Performa Absorpsi dan Profil Mineral Darah Domba Kembar Lepas Sapih yang Mendapat Kobalt dan Bakteri Rumen Selama Prasapih.

PERFORMA, ABSORPSI DAN PROFIL MINERAL DARAH DOMBA
KEMBAR LEPAS SAPIH YANG MENDAPAT KOBALT DAN
BAKTERI RUMEN SELAMA PRASAPIH

R. SARIPAH RODIAH

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Performa, Absorpsi dan
Profil Mineral Darah Domba Kembar Lepas Sapih yang Mendapat Kobalt dan
Bakteri Rumen Selama Prasapih adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2013
R. Saripah Rodiah
NIM D24090132

ABSTRAK
R. SARIPAH RODIAH. Performa, Absorpsi dan Profil Mineral Darah Domba
Kembar Lepas Sapih yang Mendapat Kobalt dan Bakteri Rumen Selama
Prasapih. Dibimbing oleh TOTO TOHARMAT dan DIDID DIAPARI.
Periode transisi pasca sapih merupakan periode kritis; mikroba rumen anak
domba belum berkembang, pemberian susu dihentikan dan pemberian pakan
diubah dari pakan yang mudah dicerna ke pakan yang sulit dicerna. Namun
performa anak domba dan perkembangan bakteri rumennya selama prasapih dapat
mempengaruhi utilisasi nutrien dan performanya pada periode transisi lepas sapih.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi performa, absorpsi dan profil mineral
di darah (Ca, P, dan Mg) pada anak domba lepas sapih yang diberi Co dan
konsorsium bakteri rumen selama periode prasapih. Sebanyak 8 ekor domba garut
umur 3-4 bulan dengan kisaran bobot badan 9.86±2.02 kg digunakan dalam
penelitian yang sudah dibagi ke dalam dua perlakuan yaitu kontrol dan pasca

pemberian konsorsium bakteri rumen selama periode prasapih (CoBac) dan
dikelompokkan menjadi empat kelompok berdasarkan bobot badan. Hasil
menunjukkan bahwa pemberian Co dan konsorsium bakteri rumen selama periode
prasapih belum dapat mempengaruhi performa, absorpsi mineral dan profil
mineral darah domba saat lepas sapih.
Kata kunci: absorpsi, Co + bakteri rumen, darah, mineral, performa

ABSTRACT
R. SARIPAH RODIAH. Performance , Absorption and Blood Mineral Profile in
Post-weaning Twin Lamb Offered Cobalt and Rumen Bacteria During Preweaning. Supervised by TOTO TOHARMAT and DIDID DIAPARI.
The transition period at post-weaning is a crucial period; the microbial
rumen of lamb is not developed yet, milk diet has been removed and the feeding
regime is changed. However, growth performance and rumen bacteria in preweaning period affects the growth and nutrient utilization of weaned lamb. The
study was designed to evaluate the performance, the absorption and the blood
mineral profile (Ca, P, and Mg) in post-weaning lamb offered Co and rumen
bacteria consortium previously in the pre-weaning period. Three-four months old
of 8 garut sheep with initial body of 9.86±2.02 kg were divided into two
treatments groups of control and the post administration of rumen bacteria
consortium (CoBac) groups. Results showed that administration of Co and rumen
bacteria consortium during pre-weaning period had no effect on performance,

mineral absorption and blood mineral profile in post-weaning. It is concluded that
administration of Co and rumen bacteria consortium during pre-weaning period of
lamb did not improve the performance and nutrient utilization during transition
period.
Key words: absorption, blood, mineral, performance, Co + rumen bacteria

PERFORMA, ABSORPSI DAN PROFIL MINERAL DARAH DOMBA
KEMBAR LEPAS SAPIH YANG MENDAPAT KOBALT DAN
BAKTERI RUMEN SELAMA PRASAPIH

R. SARIPAH RODIAH

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan
pada
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

METODE

2


Lokasi dan Waktu

2

Bahan

2

Alat

2

Prosedur

3

Rancangan Percobaan dan Analisis Data

4


HASIL DAN PEMBAHASAN

5

Respon Fisiologis

5

Pertambahan Bobot Badan Harian

6

Konsumsi dan Absorpsi Mineral

8

Status Mineral Darah

9


Hubungan Konsumsi Mineral dengan PBBH, Absorpsi dan Statusnya di
Darah
10
SIMPULAN DAN SARAN

