Implementasi komunikasi verbal dan non verbal dalam proses menghafal juz amma pada pendidikan anak usia dini di bait Qur'any Ciputat

(1)

IMPLEMENTASI KOMUNIKASI VERBAL DAN NON VERBAL

DALAM PROSES MENGHAFAL JUZ AMMA

PADA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DI

BAIT QUR’ANY

CIPUTAT

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk memenuhi persyaratan memperoleh

gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Disusun Oleh : Wini Mulyani 108051000145

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2011 M / 1432 H


(2)

(3)

(4)

ABSTRAK

WINI MULYANI

Implementasi Komunikasi Verbal dan Non Verbal dalam Menghafal Juz Amma di PAUD Bait Qur’any Ciputat

Komunikasi merupakan sebuah alat transformasi yang digunakan oleh manusia dengan berkomunikasi manusia dapat mengekspresikan keinginannya. Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa 70% waktu bangun (sadar) digunakan untuk berkomunikasi. Komunikasi juga ada dalam sebuah pendidikan dalam prosesnya melibatkan banyak komponen yang terdiri atas murid, guru, kepala sekolah, dan lainnya. Komunikasi yang digunakan guru terhadap murid sangat berpengaruh atas perubahan sikap dan mental murid. Komunikasi dalam proses belajar mengajar bisa menggunakan komunikasi verbal secara lisan atau tulisan bisa juga melalui komunikasi non verbal

Saya tertarik untuk melakukan penelitian dalam komunikasi verbal dan non verbal dalam proses belajar mengajar di suatu lembaga pendidikan PAUD Bait Qur’any karena materinya tentang hafalan juz Amma yang sangat penting bagi pemula. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tentang bagaimana implementasi

komunikasi verbal dan non verbal di PAUD Bait Qur’any serta hambatan yang dihadapi dalam menghafal juz amma pada anak usia dini.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan penelitian kualitatif, yaitu sebuah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata tertulis atau lisan dari orang atau perilaku yang diteliti. Adapun, Tehnik pengumpulan peneliti melakukan observasi, wawancara dan studi dokumen guna mendapatkan informasi data penelitian yang dibutuhkan. Kemudian peneliti menganalisa data secara konprehensif dengan cara deskriptif.

Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa implementasi komunikasi verbal dan non verbal dalam menghafal Juz Amma di PAUD Bait Qur’any terdapat pada program pengajaran jarimatika al-Qur’an, terjemah kata perkata dan pada pengajaran tajwid. Hambatan yang ditemui dalam implementasi komunikasi verbal dan non verbal adalah para orang tua, dan calon guru dikarenakan metode hafalan secara verbal dan non verbal dengan cara kinestetik pada tarjamah kata perkata, jaritmatika dan tajwid, merupakan metode baru yang belum banyak diketahui dan diaplikasikan oleh para orang tua dan calon guru sehingga untuk mengatasinya dengan cara sekolah ibu untuk para wali murid dan training pembekalan untuk calon guru.


(5)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Segala puji bagi Allah pemilik kerajaan bumi dan langit, Rabb penggenggam kehidupan dan pemberi segala nikmat pada setiap makhluk ciptaanNya. Dengan kerendahan hati seorang hamba mengucap syukur atas segala anugrah yang Allah curahkan kepada penulis hingga dengan izinNya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini tentunya dengan do’a dan dukungan yang diberikan Mamah dan Apa di rumah.

Shalawat serta salam, penulis sampaikan kepada baginda Nabi Muhammad SAW sang revolusioner yang mendedikasikan hidupnya untuk perubahan dunia ke arah kemajuan berfikir dengan Islam sebagai falsafah hidup dan mengabdi sepenuhnya pada Allah SWT.

Penulis menyadari dengan sepenuh hati, bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan selesai jika tanpa dukungan semua pihak. Karena itu sudah sepantasnya pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. DR. Arif Subhan M A, Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Drs Wahidin Saputra, MA Pembantu Dekan Bidang Akademik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Drs Mahmud Jalal, MA, Pembantu Dekan Bidang Administrasi Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Drs Studi Rizal LK, MA Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

2. Drs. Jumroni, Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. Dra Umi Musyarofah, MA Sekjur FIDIKOM.

3. Drs. Tarmi, MM, Penasehat akademik dan pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu dan pikirannya untuk memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis, sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan sesuai ketentuan yang berlaku.

4. Seluruh dosen dan staf Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam yang telah memberikan ilmu dan pengalamannya

5. Nurul Hikmah, Kepala Sekolah PAUD Bait Qur’any yang telah membantu penulis dan memudahkan penulis dalam mendapatkan data dan informasi yang dibutuhkan. Terima kasih atas segala pengertian dan kesabaranya. Jazakallah khoirul jaza.

6. Guru-guru PAUD Bait Qur’any yang menerima penulis dengan tangan terbuka melakukan penelitian dan terlibat secara langsung ketika observasi.


(6)

7. Apa dan Mamah, Bohara dan Utinah yang selalu mentransfer energi semangatnya pada penulis, do’a dan kesabarannya menantikan kelulusan penulis.

8. Seluruh keluarga Besar Bpk. Saipin dan Duljaya di Sindang Jaya yang selalu memberikan dukungan, motivasi dan do’a untuk keberhasilan penulis.

9. Ule Sulaesih, kakak sekaligus teman seperjuangan di jalan dakwah, yang dengan kerelaan, kesabaran telah banyak membantu penulis dalam segala hal. Juga Winda Sudirja, Siti Lulu Luthfiyah yang sama-sama berjuang menyelesaikan skripsi ini.

10. Via Rahmawati dan Nisa Nur Hasanah, adikku tersayang yang telah memberi warna keceriaan dalam hidup penulis.

11. Teman-teman seperjuangan, Mahasiswa Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam angkatan 2007 yang saling membagi semangat untuk segera menyelesaikan perkuliahan ini, maaf yah, ga bisa disebutin satu-satu.

12. Teman-teman satu visi dan misi dalam perjuangan meraih ridhoNya yang berkontribusi dalam memberikan solusi universal atas problematika umat.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan karena keterbatasan kemampuan intelektual dan sedikitnya pengalaman yang dimiliki. Namum penulis bersyukur atas anugerah terindah ini, yaitu dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini, telah tuntas menapaki satu tahap atau satu anak tangga kehidupan. Maka untuk menambah kesempurnaan skripsi ini, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun.

Akhirnya penulis berharap semoga Allah memberikan balasan yang setimpal atas jasa dan bantuan serta pengorbanan yang telah mereka berikan. Mudah-mudahan penelitian skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya, bagi pembaca pada umumnya dalam menambah waawasan ilmu pengetahuan, Amien.

Jakarta, 30 Mei 2011


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI...iii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus dan Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

D. Metodologi Penelitian ... 9

E. Tinjauan Pustaka ... 13

F. Sistematika Penulisan ... 14

BAB II KAJIAN TEORI A. Implementasi Komunikasi ... 16

B. Unsur-Unsur Komunikasi ... 17

C. Komunikasi Verbal ... 17

1. Pengertian Komunikasi Verbal ... 19

2. Klasifikasi Komunikasi Verbal ... 20

3. Teori Komunikasi Verbal ... 21

4. Tujuan Komunikasi Verbal ... 22

5. Perbedaan Komunikasi Verbal dan Non Verbal ... 22

D. Komunikasi Non Verbal... 23

1. Pengertian Komunikasi Non Verbal ... 23


(8)

3. Fungsi Komunikasi Non Verbal... 28

4. Tujuan Komunikasi Non Verbal ... 29

5. Batasan-Batasan komunikasi Non Verbal ... 29

E. Menghafal Juz Amma Pada Anak Usia Dini ... 30

BAB III GAMBARAN UMUM PAUD BAIT QUR’ANY A. Sejarah PAUD Bait Qur’any ... 37

B Visi dan Misi PAUD Bait Qur’any ... 38

C Struktrur Organisasi Bait Qur’any... 39

D. Data Anak Bait Qur’any ... 40

E. Tahapan Kegiatan Pembelajaran ... 40

F. Syarat Guru di PAUD Bait Qur’any ... 41

G. Kemampuan Tsaqofah Islam dan Hafalan yang diharapkan .... 41

H. Program Menghafal alQur’an ... 42

I. Program Kontrol Sekolah Perkembangan Kemampuan Siswa di Rumah ... 42

J. Sarana dan Prasarana ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Implementasi Komunikasi Verbal dan Non Verbal dalam Menghafal Juz Amma di PAUD Bait Qur’any ... 44

B. Hambatan Implementasi Komunikasi Verbal dan Non Verbal dalam Menghafal Juz Amma di PAUD Bait Qur’any ... 57

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan ... 58


(9)

(10)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Komunikasi adalah prasyarat kehidupan manusia. komunikasi ada sejak Allah menciptakan Adam dan Hawa di muka bumi ini. Kehidupan manusia akan stagnan jika tidak melakukan proses komunikasi sebab komunikasi merupakan salah satu faktor penunjang keberhasilan bagi perkembangan manusia. Anak yang baru lahir, setelah diberi isyarat-isyarat oleh orang tua, kakak, dan sanak familinya secara terus-menerus maka ia memiliki perbendaharaan lambang-lambang yang digunakan untuk berkomunikasi sehingga iapun mampu tersenyum ketika diajak bercanda, menangis jika lapar dan lain sebagainya.

Seorang manusia akan mengalami kesulitan dalam mempertahankan hidupnya jika tidak berkomunikasi karena komunikasi adalah kebutuhan bagi setiap manusia, artinya komunikasi sangat penting sekali bagi kehidupan manusia sehari-hari. Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa 70% waktu bangun (sadar) digunakan untuk berkomunikasi.1

Komunikasi merupakan aktifitas dasar manusia, terlebih karakter yang paling melekat pada manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendirian dan saling membutuhkan satu sama lain. Sehingga tidak dapat disangkal lagi bahwa setiap individu pasti melakukan interaksi dengan individu yang lain, sepertihalnya hidup bermasyarakat yang saling memberi bantuan ketika ada tetangga sedang ditimpa musibah.

1

Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta : UIN Jakarta Press dan Lembaga Penelitan UIN, 2007), hal. 1


(11)

2

Komunikasi mewarnai segala aspek kehidupan, termasuk sosial, budaya, politik, ekonomi, kesehatan, pendidikan dan lain sebagainya. Hal ini, menegaskan bahwa manusia tidak bisa terlepas dari komunikasi, baik verbal maupun non verbal. Dalam proses mengajar misalnya pasti memerlukan komunikasi antara guru dan siswa, begitupun saat melakukan hafalan alQur’an di rumah, di sebuah lembaga pendidikan dan lain-lain.

Dalam proses kependidikan hubungan timbal balik antara pendidik dengan yang dididik berkelanjutan kearah tujuan yang bisa diwujudkan bersama yaitu guru bisa mendidik dan tujuan siswa bisa berhasil mencapai prestasi yang lebih baik. Seorang guru sangat berperan penting dalam kegiatan belajar mengajar karena seorang guru adalah sebagai penyampai ilmu kepada siswa dengan menggunakan simbol-simbol maupun kata-kata verbal yang sangat berpengaruh terutama pada tingkat pengetahuan dan pola sikap anak didik.

Pada anak usia dini guru adalah idola, anak usia dini biasanya patuh terhadap perintah guru dan sering menirukan tingkah guru. Sosok guru dan apa yang disampaikannya melekat kuat dalam ingatan anak-anak berusia 4-6 tahun. Masa usia dini merupakan masa yang penting (masa golden age) yang perlu mendapat penanganan khusus untuk membentuk kepribadian anak.

