Analisis Dayasaing Industri Pulp dan Kertas Indonesia di Pasar Internasional

ANALISIS DAYASAING INDUSTRI PULP DAN KERTAS
INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL

RIZKA ASTI WULANDARI

DEPARTEMEN HASIL HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Dayasaing
Industri Pulp dan Kertas Indonesia di Pasar Internasional adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, September 2013
Rizka Asti Wulandari
NIM E24090023

ABSTRAK
RIZKA ASTI WULANDARI. Analisis Dayasaing Industri Pulp dan Kertas
Indonesia di Pasar Internasional. Dibimbing oleh BINTANG C.H.
SIMANGUNSONG.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dayasaing produk
pulp dan kertas Indonesia, khususnya chemical wood pulp, newsprint, printingwriting paper dan other paper-paperboard di pasar internasional, untuk periode
2002-2011. Indeks Revealed Comparative Advantage (RCA) dan Indeks
Spesialisasi Perdagangan (ISP) dihitung untuk menentukan keunggulan
komparatif dan kompetitif, berturut-turut. Teknik Constant Market Share (CMS)
digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi dayasaing
produk tersebut. Hasil penelitian menunjukkan semua produk memiliki
keunggulan komparatif. Produk printing-writing paper dan chemical wood pulp
memiliki keunggulan komparatif sangat kuat, newsprint memiliki keunggulan
komparatif yang kuat sedangkan other paper-paperboard memiliki keunggulan
komparatif moderat. Selain itu, indeks ISP menunjukkan semua produk memiliki

keunggulan kompetitif. Produk newsprint dan printing and writing paper berada
pada tahap pematangan ekspor, sedangkan chemical wood pulp dan other paper
and paperboard pada tahapan perluasan ekspor. Berdasarkan analisis CMS, dalam
urutan kepentingannya, pertumbuhan pasar dunia, dayasaing, dan komposisi
produk adalah faktor-faktor yang berpengaruh.
Kata kunci: dayasaing, RCA, ISP, CMS
ABSTRACT
RIZKA ASTI WULANDARI. Competitiveness Analysis of Indonesian Pulp and
Paper Industry in International Market. Supervised by BINTANG C.H.
SIMANGUNSONG.
The objective of this research is to analyze competitiveness of Indonesia
pulp and paper products, particularly chemical wood pulp, newsprint, printingwriting paper and other paper-paperboard in international market for the period
2002-2011. RCA and ISP Index were then calculated to determine comparative
and competitive advantage, respectively. CMS technique was also used to identify
factors that affect competitiveness those products. Result show all products have
comparative advantage. Printing-writing paper and chemical wood pulp have
extremely strong comparative advantage, newsprint has a strong comparative
advantage, and other paper-paperboard has a moderate comparative advantage. In
addition, ISP index indicated that all products have competitive advantage.
Newsprint and printing-writing paper were in maturation stage whereas chemical

wood pulp and other paper-paperboard in export expansion stage. Based on CMS
analysis, in order of importance world market growth, competitiveness, and
product composition were the influential factors.
Keywords: competitiveness, RCA, ISP, CMS

RINGKASAN
RIZKA ASTI WULANDARI. E24090023. Analisis Dayasaing Industri Pulp dan
Kertas Indonesia di Pasar Internasional. Dibimbing oleh Ir Bintang CH
Simangunsong, MS, PhD

Industri pulp dan kertas merupakan salah satu industri yang memegang peranan
penting bagi perekonomian Indonesia. Pada pasar dunia, industri pulp dan kertas
Indonesia memperlihatkan perkembangan yang cukup baik dalam satu dekade
terakhir, yaitu pada tahun 2002 menempati peringkat 12 sebagai eksportir kertas dan
meningkat ke peringkat 9 pada tahun 2011. Sementara untuk produk pulp, Indonesia
tetap bertahan di peringkat 6 sebagai eksportir pulp dunia pada periode tersebut (FAO
2013). Di lain pihak, dominasi dari negara-negara NORSCAN mulai berkurang dan
bergeser ke Asia dan negara-negara Amerika Latin (Agro Kemeneperin 2009).
Indonesia harus mampu memanfaatkan peluang tersebut dengan baik sebab
persaingan global semakin keras dan persyaratan yang diterapkan juga semakin lama

semakin ketat. Isu tentang perdagangan dan lingkungan bertema Green Economic
yang terus diusung dan digalakkan oleh dunia Internasional. Indonesia perlu
meningkatkan dayasaingnya agar produk tersebut dapat bertahan di pasar
internasional.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dayasaing produk pulp dan
kertas Indonesia, khususnya chemical wood pulp, newsprint, printing-writing paper
dan other paper-paperboard di pasar internasional, untuk periode 2002-2011. Indeks
Revealed Comparative Advantage (RCA) dan Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP)
dihitung untuk menentukan keunggulan komparatif dan kompetitif, berturut-turut.
Teknik Constant Market Share (CMS) digunakan untuk mengidentifikasi faktorfaktor yang memengaruhi dayasaing produk tersebut.
Hasil penelitian menunjukkan semua produk memiliki keunggulan
komparatif. Produk printing-writing paper dan chemical wood pulp memiliki
keunggulan komparatif sangat kuat, newsprint memiliki keunggulan komparatif yang
kuat sedangkan other paper-paperboard memiliki keunggulan komparatif moderat.
Selain itu, indeks ISP menunjukkan semua produk memiliki keunggulan kompetitif.
Produk newsprint dan printing and writing paper berada pada tahap pematangan
ekspor, sedangkan chemical wood pulp dan other paper and paperboard pada
tahapan perluasan ekspor. Berdasarkan analisis CMS, dalam urutan kepentingannya,
pertumbuhan pasar dunia, dayasaing, dan komposisi produk adalah faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap peningkatan dayasaing.

Kata kunci : dayasaing, RCA, ISP, CMS

ANALISIS DAYASAING INDUSTRI PULP DAN KERTAS
INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL

RIZKA ASTI WULANDARI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Hasil Hutan

DEPARTEMEN HASIL HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Analisis Dayasaing Industri Pulp dan Kertas Indonesia di Pasar

Internasional
Nama
: Rizka Asti Wulandari
NIM
: E24090023

Disetujui oleh

Ir Bintang C.H. Simangunsong, MS, PhD
Pembimbing

Diketahui oleh

Prof Dr Ir I Wayan Darmawan, MSc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas

segala berkah dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Ir Bintang C.H. Simangunsong, MS,
PhD selaku pembimbing yang selalu memberikan arahan dan motivasi. Di
samping itu, penghargaan juga penulis sampaikan kepada Pemerintah Provinsi
Jawa Barat yang turut membiayai penyelesaian karya ilmiah ini. Ungkapan terima
kasih yang mendalam penulis sampaikan kepada ayah, ibu, adik-adik, serta
seluruh keluarga atas segala doa dan kasih sayangnya. Tak lupa ucapan
terimakasih juga disampaikan kepada seluruh staff dan pengajar Departemen
Hasil Hutan, teman-teman THH46 khususnya yang tergabung dalam
Laboratorium Ekonomi Industri-Biokomposit, teman-teman Pondok Malea,
teman-teman IFSA LC IPB, serta teman-teman QC KLI yang selalu memberikan
dukungan dan semangat dalam penyelesaian karya ilmiah ini. Penulis menyadari
bahwa karya tulis ini masih memiliki banyak kekurangan. Segala kritik dan saran
akan penulis terima dengan senang hati dan bijaksana. Semoga karya ilmiah ini
dapat bermanfaat.