11

Simpulan

11

Saran

12

DAFTAR PUSTAKA

12


LAMPIRAN

14

RIWAYAT HIDUP

15

UCAPAN TERIMA KASIH

15

vi

DAFTAR TABEL
1 Proporsi bahan pakan dan nutrien serta komposisi nutrien ransum
domba lepas sapih
2 Suhu rektal dan laju respirasi pada domba kembar lepas sapih kontrol
dan CoBac
3 Konsumsi dan absorpsi mineral pada domba lepas sapih kontrol dan

CoBac
4 Kadar mineral darah pada domba lepas sapih kontrol dan CoBac
5 Korelasi dan regresi konsumsi Ca, P dan Mg dengan bobot badan,
absorpsi dan status Ca, P dan Mg di darah pada domba lahir kembar
lepas sapih

3
6
8
10

11

DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil uji-t suhu rektal dan laju respirasi
2 Konsumsi Ca, P dan Mg berdasarkan konsumsi konsentrat dan hijauan
pada domba lepas sapih kontrol dan CoBac
3 Hasil uji-t konsumsi, ekskresi dan absorpsi Ca, P dan Mg
4 Hasil uji-t kandungan Ca, P dan Mg darah


14
14
14
14

PENDAHULUAN
Anak domba kelahiran kembar cenderung memiliki bobot lahir yang rendah,
kekurangan nutrien dan sulit mengatur suhu tubuh. Hal ini menyebabkan anak
domba menjadi lebih sulit menyesuaikan diri terhadap temperatur lingkungan dan
lebih rentan terhadap infeksi (Dwyer 2008). Permasalahan-permasalahan tersebut
menyebabkan tingginya angka kematian pada anak domba, khususnya pada anak
domba kembar yang dibesarkan tanpa induk. Adiati dan Subandriyo (2007)
melaporkan, tingkat kematian anak domba semakin meningkat seiring dengan
meningkatnya jumlah anak yang dilahirkan. Tingkat kematian terbesar terjadi
pada anak yang dilahirkan lebih dari 2 ekor sebesar 31%, kembar 2 sebesar 13.8%
dan kelahiran tunggal sebesar 10.3%. Umur kritis anak domba garut adalah sejak
lahir hingga umur 3 hari dengan tingkat kematian 41.4% terutama untuk kelahiran
diatas 2 ekor. Periode peralihan dari periode prasapih ke periode lepas sapih
merupakan periode kritis bagi anak domba karena pada periode tersebut mikroba
rumen belum berkembang dan pemberian susu sudah dihentikan. Pakan yang

diberikan mengalami perubahan, anak domba mulai diperkenalkan pakan hijauan
yang yang sulit dicerna. Kecukupan nutrien, perkembangan mikroba rumen dan
performa pada saat prasapih akan sangat mempengaruhi utilisasi nutrien dan
performa anak domba pada saat lepas sapih.
Mineral merupakan salah satu nutrien yang penting bagi domba. Mineral
dibutuhkan untuk pembentukan jaringan seperti tulang, rambut, sel-sel darah,
pembentukan hemoglobin, aktivitas otot, dan mengatur transpor zat-zat makanan
pada ternak. Kebutuhan mineral terutama mineral makro pada domba tergantung
pada jenis dan tingkat produksi, bangsa, proses adaptasi, tingkat konsumsi,
interaksi antar mineral dan zat makanan lainnya. Mineral makro adalah mineral
yang dibutuhkan dalam jumlah besar (lebih dari 100 mg hari-1) diantaranya Ca, P
dan Mg (Parakkasi 1999; McDowell 2003). Mineral Ca, P dan Mg penting dalam
memasuki masa pertumbuhan untuk pembentukan tulang dan gigi pada anak
domba, sehingga perlu adanya penanganan khusus saat prasapih agar diperoleh
performa yang baik pada saat memasuki masa lepas sapih, salah satunya dengan
perbaikan nutrisi. Menurut Toharmat et al. (2007) utilisasi mineral ransum oleh
kambing dipengaruhi oleh jenis pakan sumber serat dan kecernaan seratnya.
Bakteri rumen berperan penting dalam memanfaatkan nutrien pakan khususnya
serat melalui proses fermentasi di dalam rumen dan Co juga berperan dalam
memperbaiki kecernaan serat kasar (Arora 1989).
Ternak prasapih memiliki rumen yang belum berkembang, sehingga
suplementasi dengan Co dan konsorsium bakteri rumen diharapkan dapat
mempercepat perkembangan rumen. Suplementasi tersebut dapat mempercepat
periode lepas sapih berupa tingginya pertambahan bobot badan dan peningkatan
imunitas (Rusmana et al. 2002; Tiffany et al. 2005). Suplementasi Co dan
konsorsium bakteri rumen pada saat prasapih akan mampu mensintesis vitamin
B12 yang penting dalam metabolisme energi (McDowell 2003). Hal tersebut
diharapkan akan dapat meningkatkan deposit Co dan vitamin B12 sehingga
memperbaiki performa anak domba kembar periode kritis awal lepas sapih. Anak
domba yang mendapat Co dan konsorsium bakteri rumen selama periode prasapih
diharapkan memiliki perbedaan perkembangan bakteri lebih baik dibandingkan

