Instrumen Penelitian Kualitatif Instrumen Penelitian Kuantitatif

Adapun desain yang dipergunakan adalah desain A-B-A seperti digambarkan pada gambar berikut ini: A B A Gambar 3.8 SSR dengan Desain A-B A Creswell, 2010 Keterangan : A Baseline : adalah kondisi kemampuan komunikasi bahasa ekspresif anak sebelum memperoleh intervensi. B Intervensi : adalah kondisi kemampuan komunikasi bahasa ekspresif anak selama memperoleh intervensi secara berulang – ulang. A 1 Baseline : adalah kondisi setelah Informan diberi perlakuan.

G. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian diuraikan sebagai berikut:

1. Instrumen Penelitian Kualitatif

Instrumen yang dipersiapkan dan digunakan dalam penelitian ini adalah: pedoman wawancara dan pedoman observasi untuk memotret dan menggali kemampuan objektif anak tunagrahita yang mengalami gangguan verbal di lingkungan sekolah baik di dalam pembelajaran maupun di luar pembelajaran berkaitan dengan kebutuhan, keinginan dan perasaannya. Baseline 2 Intervensi Baseline 1

2. Instrumen Penelitian Kuantitatif

Instrumen yang digunakan untuk mengukur kemampuan bahasa ekspresif anak adalah Instrumen tes yang terdiri dari beberapa indikator. Setiap indikator dirumuskan dalam beberapa kisi-kisi, yang kemudian dirumuskan dalam bentuk pertanyaan. Penelitian dimulai dengan implementasi instrumen tes tersebut yang hasilnya merupakan baseline, kemudian dilakukan treatment dengan mengimplementasikan , dan selanjutnya instrumen asesmen yang sama diimplementasikan kembali. Hasil asesmen kedua dibandingkan dengan baseline. Perbandingan antara baseline dengan asesmen kedua dapat menunjukkan perubahan dalam berkomunikasi non verbal dan implikasinya bagi diri anak. Nilai yang tertuang dalam tabel berdasarkan proses 3 sesi dalam satu putarannya, yaitu : Tabel 3.13 Format penilaian hasil belajar anak No Indikator Skor yang diperoleh Sesi I Sesi II Sesi III 1 Menunjukkan compic 2 Menunjukkan arah toilet 3 Spontanitas keduanya Untuk mendapatkan data kuantitatif mengenai perubahan komunikasi non verbal tersebut, maka di buat penskoran sebagai berikut: a. Skor 1 Apabila anak tidak dapat melakukan b. Skor 2 Apabila anak dapat melakukan dengan banyak bantuan c. Skor 3 Apabila anak dapat melakukan dengan sedikit bantuan d. Skor 4 Apabila anak dapat melakukan tanpa bantuan Raden Roro Setiawati, 2013 Strategi Komunikasi Dalam Pembelajaran Pada Anak Tunagrahita Non Verbal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 283

BAB V KESIMPULAN SARAN

Setiap penelitian hendaknya menghasilkan sesuatu yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari – hari. Penelitian ini akan dipaparkan dalam dua bagian besar yaitu kesimpulan dan saran.

A. Kesimpulan

Terkait dengan penelitian yang dilakukan mengenai kemampuan komunikasi anak tuunagrahita non verbal untuk kepentingan pembelajaran, maka yang menjadi fokus penelitian ini sesuai dengan tahapan yang dilakukan dalam penelitian sekaligus merupakan jawaban dari pertanyaan penelitian tentang kondisi objektif di lapangan.

1. Kondisi objektif

a. Kondisi objektif kemampuan komunikasi anak.

Yang dimaksud kondisi objektif adalah kondisi awal kemampuan anak tunagrahita ketika ditemui dan diobservasi oleh peneliti kemudian diasesmen meliputi 3 indikator: 1 kemampuan komunikasi pra-bicara, 2 kemampuan komunikasi reseptif, 3 kemampuan komunikasi ekspresif, sebelum dilakukan intervensi, dapat ditarik kesimpulan : 1 Kemampuan komunikasi pra- bicara  Sudah ada kontak mata dengan lawan bicara ; ketika anak diberi stimulus berupa kata – kata, maka spontan matanya menatap pada orang yang mengajaknya bicara.