Beberapa ahli pendidikan berpendapat bahwa masa anak usia dini merupakan masa perkembangan yang sangat pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Anak usia dini memiliki dunia dan karakteristik tersendiri yang jauh berbeda dari dunia dan karakteristik orang dewasa. Anak sangat aktif,


(12)

3

dinamis, antusias dan hampir selalu ingin tahu terhadap apa yang dilihat dan didengarnya, seolah-olah tak pernah berhenti untuk belajar.

Anak menyerap semua rangsangan yang diberikan oleh lingkungannya. Otak anak mampu menampung informasi dengan kecepatan yang mengagumkan. Gutama dalam makalahnya Sosialisasi Pendidikan Anak Usia Dini (2005) mengemukakan hasil penelitian Longitudinal yang menyebutkan bahwa 50% perkembangan kecerdasan anak terjadi pada usia 0-4 tahun yang disebut sebagai masa keemasan (golden age), 30% terjadi pada anak usia 4-8 tahun, dan 20 % terjadi pada usia 18 tahun.2

Pada usia 0 – 4 tahun (golden age) merupakan kesempatan berharga yang hanya datang satu kali. Oleh karena itu anak harus distimulus dengan hal-hal yang baik yang mampu meningkatkan intelegensinya sekaligus mengkondisikan lingkungan yang baik agar sosial anak berkembang sesuai dengan tahapan usianya.

AlQur’an adalah mukjizat yang telah Allah jamin kemurniannya hingga hari kiamat kelak. Ada banyak kemuliaan dan kebaikan yang ada dalam alQur’an. Salah satunya adalah alQur’an dapat merangsang perkembangan otak anak dan meningkatkan intelegensinya.

Seorang peneliti bernama Enrick William Duve menemukan bahwa otak bereaksi terhadap gelombang suara tertentu. Gelombang tersebut dapat berpengaruh secara positif dan negatif. Setiap suara atau sumber bunyi memiliki frekuensi dan panjang gelombang tertentu. Bacaan alQur’an yang dibaca dengan

2

Abuddin Nata, Hand Out : Konsep Islam Tentang Pendidikan Anak Usia Dini: Motivasi


(13)

4

tartil yang bagus dan sesuai dengan tajwid memiliki frekuensi dan panjang gelombang yang mampu mempengaruhi otak secara positif.3

Setiap anak memiliki hak untuk mengetahui aturan Allah secara maksimal, untuk itu para ulama salaf seperti imam alGhazali, Ibnu Miskawih, Ibn Sina sepakat bahwa menghafal alQur’an menjadi materi pertama dalam proses belajar anak. Ibnu Sina bahkan memulai pembelajaran alQur’an semenjak berusia 3 tahun di Kuttab.

Menurut Ibun Khaldun pengajaran alQur'an adalah dasar pengajaran dalam semua kurikulum sekolah di berbagai negara Islam. AlQur’an merupakan semboyan agama yang mengukuhkan akidah. Begitu juga Ibnu Sina, dalam kitabnya "as-Siyasah", menekankan kaum muslimin seharusnya mempersiapkan fisik dan mental anak yang dimulai dengan pengajaran alQur'an. 4

Imam al Ghazali dalam Ihya Ulumuddin mewasiatkan pengajaran alQur'an, hadist dan cerita orang-orang sholeh kepada anak-anak Para orang tua menyerahkan anak-anak mereka kepada seorang syaikh murabbi (pendidik) untuk diajar alQur'an.

Pemaparan para ulama di atas merujuk pada hadis Rasulullah :

"Didiklah anak-anakmu dalam tiga perkara: mencintai Nabimu, mencintai keluarganya dan membaca al-Qur'an. Sesungguhnya orang-orang yang membawa al- Qur'an berada dalam naungan Arsy Allah ketika tidak ada naungan

3

Muhammad Syafik, Back to al-qur’an : Mozard ternyata tidak membuat Cerdas.

http//:insanpermata.com/ diakses pada tanggal 29 desember 2010 4

Nurul Habiburrahmanuddin dan Hikmah Nurul, Asyiknya dan Seru Menghafal AlQur’an


(14)

5

kecuali naungan Nya, bersama para nabi dan orang-orang suci." (H.R. Ath-Thabrani).

Dari berbagai alasan mendasar yang telah disebutkan di atas, dapat dikatakan bahwa menghafal AlQur’an pada usia dini merupakan faktor terpenting dalam sejarah kehidupan manusia. Memperbanyak lembaga-lembaga alQur’an, merupakan suatu usaha diantara sekian usaha yang dapat dilakukan dalam rangka menjaga kemutawatiran alQur’an, di samping sebagai sarana untuk meningkatkan kualitas ummat

Namun perlu disadari bahwa menghafal alQur’an tidaklah semudah membalikan telapak tangan. Butuh kesabaran, keseriusan, pembiasaan, pengaturan waktu, kekonsistenan, serta pengkondisian lingkungan. Hal yang utama adalah minat, dan yang paling sulit dalam hal ini adalah menjaga hafalan agar tetap di ingatan, menjaga hafalan diibaratkan menambatkan unta yang tidak diikat sehingga mudah lepas. Kemaksiatan adalah salah satu penyebab terlepasnya hafalan dari seorang hafidz atau hafidzoh. Seorang imam besar seperti Imam Syafi’i yang tidak sengaja melihat aurat wanita berdampak pada hilangnya beberapa ayat yang telah dihafalkannya.

Sementara saat ini kemaksiatan ada di mana-mana masuk ke rumah-rumah melalui tayangan televisi, yang menyebabkan anak lebih mengenal Naruto, Spong Bob, Dora, Power Ranger dan tokoh-tokoh lainnya sebagai panutan dibandingkan dengan nabinya sendiri. Game yang diminati anak – anak juga memberikan banyak pengaruh negatif pada anak dibandingkan dengan pengaruh positifnya. Anak rela berjam-jam atau bahkan seharian berada di warnet hanya untuk bermain


(15)

6

game sehingga menimbulkan kemalasan, penurunan semangat belajar dan tindakan kekerasan sebagai proses imitasi dari yang ia lihat.

Realitas yang dipaparkan menjelaskan bahwa lingkungan yang ada saat ini kurang baik bagi para penghafal alQur’an cilik. Beberapa orang yang berkecimpung di bidang pendidikan berinisiatif menciptakan lingkungan yang kondusif untuk para penghafal dengan cara mengintegrasikan lembaga pendidikan dengan home learning.

Pada home learning proses belajar berlangsung dalam semua aktifitas anak sehari-hari melalui bantuan orang tua sebagai penanggung jawab pendidikan dengan tujuan membangun kepribadian Islam, pengetahuan Islam, penguasaan sains dan tehnologi. Proses tersebut menjadikan lingkungan yang ada di sekeliling anak sebagai media belajar.

Integrasi lembaga pendidikan dengan home learning sejalan dengan pernyataan Ki Hajar Dewantara bahwa pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, sekolah dan masyarakat. Bentuk partisipasi orang tua yaitu melanjutkan proses pembelajaran anak dan mendukung apa yang telah diperoleh anak dari sekolah.

Untuk menumbuhkan minat menghafal alQur’an pada anak usia dini perlu menggunakan metode pengajaran yang sesuai dengan usianya agar anak tidak merasa terbebani. Setiap lembaga pendidikan alQur’an memiliki metode tertentu dalam pengajaran hafalan alQur’an. Diantara lembaga-lembaga pendidikan alQur’an yang mempunyai ciri khas yang membedakan dengan lembaga yang lain adalah PAUD Bait Qur’any.


(16)

7

PAUD Bait Qur’any merupakan sebuah lembaga yang disiapkan bagi para calon generasi Islam untuk mencintai alQur’an dan mengamalkannya dengan mendidik para siswanya hafal juz 30 dengan menggunakan strategi hafalan “kata perkata” dalam proses pembelajarannya. Guru membimbing hafalan anak secara lansung dengan mengucapkan satu kata dalam satu ayat beserta artinya dan menggunakan gerakan tubuh kemudian anak mengikutinya setelah hafal dan dilanjutkan dengan kata selanjutnya sampai satu ayat selesai. Kemudian anak yang mampu menghafal ayat tersebut diperbolehkan masuk kelas.

Metode ini merupakan bagian dari tehnik komunikasi yang dilakukan oleh guru kepada siswa. Melalui metode ini, anak-anak sangat antusias sebab pada usia dini anak senang meniru perilaku atau tindakan yang dilihatnya. Ia menirukan gerakan yang dicontohkan oleh guru sesuai dengan makna yang terkandung di dalamnya, selain itu metode ini menjadikan anak mengetahui arti dari ayat yang dihafal.

Penerapan metode hafalan alQur’an kata-perkata dilakukan pada saat akan memasuki kelas. Anak-anak berbaris di depan sekolah sementara posisi guru ada di samping, belakang dan didepan anak-anak. Satu hari satu ayat hafalan alQur’an dimana santri menghafal alQur’an di bawah bimbingan guru secara langsung dengan cara melafalkan satu kata dalam sebuah ayat beserta artinya sekaligus menggunakan gerakan tubuh. Berdasarkan deskripsi diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : IMPLEMENTASI KOMUNIKASI VERBAL DAN NON VERBAL DALAM PROSES MENGHAFAL


(17)

8

AL-QUR’AN PADA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUID) DI BAIT

QUR’ANY CIPUTAT

B. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Fokus Masalah

Dalam menyikapi permasalahan di atas maka penulis ingin fokus pada masalah pembelajaran verbal dan non verbal di PAUD Bait Qur’any.

2. Rumusan Masalah

a. Bagaimana guru mengimplementasi komunikasi verbal dan non verbal dalam proses menghafal alQur’an di PAUD Bait Qur’any ?

b. Apa hambatan yang dihadapi guru dalam mengimplementasikan komunikasi verbal dan non verbal dalam proses menghafal alQur’an di PAUD Bait Qur’any ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian ini adalah untuk :

a. Bagaimana guru mengimplementasi komunikasi verbal dan non verbal dalam proses menghafal alQur’an di PAUD Bait Qur’any.

b. Apa hambatan yang dihadapi dalam mengimplementasikan komunikasi verbal dan non verbal dalam proses menghafal alQur’an di PAUD Bait Qur’any.

2. Manfaat Penelitian a. Manfaat akademis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi keilmuan bagi pengembangan ilmu komunikasi yang dikhususkan lagi dalam psikologi


(18)

9

komunikasi dan komunikasi belajar, Komunikasi Interpersonal, Komunikasi verbal dan non verbal. Karena semuanya memiliki kausalitas dan keterkaitan yang erat dan berperan penting dalam kecakapan kehidupan berkomunikasi terutama dalam lingkup sekolah dan proses pembelajaran dan hafalan alQur’an.

b. Manfaat praktis

1) penelitian ini dapat bermanfaat bagi sekolah, dalam mengembangkan metode pembelajaran dengan menggunakan komunikasi verbal dan non verbal agar proses pembelajaran atau proses dalam menghafal alQur’an menjadi efektif.

2) Memberi informasi bagi orang tua yang ingin mendidik anaknya menjadi seorang hafidz atau hafidzoh mengenai metode baru dalam menghafal alQur’an.

3) Sebagai referensi tambahan bagi guru dan da’i dalam mengajarkan al -Qur’an pada siswa dan mad’u.

D. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai atau diperoleh dengan menggunakan prosedur statistik atau dengan cara lain dari kuantifikasi (pengukuran).5

5

Djuanaidi Ghony, Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif, Prosedur, Tehnik dan teori Graunded


(19)

10

Menurut Kirk dan Miller, penelitian kualitatif merupakan tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya maupun dalam peristilahannya sedangkan menurut Bogdan dan Tailer, penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis/lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.6

Penelitian deskriptif dapat dikatakan sebagai penelitian yang diarahkan pada pengukuran yang cermat terhadap suatu fenomena sosial tertentu. Dalam hal ini peneliti akan mengamati gejala sosial yang terjadi terutama yang berkaitan dengan komunikasi verbal dan non verbal dalam proses hafalan alQur’an di PAUDBait Qur’any.

2. Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data pada penelitian ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu data primer dan data sekunder.

Data primer diperoleh dari proses penelitian langsung dari partisipan atau sasaran penelitian, yaitu data berasal dari siswa Bait Qur’any, guru Bait Qur’any dan kepala sekolah Bait Qur’any.

Dan sekunder adalah yang diperoleh dari catatan-catatan atau dokumen yang terkait dengan penelitian dari lembaga yang diteliti ataupun buku-buku referensi dari perpustakaan.

6


(20)

11

3. Teknik Pengumpulan data a. Observasi

Jenis Observasi yang dilakukan adalah observasi partisipasi (participant observation) adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan dimana observer atau peneliti benar-benar terlibat dalam keseharian responden.

Untuk mengetahui proses menghafal alQur’an di Bait Qur’ani. Peneliti langsung mendatangi tempat penelitian dan mengamati dengan seksama fenomena komunikasi yang menggunkan gerakan tubuh yang terjadi dalam proses menghafal alQur’an dan peneliti terlibat secara aktif dalam proses tersebut.

b. Wawancara

Wawancara merupakan alat re-cheking atau pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Tehnik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam. Wawancara mendalam (in–depth interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara.

Peneliti melakukan dua jenis wawancara, yaitu autoanamnesa (wawancara yang dilakukan dengan subjek atau responden) yaitu guru,


(21)

12

kepala sekolah dan siswa PAUD Bait Qur’any dan aloanamnesa (wawancara dengan keluarga responden) yaitu wali murid.

c. Studi Dokumentasi

Analisis dokumen dilakukan untuk mengumpulkan data yang bersumber dari arsip dan dokumen baik yang berada di sekolah ataupun yang berada di luar sekolah, yang ada hubungannya dengan penelitian 4. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di PAUD Bait Qur’any, yang bertempat di Jl. Ibnu Khaldun II no 2 Kompleks UIN Syarif Hidayatullah, Ciputat – Tangerang. Sedangkan waktu penelitian dilaksanakan pada bulan desember sampai bulan mei tahun 2011.

5. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif, peneliti menggunakan cara berpikir induktif, yaitu cara berpikir dari hal-hal khusus yang peneliti dapatkan dari lapangan (fakta empiris) menuju deduktif yaitu hal-hal yang bersifat mengeneralisasi atau umum. Peneliti menemukan berbagai data di lapangan lalu peneliti mencoba menganalisis dengan mengklasifikasi data setelah itu peneliti memberikan pemaknaan. Pada proses pemaknaan dan interpretasi yang notabene adalah tataran konseptual maka disini peneliti mulai memakai teori untuk mengelaborasi antara fakta empiris dan teori. Dalam menguji keabsahan data peneliti menggunakan standar kredibilitas dengan melakukan teknik trianggulasi yang dilakukan melalui wawancara, observasi langsung.


(22)

13

E. Tinjauan Pustaka

Komunikasi merupakan bagian integral dari system dan tatanan kehidupan sosial manusia atau masyarakat. Karenanya penelitian dan atau fenomena yang berkaitan komunikasipun sudah pernah di lakukan, antara lain:

1. Pengaruh Komunikasi Verbal Antara Guru Aqidah Akhlak Dengan Siswa Terhadap Keberhasilan Belajar Siswa di MAN I Bekasi. Skripsi ini ditulis oleh Eni Fitria, Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, tahun 2009. Kesamaan penelitian Eni Fitria dan penelitian ini adalah sama-sama meneliti komunikasi verbal namun ada perbedaan teori yang dipakai, metodologi dan objek penelitian. Penelitian ini menggunakan model komunikasi Schramm dan Sailor yang menitikberatkan pada komunikasi dua arah atau adanya feedback dari komunikator dan komunikan sedangkan penelitian terdahulu menggunakan teori transaksional dengan menggunakan pendekatan deskriptif korelasional yang tergolong pada penelitian eksplanasi.

2. Efektifitas Komunikasi Verbal Dan Non Verbal Dalam Proses Pembinaan Akhlak Anak Pra Sekolah Di PAUD Islam Al-Istiqomah. Skripsi ini ditulis oleh khoerunnisa, Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, tahun 2008. Fokus penelitiannya pada pengaruh dari komunikasi verbal dan non verbal terhadap keberhasilan belajar. Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada pendekatan penelitian dimana penelitian terdahulu menggunakan pendekatan kuantitatif sedangkan penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Adapun persamaannya


(23)

14

adalah objek penelitiannya yaitu komunikasi verbal dan non verbal serta teori yang digunakan.

3. Analisis Komunikasi Non Verbal dalam Gerakan Shalat yang ditulis oleh Subur Suryati, Mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, tahun 2010. Penelitian terdahulu menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dan studi pustaka (Library Research), sementara penelitian ini terjun ke lapangan secara langsung. Perbedaan lainnya adalah model komunikasi yang digunakan yaitu model laswell sementara penelitian ini menggunakan model Shramm dan Sailer. F. Sistematika Penulisan

Guna mempermudah pemaparan dalam penulisan, penulis menyusun ke dalam beberapa pokok dan susb-sub pokok dengam sistematika penulisan sbb :

Bab I : berisi pendahuluan yang meliputi latar belakang, pembatasan masalah dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.

Bab II : berisi kajian teori yang meliputi pengertian implementasi, komunikasi verbal, komunikasi non verbal, dan menghafal juz Amma pada usia dini

Bab III : memberi gambaran gambaran tentang PAUD Bait Qur’any meliputi sejarahnya, visi dan misi Bait Qur’any ,Struktur Organisasi, Data Anak didik PAUD Bait Qur’any, Program Kegiatan Pembelajaran, Syarat guru, Target Kemampuan Tsaqofah dan Sarana Prasarana


(24)

15

Bab IV : Bab ini merupakan inti dari penelitian, dijelaskan secara rinci mengenai implementasi komunikasi verbal komunikasi non verbal, kendala yang dihadapi dalam penerapan komunikasi verbal dan non verbal dalam menghafal alQur’an


(25)

16

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Implementasi Komunikasi

Dalam kamus Webster pengertian implementasi dirumuskan secara pendek yaitu implementasi (mengimplementasikan) berarti menyajikan alat bantu untuk melaksanakan, menimbulkan dampak atau berakibat sesuatu.

Implementasi adalah perluasan aktifitas yang saling menyesuaikan. Pengertian-pengertian ini memperlihatkan bahwa kata implementasi bermuara pada aktifitas, tindakan atau mekanisme suatu sistem, ungkapan mekanisme mengandung arti bahwa implementasi bukan sekedar aktifitas tetapi juga kegiatan yang terencana dan dilakukan secara sungguh-sungguh berdasarkan acuan norma tertentu untuk mencapai tujun kegiatan.1

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia kata implementasi diartikan sebagai penerapan atau pelaksanaan.

Dari beberapa definisi diatas bahwa implementasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mencapai tujuan atau penerapan dan menimbulkan dampak.

Komunikasi secara etimologi berasal dari kata communication yang berarti pemberitahuan atau pertukaran pikiran dan communis yaitu sama, dalam arti sama makna mengenai suatu hal.2

1

Toni Nugraha, Pengertian Implementasi, http//unhalu.ac.id. Artikel diakses pada 17 April 2011.

2

Onong Uchjana Effendi, Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000). Cet. 4 hal. 3-4


(26)

17

Menurut Rogers dan D Lawrence Kincain komunikasi adalah suatu proses di mana satu orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam.3

Frista Armanda dalam kamus lengkap bahasa Indonesia berpendapat komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami.4

Dari pendapat diatas, pada dasarnya inti dari pengertian komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau mengubah sikap, pendapat, perilaku baik langsung secara lisan maupun tak langsung melalui media serta kebersamaan dalam menciptakan saling pengertian dari orang-orang yang ikut serta dalam suatu proses komunikasi.

B. Unsur-Unsur Komunikasi

Dalam berkomunikasi terdapat beberapa unsur yang merupakan syarat, unsur-unsur tersebut adalah pengirim pesan (komunikator), penerima pesan (komunikan), Pesan, saluran komunikasi dan media komunikasi, efek komunikasi, umpan balik.5

1. Pengirim pesan (komunikator): manusia berakal budi yang berinisiatif menyampaikan pesan untuk mewujudkan motif komunikasinya.

3

Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta : PT. Raja Grafindi Persada, 2003) Cet. Ke-4 hal.20.

4

Frista armanda W. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Lintas Media Jombang, h.596 5

Dani Vardiansyah, Pengantar Ilmu Komunikasi, Ghalia Indonesia,Jakarta: 2004, cet ke 1,h.18-28


(27)

18

2. Penerima pesan (komunikan): manusia berakal budi, kepada siapa pesan komunikator ditujukan. Sebagaimana pengirim pesan, dalam penerimaan pesanpun akan saling bergantian

3. Pesan: segala sesuatu, verbal maupun nonverbal, yang disampaikan komunikator kepada komunikan untuk mewujudkan motif komunikasinya. 4. Saluran dan media komunikasi: jalan yang dilalui pesan komunikator untuk sampai ke komunikannya. Dalam hal ini terdapat dua jalan yaitu; tanpa media (nonmediated communication) yang berlangsung face to face, atau dengan media komunikasi, dapat berupa telepon, internet radio, televisi, majalah dan surat kabar/koran.

5. Efek komunikasi: pengaruh yang ditimbulkan pesan komunikator dalam diri komunikannya. terdapat tiga tataran pengaruh dalam diri komunikan yaitu kognitif (seseorang jadi tahu tentang sesuatu), afektif (sikap seseorang terbentuk, misalnya setuju atau tidak setuju terhadap sesuatu), konatif (tingkah laku yang membuat seseorang bertindak melakukan sesuatu).

6. Umpan balik: jawaban komunikan atas pesan yang disampaikan komunikator kepadanya. Dalam komunikasi yang dinamis komunikator dan komunikator terus menerus saling bertukar peran.


(28)

19

C. Komunikasi Verbal

1. Pengertian Komunikasi Verbal

Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan simbol-simbol dan kata-kata, baik yang yang dinyatakan secara oral atau lisan maupun tulisan.

Komunikasi dapat teridentifikasikan sebagai suatu proses dimana seorang pembicara berinteraksi secara lisan dengan pendengar untuk mempengaruhi tingkah laku penerima. Komunikasi tulisan apabila keputusan yang akan disampaikan oleh pimpinan itu disampaikan oleh pimpinan itu disandikan dalam sombol-simbol yang dituliskan pada kertas atau pada tempat lain yang bisa dibaca, kemudian dikirimkan pada karyawan yang dimaksudkan.6

Komunikasi verbal yaitu komunikasi yang dalam menyampaikan pesannya dengan menggunakan lisan dan tulisan.7

Menurut Paulette J. Thomas, Komunikasi verbal adalah penyampaian dan penerimaan pesan dengan menggunakan bahasa lisan dan tulisan.8 Sementara, lambang verbal merupakan semua lambang yang digunakan untuk menjelaskan pesan-pesan dengan memanfaatkan kata-kata (bahasa).