2

dengan anak domba yang tidak mendapat Co dan konsorsium bakteri rumen.
Kondisi tersebut diharapkan juga bahwa dengan bakteri yang berkembang lebih
baik dapat memfasilitasi perkembangan bakteri-bakteri lain yang menguntungkan,
sehingga dapat meningkatkan kecernaan komponen pakan dan membantu
meningkatkan ketersediaan mineral serta absorpsinya pada saat periode lepas
sapih. Prihantoro et al. (2012) menyatakan bakteri pencerna serat (BPS) mampu
mempercepat peningkatan perkembangan bakteri rumen, memperbaiki konsumsi
ransum dan memperbaiki absorpsi serta status beberapa mineral pada pedet.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi performa dan absorpsi
mineral Ca, P dan Mg serta profilnya dalam darah pada domba lepas sapih yang
mendapat Co dan konsorsium bakteri rumen selama periode prasapih.

METODE
Lokasi dan Waktu
Pemeliharaan domba dilaksanakan di Laboratorium Lapang Kandang A
dan analisis sampel dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi Ternak Perah,
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan dan
Laboratorium Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut
Pertanian Bogor. Penelitian berlangsung selama 4 bulan dimulai dari bulan
Desember 2012 sampai dengan bulan Maret 2013.

Bahan
Penelitian ini menggunakan 8 ekor domba garut kelahiran kembar yang
dibesarkan tanpa induk. Selama pembesaran periode prasapih, anak domba diberi
susu sapi dan konsentrat pemula hingga disapih pada umur 3-4 bulan. Pada saat
disapih anak domba mempunyai kisaran bobot badan 9.86±2.02 kg dan segera
digunakan dalam penelitian. Domba dibagi ke dalam dua perlakuan sesuai dengan
perlakuan saat prasapih dan empat kelompok berdasarkan rataan bobot badan.
Pakan yang digunakan selama penelitian adalah rumput lapangan dan konsentrat.
Konsentrat terdiri atas jagung halus, bungkil kedelai, bungkil kelapa dan onggok.
Bahan pakan penyusun konsentrat diperoleh dari PT. Indofeed Bogor.
Perbandingan pemberian rumput lapang dan konsentrat sebesar 30 : 70, formulasi
ransum kebutuhannya mengacu pada NRC (2007). Ransum dan air minum
diberikan secara ad libitum. Proporsi bahan pakan dan nutrien serta komposisi
nutrien ransum domba lepas sapih dapat dilihat pada Tabel 1.

Alat
Kandang yang digunakan adalah kandang metabolis sebanyak 8 buah yang
terbuat dari bambu dengan ukuran 123 x 55 x 128 cm. Area kandang dilengkapi
dengan dua buah lampu neon untuk penerangan, satu buah termometer ruang
untuk mengukur suhu dan kelembaban kandang, satu buah timbangan gantung

3

Five Goat untuk menimbang ternak, timbangan analog dan digital untuk
menimbang pakan. Setiap kandang dilengkapi dengan dua buah ember plastik
masing-masing untuk tempat air minum dan konsentrat, serta satu buah bak pastik
untuk tempat rumput. Seperangkat alat penampung feses, peralatan pengambilan
darah; tabung berheparin, spoit, vakum, kapas yang sudah dibasahi dengan
alkohol, dan termos es, termometer tubuh, stopwatch, Atomic Absorption
Spectrophotometer (AAS) merk Shimadzu tipe 7000 dan spektrofotometer LW200 untuk analisa mineral di bahan pakan, darah dan feses.
Tabel 1 Proporsi bahan pakan dan nutrien serta komposisi nutrien ransum domba
lepas sapiha
Rumput
lapangan
Proporsi
Bahan (%)
BK

