DPD partai XYZ kota Bogor.
Tabel 2 Data turnover pengurus harian DPD Partai XYZ kota Bogor 2004 dan 2009
Tahun 2004
Masuk

Total

Keluar

(orang)

pengurus harian

(orang)

(%)

Wakil ketua

16

16

-

27.11

Sekretaris & Wakil

16

16

-

27.11

16

16

-

27.11

Angggota

11

11

-

18.67

Total

59

59

-

100

Jabatan

Presentase

sekretaris
Bendahara & Wakil
bendahara

Tahun 2009
Wakil ketua

16

16

2

2%

Sekretaris & Wakil

16

16

9

15.25

16

16

6

10.16

Angggota

11

11

9

15.25

Total

59

59

26

42.66

sekretaris
Bendahara & Wakil
bendahara

Sumber : DPD Partai XYZ (2013)
Berdasarkan tabel 2, dapat dilihat bahwa pada tahun 2004 para pengurus harian
tidak ada yang keluar dari kepengurusan. Kemungkinan pengurus harian tidak ada
yang keluar karena merasa cukup nyaman didalam kepengurusan tersebut, meskipun
secara team work masih kurang solid. Sedangkan pada tahun 2009, terdapat total 26
orang keluar dari kepengurusan yang ada, dengan turnover sebesar 42.66 %, Faktor
yang membuat pengurus harian keluar, kemungkinan karena lingkungan yang kurang
kondusif, atau gaya kepemimpinan dari ketua DPD partai XYZ kota bogor yang
kurang diterima oleh semua pengurus harian, meskipun secara team work sudah
cukup solid, atau karena pengurus harian kurang merasa terlibat (engagement)
terhadap DPD Partai XYZ kota Bogor.
Dewan pimpinan daerah partai XYZ kota bogor menyadari hal tersebut, dalam
memperbaikinya, dibutuhkan kerjasama oleh semua pengurus harian dan gaya
kepemimpinan yang tepat dari ketua DPD dalam memimpin partai ini kedepannya.

3

Kebutuhan akan ketua DPD yang visioner dan mampu bekerja sama dengan baik
dengan para pengurusnya merupakan hal yang penting, namun untuk memenuhi
kebutuhan tersebut diperlukan engagement dari para pengurus yang ada. Maka dari
itu, peneliti ingin melakukan sebuah penelitian tentang gaya kepemimpinan yang
diterapkan serta seberapa besar pengaruh gaya kepemimpinan terhadap engagement
yang di miliki oleh para pengurus harian dewan perwakilan daerah partai XYZ kota
bogor, agar bisa mendapatkan keterangan secara ilmiah tentang variabel tersebut
secara baik dan benar.
Perumusan Masalah
Gaya kepemimpinan dari ketua DPD partai XYZ kota bogor merupakan hal
yang penting untuk dilakukan penilaian secara persepsi dari pengurus harian yang
ada. Serta engagement yang diterapkan oleh pengurus harian merupakan faktor yang
penting dalam mendukung ketua DPD dalam menerapkan gaya kepemimpinannya.
Maka berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka perumusan masalah dari
peneliian ini sebagai berikut:
1.
Bagaimana persepsi pengurus harian mengenai Gaya Kepemimpinan yang
diterapkan oleh Pimpinan Dewan Perwakilan Daerah Partai XYZ kota Bogor.
2.
Bagaimana engagement pengurus harian yang terjadi pada Dewan Perwakilan
Daerah Partai XYZ kota Bogor.
3.
Bagaimana pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap engagement individu pada
pengurus harian Dewan Perwakilan Daerah Partai XYZ kota Bogor
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah merumuskan pertanyaan-pertanyaan dan menemukan
jawaban terhadap pertanyaan penelitian tersebut. Maka tujuan penelitian ini adalah :
1.
Mengkaji tentang persepsi pengurus harian mengenai gaya kepemimpinan yang
diterapkan oleh pimpinan Dewan Pimpinan Daerah Partai XYZ Kota Bogor.
2.
Menganalisis engagement pengurus harian terhadap gaya kepemimpinan yang
diterapkan oleh pimpinan Dewan Pimpinan Daerah Partai XYZ Kota Bogor.
3.
Bagaimana pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap engagement individu yang
diterapkan pada pengurus harian Dewan Pimpinan Daerah Partai XYZ Kota
Bogor.
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian merupakan dampak dari pencapaiannya tujuan. maka
berdasarkan tujuan penelitian, manfaat dari penelitian sebagai berikut :
1.
Memberikan informasi dan perspektif baru tentang penerapan gaya
kepemimpinan yang di terapkan
2.
Memberikan informasi bagi pihak lain yang membutuhkan bahan rujukan untuk
penelitian selanjutnya atau kegiatan lain yang berkaitan.
3.
Sebagai bahan pembelajaran dan menjadi salah satu implikasi manajerial.

