Analisis pangsa pasar industri kertas Indonesia di pasar internasional

(1)

ANALISIS PANGSA PASAR INDUSTRI KERTAS INDONESIA DI

PASAR INTERNASIONAL

OLEH: Noorish Heldini

H14104088

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(2)

RINGKASAN

NOORISH HELDINI. Analisis Pangsa Pasar Industri Kertas Indonesia di Pasar Internasional (dibimbing oleh SRI HARTOYO).

Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam, salah satunya adalah hutan yang merupakan negara terbesar ketiga yang di dunia. Selain itu, keunggulan komparatif juga diperoleh dari tenaga kerja yang berlimpah dan iklim tropis yang dimiliki sehingga dapat sangat menguntungkan apabila Indonesia mampu mengembangkan industri kertas yang merupakan salah satu usaha yang memanfaatkan hasil hutan. Keunggulan komparatif tersebut menjadikan Indonesia mengalami kelebihan produksi sehingga dapat dijadikan sebagai landasan untuk mengembangkan pasar yang tidak hanya untuk memenuhi pasar domestik tetapi juga pasar internasional.

Untuk dapat mempertahankan atau bahkan meningkatkan pangsa pasar industri kertas Indonesia di pasar internasional maka diperlukan analisis terhadap berbagai faktor yang diduga mempengaruhi pangsa pasar ekspor kertas dan seberapa besar faktor tersebut mempengaruhinya. Dari masalah yang diangkat, maka tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pangsa pasar industri kertas nasional dari sisi permintaan dan menganalisis seberapa besar faktor-faktor tersebut mempengaruhi pangsa pasar.

Alat analisis yang digunakan untuk menganalisis pangsa pasar industri kertas adalah Microsoft excel 2007 dan Eviews 4.1. Data yang digunakan berupa data sekunder berupa harga domestik, harga ekspor, nilai tukar, pendapatan per kapita dan populasi negara pengimpor, serta dummy ekolabeling (standarisasi). Periode waktu yang digunakan adalah data berjenis time series tahunan dari tahun 1979 hingga 2006. Variabel-variabel tersebut duji melalui metode Ordinary Least Square (OLS). Uji yang dilakukan adalah uji normalitas, uji heteroskedastisitas, uji autokolerasi, dan uji multikolinearitas agar hasil estimator variabel penduga bersifat BLUE (Best Linier Unbiased Estimator) dan diperoleh penduga terhadap pangsa pasar yang terbaik.

Bedasarkan hasil penelitian, walaupun Indonesia memiliki keunggulan komparatif, pangsa pasar industri kertas Indonesia di pasar internasional hanya kurang dari 10 persen dimana nilainya masih lebih rendah dibandingkan Canada yang notabene memiliki luas hutan yang lebih rendah dibandingkan Indonesia. Ternyata negara yang memiliki keunggulan komparatif belum tentu mampu mampu meraih pangsa pasar yang tinggi. Pengujian variabel dalam taraf nyata 10 persen dalam kurun waktu 28 tahun, diperoleh bahwa harga domestik, harga ekspor, nilai tukar, pendapatan per kapita dan populasi negara pengimpor, serta dummy ekolabelinglah yang menentukan pangsa pasar industri kertas Indonesia di pasar internasional. Variabel pendapatan per kapita negara Amerika tidak signifikan mempengaruhi pangsa pasar industri kertas nasional. Harga domestik dan harga ekspor secara negatif signifikan terhadap pangsa pasar sebesar -0,30 persen dan -0,23 persen. Sedangkannilai tukar, populasi negara Amerika, dan dummy ekolabeling mempengaruhi pangsa pasar yang signifikan secara positif sebesar 3,49E-05 persen, 4,07 persen dan 0,37 persen.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka diharapkan pemerintah lebih mengurangi hambatan perdagangan dan menjaga fluktuasi nilai tukar, memberlakukan


(3)

standarisasi bertaraf internasional terhadap seluruh produk domestik yang berasal dari alam, pengembangan pasar domestik harus tetap dilakukan agar dapat menyerap produk apabila pasar internasional mengalami gangugguan, dan pada penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan menghitung seberapa besar pangsa pasar industri kertas di berbagai daerah di Indonesia.


(4)

ANALISIS PANGSA PASAR INDUSTRI KERTAS INDONESIA DI

PASAR INTERNASIONAL

OLEH

NOORISH HELDINI H1410404188

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2008


(5)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Noorish Heldini

Nomor Registrasi Pokok : H1410404188 Program Studi : Ilmu Ekonomi

Judul Skripsi : Analisis Pangsa Pasar Industri Kertas Indonesia di Pasar Internasional

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. H.Sri Hartoyo, M.S. NIP. 131 124 012

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi

Rina Oktaviani, Ph.D NIP. 131 846 872


(6)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Mei 2008

Noorish Hedini


(7)

RIWAYAT HIDUP

Noorish Heldini. Dilahirkan pada tanggal 15 Desember 1986 di Jakarta. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara pasangan Iswandi Anwar dan Alm.Rusminingsih. Pada tahun 1992-1998 penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SD Cempaka Wangi, kemudian melanjutkan pendidikan ke SLTP Negeri 77 Jakarta. Pada tahun 2001, penulis menyelesaikan pendidikannya di SMU 1 Jakarta dan lulus pada tahun 2004.

Pada tahun 2004 penulis melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi di Departemen Ilmu Ekonomi IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di organisasi kemahasiswaan Himpunan Profesi dan Peminat Ilmu Ekonomi (HIPOTESA) pada tahun 2005-2006 dan 2006-2007. Sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, penulis melakukan penelitian mengenai “Analisis Pangsa Pasar Industri Kertas Indonesia di Pasar Internasional”. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.


(8)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT Sang Maha Tak Terhingga yang berkat rahman dan rahim-Nya lah penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Qudwah Hasanah kita, Rasulullah SAW, yang telah mengajarkan al-Islam sebagai jalan hidup sehingga membawa keselamatan bagi umat manusia sejagad raya.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi Manajemen IPB. Adapun judul skripsi ini adalah ”Analisis Pangsa Pasar Industri Kertas Indonesia di Pasar Internasional”. Penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada orang-orang yang telah banyak memberikan bantuan, dukungan, dan selamat bagi penulis yaitu :

1. Dr. Ir. H. Sri Hartoyo, MS selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan ilmu dan membimbing penulis dengan sabar dalam proses penyusunan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik.

2. Bambang Juanda Ph.D. selaku dosen penguji Utama yang telah bersedia menguji dan memberikan masukan, kritik, dan ilmu yang bermanfaat untuk penyempurtnaan skripsi ini.

3. Alla Asmara Ms.i selaku dosen penguji komisi pendidikan yang telah memberikan masukan dalam perbaikan tata bahasa untuk penyempurnaan skripsi ini.

4. Keluarga yakni Iswandi Anwar (ayah) dan Noorish Zulfina (kakak) yang telah memberikan banyak dukungan moral dan spiritual hingga akhir penulisan skripsi ini. Skripsi ini sepenuhnya juga ditujukan untuk Alm. ibu saya Rusminingsih, walaupun kehadirannya sudah tidak ada lagi namun bekal ilmu yang telah kau berikan akan berusaha untuk kuamalkan.

5. Dosen, staf penunjang dan seluruh civitas Departemen Ilmu Ekonomi atas ilmu dan bantuan yang diberikan.

6. Kepada teman-teman sebimbingan yaitu yuliana, ratih, dan eko yang selama ini telah banyak membantu penulis dalam melakukan penelitian.


(9)

7. Teman-temanku yang aku cintai, anak-anak 13 ghost (nisa, heni, hana, septi, della, dila, irma, lia, niken, vanya, rani, yeye), liana, wida, tika, rista, tata, lulu, akbar, dan seluruh IE’41 yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Penulis mengucapkan terima kasih atas semua hari terindah yang telah kita lewati bersama.

8. Regawa yang telah banyak telah memberikan perhatian dan dukungannya secara moril kepada penulis.

Akhirnya penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini. Semoga hasil dari skripsi ini dapat memberikan banyak manfaat bagi penulis maupun semua pihak yang membutuhkan.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Bogor, Mei 2008

Noorish Heldini H14104088


(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

I. PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Identifikasi Masalah... 4

1.3. Tujuan Penelitian... 5

1.4. Manfaat Penelitian... 5

1.5. Ruang Lingkup Penelitian... ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA... 7

2.1. Konsep Pembangunan Industri Kertas... 7

2.2. Pengaruh Keunggulan Komparatif dan Kompetitif Perdagangan Internasional... 8

2.3. Perdagangan Internasional dan Pangsa Pasar... 9

2.4. Pengaruh Ekolabel Terhadap Pangsa Pasar... 10

2.5. Penelitian Terdahulu... 11

III. KERANGKA TEORITIS... 14

3.1. Landasan Teori... 14

3.2. Kerangka Pemikiran... 16

3.3. Hipotesis... 18

IV. METODA PENELITIAN ... 19


(11)

ANALISIS PANGSA PASAR INDUSTRI KERTAS INDONESIA DI

PASAR INTERNASIONAL

OLEH: Noorish Heldini

H14104088

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(12)

RINGKASAN

NOORISH HELDINI. Analisis Pangsa Pasar Industri Kertas Indonesia di Pasar Internasional (dibimbing oleh SRI HARTOYO).

Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam, salah satunya adalah hutan yang merupakan negara terbesar ketiga yang di dunia. Selain itu, keunggulan komparatif juga diperoleh dari tenaga kerja yang berlimpah dan iklim tropis yang dimiliki sehingga dapat sangat menguntungkan apabila Indonesia mampu mengembangkan industri kertas yang merupakan salah satu usaha yang memanfaatkan hasil hutan. Keunggulan komparatif tersebut menjadikan Indonesia mengalami kelebihan produksi sehingga dapat dijadikan sebagai landasan untuk mengembangkan pasar yang tidak hanya untuk memenuhi pasar domestik tetapi juga pasar internasional.

Untuk dapat mempertahankan atau bahkan meningkatkan pangsa pasar industri kertas Indonesia di pasar internasional maka diperlukan analisis terhadap berbagai faktor yang diduga mempengaruhi pangsa pasar ekspor kertas dan seberapa besar faktor tersebut mempengaruhinya. Dari masalah yang diangkat, maka tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pangsa pasar industri kertas nasional dari sisi permintaan dan menganalisis seberapa besar faktor-faktor tersebut mempengaruhi pangsa pasar.

Alat analisis yang digunakan untuk menganalisis pangsa pasar industri kertas adalah Microsoft excel 2007 dan Eviews 4.1. Data yang digunakan berupa data sekunder berupa harga domestik, harga ekspor, nilai tukar, pendapatan per kapita dan populasi negara pengimpor, serta dummy ekolabeling (standarisasi). Periode waktu yang digunakan adalah data berjenis time series tahunan dari tahun 1979 hingga 2006. Variabel-variabel tersebut duji melalui metode Ordinary Least Square (OLS). Uji yang dilakukan adalah uji normalitas, uji heteroskedastisitas, uji autokolerasi, dan uji multikolinearitas agar hasil estimator variabel penduga bersifat BLUE (Best Linier Unbiased Estimator) dan diperoleh penduga terhadap pangsa pasar yang terbaik.