Jagung Bungkil
halus kelapa

Onggok

Bungkil
kedelai

Total

30.00

29.00

7.00

16.00

18.00

100.00

7.69

25.64

6.50

13.76

15.85

69.44

0.46
1.60
0.80
0.83
3.31

0.16
0.37
1.96
0.18
13.33

1.22
8.39
0.57
0.28
7.54

5.24
17.54
11.29
3.29
62.63

Nutrien:

Abu
PK
SK
LK
BETN

3.13
4.35
7.59
0.73
14.21

0.29
2.83
0.37
1.27
24.24

Total

100.00
b

TDN
Ca
P
Mg

17.320
0.032
0.002
0.021

24.77
0.002
0.001
0.005

5.970
0.000
0.000
0.001

9.340
0.001
0.000
0.003

17.070
0.013
0.008
0.003

74.490
0.049
0.011
0.035

a

Hasil analisis proksimat di Laboratorium PAU (2013) dan analisis mineral di Laboratorium
Nutrisi Ternak Perah dan Lab. Kimia IPB (2013); bPerhitungan menurut Hartadi et al. (1980) =
37.937 - (1.018 x SK) - (4.886 x LK) + (0.173 x BetaN) + (1.042 x PK)+(0.015 x (SK x SK)) (0.058 x (LK x LK)) + (0.008 x SK x BetaN) + (0.119 x LK x BetaN) + (0.038 x LK x PK) +
(0.003 x (LK x LK) x PK))

Prosedur
Periode penelitian lepas sapih terbagi menjadi dua minggu masa adaptasi,
lima minggu masa pengamatan termasuk di dalamnya dua minggu masa kolekting.
Penyapihan dilakukan ketika bobot badan domba mencapai 10 kg. Konsentrat
mulai diberikan pada pukul 07.30 dan 14.00, sedangkan rumput diberikan pada
pukul 11.00 dan 16.00. Sisa ransum dihitung dari ransum yang tersisa di dalam
tempat pakan dan yang tercecer di kandang. Apabila ransum tidak bersisa, maka
pemberian akan ditambahkan sebanyak 10% as fed dari jumlah ransum yang
diberikan sebelumnya. Penimbangan bobot badan anak domba dilakukan pertama
kali sebelum memulai penelitian untuk mengetahui bobot badan awal yang
selanjutnya digunakan untuk pengelompokkan. Penimbangan tahap selanjutnya
dilakukan setiap minggu untuk mengetahui pertambahan bobot badan harian anak
domba. Suhu dan kelembaban kandang diukur dengan termometer bola basah bola
kering setiap pagi dan sore hari.