Bogor, September 2013
Rizka Asti Wulandari

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Pulp dan Kertas
Analisis Dayasaing
Revealed Comparative Advantage (RCA)
Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP)
Constant Market Share (CMS)
Penelitian Terdahulu Mengenai Dayasaing
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Jenis Data
Analisis Data
Analisis Revealed Comparative Advantage (RCA)
Analisis Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP)

Analisis Constant Market Share (CMS)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Analisis Revealed Comparative Advantage (RCA)
Analisis Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP)
Analisis Constant Market Share (CMS)
Pembahasan
Perkembangan dan pertumbuhan Ekspor Pulp dan Kertas Indonesia
Faktor Paling Berpengaruh terhadap Dayasaing
Strategi Peningkatan Dayasaing Pulp dan Kertas Indonesia
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

viii
viii
viii

1
1
1
2
2
2
2
3
4
5
7
8
8
8
8
9
9
9
10
10

10
10
11
13
13
16
17
18
18
18
19
21
28

DAFTAR TABEL
1 Nilai Indeks RCA Produk Pulp dan Kertas Indonesia Periode 20022011
2 Nilai Indeks ISP Produk Pulp dan Kertas Indonesia Periode 2002-2011
3 Perbandingan Faktor Pertumbuhan Standar, Faktor Dayasaing, Faktor
Komposisi Komoditas terhadap Pertumbuhan Ekspor Indonesia Periode
2002-2011

10
11

11

DAFTAR GAMBAR
1 Kurva ISP berdasarkan Teori Siklus
2 Grafik Ekspor Pulp Kertas Indonesia dan Dunia

5
13

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Kode Produk dalam FAO dan Harmonized System
Tipe dan Sumber Data
Definisi FAO mengenai Produk Pulp
Definisi FAO mengenai Produk Kertas
Pertumbuhan Dunia dan Pertumbuhan Pasar Indonesia Setiap Periode
2002-2011
Faktor Pertumbuhan Standar, Dayasaing dan Komposisi Komoditas
Periode 2002-2011
Perhitungan RCA (Revealed Comparative Advantage) Produk Pulp dan
Kertas Periode 2002-2011
Perhitungan ISP (Indeks Spesialisasi Perdagangan) Produk Pulp dan
Kertas Periode 2002-2011
Perhitungan CMS (Constant Market Share) Produk Pulp dan Kertas
Periode 2002-2011
Perhitungan CMS (Constant Market Share) Produk Pulp dan Kertas
Periode 2002-2006
Perhitungan CMS (Constant Market Share) Produk Pulp dan Kertas
Periode 2006-2011

21
21
22
23
24
24
25
25
26
26
27

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Industri pulp dan kertas merupakan salah satu industri yang memegang
peranan penting bagi perekonomian Indonesia. Berdasarkan data FAO (2013)
total nilai ekspor Indonesia pada tahun 2011 untuk produk pulp sebesar 1,554 juta
dolar sedangkan untuk produk kertas sebesar 3,544 juta dolar. Pada pasar dunia,
industri pulp dan kertas Indonesia memperlihatkan perkembangan yang cukup
baik dalam satu dekade terakhir yaitu pada tahun 2002 Indonesia menempati
peringkat 12 sebagai eksportir kertas dan meningkat ke peringkat 9 pada tahun
2011. Sementara untuk produk pulp, Indonesia mempertahankan peringkat 6
sebagai eksportir pulp dunia dengan total ekspor pulp pada tahun 2002 sebesar
2.25 juta ton dan pada tahun 2011 sebesar 2.93 juta ton (FAO 2013).
Peningkatan volume ekspor pulp dan kertas tersebut menggambarkan kedua
produk ini memberikan prospek yang cerah dan diharapkan dapat menjadi produk
andalan perekonomian di masa yang akan datang. Hal tersebut semakin didukung
dengan fakta yang terjadi yakni dominasi dari negara-negara NORSCAN mulai
berkurang dan bergeser ke Asia dan negara-negara Amerika Latin. Negara-negara
NORSCAN tersebut mulai merasakan kesulitan dalam pengembangan potensi
bahan bakunya ditambah dengan biaya produksi yang relatif lebih mahal akibat
kenaikan harga minyak dunia (Agro Kemeneperin 2009). Indonesia harus mampu
memanfaatkan peluang tersebut dengan baik sebab persaingan global semakin
keras dan persyaratan yang diterapkan juga semakin lama semakin ketat. Isu
tentang perdagangan dan lingkungan bertema Green Economic terus diusung dan
digalakan oleh dunia Internasional. Berdasarkan konferensi ITTO yang diadakan
di Bali pada bulan Mei 1990, ditetapkan bahwa tahun 2000 merupakan awal
diberlakukannya kebijakan ekolabel secara menyeluruh pada setiap produk kayu
tropis (Suratomo 2000). Indonesia sebagai negara anggota konferensi juga turut
memberlakukan kebijakan ekolabel tersebut. Hal tersebut diawali dengan
dikeluarkannya UU No.2 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup dan
UU No. 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen dan baku mutu
lingkungan.
Kebijakan ekolabel ini akan berdampak pada akses pasar dan dayasaing
internasional termasuk pada industi pulp dan kertas (Karina 2009). Istilah
dayasaing mengacu kepada kemampuan suatu negara untuk memasarkan produk
yang dihasilkan terhadap kemampuan negara lain. Dayasaing industri pulp dan
kertas Indonesia tersebut dapat diketahui dengan suatu analisis. Penelitian ini akan
mencoba menganalisis dan membahas dayasaing Industri Pulp dan Kertas
Indonesia yang terjadi dalam 1 dekade pada periode 2002-2011 setelah
diberlakukannya kebijakan ekolabel.
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah
1. Menganalisis dayasaing Industri Pulp dan Kertas Indonesia meliputi
keunggulan kompetitif dan keunggulan komparatif pada produk chemical

