BAB III B
K ENTUK PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI TINDAK PIDANA
ORUPSI
Perlind
lindungan saksi dan tata cara perlindungan saksi dalam proses eradilan pidana.
korban disebabkan adanya ancaman, baik fisik aupun
ungan Hukum Terhadap Saksi Pelapor Tindak Pidana Korupsi
Pelaksanaan perlindungan saksi tidak terlepas dengan beberapa persoalan yakni; penegakan hukum perlindungan saksi, kapan dilakukan perlindungan saksi,
bentuk-bentuk per p
Penegakan Hukum Perlindungan Saksi Salah satu alat bukti yang sah dalam proses peradilan pidana adalah
keterangan saksi danatau korban yang mendengar, melihat, atau mengalami sendiri terjadinya suatu tindak pidana dalam upaya mencari dan menemukan
kejelasan tentang tindak pidana yang dilakukan oleh pelaku tindak pidana; Penegak hukum dalam mencari dan menemukan kejelasan tentang tindak pidana
yang dilakukan oleh pelaku tindak pidana sering mengalami kesulitan karena tidak dapat menghadirkan saksi danatau
m psikis dari pihak tertentu.
Sehubungan dengan hal tersebut, perlu dilakukan perlindungan bagi saksi danatau korban yang sangat penting keberadaannya dalam proses peradilan
pidana. Kesaksian memang dibutuhkan dalam setiap pengadilan pidana, termasuk pengadilan militer. Saksi yang dimintai keterangan dalam penyidikan maupun
persidangan, pada dasarnya sangat membantu berjalannya rangkaian proses
32
Universitas Sumatera Utara
peradilan. Apalagi hasil yang diharapkan dari proses pengumpulan keterangan saksi u
Undang-undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang
n integral dalam rangka menjag
an hukum sebagai payung hukum bagi pa
ntuk memastikan peradilan yang jujur fair trial.
33
Dalam penegakan perlindungan saksi khususnya perlindungan hukum bagi saksi itu sendiri saat ini telah diatur oleh
Perlindungan Saksi dan Korban. Sebuah Undang-undang Perlindungan Saksi dan Korban yang berlaku
efektif, yang dibentuk atas dasar upaya tulus untuk mengatasi permasalahan seperti pelanggaran hak asasi manusia, adalah satu kesatua
a berfungsinya sistem peradilan pidana terpadu. Saksi dan Korban yang disahkan pada tanggal 11 Agustus 2006, diharapkan
akan menolong negara ini keluar dari persoalan-persoalan hukum yang berkepanjangan seperti sulitnya memberantas korupsi, kekerasan dalam rumah
tangga, kekerasan terhadap perempuan dan belum lagi tentang perlindungan hukum yang hanya mampu menyentuh bagi kalangan konglomerat, pejabat, dan
lain sebagainya. Sehingga diperlukan perlindung ra saksi dan korban di masa mendatang.
Undang-undang Perlindungan Saksi dan Korban, merupakan salah satu jawaban dari persoalan di atas. Perlindungan terhadap saksi dan korban harus
diberikan bila menginginkan proses hukum berjalan benar dan keadilan ditegakkan. Hal ini dapat diperhatikan bahwa adanya fakta menunjukkan, banyak
kasus-kasus pidana maupun pelanggaran Hak Asasi Manusia yang tidak terungkap dan tidak terselesaikan disebabkan adanya ancaman baik fisik atau psikis maupun
33
Koalisi Perlindungan Saksi, Perlindungan Saksi Alas Tlogo Jakarta, 9 Januari 2007 Sabtu, 09 Juni 2007
Universitas Sumatera Utara
upaya kriminalisasi terhadap saksi dan korban ataupun keluarganya yang membuat at takut memberi kesaksian kepada penegak
ukum. Syarat
korban tindak pidana diberikan dengan mempertimbangkan syarat sebagai
Rekam Korban menyatakan
Sak permohonan secara tertulis
Lem ngan Saksi dan Korban segera melakukan pemeriksaan terhadap
Kep tertulis
paling lambat 7 tujuh hari sejak permohonan perlindungan diajukan. masyarak
h
dan Tata Cara Perlindungan Saksi Menurut Pasal 28 Undang-undang Perlindungan Saksi dan Korban, bahwa
perjanjian perlindungan Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban terhadap saksi danatau
berikut: Sifat pentingnya keterangan saksi danatau korban.