Komunikasi verbal yaitu penerimaan sistem syaraf seseorang kepada sistem syaraf orang lain dengan maksud untuk menghasilkan sebuah makna

6

Arni Muhammad, Komunikasi Organisas (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), Cet. Ke-4 hal.95-96.

7

Onong Uchjana Effendi, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,1998), hal. 7

8

Roudhonah, Ilmu Komunikasi (Jakarta: Kerjasama Lembaga Penelitian UIN Jakarta dan Jakata Press, 2007), Cet.1, hal.93.


(29)

20

serupa dengan yang ada dalam pikiran si pengirim, dengan menggunakan kata-kata yang merupakan unsur-unsur dasar bahasa.9

Adapun Kode Komunikasi verbal dalam pemakaiannya menggunakan bahasa, bahasa dapat didefinisikan seperangkat kata yang telah disusun secara berstruktur sehingga menjadi inti kalimat yang mengandung arti.10

Dari beberapa pendapat di atas pada dasarnya sama bahwa komunikasi verbal adalah penyampaian pesan dengan kata-kata baik berupa lisan atau tulisan dimana unsur terpenting dari komunikasi verbal ini adalah bahasa.

Untuk kepentingan komunikasi verbal, bahwa bahasa dianggap sebagai suatu konsep tertentu. Bahasa memiliki kekayaan simbolisasi verbal dan dipandang sebagai upaya manusia untuk memberdayakan informasi yang besumber dari persepsi manusia dan sebagai medium untuk berkomunikasi secara santun dengan diri sendiri maupun dengan orang lain.

2. Klasifikasi Komunikasi Verbal

a. Komunikasi verbal melalui lisan dapat diartikan sebagai suatu proses dimana seorang berinteraksi secara lisan dengan pendengar untuk mempengaruhi tingkah laku penerima. Komunikasi verbal melalui lisan dapat dilakukan secara langsung bertatap muka antara komunikator dengan komunikan, seperti berpidato atau ceramah. Selain itu juga, komunikasi verbal melalui lisan dapat dilakukan dengan menggunakan media, contoh seseorang yang bercakap-cakap melalui telepon.

9

L, Tubbes Stewwart, Moss, Sylvia. Human Communication. Prinsip-Prinsip Dasar Pengantar. Deddy Mulyana, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2001) cet ke 3 h. 112

10

Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta : PT. Raja Grafindi Persada, 2003) Cet. Ke-4 hal.99.


(30)

21

b. Komunikasi verbal melalui tulisan dilakukan dengan secara tidak langsung antara komunikator dengan komunikan. Proses penyampaian informasi dilakukan dengan menggunakan berupa media surat, lukisan, gambar, grafik dan lain-lain.

3. Teori Komunikasi Verbal

Menurut para ahli. Ada tiga teori sehingga orang bisa memiliki kemampuan komunikasi verbal. teori pertama adalah operant conditioning, teori ini menekankan unsur stimulus dan respon yang menyatakan bahwa jika suatu organism dirangsang oleh stimuli dari luar, orang akan cenderung memberi reaksi. Teori kedua dinamakan dengan teori kognitif, teori ini menenkankan kompetensi bahasa pada manusia lebih dari apa yang ditampilkan. Teori ketiga disebut teori penengah, teori ini menekankan bahwa manusia dalam mengembangkan kemampuannya berbahasa tidak saja bereaksi terhadap stimuli yang diterima dari luar tetapi juga dipengaruhi oleh proses internal yang terjadi dalam dirinya.11

Ketiga teori ini menunjukan ciri dan alasan masing-masing namun dapat memberikan tekanan yang sama, bahwa manusia akan meningkatkan kemampuan berkomunikasi secara verbal yang tentunya harus melalui proses belajar. Tanpa komunikasi verbal manusia tidak bisa berpikir, komunikasilah yang mempengaruhi persepsi dan pola pikir seseorang.

11

Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta : PT. Raja Grafindi Persada, 2003) Cet. Ke-4 hal.103.


(31)

22

4. Tujuan Komunikasi Verbal

Adapun tujuan menggunakannya komunikasi verbal (lisan dan tulisan) antara lain12:

1) Penyampaian penjelasan, pemberitahuan, arahan dan lain sebagainya, 2) Presentasi penjualan dihadapan para audien,

3) Penyelenggaraan rapat,

4) Wawancara dengan orang lain, 5) Pemasaran melalui telepon, dsb.

5. Perbedaan Komunikasi Verbal dan Non Verbal a. Kesenjangan

Komunikasi non verbal cenderung kurang dilakukan dengan sengaja dan kurang halus, mengarah pada norma-norma yang ada. Sedangkan Komunikasi verbal dilakukan dengan sengaja.

b. Perbedaan-perbedaan Simbolik

Komunikasi verbal bersifat intensional dan harus dibagi diantara orang-orang yang terlibat dalam tindakan komunikasi. Sementara komunikasi non verbal lebih alami ia beroperasi sebagai norma dan perilaku yang disandarkan pada norma.

c. Mekanisme Pemprosesan

Komunikasi non verbal kurang terstrukur dan aturan-aturan yang ada ketika berkomunikasi lebih sederhana. Sedangkan komunikasi verbal mempersyaratkan aturan-aturan tata bahasa dan sintaksis.

12

Riswanto Hidayat, Komunikasi Verbal, www. Wordpress,com diakses tanggal 4 April 20011


(32)

23

D. Komunikasi Non Verbal

1. Pengertian Komunikasi Non Verbal

Komunikasi non verbal adalah suatu kegiatan komunikasi yang menggunakan bahasa isyarat atau bahasa diam (silent).13

Komunikasi non verbal adalah penciptaan dan pertukaran pesan dengan tidak menggunakan kata-kata seperti komunikasi yang menggunakan gerakan tubuh, sikap tubuh, vokal yang bukan kata-kata, kontak mata, ekspresi muka, kedekatan jarak dan sentuhan.14

Komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang menggunakan pesan-pesan nonverbal. Istilah non verbal biasanya digunakan untuk melukiskan semua peristiwa komunikasi di luar kata-kata terucap dan tertulis. Definisi harfiah komunikasi non verbal yaitu komunikasi tanpa kata-kata.15 Komunikasi non verbal hanya mencakup sikap dan penampilan, Jadi dilihat dari istilah komunikasi non verbal membawa pesan non linguistik.

Komunikasi non verbal dapat juga diartikan yaitu komunikasi dengan menggunakan gejala yang menyangkut gerak-gerik (gestures), sikap (postures), ekspresi wajah (Facial expressions), pakaian yang bersifat simbolik, isyarat dan gejala yang sama yang tidak menggunakan bahasa lisan dan tulisan.16

Pendapat diatas menyatakan bahwa pada intinya komunikasi non verbal merupakan komunikasi tanpa kata-kata/isyarat seperti sikap tubuh, gerakan tubuh,

13

Arni Muhammad. Komunikasi Organisasi (Jakarta: Bumi Aksara, 2001) Cet. Ke-4 hal.139 14

Agus M Hudjana, Komunikasi Intrapersonal dan Komunikasi Interpersonal, (Yogyakarta: Kanisius, 2003) Cet. Ke-1 hal.26

15

Roudhonah, M. Ag, Ilmu Komunikasi (Jakarta: Kerjasama Lembaga Penelitian UIN Jakarta dan Jakata Press, 2007), Cet.1, hal.93.

16

Onong Uchjana Effendi. Dimensi-Dimensi Komunikasi. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), cet ke 4. Hal. 28


(33)

24

vokal yang bukan kata-kata kontak mata, ekspresi mata, kedekatan jarak dan sentuhan.

2. Klasifikasi Komunikasi Non Verbal a. Kinesik

Pesan kinesik merupakan pesan yang menggunakan gerakan tubuh yang berarti. Pesan ini terdiri dari 3 komponen utama yaitu :

1) Pesan fasial

Pesan ini menggunakan air muka untuk menyampaikan makna tertentu. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa wajah dapat menyampaikan paling sedikit sembilan kelompok makna: kebahagiaan, rasa terkejut, ketakutan, kesedihan, kemuakan, pengecaman, minat, ketakjuban dan tekad.

Leathers 1976 menyimpulkan penelitian tentang wajah sebagai berikut:

(a) Wajah mengkomunikasikan penilaian trntang ekspresi senang dan tak senang yang menunjukan komunikator memandang objek penelitiannya baik atau buruk.

(b) Wajah menkomunikasikan minat seseorang kepada orang lain atau lingkungan.

(c) Mengkomunikasikan intensitas keterlibatan dalam suatu situasi (d) Wajah mengkomunikasikan tingkat pengendalian individu terhadap


(34)

25

(e) Wajah barangkali mengkomunikasikan adanya atau kurangnya pengertian.

2) Pesan gestural

Menunjukan gerakan sebagian badan seperti mata dan tangan untuk mengkomunikasikan berbagai makna, menurut Galloway, pesan ini berfungsi untuk mengungkapkan:

(a) Mendorong/ membatasi

(b) Menyesuaikan/mempertentangkan (c) Responsive/ non responsive (d) Perasaan positif/negative

(e) Memperhatikan / tidak memperhatikan. (f) Melancarkan/ tidak reseptif

(g) Menyetujui / menolak

Pesan gestural yang mempertentangkan terjadi bila pesan gestural memberikan arti lain dari pesan verbal atau pesan lainya. Pesan gestural tak responsive menunjukan gesture yang ada kaitannya. negatif menunjukan sikap dingin, merendahkan, atau menolak. Tak respnosif mengabaikan permintaan untuk bertindak.

3) Pesan postural

Berkaitan dengan seluruh anggota badan mehrabian menyebutkan tiga makna yang dapat disampaikan postural.


(35)

26

Merupakan ungkapan kesukaan atau ketidaksukaan terhadap individu yang lain. Postur tubuh yang condong ke arah lawan bicara menunjukan kesukaan dan penilaian positif.

(b) Power

Mengungkapkan status yang tinggi pada diri komunikator (c) Responsiveness

Individu mengkomunikasikannya bila ia bereaksi secara emosional pada lingkungannya baik positif atau negatif.

b. Proksemik

Pesan ini disampaikan melalui pengaturan jarak dan ruang. Pada umumnya dengan mengatur jarak. Kita mengungkapkan keakraban kita dengan orang lain. Pesan ini juga diungkapkan dengan mengatur ruang dan objek dan rancangan interior. Pesan ini dapat mengungkapkan status sosial ekonomi, keterbukaan dan keakraban.

c. Artifaktual

Pesan ini diungkapkan melalui penampilan body image, pakaian kosmetik dan lain-lain. Umumnya pakaian kita pergunakan untuk menyampaikan identitas kita, yang berarti menunjukkan kepada orang lain bagaimana perilaku kita dan bagaimana orang lain sepatutnya memperlakukan kita.

Selain itu pakaian juga berguna untuk mengungkapkan perasaan (misalnya pakaian hitam berarti duka cita) dan formalitas (sandal untuk sittuasi informal dan batik untuk situasi formal)


(36)

27

d. Paralinguistik

Merupakan pesan non verbal yang berhubungan dengan cara mengungkapakan pesan verbal. Satu pesan verbal yang sama dapat menyampaikan arti yang berbeda-beda bila diucapkan dengan cara yang berbeda-beda.