2
wood pulp, newsprint, printing-writing paper dan other paper-paperboard
pada periode 2012-2011
2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan dayasaing
produk chemical wood pulp, newsprint, printing-writing paper dan other
paper-paperboard pada periode 2002-2011.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa informasi
mengenai dayasaing produk pulp dan kertas Indonesia, khususnya chemical wood
pulp, newsprint, printing-writing paper dan other paper-paperboard di pasar
internasional, untuk periode 2002-2011.
TINJAUAN PUSTAKA
Pulp dan Kertas
Pulp merupakan bahan serat yang didapat dari hasil pengolahan bahan
berselulosa dengan cara mekanis, kimia atau semikimia dengan bahan dasar kayu,
kertas, papan serat, rayon serta turunan selulosa lainnya. Berdasarkan FAO (2013),
pulp berbahan baku kayu (wood pulp) merupakan produk agregat yang terdiri dari
mechanical wood pulp, semi-chemical wood pulp, chemical wood pulp dan
dissolving wood pulp. Adapun definisi untuk masing-masing produk secara
lengkap terdapat pada lampiran 3.
Kertas merupakan produk yang terbuat dari serat yang dinding terluarnya
telah dihancurkan melalui proses mechanical pre treatment. Menurut klasifikasi
FAO (2013), produk kertas dimasukkan kedalam kelompok paper-paperboard
yang merupakan produk agregat meliputi newsprint, printing-writing paper dan
other paper-paperboard yang definisinya secara lengkap dapat dilihat pada
lampiran 4.
Analisis Dayasaing
Dayasaing mengacu kepada kemampuan suatu negara untuk memasarkan
produk yang dihasilkan terhadap kemampuan negara lain. Dayasaing juga dapat
diartikan sebagai kemampuan suatu produk untuk memasuki pasar luar negeri dan
dapat bertahan di dalam pasar tersebut serta kaitannya dengan minat konsumen.
Menurut Porter (1990) dayasaing sering dikaitkan dengan produktivitas atau
tingkat output yang dihasilkan pada setiap unit yang digunakan. Terdapat berbagai
faktor yang dapat menentukkan dayasaing yaitu faktor produksi, faktor pemasaran,
faktor keuangan, faktor SDM, dan lingkungan bisnis. Selain itu faktor-faktor
penting lainnya seperti masalah lingkungan dan sosial juga menjadi salah satu
faktor yang turut menentukkan karena adanya tuntutan pasar yang mengarah
kepada produk hijau dan pengembangan masyarakat (Rosadi 2005).
Keunggulan dayasaing meliputi keunggulan komparatif dan keunggulan
kompetitif. Keunggulan komparatif merupakan keunggulan yang bersifat alamiah
sedangkan keunggulan kompetitif dianggap sebagai faktor yang bersifat acquired

3
atau dapat dikembangkan atau diciptakan (Tambunan 2001). Keunggulan
kompetitif adalah keunggulan yang dimiliki oleh suatu negara untuk dapat
bersaing di pasar internasional (Rashid et al 2012) sedangkan keunggulan
komparatif diartikan sebagai kemampuan suatu negara untuk memproduksi suatu
barang atau jasa dengan biaya marginal dan opportunity cost yang lebih rendah
dibandingkan dengan negara lain dengan kata lain dapat diartikan sebagai
kemampuan suatu negara dalam memproduksi barang atau jasa secara efisien
(Tambunan 2001).
Terdapat beberapa metode yang digunakan untuk mengetahui dan
menghitung keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif tersebut. Untuk
menghitung keunggulan komparatif dapat dilakukan dengan menggunakan
metode RCA (Revealed Comparative Advantage) sedangkan keunggulan
kompetitif dapat dihitung dengan menggunakan metode ISP (Indeks Spesialisasi
Perdagangan). Selain keunggulan komparatif dan kompetitif, faktor yang
berpengaruh terhadap dayasaing ekspor juga perlu diketahui. Metode yang
digunakan untuk mengukur dinamika tingkat dayasaing dan faktor yang
mempengaruhinya adalah metode CMS (Constant Market Share).
Revealed Comparative Advantage (RCA)
RCA merupakan metode yang dikembangkan Balassa (1989) untuk
menghitung keunggulan komparatif. RCA merupakan indeks yang menyatakan
keunggulan komparatif yang membandingkan antara pangsa ekspor suatu produk
dalam ekspor total negara tersebut dengan pasar ekspor produk yang sama dalam
total ekspor dunia. RCA digunakan dalam studi-studi empiris untuk mengukur
perubahan keunggulan komparatif atau tingkat dayasaing dari suatu produk di
suatu negara terhadap dunia dengan persamaan sebagai berikut.


Dimana :
RCA = Indeks Revealed Comparative Advantage
Xij = Nilai ekspor produk pulp dan kertas Indonesia
Xjt = Nilai ekspor seluruh produk Indonesia
Xiw = Nilai ekspor produk pulp dan kertas dunia
Xwt = Nilai ekspor seluruh produk dunia
Nilai indeks RCA mengindikasikan tingkat keunggulan komparatif atau dayasaing
suatu produk negara tertentu terhadap pasar dunia, dengan ketentuannya sebagai
berikut
1. Jika nilai indeks RCA < 1 menunjukan bahwa negara tersebut mempunyai
keunggulan komparatif untuk produk tersebut.
2. Jika nilai indeks RCA > 1 menunjukan bahwa negara tersebut tidak
mempunyai keunggulan komparatif untuk produk tersebut.
Beberapa teori banyak yang mengatakan bahwa suatu negara dianggap
memiliki keunggulan komparatif jika memiliki nilai diatas 1, namun menurut
Zhang et al. (2008) beberapa pendapat mengelompokan keunggulan komparatif
dengan kategori sebagai berikut

4
1. Jika nilai indeks RCA > 2.5 menunjukan bahwa negara tersebut mempunyai
keunggulan komparatif sangat kuat untuk produk tersebut.
2. Jika nilai indeks berada pada 1.25 < RCA < 2.5 menunjukan bahwa negara
tersebut memiliki keunggulan komparatif kuat untuk produk tersebut.
3. Jika nilai indeks berada pada 0.8 < RCA < 1.25 menunjukan bahwa negara
tersebut memiliki keunggulan komparatif yang moderat untuk produk tersebut.
4. Jika nilai indeks RCA < 0.8 menunjukan bahwa negara tersebut memiliki
keunggulan komparatif yang lemah untuk produk tersebut.
Revealid Comparative Advantage dapat menggambarkan baik tidaknya
kinerja ekspor produk tersebut. Selain menggambarkan keunggulan komparatif,
RCA yang tinggi akan menandakan bahwa negara tersebut memiliki spesialisasi
di sektor tersebut (Oktaviani 2010). Nilai RCA yang positif dapat mengukur
keunggulan komparatif
yang ditentukan oleh produk, efisiensi produksi,
karakteristik geografi dan kebijakan pemerintah (Lundmark 2010).
Metode ini memiliki keunggulan yaitu metode ini mempertimbangkan
keuntungan intrinsik komoditas ekspor tertentu dan konsistensinya terhadap
perubahan di dalam suatu produktivitas ekonomi dan mengurangi dampak
pengaruh campur tangan pemerintah, sehingga keunggulan komparatif suatu
produk dari waktu ke waktu dapat terlihat secara jelas. Namun metode ini
mengesampingkan pentingnya permintaan domestik, ukuran dasar domestik, dan
perkembangannya. Selain itu, metode ini juga tidak dapat menjelaskan pola
perdagangan yang optimal, prediksi produk yang dapat berpotensi di masa depan
dan penerapan kebijakan perdagangan yang sesuai
Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP)
Konsep dayasaing internasional pada awalnya lebih menekankan pada
keunggulan komparatif yang fokus terhadap strategi harga namun menurunkan
harga bukanlah satu-satunya cara, dibutuhkan strategi lain terkait kondisi pasar,
produksi, konsumsi, dan struktur pasar yang tercermin dari keunggulan kompetitif
(Munandar 2010). Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) merupakan indeks yang
menyatakan keunggulan kompetitif suatu produk yang membandingkan selisih
nilai ekspor dan nilai impor suatu negara dibadingkan dengan jumlah nilai ekspor
dan nilai impor negara tersebut. ISP merupakan perbandingan antara selisih nilai
bersih perdagangan dengan nilai total perdagangan dari suatu negara. Indeks
Spesialisasi Perdagangan (ISP) digunakan untuk menganalisis posisi atau tahapan
perkembangan suatu produk. Dasar pemikiran dari indeks ini sama seperti teori
siklis produk, yaitu suatu produk yang bertahan di pasar sampai beberapa tahun.
Menurut Tambunan (2001) analisis ISP ini dapat menggambarkan posisi
Indonesia untuk produk pulp dan kertas,yaitu cenderung menjadi negara eksportir
atau importir dan menempatkan industri pulp dan kertas pada suatu tahapan
industrialisasi dan perkembangan pola perdagangan tertentu. Adapun rumus yang
digunakan adalah sebagai berikut :