4

Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian memfokuskan pada analisis pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap
engagement individu pada pengurus harian dewan pimpinan daerah XZY kota Bogor.
Variabel Penelitian ini adalah gaya kepemimpinan dan engagement individu.
Indikator penelitian ini gaya kepemimpinan yang meliputi otoriter, partisipatif
,delegatif dan engagement individu yang meliputi pride, satisfaction, advocacy dan
commitement. Penelitian dilakukan di Dewan Pimpinan Daerah Partai XYZ kota
Bogor yang terletak di Jl. H. Ahmad Sobana (Bangbarung raya) No.81 Kelurahan
tegal gundil kel.Bogor utara 16152, Bogor. Penelitian ini dilakukan selama bulan
April dan Mei 2013
TINJAUAN PUSTAKA
Gaya Kepemimpinan
Gaya adalah sikap, gerakan, tingkah laku, sikap yang elok, gerak-gerik yang
bagus, kekuatan dan kesanggupan untuk berbuat baik. Selain itu Rivai (2007)
mengatakan bahwa kepemimpinan (leadership) proses mempengaruhi atau memberi
contoh dari pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi, .
Sedangkan gaya kepemimpinan menurut Rivai (2007) adalah sekumpulan ciri yang
digunakan pimpinan untuk mempengaruhi bawahan, agar sasaran organisasi tercapai
atau dapat pula dikatakan bahwa gaya kepemimpinan adalah pola perilaku dan
strategi yang disuka dan sering diterapkan oleh pemimpin.
Menurut Hasibuan (2006) gaya kepemimpinan ada tiga, yaitu:
1). Kepemimpinan Otoriter
Kepemimpinan ini adalah jika kekuasaan atau wewenang, sebagian besar
mutlak tetap berada pada pimpinan atau pimpinan itu menganut sistem sentralisasi
wewenang. Pengambilan keputusan dan kebijaksanaan hanya ditetapkan sendiri oleh
pemimpin, bawahan tidak diikutsertakan untuk memberikan saran, ide, dan
pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan.
2). Kepemimpinan Partisipatif
Kepemimpinan parisipatif adalah apabila dalam kepemimpinannya dilakukan
secara persuasif, menciptakan kerja sama yang serasi, menumbuhkan loyalitas, dan
partisipasi para bawahan. Pemimpin memotivasi bawahan agar merasa ikut memiliki
perusahaan. Pemimpin dengan gaya ini akan mendorong kemampuan bawahan untuk
mengambil keputusan.
3). Kepemimpian Delegatif
Kepemimpinan Delegatif apabila seorang pemimpin mendelegasikan
wewenang kepada bawahan dengan agak lengkap. Dengan maksud, bawahan dapat
mengambil keputusan dan kebijaksanaan dengan bebas atau leluasa dalam
melaksanakan pekerjaannya.

5

Pengertian Engagement
Wyatt (2009) engagement merupakan kombinasi dari komitmen dan line of
sight, dimana komitmen merupakan motivasi anggota untuk membantu keberhasilan
organisasi. Menurut Wiley (2012) employee engagement adalah sejauh mana
karyawan termotivasi untuk memberikan kontribusi bagi keberhasilan organisasi dan
bersedia menerapkan upaya diskresi untuk menyelesaikan tugas-tugas penting dalam
pencapaian tujuan organisasi. Menurut Wiley (2012) pada badan peneliti kenexa telah
berpengalaman dalam melakukan riset dalam bidang SDM, dan pada pendekatan
yang digunakan oleh kenexa untuk mengukur keterlibatan karyawan (employee
engagement) yaitu menggunakan kombinasi 4 elemen individu dengan bobot yang
sama yaitu,
a. Pride (kebanggaan) : Rasa bangga telah terlibat dalam kemajuan
b. Satisfaction (kepuasan) : Rasa puas terhadap kinerja organisasi
c. Advocacy (dukungan) : Mendapat dukungan dari semua aspek lingkungan
d. Commitment (komitmen) : Keinginan dan kemauan untuk bertahan
Commitment sendiri terdiri dari komitmen secara afektif (bertahan pada suatu
pekerjaan karena menginginkannya), kontinuan (bertahan karena membutuhkannya)
dan normatif (bertahan karena merasa wajib melakukannya serta berkaitan dengan
masalah moral). Alasan pemilihan dari 4 elemen individu tersebut karena keterlibatan
individu dalam organisasi menjadi salah satu kebanggaan mereka miliki pada
organisasi serta menjadi variable dari individu tetap berada di organisasi.
Employee engagement bukan hanya sekedar sikap seperti komitmen organisasi
tetapi merupakan tingkat seorang karyawan penuh perhatian dan melebur dengan
pekerjaannya. Dalam penelitian ini, objek yang diteliti adalah engagement pengurus
harian partai politik, jika karyawan merasa terlibat karena membutuhkan pekerjaan
dan adanya kompensasi, tapi dalam partai tidak adanya kompensasi namun keinginan
untuk mengabdi yang membuat pengurus partai merasa terlibat. Maju mundurnya
organisasi perusahaan maupun partai ialah dengan terlibatnya anggota organisasi
didalamnya.
Penelitian Terdahulu
Putri Ramadhani Saragih (2012), melakukan penelitian yang berjudul pengaruh
gaya kepemimpinan terhadap modal sosial (social capital) pada Kantor Pelayanan
Pajak (KPP) Pratama Bogor. Kesimpulan penelitian ini adalah (1) Gaya
kepemimpinan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bogor adalah gaya
kepemimpinan yang bersifat transformasional yang merupakan kepemimpinan yang
paling baik diterapkan di KPP Pratama Bogor yang sedang mengalami reformasi
perpajakan yang membutuhkan pimpinan yang mengarahkan proses perubahan secara
bertahap. (2) Modal sosial yang terbentuk pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
Pratama Bogor mayoritas sangat dirasakan pada komponen komponen kepercayaan
dimana pegawai memiliki kepercayaan yang tinggi terhadap dirinya, rekan kerja,
atasan, dan organisasi. (3) Pengaruh gaya kepemimpinan terhadap modal sosial
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bogor adalah positif dan signifikan sehingga