Hal-hal yang membedakan antara lain nada, kualitas suara, volume, kecepatan dan ritme. Secara keselun.ruhan pesan paralinguistik merupakan alat yang paling cermat untuk menyampaikan perasaan kita pada orang lain. e. Pesan Sentuhan

Biasanya melalui sentuhan. Ini melalui sensitivitas kulit. Sepertihalnya orang yang marah ia akan mencubit keras, ungkapan kasih sayang, keakraban dan lain-lain. Smith melaporkan berbagai perasaan yang dapat disampaikan perasaan dan yang paling biasa dikomunikasikan sentuhan ada lima: tanpa perhatian, kasih sayang, takut, marah, dan bercanda.

f. Pesan Olfaksi

Merupakan pesan non verbal melalui penciuman hidung yang merasakan bau-bauan yang telah dikenalnya seperti bau minyak wangi, bau bawang, makanan dan lain-lain. Bahkan seseorang dapat mengenali bau minyak wangi yang sering dipakai oleh orang terdekatnya.


(37)

28

3. Fungsi Komunikasi Non Verbal

Jalaluddin Rahmat Menjelaskan bahwa komunikasi non verbal memiliki beberapa fungsi, yaitu17:

a. Repetisi

Disini komunikasi non verbal memiliki fungsi untuk mengulang kembali gagasan yang disajikan secara verbal. Misalnya setelah seseorang menjelaskan penolakannya terhadap suatu hal ia akan menggelengkan kepalanya berulang kali untuk menjelaskan penolakannya.

b Subtitusi

Disini komunikasi non verbal memiliki fungsi untuk Menggantikan lambang-lambang verbal. Misalnya tanpa sepatah katapun seseorang berkata, ia dapat menunjukkan persetujuan dengan mengangguk-anggukan kepala.

c Kontradiksi

Menolak pesan verbal atau memberikan makna lain terhadap pesan verbal. Misalnya seorang memuji prestasi rekannya dengan mencibirkan bibirnya sambil berkata: hebat kau memang hebat”

d Komplemen

Melengkapi dan memperkaya makna pesan non verbal. Misalnya air muka seseorang menunjukkan tingkat penderitaan yang tidak terungkap dengan kata-kata.

17

Jalaluddin Rahmat, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), hal 287.


(38)

29

e Aksentuasi

Menegaskan pesan verbal atau menggaris bawahinya. Misalnya seseorang mengungkapakan kejengkelannya sambil memukul mimbar. 4. Tujuan Komunikasi Non Verbal

1. Menyediakan/memberikan informasi 2. Mengatur alur suatu percakapan 3. Mengekspresikan suatu emosi

4. Memberi sifat, melengkapi, menentang atau mengembangkankan pesan pesan verbal.

5. Mengendalikan atau mempersuasi orang lain

6. Mempermudah tugas-tugas khusus, misalnya dalam mengajar seseorang untuk melakukan serve badminton, belajar golf dan sejenisnya.

5. Batasan-Batasan komunikasi Non Verbal

a. Komunikasi non verbal berada dalam konteks maksudnya adalah komunikasi non verbal sesuai dengan konteksnya. Karena gerakan atau perilaku non verbal bisa saja mempunyai arti yang berbeda. Misalnya kedipan mata mata bisa berarti ajakan untuk bergabung dilain konteks bearti cinta, berbohong dan sebagainya.

b. Perilaku non verbal adalah perilaku yang normal, maksudnya perilaku gerak tubuh, mimik wajah merupakan hal yang normal terjadi pada seseorang untuk melengkapi komunikasi verbal.


(39)

30

c. Tindakan-tindakan non verbal saling terintegrasi, maksudnya seluruh bagian tubuh manusia secara normal bekerjasama mengkomunikasikan makna-makna tertentu.

d. Komunikasi non verbal sangat menentukan, maksudnya tindakan seseorang ditentukan oleh keinginan-keinginan tertentu seperti menangis, tersenyum dan lain-lain.

e. Perilaku non verbal sangat terpercaya, maksudnya seseorang yang sedih dan marah akan terlihat dari raut wajahnya dan tidak bisa dibohongi. E. Menghafal Juzz Amma pada Masa Usia Dini

Berdasarkan Pasal 28 UU Sisdiknas No.20/2003 ayat 1 mengemukakan bahwa usia dini yaitu sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun.18. bisa juga dikatakan bahwa pada usia 0-6 tahun disebut pra tamyiz.

1. Mengenal Potensi Anak

Ketika ingin memberikan stimulan pada anak, perlu memperhatikan karakteriktis anak tersebut. Allah menciptakan anak dengan memberikannya kekhasan dari sisi potensi. Allah menganugerahkan anak tiga potensi, yaitu: a. Kebutuhan Jasmani

Kebutuhan jasmani yang dimiliki anak merupakan berbagai kondisi, zat dan aktifitas yang dibutuhkan tubuh anak. Kondisi yang dibutuhkan anak yaitu istirahat, suhu dan tekanan udara yang seimbang.

Adapun Zat yang dibutuhkan anak antara lain makanan, minuman dan udara. Sedangkan aktifitas yang dibutuhkan tubuh anak seperti bernafas,

18

Home Learning Sebuah Pembelajaran dalam Setiap Aktifitas Anak, Nurul Hikmah dan Nurul Habiburrahmanuddin (Jakarta : Attafkir Press, 2009), Hal 25


(40)

31

makan, minum dan buang air. Aktifitas, zat dan kondisi di atas dibutuhkan oleh organ tubuh untuk melaksanakan fungsinya.

Dalam pendidikan selain memperhatikan kebutuhan jasmani juga perlu memperhatikan perkembangan jasmani anak (motorik). Perkembangan motorik meliputi motorik halus dan kasar. Motorik kasar adalah kemampuan anak menggunakan otot-otot besar dan sebagian atau seluruh bagian tubuh untuk melakukan gerak, misalnya, berlari dan melompat. Motorik halus merupakan perkembangan gerak anak yang menggunakan otot-otot kecil, misalnya menulis melipat, merangkai, mengancing baju, menggunting dan lain – lain.

b. Naluri

Naluri merupakan potensi diri anak yang mendorongnya untuk memiliki kecenderungan terhadap sesuatu (benda) dan perbuatan atau meninggalkan benda dan perbuatan tersebut. Contohnya anak senang bermain mobil-mobilan, ingin berlari, ingin melompat, ingin memanjat, anak tidak suka jika disakiti dan lain-lain.

Naluri yang diberikan Allah pada anak ada tiga yaitu Naluri mempertahankan hidup seperti rasa berani, takut, ingin memiliki pakaian, makanan, mainan. Naluri seksual seperti ingin disayangi orang tua, saudara, teman, lawan jenis. Naluri Agama seperti mengenal Allah yang patut disembah.

Perkembangan dari penampakan-penampakan naluri tersebut yaitu perkembangan sosial, emosi dan keberagamaan anak.


(41)

32

Perkembangan Sosial yaitu kemampuan anak untuk berinteraksi dan beradoptasi dengan lingkungan sosialnya secara efektif sesuai dengan aturan Allah. Misalnya kemampuan anak untuk menyapa dan bermain bersama teman-temannya.

Perkembangan emosi meliputi kemampuan anak mencintai, merasa nyaman, berani, gembira, sedih dan marah serta bentuk-bentuk emosi lainnya.

Perkembangan Keagamaan menurut Ibnu Qayyim mencakup aspek imaniyah dan aspek khuluqiyah.

Dalam beberapa dalil dapat dilihat aspek-aspek keagamaan anak. Diantara dalil yang mengisyaratkan tentang pendidikan pra tamyiz lebih utama dilakukan oleh keluarga yaitu:19

Pertama, mendidik anak untuk mencintai Allah, Ahli Bait dan membaca alQur’an At-tabrani meriwayatkan dari Ali Radhiallahu Anhu Nabi bersabda :

Didiklah anak-anakmu pada tiga perkara: Mencintai Nabimu,

Mencintai Ahli Baitnya dan Membaca Alqur’an...”(H.R. Ath-Tabrani)

Kedua, mengajari anak beribadah. Alhakim dan Abu Daud meriwayatkan dari Ibnu Amr bin Al-Ash ra, dari Rasulullah SAW, Beliau bersabda:

“ Suruhlah anak-anakmu menjalankan shalat jika mereka sudah

berusia tujuh tahun, dan jika mereka sudah berusia sepuluh tahun, maka

19

Djamaluddin Ancok dan Fuat Nashorin Suroso, Psikologi Islam, Solusi Islam atas Problem-Problem Psikologi (Yogyakarta, Pustaka Pelajar:2004) h.80


(42)

33

pukullah mereka jika tidak mau melaksanakan shalat dan pisahkanlah

tempat tidur mereka” (H.R Abu Daud)

Ketiga, mengajari tentanga. Ibnu Majah meriwayatkan dari Ibnu Abbas ra, Rasulullah bersabda:

Muliakanlah anak-anakmu dan ajarkanlah kepada mereka adab”(H.R Ibnu Majah)

Keempat, mengajarkan anak hukum halal dan haram. Ibnu Jarir dan Ibnu Mundzir meriwayatkan dari Ibnu Abbas ra, ia berkata:

“Taatlah kepada Allah dan takutlah berbuat maksiat kepada Allah

serta suruhlah anak-anakmu untuk mentaati perintah-perintah dan menjauhi larangan-larangan. Karena itu akan memelihara mereka dan kamu dari api neraka

Dengan demikian keagamaan anak menurut hadis mencakup aspek kecintaan kepada Allah, melaksanakan ibadah, terbiasa beradab dan memperhatikan yang halal dan yang haram.

c. Berfikir / Aspek kognitif

Pada aspek kognitif perkembangan anak tampak pada kemampuannya dalam menerima, mengolah dan memahami informasi-informasi yang sampai kepadanya.

Menghafal juz amma pada usia dini melibatkan aspek kognitif dan merupakan upaya untuk mengenalkan ayat-ayat Allah kepada anak sejak


(43)

34

dini. Adapun arti dari menghafal adalah mengingat-ingat.20 Salah satu usaha nyata dalam proses pemeliharaan kemurnian alQur’an yaitu dengan menghafalkannya.

Sebagaimana sabda Rosulullah Shallallahu „Alaihi Wasallam: "Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur'an dan kemudian mengajarkannya." (HR. Bukhari).

Dalam proses menghafal alQur’an, hendaknya setiap orang memanfaatkan usia-usia yang berharga, sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang sholeh terdahulu dalam mengajarkan alQur'an kepada anak-anaknya, mereka lakukan sejak usia dini, sehingga banyak dari tokoh ulama yang sudah hafal alQur’an pada usia sebelum akil baligh, Imam Syafi’i misalnya- telah hafal alQur’an pada usia sepuluh tahun, begitupun Ibnu Sina, alim dibidang kedokteran.

Anak-anak diajari alQur'an merupakan hal yang asasi dalam Islam agar mereka tumbuh berdasarkan fitrahnya yang suci, dan agar cahaya hikmah masuk kedalam hati mereka sebelum hawa nafsu bercokol di hati mereka dan sebelum hati mereka digelapi dengan kabut-kabut kemaksiatan dan kesesatan.

