Perancangan Buku Informasi Batik Pring Sedapur Magetan

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Batik merupakanwarisan budaya nusantara yang mempunyai nilai dan perpaduan seni yang tinggi, sarat dengan makna filosofis dan simbol penuh makna yang memperlihatkan cara berpikir masyarakat pembuatnya. Batik telah menjadi bagian dari budaya Indonesia khususnya Jawa sejak dahulu. Ramadhan (2013 : h.13) menjelaskan bahwa batik merupakan gabungan dari dua kata bahasa Jawa, yaitu “amba” yang berarti menulis, dan “titik” yang berarti titik. Dari asal kata tersebut batik dapat di definisikan sebagai sebuah teknik untuk merintang atau menahan warna diatas kain dengan menggunakan malam atau lilin. Berdasarkan sejarah, batik di Indonesia mulai berkembang semenjak zaman Kerajaan Majapahit dan penyebaran Islam di Jawa pada awal abad ke-19. Seni membatik bukan hanya keterampilan lukis melainkan sebagai salah satu pendidikan etika dan estetika bagi wanita zaman dulu. Seni batik menjadi sangat penting dalam kehidupan karena kain batik erat dalam lingkaran hidup masyarakat. Seni batik dari masa ke masa selalu berkembang dalam keragaman yang artistik. Dalam perkembangannya telah terjadi proses akulturasi seni dalam hal susunan corak, ragam hias, dan warna yang terlukis dalam batik (Ramadhan, 2013, h.61).

Kabupaten Magetan yang terletak di provinsi Jawa Timur memiliki batik asli khas Magetan. Masyarakat Magetan menyebut batik didaerahnya dengan nama batik Sidomukti atau batik Pring Sedapur. Para pengrajin batik Sidomukti ini bertempat di dusun Papringan, desa Sidomukti, kecamatan Plaosan, kabupaten Magetan. Menurut hasil wawancara dengan Umiyati selaku ketua kelompok pembuat batik Pring Sedapur pada tanggal 21 November 2013 di tempat pembuatan batik yang terletak di desa Sidomukti, menjelaskan bahwa motif dari batik yang satu ini adalah bambu (Pring : dalam bahasa Jawa). Motif batik Pring Sedapur memiliki makna filosofi tersendiri. Tanaman bambu biasa hidup bergerombol, bambu jika bersatu akan menjadi sebuah kekuatan, jika diurai menjadi sebuah tali yang sangat


(2)

2 erat. Motif ini diambil dari rumpunan tumbuhan bambu yang tumbuh mengelilingi kawasan dusun Papringan di desa Sidomukti, tempat batik tulis ini dibuat untuk pertama kalinya sekitar tahun 1970-an. Motif utama batik yang menjadi ciri khas di kabupaten Magetan ini adalah Pring Sedapur, tetapi terdapat juga motif batik lain yang dibuat di desa Sidomukti ini seperti motif jalak lawu, sekar jagad, jeruk panilu, mawar dan batik Magetan ngumandang.

Upaya pemerintah dalam hal mensosialisasikan batik pring sedapur ini dinilai masih belum efektif, hal ini dapat dilihat dari sosialisasi batik yang hanya di kabupaten Magetan saja. Meskipun pemerintah kabupaten Magetan dalam hal menjaga eksistensi batik ini sempat diwujudkan dengan cara melakukan program penggunaan batik bagi pegawai instansi pemerintahan, tenaga pendidikan dan tenaga kesehatan di kabupaten Magetan maupun pada saat berkunjung ke daerah-daerah lain. Peraturan tersebut dituangkan dalam Peraturan Bupati (PerBup) No. 88 tahun 2006 tentang pakaian dinas pegawai dan pejabat dilingkungan kabupaten Magetan dan Peraturan Bupati No 90 tahun 2006 tentang tanda pengenal pegawai di lingkungan pemerintah kabupaten Magetan, tetapi hal itu dirasa masih belum cukup guna membantu mensosialisasikan batik Pring Sedapur.

Dengan melakukan perancangan ini penulis berharap dapat merancang sosialisasi, sebagai upaya mensosialisasikan batik Pring Sedapur. hal ini dilakukan guna menambah pendapatan bagi para pengrajin batik Pring Sedapur di desa Sidomukti, sekaligus memperkenalkan batik Pring Sedapur ini ke daerah diluar kabupaten Magetan. Sesuai dengan misi dari kabupaten Magetan itu sendiri yaitu, meningkatkan kinerja ekonomi daerah melalui pengembangan sektor pertanian, perdagangan, industri dan pariwisata yang berwawasan lingkungan dan bertumpu pada pemberdayaan masyarakat.