Tingkat ancaman yang membahayakan saksi danatau korban. Hasil analisis tim medis atau psikolog terhadap saksi danatau korban.
jejak kejahatan yang pernah dilakukan oleh saksi danatau korban. Pasal 29 Undang-undang Perlindungan Saksi dan
bahwa Tata cara memperoleh perlindungan sebagai berikut: si danatau korban yang bersangkutan, baik atas inisiatif sendiri maupun atas
permintaan pejabat yang berwenang, mengajukan kepada Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban.
baga Perlindu permohonan.
utusan Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban diberikan secara
Universitas Sumatera Utara
Bagi saksi danatau korban yang menghendaki perlindungan dari Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban, saksi danatau korban baik atas inisiatif sendiri
maupun atas permintaan pejabat yang berwenang, mengajukan permohonan secara tertulis
esediaan mengikuti syarat dan ketentuan perlindungan saksi
saksi danatau korban untuk memberikan kesaksian dalam proses
anatau korban untuk menaati aturan yang berkenaan dengan
a ia berada dalam perlindungan Lembaga Perlindungan Saksi
annya di bawah perlindungan Lembaga Perlindungan
ain yang dianggap perlu oleh Lembaga Perlindungan Saksi dan Kor
kepada Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban. Undang-undang Perlindungan Saksi dan Korban lebih kongkrit
menegaskan bahwa dalam hal Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban menerima permohonan saksi danatau korban, saksi danatau korban menandatangani
pernyataan kesediaan mengikuti syarat dan ketentuan perlindungan saksi dan korban. Pernyataan k
dan korban memuat: a.
Kesediaan peradilan.
b. Kesediaan saksi d
keselamatannya. c.
Kesediaan saksi danatau korban untuk tidak berhubungan dengan cara apa pun dengan orang lain selain atas persetujuan Lembaga Perlindungan Saksi dan
Korban, selam dan Korban.
d. Kewajiban saksi danatau korban untuk tidak memberitahukan kepada siapa
pun mengenai keberada Saksi dan Korban, dan
e. Hal-hal l
ban.
Universitas Sumatera Utara
Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban mempunyai kewajiban memberikan perlindungan sepenuhnya kepada saksi danatau korban, termasuk
keluarganya, sejak ditandatanganinya pernyataan kesediaan mengikuti persyaratan tersebut dalam Pasal 30. Perlindungan atas keamanan saksi danatau korban hanya
dapat diberhentikan berdasarkan alasan-alasan seperti yang tercantum dalam Pasal
terhadapnya dihentikan
danatau korban berdasarkan atas permintaan pejabat yang
korban melanggar ketentuan sebagaimana tertulis dalam
lagi memerlukan perlindungan berdasarkan bukti-bukti yang mey
32 yaitu: a.
Saksi danatau korban meminta agar perlindungan dalam hal permohonan diajukan atas inisiatif sendiri.
b. Atas permintaan pejabat yang berwenang dalam hal permintaan perlindungan
terhadap saksi bersangkutan.
c. Saksi danatau
perjanjian; atau d.
Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban berpendapat bahwa saksi danatau korban tidak
akinkan. Penghentian perlindungan keamanan seorang saksi danatau korban harus
dilakukan secara tertulis. Undang-undang Perlindungan Saksi dan Korban juga mengatur mengenai bantuan bagi saksi atau korban sebagaimana diatur dalam
Pasal 33 sampai dengan Pasal 36 sebagaimana penulis jelaskan sebagai berikut ini. Bantuan diberikan kepada seorang saksi danatau korban atas permintaan tertulis
dari yang bersangkutan ataupun orang yang mewakilinya kepada Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban dan menentukan kelayakan diberikannya bantuan
Universitas Sumatera Utara
kepada saksi danatau korban. Dalam hal saksi danatau korban layak diberi bantuan, Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban menentukan jangka waktu dan
besaran
Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban sesuai dengan etentuan yang berlaku.