6

apabila gaya kepemimpinan transformasional diterapkan semakin efektif maka
pembentukan modal sosial terutama kepercayan juga akan semakin baik.
Lely Lutvianti, (2012). Melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh
Engagement terhadap Kinerja Karyawan Kantor Pusat PT XYZ Jakarta. Hasil
penelitian menunjukkan secara keseluruhan engagement karyawan menggambarkan
hasil yang baik, dimana satisfaction merupakan indikator yang paling berpengaruh
dalam pembentukan engagement karyawan dengan loading factor sebesar 0,89.
Secara umum kinerja karyawan juga menunjukkan hasil yang baik, khususnya pada
pengalaman karyawan dimana memiliki pengaruh terbesar dalam pembentukan
kinerja karyawan dengan loading factor sebesar 0,89. Engagement memiliki
pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan.
METODOLOGI PENELITIAN
Kerangka Pemikiran
Dewan Pimpinan Daerah Partai XYZ kota bogor merupakan perwakilan daerah
yang mendukung penuh terwujudnya visi dari XYZ yakni terwujudnya sebagai partai
politik yang mewujudkan masyarakat madani yang adil dan makmur, dengan
pemerintah yang baik dan bersih, di dalam Negara Indonesia yang demokratis dan
berdaulat, serta di ridhoi Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa, yang di jalankan dalam
struktur ogranisasi dan di implementasikan oleh para pengurus harian
Untuk mewujudkan hal itu, dibutuhkan seorang pemimpin yang baik dan tepat.
karena kemajuan atau kemunduran sebuah partai, mencapai target dan memenangkan
pemilihan di setiap pemilihan umum dapat tercapai ketika memiliki pemimpin yang
bijak serta gaya kepemimpinannya tepat serta di dukung dengan engagement individu
para pengurus harian partai dalam melaksanakan kebijakkan yang di ambil. Dalam
hal ini diperlukan penelitian lebih lanjut tentang analisis gaya kepemimpinan yang
diterapkan, yakni di lakukan analisis dengan indikator gaya kepemimpinan menurut
Hasibuan (2004) yaitu gaya kepemimpinan otoriter, partisipatif atau delegatif. Serta
diperlukan analisis mengenai engagement individu dari pengurus harian dengan
indikator penelitian menurut Willey (2012) yakni Kebanggaan, kepuasan, dukungan
dan komitmen dari individu pengurus harian di DPD Partai XYZ Kota Bogor. Untuk
mendapatkan hasil secara kualitatif dan kuantitaif, peneliti menggunakan metode
deskriptif agar dapat menggambarkanya, serta menggunakan metode Structural
Equation Modelling (SEM) dengan metode Partial Least Score (PLS). pengaruh gaya
kepemimpinan terhadap Engagement individu pengurus harian DPD Partai XYZ
Kota Bogor serta implikasi manajerial yang dapat peneliti berikan untuk kemajuan
partai ini kedepannya. Dapat dilihat pada Gambar 1

7

DPD Partai XYZ Kota Bogor
Visi dan Misi DPD Partai XYZ Kota Bogor
Struktur organisasi dalam pengurus harian DPD Partai XYZ Kota Bogor

Engagement: (Willey, 2012)
1. Pride (kebanggaan)
2. Satisfaction (kepuasan)
3. Advocacy (dukungan)
4. Commitment (komitmen)

Gaya Kepemimpinan ; Hasibuan (2006)
1. Otoriter
2. Partisipatif
3. Delegatif

Metode Deskriptif , Structural Equation Modelling
(SEM) dengan metode Partial Least Square (PLS)
Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Engagement
Individu pengurus harian pada DPD Partai XYZ Kota Bogor

Implikasi Manajerial

Ket :

: Ruang Lingkup Peneltian
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian
Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Dewan Pimpinan Daerah Partai XYZ Bogor yang
terletak di Jl. H. Ahmad Sobana (Bangbarung raya) No.81 Kelurahan tegal gundil
kel.Bogor utara 16152, Bogor, Jawa Barat, Indonesia. Alasan mengapa kegiatan
penelitian dilakukan di tempat ini adalah karena adanya kesediaan dari partai
tersebut. Kegiatan penelitian ini dilakukan pada bulan April 2013 sampai dengan
selesai.
Pengumpulan Data dan Sumber Data
Jenis data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer
dan data sekunder. Data primer diperoleh langsung dari pihak organisasi, yakni partai
XYZ baik dari anggota maupun pengurus partai dengan metode kuesioner dan
wawancara.

8

Data sekunder diperoleh dari laporan dan dokumen partai yang berkaitan
dengan topik penelitian. Selain itu data sekunder diperoleh dari bahan-bahan rujukan
seperti: literatur, jurnal, skripsi, thesis, artikel dan buku-buku yang berhubungan
dengan penelitian
Menentukan Populasi dan Sampel
Dalam menentukan populasi dan jumlah sampel yang akan di teliti, peneliti
harus memahami konsep dan teori dari populasi dan sampel itu sendiri, serta
bagaimana cara penetapan dari variabel tersebut.
Penetapan Populasi
Menurut Sumarni (2006), Populasi merupakan keseluruhan objek yang diteliti
dan terdiri atas sejumlah individu, baik yang terbatas (finite) maupun tidak terbatas
(infinite). Populasi dalam penelitian ini adalah ketua dan para pengurus harian DPD
yang berjumlah 59 orang.
Penetapan Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
(Sugiyono, 2011). Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah stratified (probability sampling), yaitu anggota populasi memiliki peluang
yang sama untuk terpilih menjadi sampel. Penjelasan tentang struktur organisasi yang
berisikan jumlah populasi terdapat pada (Lampiran 4). Dan jumlah populasi dapat
dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Data Jumlah Pengurus Harian DPD Partai XYZ Kota Bogor
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Biro- Biro
Wakil Ketua
Sekretaris
Wakil Sekretaris
Bendahara
Wakil Bendahara
Anggota Biro Pengembangan Organisasi dan Keanggotaan (POK)
Anggota Biro Pemberdayaan Perempuan
Anggota Biro Pendidikan, Kesehatan & Penanggulangan Bencana
Anggota BPP Pemilu (Dapil Kota Bogor-1)
Anggota BPP Pemilu (Dapil Kota Bogor-2)
Anggota BPP Pemilu (Dapil Kota Bogor-3)
Anggota BPP Pemilu (Dapil Kota Bogor-4)
Anggota BPP Pemilu (Dapil Kota Bogor-5)
Jumlah

Total
16
1
16
1
14
3
2
2
1
1
2
1
1
59

Sumber : DPD Partai XYZ Kota Bogor (2013)
Berdasarkan tabel 3, jumlah populasi sebanyak 59 orang, karena menggunakan
pengambilan sampel dengan memperhatikan strata di dalam populasi. Penentuan
jumlah sampel yang diambil sebagai responden dalam penelitian ini diperoleh dengan
menggunakan perhitungan rumus slovin yaitu :

9

n = N / (1 + N e2)
Dimana :
n = Ukuran sampel yang diambil
N = Ukuran populasi
e = Persen kelonggaran ketidaktelitian yang masih dapat ditolerir (10%)
Menghasilkan, n =

= 37.1

37 Responden

Berdasarkan perhitungan menggunakan rumus slovin, sampel yang dapat
diambil sebanyak 37 responden, tetapi penentuan sampel dari pengurus agar lebih
tepat sasaran dan menyeluruh, dapat dilakukan dengan cara penentuan jumlah sampel
dengan perhitungan yang dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Penentuan Jumlah Sampel Penelitian
No
1
2
3
4