(3)

3 1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut:

 Upaya pemerintah kabupaten Magetan belum cukup efektif dalam mensosialisasikan batik.

 Masih ada yang belum mengetahui batik Sidomukti Magetan dengan motif Pring Sedapur maupun filosofinya.

 Madiun merupakan salah satu kota di Jawa Timur yang sangat potensial untuk dijadikan tempat memperkenalkan dan mensosialisasikan batik Pring Sedapur ini.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka dikemukakan perumusan masalah untuk perancangan ini yaitu:

Bagaimana mempublikasikan dan mensosialisasikan batik Sidomukti Magetan dengan motif Pring Sedapur ini kepada masyarakat Jawa Timur khususnya kota Madiun, yang informatif dan menarik bagi masyarakat.

1.4 Batasan Masalah

Perancangan obyek dibatasi pada pengenalan tentang motif batik Pring Sedapur, dari bentuk motif Pring Sedapur, filosofi dibaliknya hingga cara pembuatan batik tradisional Pring Sedapur sebagai motif utama dari batik di kabupaten Magetan. Perancangan ini mulai dilakukan terhitung mulai bulan November hingga akhir Desember 2014.

Perancangan ini ditujukan kepada target konsumen berumur 20-35 tahun, dengan gender laki-laki dan Perempuan, dengan tingkat pendidikan minimal Mahasiswa dan status ekonomi menengah ke atas. Dikarenakan masyarakat pada kisaran


(4)

4 umur tersebut cenderung lebih tertarik kepada hal – hal yang bersifat informatif dan bisa menambah wawasan.

1.5 Tujuan Perancangan

Adapun tujuan dari perancangan ini adalah:

 Membantu gerakan pemerintah dalam mensosialisasikan batik Sidomukti Magetan keluar daerah.

 Mensosialisasikan Batik dengan media dan cara baru yang lebih diminati oleh audiens saat ini.

 Membantu masyarakat mendapatkan wawasan lebih lengkap mengenai batik Sidomukti Magetan dengan motif Pring Sedapur beserta filosofinya.


(5)

5 BAB II

BATIK PRING SEDAPUR MAGETAN

II.1 Batik

Batik merupakan suatu seni tradisional asli Indonesia dalam menghias kain dan juga bahan lain dengan motif hiasan dan bahan pewarna khusus. Batik merupakan citra budaya bangsa Indonesia yang mencirikan kerumitan dan kehalusan ragam hias yang tumbuh melalui goresan canting yang dilukiskan. Seni tradisi yang mempunyai bentuk dari aspek visual yang unik dan menarik serta dipadupadankan dengan keindahan coretan motif-motif yang menghiasi kain dan ditata sedemikian rupa. Batik sudah dikenal masyarakat Indonesia sejak awal abad ke-19. Batik merupakan warisan budaya nenek moyang yang bersifat turun temurun. Di samping bentuk dan keindahan coraknya, batik menyimpan nilai filosofi yang tinggi karena motifnya melambangkan kehidupan dan kondisi alam. Kesenian batik merupakan kesenian gambar di atas kain untuk pakaian. Proses awal membatik harus dilakukan dengan hati-hati dan seringkali seorang perajin harus menorehkan serangkaian titik-titik untuk memperoleh sebuah motif batik yang rumit. Sebagai hasil akhir adalah selembar kain batik dengan motif- motif indah yang menarik (Ramadhan, 2013, h.14).

Gambar II.1.Batik


(6)

6 Dalam pembuatan batik terdapat aspek-aspek yang harus diperhatikan yakni motif, warna, teknik pembuatan, dan fungsinya. Batik juga memiliki keindahan spiritual karena pesan, harapan, ajaran hidup dan doa dari pembuat batik yang dituangkan kedalam pola batik. Pada daerah-daerah tertentu terdapat usaha atau industri batik yang masih bersifat tradisional, hasil kerajinan batik tradisional tersebut mempunyai gaya, corak, motif dan pewarnaan khas yang kuat.

II.1.1 Jenis-Jenis Batik

Ramadhan (2013 : h.21) menjelaskan, dilihat dari tekniknya, batik dibedakan menjadi 3 yaitu:

a) Batik tulis atau batik tradisional

Disebut batik tulis karena perintang warnanya dibubuhkan dengan cara seperti menulis dengan menggunakan alat bernama canting dalam melekatkan cairan malam pada kain. Dalam prosesnya pembuatan batik tulis ini tergolong lama tergantung kerumitan motif, bisa empat sampai dengan tujuh hari.