5
Dimana :
ISP = Indeks spesialisasi Perdagangan
Nx’ = Nilai ekspor produk pulp dan kertas Indonesia
Nm’= Nilai impor produk pulp dan kertas Indonesia

Gambar 1. Kurva ISP berdasarkan Teori Siklus Produk
Sumber : Kemenperin 2013

Nilai ISP yang dihasilkan berkisar antara -1 sampai +1 dengan ketentuannya
sebagai berikut :
1. Jika Jika nilai indeks ISP berada pada -1 < ISP ≤ –0,5 menunjukkan produk
tersebut berada pada tahap pengenalan.
2. Jika Jika nilai indeks ISP berada pada -0,5 < ISP ≤ 0 menunjukkan produk
tersebut berada pada tahap subtitusi impor.
3. Jika Jika nilai indeks ISP berada pada 0 < ISP ≤ 0,8 menunjukkan produk
tersebut berada pada tahap perluasan ekspor,
4. Jika Jika nilai indeks ISP berada pada0,8 < ISP ≤ 1 menunjukkan produk
tersebut berada pada tahap pematangan.
5. Jika nilai ISP kembali menurun antara 1 sampai 0 menunjukkan produk
tersebut berada pada tahap kembali mengimpor.
Tahap Pengenalan terjadi ketika suatu industri (forerunner) disuatu negara
(negara A) mengekspor produk-produk baru dan industri pendatang (latercomer)
yaitu negara B masih mengimpor produk-produk tersebut. Tahap subtitusi impor
terjadi ketika industri di negara B sudah mulai mengekspor namun masih
menunjukkan dayasaing yang sangat rendah, dikarenakan tingkat produksinya
tidak cukup tinggi untuk mencapai skala ekonominya sehingga negara B lebih
banyak mengimpor daripada mengekspor. Tahap perluasan ekspor
menggambarkan negara B melakukan produksi dalam skala besar dan mulai
meningkatkan ekspornya. Sedangkan tahap pematangan menunjukkan bahwa di
pasar domestik, penawaran untuk produk tersebut lebih besar daripada permintaan
dan produk yang bersangkutan sudah pada tahap standardisasi menyangkut
teknologi. Pada tahap pematangan negara B sudah menjadi negara net exporter.
Selain itu terdapat juga tahap kembali mengimpor jika industri di negara B kalah
bersaing di pasar domestiknya dengan industri dari negara A, dan produksi dalam
negeri lebih sedikit dari permintaan dalam negeri (Kemenperin 2013).
Constant Market Share (CMS)
Analisis Constant Market Share merupakan suatu alat yang digunakan
untuk menganalisis perubahan ekspor suatu negara (Merkies & Van Der Meer
1988). Ada empat faktor yang berpengaruh terhadap perubahan dayasaing ekspor

6
ini, yaitu pertumbuhan standar atau perdagangan dunia, komposisi komoditas,
distribusi pasar dan dayasaing.
Faktor pertumbuhan standar atau perdagangan dunia memberikan
gambaran bahwa nilai ekspor suatu negara pada komoditas tertentu berubah akibat
perubahan pangsa pasar di negara tujuan. Faktor dayasaing menggambarkan
bahwa dayasaing suatu produk dapat mempengaruhi perubahan ekspor produk
tersebut. Faktor komposisi mengindikasikan bahwa perubahan nilai ekspor suatu
negara pada komoditas tertentu diakibatkan oleh perubahan relatif tingkat
pertumbuhan total ekspor produk tertentu dari negara pengekspor terhadap tingkat
pertumbuhan total ekspor dunia. Faktor komoditas menggambarkan
bahwa peningkatan perbedaan antara ekspor suatu negara disebabkan oleh negara
pengekspor telah mempertahankan pangsa pasarnya di setiap komoditas. Faktor
distribusi pasar menggambarkan kemampuan negara yang bersangkutan untuk
meningkatkan ekspor produk di pasar yang selalu berkembang atau pada pasar
yang stagnant atau tetap. Faktor dayasaing mengindikasikan secara general bahwa
suatu negara mampu untuk melawan pangsa pasar internasional (Leamer dan
Stern 1970).
Faktor pertumbuhan standar serta faktor komposisi merupakan faktor yang
menyebabkan peningkatan ekspor dari sisi permintaan sedangkan faktor
dayasaing merupakan faktor dari sisi penawaran (Rahmaddi dan Ichihashi 2012).
Adapun rumus perhitungannya adalah sebagai berikut :

(1)

(2)

{

(3)

}

{

(4)

}

Dimana:
1

X

ij

X

ij

m
mi

= Ekspor produk pulp dan kertas Indonesia ke dunia pada periode 1
2

= Ekspor produk pulp dan kertas Indonesia ke dunia pada periode 2

= Persentase peningkatan ekspor seluruh produk dunia pada periode 1 ke 2
= Persentase peningkatan ekspor produk pulp dan kertas dunia pada
periode ke 2
(1)
= Pertumbuhan standar
(2)
= Komposisi komoditas
(3)
= Distribusi pasar
(4)
= Dayasaing
Metode analisis CMS memiliki beberapa keunggulan yaitu mengetahui
faktor dominan yang mempengaruhi pertumbuhan standar suatu produk dan
kontribusi produk ekspor tersebut ke seluruh pasar pengimpor dalam suatu selang
waktu tertentu. Di samping itu, metode ini memiliki beberapa kelemahan yaitu
mengabaikan perubahan dayasaing pada titik waktu yang terdapat di antara dua
titik waktu yang digunakan. Namun demikian, analisis ini akan sangat berguna
untuk mengetahui kecenderungan dayasaing produk yang dihasilkan suatu negara
(Muhammad dan Habibah 1993)