Jabatan
Wakil Ketua
Sekretaris & W.Sekretaris
Bendahara &W.Bendahara
Anggota Biro
Jumlah

Populasi
16
17
15
11
59

Nilai Fraksi
16/59 = 27.11 %
17/59 = 28.81 %
15/59 = 25.42 %
12/59 = 20.33 %
100 %

Sampel
10
11
9
7
37

Berdasarkan tabel 4, penentuan jumlah sampel menggunakan nilai fraksi untuk
menentukan jumlah sampel di setiap jabatan memperoleh hasil yaitu 10 orang untuk
jabatan wakil ketua, 11 orang untuk sekretaris dan wakil sekretaris, 9 orang untuk
bendahara dan wakil bendahara dan 7 orang untuk anggota biro. Penentuan ini
diharapkan dapat mewakili dari setiap jabatan yang ada.
Metode Pengumpulan Data
Data merupakan salah satu komponen riset. Data yang akan digunakan dalam
riset harus data yang benar, karena data yang salah akan menghasilkan informasi
yang salah. Penelitian ilmiah memiliki beberapa teknik pengumpulan data beserta
masing-masing perangkat pengumpulan data yaitu (Umar, 2005).
a. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang
pelaksanaannya dilakukan secara langsung berhadapan dengan yang diwawancarai
yaitu pengurus harian DPD Partai XYZ Kota Bogor.
b. Observasi
Teknik ini menggunakan pengamatan secara langsung terhadap objek
penelitian.
c. Angket (Kuesioner)
Teknik angket (kuesioner) merupakan suatu pengumpulan data dengan
memberikan daftar pernyataan kepada responden dengan harapan memberikan respon
atas daftar pernyataan tersebut. Daftar pernyataan bersifat tertutup dimana terdapat
alternatif-alternatif jawaban yang telah disediakan. Instrumen lembar pernyataan

10

berupa skala, yaitu menggunakan skala likert. Skala berhubungan dengan pernyataan
tentang sikap seseorang terhadap sesuatu. Berikut adalah model skoring dengan Skala
Likert:
Bobot skor 4 = Sangat setuju
Bobot skor 3 = Setuju
Bobot skor 2 = Tidak setuju
Bobot skor 1 = Sangat tidak setuju
Skala Likert mengukur tingkat persetujuan atau ketidaksetujuan responden
terhadap pernyataan suatu objek. Skala ini dikembangkan oleh Rensis Likert dan
biasanya memiliki 4 dari “sangat setuju” sampai 1 “sangat tidak setuju”.
Jawaban-jawaban yang telah diberikan bobot, kemudian dijumlahkan untuk
setiap responden, guna dijadikan skor persepsi terhadap variabel-variabel yang akan
diteliti. Rentang skala persepsi digunakan untuk menentukan posisi tanggapan
responden dengan mengunakan skor skor. Setiap skor alternatif jawaban yang
terbentuk dari teknik skala peringkatan terdiri dari kisaran antara 1 hingga 4,
kemudian rentang skala dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
………………… (1)

Rentang Skala
Menghasilkan : Rentang Skala : 4 – 1 = 0.75
4

Berdasarkan perhitungan rentang skala diperoleh bahwa rentang skala untuk
tiap nilai itu sebesar 0.75. penentuan dan interpretasi dari hasil rentang skala atas
jawaban pertanyaan/pernyataan dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Rentang Skala Interpretasi Hasil Jawaban Kuesioner
Rentang Skala
1,00 – 1,75

Jawaban Pertanyaan
Sangat Tidak Setuju/Sangat Buruk/Sangat Rendah

1,76 – 2,00
2,51 – 3,25

Tidak Setuju/Buruk/Rendah
Setuju/Baik/Tinggi

3,26 – 4,00

Sangat Setuju/Sangat Baik/Sangat Tinggi

Berdasarkan tabel 5, untuk interpretasi jawaban pertanyaan/pernyataan dapat
dilihat dengan berada dimana rentang skala tersebut.
Perumusan Hipotesis
Hipotesis adalah sesuatu yang dianggap benar untuk alasan atau pengutaraan
pendapat, meskipun kebenarannya belum dibuktikan.
Perumusan hipotesis penelitian ini adalah
H0 : Tidak Terdapat pengaruh yang positif antara gaya kepemimpinan dengan
engagement individu pengurus harian DPD Partai XYZ Kota Bogor
H1 : Terdapat pengaruh yang positif antara indikator kepemimpinan terhadap
engagement individu pengurus harian DPD Partai XYZ Kota Bogor

11

Uji Validitas
Uji validitas adalah suatu uji yang bertujuan untuk meneliti apakah instrumen
dapat mengukur apa yang ingin diukur. Instrumen penelitian dikatakan valid apabila
instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur yang seharusnya diukur
(Sugiyono, 2004). Dalam penelitian ini, uji validitas dilakukan 30 pernyataan yang
diberikan pada 30 pengurus, menggunakan alpha sebesar 10%, penggunaan 10% sendiri
dilakukan karena penelitian ini bersifat sosial. Hasil pengujian dari pernyataan
dikatakan valid apabila nilai r-hitung > r-tabel yaitu lebih besar dari 0,3061. Nilai rhitung > r-tabel dapat dilihat pada (Lampiran 2). Pengolahan data dilakukan dengan
menggunakan bantuan software SPSS 15.0, dimana hasil dari pengolahan 30 tersebut
diperoleh sebanyak 26 butir pernyataan terbukti valid dan 4 pernyataan yang tidak valid.
Untuk pernyataan yang tidak valid tidak digunakan kembali dalam pengolahan data
selanjutnya.
Rumusnya adalah sebagai berikut:
n

rxy

{n

X2

XY
(

X )(

(

X ) 2 }{n

Y)
Y2

(

Y )2}

………………………… (2)