Ciri khas batik tulis:

 Motifnya biasanya lebih rumit

 Karena dibuat dengan tangan terkadang ada motif yang tidak sempurna.

 Warna dan motifnya bolak-balik sama. Hal ini dikarenakan setelah bagian depannya dicanting, bagian belakangnya kemudian dicanting lagi.

 Memiliki ukuran yang tidak biasa, misalnya 2 x 1,25 meter.  Melalui proses penjemuran yang cukup lama.


(7)

7

Gambar II.2.Contoh Gambar Batik Tulis Sumber: Dokumentasi Pribadi (10/12/2014)

b) Batik cap atau cetak

Batik cap mulai berkembang di Indonesia setelah terjadi peningkatan permintaan akan kain batik. Teknik ini diproses dengan menggunakan lempengan besi yang dibentuk dengan motif batik untuk membubuhkan malam pada permukaan kain mori. Lempengan ini kemudian disebut cap sehingga batiknya kemudian disebut sebagai batik cap.

Ciri khas batik cap atau cetak yaitu:

 Motifnya cenderung berulang dan tidak banyak memiliki detail.  Warnanya bolak-balik tidak sama, bagian belakangnya cenderung

memiliki warna yang lebih redup atau tipis.

 Dijual per lembar dengan ukuran standar kain potong.

 Biasanya tidak melalui penjemuran berhari-hari seperti halnya kain batik tulis.


(8)

8

Gambar II.3.Contoh Gambar Batik Cap/Cetak Sumber: http://batikindonesia.org/

(Diakses pada 29 januari 2015)

c) Batik print

Batik print disebut juga sebagai kain tekstil bermotif batik. Kain tekstil bermotif batik ini awalnya diproduksi oleh industri tekstil lokal, namun karena permintaan yang semakin banyak akhirnya kain tekstil bermotif batik ini juga diproduksi oleh pabrikan dari luar negeri

Ciri khas batik print yaitu:

 Motifnya sangat detail dan rapih.  Warnanya cenderung lebih cerah.

 Bagian belakang kain berwarna putih, dengan sedikit tembusan-tembusan warna dari bagian depannya.

 Harganya relatif murah.


(9)

9

Gambar II.4.Contoh Gambar Batik Print Sumber: http://batikindonesia.org/ (Diakses pada 29 januari 2015)

II.2 Batik Sidomukti Magetan/Pring Sedapur

II.2.1 Sejarah Batik Sidomukti Magetan/Pring Sedapur

Batik pertama kali muncul di istana, namun sejalan dengan perkembangannya batik mulai keluar dari istana, ini menjadi cikal bakal penyebaran batik. Meski demikian istana masih menerapkan aturan main mengenai penggunaan batik. Hanya batik dengan motif-motif tertentu yang boleh digunakan oleh masyarakat umum, setelah abad ke-17 tradisi Jawa mulai mengalami perkembangan yang sangat pesat, khususnya dalam bidang kerajinan batik, dimana kain batik sudah menjadi suatu kain yang sangat dibanggakan karena telah menjadi pakaian kebesaran para petinggi keraton, serta dipakai pula oleh para bangsawan keraton di seluruh pulau Jawa dan tentunya dengan corak masing-masing. Setelah pertengahan abad ke-17, batik yang dulunya hanya dipakai oleh bangsawan saja, kemudian fungsinya meluas dan mulai keluar dari tembok keraton. Sejak saat itulah batik mulai dapat dipakai oleh rakyat biasa walaupun terbatas pada jenis motif-motif tertentu saja. Perkembangan seni kerajinan batik sendiri telah mampu


(10)

10 menyebar ke berbagai wilayah, hal ini banyak dipengaruhi oleh pekerja, pengusaha dan upaya untuk memudahkan proses pembuatannya khususnya bahan baku yang dapat mempengaruhi kualitas hasil pekerjaan. Karena banyaknya peminat batik tradisional maka terwujudlah hasil kerajinan batik di daerah tertentu yang khas sesuai kedaerahannya, terutama di pulau Jawa. (Ramadhan, 2013, h.36).