Lem ng
Terkait Dalam Perlindungan Saksi Pelapor Tindak Pidana Kor
biaya yang diperlukan. Ketentuan lebih lanjut mengenai kelayakan serta jangka waktu dan besaran
biaya diatur dalam Peraturan Pemerintah. Keputusan Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban mengenai pemberian bantuan kepada saksi danatau korban harus
diberitahukan secara tertulis kepada yang bersangkutan dalam waktu paling lambat 7 tujuh hari kerja sejak diterimanya permintaan tersebut. Dalam melaksanakan
pemberian perlindungan dan bantuan, Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban dapat bekerja sama dengan instansi terkait yang berwenang dan melaksanakan
perlindungan dan bantuan, instansi terkait sesuai dengan kewenangannya wajib melaksanakan keputusan
k
baga Ya
upsi
Undang-undang Perlindungan Saksi dan Korban ini juga melahirkan lembaga baru sebagimana ditentukan dalam Pasal 1 angka 3 yaitu Lembaga
Perlindungan Saksi dan Korban yang merupakan lembaga yang bertugas dan berwenang untuk memberikan perlindungan dan hak-hak lain kepada saksi
danatau korban sebagaimana diatur dalam Undang--undang ini. Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban, merupakan lembaga yang mandiri dalam arti
lembaga yang independent, tanpa campur tangan dari pihak manapun. Lembaga
Universitas Sumatera Utara
Perlindungan Saksi dan Korban juga berkedudukan di Ibu kota Negara Republik Indone
ban kepada Dewan Perwak
bali dalam j
dan Korban diatur dengan Peraturan Lembaga Perlindungan Saksi d
sia dan mempunyai perwakilan di daerah sesuai dengan keperluan. Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban bertanggung jawab untuk
menangani pemberian perlindungan dan bantuan pada saksi dan korban berdasarkan tugas dan kewenangannya, dan bertanggung jawab kepada Presiden.
Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban membuat laporan secara berkala tentang pelaksanaan tugas Lembaga Perlindungan Saksi dan Kor
ilan Rakyat paling sedikit sekali dalam 1 satu tahun. Anggota Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban terdiri atas 7 tujuh
orang yang berasal dari unsur profesional yang mempunyai pengalaman di bidang pemajuan, pemenuhan, perlindungan, penegakan hukum dan hak asasi manusia,
kepolisian, kejaksaan, Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia, akademisi, advokat, atau lembaga swadaya masyarakat. Masa jabatan anggota Lembaga
Perlindungan Saksi dan Korban adalah 5 lima tahun. Setelah berakhir masa jabatan, anggota Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban dapat dipilih kem
abatan yang sama, hanya untuk 1 satu kali masa jabatan berikutnya. Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban terdiri atas Pimpinan dan
Anggota, Pimpinan Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban terdiri atas Ketua dan Wakil Ketua yang merangkap anggota. Pimpinan Lembaga Perlindungan Saksi
dan Korban dipilih dari dan oleh anggota Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban, ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemilihan Pimpinan Lembaga
Perlindungan Saksi an Korban.
Universitas Sumatera Utara
Masa jabatan Ketua dan Wakil Ketua Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban selama 5 lima tahun dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan
yang sama, hanya untuk 1 satu kali masa jabatan berikutnya. Dalam pelaksanaan tugasnya, Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban dibantu oleh sebuah sekretariat
yang bertugas memberikan pelayanan administrasi bagi kegiatan Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban. Sekretariat Lembaga Perlindungan Saksi dan
Korban dipimpin oleh seorang Sekretaris yang berasal dari Pegawai Negeri Sipil. Sekretaris diangkat dan diberhentikan oleh Menteri Sekretaris Negara. Ketentuan
lebih lanjut mengenai kedudukan, susunan, organisasi, tugas, dan tanggung jawab sekretariat sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diatur dengan Peraturan Presiden.
Peraturan Presiden ditetapkan dalam waktu paling lambat 3 tiga bulan sejak Lemba
si. Panitia seleksi terdiri atas 5 lima orang, dengan
an 2
3 t ga Perlindungan Saksi dan Korban terbentuk.