Keterangan :
rxy = korelasi antara X dan Y
n = jumlah responden
X= skor masing-masing pernyataan
Y = skor total
Uji Reliabilitas
Menurut Umar (2005), reliabilitas adalah derajat ketepatan, ketelitian atau
keakuratan yang ditunjukan oleh instrumen pengukuran. Uji reliabilitas menyatakan
bahwa instrumen penelitian adalah reliable jika nilai hitung alfa (α) lebih besar (>)
dari nilai r tabel. koefisien alpha (α) dengan asumsi bila nilai a-cronbach hitung lebih
besar dari 0.60 (a-Cronbach theory) maka kuesioner dapat dikatakan reliable, Uji
reliabilitas dilakukan pada 30 pengurus DPD Partai XYZ Kota Bogor. Pengujian
reliabilitas menggunakan teknik Cronbach’s Alpha dengan bantuan program SPSS
15.0 diperoleh Cronbach’s Alpha hitung sebesar 0,804 dan 0.868 pada variabel gaya
kepemimpinan dan Engagement (Lampiran 2). dengan rumus Alpha Cronbach adalah
sebagai berikut:
r11

Dimana:
k
2
b

Vt 2

r11

k
k 1

1

2
b

Vt 2

…………………………………………...(3)

=
=
=

reliabilitas instrumen
banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
jumlah varian butir/item

=

varian total

12

Untuk mencari varians, digunakan rumus sebagai berikut:

X

X

2

n
n

2

………………………………………… (4)

Dimana:
= Varians
n = Jumlah responden
x = Nilai skor yang dipilih (total nilai dari nomor-nomor item pernyataan).
Berdasarkan rumus perhitungan reliabilitas diperoleh tingkat reliablitas yang
dapat dlihat pada Tabel 6.
Tabel 6 Tingkat Reliabilitas Metode Alpha Cronbach’s
Klasifikasi Nilai Alpha
0,00 – 0,20
0,21 – 0,40
0,41 – 0,60
0,61 – 0,80
0,81 – 1,00

Tingkat Reliabilitas
Kurang Reliabel
Agak Reliabel
Cukup Reliabel
Reliabel
Sangat Reliabel

Berdasarkan tabel 6, hasil setiap pengujian reliabiltas memiliki interpretasi yang
berbeda, ditentukan berdasarkan klasifikasi nilai alpha yang ada.

Analisis Data
Analisis data adalah kegiatan mengubah data hasil penelitian menjadi
informasi yang dapat digunakan untuk mengambil kesimpulan dalam suatu
penelitian. Adapun cara mengambil kesimpulan bisa dengan hipotesis, metode
deskriptif, dan analisis Structural Equation Modeling (SEM) dengan Metode Partial
Least Score (PLS).
Metode Deskriptif
Menurut Sugiyono (2011), statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan
untuk menganalisis data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud
membuat kesimpulan yang berlaku umum atau generalisasi. Analisis deskriptif
digunakan untuk mengetahui karakteristik responden padan penelitian melalui rataan
skor, mengidentifikasi responden yang berpengaruh terhadap variabel pada
penelitian.
Metode Analisis Structural Equation Modeling (SEM) dengan Metode
Partial Least Score (PLS)
Menurut Sugiarto (2006) model persamaan struktural (Structural Equation
Modeling) yaitu suatu teknik statistik yang mampu menganalisis variabel laten,

13

variabel indikator dan kesalahan pengukuran secara langsung. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan Partial Least Score (PLS).
Menurut Ghozali (2008), PLS merupakan pendekatan alternatif yang bergeser dari
pendekatan SEM yang berbasis kovarian umumnya menguji kualitas/teori, sedangkan
PLS lebih bersifat predictive model. Di dalam PLS variabel laten bisa berupa hasil
pencerminan indikatornya diistilahkan dengan indikator refleksif. Di samping itu,
variabel yang dipengaruhi oleh indikatornya, diistilahkan dengan indikator formatif.
Pada metode Path Modeling Partial least square terdapat beberapa kriteria yaitu :
1.
Variabel laten dinyatakan berpengaruh positif apabila nilai outer loading
manifestnya > 0.50.
2.
Variabel laten dinyatakan berpengaruh secara signifikan/nyata terhadap
variabel laten lainnya apabila nilai beta atau t-statistik > 1.96.
Selain kriteria di atas ada dua evaluasi model, yaitu model pengukuran/outer
model dan model structural/inner model.
1.
Model pengukuran atau Outer Model
Menurut Ghozali (2008), Outer model adalah hubungan antar indikator dengan
konstruknya, pada model reflektif, dilakukan tiga pengujian untuk menentukkan
validitas dan reliabilitas, yaitu convergent validity, discriminant validity dan
composite reliability. Untuk ukuran reflektif dikatakan tinggi jika berkorelasi lebih
dari 0.70, namun peneliti menggunakan skala 0.50 hingga 0.60. Discriminant validity
dikatakan mempunyai model yang cukup, jika akar AVE untuk setiap konstruk lebih
besar daripada korelasi antara konstruk-konstruk lainnya. Uji lainnya adalah menilai
validitas dan reliabilitas dengan melihat Average Variance Extracted (AVE),
dipersyaratkan model yang baik jika masing-masing konstruk nilainya lebih besar
dari 0.50. Sementara reliabilitas konstruk diukur dengan composite reliability dan
cronbach alpha nilainya di atas 0.70 dengan tingkat kesalahan 5%.
2.
Model Struktural atau Inner Model
Inner model menggambarkan hubungan antara variabel berdasarkan pada teori
substantif. Model ini dapat di evaluasi dengan melihat nilai R-square, dinyatakan
signifikan apabila nilai t-value lebih besar dari t-tabel untuk tingkat kesalahan 5%
adalah 1.96, Ghozali (2008).
Path Modeling Partial least square merupakan pendekatan alternatif yang
bergeser dari pendekatan SEM berbasis kovarian menjadi varian. Dibawah ini
(Gambar 2) merupakan gambaran umum yang dibuat oleh peneliti sebelum dilakukan
pengujian model struktural dengan bantuan software SmartPLS 2.0.