Salah satunya adalah batik Sidomukti Magetan atau yang bisa disebut juga batik Pring Sedapur, merupakan batik asli dari Kabupaten Magetan. Dimulai sejak awal perkembangan Islam di tanah Jawa banyak prajurit Mataram lari kearah timur Gunung Lawu. Menurut sejarah yang berkembang di masyarakat Kota Magetan khususnya Desa Sidomukti dan wilayah Kecamatan Plaosan, pada saat itu Raja Brawijaya V yang merupakan Raja dari kerajaan Majapahit melarikan diri ke Gunung Lawu. Hal ini dikarenakan adanya pengislaman Kerajaan Demak terhadap Raja-raja di Jawa untuk memeluk Islam, maka akan diserang oleh demak (Setyaningrum, 2011, h.51).

Kerajaan Majapahit yang pada saat itu sudah mengalami kemunduran akhirnya terdesak oleh pasukan Demak. Raja Brawijaya V dan pengikutnya terpaksa melarikan diri kearah barat dan pada akhirnya sampai ke Gunung Lawu. Para pengikut Raja Brawijaya V yang ikut dalam perjalanan ke Gunung lawu akhirnya menyebar di sekitar Magetan dan ada juga yang sampai di lereng barat Gunung Lawu. Hal ini dengan ditemukannya beberapa Candi di lereng barat Gunung Lawu yang susunan dan bentuk bangunannya mirip dengan candi peninggalan kerajaan Majapahit. Salah satu dari pengikut Raja Brawijaya V adalah Ronggo Galeh, yang menuju ke arah tenggara Gunung Lawu tepatnya di Daerah Desa Durenan yang berada sekitar 3 km dari Desa Sidomukti. Hal ini dibuktikan dengan adanya makam dari Ronggo Galeh di desa tersebut. Dikisahkan Ronggo Galeh lah yang mengenalkan batik di daerah ini. Walaupun hanya terbatas pada beberapa orang, tetapi menjadi warisan turun-temurun yang diturunkan kepada keturunannya masing-masing (Setyaningrum, 2011, h.52).

Desa Sidomukti sendiri memiliki luas 174.570 ha dengan batas-batas sebelah barat dengan desa Bulugunung, sebelah timur dengan desa Sumberagung, sebelah


(11)

11 selatan dengan desa Bogoarum, dan sebelah utara dengan desa Buluharjo. Proses membatik ini telah dilakukan turun temurun dari nenek moyang mereka, warga desa Sidomukti, khususnya dusun papringan yang perempuannya mayoritas adalah pengrajin kain batik, namun dulunya hanya sebatas pada pengerjaan batik tulis pada lembaran – lembaran kain putih, sedangkan proses selanjutnya hingga kain batik tersebut siap diguanakan dilakukan diluar daerah sidomukti. Hal ini disebabkan masih kurangnya pengetahuan dan keterampilan serta permodalan dari para pengrajin kain batik. Bahkan karena minimnya penghasilan dari penjualan batik, usaha yang telah dilakukan secara turun temurun ini sempat terhenti selama beberapa tahun dan tidak ada lagi kaum perempuan yang membuat batik.

Gambar II.5. Gapura Masuk Desa Sidomukti Dusun Papringan Sumber: Dokumentasi Pribadi (12/12/2014)

Sampai dengan menjelang tahun 2000an setelah adanya perhatian dari pemerintah daerah untuk mencoba menggali potensi lokal yang ada di desa ini, maka perlahan beberapa ibu rumah tangga yang memiliki ketrampilan membatik bergeliat untuk menekuni kembali usaha membuat kain batik yang diwarisinya dari nenek moyang mereka. Untuk melanjutkan usaha tersebut mereka menyadari adanya keterbatasan dalam berbagai hal, seperti keterbatasan dalam pendapatan, pengetahuan, kemampuan, ketrampilan, kepemilikan modal dan lain-lain. Kegiatan usaha yang tadinya dilakukan secara sendiri-sendiri kemudian dikembangkan secara kelompok maka dibentuklah Kelompok Usaha Bersama (KUBE) dengan nama “MUKTI RAHAYU”.


(12)

12 II.2.2 Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Mukti Rahayu

Anggota KUBE terdiri dari para ibu rumah tangga, baik muda maupun yang sudah tua namun masih produktif demi membantu penghasilan suami. Dengan dibentuknya kelompok ini diharapkan para pembatik dapat bekerja secara berkelompok, mereka dapat saling bekerja sama secara lebih mudah dibandingkan dengan bekerja secara perorangan, dengan harapan dalam kelompok ini akan saling membantu satu sama lain antara yang lemah dengan yang lebih mampu, baik dalam kemampuan ketrampilan, modal, serta bisa saling mengisi pengetahuan yang mana satu orang dengan yang lain tidak sama dalam hal pengetahuan dan informasi terutama dalam dunia usaha.