Bedasarkan hasil penelitian, walaupun Indonesia memiliki keunggulan komparatif, pangsa pasar industri kertas Indonesia di pasar internasional hanya kurang dari 10 persen dimana nilainya masih lebih rendah dibandingkan Canada yang notabene memiliki luas hutan yang lebih rendah dibandingkan Indonesia. Ternyata negara yang memiliki keunggulan komparatif belum tentu mampu mampu meraih pangsa pasar yang tinggi. Pengujian variabel dalam taraf nyata 10 persen dalam kurun waktu 28 tahun, diperoleh bahwa harga domestik, harga ekspor, nilai tukar, pendapatan per kapita dan populasi negara pengimpor, serta dummy ekolabelinglah yang menentukan pangsa pasar industri kertas Indonesia di pasar internasional. Variabel pendapatan per kapita negara Amerika tidak signifikan mempengaruhi pangsa pasar industri kertas nasional. Harga domestik dan harga ekspor secara negatif signifikan terhadap pangsa pasar sebesar -0,30 persen dan -0,23 persen. Sedangkannilai tukar, populasi negara Amerika, dan dummy ekolabeling mempengaruhi pangsa pasar yang signifikan secara positif sebesar 3,49E-05 persen, 4,07 persen dan 0,37 persen.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka diharapkan pemerintah lebih mengurangi hambatan perdagangan dan menjaga fluktuasi nilai tukar, memberlakukan


(13)

standarisasi bertaraf internasional terhadap seluruh produk domestik yang berasal dari alam, pengembangan pasar domestik harus tetap dilakukan agar dapat menyerap produk apabila pasar internasional mengalami gangugguan, dan pada penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan menghitung seberapa besar pangsa pasar industri kertas di berbagai daerah di Indonesia.


(14)

ANALISIS PANGSA PASAR INDUSTRI KERTAS INDONESIA DI

PASAR INTERNASIONAL

OLEH

NOORISH HELDINI H1410404188

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2008


(15)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Noorish Heldini

Nomor Registrasi Pokok : H1410404188 Program Studi : Ilmu Ekonomi

Judul Skripsi : Analisis Pangsa Pasar Industri Kertas Indonesia di Pasar Internasional

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. H.Sri Hartoyo, M.S. NIP. 131 124 012

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi

Rina Oktaviani, Ph.D NIP. 131 846 872


(16)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Mei 2008

Noorish Hedini


(17)

RIWAYAT HIDUP

Noorish Heldini. Dilahirkan pada tanggal 15 Desember 1986 di Jakarta. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara pasangan Iswandi Anwar dan Alm.Rusminingsih. Pada tahun 1992-1998 penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SD Cempaka Wangi, kemudian melanjutkan pendidikan ke SLTP Negeri 77 Jakarta. Pada tahun 2001, penulis menyelesaikan pendidikannya di SMU 1 Jakarta dan lulus pada tahun 2004.

Pada tahun 2004 penulis melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi di Departemen Ilmu Ekonomi IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di organisasi kemahasiswaan Himpunan Profesi dan Peminat Ilmu Ekonomi (HIPOTESA) pada tahun 2005-2006 dan 2006-2007. Sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, penulis melakukan penelitian mengenai “Analisis Pangsa Pasar Industri Kertas Indonesia di Pasar Internasional”. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.


(18)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT Sang Maha Tak Terhingga yang berkat rahman dan rahim-Nya lah penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Qudwah Hasanah kita, Rasulullah SAW, yang telah mengajarkan al-Islam sebagai jalan hidup sehingga membawa keselamatan bagi umat manusia sejagad raya.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi Manajemen IPB. Adapun judul skripsi ini adalah ”Analisis Pangsa Pasar Industri Kertas Indonesia di Pasar Internasional”. Penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada orang-orang yang telah banyak memberikan bantuan, dukungan, dan selamat bagi penulis yaitu :

1. Dr. Ir. H. Sri Hartoyo, MS selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan ilmu dan membimbing penulis dengan sabar dalam proses penyusunan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik.

2. Bambang Juanda Ph.D. selaku dosen penguji Utama yang telah bersedia menguji dan memberikan masukan, kritik, dan ilmu yang bermanfaat untuk penyempurtnaan skripsi ini.

3. Alla Asmara Ms.i selaku dosen penguji komisi pendidikan yang telah memberikan masukan dalam perbaikan tata bahasa untuk penyempurnaan skripsi ini.

4. Keluarga yakni Iswandi Anwar (ayah) dan Noorish Zulfina (kakak) yang telah memberikan banyak dukungan moral dan spiritual hingga akhir penulisan skripsi ini. Skripsi ini sepenuhnya juga ditujukan untuk Alm. ibu saya Rusminingsih, walaupun kehadirannya sudah tidak ada lagi namun bekal ilmu yang telah kau berikan akan berusaha untuk kuamalkan.

5. Dosen, staf penunjang dan seluruh civitas Departemen Ilmu Ekonomi atas ilmu dan bantuan yang diberikan.

6. Kepada teman-teman sebimbingan yaitu yuliana, ratih, dan eko yang selama ini telah banyak membantu penulis dalam melakukan penelitian.


(19)

7. Teman-temanku yang aku cintai, anak-anak 13 ghost (nisa, heni, hana, septi, della, dila, irma, lia, niken, vanya, rani, yeye), liana, wida, tika, rista, tata, lulu, akbar, dan seluruh IE’41 yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Penulis mengucapkan terima kasih atas semua hari terindah yang telah kita lewati bersama.

8. Regawa yang telah banyak telah memberikan perhatian dan dukungannya secara moril kepada penulis.

Akhirnya penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini. Semoga hasil dari skripsi ini dapat memberikan banyak manfaat bagi penulis maupun semua pihak yang membutuhkan.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Bogor, Mei 2008

Noorish Heldini H14104088


(20)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

I. PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Identifikasi Masalah... 4

1.3. Tujuan Penelitian... 5

1.4. Manfaat Penelitian... 5

1.5. Ruang Lingkup Penelitian... ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA... 7

2.1. Konsep Pembangunan Industri Kertas... 7

2.2. Pengaruh Keunggulan Komparatif dan Kompetitif Perdagangan Internasional... 8

2.3. Perdagangan Internasional dan Pangsa Pasar... 9

2.4. Pengaruh Ekolabel Terhadap Pangsa Pasar... 10

2.5. Penelitian Terdahulu... 11

III. KERANGKA TEORITIS... 14

3.1. Landasan Teori... 14

3.2. Kerangka Pemikiran... 16

3.3. Hipotesis... 18

IV. METODA PENELITIAN ... 19


(21)

4.2. Metode Analisis………... 19

4.3. Pengujian Asumsi Model... 20

V. GAMBARAN INDUSTRI KERTAS INDONESIA... 23

5.1. Sejarah dan Gambaran Industri Kertas Indonesia…… ... 23

5.2. Kondisi Hutan Indonesia... 25

5.3. Perkembangan Pangsa Pasar Industri Kertas Nasional…..……… 26

5.4. Perkembangan Harga Kertas Domestik... 27

5.5. Perkembangan Harga Ekspor... 28

5.6. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah terhadap Pangsa Pasar..……. 29

5.7. Pendapatan per Kapita Negara Pengimpor (Amerika)... 31

5.8. Populasi Negara Pengimpor (Amerika)... 33

VI. PANGSA PASAR INDUSTRI KERTAS INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL……… 35

6.1. Uji Asumsi Model………. 35

6.2. Estimasi Model……….. 36

VII. KESIMPULAN DAN SARAN……….. 40

7.1. Kesimpulan... ... 40

7.2. Saran... 41

DAFTAR PUSTAKA ... 42

LAMPIRAN ... 44


(22)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman 1.1 Kontribusi Ekspor Industri Nasional 1985-2005 (%)... 2 5.1 Nama Perusahaan Penghasil Kertas Terbesar di Indonesia…….... 24

5.2 Pangsa Pasar Industri Kertas Indonesia di Pasar Internasional..….. 27 5.3 Persentase Ekspor Indonesia ke Malaysia, Cina, dan Amerika

terhadap Dunia US$)...… 32 6.1 Hasil Analisis Regresi Pangsa Pasar Industri Kertas Nasional ... 36


(23)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman 3.1 Perdangangan internasional ………... 15 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional...………... 17 5.1 Kapasitas Hutan Indonesia dalam Memproduksi Kertas ... 26

5.2 Harga Kertas Domestik (Indonesia)... 28 5.3 Perkembangan Harga Ekspor Kertas…….………... 29

5.4 Nilai Tukar (Rp/US$)...…….………..… 30 5.5 Pendapatan per Kapita Negara Importir (Amerika)………...…... 33 5.6 Populasi Negara Pengimpor (Amerika)……….………... 34


(24)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman 1 Variabel yang Digunakan dalam Model………... 44 2 Hasil Analisis Regresi………... 45 3 Uji Multikolinearitas…………...45 4 Uji Heteroskedastisitas………..… 46 5 Uji Normalitas……… ... ….... 46

6 Uji Autokolerasi…..………..……... 47


(25)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Negara Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam berlimpah, baik sumber daya alam yang dapat diperbaharui maupun sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Sumber daya alam yang dapat diperbaharui adalah sumber daya yang dapat diproduksi oleh alam dan alam juga memiliki daya regenerasi tinggi untuk memproduksi komoditi yang telah habis dipakai. Sedangkan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui yaitu sumber daya yang berasal dari alam, namun alam memiliki daya regenerasi yang rendah untuk mampu menghasilkan kembali komoditi yang telah digunakan.

Berlimpahnya sumber daya yang dimiliki menyebabkan Indonesia berpeluang untuk meningkatkan pendapatan lewat perdagangan, tidak hanya dalam pasar domestik melainkan berupaya memperluas pasar melalui perdagangan internasional. Perdangangan internasional yang semakin baik dapat dilihat dari perkembangan ekspor pada suatu negara yang semakin meningkat. Semakin tinggi kemampuan negara untuk memproduksi komoditas yang ditujukan untuk masyarakat dunia maka tingkat produksi akan semakin efisien dibandingkan jika hanya memasarkannya di lingkunngan domestik. Efiseinsi timbul akibat adanya persaingan dan setiap perusahaan merespon semua perubahan dengan inovasi dengan cepat agar mampu merubah kondisi internasional (Walujadi dan Indupurnahayu, 2002).

Bedasarkan Tabel 1.1 dibawah ini, ekspor komoditi primer tanpa olahan menunjukkan nilai yang semakin menurun setiap tahunnya sedangkan pangsa pasar industri cenderung memiliki nilai yang relatif lebih tinggi. Hal tersebut


(26)

mengindikasikan bahwa perekonomian Indonesia tidak boleh bertumpu pada penerimaan barang-barang primer. Indonesia harus mampu melakukan pengolahan lebih lanjut terhadap komoditas barang primer agar mampu mencipkatan diversifikasi produk yang memiliki nilai jauh lebih tinggi (BI, 2006). Salah satu ekspor yang memiliki kecenderungan meningkat setiap tahunnya adalah kertas yang merupakan bahan olahan dari kayu. Oleh karena kemampuan mengekspor kertas secara rata-rata semakin meningkat, maka industri kertas Indonesia memiliki potensi yang baik untuk dikembangkan.

Komoditi 1985 1990 1995 2000 2005

Total 100 100 100 100 100

Kayu olahan 27,9 28,0 17,0 8,5 5,6

Barang dari logam 14,2 5,3 3,4 2,3 4,4

Tekstil dan garmen 13,2 24,7 21,2 19,8 15,6

Karet olahan 16,1 7,2 7,5 3,1 6,4

Minyak kelapa sawit 3,9 1,7 2,5 2,6 6,8

Alat-alat listrik 3,4 2,4 3,1 7,5 7,8

Makanan olahan 1,3 2,5 2,8 2,3 3,2

Bahan kimia 1,3 0,9 1,8 3,1 3,7

Kertas dan barang dari kertas 0,5 1,3 3,4 5,5 4,2

lainnya 18,2 26,1 37,3 45,4 42,3

Sumber :BPS,berbagai tahun

Dari sisi produksi, Industri kertas memiliki prospek yang sangat baik. Selain Indonesia memiliki hutan yang luas, ketersediaan sumber bahan baku alternatif (limbah pertanian), dan iklim tropis memungkinkan tanaman sumber bahan baku industri kertas tumbuh cepat dan berproduksi secara efisien (Sipayung,et.all, 2000). Selain itu industri ini tidak memiliki ketergantungan terhadap impor barang modal sehingga mampu menyongkong perekonomian lewat sumbangan yang tinggi pada sumber devisa negara. Sejak pertenghan tahun 1980-an, Indonesia adalah salah satu negara yang mengalami


(27)

kelebihan produksi komoditas kertas sehingga memiliki kemampuan untuk melakukan ekspor ke negara lain (Rosadi dan Vidyamoko, 2007).