14

EP
GPO

GPP

Gaya
Kepemimpinan
X

Engagement

ES

Ý
ED

GPD
EC

Gambar 2 Model Gaya Kepemimpinan terhadap Engagement
Berdasarkan gambar 2, gaya kepemimpinan diharapkan berpengaruh terhadap
engagement, namun untuk mengetahui pengaruh/tidaknya variabel tersebut, gaya
kepemimpinan sendiri terdiri dari beberapa indikator variabel yang dapat membantu
adanya pengaruh terhadap engagement, yaitu terdiri dari GPO (Gaya Kepemimpinan
Otoriter), GPP (Gaya Kepemimpinan Partisipatif), dan GPD (Gaya Kepemimpinan
Delegatif). Sedangkan untuk variabel engagement sendiri dapat terbentuk karena
beberapa variabel laten endogen yaitu, EP (Engagement Pride), ES (Engagement
Satisfaction), ED (Engagement Advocacy) dan EC (Engagement commitment).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Partai Politik
Partai Politik menurut UU No.2 Tahun 2008 tentang partai politik, adalah
organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh sekelompok warga negara
Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita untuk
memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa dan
negara, serta memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945. Partai politik sendiri mempunyai beberapa fungsi, antara
lain untuk sosialisasi pendidikan politik kepada masyarakat, komunikasi politik lintas
partai dan kepentingan, rekrutmen politik dan sebagai partisipasi politik, sebagai
contoh pemilihan kepala daerah dari tingkat kabupaten hingga pemilihan kepala
Negara. Setiap partai politik memiliki beberapa dewan pimpinan baik tingkat
wilayah, kota/kabupaten, cabang, kelurahan, sampai tingkat RT/RW, dan pimpinan
perwakilan daerah tersebut memiliki fungsi yang sama sebagai partai politik, yaitu
mencapai tujuan yang sama untuk memajukan bangsa dan Negara.

15

Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian berasal dari pengurus harian DPD Partai XYZ kota
bogor yang terdiri dari wakil ketua, sekretaris, bendahara dan anggota biro program.
Responden yang diteliti sebanyak 37 responden, namun dalam pengisian kuesioner,
hanya 30 orang yang bersedia, 7 orang tidak bersedia, maka dari itu dalam
pengujiannya, peneliti hanya menguji 30 sampel. Karakteristik responden terdiri dari
usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan terakhir, profesi lainnya selain menjadi
pengurus partai, periode kepengurusan, aktifitas organisasi/partai sebelum menjadi
pengurus partai, organisasi selain menjadi pengurus dan alasan menjadi pengurus
partai.
Karakteristik Jabatan terhadap Usia
Karakteristik yang dilakukan pengujian ialah jabatan terhadap usia, hal ini
dilakukan agar dapat mengetahui berapa banyak rata-rata usia yang ada di pengurus
harian DPD Partai XYZ kota bogor. Hal itu dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7 Hasil Crosstabulation jabatan terhadap Usia
Jabatan
wakil ketua
bendahara dan
wakil bendahara
sekretaris dan wakil
sekretaris
Anggota
Total (orang)

24-35
tahun
0

Usia
36-45 46-55
tahun tahun
4
4

Total
56-65
tahun
0

(orang)
8

3

1

5

1

10

4

4

0

0

8

1
8

3
12

0
9

0
1

4
30

Berdasarkan tabel 7, diperoleh hasil bahwa pengurus harian DPD Partai XYZ
kota bogor mayoritas berusia 46-55 tahun dengan jabatan sebagai bendahara & wakil
bendahara yaitu sebanyak 5 orang. Hal ini menunjukkan dalam melakukan
pekerjaannya sebagai bendahara dibutuhkan kemampuan pengurus yang memiliki
pengalaman yang baik, khususnya partai.
Karakteristik Jabatan terhadap jenis Kelamin
Karakteristik yang dilakukan pengujian ialah jabatan terhadap jenis kelamin,
hal ini dilakukan agar dapat mengetahui seberapa besar jenis kelamin itu
mempengaruhi jabatan yang dipegang invidu pada pengurus harian DPD Partai XYZ
kota bogor. Hal itu dapat dilihat pada Tabel 8.

16

Tabel 8 Hasil Crosstabulation Jabatan terhadap Jenis Kelamin
Jabatan
wakil ketua
bendahara dan
wakil bendahara
sekretaris dan wakil
sekretaris
anggota
Total (orang)

Jenis kelamin
laki-laki
perempuan
6
2

Total
(orang)
8

9

1

10

6

2

8

3
24

1
6

4
30

Berdasarkan tabel 8, diperoleh hasil bahwa pengurus harian secara mayoritas
berjenis kelamin Laki-laki, yaitu sebanyak 9 orang, dengan jabatan sebagai bendahara
dan wakil bendahara. Hal ini menujukkan bahwa peran laki-laki diutamakan dalam
melakukan pekerjaannya yang membutuhkan waktu bekerja yang fleksibel,
perjalanan di luar kota dan tahan terhadap tekanan.
Karakteristik Jabatan terhadap Profesi lain selain menjadi pengurus
Pada analisis karakteristik berdasarkan profesi lain selain menjadi pengurus,
peneliti ingin mengetahui secara detail profesi lain tersebut mempengaruhi para
pengurus untuk menjadi pengurus harian di DPD Partai XYZ kota bogor. Hal itu
dapat di lihat pada Tabel 9.
Tabel 9 Hasil Crosstabulation jabatan terhadap profesi lain
Jabatan
wakil ketua
bendahara dan
wakil bendahara
sekretaris dan wakil
sekretaris
Anggota
Total (orang)

Wirausaha
3

Profesi lain
Professional
Entertainer
3
1

Total
(orang)

lainnya
1

8

1

7

0

2

10

8

0

0

0

8

3
15

0
10

0
1

1
4

4
30

Berdasarkan tabel 9, diperoleh hasil bahwa pengurus harian secara mayoritas
berprofesi sebagai professional dalam hal ini para pengacara, yaitu sebanyak 7 orang,
dengan jabatan sebagai bendahara dan wakil bendahara. hal ini menunjukkan bahwa
dalam pekerjaannya dibutuhkan kemampuan dan profesionalitas yang tinggi, seperti
pengacara yang mendukung pekerjaannya dalam hal peraturan administrasi dan
keuangan. Yang dimaksud profesi lainnya ialah sebagai kepala sekolah dan Pembina
dari sebuah yayasan.
Karakteristik Jabatan terhadap Tingkat pendidikan terakhir
Pada analisis karakteristik berdasarkan tingkat pendidikan terakhir, peneliti
ingin mengetahui secara detail para pengurus yang ada saat ini berasal dari lulusan
pada tingkat pendidikan apa saja, dan tingkat pendidikan tersebut mempengaruhi