4

Tahap pengumpulan ransum dan feses dilakukan selama 7 hari. Sisa
ransum ditimbang dan diambil sampel sebanyak 10%-20% dari berat total, begitu
pun dengan feses yang tertampung ditimbang bobot totalnya dan diambil sampel
sebanyak 50% dari bobot total. Pengambilan darah pada masing-masing ternak
dilakukan pada hari ke-2 setelah pengumpulan feses. Pengambilan darah
dilakukan pukul 11.00 atau empat jam setelah anak domba diberi konsentrat dan
rumput. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar absorpsi mineral pada ransum dapat
terekam di darah. Pengambilan darah berupa whole blood dilakukan pada bagian
vena jugularis menggunakan spoit, lalu dimasukkan ke dalam tabung dan
dimasukkan ke dalam termos es, selanjutnya dianalisa konsentrasi mineral makro
(Ca, P dan Mg) darah di laboratorium. Respon fisiologis ternak berupa suhu rektal
dan laju respirasi yang diukur sebanyak enam titik setiap pukul 14.00.
Kandungan mineral Ca dan Mg ransum, feses dan darah diukur
menggunakan AAS dan kandungan mineral P diukur
menggunakan
spektrofotometer. Sampel terlebih dahulu dipreparasi dengan metode wet ashing
(Restz et al. 1960). Sampel feses dan ransum ditimbang sebanyak ±1 g,
sedangkan darah ditimbang sebanyak ±9 g, selanjutnya dimasukkan ke dalam
erlenmeyer 125 ml, ditambahkan HNO3 pekat ±5 ml sampai sampel terendam
seluruhnya, dibiarkan selama ±1 jam di dalam ruang asam, kemudian dipanaskan
selama 4 sampai dengan 6 jam di atas hot plate, setelah itu didinginkan, larutan
yang telah dingin ditambahkan 0.4 ml H2SO4 pekat dan dipanaskan kembali.
Setelah warna larutan menjadi coklat, diteteskan larutan HClO 4: HNO3 (2:1)
hingga larutan berubah menjadi warna kuning muda, selanjutnya sampel
dipanaskan kembali selama 15 menit, lalu ditambahkan 0.6 ml HCl pekat dan 2 ml
aquadest bersamaan, dipanaskan kembali sampai larut dan didinginkan. Larutan
yang sudah dingin disaring dengan kertas saring ke dalam labu takar 100 ml,
selanjutnya untuk mengukur mineral Ca dan Mg, sampel hasil wet ashing
sebanyak 0.1 ml sampai dengan 0.5 ml ditambahkan dengan 0.05 ml larutan
Cl3La.7H2O. Kadar mineral ditentukan dengan mengukur absorbansinya
menggunakan AAS dengan panjang gelombang yang disesuaikan dengan mineral
yang akan dibaca.
Khusus untuk mengukur mineral P, sebelum diukur dengan
spektrofotometer terlebih dahulu dibuat larutan standar P (0,2,3,4, dan 5 ppm),
selanjutnya larutan standar dan sampel hasil wet ashing ditambahkan larutan C
sebanyak 2 ml dan aquadest sampai volume akhir 5 ml. Larutan C dibuat dari 10
ml larutan B ((NH4)6Mo7O24.4H2O 10%) ditambahkan dengan 60 ml aquadest
dan 5 gram FeSO4.7H2O sampai mencapai 100 ml dengan menambah aquadest,
lalu divortex ±15 detik. Terakhir sampel dibaca pada spektrofotometer dengan
panjang gelombang 660 nm.

Rancangan Percobaan dan Analisis Data
Perlakuan
Perlakuan pada penelitian lepas sapih didasarkan pada perlakuan selama
periode prasapih. Penelitian lepas sapih menggunakan 2 perlakuan dan 4 ulangan.
Perlakuan adalah kontrol (ransum basal selama periode prasapih) dan CoBac
(ransum basal + 1 mg kg-1 BK Co + 15 ml konsorsium bakteri rumen yang

5

diberikan selama periode prasapih) dan ulangan berupa pengelompokkan
berdasarkan rataan bobot badan domba saat disapih. Kandungan Co pada ransum
basal yang diberikan pada anak domba prasapih adalah 1.47 mg kg-1 BK dan
konsentrasi bakteri sebanyak 8.295x1010 CFU dari 15 ml konsorsium bakteri
rumen.
Konsorsium bakteri rumen yang digunakan pada periode prasapih
merupakan campuran dari 6 isolat bakteri rumen yang ditumbuhkan pada media
Brain Heart Infusion (BHI) dan diinkubasi selama 6 jam. Konsorsium bakteri
rumen berasal dari koleksi Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Perah, Fakultas
Peternakan, IPB. CoBac diberikan pada pagi hari setelah pemberian susu.
Model Matematik
Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK).
Model matematik dari rancangan adalah sebagai berikut:
Yij = µ + αi + βj + εij
Keterangan:
Yij
µ
αi
βj
εij

= Nilai pengamatan pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j
= Rataan umum pengamatan
= Efek perlakuan ke-i (i = kontrol dan CoBac)
= Efek kelompok ke-j (j = 1, 2, 3, dan 4)
= Eror perlakuan ke-i dan kelompok ke-j