2. Urgensi Menghafal alQur’an/Juz Amma21 a. AlQur'an sebagai Pedoman Hidup. b. Ilmu adalah dengan dihafal

20

Eko Edarmoko. Tesaurus Bahasa Indonesia (Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama, 2006) h.225

21

Vicki SIK, Urgensi Menghafal Alqur’an, www. Fiqih Islam.com diakses pada 25 Maret 2011


(44)

35

3. Kiat Menghafal Alqur’an

a. Memperbaiki tajwid bacaan (tahsin) b. Banyak mengulang dan muroja'ah c. Mentadaburi

4. Teknik Menghafal a. Mendengar b. Mengucap c. Menghafal d. Memahami e. Takrir

f. Mengunakan gerak/ Kinestetik

5. Keutamaan Menghafal alQuran yang dijelaskan Allah dan RasulNya a. Fadhail/Keutamaan di Dunia

1) Al Qur’an menjanjikan kebaikan, berkah, dan kenikmatan bagi penghafalnya

2) Seorang hafizh alQur’an adalah orang yang mendapatkan tasyrif nabawi (penghargaan khusus dari Nabi SAW)

3) Hifzhul Qur’an merupakan ciri orang yang diberi ilmu.

4) Hafizh Qur’an adalah keluarga Allah yang berada di atas bumi. 5) Menghormati seorang hafizh alQur’an berarti mengagungkan Allah. b. Fadhail/Keutamaan Akhirat

1) Al Qur’an akan menjadi penolong (syafa’at) bagi penghafal. 2) Hifzhul Qur’an akan meninggikan derajat manusia di surga.


(45)

36

3) Para penghafal alQur’an bersama para malaikat yang mulia dan taat. 4) Bagi para penghafal kehormatan berupa tajul karamah (mahkota

kemuliaan).

5) Kedua orang tua penghafal alQur’an mendapat kemuliaan.

6) Penghafal alQur’an adalah orang yang paling banyak mendapatkan pahala dari Al Qur’an.

7) Penghafal alQur’an adalah orang yang akan mendapatkan untung dalam perdagangannya dan tidak akan merugi.


(46)

37

BAB III

GAMBARAN UMUM PAUD BAIT QUR’ANY A. Sejarah PAUD Bait Qur’any

Pada tahun2005 terbentuk kelompok kecil yang berada di bawah naungan Majlis Taklim Al-Muhajirin yang mencoba mewadahi ibu-ibu muda dengan materi pengenalan dan pemahaman alQur’an dan penanaman aqidah. Setelah berjalan satu tahun pengajian hanya diikuti oleh 6 orang, kemudian ada keinginan dari beberapa pengurus Majlis Taklim untuk mengembangkan pengajian ibu-ibu muda tersebut dengan menggunakan manajemen pemberdayaan manusia secara serius.

Pada akhir tahun 2006 atas dukungan Majlis Taklim, terbentuklah kelompok pembinaan ibu dan anak dengan model Bait Qurany Pendidikan Berbasis Aqidah Islam Pra TamyizAula Duljannah. Mengingat perkembangan Bait Qurany di Aula Duljannah mengalami beberapa hambatan, kemudian dewan pendiri memisahkan diri dengan Majlis Taklim Al-Muhajirin pada tahun 2006 dan mendirikan lembaga Pusat Pelatihan Orang Tua dan Anak (PPRA).

Melalui beberapa training Bait Qurany yang diberikan kepada kelompok ibu Majlis Taklim dan mahasiswi UIN Jakarta, kemudian berdirilah secara resmi At-Tafkir dan beberapa cabangnya. Setelah itu, terbentuklah ide untuk mendirikan lembaga pendidikan PAUD yang berbasis Islam tujuannya mengenalkan ajaran-ajaran Islam pada anak usia dini. Pada tahun 2008 terbentuklah PAUD Bait Qur’any yang bertempat di Jl. Ibnu Khaldun II no.2


(47)

38

Komplek Dosen UIN Syarif Hidayatullah. Seiring berjalannya waktu Bait Qur’any membuka Cabang, diantaranya:

a. PAUD El-Fikr, Ciracas b. BQ Saleh Rahmany, Aceh

c. PAUD Sabiqul Khoirot, Cinangka B. Visi dan Misi PAUD Bait Qur’any

a. Visi

Mencetak generasi Islam yang memiliki kepribadian Islam, tsaqofah Islam dan menguasai sains dan tehnologi.

b. Misi

1) Meningkatkan kualitas pengasuhan orang tua 2) Melahirkan hafidz al-Qur’an diusia dini 3) Tsaqofah Islam

4) Membentuk generasi Islam yang dapat menterjemahkan alQur’an kata perkata sejak dini

5) Membentuk generasi Islam yang menguasai bahasa Arab al-Qur’an tingkat dasar (dhomair dan tashrif lughawih dan istilahi) sebagai modal mentafsirkan al-Qur’an secara tahlili dan maudhui dan istinbat hukum dasar.

6) Membentuk generasi Islam yang mampu berkomunikasi dengan bahasa Arab.


(48)

39

7) Membentuk generasi Islam yang menguasai fiqh anak:Sholat, aurat, muhrim, tata pergaulan pada orang tua, teman sebaya dan saudara, dan fiqh dakwa.

8) Membentuk generasi Islam yang dapat membedakan baik ( baik menurut Allah) dan buruk (buruk menurut Allah)

9) Membentuk generasi Islam yang menguasai sains dalam bingkai tauhid

10) Menngembangkan setiap aspek perkembangan pada diri anak; motorik, emosi, sosial, kognitif dan keberagamaan

C. Struktur Organisasi

Sari Yulianti Bendahara Penasehat

Ust. Habiburrahmanuddin, MA

TK B Putra Kiki Zakiyah Play Group

Zaenab

Guru Koord. Sekolah Ibu Tri Ningtias Kepala Sekolah

Nurul Hikmah, MA

TK A Putri Atiq Maftuhah, S.Pd

Santi Sekretaris dan OPP

Umi Yuliyanti S.Pd.I

TK B Putri BQCenter

Rabiyatul Adawiyah

TK A Putra UleSelaesih, S.Pd


(49)

40

D. Data Anak Bait Qur’ani TK B Puteri

E. Tahapan Kegiatan Pembelajaran 1. Berbaris sebelum masuk kelas

2. Menterjemahkan surat-surat pendek perkata menggunakan gerak 3. Membaca ikrar dan berdo’a sebelum belajar

4. Hafalan surat-surat pendek 5. Pembiasaan Shalat dhuha 6. Pembiasaan Shalat Wajib 7. Hafalan surat-surat pendek

8. Pembiasaan Menggunakan kalimat-kalimat thoyibah 9. Olah Raga

10.Quantum Kepribadian

No Nama Anak Nama Tempat Tanggal Lahir

Panggilan

1 Dzidayatur Rahmah Diza Tangerang, 21 Januari 2005 2 Wafa Mumtaz Wafa Tangerang, 7 Juli 2005 3 Fayma Salsabila Yasir Cinta Tangerang, 20 Agustus 2005 4 Syafira Azzahra Zahra Tangerang, 5 Maret 2005 5 Ageisya Lestari Ageisya Tangerang, 22 Mei 2005 6 Najwa Kamila Najwa Jakarta, 9 September 2005 7 Najmi Ramadani Syofyan Najmi Salimpat, 25 Juni 2005 8 Azzah Assajidah Azzah Tangerang, 10 Mei 2005 9 Indah Lani Nur Husna Lani Bogor, 30 Juli 2005 10 Madzidah Zida Tangerang, 8 April 2005 11 Dzawata Afnan Awwa Bengkulu, 20 Maret 2006 12 Amara Putri raihan Putri Tangerang, 25 Juni 2005


(50)

41

F. Syarat Guru di PAUD Bait Qur’any

1. Mempunyai motivasi yang kuat untuk menjadi guru 2. Mempunyai sifat penyayang terhadap anak

3. Berpenampilan islami seperti menutup aurat 4. Ada koordinasi antara guru dan Kepala Sekolah 5. Memiliki kemampuan umum

6. Memiliki kemampuan agama

7. Mengetahui visi dan misi PAUD Bait Qur’any 8. Mengikuti tes tilawah dan praktek ibadah

G. Kemampuan Tsaqofah Islam yang diharapkan dan Hafalan 1. Mengucapkan dengan Fasih dua kalimat syahadat

2. Menyebutkan nama-nama malaikat dan tugasnya masing-masing 3. Mengenal riwayat Nabi dan sifat-sifatnya

4. Mengenal kitab suci alQur’an dan beberapa ajaran pokok yang terkandung 5. Mengucapkan dengan fasih dan hafal juz amma

6. Mengenal huruf Hijaiah dan mengucapkanya dengan lafal yang benar 7. Mengenal adanya kehidupan Ahkirat

8. Melafalkan Adzan dan Iqomat

9. Melakuka gerak shalat dengan Khusyu dan Benar 10.Mengucapkan dan hafal bacaan shalat dengan benar 11.Mengetahui tempat shalat dan kelengkapannya 12.Mengenal arti dan cara berpuasa secara sederhana


(51)

42

14.Mengenalkan waktu shalat dan jumlah rakaatnya 15.Mengenal manasik haji

16.Mengenal beberapa beberapa do’a harian 17.Hafal beberapa hadits pendek

18.Mengetahui tashrif lughowi dan istilahi 19.Memahami adhoma’ir

20.Memahami cara menutup aurat

21.Alumnus PAUD Bait Qur’any hafal satu Juz 30. H. Program Menghafal Al-Qur’an

1. Jarimatika Al-Qur’an

2. Tarjamah Kata perkata dengan kinestetik 3. Tajwid Al-furqon

I. Program Kontrol Sekolah Perkembangan Kemampuan Siswa di Rumah 1. Catatan Anak Sholeh (diisi orang tua yang menggambarkan perkembangan

siswa dirumah setiap bulannya dilaporkan ke guru disekolah)

2. Buku Penghubung (diisi oleh guru dalam menggambarkan anak ketika disekolah kemudian diserahkan kepada orang tua siswa setiap awal bulan) J. Sarana dan prasarana

1. Ruang Belajar 2. Lemari Buku 3. Kalender Akademik 4. Kipas Angin


(52)

43

6. Tape Recorder 7. Komputer 8. Telepon 9. Televisi 10.Dispenser 11.Hiasan Dinding 12.Rak Sepatu 13.Tempat Sampah 14.Kamar Mandi 15.Dapur

16.Meja 17.Kursi

18.Taman Bermain 19.Ruang Serba Guna


(53)

44

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Implementasi Komunikasi Verbal dan Non Verbal dalam Menghafal Juz Amma di PAUD Bait Qur’any

Komunikasi bentuk verbal adalah bentuk komunikasi yang menggunakan kata-kata yang diucapkan secara lisan dan tulisan yang sangat umum digunakan oleh banyak orang. Komunikasi lisan dapat diidentifikasikan sebagai suatu proses dimana seorang pembicara berinteraksi secara lisan dengan pendengar untuk mempengaruhi tingkah laku penerima.

Dalam rangka melatih anak untuk berkomunikasi secara verbal dan menambah perbendaharaan kata serta menstimuli perkembangan bahasa anak, Peneliti menemukan bahwa PAUD Bait Qur’any menggunakan teori operant conditioning yang menekankan unsur stimulus respon dimana guru berperan sebagai komunikator yang menyampaikan pesan dan siswa sebagai komunikan yang menerima pesan dan merespon pesan dari komunikator, pesan yang disampaikan berupa pengucapan ayat Juz Amma, tanya jawab ayat Juz Amma, pengulangan ayat yang sudah diberikan.