Sehubungan dengan Undang-undang Perlindungan Saksi dan Korban ini belum ada komponen hukum yang mendukung untuk dilaksanakan, untuk pertama
kali seleksi dan pemilihan anggota Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban dilakukan oleh Presiden, dan dalam melaksanakan seleksi dan pemilihan Presiden
membentuk panitia selek susunan sebagai berikut:
1 2 dua orang berasal dari unsur pemerintah; d
iga orang berasal dari unsur masyarakat. Anggota panitia seleksi tidak dapat dicalonkan sebagai anggota Lembaga
Perlindungan Saksi dan Korban. Susunan panitia seleksi, tata cara pelaksanaan seleksi, dan pemilihan calon anggota Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban
Universitas Sumatera Utara
diatur dengan Peraturan Presiden. Panitia seleksi mengusulkan kepada Presiden sejumla
alon pengganti sebanyak 2 dua kali jumlah calon a
enjadi anggota Lembaga Perlindungan nuhi syarat:
h 21 dua puluh satu orang calon yang telah memenuhi persyaratan. Presiden memilih sebanyak 14 empat belas orang dari sejumlah calon
untuk diajukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat. Dewan Perwakilan Rakyat selanjutnya memilih dan menyetujui 7 tujuh orang. Dewan Perwakilan Rakyat
memberikan persetujuan dalam jangka waktu paling lambat 30 tiga puluh hari terhitung sejak tanggal pengajuan calon anggota Lembaga Perlindungan Saksi dan
Korban diterima. Dalam hal Dewan Perwakilan Rakyat tidak memberikan persetujuan terhadap seorang calon atau lebih yang diajukan oleh Presiden, dalam
jangka waktu paling lambat 30 tiga puluh hari terhitung sejak tanggal diterimanya pengajuan calon anggota Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban,
Dewan Perwakilan Rakyat harus memberitahukan kepada Presiden disertai dengan alasan, dan Presiden mengajukan c
nggota yang tidak disetujui. Dewan Perwakilan Rakyat wajib memberikan persetujuan terhadap calon
pengganti dalam jangka waktu paling lambat 30 tiga puluh hari terhitung sejak tanggal pengajuan calon pengganti diterima. Presiden menetapkan anggota
Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban yang telah memperoleh persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat, dalam jangka waktu paling lambat 30 tiga puluh hari
terhitung sejak tanggal persetujuan diterima Presiden. Anggota Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban diangkat oleh Presiden dengan persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat. Untuk dapat diangkat m Saksi dan Korban harus meme
Universitas Sumatera Utara
1 Warga negara Indonesia.
2 Sehat jasmani dan rohani.
3 Tidak pernah dijatuhi pidana karena melakukan tindak pidana kejahatan yang
un dan paling tinggi 65 enam
i bidang hukum dan hak asasi manusia paling singkat 10
ang tidak tercela; dan 8
Me aga Perlindungan Saksi dan Korban diberhentikan karena:
hir.
dak dapat menjalankan tugas
emandirian dan kredibilitas Lembaga Perlindungan Saksi dan
dak pidana kejahatan yang ancaman ancaman pidananya paling singkat 5 lima tahun.
4 Berusia paling rendah 40 empat puluh tah
puluh lima tahun pada saat proses pemilihan. 5
Berpendidikan paling rendah S 1 strata satu. 6
Berpengalaman d sepuluh tahun.
7 Memiliki integritas dan kepribadian y
miliki nomor pokok wajib pajak. Anggota Lemb
1 Meninggal dunia.
2 Masa tugasnya telah berak
3 Atas permintaan sendiri.
4 Sakit jasmani atau rohani yang mengakibatkan ti
selama 30 tiga puluh hari secara terus menerus. 5
Melakukan perbuatan tercela danatau hal-hal lain yang berdasarkan Keputusan Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban yang bersangkutan harus
diberhentikan karena telah mencemarkan martabat dan reputasi, danatau mengurangi k
Korban; atau 6
Dipidana karena bersalah melakukan tin
Universitas Sumatera Utara
pid
Saksi dan Korban dibebankan kepada nggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
Bentuk
Nomor 13 Tahun 2006 Tentang
1 Seo
a. arga, dan harta
g, atau telah diberikannya. n.
.
gan kasus. engenai putusan pengadilan.
askan.
utuhan.
dimaksud pada ayat 1 diberikan kepada Saksi danatau Korban tindak pidana dalam kasus-kasus tertentu sesuai dengan
ananya paling singkat 5 lima tahun. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengangkatan dan pemberhentian
anggota Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban diatur dengan Peraturan Presiden. Keputusan Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban diambil
berdasarkan musyawarah untuk mufakat, dalam hal keputusan tidak dapat dicapai, keputusan diambil dengan suara terbanyak. Biaya yang diperlukan untuk
pelaksanaan tugas Lembaga Perlindungan A
Perlindungan Hukum Terhadap Saksi Pelapor Tindak Pidana Korupsi
Pasal 5 Undang-Undang Republik Perlindungan Saksi Dan Korban berbunyi:,
rang saksi dan korban berhak Memperoleh perlindungan atas keamanan pribadi, kelu
bendanya, serta bebas dari Ancaman yang berkenaan dengan kesaksian yang akan, sedan
b. Ikut serta dalam proses memilih dan menentukan bentuk perlindungan dan dukungan keamana
c. Memberikan keterangan tanpa tekanan d.
Mendapat penerjema. e.
Bebas dari pertanyaan yang menjerat. f.
Mendapatkan informasi mengenai perkemban g.
Mendapatkan informasi m h.
Mengetahui dalam hal terpidana dibeb i.
Mendapat identitas baru. j.
Mendapatkan tempat kediaman baru. k.
Memperoleh penggantian biaya transportasi sesuai dengan keb l.