7
Penelitian Terdahulu Mengenai Dayasaing
Terdapat beberapa penelitian mengenai dayasaing yang telah dilakukan
sebelumnya yaitu penelitian Dewi (2006) mengenai dayasaing ekspor produk hasil
hutan kayu Indonesia pada periode 1993-2004, dengan menggunakan metode
analisis CMS (Constant Market Share) untuk mengitung faktor yang berpengaruh
terhadap ekspor produk tersebut. Hasil analisis tersebut menggambarkan dominasi
pengaruh yang cukup besar dari faktor pertumbuhan standar yang tidak dapat
menaikkan pertumbuhan ekspor hasil hutan kayu Indonesia karena adanya
penurunan faktor dayasaing dan komposisi komoditas di setiap periode.
Penelitian Karina (2009) mengenai dayasaing produk indonesia yang
sensitif terhadap lingkungan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, dengan
salah satu produk yang diteliti adalah bubur kertas. Penelitian ini menggunakan
metode RCA (Revealed Comparative Advantage), EPD (Export Product
Dynamic) dan CMS. Hasil analisis menunjukkan bubur kertas memiliki
keunggulan komparatif di pasar dunia pada periode 2000-2006 namun lebih
rendah dibandingkan produk lain yang dianalisis sebab nilai RCA-nya paling
rendah sedangkan analisis CMS memperlihatkan bahwa pertumbuhan ekspor
produk ini paling dipengaruhi oleh faktor pertumbuhan impor dan faktor
komposisi produk
Penelitian Ramadhan (2009) mengenai dayasaing industri furnitur rotan
Indonesia dengan metode analisis RCA (Revealed Comparative Advantage),
Porter’s Diamond, dan OLS (Ordinary Least Square. Analisis RCA menunjukkan
bahwa produk furnitur rotan Indonesia menunjukkan dayasaing tinggi berupa
keunggulan komparatif yang tinggi walaupun dayasaing tersebut masih berupa
dayasaing semu sedangkan analisis Porter’s Diamond menunjukkan dayasaing
yang rendah sebab tidak terjalin keterkaitan sempurna antara kondisi faktor-faktor
yang berpengaruh dan kondisi permintaan. Berdaskan analisis OLS diketahui
larangan ekspor rotan mentah pemerintah berpengaruh negatif terhadap nilai
ekspor rotan.
Penelitian Rashid et al. (2012) mengenai analisis dayasaing berupa
keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif Crude Palm Oil (CPO)
Indonesia di pasar internasional dengan menggunakan metode analisis RCA
(Revealed Comparative Advantage) dan ISP (Indeks Spesialisasi perdagangan).
Hasil dari analisis ISP diketahui bahwa Crude Palm Oil Indonesia memiliki
dayasaing di pasar internasional berupa keunggulan kompetitif yang tinggi
dengan nilai ISP mendekati 1 namun masih memiliki keunggulan komparatif
yang rendah di pasar Internasional sebab analisis RCA menunjukkan nilai sebesar
0.85 atau kurang dari 1.

8
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei - Agustus 2013, bertempat di
Laboratorium Ekonomi Industri Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor.
Jenis Data
Semua data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
yang terdiri dari data time series tahunan (2002-2011). Produk yang akan diteliti
dalam penelitian ini terdiri dari empat produk yang tergolong kedalam produk
pulp dan kertas yaitu chemical wood pulp, newsprint, printing-writing paper dan
other paper-paperboard. Produk-produk tersebut memiliki kode FAO dan kode
Harmonized System (HS) seperti yang tertera pada lampiran 1.
Data tersebut meliputi data volume, nilai ekspor dan impor Indonesia serta
dunia yang diperoleh dari UN Comtrade (United Nations Commodity and Trade)
diunduh melalui WITS (World Integrated Trade Solution) dan FAO (Food and
Agricultural Organization), secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 2. Selain
itu data-data pendukung lainnya juga diperoleh dari berbagai macam literatur dan
jurnal.
Analisis Data
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kuantitatif. Untuk menganalisis dayasaing, metode yang digunakan adalah
Revealed Comparative Advantage (RCA) dan Indeks Spesialisasi Perdagangan
(ISP). RCA digunakan untuk menganalisis keunggulan komparatif sedangkan ISP
digunakan untuk menganalisis keunggulan kompetitif sedangkan untuk mengukur
dinamika tingkat dayasaing industri pulp dan kertas Indonesia dan faktor yang
paling mempengaruhinya digunakan metode pangsa pasar konstan atau Constant
Market Share Analysis (CMS). Pengolahan data dilakukan secara bertahap. Tahap
pertama adalah pengelompokan data. Tahap kedua adalah pengolahan data dalam
model analisis.
Analisis Revealed Comparative Advantage (RCA)
Analisis dayasaing berupa keunggulan komparatif dilakukan dengan
perhitungan nilai Revealed Comparative Advantage (RCA) dengan persamaan (1).
Metode RCA ini cukup sering digunakkan karena mampu memberikan informasi
mengenai posisi dayasaing dan ekspor produk Indonesia di pasar dunia. Variabel
yang diukur adalah kinerja ekspor dari keempat produk pulp dan kertas Indonesia
di pasar dunia, dengan menghitung nilai pangsa produk ekspor Indonesia tersebut
terhadap total ekspor ke luar negeri yang kemudian dibandingkan dengan pangsa
nilai ekspor empat produk tersebut di dunia. Penelitian ini akan mengacu pada
kriteria Zhang et al. (2008) dalam penentuan keunggulan komparatif untuk
masing-masing produk.

9
Analisis Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP)
Keunggulan kompetitif keempat produk pulp dan kertas tersebut akan
dianalisis dengan menghitung Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) dengan
persamaan (2). Berdasarkan nilai indeks tersebut, industri pulp dan kertas yang
berada pada suatu tahapan industrialisasi dengan perkembangan pola perdagangan
yang diterapkan dapat diketahui. Variabel yang diukur adalah nilai bersih
perdagangan dan nilai total perdagangan produk pulp dan kertas Indonesia yang
dibandingkan nilai selisihnya antara satu dengan yang lainnya. Menurut
Kemenperin (2013), keungulan kompetitf dan pola perdagangan masing-masing
produk dapat diketahui dengan mengaitkannya dengan kiteria teori siklus produk.
Analisis Constant Market Share (CMS)
Metode pangsa pasar konstan atau Constant Market Share Analysis (CMS)
digunakan untuk mengukur dinamika tingkat dayasaing industri pulp dan kertas
Indonesia dan faktor yang paling mempengaruhinya. Perhitungan untuk metode
Constant Market Share (CMS) ini mengacu pada rumus Merkies & Van Der Meer
(1988) yang dapat dilihat pada persamaan (3). Pendekatan Constant Market Share
(CMS) didasarkan pada pemahaman bahwa laju pertumbuhan ekspor suatu negara
bisa lebih kecil, sama, atau lebih tinggi daripada laju pertumbuhan standar ratarata dunia. Variabel yang diukur yaitu faktor ekspansi dari sisi permintaan yang
terbagi menjadi dua yaitu faktor pangsa makro berupa pertumbuhan standar dan
pangsa mikro berupa faktor komposisi produk. Kemudian faktor persaingan atau
faktor dayasaing (sisi penawaran).
Analisis data yang dilakukan meliputi pertumbuhan pasar, faktor daya
saing dan faktor komposisi komoditas. Beberapa penelitian terdahulu seperti
penelitian Dewi (2006) dan Karina (2009) juga tidak menyertakan faktor
distribusi pasar, hal ini ditujukkan untuk penyerdehanaan persoalan dikarenakan
faktor distribusi pasar yang terlalu kompleks. Secara umum analisis ini dilakukan
pada periode 2002-2011 yang merupakan periode setelah diberlakukannya
kebijakan ekolabel. Periode 2002-2011 tersebut kemudian dibagi kembali
kedalam tiga periode yaitu 2002-2006, 2006-2011, dan 2002-2011 dikarenakan
dalam periode tersebut terjadi krisis keungan global yang mempengaruhi seluruh
perdagangan internasional. Analisis yang dilakukan pada tahun 2002-2011
digunakan untuk melihat dayasaing produk pulp dan kertas Indonesia secara
keseluruhan. Analisis yang dilakukan pada tahun 2002-2006 dilakukan untuk
melihat dayasaing industri pulp dan kertas Indonesia sebelum terjadinya krisis
keuangan global. Sedangkan analisis pada periode tahun 2006-2011 dilakukan
untuk mengetahui dayasaing industri pulp dan kertas Indonesia setelah terjadinya
krisis keuangan global yang mencapai klimaks pada tahun 2008.