Adapun Komunikasi non verbal adalah penciptaan dan pertukaran pesan dengan tidak menggunakan kata-kata seperti komunikasi yang menggunakan gerakan tubuh, vokal yang bukan kata-kata, kontak mata ekspresi muka kedekatan jarak dan


(54)

45

sentuhan.1 Dalam menghafal Juz Amma di PAUD Bait Qura’ny selain menggunakan komunikasi verbal juga menggunakan komunikasi nonverbal yang digunakan untuk mempertegas, menggambarkan kandungan ayat, atau dijadikan alat bantu untuk mempermudah dalam pengajaran tajwid, juga untuk melatih daya ingat anak. untuk lebih jelas dalam melihat komunikasi verbal dan non verbal pada kegiatan belajar mengajar Bait Qur’any dapat dilihat dari program kegiatan belajar pembelajaran diantaranya sebagai berikut:

1. Program Jarimatika Al-Qur’an

Jaritmatika Qur’an adalah menghafal alQur’an sambil menghitung ayat alQur’an dengan menggunakan buku-buku jari. Setiap jari memiliki tiga buku jari kecuali ibu jari yang hanya memiliki dua buku. Setiap buku jari menunjukan ayat, pada buku jari kelingking bagian bawah menunjukan ayat pertama dimana ibu jari menunjuk pada buku jari kelingking tersebut.

Ujung ke empat jari yang berkelipatan tiga (3,6,9,12) diberinama pos. sedangkan ujung ibu jari adalah terminal, dimana terminal ini merupakan tempat pemberhentian, jumlah seluruh buku-buku jari adalah 14. Sehingga setelah melewati ujung ibu jari maka perhitungan akan mulai kembali dari awal yaitu dari kelingking buku jari bagian bawah.

Pola ini digunakan agar anak-anak dan guru tidak hanya terpaku menggunakan satu mushaf untuk hafalan. Melatih otak kiri dan kanan. Murid sangat cepat menebak

1

Agus M Hudjana, Komunikasi Intrapersonal dan Komunikasi Interpersonal, (Yogyakarta: Kanisius, 2003) Cet. Ke-1 hal.26


(55)

46

ayat dan mengetahui ayat berapa yang dibacakan meskipun tidak secara berurutan dan menghafal jumlah surat. Dalam penerapannya metode ini digabungkan dengan matematika sehingga akan melatih anak berhitung dengan menggunakan ayat alQur’an.

Pada aktifitas ini dapat dikatakan bahwa komunikasi non verbal berbentuk gestural yaitu menggerakan sebagian badan seperti jari-jari tangan, menandakan/menunjukan jumlah ayat yang dihafal. Adapun di TK Bait Qur’any dalam pemebelajaran jaritmatika Qur’an tidak menggunakan komunikasi non verbal dengan proksemik, olfaksi, artifaktual, paralinguistic dan pesan sentuhan.

Sedangkan komunikasi verbalnya berupa lisan ketika guru dan siswa melafalkan ayat-ayat Juz Amma yang hendak dihafal. Pada pembelajaran ini peneliti tidak menemukan komunikasi verbal secara tulisan.

2. Terjemah Kata Perkata dengan metode kinestetik

Hafalan Juz Amma menggunakan gerak kinestetik yang dikategorikan sebagai komunikasi non verbal ini sangat membantu anak-anak dalam menghafal. Sebab sifat anak-anak pada usia berkisar 5-6 tahun senang sekali menirukan tingkah laku atau sikap, gerakan guru. Selain itu juga dalam alQur’an terdapat beberapa kata yang sama seperti dalam surat an-Nas, al-Ikhlas, al-Falaq, kata qul (

ْلق

) disebutkan tiga kali jika gerakan dari kata qul (

ْلق

) ini sama, maka ini akan mempercepat hafalan anak karena anak cukup mengingat sekali saja dan gerakannya akan merangsang ingatan


(56)

47

anak. sehingga guru cukup memeragakan anggota tubuhnya maka anak bisa dengan cepat menjawab satu kata dari ayat yang sesuai dengan gerakan tersebut.

Dalam hal ini peneliti menguraikan gerak kinestetik surat an-Nas, diantaranya: a. Kata

ْلق

“katakanlah”

Telunjuk ditempelkan pada bibir kemudian telunjuknya dimajukan beberapa sentimeter di depan bibir dan jari yang lain dilipat, terlihat seperti kepalan tangan. Arti dari kata

ْلق

mengandung suatu perintah, “katakanlah”

Makna dari gerakan ini adalah katakan secara lisan sehingga geraknya itu menunjuk pada mulut yang diatasnya terdapat telunjuk. Dari lima jari yang ada di tangan, hanya telunjuk saja yang berada diatas mulut, alasanya adalah jari telunjuk sering digunakan banyak orang untuk memerintahkan individu/ komunikan melakukan sesuatu sesuai dengan yang diinginkan oleh individu yang lain atau komunikator. Sehingga telunjuk berfungsi sebagai simbol memerintah. Guru bisa juga menggunakan pesan gestural sebagian badan, seperti mengangkat kedua alisnya bersamaan dengan gerakan non verbal pada kata

ْلق

.

Pada posisi ini gerakan non verbal berfungsi sebagai repetisi yakni mengulang kembali gagasan yang telah disajikan secara verbal dan melengkapi pesan verbal sehingga memperjelas pesan yang disampaikan kepada komunikan dan yang menjadi tujuan dari komunikasi bisa tercapai, komunikan mengerti dan


(57)

48

memahami pesan yang disampaikan oleh komunikator, dimana guru berlaku sebagai komunikator dan murid sebagai komunikan dengan model pembelajaran yang telah dipaparkan di atas.

Pada dasarnya tujuan dari komunikasi adalah mengubah perilaku komunikan, dalam hal ini guru bisa mengubah tingkah murid dari yang tadinya hanya diam dan memperhatikan saja kemudian murid mengikuti perkataan dan gerak guru dalam menghafal Juz Amma.

b. Kata

وعأ

yang berarti aku berlindung

Kedua telapak tangan terbuka ke atas seperti gerakan orang yang sedang berdo’a kemudian kepala ditundukan ke bawah. Berlindung disini memiliki arti meminta perlindungan hanya dari Allah SWT yang Maha Penyayang dan Pengasih terhadap ciptaannya yang tiada satupun tandinganNya dan hanya Dialah yang berhak untuk disembah dan dimintai pertolongan dan perlindungan oleh hambanNya/makhluk ciptaanNya.

Gerakan seperti berdo’a menunjukan kepasrahan dan kerendahan hati dari seorang hamba yang tidak berdaya dan tidak memiliki kekuatan apapun selain hanya dariNya. Memberikan gambaran bahwa seorang hamba pasti membutuhkan


(58)

49

Sang Pencipta yang Maha Pengatur tempat mengadu dan pelindung dari segala kejahatan dan marabahaya yang menimpa.

c. Kata

ِ ب

,

كلم

,

هلإ

Kepada Tuhan , Raja ,

Di sini ada tiga sifat Allah yang dengannya manusia di perintahkan untuk berlindung, yang pertama adalah Rububuyah maksudnya adalah mencakup penciptaan makhluk, pengatur, pendidikwa ta’ala adalah pencipta, pengatur dan pemberi rezeki seluruh umat manusia. Tentunya Allah subhanahu wa ta’ala

bukan hanya Rabb atau Tuhannya manusia, namun juga seluruh alam semesta ini beserta isinya. Pengkhususan penyebutan Rabb manusia dalam surat ini adalah untuk menyesuaikan dengan pembicaraan. Menauhidkan Allah pada hal tersebutlah yang dimaksud dengan tauhid rububiyah.

Kedua, Mulk ( kerajaan ),Al-Malik adalah salah satu dari asmaul husna yang bermakna pemilik kerajaan yang sempurna dan kekuasaan yang mutlak. Allah adalah raja yang berhak bertingkah laku terhadap ciptaan-Nya, Dialah yang berhak berbuat terhadap mereka dan mengatur mereka sebagaiman yang Dia kehendaki, Dia yang memiliki kekuasaan penuh bagi mereka Dialah raja mereka yang haq.


(59)

50

Ketiga,ketuhanan, Dialah Tuhan yang haq, Tuhan sesembahan makhluq yang tidak ada tuhan selain-Nya, maka tidak selayaknya bagi seorang hamba menyekutukan-Nya, serta tidak patut untuk meminta kepada selain-Nya baik dalam perkara do`a dan yang lain. Sedangkan penyebutan kata sembahan manusia di sini adalah untuk menegaskan Allah adalah yang seharusnya disembah oleh manusia dengan berbagai macam peribadatan.

Ketiga kata yang berbeda lafadz namun merujuk pada arti yang sama yaitu Allah SWT, sehingga gerakannyapun sama yaitu tangan kanan ke atas menunjukan bahwa Allah adalah yang maha tinggi, Raja diraja dan Sesembahan yang patut disembah oleh makluknya. Dialah yang Esa yang menguasai manusia dan Maha Agung yang memiliki kerajaan bumi dan langit.

d. Kata

ِساَّلا

yang berarti manusia

Dalam surat ini Allah menyebutkan kata an-Nas sampai tiga kali, yang terletak pada ayat yang pertama, kedua dan ketiga, yang pastinya dalam pengulangan ini Allah memiliki maksud tersendiri, menurut Mufassir Allah telah memberikan kekhususan bagi manusia dengan mengaruniakan sebagai penghormatan dan pemuliaan bagi manusia, juga memberikan akal dan ilmu.


(60)

51

Namun meskipun manusia diberikan keistimewaan lebih dari makhluk lain ciptaanNya, bahkan para malaikatpun sujud kepadanya tetaplah ia adalah makhluk yang membutuhkan dan bergantung pada yang lain.

Sehingga gerakan kinestetik dari kata

ِساَّلا

adalah kedua tangan menunjuk ke bawah, memiliki makna bahwa manusia itu rendah, lebih rendah dari Tuhan. Makhluk yang lemah dan tidak memiliki kekuatan kecuali dari Allah SWT. butuh

akan pertolongan dari Allah subhanahu wata’ala.

e. Kata

ِ ش

نم

Dari Kejahatan

Tangan kanan dikepalkan kemudian ditepukan ke bagian tubuh bagian atas secara menyilang. Filosofinya adalah kejahatan itu bisa menimbulkan kerugian atau kesengsaraan sedikitnya pada diri sendiri dan biasanya berawal dari dada atau hati. kejahatan yang menyebabkan perbuatan dzalim pada diri sendiri ( kejahatan dari dalam manusia).

Menurut Al-Mu’tamir bin Sulaiman kejahatan itu bisa dari bisikan syetan. Bisikan syetan yang suka meniup di hati manusia ketika bersedih ataupun bergembira.


(61)

52

f. Kata

س وْسوْل

“Bisikan”

سوْسوي

ي َل

yang membisikan

Postur tubuh miring ke sebelah kanan, kemudian tangan kanan menempel di dekat telinga yang sebelah kanan, terlihat seperti orang yang sedang

mendengarkan bisikan, yang di maksud dengan bisikan seperti yang dikatakan

oleh Ibnu Qayyim adalah ajakan kepada sesuatu yang tidak terdengar oleh telinga, atau ajakan yang bukan berbentuk suara. Al was-was adalah bisikan yang betul-betul tersembunyi dan samar

Syetan dinamakan bisikan karena kebanyakan godaan yang dilancarkannya itu melalui bisikan (yang biasa bersembunyi) karena setan itu suka bersembunyi dan meninggalkan hati manusia bila hati manusia ingat kepada Allah.