Mendapat nasihat hukum; danatau m. memperoleh bantuan biaya hidup sementara sampai batas waktu perlindungan berakhir.
2 Hak sebagaimana
keputusan LPSK. Berdasarkan Pasal 5 di atas maka dapat dilihat bahwa bentuk perlindungan
Universitas Sumatera Utara
hukum terhadap saksi termasuk saksi dalam tindak pidana korupsi adalah suatu bentuk perlindungan yang ditujukan bagi keamanan pribadi saksi itu sendiri,
keluarga dan juga harta bendanya. Dengan adanya tiga objek yang harus diberikan perlindungan hukum kepada seorang saksi tersebut maka bentuk yang dipilih oleh
instansi terkait dalam pelaksanaan perlindungan saksi tersebut diserahkan kepada mbag
indungan hukum kepada seorang saksi termasuk dalam suatu
ungan
nsur dan Elisatris Gultom menjelaskan ada dua model le
a Perlindungan Saksi dan Korban. Dengan adanya ketentuan Pasal 5 Undang-Undang Republik Nomor 13
Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi Dan Korban, maka jelaslah undang- undang tersebut mengatur tentang bentuk yang diberikan dalam kerangka
pelaksanaan perlindungan saksi. Dan dengan telah diaturnya bentuk tersebut dalam suatu peraturan perundang-undangan maka secara jelas pula di dalam prakteknya
telah dilakukan. Artinya disebabkan undang-undang telah menjelaskan tentang bentuk perlindungan saksi maka ketentuan tersebut harus dijalankan dalam rangka
memberikan perl perkara korupsi.
Contoh yang diajukan dalam penelitian ini adalah perlindungan yang diberikan Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban LPSK terhadap Susno Duaji.
LPSK akan menawarkan berbagai bentuk perlindungan bagi Susno.
34
Dengan demikian maka dapat jelas dilihat bahwa pengaturan tentang bentuk perlind
saksi telah ada diatur di dalam undang-undang dan juga telah dipraktekkan. Dikdik M. Arief Ma
34
Viva News.Com, “LPSK: Susno Bisa Ditempatkan di Sebuah Rumah”, http:hileud.comhileudnews
, Diakses tanggal 7 Maret 2011.
Universitas Sumatera Utara
perlindungan saksi yaitu:
35
Pro
adilanpun makin besar karena roses persidangan bisa lama dan tidak sederhana.
. The
ai. Efek lain sulit memantau apakah pelayanan itu 1.
cedural rights model Model ini memungkinkan saksi berperan aktif dalam proses peradilan
tindak pidana. Saksi diberikan akses yang luas untuk meminta segera dilakukan penuntutan, saksi juga berhak meminta dihadirkan atau didengarkan keterangannya
dalam setiap persidangan dimana kepentingan korban terkait di dalamnya. Hal tersebut termasuk pemberitahuan saat pelaku tindak pidana dibebaskan. Model ini
memerlukan biaya yang cukup besar dengan besarnya keterlibatan saksi dalam proses peradilan, sehingga biaya administrasi per
p
2 service model.
Model ini menentukan standar baku tentang pelayanan terhadap saksi yang dilakukan oleh polisi, jaksa dan hakim. Misalnya pelayanan kesehatan,
pendampingan, pemberian kompensasi dan ganti rugi serta restitusi. Banyaknya pelayanan yang harus diberikan kepada saksi menyebabkan efisiensi pekerjaan dari
penegak hukum tidak tercap benar-benar diterima saksi.
Model yang bisa diterapkan di Indonesia adalah kombinasi keduanya, karena di Negara Indonesia paling susah adalah dalam hal koordinasi. Oleh karena
itu, kedua model itu harus disesuaikan dengan keadaan Indonesia, harus diukur sejauh mana saksi dan korban bisa terlibat dalam proses peradilan. Begitu pula
35
Dikdik M. Arief Mansur dan Elisatris Gultom, Urgensi Perlindungan Korban kejahatan, antara Norma dan Realita, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007, hal. 43.
Universitas Sumatera Utara
tentang pemenuhan hak yang dapat diberikan kepada saksi dan korban. Undang- undang
n atas keamanan pribadi, keluarga dan harta bendanya serta bebas
enentukan bentuk perlindungan serta
mbangan kasusnya genai putusan pengadilan
n
aru
kan penasihat hukum 3.
Me Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban telah
memuat perlindungan yang harus diberikan kepada saksi dan korban.
36
Menurut Pasal 5 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban, bentuk perlindungan saksi adalah sebagai berikut:
1. Perlindunga
dari ancaman yang berkaitan dengan kesaksian yang akan, sedang atau telah diberikan.