Dari sisi permintaan, konsumsi kertas baik di domestik maupun internasional meningkat setiap tahunnya karena semakin tingginya teknologi dan kualitas SDM (Sudjatno,1996; Sutikno, Abu Bakar dan Roehyati J,1986). Ibnusantosa dalam Sipayung,et.all, 2000 menyebutkan bahwa FAO memperkirakan permintaan dunia tahun 2010 akan meningkat menjadi 243,69 ton. Hal yang sama juga dikemukakan oleh (Turyanto, 2007) dimana tingkat konsumsi kertas dunia setiap tahun tumbuh antara 2-3 persen. Dengan angka penduduk dunia pada tahun lalu sebesar 6,5 miliar dan diperkirakan mencapai 9,1 miliar pada 2030, maka tingkat konsumsi kertas pada 2005 mencapai 360 juta ton, 490 juta ton pada 2020, dan 620 juta ton pada 2030. Berikut ini adalah grafik tentang perkembangan konsumsi dunia dari tahun 1970 hingga 2004 dari berbagai jenis kertas dan proyeksi konsumsi dunia hingga 2015. Meningkatnya konsumsi mengharuskan Indonesia lebih meningkatkan daya saing agar mampu merebut pangsa pasar dunia dan sekaligus menjadikan Indonesia sebagai produsen terbesar di dunia.

1.2. Identifikasi Masalah

Semakin tingginya permintaan dunia akan komoditi kertas menandakan produksi kertas untuk ekspor harus semakin ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan. Indonesia sebagai salah satu negara penyedia bahan baku terbesar di dunia, iklim tropis, dan biaya tenaga kerja yang murah selayaknya harus mampu menjadi produsen terbesar di dunia.


(28)

Pada kenyantaannya, walaupun Indonesia memiliki keunggulan komparatif dalam memproduksi kertas bukan berarti Indonesia akan terus menerus memiliki pangsa pasar tinggi (Rosadi dan Vidyamoko, 2007). Pada tahun 2000 dan 2002 Indonesia hanya mampu menjadi produsen ke-12 terbesar di dunia, lebih rendah dibandingkan Canada (produsen terbesar didunia) yang notabene memiliki luas hutan yang lebih rendah dibandingkan Indonesia (Pulp and Paper Internasional, 2001 dan APKI, 2003). Walaupun Indonesia memiliki keunggulan komparatif dalam menghasilkan komoditas kertas ternyata hanya memiliki pangsa pasar kurang dari 5 persen di pasar internasional (Comtade, berbagai tahun).

Efisiensi menggambarkan rasio penggunaan input seminimal mungkin dan mampu menghasilkan output yang maksimal. Input yang dipergunakan dalam industri kertas antara lain meliputi kayu yang diambil dari hutan dan tenaga kerja yang berlimpah. Apabila dalam upaya meningkatkan output kertas dilakukan dengan penebangan kayu tanpa memperhatikan tebang pilih dan tidak melakukan penanaman kembali, maka dalam jangka panjang tidak hanya produksi kertas yang menurun tetapi perekonomian Indonesia akan mengalami keterpurukan. Ditambah lagi dalam era ekolabeling, negara berkembang justru menganggap skema tersebut adalah bentuk hambatan terselubung bukan sebagai acuan untuk memperbaiki mutu demi meningkatkan pangsa pasar. Apabila pemerintah tidak proaktif melakukan tebang pilih, melakukan standarisasi produk dan meningkatkan kualitas SDM, perubahan struktural ekonomi dari primer ke sekunder atau tersier menyebabkan pengangguran yang tinggi dan membawa pertumbuhan ekonomi pada taraf yang rendah.


(29)

Dari uraian di atas, adapun masalah yang diangkat dalam penelitian ini yakni faktor apakah yang mempengaruhi pangsa pasar industri kertas di pasar internasional dan seberapa besarkah faktor-faktor tersebut mempengaruhi pangsa pasarnya?

1.3.Tujuan Penelitian

Bedasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan dari penulisan ini adalah menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pangsa pasar dan menganalisis seberapa besar faktor-faktor tersebut mempengaruhi pangsa pasar industri kertas Indonesia di pasar internasional.

1.4.Manfaat Penelitian

Dengan penelitian yang telah dilakukan maka diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak yang terkait, diantaranya para produsen dapat mempelajari keadaan industri kertas dan mampu memanfaatkan potensi sehingga mampu meningkatkan produktivitas yang mampu bersaing sehingga memperoleh pangsa pasar optimal. Pemerintah berupaya menerapkan kebijakan-kebijakan yang komprehensif sehingga mampu menetapkan solusi yang tidak kontraproduktif dengan pembangunan di Indonesia. Kalangan akademisi dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan dan menjadikan tulisan ini sebagai bahan rujukan dalam membuat skripsi selanjutnya ataupun karya tulis. Bagi penulis sendiri, penelitian ini memberikan banyak kesempatan untuk mengaplikasikan teori yang telah dipelajari dengan kondisi yang sebenarnya. Dan sekaligus menjadikan proses belajar untuk mengembangkan daya saing industri di Indonesia, khususnya industri kertas.


(30)

1.5.Ruang Lingkup Penelitian

Industri kertas atau paper and paper board yang digunakan dalam penelitian ini bedasarkan kode HS 48 yakni industri yang mengolah bahan baku kertas menjadi produk kertas yang dapat langsung digunakan. Analisis didasarkan pada skala nasional yang meliputi seluruh perusahaan kertas di wilayah Indonesia secara agregat. Jadi penelitian ini tidak mengungkapkan bagaimana kondisi pada setiap perusahaan industri kertas maupun di masing-masing wilayah di Indonesia.


(31)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Pembangunan Industri Kertas

Kertas (geocities, 2007) adalah suatu bahan yang dibuat dalam bentuk lembaran-lembaran tipis dari jerami, kulit, kayu, rami, dan lain-lain. Peran penting yang menentukan pembentukan sifat kertas yang baik dalam setiap lembaran kertas ditentukan oleh kandungan serat pendek dan serat panjang. Kandungan serta ini penggunaannya mencapai 80 persen dari seluruh kebutuhan serat dan 20 persen sisanya merupakan tambahan bahan penolong seperti tapioka, kaulin, tanah liat, dan lainnya. Sedangkan definisi kertas (wikipedia, 2005) adalah bahan yang tipis dan rata, yang dihasilkan dengan kompersi serat. Serat yang digunakan biasanya adalah serta alami dan mengandung selulosa.

Industri kertas adalah salah satu industri yang menggunakan komoditi yang dihasilkan dari hutan dimana Indonesia merupakan salah satu negara dari sepuluh besar negara di dunia yang memiliki luas hutan terbesar (Sipayung,et.all.2000). Keunggulan yang dimiliki ini menjadikan industri kertas memiliki kinerja yang baik bahkan disaat krisis tahun 1998. Selain itu, kebutuhan manusia akan kertas sangat diperlukan dalam kebutuhan sehari-hari sehingga permintaan kertas akan meningkat oleh seluruh negara di dunia walaupun negara tersebut sedang mengalami krisis. Oleh karena itu, pembangunan industri secara nyata harus mampu menjadi penggerak utama peningkatan laju pertumbuhan ekonomi sekaligus dapat menjadi penyedia lapangan kerja yang sudah tidak tertampung pada sektor pertanian (Muchtar,1997).


(32)

2.2. Pengaruh Keunggulan komparatif dan Kompetitif pada Perdagangan Internasional.

Menurut teorema Hecksher-Ohlin dalam Salvatore, 1997 mengatakan bahwa apabila sebuah negara memiliki kelimpahan faktor produksi maka kelimpahan itu menjadi sumber keunggulan komparatif bagi negara tersebut dan selanjutnya menjadi landasan berlangsungnya perdagangan yang menguntungkan. Bedasarkan teori tersebut, Indonesia yang memiliki kelimpahan sumber daya dalam memproduksi kertas (luas hutan, iklim tropis, dan populasi yang tinggi) akan menjadikan Indonesia memiliki keunggulan komparatif. Adanya keunggulan ini menjadi dasar bagi Indonesia untuk melakukan perdagangan yang menguntungkan.

Walaupun Indonesia memiliki keunggulan komparatif dalam memproduksi komoditas kertas, tidak lantas menjadikan Indonesia juga memiliki keunggulan komparatif. Apabila komoditas kertas ditujukan untuk diekspor tidak dilakukan perbaikan maka dapat dipastikan bahwa komoditas yang memiliki keunggulan komparatif ini tidak dapat memperoleh tingkat penjualan yang tinggi. oleh karena itu diperlukan banyak pembenahan agar komoditas ini memiliki keunggulan komparatif sekaligus keunggulan kompetitif, yakni: (1) meningkatkan penggunaan teknologi untuk mencapai produktivitas dan kualitas hasil yang tinggi; (2) melakukan pengembangan infrastruktur pemasaran di sentra-sentra produksi dan daerah tujuan pemasaran; (3) meningkatkan lembaga keuangan yang mampu menyalurkan kredit pada sektor riil.

2.3. Perdagangan Internasional dan Pangsa Pasar

Perdagangan internasional (Lipsey,1997b) yakni pertukaran barang dan jasa yang melampaui batas-batas antar negara untuk mendapatkan manfaat dari spesialisasi


(33)

produksi sehingga setiap orang, wilayah, atau bangsa dapat memusatkan perhatian untuk memproduksi barang dan jasa secara efisien. Sedangkan pasar merupakan tempat bertemunya penjual dengan pembeli. Oleh karena itu, perdagangan internasional dimaksudkan agar suatu negara mengkhususkan diri pada pengembangan suatu produk (spesialisasi) dan mampu memproduksi output semaksimal mungkin. Dengan produksi yang tinggi maka diharapkan transaksi perdagangan akan semakin tinggi pula dan kemampuan menjangkau pasar di internasional juga akan semakin tinggi.

Dalam proses liberalisasi (regional atau internasional), proses persaingan antar negara sangat ketat sehingga mau tidak mau negara yang ikut serta dalam perdagangan harus menemukan strategi yang tepat. Strategi tersebut dapat berupa perencanaan yang terpadu dan mengaitkan lingkungan eksternal dan internal untuk dapat memperoleh pangsa pasar dunia (Bahri, 2003).

Potensi pasar dari perdagangan digunakan untuk menentukan permintaan dimana langkah pertama yang dilakukan adalah melakukan identifikasi seluruh pembeli potensial dan diestimasi atas apa yang dibeli (Kotler, 1997). Ketika permintaan yang tinggi mampu ditanggulangi melalui penawaran maka akan meningkatkan nilai penjualan yang secara keseluruhan akan meningkatkan pangsa pasar. (Mahyana, 2004 dan Musyaidah, 1995)

Oleh karena itu, untuk mempercepat proses industrialisasi pembangunan industri kertas Indonesia harus mampu menjawab tantangan dari dampak negatif gerakan globalisasi dan liberalisasi ekonomi dunia, serta mengantisipasi persaingan usaha yang semakin ketat. Perkembangan industri nasional memerlukan arahan dan kebijakan yang jelas mengenai kemana dan seperti apa industri kertas Indonesia dalam jangka panjang.