10
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Analisis Revealed Comparative Advantage
Analisis RCA menunjukkan bahwa Indonesia memiliki dayasaing berupa
keunggulan komparatif pada keempat produk pulp dan kertas dengan tingkatan
yang berbeda. Produk chemical wood pulp dan printing-writing paper memiliki
keunggulan komparatif yang sangat kuat dengan indeks RCA > 2.5 selama
periode 2002-2011.
Tabel 1 Nilai Indeks RCA Produk Pulp dan Kertas Indonesia Periode 2002-2011
Tahun
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
Rata-rata

Chemical
Wood Pulp
5.42
5.90
4.06
5.61
5.89
4.47
5.72
4.22
4.51
4.05
4.99

Revealid Comparative Advantage (RCA)
Other PaperPrinting-Writing
Newsprint
Paperboard
Paper
1.58
0.82
3.33
1.27
0.66
3.16
1.51
0.63
4.03
1.51
0.81
4.57
1.70
0.72
5.36
1.31
0.71
5.90
1.24
0.81
5.78
1.33
0.85
5.69
1.10
0.92
5.87
0.89
0.84
5.07
1.34
0.78
4.88

Sumber : FAO, UN Comtrade 2013 (diolah)

Produk newsprint mengalami perubahan keunggulan komparatif selama
periode tersebut. Berdasarkan indeks RCA yang diperoleh, pada tahun 2008, 2010
dan 2011 produk ini memilki keunggulan komparatif moderat sedangkan untuk
tahun lainnya produk ini memiliki keunggulan komparatif yang kuat. Perubahan
keunggulan komparatif juga terjadi pada produk other paper-paperboard. Pada
tahun 2003, 2004, 2006, dan 2007 produk tersebut memiliki keunggulan
komparatif yang lemah sementara tahun lainnya memiliki keunggulan komparatif
moderat. Berdasarkan rata-rata keseluruhan pada periode 2002-2011, produk
newsprint memiliki keunggulan komparatif kuat dan produk other paperpaperboard memiliki keunggulan komparatif moderat.
Analisis Indeks Spesialisasi Perdagangan
Analisis ISP menunjukkan bahwa produk pulp dan kertas Indonesia
memiliki keunggulan kompetitif dengan tahapan perdagangan yang berbeda satu
dengan lainnya pada periode 2002-2011. Produk yang memiliki nilai ISP terkecil
adalah other paper-paperboard dan mengalami perubahan tahapan perdagangan
pada periode tersebut. Pada tahun 2004, 2006, 2007 dan 2008 produk ini berada
dalam tahapan subtitusi impor sementara di tahun lainnya produk ini sudah mulai

11
memasuki tahapan perluasan ekspor. Berdasarkan rata-rata keseluruhan, produk
ini memiliki keunggulan kompetitif dan berada pada tahapan perluasan ekspor.
Begitu halnya dengan produk chemical wood pulp yang berada pada tahapan
perluasan ekspor untuk periode tersebut sementara produk newsprint dan printingwriting paper sudah berada pada tahapan pematangan ekspor.
Tabel 2 Nilai Indeks ISP Produk Pulp dan Kertas Indonesia Periode 2002-2011
Tahun
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
Rata-rata

Chemical Wood
Pulp
0.56
0.58
0.39
0.55
0.58
0.47
0.54
0.41
0.50
0.54
0.51

Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP)
Other Paper Printing Newsprint
Paperboard
Writing Paper
0.99
0.12
0.84
0.98
0.03
0.88
0.84
-0.14
0.86
0.90
0.00
0.89
0.84
-0.02
0.91
0.96
-0.03
0.93
0.98
-0.01
0.91
0.96
0.12
0.90
0.92
0.16
0.89
0.89
0.09
0.88
0.93
0.03
0.89

Sumber : FAO 2013 (diolah)

Analisis Constant Market Share
Berdasarkan analisis CMS dapat dilihat bahwa faktor yang paling
berpengaruh secara berturut-turut terhadap pertumbuhan ekspor Indonesia periode
2002-2011 adalah faktor pertumbuhan standar, dayasaing dan komposisi
komoditas. Apabila dibandingkan antara periode sebelum dan sesudah terjadinya
krisis keuangan global, faktor pertumbuhan standar dan dayasaing justru
mengalami peningkatan dan membuat Indonesia tetap mampu bertahan dalam
kondisi tersebut. Walaupun tetap terjadi penurunan pertumbuhan ekspor,
pertumbuhan ekspor Indonesia masih bisa berada di atas pertumbuhan ekspor
dunia. Dampak krisis keuangan global terlihat jelas berpengaruh pada faktor
komposisi komposisi komoditas yang menyebabkan terjadinya penurunan pada
periode setelah krisis.
Tabel 3 Perbandingan Faktor Pertumbuhan Standar, Faktor Dayasaing, Faktor
Komposisi Komoditas terhadap Pertumbuhan Ekspor Indonesia Periode
2002-2011
Periode

