Lembaga perlindungan saksi dan korban LPSK

tidak dengan itikad baik, antara lain memberikan keterangan palsu, sumpah palsu, dan permufakatan jahat. Di sini, Koalisi LSM berbeda pandangan. Pelapor tidak cukup hanya dibebaskan dari jerat hukum, tetapi juga berhak mendapat perlind itkan dengan alasan perlunya diberikan terkait seperti LPSK dan pemeri ungan seperti halnya saksi dan korban. Usulan ini tidak diterima karena dianggap membuat cakupan UU ini jadi melebar dan berkonsekuensi pada anggaran. Suatu hal yang perlu dika perlindungan terhadap saksi adalah peranan dari lembaga ntah serta masyarakat dalam hal pelaksanaan perlindungan saksi, seperti yang akan diuraikan sebagai berikut:

1. Lembaga perlindungan saksi dan korban LPSK

LPSK bersifat mandiri, berkedudukan di ibu kota negara, dan memiliki perwakilan apabila diperlukan. Anggotanya terdiri dari tujuh orang berasal dari unsur profesional yang mempunyai pengalaman di bidang HAM, kepolisian, kejaksaan, Departemen Hukum dan HAM, akademisi, advokat, atau LSM. Untuk pertama kali, seleksi dan pemilihannya dilakukan Presiden dengan membentuk panitia seleksi yang terdiri dari dua unsur pemerintah dan tiga unsur masyarakat. Panitia seleksi mengusulkan 21 calon kepada Presiden untuk kemudian dipilih sebanyak 14 orang dan diajukan kepada DPR untuk disetujui menjadi 7 orang. Masa jabatan LPSK ini lima tahun dan dapat dipilih kembali untuk satu kali masa jabatan. Biaya LPSK ini dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Perlindungan terhadap saksi dan korban itu sendiri diberikan dengan mempertimbangkan: sifat pentingnya keterangan, tingkat Universitas Sumatera Utara ancaman, hasil analisis tim medis atau psikolog, serta rekam jejak kejahatan yang pernah dilakukan. Tata cara pemberian perlindungan bisa dilakukan atas inisiatif sendiri saksi dan korban, UU juga mengatur sejumlah sanksi pidana kepada setiap orang yang mengancam saksi maupun korban. Sanksi pidana itu mulai dari denda Rp 40 juta sampai Rp 500 juta serta kurungan satu tahun hingga seumur hidup. at nnya am melakukan pengamatan sampai pada pelaporan pengaduan tindak pidana yang di maupun atas permintaan pejabat berwenang. Berdasarkan itu, LPSK melakukan pemeriksaan. Paling lambat tujuh hari sejak permohonan perlindungan diajukan, LPSK harus sudah memberikan jawaban tertulis. Sebaliknya, saksi atau korban pun harus menyatakan kesediaan menjalankan sejumlah syarat: kesediaan memberikan kesaksian dalam proses peradilan, menaati aturan berkenaan dengan keselamatannya, tidak berhubungan dengan cara apa pun dengan orang lain selain atas persetujuan LPSK, tidak memberitahukan kepada siapa pun mengenai keberadaannya yang dilindungi LPSK, dan hal lain yang dianggap perlu oleh LPSK. Sebagai bentuk perlindungan terhadap

2. Pemerintah dan masyarak