(34)

2.4. Pengaruh Ekolabeling Terhadap Pangsa Pasar

Lembaga Ekolabel Indonesia (LEI) didirikan sejak tahun 1998. Sertifikasi ekolabel di Indonesia memiliki visi dan misi yaitu sebagai perangkat efektif untuk melindungi fungsi lingkungan hidup, kepentingan masyarakat, sebagai upaya meningkatkan pangsa pasar. Dengan diterapkannya standardisasi terhadap produk yang berasal dari alam diharapkan produsen mampu mewujudkan sinergitas pengendalian dampak negatif sesuai daur hidup produk yang ramah akan lingkungan. Pelabelan pada produk kertas diberikan kepada lembaga independen yang dipercaya masyarakat dunia. Dikarenakan standar yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia belum diakui secara internasional maka LEI bekerjasama dengan Forest Stewardship Council (FSC) untuk memberikan standar terhadap produk yang berasal dari Indonesia sebagai sebuah persaingan usaha.

Ekolabel yang diterapkan di Indonesia hingga saat ini yang masih bersifat sukarela (Ibnusantosa dalam Sipayung,et.all, 2000) sehingga sampai dengan tahun 2000 ekolabel belum merupakan masalah penghambat ekspor kertas Indonesia. Akan tetapi data export by destination pada lima tahun kebelakang ekspor industri kertas Indonesia lebih banyak ditujukan kepada negara Asia dan Afrika yang kurang memperhatikan masalah lingkungan sedangkan ekspor ke negara Amerika Utara, Australia, New Zealand, Eropa Barat yang notabene sangat memerhatikan masalah lingkunngan hanya 30,85% dari total ekspor kertas nasional.

Oleh karena itu, untuk dapat menembus pasar internasional maka Indonesia harus lebih memperhatikan proses produksi yang sangat memperhatikan dampak lingkungan sehingga mampu memenuhi standar minimum dari produk yang dihasilkan.


(35)

Bukan hanya itu, ini juga berfungsi baik agar industri kertas nasional dapat dipertahankan secara berkesinambungan hingga jangka panjang di pasar internasional.

2.5.Penelitian Terdahulu

Analisis tentang kertas telah banyak diteliti, antara lain Ramli (2006) dimana Industri kertas adalah satu dari sepuluh sektor kunci perekonomian indonesia (peringkat enam) bedasarkan rangking elastisitas. Hal ini mengindikasikan bahwa sektor industi ini memiliki respon yang tinggi terhadap perubahan permintaaan akhir sektor lain dalam hal peningkatan output, pendapatan, maupun tenaga kerja sehingga sektor ini memiliki kemampuan yang cukup besar dalam kontribusi peningkatan pertumbuhan perekonomian secara keseluruhan. Bersama dengan sektor kunci lainnya, industri kertas merupakan sektor prioritas yang harus dikembangkan oleh pemerintah sebagai policy markers karena kontribusinya terhadap perekonomian. Tingginya kontribusi industri kertas terhadap perekonomian mengindikasikan bahwa industri kertas Indonesia memiliki produktivitas yang baik sehingga mampu mengembangkan industri-industri lain yang berada di sektor hulu maupun hilir.

Penelitian tentang kertas lainnya dilakukan oleh Widyantoro (2005) menyatakan bahwa dengan menggunkan kriteria distribusi pendapatan dan kesejahteraan yang dihitung dengan menggunakan metode Two Stage Least Squares (2SLS) mengindikasikan bahwa harga bahan baku serpih naik, harga pulp turun dan kombinasinya menurunkan ekonomi domestik dan kesejahteraan masyarakat. Jika kebijakan didominasi dengan kenaikan produksi bahan baku serpih melalui perluasan area panenan, dengan atau tanpa penyaluran dana reboisasi, hasilnya akan memperbaiki perekonomian domestik dan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Jika penyaluran dana


(36)

reboisasi dihentikan, kilang pulp menderita kerugian dan transfer pendapatan tertinggi diterima oleh produsen bahan baku serpih. Penurunan suku bunga secara keseluruhan menghasilkan pertumbuahan ekonomi domestik dan mensejahterakan masyarakat Indonesia. Sedangkan kenaikan suku bunga, embargo impor dan pendiktean persediaan pulp dan kertas menyebabkan indonesia kehilangan devisa. Kesejahteraan masyarakat Indonesia masih meningkat walaupun terjadi embargo impor, sedangkan kenaikan suku bunga dan pendiktean persediaan menurunkan kesejahteraan. Ekonomi domestik akan menurun akibat kebijakan dan tekanan internasional tersebut.

Dalam penelitian Ningrum (2006) yang melakukan analisa permintaan ekspor pulp dan kertas Indonesia dengan menggunakan uji multikolinearitas menggunakan uji klein, uji autokolerasi menggunakan uji langrange multiplier (LM) yakni Breusch-godfrey, dan uji heteroskedastisitas menggunakan uji white heteroskedasticity mengunggkapkan bahwa perkembangan ekspor pulp dan kertas berfluktuasi setiap tahunnya dan cenderung mengalami peningkatan pada tahun 1980-2005. Kenaikan tersebut dikarenakan produksi pulp dan kertas meningkat karena kebutuhan akan kertas di dunia semakin meningkat. Hasil analisis model permintaan ekspor kertas 1980-2005 menunjukkan harga ekspor kertas, nilai tukar, dan produksi kertas berpengaruh nyata terhadap permintaan ekspor kertas Indonesia. Harga ekspor kertas berhubungan negatif dengan permintaan kertas, sedangkan nilai tukar berpengaruh positif terhadap permintaan ekspor kertas.

Analisis lainnya oleh Asih (2005) dalam menganalisis perkembangan ekspor pulp dan kertas Indonesia dan faktor yang mempengaruhinya menggunakan data time series melalui metode 2 SLS. Hasilnya menunjukkan bahwa ekspor pulp dan kertas domestik Indonesia meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah produksi pulp dan


(37)

kertas domestik dan meningkatnya jumlah permintaan impor pulp dan kertas dibeberapa negara utama ekspor. Penelitian ini memiliki keterbatasan karena tidak dibedakan menurut negara tujuan dan asal negara pengekspor pulp dan kertas. Oleh karena itu, tidak diketahui lebih jelas bagaimana posisi Indonesia di pasar pulp dan kertas dunia.


(38)

III. KERANGKA TEORITIS

3.1. Teori Perdagangan Internasional

Pada Gambar 3.1 memperlihatkan perdagangan yang terjadi antara 2 negara, yaitu negara A dan negara B. Panel 1 menunjukkan kurva permintaan dan penawaran komoditi kertas negara A yang dilambangkan dengan Da dan Sa. Sedangkan pada panel 2 menunjukkan kurva permintaan dan penawaran komoditi kertas di negara B, yakni Db dan Sb. Sumbu vertikal mengukur tingkat harga yang berlaku di kedua negara dan sumbu horizontalnya mengukur kuantitas komoditi kertas.

Tanpa perdagangan internasional, tingkat produksi dan harga ditentukan oleh perpotongan kurva demand dan supply, yakni OX2 dan P1 untuk negara A serta OX5 dan P3 untuk negara B. Setelah terjadinya perdagangan antara negara A dan B menyebabkan negara A yang memiliki tingkat harga lebih kecil mengekspor kelebihan produksinya ke negara B. Disisi lain negara B yang memiliki harga relatif yang lebih tinggi mendorong negara B untuk melakukan impor. Oleh karena terjadi perbedaan tingkat harga, negara A dan negara B dapat melakukan perdagangan sehingga meningkatkan harga di negara A dan menurunkan harga di negara B, yakni di P2. Pada tingkat harga tersebut negara A mengalami kelebihan penawaran sebesar (X2-X5) unit dan negara B mengalami kelebihan permintaan sebesar (X5-X8) unit. Apabila terjadi perubahan kurva permintaan disebabkan oleh harga barang itu sendiri maka akan menyebabkan pergerakan di sepanjang kurva permintaan, sedangkan apabila terjadi perubahan harga barang lain, selera, pendapatan, dan populasi maka kurva permintaan akan bergeser dari Db1 ke Db2.

Rendahnya harga domestik di negara A menyebabkan permintaan impor negara B semakin tinggi dan apabila produsen domestik mampu merespon kondisi ini dengan


(39)

baik tentu pangsa pasar akan meningkat. Perubahan tingkat harga ekspor menyebabkan pergerakan disepanjang kurva supply, jika tingkat harga ekspor yang ditetapkan oleh negara A tinggi maka ekspor negara A meningkat dan pangsa pasar meningkat. Jika nilai rupiah terhadap dollar meningkat (terdepresiasi) maka permintaan impor negara B akan meningkat dan pangsa pasar meningkat. Kenaikan pendapatan per kapita dan populasi di negara B menyebabkan pergeseran kurva demand di negara B sehingga permintaan impor meningkat menjadi X4-X7.

Sb

Sa1

Da

P2 P3

P1

X2 X 0 X X X

X Kertas

Negara B : Importir X

Db1 Db2

Negara A : Eksportir Sumber : Salvatore,

3.2.Kerangka Pemikiran

Industri kertas merupakan salah satu komoditas yang memegang peranan penting terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Hal tersebut ditunjang dengan luas hutan, jumlah penduduk yang tinggi, dan iklim tropis menjadikan potensi dasar Indonesia memproduksi kertas secara efisien dengan memproduksi komoditi yang memiliki harga relatif lebih rendah. Adanya keunggulan komparatif tersebut dan didukung dengan perekonomian Indonesia yang terbuka mendorong Indonesia untuk


(40)

melakukan ekspor. Melalui pengglobalan ekonomi Indonesia diharapkan kinerja menjadi lebih baik karena semakin tinggi tingkat persaingan maka negara lebih termotivasi untuk meningkatkan inovasi agar tidak tertinggal dengan negara lainnya.

Adanya persaingan pasar menyebabkan meningkatnya integrasi terhadap segenap perekonomian nasional ke dalam pasar-pasar global yang menjanjikan pembesaran dramatis atas volume dan karakter arus-arus sumber daya internasional. Besarnya pangsa pasar merupakan salah satu indikator keberhasilan dalam memasarkan suatu produk, oleh karena itu setiap negara berusaha meningkatkan kemampuan bersaing untuk memperluas jangkauan pasarnya agar mampu meningkatkan cadangan devisa.

Sejak dimulainya ekspor kertas pada tahun 1979, besarnya pangsa pasar industri kertas Indonesia mengalami fluktuasi dengan nilai yang relatif rendah. Untuk dapat mempertahankan atau bahkan meningkatkan pangsa pasar industri kertas Indonesia di pasar internasional maka diperlukan analisis terhadap berbagai faktor yang diduga mempengaruhi pangsa pasar ekspor kertas. Ada beberapa indikator yang diduga berpengaruh terhadap pangsa pasar yakni harga domestik Indonesia, harga ekspor, nilai tukar, pendapatan perkapita dan populasi negara pengimpor (Amerika), serta dummy ekolabeling. Apabila suatu negara telah mampu mengontrol variabel-variabel tersebut, maka upaya memperbaiki memperluas pangsa pasar internasional dapat dilakukan dan Indonesia dapat menjadi produsen komoditi kertas terbesar di dunia.


(41)

3.3.Hipotesis

Bedasarkan kerangka teoritis tersebut, maka hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga domestik mempengaruhi pangsa pasar secara negatif. Sedangkan harga ekspor, nilai tukar, pendapatan per kapita Amerika, dan populasi Amerika mempengaruhi pangsa pasar secara positif.


(42)

IV. METODA PENELITIAN

4.1. Jenis dan Sumber Data

Penelitian menggunakan jenis data sekunder, berbentuk time series tahunan (periode 1979-2006). Data yang digunakan meliputi harga domestik, harga ekspor, nilai tukar, pendapatan per kapita negara dan populasi negara importir, serta dummy ekolabeling. Data tersebut diperoleh dari Biro Pusat Statistik (BPS), Comtrade, Asosiasi Pulp dan kertas Indonesia (APKI), Internasional Funds Monetary (IMF), www.bea.gov, dan Bank Indonesia (BI). Bahan-bahan lain yang menunjang penelitian didapat dari berbagai literatur dan jurnal dari bebagai perpustakaan, yaitu perpustakan IPB, dan Lembaga Ilmu Penelitian Indonesia (LIPI). Alat analisis yang digunakan untuk melakukan pengolahan data menggunakan bantuan software EViews 4 dan Microsoft Excel 2007.