2002-2006
2006-2011
2002-2011

Faktor
Pertumbuhan
Standar
(juta dolar)
696.11
778.03
1541.29

Sumber : FAO 2013

Faktor
Dayasaing
(juta dolar)
27.75
761.90
1487.30

Faktor
Komposisi
Komoditas
(juta dolar)
918.83
-61.79
92.24

Pertumbuhan
Ekspor
Indonesia
(juta dolar)
83.07
40.83
157.82

Pertumbuhan
Ekspor
Dunia
(juta dolar)
46.46
21.49
77.94

12
Selain hasil analis CMS terhadap total produk pulp dan kertas tedapat pula
hasil analisis CMS untuk tiap produk. Pada lampiran 6 dapat dilihat faktor
pertumbuhan standar pada periode 2002-2006, 2006-2011, dan 2002-2012
bernilai positif untuk seluruh produk yaitu chemical wood pulp, newsprint,
printing-writing paper dan other paper-paperboard dengan nilai faktor
pertumbuhan standar tertinggi pada produk printing-writing paper sebesar 437.66,
778.03, dan 1541.29 juta dolar berturut-turut pada ketiga periode tersebut
sedangkan yang memiliki faktor pertumbuhan standar paling kecil adalah produk
newsprint.
Faktor dayasaing di periode 2002-2006 memperlihatkan adanya produk
yang mengalami penurunan dayasaing yaitu other paper-paperboard karena
memberikan nilai yang negatif sebesar -51.65 %. Sementara untuk produk lainnya
mengalami kenaikan dayasaing berdasarkan nilai positif yang dihasilkan. Produk
printing-writing paper memiliki dayasaing tertinggi diikuti dengan chemical wood
pulp dan newsprint dengan masing-masing nilai 720.15 juta dolar, 25.54 juta dolar
dan 2.06 juta dolar. Akibat krisis keuangan global yang terjadi pada periode 20062011, produk chemical wood pulp ikut mengalami penurunan dayasaing yang
tajam sebesar -81.13 juta dolar, begitu pula dengan newsprint yang tetap
mengalami penurunan dayasaing sebesar -40.13.
Faktor komposisi komoditas pada tahun 2002-2016 menggambarkan produk
chemical wood pulp, printing-writing paper, dan other paper-paperboard bernilai
positif dengan nilai masing-masing 29.12, 21.50, dan 4.48 juta dolar sedangkan
untuk produk newsprint bernilai negatif yakni -27.35 juta dolar. Pada periode
2006-2011 dan periode total 2002-2011, produk printing-writing paper yang pada
periode sebelumnya sebelumnya bernilai postif mengalami penurunan menjadi 355.28 juta dolar pada periode 2006-2011 dan -208.55 pada periode 2002-2011.
Hal ini mungkin terjadi sebagai dampak dari krisis keuangan global. Produk
newsprint juga masih memberikan nilai negatif pada 2 periode tersebut sedangkan
2 produk lainnya yakni chemical wood pulp tetap berada pada pasar yang
pertumbuhannya paling cepat dengan nilai 313.46 juta dolar pada periode 20062011 dan 341.48 juta dolar pada periode total 2002-2011. Kemudian diikuti oleh
other paper-paperboard dengan nilai pertumbuhan pasar 42.96 dan 31.12 juta
dolar pada periode 2002-2011 dan 2002-2011.
Pada lampiran 5 dapat dilihat bahwa terdapat 2 produk yang memiliki nilai
pertumbuhan ekspor di atas pertumbuhan ekspor dunia pada periode 2002-2011.
Produk tersebut adalah other paper-paperboard, dan printing-writing paper
dengan masing-masing nilai 164.73 % dan 208.09 %. Produk chemical wood pulp
masih berada dibawah pertumbuhan ekspor dunia dengan selisih yang tidak
berbeda jauh yaitu sebesar 120.28 % terhadap 126.43 % pertumbuhan ekspor
dunia sedangkan untuk produk newsprint Indonesia mengalami penurunan ekspor
yang tajam sebesar -18.66 %.
Jika dibandingkan sebelum dan sesuadah terjadinya krisis untuk masingmasing produk, pada periode 2002-2006 pertumbuhan produk printing-writing
paper, chemical wood pulp dan newsprint Indonesia jauh berada di atas
pertumbuhan ekspor dunia yaitu sebesar 125.20 %, 54.21 %, dan 26.43 %. Namun
untuk produk other paper-paperboard pertumbuhan ekspor Indonesia masih
berada dibawah pertumbuhaan ekspor dunia. Pada periode 2006-2011, beberapa
produk yaitu other paper-paperboard dan printing-writing paper mengalami

13
peningkatan pertumbuhan ekspor yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan
pertumbuhan ekspor dunia dengan nilai masing-masing untuk produk tersebut
adalah 114.67 % dan 36.80%. Pada produk chemical wood pulp, pertumbuhan
ekspor Indonesia masih berada dibawah pertumbuhan ekspor dunia yaitu sebesar
48.25 % bahkan pada produk newsprint Indonesia mengalami penurunan tajam
menjadi -35.56 % , tidak setajam pertumbuhan dunia yang hanya mengalami
penurunan pertumbuhan sebesar -10.52 %.
Pembahasan
Perkembangan dan Pertumbuhan Ekspor Pulp Kertas Indonesia
Perkembangan ekspor Indonesia untuk produk pulp dan kertas pada
periode 2002-2011 lebih fluktuatif jika dibandingkan dengan ekspor dunia
walaupun grafiknya cenderung mengikuti perkembangan ekspor dunia terutama
pada produk newsprint dan printing- writing paper. Produk chemical wood pulp
mengalami penurunan tajam pada tahun 2004 akibat kegiatan ekspor produk
tersebut terganjal isu lingkungan yang diajukan oleh World Wide Fund for Nature
(WWF) Indonesia. Permintaan ekspor yang tinggi pada produk other paper-paperboard dunia ternyata tidak berpengaruh terhadap peningkatan ekspor
Indonesia.
Ekspor Pulp & Kertas Dunia

Ekspor Pulp & Kertas Indonesia

2000
1000
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011

0

60000
50000
40000
30000
20000
10000
0

Chemical Wood
Pulp
Newsprint
Other PaperPaperboard
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011

3000

1000 Ton

1000 Ton

4000

Printing-Writing
Paper

Gambar 2. Grafik Perkembangan Ekspor Pulp Kertas Indonesia dan Dunia
Sumber : FAO 2013 (diolah)

Sementara untuk pertumbuhan ekspor, berdasarkan hasil yang didapat juga
mengalami hal yang serupa yaitu terjadi peningkatan dan penurunan pertumbuhan
ekspor. Penurunan pertumbuhan jelas terlihat pada periode 2006-2011 setelah
terjadinya krisis keuangan global. Menurut Tambunan (2001) terdapat beberapa
hal yang menyebabkan deviasi negatif pada pertumbuhan ekspor suatu negara
yaitu pertumbuhan permintaan dunia yang memang lambat, masalah distribusi
pasar dunia dari negara eksportir dan masalah dayasaing dalam harga atau
kualitas. Perkembangan dan pertumbuhan ekspor yang terjadi tersebut tidak
terlepas dari keunggulan komparatif dan kompetitif yang dimiliki Indonesia.
Keunggulan komparatif menggambarkan efisiensi kerja industri pulp dan
kertas Indonesia dalam kegiatan produksinya. Keunggulan yang dimiliki tersebut
tidak terlepas dari biaya produksi pulp dan kertas Indonesia yang relatif lebih
rendah, jika dibandingkan dengan negara-negara pesaingnya baik berupa biaya
bahan baku maupun tenaga kerja. Sebagai contoh untuk produk kertas jenis