2. Ikut serta dalam proses memilih dan m
dukungan keamanan 3.
Memberikan keterangan tanpa tekanan 4.
Mendapat penerjemah 5.
Bebas dari pertanyaan yang menjerat 6.
Mendapatkan informasi mengenai perke 7.
Mendapatkan informasi men 8.
Diberitahu ketika terpidana dibebaska 9.
Mendapatkan identitas baru 10.
Mendapatkan tempat kediaman b 11.
Penggantian biaya transportasi 12.
Mendapat 1
mperoleh bantuan biaya hidup sementara sampai batas waktu perlindungan berakhir.
36
Ibid., hal. 25.
Universitas Sumatera Utara
Sasaran perlindungan yang diberikan Undang-undang Perlindungan Saksi dan Korban, terhadap saksi dan korban diatur dalam Pasal 5 bahwa hak diberikan
uai
n
adi a Endin, publik jadi
paham
mum, dan Hakim dalam Perkara
ak kejahatan. Ujung tombak lembaga perlindungan saksi ini adalah US Marsha
kepada saksidanatau korban tindak pidana dalam kasus-kasus tertentu ses dengan keputusan Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban.
Di negeri yang sistem hukumnya sangat rawan dan belum memberika kepastian hukum seperti Indonesia, nasib saksi pelapor memang belum
mencerminkan kepastian hukum. Ambil contoh beberapa waktu lalu, Endin Wahyudin, yang melaporkan dugaan korupsi tiga hakim agung,
37
malah menj terdakwa di persidangan. Belajar dari kasus yang menimp
bahwa negara belum menyediakan jaminan dan proteksi hukum yang memadai bagi para saksi pelapor tindak pidana korupsi.
Sejauh ini Indonesia memang baru memiliki produk perundangan- undangan untuk perlindungan saksi dalam kasus tindak pidana terorisme. hal ini
tercantum dalam Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2003 tentang Tata Cara Perlindungan terhadap Saksi, Penyidik, Penuntut U
Tindak Pidana Terorisme. Sementara itu, untuk para saksi pelapor tindak pidana korupsi, proteksi hukum serupa belum tersedia.
Beberapa negara lain telah melangkah lebih jauh dalam memberikan perlindungan saksi. Di Amerika Serikat, misalnya, Undang-Undang Reformasi
Keamanan Saksi tahun 1984 menjamin pemberian proteksi kepada para pelapor tind
ls, yang menyediakan tenaga terlatih dan profesional dari para marshal-nya.
Universitas Sumatera Utara
38
Fasilitas untuk para pelapor ini mulai dari pemberian rasa aman hingga kelangsungan hidup pribadi dan keluarga. Semua kegiatan dan kebutuhan diatur
melalui kantor operasi penegakan unit khusus perlindungan saksi yang berada di bawah Divisi Kriminal Departemen Kehakiman. Hal ini juga terjadi di Afrika
Selatan. Di Indonesia dewasa ini tidak adanya jaminan perlindungan bagi seorang
saksi atau pelapor kasus korupsi. Praktik pengungkapan kasus biasanya mendapatkan perlawanan yang cukup sengit dari pihak-pihak yang diduga terlibat
dalam praktik korupsi. Selama ini, pihak-pihak yang merasa dirugikan karena kasus korupsinya terungkap menggunakan ancaman kekerasan, intimidasi, atau
pelapor kasus korupsi. Untuk hal yang tersebut maka perlu suatu perlindungan bagi saksi dan atau pelapor kasus korupsi.
Pengaturan tentang perlindungan terhadap saksi masih terpisah-pisah dalam beberapa peraturan perundang-undangan sesuai dengan masalah masing-masing.
UU pemberantasan Korupsi dan UUKPK masih sangat minim mengatur megenai perlindungan saksi. Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana KUHAP yang
juga mengatur tentang saksi termasuk saksi korban tidak cukup memberikan perlindungan jika dibandingkan dengan perlindungan terhadap hak-hak tersangka
ataupun terdakwa. KUHAP lebih melihat bahwa saksi hanya sebagai bagian dari alat bukti dan kurang mengatur tentang saksi sebagai pihak yang perlu dilindungi
dan terutama korban dipulihkan hak-haknya. Baru pada pertengahan Bulan
37
Sudirman Said, “Undang-Undang Perlindungan Saksi, http:www.transparansi.or.id
, E- mail:
mticentrin.net.id . Diakses tanggal 10 September 2010.