4.2. Metode Analisis

Untuk memudahkan dalam menganalisis data yang digunakan maka semua variabel menggunakan model ekonometrika, yakni analisis regresi berganda dengan mentransformasikan variabel ke dalam bentuk logaritma natural (ln). Pengujian atas model dilakukan dengan kriteria statistik dan ekonometrika. Uji koefisien determinasi (R2), uji t (uji parsial), dan uji F (uji serempak) untuk menguji kriteria statistik sedangkan untuk menguji ekonometrik adalah bentuk uji agar model memenuhi asumsi OLS, yakni bersifat nonautokolerasi, homokedastisitas, dan tidak mengandung gejala multikolinearitas. Taraf nyata yang digunakan adalah 10 persen karena pada tingkat


(43)

kepercayaan tersebut hasil analisis mampu dijelaskan ke dalam teori. Adapun model yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

Yt = α + β1 Ln_X1t+ β2 Ln_X2t+ β3 Ln_X3t + β4 Ln_X4t + β5 Ln_X5t+ β6 D + εt

Keterangan :

α = Intersep

β1….Β6 = Parameter yang diduga

Y = Pangsa pasar (%)

X1 = Harga domestik (Rp/ton) X2 = Harga ekspor (US$/ton)

X3 = Nilai tukar (exchange rate) (Rp/US$)

X4 = Pendapatan per kapita negara Amerika (US$/juta) X5 = Populasi negara Amerika (juta)

D = Variable dummy, ekolabeling ε = Error

t = Tahun

nilai dugaan diharapkan β1<0, β2>0, β3>0, β4>0, β5>0, β6>0

Penggunaan negara Amerika dalam penelitian ini sebagai indikator permintaan dunia akan komoditas kertas Indonesia dikarenakan negara Amerika adalah negara konsumsi terbesar di dunia (Ibnusantosa dalam Sipayung, et. all, 2000 dan Asosiasi Pulp and Paper Internasional, 2001). Selain itu negara Amerika salah satu negara yang menerapkan standarisasi yang tinggi terhadap komoditas yang berasal dari alam yang ditunjukkan dari penerapan label terhadap seluruh produk dari alam yang masuk ke negaranya.

4.3. Pengujian Asumsi Model

Sebelum menganalisis variabel yang digunakan dalam penelitian ini lebih lanjut maka perlu dilakukan pengujian terhadap asumsi-asumsi yang terdapat pada OLS agar estimasi variabel penduga yang digunakan bersifat BLUE (Best Linier Unbias Estimator). Pengujian asumsi tersebut meliputi uji heteroskedastisitas, uji autokolerasi dan uji multikolinearitas.


(44)

Model linier regresi yang tidak memiliki varians yang sama akan menandakan bahwa variabel yang digunakan terdapat masalah heteroskedastisitas. Hal tersebut yang menyebabkan varian tidak memiliki nilai minimum atau tidak efisien dalam memprediksi (Gujarati, 1993). Uji heteroskedastisitas dalam penelitian ini menggunakan white heteroskedasticity test yang dilihat dari probability obs*R-squared White Heteroskedasticity Test. Apabila nilai taraf nyata lebih besar dari probability obs*R-squared berarti dalam model tersebut terdapat gejala heteroskedastisitas. Masalah heteroskedastisitas dapat ditanggulangi dengan mentransformasikan model asli ke model yang baru.

Pengujian autokolerasi juga diperlukan untuk mengetahui hubungan antara error dimasa lalu dengan saat ini yang menyebabkan parameter tidak bias sehingga pendugaan parameter menjadi tidak efisien. Gejala ini muncul karena tidak diikutsertakannya seluruh variabel bebas yang relevan dalam model dan penggolahan data yang kurang baik. Uji ini dapat menggunakan Breusch-Godfrey atau langrange-multiplier sehinggga hasil analisisnya dapat dilihat dari nilai probability obs*R-squared Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test yang dibandingkan dengan taraf nyata. Apabila taraf nyata lebih besar maka persamaan mengalami gejala autokolerasi. Gejala ini dapat dihilangkan dengan menghilangkan variabel tak bebas dan mentransformasikan model dari linier menjadi non linier atau sebaliknya.

Multikolinearitas dimaksudkan untuk mengetahui hubungan linier antar variabel independen. Masalah ini dapat dideteksi (Gujarati, 1995) ketidaksesuaian tanda dengan yang diharapkan, nilai R2 yang tinggi namun koefisien parameter dari t-stat banyak yang tidak signifikan, R2 lebih rendah dari rij2 . Apabila nilai dari hasil regresi


(45)

Apabila terjadi hubungan linier antara variabel independen memberikan nilai standar eror yang tinggi sehingga tingkat signifikansi rendah. Gejala ini dapat dihilangkan antara lain dengan menghilangkan variabel yang tidak signifikan, mentransformasikan data, dan menambah data.


(46)

V. GAMBARAN INDUSTRI KERTAS INDONESIA

5.1. Sejarah dan Gambaran Industri Kertas Indonesia

Industri kertas di Indonesia dimulai dengan didirikannya perusahaan Belanda N.V Papier Fabriek Padalarang, Jawa Barat pada tahun 1923. Perusahaan ini mampu memproduksi kertas tulis cetak berbahan baku merang dengan kapasitas 3000 ton setahun. Pabrik kedua didirikan di Leces, Jatim 1940, tetapi di tahun 1960 pemerintah mengambil alih perusahaan kertas tersebut. Hingga pada akhirnya di tahun 1960-1970 pemerintah Indonesia dapat mendirikan pabrik pulp dan kertas sendiri dengan menggunakan dana rampasan dari Jepang (Sutikno, Bakar dan Yati J, 1986).

Pemerintah Indonesia pada Repelita I tahun 1969 membuat kebijakan untuk mengembangkan keterlibatan swasta dalam perekonomian, akibatnya terdapat dua perusahaan swasta mendirikan pabrik kertas tahun 1970-1975. Pada Repelita II (tahun 1975-1980) pertumbuhan nyata terjadi secara besar-besaran dimana pabrik kertas bertambah menjadi 29 perusahaan dengan kapasitas meningkat 67.000 pada tahun 1975 menjadi 292.000 pada tahun 1980.

Seiring perkembangan zaman dari masyarakat tradisional ke arah masyarakat modern, industri pulp dan kertas pun mengalami perubahan yang dicirikan dengan adanya penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mendorong inovasi (innovation driven). Penggunaan teknologi tersebut menyebabkan industri kertas sudah tidak menggunakan lagi tanah liat, kayu, bambu, dan kayu sebagai alat penunjang. Masyarakat yang modern juga mendorong upaya perbaikan kualitas pendidikan sehingga kebutuhan akan kertas (untuk menghasilkan buku, majalah, dan koran) meningkat. Selain itu komoditas kertas juga dapat digunakan mulai dari pembersih


(47)

kotoran hingga alat untuk memperindah ruangan sehingga konsumsi kertas tidak hanya dilakukan oleh masyarakat domestik, tetapi juga masyarakat internasional.

Berikut ini adalah daftar perusahaan Indonesia yang memproduksi kertas yang memiliki kapasitas penghasil 10 terbesar di Indonesia :

Tabel 5.1 : Nama Perusahaan Penghasil Kertas Terbesar di Indonesia No Nama Perusahaan Kertas Indonesia Kapasitas produksi kertas

ton/tahun(%)

2001 2003 2005 2007 1 P.T. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk 0,40 0,38 19,56 18,90 2 P.T. Pindo Deli Pulp & Paper Mills 11,91 11,15 13,57 12,82 3 P.T. Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk 8,49 7,94 9,67 9,92 4 P.T. Fajar Wisesa Tbk 4,07 3,80 4,63 6,12 5 P.T. Pabrik Kertas Indonesia (P.T. Pakerin) 5,69 5,33 6,48 6,12 6 P.T. Surabaya Agung Industri Pulp &

Kertas Tbk 3,96 3,70 4,51 4,26

7 P.T. Tanjunenim Lestari Pulp & Paper 3,66 3,42 4,17 3,94

8 P.T. Aspex Kumbong 3,49 3,27 3,98 3,76

9 P.T. Lontar Papyrus 1,81 1,69 2,06 3,08

10 P.T. Riau Andalas Kertas 2,85 2,66 6,48 3,06 Sumber :APKI, berbagai

Departemen Perindustrian 1982 pada umumnya kertas dapat dibagi dalam tiga golongan besar yakni:

a. Kultura paper (kertas budaya), yang terdiri dari jenis kertas newsprint (kertas Koran) writing, printing, dan business (kertas cetak, tulis, dan keperluan bisnis). b. Industrial paper (kertas industri) yang terdiri dari wrapping, packaging dank

raft, boards, cigaretee dan kertas khusus.

c. Other paper (kertas lainnya), yang terdiri dari tissued, household, dan kertas lainnya.


(48)

dunia kawa Sebe hutan 95 ju peme sebes 32,4 konv Negara a setelah Br asan hutan

elum Indon n Indonesia uta hektar d erintah men sar 126,8 ju

juta ha, hut versi 14,0 ju

Indonesia a razil dan Ko (deforestati nesia mulai

a sebesar 14 disediakan

ngatakan b uta hektar d

tan produks uta ha.

adalah nega ongo (Sipay

tion) posisi

memfokus 41 juta hekta

untuk prod bahwa luas dengan fung

si terbatas 2

ara yang m yung,et.all,

Indonesia

skan diri p ar (1.410.00 duktivitas da hutan Ind gsi konversi

1,6 juta ha,

memiliki lua 2000). Nam adalah ked

pada perkem 00 km perse an konvers donesia me sebesar 23 hutan prod

as hutan te mun dalam dua tertingg

mbangan la egi). Dari ju i. Tetapi p engalami pe ,2 juta ha, k duksi 35,6 ju

erbesar keti hal pengura gi setelah B

ahan hutan, umlah ini se pada tahun

enurunan, y kawasan lin uta ha, dan

ga di angan Brazil. , luas ekitar 2005 yakni ndung hutan antar meng renda Terle kehu kepa berle tidak Masalah ra pasokan gakibatkan ah pula kete ebih lagi s utanan, men ada pemerin ebihan. Hal k memperha h penurunan n bahan penjarahan ersedian ka semenjak d nyatakan b ntah daerah

tersebut di atikan damp

n luas huta baku kayu n hutan-hut ayu yang da diberlakukan ahwa peme h membuat ilakukan un paknya terha an diakibat u dengan tan primer. apat digunak nnya UU p erintah pus t daerah be ntuk mening adap lingku

tkan oleh kapasitas Semakin t kan untuk m

pasal 66 N sat menyera erupaya m gkatkan pen ungan secara

adanya ket mesin p tinggi penja meningkatka No.41 tahu ahkan seba engekploita nerimaan da a berkelanju tidakseimba pabrik seh arahan, sem an output k un 1999 ten

agian wewe asi hutan s

aerahnya de utan. angan ingga makin kertas. ntang enang secara engan Sum

k

mber : APK

1 Ja S capacity   (TPA)

kapasita

mempr

KI,berbagai t 0 0000000 19 awa 6546 Sumatra 6546

as

 

hutan

roduksi

 

tahun

999 2001 2003

660084129408554448

660014911401491141

n

 

Indon

komod

3 2005 2007 40

88538409345400

408411401678640

esia

 

da

itas

 

ker

lam

 

tas


(49)

Gambar 5.1: Kapasitas Hutan Indonesia dalam Memproduksi Kertas

Pada Gambar 5.1 dapat diketahui bahwa hutan yang digunakan dalam memproduksi kertas nasional hanya dengan menggunakan lahan hutan di Pulau Jawa dan Pulau Sumatra. Hutan yang ditersedia untuk memproduksi kertas pada tahun 2007 lebih rendah dibanding tahun 1999. Tahun 1999, kapasitas hutan mampu manghasilkan 13.093.200 TPA sedangkan pada tahun 2007 hanya berkapasitas 11.024.040 TPA. Penurunan luas hutan ini menandakan bahwa keadaan hutan Indonesia memang sangat memperihatinkan oleh karena itu upaya memperbaiki kondisi hutan harus ditingkatkan agar memiliki daya saing yang tinggi.