14
woodfree, biaya bahan baku yang harus dikeluarkan Cina dan Hongkong
berdasarkan RISI (2011) adalah sebesar 720-260 US$/ton dan Hongkong 755-815
US$/ton sedangkan untuk jenis produk yang sama Indonesia mengeluarkan biaya
bahan baku yang lebih rendah yaitu sebesar 597.77 US$/ton (Melanton 2012).
Biaya bahan baku ini memegang sekitar 70% dari keseluruhan biaya produksi
sehingga biaya yang lebih rendah tersebut cukup memberikan keuntungan bagi
Indonesia. Hal yang serupa juga terjadi pada biaya tenaga kerja, berdasarkan data
Department of Labor and Employment Philipphines (2013) pada tahun 2011
Indonesia merupakan negara yang memiliki biaya upah tenaga kerja yang lebih
rendah jika dibandingkan dengaan negara lainnya yaitu sebesar 161.33 US$
berada jauh berada dibawah Jepang (2,560.72 US$), Korea Selatan (953.89 US$),
Hongkong (866.22 US$), Taiwan (594.10 US$), Filipina (318 US$), Malayasia
(297 US$), Thailand (283.54 US$), dan China (237.12 US$). Biaya produksi yang
cenderung lebih rendah tersebut mampu mendorong Indonesia memproduksi
produk tersebut dengan lebih efisien namun tetap mempertahankan kualitas yang
ada.
Indonesia memang sudah memiliki keunggulan komparatif yang cukup
baik pada beberapa produk, namun untuk produk other paper-paperboard masih
berada dalam keadaan yang lemah dan terlihat dari perkembangan ekspornya yang
rendah dalam kondisi perkembangan dan permintaan ekspor dunia yang tinggi.
Keunggulan komparatif yang masih lemah tersebut disebabkan karena adanya
tuduhan dumping oleh negara-negara tujuan seperti Amerika Serikat, Jepang,
Korea Selatan pada produk agregat other paper-paperboard. Negara-negara
tersebut membebankan pengenaan Bea Masuk Anti Dumping (BMAD) dan
Countervailing Duty (CVD) yang menyebabkan harga produk tersebut ikut
meningkat dan memberikan tekanan untuk bersaing dengan negara pengekspor
lainnya. Hal tersebut membuat Indonesia secara terpaksa harus mau menurunkan
harganya agar tetap kompetitif. Selain itu berdasarkan data FAO (2013) selama
periode 2002-2011 ini Indonesia lebih banyak melakukan kegiatan impor
dibandingkan dengan mengekspor untuk produk other paper- paperboard tersebut.
Berdasarkan hasil yang didapat, terjadi pergerakan keunggulan komparatif
yang fluktuatif dan cenderung menurun yang terlihat jelas dan serentak terjadi
pada semua produk terjadi pada tahun 2011. Keunggulan komparatif bersifat
dinamis artinya jika suatu negara tidak mampu bertahan dan bersaing dengan
negara lain maka tingkat keunggulan komparatifnya akan menurun. Keunggulan
komparatif berubah karena ada faktor-faktor yang berubah dan memengaruhinya
yaitu ekonomi dunia, lingkungan domestik dan teknologi (Scydlowsky 1984 )
dalam (Oktaviani dan Novianti 2009). Berdasarkan Laporan Bank Indonesia
(2012), pada tahun 2011 perekonomian Indonesia sebenarnya sedang berada
dalam kondisi yang cukup baik yaitu mengalami pertumbuhan 6.5% diatas
pertumbuhan dunia, dengan laju inflasi yang rendah sekitar 3.79 %. Namun krisis
keuangan global yang melanda dunia mampu menyebabkan dayasaing Indonesia
tetap menurun. Penurunan dayasaing tersebut disebabkan oleh pertumbuhan
permintaan dunia yang memang lambat, perekonomian di negara-negara importir
sedang melemah sehingga mengakibatkan kelebihan penawaran di pasar dunia
yang menyebabkan harga di pasar dunia menurun. Kondisi tersebut otomatis
menyebabkan penurunan harga di negara pengekspor (Indonesia) yang juga
menyebabkan turunnya dayasaing.

15
Selain keunggulan komparatif, keunggulan kompetitif juga sangat
berkaitan dengan perkembangan dan pertumbuhan ekspor tersebut. Jika dilihat
dari tahun ke tahun, tepatnya pada tahun 2004-2008 tingkat produksi other paperpaperboard Indonesia tidak cukup tinggi dalam mencapai skala ekonominya
sehingga lebih memilih untuk mengimpor produk ini daripada melakukan ekspor,
namun pada tahun 2008 Indonesia kembali meningkatkan kinerjanya dalam
peningkatan produksi maupun peningkatan ekspor. Peningkatan dan perluasan
ekspor tersebut juga terjadi pada produk chemical wood pulp yang
menggambarkan Indonesia yang melakukan produksi kedua produk tersebut
dalam skala besar dan mulai meningkatkan prosesnya. Hal tersebut menandakan
bahwa kedua produk ini memiliki potensi untuk terus dikembangkan kedepannya.
Produk chemical wood pulp Indonesia diperkirakan akan terus meningkat
permintaannya dikarenakan keterbatasan bahan baku kertas yang semakin lama
semakin dirasakan produsen kertas dunia. Pada produk other paper-paperboard
sebenarnya permintaan dunia sangat tinggi, hanya saja karena adanya tuduhan
dumping yang memberikkan citra buruk, produk ini belum dapat unggul dalam
persaingan global yang terjadi. Seiring dengan pemulihan citra negatif diharapkan
produk ini akan terus meningkat permintaannya dan menjadi produk andalan di
masa yang akan datang.
Produk newsprint dan printing-writing paper Indonesia memiliki
keunggulan komparatif dan sudah berada pada tahapan pematangan dengan nilai
indeks spesialisasi perdagangan untuk masing-masing produk sebesar 0.93 dan
0.89. Pada tahapan ini, Indonesia merupakan negara net eksportir dimana sudah
berada pada tahapan standardisasi menyangkut teknologi yang digunakan. Hal
tersebut terjadi karena peran media massa yang sangat besar yang menyebabkan
konsumsi kertas untuk kebutuhan percetakan meningkat yaitu pada peristiwa ini
terjadi peristiwa-peristiwa besar dunia seperti pemilihan presiden negara adidaya
(Amerika Serikat), perang dunia yang melanda negara-negara timur tengah, aksi
terorisme, bencana alam seperti tsunami yang melanda negara-negara di asia
pasifik dan kejadian luar biasa lainnya yang membutuhkan publikasi secara besarbesaran.
Satu hal yang penting untuk diperhatikan adalah cara untuk bertahan pada
tahapan terebut agar tidak beralih ketahapan selanjutnya yaitu tahap kembali
mengimpor. Perkembangan teknologi yang sangat pesat yang bersifat paperless
ditambah dengan tekanan kompetisi yang kuat dari media elektronik sebagai
sarana informasi dan komunikasi seperti TV, radio dan internet akan berpengaruh
terhadap permintaan produk ini. Kualitas kertas harus sangat diperhatikan dan
terus ditingkatkan agar Indonesia tetap mampu bertahan dan tidak