Al-Aufi berkata dari Ibnu Abbas shalallahu alaihi wasalam mensfsirkan kata

س وْسوْل

yaitu syetan menyuruh pada kejahatan, apabila ditaati (sehingga orang tersebut melakukan kejahatan), lalu kemudian syetan berlepas diri.

watak syaithan selalu menghembuskan bisikan-bisikan jahat ke dalam hati manusia.


(62)

53

g. Kata

س َّخْل

“syetan yang bersembunyi”

Posisi tangan kanan sama seperti pada kata ِساَوْسَوْلا yaitu tangan menempel ke telinga yang berbeda adalah postur tubuh tegak dan tangan kiri berada di atas tangan kanan. Makna gerakannya adalah tangan kiri seolah olah-olah bersembunyi dan yang menghalanginya adalah tangan kanan yang sedang berbisik, jadi syetan itu membisikan kejahatan dan ia bersembunyi atau berlepas diri dari yang digodanya.

Al-khannas adalah mundur ketika seorang hamba berdzikir kepada Allah

subhanahu wata’ala, maka syaithan bersifat khannas yaitu „mundur’ dari

perbuatan menyesatkan manusia. Sebagaimana dalam firman-Nya (artinya):

“Sesungguhnya syaitan itu tidak mempunyai kekuasaan atas orang-orang yang beriman dan bertawakkal kepada Rabb-nya.” (An Nahl: 99)

Di tafsir lain, Al-khannas artinya bertambah kuat larinya dan kembalinya, ketika dzikir kepada Allah, Al-kahannas juga berarti tertutup dan tersembunyi, di antara kalimat yang bermakna itu adalah perkataan Abu Hurairah,

“ Pada suatu jalan Madinah, Nabi bertemu denganku sedangkan pada waktu itu

aku sedang junub, maka aku bersembunyi darinya”


(63)

54

h. Kata

و ص

يف

“ ke dalam dada”

Ibu jari menunjuk ke dada, untuk memberitahukan bahwa

و ص

artinya dada dan menginformasikan posisi dada pada anak-anak. selain itu, maknanya adalah bisikan yang dihembuskan syetan itu ke dalam dada manusia.

i. Kata

ةَّجْل

نم

“dari golongan jin”

Ibu jari menunjuk ke belakang, jin disini bermakna syetan dari golongan jin yang tidak terlihat oleh kasat mata, yang berada dibalik layar kehidupan manusia, menghembuskan kejahatan yang kadang manusia tidak menyadarinya, bahkan tidak menyadari keberadaannya.

Dari pembelajaran hafalan terjemah Juz Amma perkata menggunakan komunikasi verbal secara lisan tanpa menggunakan media, atau bertemu langsung secara face to face antara komunikator dan komunikan.

Peneliti menemukan bahwa pesan gestural, facial dan postural diterapkan dalam hafalan Juz Amma perkata. Hal ini dapat dilihat dari gerakan-gerakan yang ditampilkan oleh gambar. Pesan facial terlihat dari gerakan kata

وعأ

dimana kedua telapak tangan terbuka terlihat seperti orang yang berdo’a dengan wajah merunduk memohon perlindungan kepada Allah S.W.T.


(64)

55

Peneliti tidak menemukan penerapan paralinguistik pada hafalan Juz Amma, dimana paralingustik ini mengacu pada aspek-aspek suara selain ucapan yang bisa dipahami yang menunjukkan emosi dan pikiran komunikator, mengungkapkannya dengan intonasi, nada suara dan volume suara. Meskipun di PAUD Bait Qur’any menggunakan nada suara, volume suara, intensitas dan intonasi dalam menghhafal Juz Amma, hal ini tidak menunjukan penerapan paralinguistik sebab kata-kata yang diucapkan memiliki makna yang bisa dipahami.

Selain itu juga tidak ditemukan penerapan olfaksi, sentuhan dan artifaktual dalam menghafal Juz Amma dengan terjemah perkata. Untuk olfaksi sendiri sengaja tidak digunakan sebab sulit untuk menyampaikan pesan dengan cara olfaksi dalam hafalan Juz Amma perkata. Adapun artifaktual tidak dilakukan dikarenakan sangat erat kaitannya dengan budaya dan peristiwa-peristiwa tertentu saja seperti ketika berduka memakai pakaian hitam-hitam, dalam hafalan Juz Amma banyak hambatan untuk menerapkan komunikasi secara arifaktul. Begitupun dengan sentuhan, disini siswa hanya diajarkan menggerakan anggota badannya sendiri dalam menghafal Juz Amma tanpa melibatkan temannya.

Adapun dari segi fungsinya komunikasi non verbal dalam menghafal Juz Amma perkata diantaranya, yaitu fungsi repetisi, dapat dilihat pada gerakan pada kata

س وْسوْل. Subtitusi, yaitu ketika guru hanya menunjukan geraknya saja seperti pada kata و ص يف, maka siswa akan menjawab di dalam dada. Komplemen disini sama dengan fasial yaitu menunjukan air muka, terlihat ketika menyebutkan kata مْيتيْل. Aksentuasi menegaskan pesan verbal seperti pada kata ك ن شyang berarti orang yang


(65)

56

membencimu diucapkan dengan kata yang keras dan ditekan lalu posisi kedua tanggan ada di pinggang. Kontradiksi tidak diterapakn karena akan menimbulkan pembelajaran yang salah yaitu gerakan dan artinya tidak sesuai.

3. Tajwid

Dalam membaca/ menghafal Juz Amma ada aturan-aturannya tersendiri seperti makhrojul huruf atau tajwid, panjang pendeknya bacaan harus diperhatikan agar bacaan terdengar fasih.

Oleh karena itu guru Bait Qur’any menggerak-gerakan tangannya untuk hukum bacaan. Untuk hukum bacaan yang memiliki panjang dua harakat atau satu alif dua ketukan seperti mad thobi’I, mad iwad dan lain-lain maka guru menggerakan telunjuk kanan dari atas ke bawah, sebagai tanda bahwa kata yang dibacanya adalah panjang dua harakat.Untuk bacaan yang hukumnya ghunnah, guru membuka tangan sebelah kanan kemudian mengepalkannya seperti sedang menangkap sesuatu.Untuk bacaan yang berharakat 5-6 maka guru mengayun-ayunkan telapak tangan hingga 5-6 kali.2

Dari pembelajaran tajwid penulisan menemukan penerapan komunikasi verbal dan non verbal. Komunikasi non verbal terlihat dari gerakan-gerakan tangan sesuai dengan harakat dan hakum bacaan. Pada aktivitas ini tidak bisa terlebas dari komunikasi verbal secara lisan.

2 Nurul Hikmah, MA Kepala Sekolah PAUD Bait Qur’any (Wawancara Pribadi, Tangerang Rabu, 20 April 2011)


(1)

Selain itu, disini memang ada pembelajaran yang diwajibkan menggunakan gerakan, seperti terjemah perkata dan lain-lain, itu sih sekolah yang menentukan. Saya kan mengajar anak-anak, pada dasarnya anak-anak pada usia dini lebih suka meniru apa yang disampaikan guru, sehingga PAUD Bait Qur’any memilih pola pembelajaran alQur’an yang memudahkan anak untuk menghafalnya dan mengingatnya yaitu dengan cara komunikasi verbal tadi. Sekaligus untuk merangsang kognitif anak pada usia golden age ini. Kan sanyang jika tidak distimulus dengan baik maka masa-masa itu akan terlewati begitu saja.

4. Komunikaasi verbal kan ada yang memakai tulisan dan lisan, kalau disini dalam menghafal Juz Amma memakai tulisan juga?

Jawab:

PAUD Bait Qur’any tidak menggunakan komunikasi verbal melalui tulisan sebab banyak faktor dan hambatan yang membuat kami tidak menggunakan pola itu diantaranya anak usia dini belum hafal betul huruf hijaiyyah dan membaca alQur’an dan menulis ayat alQur’an atau kalimat dalam bahasa Arab. Sehingga anak akan merasa kesulitan dan kami takut malah nantinya terbebani jika pola komunikasi verbal melalui tulisan diterapkan dalam hafalan Juz Amma.

5. Dalam bentuk seperti apa komunikasi verbal dilakukan khusunya saat belajar menghafal Juz Amma ?


(2)

Pertama, Bisa dalam bentuk cerita, yaitu cara penyampaian materinya dilakukan secara lisan atau oral oleh guru di muka kelas. Metode ini cukup efektif mudah untuk dicerna, karena pada dasarnya anak-anak senang mendengarkan cerita, biasanya cerita yang disampaikan pada anak berkaitan dengan surat yang dihafal. Dalam hal ini guru dituntut untuk kreatif dan ekspresif saat bercerita.

Kedua, Tanya jawab. Tujuan metode Tanya jawab dan bercakap-cakap tujuannya untuk mengembangkan kecakapan dan keberanian anak dalam mengungkapkan pendapatnya kepada guru teman sebaya dan orang lain, memberikan kesempatan kepada anak untuk berekspresi secara lisan, mengembangkan pola pikir anak dalam bentuk lisan kepada orang lain, memperbaiki lafal dan ucapan, menambahkan pembendaharaan kosakata anak, ingin mengetahui pengetahuan yang dimiliki anak, memberikan kesempatan kepada anak untuk bertanya tentang hal-hal yang belum dipahami, membangkitkan perhatian dan semangat belajar anak pada saat suasana kelas lesu, mendorong keberanian anak untuk mengemukakan pendapatnya dan lain-lain.

Ketiga, Taqrir yaitu mengulang-ngulang, anak-anak biarpun mereka

terlihat tidak memperkatikan namun sebenarnya ia menyerap apa yang ada di lingkunganya, semakin sering materi hafalan diulang maka akan semakin melekat dalam ingatan anak-anak.


(3)

Keempat, hafalan perkata, sebenarnya pengajaran seperti ini untuk memudahkan anak dan mengikuti proses belajar menghafal Juz Amma.

6. Dalam bentuk seperti apa komunikasi non verbal dilakukan? Jawab :

Terjemah alQur’an di PAUD ini memakai gerakan, yang disesuaikan dengan makna yang terkandung dalam ayat yang dihafal,

Tajwidnya juga memakai gerakan dan yang satu lagi jaritmatika alQur’an. 7. Bagaimana cara mengajarkan dan membimbing anak-anak menghafal Juz

Amma dan pola belajar yang digunakan disini? Jawab :

Disesuaikan saja, pada dasarnya kan setiap anak memiliki tipe yang berbeda-beda dalam hafalan, Jadi di sini kami menggunakan ketiga pola pembelajaran yaitu visual, auditori dan kinestetik. Ada yang menggunakan pendampingan, ada juga guru langsung yang mengajari anak-anak.

8. Komunikasi yang berlangsung di sini seperti apa?

Setahu saya, disini komunikasinya dua arah, Ada yang berbicara kemudian yang lain meresponya seperti pada saat Tanya jawab.

9. Hambatan apa saja yang dihadapi dalamb mengajarkan komunikasi verbal dan non verbal pada proses menghafal Juz Amma?


(4)

Hambatannya ya anak-anak tidak mau mengikuti hafalan karena biasanya mereka sedang bad mood, atau hanya mengikuti hafalannya saja tanpa gerakan ya fektornya kebanyakan karena sedang malas. atau jarang masuk sekolah sehingga tertinggal materinya.

Responden Pewawancara

Sari Yulianti Wini Mulyani


(5)

(6)