17

dalam jabatan yang di pegang atau pekerjaan yang dilakukan. Hal itu dapat di lihat
pada Tabel 10.
Tabel 10 Hasil Crosstabulation jabatan terhadap tingkat pendidikan terakhir
Jabatan
wakil ketua
bendahara & wakil
bendahara
sekretaris & wakil
sekretaris
Anggota
Total (orang)

Tingkat pendidikan terakhir
SMA/SMK
D3/Akademi
S1/D4
3
0
5

Total
(Orang)
8

2

3

5

10

2

0

6

8

0
7

2
5

2
18

4
30

Berdasarkan tabel 10, diperoleh hasil bahwa pengurus harian mayoritas
merupakan lulusan Sarjana sebanyak 5 orang, dengan jabatan sebagai bendahara dan
wakil bendahara. Hal ini menunjukkan dalam melakukan pekerjaan sebagai
bendahara, lulusan sarjana yang memiliki pengalaman yang cukup dibidang
administrasi dan keuangan.
Karakteristik Jabatan terhadap Periode Kepengurusan
. Pada analisis karakteristik berdasarkan periode kepengurusan, peneliti ingin
mengetahui secara detail masa kepengurusan para pengurus yang menjabat saat ini
berada di DPD partai XYZ kota bogor dan kesesuaian dengan jabatan yang dipegang
saat ini. Hal itu dapat di lihat pada Tabel 11.
Tabel 11 Hasil Crosstabulation Jabatan terhadap Periode kepengurusan
Jabatan
wakil ketua
bendahara & wakil
bendahara
sekretaris & wakil
sekretaris
anggota
Total (orang)

Periode kepengurusan
1- 5 tahun
6-10 tahun
11- 15 tahun
5
0
3

Total
(orang)
8

7

1

2

10

7

1

0

8

4
23

0
3

0
4

4
30

Berdasarkan tabel 11, diperoleh hasil bahwa pengurus harian mayoritas
menjabat sebagai pengurus dalam rentang waktu kepengurusan 1-5 tahun, yaitu
sebanyak 7 orang, dengan jabatan sebagai bendahara dan wakil bendahara. Hal
menunjukkan bahwa dalam pekerjaannya para pengurus dengan lulusan sarjana yang
berprofesi sebagai professional dengan pengalaman yang cukup, pengurus tersebut
dapat diandalkan meskipun menjabat dengan waktu yang relatif baru.

18

Karakteristik Jabatan terhadap organisasi/partai sebelum menjadi pengurus
Pada analisis karakteristik jabatan terhadap organisasi/partai sebelum menjadi
pengurus, peneliti ingin mengetahui latar belakang dari para pengurus tersebut dapat
menunjang dengan jabatannya saat ini. Hal itu dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12 Hasil crosstab jabatan terhadap organisasi/partai sebelum menjadi
pengurus
organisasi/partai sebelum menjadi pengurus partai XYZ
Jabatan
jabatan

wakil ketua
bendahara & wakil
bendahara
sekretaris & wakil
sekretaris
anggota

Total

tidak ada
7

golkar
0

5

PDI

muhammadiyah

Total

0

1

HMI
0

(orang)
8

3

1

1

0

10

5

0

0

0

3

8

4
21

0
3

0
1

0
2

0
3

4
30

Berdasarkan tabel 12, diperoleh hasil bahwa mayoritas latar belakang pengurus
harian mayoritas adalah tidak bergabung dengan organisasi/partai sebelum menjabat
sebagai pengurus harian, yaitu sebanyak 5 orang dengan jabatan saat ini sebagai
bendahara dan wakil bendahara. Hal ini menunjukkan bahwa dalam melakukan
pekerjaannya di bidang keuangan dibutuhkan seseorang yang dapat menerima aturan
pengelolaan keuangan yang ditetapkan oleh DPD partai XYZ kota bogor.
Karakteristik jabatan terhadap aktifitas organisasi selain menjadi pengurus
Pada analisis karakteristik jabatan terhadap aktifitas organisasi selain menjadi
pengurus, peneliti ingin mengetahui aktifitas organisasi yang di jalani dapat selaras
dengan jabatan yang diterima saat ini. Hal itu dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13 Hasil Crosstab Jabatan terhadap aktifitas organisasi selain menjadi
pengurus

jabatan
wakil ketua
bendahara &
wakil
bendahara
sekretaris &
wakil sekretaris
anggota
Total (orang)

Aktifitas organisasi selain menjadi pengurus
Total
aparatur
asosiasi/
tidak ada yayasan
desa
ormas persatuan (orang)
2
0
1
1
3
8
4

2

2

0

2

10

4

0

0

4

0

8

0
10

1
3

0
3

1
6

3
8

5
30

Berdasarkan tabel 13, diperoleh hasil bahwa mayoritas pengurus harian tidak
mengikuti aktifitas organisasi selain menjadi pengurus, yaitu sebanyak 4 orang

19

dengan jabatan sebagai bendahara dan wakil bendahara. Hal ini menunjukkan bahwa
dalam mengelola keuangan dibutuhkan kemampuan dan komitmen pada satu partai,
agar dapat mengelola keuangan dengan baik dan fokus pada pekerjaannya .
Karakteristik jabatan terhadap alasan menjadi pengurus
Pada analisis karakteristik jabatan alasan menjadi pengurus, peneliti ingin
mengetahui latar belakang secara pemikiran apa yang membuat individu ingin
menjadi pengurus dengan jabatan yang diterima saat ini. Hal itu dapat dilihat pada
Tabel 14.
Tabel 14 Hasil Crosstab jabatan terhadap alasan menjadi pengurus

Jabatan
wakil ketua
bendahara & wakil
bendahara
sekretaris & wakil
sekretaris
anggota
Total (orang)

Alasan menjadi pengurus
figur
pengabdian
kesamaan
pimpinan
ke
ideology
partai
masyarakat
1
1
3

tidak
ada
1

partai
reformis
2

Total
(orang)