Peubah
Peubah yang diamati adalah respon fisiologis ternak; respirasi dan suhu
rektal, Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH), konsumsi, absorpsi, serta kadar
mineral Ca, P dan Mg di darah. Absorpsi mineral dihitung dari selisih mineral
yang dikonsumsi dengan mineral yang diekskresikan melalui feses.
Analisis Data
Data yang telah diperoleh dianalisis statistik dengan uji-t dan analisis regresi
(Steel dan Torrie 1993). Variabel yang diuji pada analisis regresi adalah hubungan
konsumsi Ca, P dan Mg dengan bobot badan, hubungan konsumsi Ca, P dan Mg
dengan absorpsinya dan hubungan konsumsi Ca, P dan Mg dengan konsentrasinya
di darah.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Respon Fisiologis
Suhu rektal dan laju repirasi domba pada siang hari disajikan dalam Tabel
2. Pada kedua perlakuan tidak berbeda nyata terhadap suhu rektal dan laju
respirasi pada domba kembar lepas sapih. Suhu rektal domba masih dalam
keadaan normal menurut Smith dan Mangkuwidjojo (1988), yaitu berkisar antara
38.2-40 oC, sedangkan nilai laju respirasi berada di atas rata-rata kisaran normal
ternak domba yang berkisar antara 15-25 hembusan nafas menit -1, akan tetapi
rata-rata laju respirasi sudah sesuai dengan laju respirasi ternak domba pada siang
hari menurut Ananda (2009) berkisar antara 65-88 hembusan nafas menit -1. Laju

6

respirasi yang tinggi dapat disebabkan oleh aktifitas domba yang lebih aktif dan
temperatur lingkungan yang tinggi pada siang hari. Pada temperatur lingkungan
yang tinggi, ternak akan berupaya mengimbangi suhu tubuhnya dengan
temperatur lingkungan atau termogulasi melalui pelepasan panas salah satunya
dengan cara panting (terengah-engah). Pemberian Co dan konsorsium bakteri
rumen pada periode prasapih tidak berpengaruh terhadap kondisi fisiologis ketika
domba memasuki periode lepas sapih. Hal tersebut membuktikan bahwa, tidak
adanya perubahan laju metabolisme di dalam tubuh yang disebabkan oleh
penambahan Co dan konsorsium bakteri rumen dalam ransum. Perlakuan juga
tidak menimbulkan dampak buruk terhadap kesehatan domba, hal ini berarti
konsorsium bakteri rumen yang sudah diberikan tidak bersifat patogen. Hadziq
(2011) menyatakan bahwa, inokulasi bakteri pencerna serat yang berasal dari
rumen kerbau berpotensi memperbaiki kondisi fisiologis dan meningkatkan
kemampuan pedet untuk beradaptasi dengan lingkungan. Selain itu, respon
fisiologis ternak juga ditentukan oleh kecukupan mineral makro yang berperan
penting dalam aktivitas fisiologis, baik untuk pertumbuhan maupu pemeliharaan
kesehatan (Darmono 2007). Menurut McDowell (1985) unsur mineral makro
berupa Ca, P, Mg, Na dan K berperan penting dalam aktivitas fisiologis dan
metabolisme tubuh ternak. Kebutuhan mineral Ca, P dan Mg domba lepas sapih
pada penelitian ini sudah tercukupi dari konsumsi ransum setiap harinya.
Tabel 2 Suhu rektal dan laju respirasi pada domba kembar lepas sapih kontrol dan
CoBac
Peubah
Suhu rektal (oC)
Laju respirasi (hembusan nafas
menit -1)

Nilai Normala
38.2-40
15-25

Kontrol
39.28 ± 0.32
84.49 ± 2.61

CoBac
39.56 ± 0.25
82.64 ±10.80

Sumber: aSmith dan Mangkuwidjojo (1988)

Suhu dan kelembaban kandang selama penelitian pada pagi hari masingmasing berkisar antara 25.20±0.70 oC dan 90±0.57%, sedangkan pada sore hari
suhu dan kelembaban kandang masing-masing berkisar antara 27.52±0.91 oC dan
86.78±6.11%. Suhu dan kelembaban kandang dapat mempengaruhi performa dan
respon fisiologis domba. Menurut Ananda (2009), ketika suhu lingkungan terlalu
tinggi dikhawatirkan domba akan mengalami stress dan jika suhu lingkungan
terlalu rendah domba akan mengalami hipotermia. Kondisi ini dapat menimbulkan
efek buruk terhadap konsumsi pakan dan kesehatan anak domba. Menurut Yousef
(1985) suhu ideal kandang untuk domba selama pemeliharaan antara 22 oC sampai
31 oC. Hal ini berarti bahwa domba penelitian berada pada kondisi lingkungan
optimum dan tidak mengganggu respon fisiologis dan konsumsi pakan anak
domba.