Gambar II.6. Tempat Kelompok Usaha Bersama ( KUBE ) Sumber: Dokumentasi Pribadi (12/12/2014)

Pada awal tahun 2000 dengan anggota 10 orang pengrajin sebagai pendiri, setelah terbentuknya kelompok usaha tersebut perhatian pemerintah desa semakin besar, terbukti dengan diperolehnya dukungan dari pemerintah Kabupaten berupa bantuan pelatihan ketrampilan bagi anggota kelompok pengrajin batik dan juga berupa alat – alat untuk membatik. Sejak saat itu sedikit demi sedikit proses pembuatan kain batik mulai dari menggambar diatas kain putih, pewarnaan, pencucian dan seterusnya hingga diperoleh kain batik yang siap pakai sudah dapat dilakukan di dusun papringan sendiri, karena dari hasil membuat kain batik tersebut ternyata dapat membantu keuangan keluarga disamping hasil kerja para suami mereka, sehingga kelompok tersebut anggotanya terus bertambah.


(13)

13

Gambar II.7. Pembuatan Batik Pring Sedapur Sumber: Dokumentasi Pribadi (12/12/2014)

Hasil kerja keras anggota kelompok dalam membantu mencari nafkah dengan membuat kain batik ternyata mendapatkan perhatian, baik dari Pemeritah Kabupaten Magetan maupun pemerintah Provinsi Jawa Timur, bahkan Direktorat Pemberdayaan Sosial Kementrian Sosial RI, sehingga mendapatkan bantuan baik berupa pelatihan ketrampilan, dana maupun dalam bentuk alat – alat antar lain :

- Pada awal tahun 2002 mendapatkan bantuan berupa alat adan bahan untuk membuat batik tulis, juga berupa dana sebesar Rp 2.000.000,- dari Dinas Sosial Kabupaten Magetan.

- Pada tahun 2003 mendapatkan bantuan berupa meja untuk batik printing dan juga berupa dana sebesar Rp 2.250.000,- dari Dinas Sosial Kabupaten Magetan.

- Tahun 2010 mendapatkan bantuan dari Direktorat jenderal Pemberdayaan Sosial Kementrian Sosial Repubik Indonesia dalam program pemberdayaan fakir miskin melalui mekanisme bantuan langsung pemberdayaan sosial sebesar Rp 30.000.000,- (Parni, 2014, h.6)


(14)

14 II.2.2.1 Tujuan KUBE

Adapun kelompok Kelompok Usaha Bersama (KUBE) MUKTI RAHAYU didirikan mempunyai tujuan sebagai berikut :

 Meningkatkan kemampuan anggota KUBE didalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, ditandai dengan meningkatnya pendapatan keluarga, meningkatnya kualitas pangan, sandang, papan, kesehatan dan tngka pendidikan.

 Meningkatkan kemampuan anggota KUBE dalam mengatasi masalah-masalah yang mungkin terjadi dalam kelurganya maupun dengan lingkungan sosialnya.

 Meningkatkan kemampuan anggota KUBE dalam menampilkan peranan – peranan sosialnya, baik dalam keluarga maupun lingkungan sosialnya.

Gambar II.8. Struktur Organisasi KUBE Sumber: Dokumentasi Pribadi (10/12/2014)

II.3 Jenis - jenis Motif Batik Pring Sedapur

Motif-motif batik Pring yang dikerjakan di desa Sidomukti termasuk dalam bentuk batik tradisional. Motif yang dikerjakan intinya adalah serumpun bambu atau Pring sedapur, tetapi sekarang telah banyak dikombinasikan dengan bentuk


(15)

15 lain seperti jalak lawu, sekar jagad, jeruk panilu, mawar, cucak rowo dan lain-lain, yang kesemuanya merupakan hasil alam dari gunung lawu.

Gambar II.9. Motif Dasar Pring Sedapur Sumber: Dokumentasi Pribadi (11/12/2014)

Gambar diatas merupakan motif dasar Pring Sedapur, motif ini adalah motif dasar atau motif yang pertama kali dibuat oleh para pengrajin batik di desa Sidomukti. Motif ini terinspirasi dari pohon pring atau bambu yang masih banyak terdapat di sekitaran desa Sidomukti. Sekarang ini motif dasar Pring Sedapur sudah di modifikasi atau dipadupadankan dengan gambar-gambar lain, sehingga tercipta motif baru antara lain:

1. Motif Pring Cucak Rowo

Gambar II.10. Motif Pring Sedapur dikombinasikan dengan Cucak Rowo Sumber: Dokumentasi Pribadi (11/12/2014)


(16)

16 Cucak rowo merupakan burung asli khas Indonesia, hampir semua wilayah di nusantara dapat dijumpai burung ini, suaranya yang merdu membuat burung ini banyak diminati oleh para pecinta burung. Menurut para pengrajin dari mendengar suara kicauan burung inilah mereka terinspirasi untuk memasukkan burung cucak rowo kedalam kreasi batik Pring Sedapur.