38
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Agustus 2006 kita memiliki UU Perlindungan Saksi dan Korban yaitu Undang- Undang No. 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban. Tetapi
prosedu
tidak segera terwujud, proses legal terhadap pember
di berbagai lembaga pemeri
yang telah membuat negeri ini r yang ditempuh agar seseorang yang berstatus sebagai saksi dan dapat
dilindungi menjalani proses yang berbelit-belit. Apalagi, sebenarnya banyak para pelapor yang bersedia membeberkan data,
modus operandi penyelewengan kekuasaan, penyuapan, dan berbagai trik korupsi canggih lainnya. Mereka terdiri dari beberapa anak muda di berbagai lembaga
pemerintah yang sudah geram dengan tingkah laku yang tidak baik para atasannya. Tapi, jika jaminan hukum
antasan korupsi terancam menemui jalan buntu karena para pelapor enggan bersaksi di depan persidangan.
Tak syak lagi urgensi pengesahan UU Perlindungan Saksi menjadi valid bila kita melihat keberanian auditor BPK, Khairiansyah, dalam kasus dugaan
korupsi Mulyana. Khairiansyah baru bisa bermunculan ntah, korporasi, dan lembaga publik lainnya bila negara mampu
memberikan proteksi hukum terhadap para saksi pelapor.
39
Kombinasi antara demam Khairiansyah yang melahirkan deretan para pelapor baru dan kepastian hukum untuk memberikan perlindungan akan
menimbulkan harapan terhadap perang melawan korupsi. Bila fenomena ini sudah terbentang di depan mata, para pelaku korupsi, penegak hukum, pejabat yang
korup, dan juga oknum lainnya akan berpikir ulang untuk melakukan praktek buruk mereka dalam menyelewengkan kekuasaan
son Yuntho, “Khairiansyah dan Pemberantasan Korups”i, icwantikorupsi.org
39
Emer ,
Diakses tanggal 10 September 2010.
Universitas Sumatera Utara
terpuru
tegrity Award 2005 dari Transparency International, seb
an, pa
ang saku. Kejaksaan Negeri
sus korupsi. Hal itu dapat diartikan bahwa setiap orang - -
uap dan korupsi di KPU, bukan berarti dia kebal u
Berita buruknya adalah tidak adanya perlindungan hukum bagi seorang saksi k. Indonesia tidak cukup dengan satu Khairiansyah. Negara ini perlu ribuan
Khairiansyah lain dalam perang melawan korupsi. Perjalanan hidup Khairiansyah Salman, mantan auditor BPK yang bersama
KPK membongkar kasus suap dan korupsi di Komisi Pemilihan Umum KPU pada November 2005, tidak ubahnya seperti kincir angin. Itu terjadi setelah dia
terpilih sebagai penerima In uah orga-nisasi gerakan antikorupsi dunia yang bermarkas di Berlin, Jerm
da 11 November 2005.
40
Namun, selang sepuluh hari kemudian pada 21 November 2005, masyarakat kembali dikagetkan berita Khairiansyah yang ditetapkan sebagai tersangka
kasus suap Dana Abadi Umat DAU oleh Kejaksaan Negeri Jakarta Pusat.
41
Dalam salinan surat tanda terima barang bukti Badan Reserse Kriminal Polri Direktorat III disebutkan, saat memeriksa kasus DAU, Khairiansyah
menerima uang Rp 39.842.500. Dana itu diterima 22 Oktober 2002-26 April 2004 dalam bentuk uang Lebaran, transpor, dan u
Jakarta Pusat selanjutnya menetapkan Khairiansyah sebagai tersangka bersama beberapa auditor BPK yang lain. Yakni, Tohari, Hariyanto, dan Mukrom As’ad.
Kejaksaan Agung juga mengirimkan surat kepada Direktorat Jenderal Imigrasi untuk mencegah-tangkal cekal Khairiansyah.
Bagi upaya pemberantasan korupsi, penetapan Khairiansyah sebagai tersangka kasus korupsi oleh kejakasan dapat menjadi berita baik sekaligus berita buruk.
Berita baik adalah adanya kesamaan di hadapan hukum equaty before the law dalam penanganan ka
tanpa memperhatikan tingkatan, kedudukan, ataupun jasa yang telah diberikan harus patuh dan menjalani proses hukum apabila diduga terlibat dalam kasus
korupsi. Idealnya, tidak ada kekebalan hukum bagi seseorang yang terbukti melakukan korupsi.