Pertambahan Bobot Badan Harian
Pertambahan bobot badan harian merupakan hal yang penting pada anak
domba dalam menentukan kecukupan kebutuhan nutriennya selama pemeliharaan.
Pertambahan bobot badan berpotensi lebih baik jika dibandingkan dengan
penelitian Ilham (2008) yang PBBH domba lepas sapihnya mencapai 26.12-40.29

7

g hari-1 dan penelitian Harun (2012) dengan PBBH domba kembar dua lepas sapih
nya pada hari ke 60-90 yang dibesarkan dengan induk sebesar 57.12 g hari-1,
sedangkan pada domba yang mendapat milk replacer PBBH mencapai 67.27 g
hari-1, dalam kajian ini PBBH mencapai 30-110 g hari-1. Tersaji dalam Gambar 1.
Terjadi penurunan pertambahan bobot badan harian pada satu setengah minggu
pertama. Penurunan terjadi karena domba dalam kondisi stres setelah melewati
masa penyapihan, kekurangan nutrien dan rumen belum berkembang. Proses
penyapihan mengakibatkan penurunan konsumsi nutrien dan kemampuan
mencerna komponen pakan baik berupa konsentrat maupun hijauan yang belum
optimal disebabkan oleh adaptasi dari bakteri rumen yang belum bekerja dengan
baik, sehingga perlu nutrien pakan yang lebih baik untuk mencapai pertambahan
bobot badan yang optimal. NRC (2007) mencantumkan standar pertambahan
bobot badan domba sebesar 200-250 g ekor-1 hari-1 pada domba dengan bobot
badan 10 kg-20 kg dengan konsumsi BK sebesar 5% bobot badan.

Pertambahan Bobot Badan (g hari-1)

130
110
90
70
50
30

10
-10
-30

1

2

3

4

5

6

7

Pengamatan Minggu Ke-

Gambar 1 Pertambahan bobot badan harian domba kontrol dan CoBac
domba lepas sapih. —■— Kontrol dan —▲— CoBac
Pertambahan bobot badan harian domba lepas sapih baik pada domba
kontrol maupun CoBac tidak menunjukkan perbedaan nyata. Hal ini
mengindikasikan bahwa Co dan konsorsium bakteri rumen yang diberikan pada
domba saat periode prasapih tidak mencukupi kebutuhan saat memasuki periode
lepas sapih, didukung dengan penelitian sebelumnya Adelina (2013) menyatakan
bahwa, konsorsium dan bakteri rumen yang diberikan pada anak domba prasapih
belum mampu memanfaatkan Co untuk mensintesis vitamin B12 dalam jumlah
yang cukup untuk proses glukoneogenesis.
McDowell (2003) dan Tiffany et al. (2003) menyatakan, selama sintesis
vitamin B12, bakteri rumen memerlukan Co untuk pembentukan struktur cincin
corrin. Vitamin B12 merupakan kofaktor untuk enzim methylmalonil–CoA
mutase dan methionine synthase, masing-masing enzim tersebut mempunyai

8

peran penting dalam proses glukoneogenesis dan sintesis metionin. Melalui
proses glukoneogenesis, propionat akan disintesis menjadi glukosa yang
merupakan sumber energi bagi ruminansia serta berperan penting dalam
pertambahan bobot badan.

Konsumsi dan Absorpsi Mineral
Konsumsi dan absorpsi mineral dapat dilihat pada Tabel 3. Konsumsi Ca, P
dan Mg pada domba CoBac tidak menunjukkan perbedaan dengan konsumsi
mineral Ca, P, dan Mg pada ternak kontrol.
Tabel 3 Konsumsi dan absorpsi mineral pada domba lepas sapih kontrol dan
CoBac
Perlakuan

Peubah
Konsumsi Mineral (g ekor-1hari-1)
Ca
P
Mg
Ekskresi Mineral (g ekor-1hari-1)
Ca
P
Mg
Absorpsi Mineral (g ekor-1hari-1)
Ca
P
Mg
Absorpsi Mineral (%)
Ca
P
Mg

Kontrol

CoBac

4.48±1.12
12.49±3.11
12.40±3.31

4.07±1.21
10.74±3.25
14.22±4.09

0.07±0.01
0.62±0.29
0.04±0.02

0.10±0.04
0.56±0.23
0.04±0.02

4.41±1.11
11.88±2.86
12.37±3.29

3.97±1.17
10.18±3.07
14.19±4.08

98.53±0.16a
95.24±1.61
99.72±0.13

97.66±0.49b
94.75±1.16
99.74±0.04

Keterangan: huruf yang berbeda pada baris yang sama memperlihatkan perbedaan (P