5.3. Perkembangan Pangsa Pasar Industri Kertas Indonesia

Pangsa pasar (market share) menunjukkan persentase penguasaan pasar oleh suatu negara terhadap negara lain yang menggunakan komoditas sama (chandradhy,1978). Dalam persaingan, besarnya pangsa pasar merupakan salah satu indikator keberhasilan dalam memasarkan suatu produk sehingga semakin tinggi persentase penguasaan pasar maka semakin tinggi pula pangsa pasar. Selama tahun 1996-2006, pangsa pasar Indonesia cenderung tidak tetap (berfluktuatif), dapat dilihat pada tabel 5.2 dibawah ini. Pada tahun 1996-2000, pangsa pasar mengalami peningkatan setiap tahunnya dari 1,29 persen menjadi 1,88 persen. Namun kondisi ini tidak dapat dipertahankan, pada tahun 2001 dan 2002-2003 pangsa pasar mengalami penurunan hingga 1,88 persen, 1,89 persen, dan 1,73 persen. Tahun 2002 pangsa pasar mengalami peningkatan menjadi 2,28 persen. Tahun 2004 dan 2005 pangsa pasar kembali mengalami peningkatan menjadi 2,01 persen dan 2,29 persen.


(50)

Tahun

Nilai ekspor kertas Indonesia (US$ 000)

Nilai ekspor kertas dunia (US$ 000)

Pangsa pasar (%)

1996 878.211 68.254.692,94 1,29

1997 922.870 67.522.325,29 1,37

1998 1.443.981 69.505.816,85 2,08

1999 1.477.165 69.136.987,10 2,14

2000 1.713.097 73.338.351,62 2,34

2001 1.326.570 70.476.794,71 1,88

2002 1.722.280 75.645.834,00 2,28

2003 1.618.400 85.813.753,05 1,89

2004 1.678.970 96.985.675,42 1,73

2005 2.021.890 100.628.735,06 2,01

2006 2.488.500 108.222.898,61 2,29

Tabel 5.2 Pangsa Pasar Industri Kertas Indonesia di Pasar Internasional

Sumber : APKI dan Comtrede, berbagai tahun

5.4. Perkembangan Harga Kertas Domestik

Tingkat harga mempengaruhi keputusan konsumen dalam mengkonsumsi suatu komoditi karena harga mencerminkan wiilingness to pay konsumen atas suatu barang yang dikonsumsi. Dari Gambar 5.2 dapat dilihat bahwa perkembangan harga kertas domestik selalu mengalami fluktuasi hampir di setiap tahunnya. Hal tersebut dikarenakan harga yang terjadi di Indonesia sangat dipengaruhi oleh harga luar negeri sehingga belum mampu mengontrol tingkat harga yang terjadi di dunia. Pada tahun 1979 hingga tahun 1981 tingkat harga kertas domestik meningkat, namun hal ini tidak bertahan lama sehingga pada tahun 1981 tingkat harga kembali turun. Tingkat harga tertinggi terjadi pada tahun 1988 dan tahun 1989 yakni 4,420254 dan 4,42858. Dan pada tahun antara 1989-1991 harga turun dengan drastis. Fluktuasi harga terus berlanjut hingga tahun 2006.


(51)

Sumber : BPS, berbagai tahun

Gambar 5.2 Harga Kertas Domestik (Indonesia)

5.5. Perkembangan Harga Ekspor

Selain harga domestik, tingkat harga ekspor juga mempengaruhi konsumen internasional dalam mengambil keputusan. Misalkan ketika terjadi peningkatan harga ekspor kertas pada satu tahun sebelumnya, maka negara importir cenderung mengurangi permintaannya dan mencari negara lain yang memiliki harga lebih rendah. Pangsa pasar yang menurun menyebabkan perdagangan kertas Indonesia di pasar internasional menjadi menurun dan para konsumen menurunkan permintaannya.

Berdasarkan Gambar 5.3, perkembangan harga ekspor menunjukkan nilai yang sangat berfluktuatif dari tahun 1979 hingga 2006. Tahun 1979 hingga 1983, tingkat harga kertas menurun yang menandakan bahwa Indonesia memiliki harga relatif yang rendah dan memiliki keunggulan komparatif mengekspor kertas. Pada tahun 1984 harga ekspor meningkat dengan tajam menjadi 2,49, kondisi ini dapat dipatahkan sehingga mulai tahun 1985 hingga 2006 harga ekspor tidak memiliki nilai yang lebih tinggi dari tahun 1984. Tingkat harga ekspor terendah terjadi pada tahun 2002 sebesar 0,502, nilai ini diharapkan dapat terus menerus dipertahankan agar berpeluang meraih pangsa pasar yang tinggi.


(52)

Sumber : APKI, berbagai tahun

Gambar 5.3 Perkembangan Harga Ekspor Kertas

5.6. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah terhadap Pangsa Pasar

Nilai tukar mempengaruhi konsumen internasional dalam menentukan keputusannya. Nilai tukar rupiah terhadap dollar yang terdepresiasi menyebabkan Indonesia mampu mengeskpor lebih banyak karena harga kertas di Indonesia Indonesia cenderung lebih murah, begitu juga dengan negara importir yang mengalami apresisasi dollar tentu akan meningkatkan permintaan impornya.

Indonesia adalah negara yang menganut nilai tukar yang flexibel, dimana nilai tukar dapat berfluktuatif dalam batasan yang telah ditetapkan. Nilai tukar yang ditetapkan dalam suatu range tertentu terkadang tidak mampu dikendalikan dengan baik. Hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 5.4 dibawah ini dimana nilai tukar rupiah terhadap dollar mengalami tidak berada dalam suatu kisaran yang pasti. Periode 1979-1992 nilai tukar mengalami penurunan, sedangkan pada tahun 1984 dan tahun 1986 nilai tukar meningkat. Peningkatan nilai tukar yang tajam terjadi pada tahun 1997 yakni 11293,84 dimana pada tahun 1996 hanya sebesar 5246,525. Tahun 1997 hingga tahun 2006 nilai tukar berfluktuatif dan diakhir dengan nilai yang rendah yakni sebesar 2965,944.


(53)

Sumber : BI, berbagai tahun

Gambar 5.4 Nilai Tukar (Rp/US$)

5.7. Pendapatan per Kapita Negara Pengimpor (Amerika)

Penggunaan negara Amerika dalam penelitian ini sebagai indikator permintaan dunia akan komoditas kertas Indonesia dikarenakan negara Amerika adalah negara konsumsi terbesar di dunia (Ibnusantosa dalam Sipayung, et. all, 2000 dan Asosiasi Pulp and Paper Internasional, 2001). Selain itu negara Amerika salah satu negara yang menerapkan standarisasi yang tinggi terhadap komoditas yang berasal dari alam yang ditunjukkan dari penerapan label terhadap seluruh produk dari alam yang masuk ke negaranya. Oleh karena itu apabila Indonesia mampu menembus pasar Amerika berarti Indonesia telah menggunakan teknik produksi yang ramah terhadap lingkungan Indonesia dan juga dapat dikatakan Indonesia memiliki pangsa pasar yang besar di pasar internasional.

Pada Tabel 5.3 memperlihatkan bahwa ekspor Indonesia-Amerika terhadap ekspor Indonesia ke dunia memiliki nilai yang cenderung rendah dibandingkan ekspor


(54)

Indonesia ke Malaysia dan Cina. Hal tersebut dikarenakan negara Malaysia dan Cina memiliki perhatian yang rendah terhadap lingkungan daripada negara Amerika. Indonesia yang belum menggunakan standarisasi yang tinggi terhadap produk alam cenderung mengekspor kertas ke negara yang kurang memperhatikan standar terhadap produk alam. Padahal jika Indonesia mau berfikir lebih panjang, penggunaan lahan serta proses produksi yang baik akan berdampak positif terhadap ekspor Indonesia karena ketersediaan bahan baku lebih terjamin dan dampak negatif produksi terhadap lingkungan rendah. Selain itu, Amerika sebagai konsumen terbesar di dunia tentu akan membeli produk Indonesia lebih banyak apabila Indonesia telah menerepakan standar terhadap komoditasnya dibandingkan hanya menngekspor komoditas kertas ke negara Malaysia dan Cina (bukan negara 10 negara konsumen terbesar). Apabila negara Indonesia telah mampu menembus pasar Amerika maka secara tidak langsung Indonesia telah meraih pangsa pasar yang tinggi di pasar internasional.

Tabel 5.3 Persentase Ekspor Indonesia ke Malaysia, Cina, dan Amerika terhadap Dunia (000 US$)

Tahun

Ekspor kertas Indonesia ke Malaysia terhadap ekspor kertas Indonesia ke dunia

Ekspor kertas Indonesia ke Cina terhadap ekspor kertas

Indonesia ke dunia

Ekspor kertas Indonesia ke Amerika terhadap

ekspor kertas Indonesia ke dunia

1997 7,30 10,75 0,92

1998 4,66 14,50 4,78

1999 8,73 14,72 5,72

2000 8,73 14,72 5,72

2001 11,92 11,05 3,68

2002 7,79 11,33 2,14

2003 8,35 11,96 2,14

2004 10,22 12,76 2,61

2005 9,95 9,39 1,98

2006 9,95 8,57 7,06


(55)

Pendapatan per kapita negara pengimpor menentukan tingkat pangsa pasar domestik di pasar internasional. Hal tesebut dikarenakan pendapatan per kapita memiliki pengaruh yang positif dengan permintaan, yakni apabila pendapatan per kapita suatu negara naik maka permintaan di negara tersebut naik. Dengan semakin meningkatnya permintaan negara importir (Amerika) maka peluang produsen domestik menyalurkan komoditas di pasar internasional akan besar.

Untuk melihat perkembangan pendapatan per kapita negara Amerika dapat dilihat pada Gambar 5.5 dibawah ini. Pendapatan per kapita 1979 hingga 1982 pendapatan per kapita Amerika menunujukkan nilai yang relatif menurun namun nilai ini terus beranjak hingga tahun 1999 mejadi 0,029. Periode 2000-2006, pendapatan per kapita Amerika menunjukkan nilai yang menurun hingga 0,027.

Sumber : www.bea.id, imf statistics, berbagai

Gambar 5.5 Pendapatan per Kapita Negara Importir (Amerika)

5.8. Populasi Negara Pengimpor (Amerika)

Salah satu negara yang mengimpor kertas dari Indonesia yang jumlahnya relatif stabil adalah negara Amerika Serikat. Semakin besar impor yang dilakukan Amerika akan menguntungkan pihak domestik. Salah satu alasan negara Amerika meningkatkan


(56)

impor adalah meningkatnya permintaan akibat meningkatnya jumlah penduduk. Dengan meningkatnya jumlah penduduk negara pengimpor diharapkan pangsa pasarnya akan semakin membaik.

Walaupun saat ini Amerika telah mampu mengontrol jumlah kelahiran namun pada Gambar 5.6 dibawah ini, pada tahun 1979-2006 tingkat populasi menunjukkan peningkatan setiap tahunnya dengan jumlah peningkatan yang relatif sedikit. Pada tahun 1979 penduduk Amerika sebesar 202090 juta jiwa dan pada tahun 2006 penduduk Amerika sebesar 302840 juta jiwa.