Dalam kasus Khairiansyah, meski dinilai telah memiliki jasa yang luar biasa dalam upaya membongkar s
atas dosa-dosanya di masa lalu atau dugaan korupsi yang dilakukan sebelumnya. Proses hukum tetap harus dijalani Khairiansyah. Proses hukum it
akan menunjukkan apakah Khairiansyah terbukti terlibat ataukah tidak dalam kasus korupsi suap DAU.
40
Ibid
41
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
atau pelapor kasus korupsi. Status tersangka yang diterima Khairiansyah sebagai pengungkap kasus suap dan korupsi di KPU pada akhirnya membuat
orang berpikir ulang untuk menjadi saksipelapor kasus korupsi. Tidak dapat dimungkiri, upaya kejaksaan menetapkan Khairiansyah sebagai tersangka kasus
si
k ada
lam n
lam kasus yang sama maupun kasus yang lain, sangat sulit
a pihak yang merasa dirugikan
isikapi dari kasus yang saat ini tengah
r
ek, segala kebutuhan dan transpor ditanggung pihak yang akan
ya, kasus Khairinasyah dan korupsi DAU di Departemen n
korupsi dapat menjadi preseden buruk bagi upaya membongkar praktik korup di Indonesia. Lemahnya pengaturan dan perlindungan tentang saksi dan korban
secara yuridis menjadi saksi enggan untuk bersaksi.
Persoalan utama banyaknya saksi yang tidak bersedia menjadi saksi ataupun tidak berani mengungkapkan kesaksian yang sebenarnya disebabkan tida
jaminan tertentu untuk bersaksi. Saksi termasuk pelapor bahkan sering mengalami kriminalisasi atau tuntutan hukum atas kesaksian atau laporan yang
diberikannya. Saksi akhirnya menjadi tersangka atau bahkan terpidana.
Justru tindakan itu menjadi shock therapy bagi calon pelapor atau saksi da kasus korupsi. Tanpa adanya jaminan status hukum, dalam arti tidak aka
dituntut da membongkar tuntas suatu praktik kasus korupsi. Biasanya, pelapor yang
memberikan informasi atau kesaksian juga terlibat dalam kasus korupsi tersebut.
Tidak adanya jaminan perlindungan bagi seorang saksi atau pelapor kasus korupsi sering terjadi di Indonesia. Praktik pengungkapan kasus biasany
mendapatkan perlawanan yang cukup sengit dari pihak-pihak yang diduga terlibat dalam praktik korupsi. Selama ini, pihak-
karena kasus korupsinya terungkap menggunakan ancaman kekerasan, intimidasi, atau mengadukan pencemaran nama baik ke kepolisian untuk
membuat jera saksi atau pelapor kasus korupsi.
Ada beberapa hal yang penting untuk d dialami Khairiansyah. Pertama, pentingnya suatu perlindungan bagi saksi dan
atau pelapor kasus korupsi. Saat ini, belum ada undang-undang yang secara khusus mengatur perlindungan saksi.
Dalam kasus korupsi, dalam catatan ICW, sedikitnya 12 orang saksi pelapo kasus korupsi justru diadukan pencemaran nama baik oleh pihak terlapor.
Kedua, pembenahan di tubuh BPK. Bukan rahasia umum dan merupakan praktik yang selama ini terjadi bahwa apabila BPK akan mengaudit suatu
instansi atau proy diaudit. Pola itu telah berjalan selama bertahun-tahun di BPK yang pada
akhirnya membuka peluang adanya upaya kolusi antara auditor BPK dan pihak yang diperiksa.
Dampak negatif yang ditimbulkan dari upaya kolusi adalah hasil pemeriksaan menjadi sangat tidak objektif dan cenderung mengikuti kemauan si penyuap.
Yaitu, jika ditemukan kejanggalan, hal itu dianggap sebagai suatu kesalahan administrasi. Seharusn
Agama oleh pimpinan BPK dijadikan momentum untuk pembenahan sistem da pembersihan oknum BPK yang dapat meminimalisasi korupsi dan kolusi oleh
jajaran di bawahnya.
Universitas Sumatera Utara
Demikian juga halnya dengan praktek hukum pada Pengadilan Negeri Lubu Pakam belum menunju
k kkan interpedensi dan kemerdekaan seorang saksi dalam
n yang merupakan keadaan bagi terhalangnya penegakan hukum di bidang korupsi ini dimana kepada saksi pelapor kurang
diberikan perlindungan hukum. melaporkan terjadinya tindak pidana korupsi di wilayah hukum Pengadilan
Negeri Lubuk Pakam. Tetap ditemukan ganjalan-ganjala
Universitas Sumatera Utara
BAB IV FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN DIBERIKANNYA