1

4

2

0

3

10

2

1

0

1

4

8

2
6

0
7

1
4

0
2

1
4

4
30

8

Berdasarkan tabel 14, diperoleh hasil bahwa individu menjadi pengurus harian
dengan jabatan sebagai bendahara dan wakil bendahara karena mempunyai
pandangan bahwa partai ini merupakan partai reformis (partai yang dapat melakukan
perubahan). Hal ini menunjukkan bahwa pengurus memiliki kesamaan ideologi yang
dapat membantunya dalam pekerjaanya.
Analisis Deskriptif
Kepemimpinan

pengurus

harian

Partai

XYZ

terhadap

Gaya

Gaya kepemimpinan terdiri atas 3 indikator, yakni gaya kepemimpinan otoriter,
partisipatif dan delegatif. Penelitian ini menunjukkan bagaimana kepemimpinan yang
selama ini diterapkan di DPD Partai XYZ. Hal itu dapat di lihat pada Tabel 15.
Tabel 15 Persepsi pengurus harian terhadap Gaya Kepemimpinan
Gaya Kepemimpinan
Otoriter
Partisipatif
Delegatif
Rataan

Rataan Skor
3.11
3.40
3.11
3.21

Intepretasi
Setuju
Sangat Setuju
Setuju

Berdasarkan tabel 15 dari tiga indikator kepemimpinan diperoleh hasil, bahwa
rataan skor tertinggi dengan skor 3.40 terdapat dalam gaya kepemimpinan
partisipatif. Untuk penjelasan lebih tentang variabel-variabel gaya kepemimpinan
terdapat pada :

20

a.

Gaya Kepemimpinan Otoriter

Gaya kepemimpinan otoriter ialah kepemimpinan yang sentralisasi wewenang,
pengambilan keputusan dan kebijaksanaan hanya ditetapkan sendiri oleh pemimpin,
bawahan tidak diikutsertakan untuk memberikan saran, ide, dan pertimbangan dalam
proses pengambilan keputusan. Tabel 16.
Tabel 16 Penilaian pengurus terhadap Gaya Kepemimpinan Otoriter
NO

Indikator

SS

S

TS

STS

Rataan
Skor

1

Pimpinan selalu tegas dalam mengambil setiap
keputusan

60

33

4

2

3.3

Pimpinan selalu berinisiatif dalam pemecahan
suatu masalah

56

36

4

2

2.67

Keputusan pimpinan harus selalu di dijalankan
oleh semua anggota

24

48

8

3

2.76

2
4

Kriteria
Sangat
baik
Baik
Baik

Otoriter

3.11

Baik

Berdasarkan tabel 16, menurut persepsi pengurus harian terhadap gaya
kepemimpinan yang selama ini diterapkan adalah kepemimpinannya yang otoriter
yaitu ketua DPD yang selalu tegas dalam mengambil setiap keputusan, baik
keputusan strategic maupun non-strategik.
b.

Gaya Kepemimpinan Partisipatif

Gaya kepemimpinan parisipatif ialah apabila dalam kepemimpinannya
dilakukan secara persuasif, menciptakan kerja sama yang serasi, menumbuhkan
loyalitas, dan partisipasi para bawahan. Dapat terlihat pada Tabel 17.
Tabel 17 Penilaian pengurus terhadap Gaya Kepemimpinan Partisipatif
NO

Indikator

SS

S

TS

STS

Rataan
Skor

1

Pimpinan selalu mempertimbangkan pendapat dari
anggota

52

42

4

0

3.27

Sangat
baik

Pimpinan selalu menjaga hubungan baik dengan
semua anggota

84

24

4

0

3.73

Sangat
baik

Pimpinan dan pengurus bekerja sebagai tim secara
harmonis.

56

39

6

0

3.36

Sangat
baik

Pimpinan selalu mengedepankan kepentingan
anggota partai XYZ

44

51

2

1

3.26

Sangat
baik

2
3
4

Partisipatif

3.40

Kriteria

Sangat
baik

Berdasarkan tabel 17, persepsi pengurus harian terhadap gaya kepemimpinan
ketua DPD partai XYZ kota bogor adalah, gaya kepemimpinan yang partisipatif,
yaitu pimpinan yang selalu menjaga hubungan baik dengan semua anggotanya, dengan

21

melakukan pertemuan informal, menjalin hubungan yang lebih dekat dengan keluarga dan
mengerti keinginan dari para anggotanya.

c.

Gaya Kepemimpinan Delegatif

Gaya Kepemimpinan Delegatif ialah apabila seorang pemimpin
mendelegasikan wewenang kepada bawahan dengan agak lengkap. Hal itu dapat di
lihat pada Tabel 18.
Tabel 18 Penilaian pengurus terhadap Gaya Kepemimpinan Delegatif
NO

Indikator

SS

S

TS

STS

Rataan
Skor

1

Pimpinan selalu memberikan rincian tugas
dengan jelas kepada anggota

36

54

4

1

3.16

Pimpinan selalu memberikan tanggung jawab
penuh kepada anggota.

20

57

10

1

2.93

Pimpinan sangat memberikan peran kepada
anggota partai XYZ

36

57

4

0

3.23

Sangat
Baik

3.11

Baik

2

4

Kriteria
Baik
Baik

Delegatif

Berdasarkan tabel 18, diperoleh hasil bahwa dalam kepemimpinannya selama
ini, gaya kepimpinan ketua DPD partai XYZ kota bogor adalah kepemimpinan secara
delegatif, yakni pimpinan yang sangat memberikan peran kepada anggota partai
XZY.
Analisis Deskriptif pengurus harian DPD Partai XZY terhadap Engagement
individu
Engagement dapat di ukur berdasarkan 4 indikator, yakni kebangaan, kepuasan,
dukungan dan komitmen, komitmen sendiri terbagi atas komitmen afektif, normatif,
dan kontinuan. Dapat terlihat pada Tabel 19.
Tabel 19 persepsi pengurus terhadap Engagement
Engagement
Pride (Kebanggaan)
Satisfaction (Kepuasan)
Advocacy ( Dukungan)
Commitment (Komitmen)
Rataan

Rataan Skor

Interpretasi

3.30
2.75
2.65
3.20
2.95

Sangat Setuju
Setuju
Setuju
Setuju
Setuj