Sumber : IMF, berbagai tahun


(57)

VI. PANGSA PASAR INDUSTRI KERTAS INDONESIA DI PASAR

INTERNASIONAL

6.1. Uji Asumsi Model

Setelah melakukan uji model, maka didapatlah model persamaan terbaik yang dipergunakan melihat faktor-faktor yang mempengaruhi pangsa pasar industri kertas domestik di pasar internasional. Faktor-faktor yang tersebut yakni harga domestik, harga ekspor, nilai tukar, pendapatan per kapita dan populasi negara Amerika, serta dummy ekolabeling. Untuk mendapatkan hasil regresi yang baik, maka keenam variabel tersebut harus dilakukan pengujian heteroskedastisitas, autokolerasi, dan multikolinearitas agar variabel yang digunakan memenuhi asumsi OLS sehingga estimator variabel penduga tersebut bersifat BLUE (Best Linier Unbias Estimator).

Pengujian autokolerasi pada model pangsa pasar industri kertas nasional di pasar internasional dimaksudkan untuk mengetahui adanya hubungan kolerasi antara residual satu observasi dengan residual observasi lainnya. Dari hasil Breusch-Godfrey test dapat dilihat bahwa probabilitas Obs*R-squared statistic lebih besar dari taraf nyata yaitu sebesar 0.47 sehingga model tersebut terbebas dari masalah autokolerasi (lampiran 6).

Pengujian heteroskedastisitas pada model pangsa pasar dilakukan agar kesalahan penganggu tidak konstan pada semua variabel bebas . Hasil uji ini dapat dilihat dari nilai probabilitas Obs*R-sqaure statistic yang lebih besar dari taraf nyata yaitu sebesar 0.17. Nilai tersebut masih lebih besar dibandingkan taraf nyata yang digunakan (α=0,1) sehingga model tersebut terbebas dari masalah heteroskedastisitas dan memenuhi asumsi OLS (lampiran 4).

Pada model yang diduga mempengaruhi pangsa pasar industri kertas Indonesia di pasar internasional juga diperlukan pengujian multikolinearitas dimana tidak boleh


(58)

terdapat nilai yang lebih besar dari [0,8]. Akan tetapi uji Klein menyatakan bahwa apabila nilai koefisien multikolinearitas tersebut tidak lebih besar dar R2, maka multikolinearitas dapat diabaikan (lampiran 3).

6.2. Estimasi Model

Setelah seluruh variabel yang digunakan memenuhi asumsi OLS maka tahap selanjutnya adalah melakukan analisis regresi yang dapat dilihat pada Tabel 6.1 dibawah ini.

Tabel 6.1 Hasil Analisis Regresi Pangsa Pasar Industri Kertas Nasional Dependent Variabel : Pangsa pasar

Variabel coefficient t-statistik Probabilitas

C -49.24081 -2.649080 0.0075

Harga domestik -0.303922 -2.472533 0.0011 Harga ekspor -0.234362 -1.405089 0.0873

Nilai tukar 3.49E-05 1.356496 0.0946

Pendapatan per kapita Amerika 0.135956 0.124396 0.4511 Populasi Amerika 4.070887 3.362982 0.0014 Dummy 0.369371 1.352845 0.0952 R-squared 0.959701 Mean dependent var 0.975746 Durbin-Watson Stat 1.560167 Prob(F-Statistic) 0.000000

Dari hasil analisis dapat dilihat bahwa persamaan pangsa pasar memiliki koefisien determinasi (R2) sebesar 0.96 yang berarti persamaan pangsa pasar industri kertas nasional di pasar internasional dapat dijelaskan oleh variabel-variabel dalam model sebesar 96.13 persen dan sisanya 3.87 persen dijelaskan oleh variabel lain di luar persamaan pangsa pasar. Variabel tersebut kemudian dianalisis dengan menggunakan taraf nyata pada taraf sepuluh persen.

Hasil dugaan parameter pangsa pasar menunjukkan bahwa harga domestik secara negatif signifikan mempengaruhi pangsa pasar, nilai tersebut sebesar -0,30.


(59)

Harga domestik yang rendah dibandingkan harga internasional menyebabkan negara Indonesia mampu memproduksi kertas dengan harga relatif yang rendah. Oleh karena itu Indonesia memiliki keunggulan komparatif dalam memproduksi kertas dan berpeluang untuk meningkatkan pangsa pasarnya. Disisi lain, rendahnya harga domestik tentu akan dimanfaatkan secara baik oleh negara importir dengan meningkatkan permintaannya atas impor sehingga membuka peluang produsen domestik memperluas pasanya di dunia.

Variabel harga ekspor mempengaruhi pangsa pasar industri kertas Indonesia di pasar internasional. Kenaikan harga ekspor sebesar 1 persen menyebabkan penurunan pangsa pasar sebesar 0,23 persen. Akan tetapi, pengaruh ini menunjukkan tanda yang tidak sesuai dengan hipotesis yang dipergunakan. Kenaikan harga ekspor seharusnya meningkatkan supply sehingga pangsa pasar meningkat. Keidaksesuaian tanda dengan hipotesis dikarenakan ketika harga ekspor meningkat, produsen domestik tidak mampu memanfaatkan kondisi ini sehingga perolehan pangsa pasarnya rendah. Ketidakmampuan produsen domestik untuk mengekspor dikarenakan keunggulan komparatif yang dimiliki tidakmampu dimanfaatkan dengan baik. Pengeksplorasian alam secara berlebihan, tidak melakukan tebang pilih, tidak mengikuti standarisari yang diterapkan oleh LEI, dan lain sebagainya yang menimbulkan dampak polusi terhadap lingkungan menyebabkan produsen domestik tidak mampu kehilangan keunggulan komparatifnya. Dengan potensi alam yang semakin lama semakin menurun mengakibatkan produsen domestik tidak mampu mensupply kertas lebih banyak apabila harga ekspor menurun dan perolehan pangsa pasarnyapun rendah.

Perubahan nilai tukar mempengaruhi secara nyata terhadap perolehan pangsa pasar industri kertas Indonesia secara positif. Menurut teori makro ekonomi jika dollar


(60)

menguat (apresiasi) maka (caterus paribus) negara importir akan meningkatkan permintaan impornya. Hal tersebut dikarenakan harga kertas di Indonesia relatif lebih rendah dibandingkan harga yang ditetapkan negara lain. Oleh karena harga relatif Indonesia yang rendah, maka Indonesia memiliki kekuatan meningkatkan pangsa pasarnya.

Pendapatan per kapita negara Amerika positif signifikan mempengaruhi pangsa pasar industri kertas Indonesia. Bedasarkan teori permintaan, peningkatan pendapatan per kapita yang diperoleh suatu negara akan meningkatkan permintaan pada negara tersebut. Oleh karena itu, semakin besar pendapatan per kapita yang diterima oleh negara Amerika maka semakin besar pula permintaannya terhadap komoditas kertas Indonesia dan semakin besar pula pangsa pasar kertas Indoensia di pasar internasional. Tidak berpengaruh nyata antara pendapatan per kapita negara Amerika dengan pangsa pasar dikarenakan perhitungan pendaptan per kapita mengasumsikan tingkat pendapatan setiap masyarakat sama padahal pada kenyataannya pendapatan yang diterima masyarakat berbeda. Oleh karena itu variabel ini tidak menunjukkan pengaruhnya secara nyata.

Populasi negara pengimpor (Amerika) mempengaruhi pangsa pasar industri kertas Indonesia di pasar internasional. Pengaruh ini menunjukkan nilai yang positif, yakni sebesar 4.07. Bedasarkan teori permintaan, populasi mempengaruhi jumlah yang diminta secara positif. Negara Amerika adalah negara yang sangat memperhatikan kualitas sumberdaya manusia sehingga semakin banyaknya jumlah penduduk Amerika maka upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia juga semakin ditingkatkan. Salah satu upaya peningkatan ini terlihat dari peningkatan permintaan akan kertas suatu sarana peningkatan kualitas manusia. Tingginya permintaan memberikan peluang besar


(61)

bagi Indonesia untuk meningkatkan pangsa pasarnya. Dikarenakan Amerika merupakan salah satu indikator negara importir di dunia maka dapat mengindikasikan bahwa jika populasi negara-negara di dunia meningkat maka pangsa pasar industri kertas Indonesia di pasar internasional juga akan meningkat.

Sertifikasi yang telah ditetapkan oleh pemerintah Indonesia sejak tahun 1998 berpengaruh secara signifikan secara positif terhadap pangsa pasar. Kerjasama LEI (Lembaga Ekolabel Indonesia) dengan FSC (Forest Stewardship Council) ternyata berpengaruh secara nyata terhadap perolehan pangsa pasar industri kertas Indonesia di pasar internasional sehingga akan membawa dampak baik apabila seluruh produsen mulai memperhatikan lingkungan dalam membuat komoditas kertas. Apabila seluruh produsen domestik mampu mengaplikasikan standar minimum pengelolaan alam maka ekspor kertas dapat ditujukan ke negara-negara Eropa dan Amerika.


(62)

VII. KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Bedasarkan hasil analisis dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa Indonesia memiliki kemampuan komparatif dalam memproduksi kertas yang dapat dilihat dari kemampuannya memiliki luas hutan terbesar di dunia dan tenaga kerja yang berlimpah. Namun ternyata kemampuan ini tidak lantas menjadikan Indonesia sebagai produsen terbesar di dunia karena pangsa pasar. Bedasarkan hasil pengujian statistik variabel harga domestik, harga ekspor, nilai tukar, pendapatan per kapita dan populasi negara importir (Amerika), dan dummy ekolabelinglah yang mempengaruhi pangsa pasar industri kertas Indonesia di pasar internasional.

Bedasarkan hasil dari regresi variabel pendapatan perkapita negara Amerika tidak mempengaruhi pangsa pasar. Sedangkan variabel harga domestik, harga ekspor, nilai tukar, populasi negara Amerika, serta dummy ekolabeling berpengaruh secara signifikan berpengaruh terhadap pangsa pasar industri kertas Indonesia di pasar internasional. Harga domestik dan harga ekspor berpengaruh negatif terhadap pangsa pasar sebesar -0,30 persen dan -0,23 persen sedangkan nilai tukar, populasi negara Amerika, dan dummy ekolabeling berpengaruh positif terhadap pangsa pasar sebesar 3,49E-05 persen, 4,07 persen dan 0,37 persen.


(63)

Bedasarkan kesimpulan, dapat diberikan diberikan rekomendasi berupa saran dalam upaya peningkatan pangsa pasar industri kertas nasional di pasar internsional, yakni:

1. Bedasarkan hasil estimasi output disarankan kepada pemerintah untuk mengurangi hambatan perdagangan dan menjaga nilai tukar sehingga produsen domestik mampu menjual kertas di pasar internasional dengan harga yang bersaing.

2. Memberlakukan standarisasi bertaraf internasional terhadap seluruh produk domestik yang berasal dari alam sehingga standar tersebut dapat diakui secara internasional dan meningkatkan pangsa pasarnya.

3. Pengembangan pasar domestik harus tetap dilakukan agar dapat menyerap produk domestik ketika pasar internasional mengalami gangguan. Hal ini dapat ditingkatkan dengan mempromosikan keunggulan dari komoditas kertas dan menghimbau masyarakat Indonesia untuk lebih mengutamakan produk domestik.

4. Pada penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan menghitung seberapa besar pangsa pasar industri kertas di berbagai daerah di Indonesia di pasar internasional untuk mengetahui daerah di Indonesia yang dominan memiliki keunggulan. Selain itu dapat juga melakukan analisis pangsa pasar dari sisi perawaran agar diketahui kemampuan produsen dalam mengembangkan pangsa pasar.


(64)

DAFTAR PUSTAKA

Asih,S. 2005. Analisis Ekonomi Perkembangan Ekspor Pulp dan kertas Indonesia dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Departemen Ilmu Ekonomi Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia. 2007. Direktori Pulp dan Kertas Indonesia. 2007. APKI. Jakarta.

Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia. 2005. Direktori Pulp dan Kertas Indonesia. 2005. APKI. Jakarta

Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia. 2003. Direktori Pulp dan Kertas Indonesia. 2003. APKI. Jakarta

Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia. 2001. Direktori Pulp dan Kertas Indonesia. 2001. APKI. Jakarta

Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia. 1997. Direktori Pulp dan Kertas Indonesia. 1997. APKI. Jakarta

Asih,S. 2005. Analisis Ekonomi Perkembangan Ekspor Pulp dan kertas Indonesia dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Departemen Ilmu Ekonomi Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Bahri,S. 2003. Studi Daya Saing Industri Kertas Nasional [Tesis]. Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia, Jakarta.

Bank Indonesia. 2006. Laporan Perekonomian Indonesia. Bank Indonesia: Jakarta. Chandradhy, Dwiyono. 1978. Strategi-Strategi Pemasaran di Indonesia. Lembaga

Penerbit FEUI. Jakarta.

ECBIS. 1997. Studi Tentang Industri Pulp dan Kertas di Indonesia. ECBIS Rescons: Jakarta.

Gujarati, D. 1978. Ekonometrika Dasar. Zain dan Sumarno [penerjemah]. Erlangga, Jakarta.

Juanda, B. 2007. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis. IPB Press: Bogor.

Kotler,P.1997. Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan, Implementasi, dan Pengendalian. Jilid ke satu.edisi Sembilan. PT Prenhalindo:Jakarta.

Lipsey, R. G et all. 1997b. Pengantar MikroEkonomi.J ilid 2. Jaka Wasana, Penerjemah. Binarupa Aksara: Jakarta.

Mahyana, W. 2004. Dampak Kebijakan Privatisasi Terhadap Pangsa Pasar Industri Semen di Indonesia. Departeman Ilmu Ekonomi Institut Pertanian Bogor, Bogor. Muchtar. 1997. Dampak Keterkaitan Sektor Industri Terhadap Perekonomian Wilayah

Kabupaten Sidoarjo [tesis]. Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Musyaidah. 1995. Analisis Pangsa Pasar dan Efisiensi Pemasaran Pakan Udang Produksi PT. Karka Nutri Industri. Departemen Sosial Ekonomi Perikanan Institut Pertanian Bogor,Bogor.

Nigrum, A. W. P.2006.Analisis Permintaan Ekspor Pulp dan Kertas Indonesia.Departemen Ilmu Ekonomi Institut Pertanian Bogor,Bogor.

Ramli, R. 2006. Analisis Input-Output Peranan Industri Kertas dalam Perekonomian. Departemen Ilmu Ekonomi Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Rosadi, H. R dan Vidyamoko,D. 2002. Analisis Pasar Pulp dan Kertas Indonesia”. Pustaka IPTEK.Vol.4, No.5, (Agustus 2002), hal. 194-203.


(1)

Tambunan, T. T. H. 2001. Industrialisasi di Negara sedang Berkembang Kasus Indonesia. Ghalia Indonesia: Jakarta

Salvatore, D. 1997. Ekonomi Internasional. Erlangga: Jakarta

Sipayung, et. all. .2000. Prospek dan Tantangan Perkembangan Agribisnis Pulp dan kertas dalam Era Ekolabelingdan Ekonomi daerah Prosiding Seminar.IPB,Boogor.

Sudjatno. 1996. ”Prospek Industri Kertas Indonesia:Suatu Tinjauan di Aspek Pemasaran”Lintasan Ekonomi. Vol.8.No1-2. Hal.586-591.

Sutikno,A. B. dan Roeh Yati Joedodibroto. 1986. ”Keadaan dan Prospek Pengembangan Industri Pulp dan Kertas di Indonesia”Majalah Teknik Bulanan Insinyur Indonesia. No.3’XXXIV/1986.Hal.9-20.

Walujadi,D. and Indupurnahayu. 2002.”West Java’s Garment Indsutry : What Factors Affect Its Efficiency?” Economic Journal FE-Unpad. Vol.XVII, No.2.September 2002.Hal.126-138.

Widyantoro,B. 2005.Ekonomi Industri Pulp dan Kertas Indonesia Suatu Analisis Simulasi Kebijakan dan Tekanan Internasional.[disertasi].Sekolah Pasca Sarjana.Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Wie, Thee Kian. 2006. “Apakah Landasan Pembagunan Industri di Indonesia sudah Tepat?”Jurnal Ekonomi dan Pembangunan.Vol.XIV(1).Hal.1-41.

Wikipedia.2005.”Kertas”[Wikipedia online].http://www.wikipedia.org/wiki/kertas [17 September 2005].


(2)

L A M P I R A N

Lampiran 1 : Variabel yang Digunakan dalam Model


(3)

Tahun Y X1 X2 X3 X4 X5 DUMMY 1979 0.0243004 1.8479884 1.754956 5468.75 0.025599 202090 0 1980 0.0216244 2.3092853 1.467157 4730.539 0.025081 205800 0 1981 0.0363 2.7194213 1.282629 4580.42 0.025258 209510 0 1982 0.019072 1.9561355 1.116666 4445.153 0.024338 213220 0 1983 0.0372764 1.6731329 1.039709 5709.382 0.025003 216930 0 1984 0.1110273 1.7640844 2.485511 5654.918 0.026349 220640 0 1985 0.1137341 2.7793533 2.392837 5698.437 0.026983 224350 0 1986 0.1689149 2.489093 2.16451 7644.877 0.027465 228060 0 1987 0.369815 3.3833838 2.003946 7042.553 0.027938 231770 0 1988 0.33992 4.4202542 1.945749 7012.515 0.028634 235480 0 1989 0.311998 4.4285799 1.945748 6876.19 0.029188 239190 0 1990 0.250765 2.4665082 1.776326 6626.087 0.029282 242900 0 1991 0.5086823 1.9822937 1.6811 6341.696 0.028792 246610 0 1992 0.6643891 3.6085938 1.49727 6277.24 0.029309 250320 0 1993 0.7898095 3.3519148 1.354507 5889.878 0.029653 254030 0 1994 1.1401406 1.1749398 1.539815 5612.115 0.030067 260600 0 1995 1.1249088 1.4643397 1.638513 5400.656 0.029943 263040 0 1996 1.2866676 2.5804187 1.274629 5247.525 0.029848 265460 0 1997 1.3667628 2.2001736 0.870148 11293.84 0.029762 268010 0 1998 2.0774966 1.3988897 0.548812 9036.145 0.029848 270560 1 1999 2.1365771 1.286695 0.533904 9440.07 0.029789 273130 1 2000 2.3358815 2.0905787 0.603796 8534 0.028587 284150 1 2001 1.8822791 2.1832614 0.515933 8919.383 0.028398 287000 1 2002 2.2767678 1.506458 0.615307 6968.587 0.028222 289820 1 2003 1.8859448 1.8885298 0.645688 6190.581 0.028092 292620 1 2004 1.7311526 2.5824696 0.539637 6406.013 0.028025 295410 1 2005 2.0092571 2.31952 0.52293 6137.996 0.027943 298210 1 2006 2.2994209 2.4002403 0.467804 4965.9437 0.027449 302840 1


(4)

Lampiran 2 : Hasil Analisis Regresi Dependent Variable: pangsa pasar Method: Least Squares

Date: 05/14/08 Time: 00:18 Sample: 1979 2006

Included observations: 28

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -49.24081 18.58789 -2.649080 0.0150

Harga domestik -0.303922 0.122919 -2.472533 0.0220 Harga ekspor -0.234362 0.166795 -1.405089 0.1746 Nilai tukar 3.49E-05 2.57E-05 1.356496 0.1893 Pendptm per kapita

Amerika

0.135956 1.092931 0.124396 0.9022 Populasi Amerika 4.070887 1.210499 3.362982 0.0029

Dummy 0.369371 0.273033 1.352845 0.1905 R-squared 0.959701 Mean dependent var 0.975746 Adjusted R-squared 0.948187 S.D. dependent var 0.864252 S.E. of regression 0.196725 Akaike info criterion

-0.201698 Sum squared resid 0.812719 Schwarz criterion 0.131353 Log likelihood 9.823771 F-statistic 83.35052 Durbin-Watson stat 1.560167 Prob(F-statistic) 0.000000

Lampiran 3 : Uji Multikolinieritas

Y Ln_X1 Ln_X2 Ln_X3 Ln_X4 Ln_X5 DUMM Y Y 1.000000 -0.363810 -0.869763 0.453399 0.950164 0.935830 0.887830 Ln_X1 -0.363810 1.000000 0.355223 -0.104813 -0.214458 -0.190279 -0.322235 Ln_X2 -0.869763 0.355223 1.000000 -0.358251 -0.851978 -0.759642 -0.904776 Ln_X3 0.453399 -0.104813 -0.358251 1.000000 0.413149 0.405316 0.356189 Ln_X4 0.950164 -0.214458 -0.851978 0.413149 1.000000 0.951018 0.904247 Ln_X5 0.935830 -0.190279 -0.759642 0.405316 0.951018 1.000000 0.786215 DUMM

Y

0.887830 -0.322235 -0.904776 0.356189 0.904247 0.786215 1.000000

Lampiran 4 : Uji Heteroskedastisitas White Heteroskedasticity Test:

F-statistic 1.732964 Probability 0.154033 Obs*R-squared 15.22285 Probability 0.172520


(5)

Test Equation:

Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares

Date: 05/13/08 Time: 21:55 Sample: 1979 2006

Included observations: 28

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -26.66756 189.9022 -0.140428 0.8901

Ln_X1 0.264048 0.088609 2.979917 0.0088

Ln_X1^2 -0.165198 0.053066 -3.113094 0.0067 Ln_X2 -0.094524 0.078698 -1.201098 0.2472 Ln_X2^2 -0.012877 0.063702 -0.202140 0.8424

Ln_X3 0.000126 5.57E-05 2.266566 0.0376

Ln_X3^2 -8.83E-09 3.67E-09 -2.408767 0.0284 Ln_X4 -3.998845 3.534307 -1.131437 0.2745 Ln_X4^2 -0.616830 0.530193 -1.163407 0.2617

Ln_X5 3.514584 31.03050 0.113262 0.9112

Ln_X5 ^2 -0.154584 1.255111 -0.123164 0.9035

DUMMY -0.093772 0.091816 -1.021302 0.3223 R-squared 0.543673 Mean dependent var 0.029026

Adjusted R-squared 0.229949 S.D. dependent var 0.036514 S.E. of regression 0.032042 Akaike info criterion -3.746007 Sum squared resid 0.016427 Schwarz criterion -3.175062 Log likelihood 64.44409 F-statistic 1.732964 Durbin-Watson stat 2.165838 Prob(F-statistic) 0.154033 Lampiran 5 : Uji Normalitas

.

Lampiran 6 : Uji Autokolerasi

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 0.539048 Probability 0.591964 Obs*R-squared 1.503465 Probability 0.471549 Test Equation:


(6)

Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 05/14/08 Time: 00:16

Presample missing value lagged residuals set to zero.

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 1.900535 19.20274 0.098972 0.9222

Ln_X1 -0.007288 0.132675 -0.054934 0.9568

Ln_X2 0.073661 0.187447 0.392969 0.6987

Ln_X3 -1.29E-05 3.00E-05 -0.431174 0.6712

Ln_X4 0.206871 1.158469 0.178572 0.8602

Ln_X5 -0.089688 1.244687 -0.072056 0.9433

DUMMY 0.033239 0.282819 0.117528 0.9077

RESID(-1) 0.273443 0.265633 1.029400 0.3162 RESID(-2) 0.026375 0.277304 0.095113 0.9252 R-squared 0.053695 Mean dependent var -2.81E-14

Adjusted R-squared -0.344749 S.D. dependent var 0.173495

S.E. of regression 0.201191 Akaike info criterion -0.114031

Sum squared resid 0.769079 Schwarz criterion 0.314177

Log likelihood 10.59644 F-statistic 0.134762

Durbin-Watson stat 1.880262 Prob(F-statistic) 0.996571