2. Motif Pring Jalak Lawu

Gambar II.11. Motif Pring Sedapur dikombinasikan dengan jalak lawu Sumber: Dokumentasi Pribadi (11/12/2014)

Motif pring jalak lawu adalah penggabungan dari motif Pring Sedapur dan hewan khas gunung lawu yaitu jalak lawu. Dipilihnya jalak lawu karena burung ini adalah burung khas gunung lawu dan banyak terdapat di sekitaran desa Sidomukti dan juga sejarah tentang kesakralan burung ini.

3. Motif Pring Mawar

Gambar II.12. Motif Pring Sedapur dikombinasikan dengan bunga mawar Sumber: Dokumentasi Pribadi (11/12/2014)


(17)

17 Motif pring mawar adalah penggabungan antara motif pring sedapur dengan bunga mawar, alasan memakai bunga mawar sebagai tambahan motif dikarenakan kecantikan bunga mawar dan keharumannya yang memikat, sehingga diharapkan dapat mempercantik motif dari pring sedapur itu sendiri.

4. Motif Pring Bonggolan

Gambar II.13. Motif Pring Sedapur dipadukan dengan bonggol bambu Sumber: Dokumentasi Pribadi (12/02/2015)

Motif pring bonggolan merupakan motif terbaru yang dibuat oleh pembatik mukti rahayu, motif ini diambil dari bonggol pohon bambu atau bisa disebut juga akar dari pohon bambu. Penggunaan motif dari bonggol bambu tentunya juga mempunyai filosofi tersendiri, dimana bonggol bambu merupakan penyangga dari pohon bambu itu sendiri, sehingga motif bonggol bambu ini dapat diartikan sebagai fondasi dari pohon bambu yang merupakan kesatuan dan persatuan.


(18)

18 5. Motif Pring Magetan Kumandang

Gambar II.14. Motif Pring Sedapur Magetan Kumandang Sumber: Dokumentasi Pribadi (11/12/2014)

Motif Magetan kumandang merupakan penggabungan dari beberapa macam motif pring sedapur, yaitu mawar, jalak lawu dan burung cucak rowo. Motif ini menggambarkan macam – macam kehidupan yang ada di lereng gunung lawu.

6. Motif Pring Bangau

Gambar II.15. Motif Pring Sedapur dikombinasikan dengan burung bangau Sumber: Dokumentasi Pribadi (11/12/2014)

Motif pring bangau adalah penggabungan dari motif Pring Sedapur dan salah satu hewan yang juga terdapat di kabupaten Magetan.

II.4 Filosofi Batik Pring Sedapur

Motif batik pring sedapur ini terinspirasi dari pohon bambu. Arti dari batik pring sedapur ini adalah bambu ( Pring: dalam bahasa Jawa) dan sedapur yang memiliki arti segerombolan atau serumpun, bisa juga memiliki arti persatuan dan kesatuan.


(19)

19 Motif ini didapat dari keadaan desa tempat batik ini muncul di Dusun Papringan yang masih banyak ditumbuhi oleh pohon-pohon bambu yang memiliki banyak kegunaan dan manfaat. Dari sinilah tercipta berbagai macam motif batik pring sedapur yang berawal dari bambu dengan kombinasi matahari yang memiliki makna matahari sebagai sumber kehidupan manusia diantara serumpunan pohon bambu yang merupakan perlambangan manusia sebagai makhluk sosial.

Gambar II.16. Pohon bambu (pring) Sumber: http://moetzart.blogspot.com/ (Diakses pada 20 Desember 2014)

Mengikuti bentuk dan juga sifat dari tanaman bambu, yakni pohon atau batang bambu yang lurus dan kuat, maka bambu merupakan lambang dari keteguhan dan kelurusan hati, keuletan, ketahanan dalam menghadapi masalah, keanggunan, kelembutan, sekaligus juga merupakan lambang dari kerendahan hati. Selain itu bambu juga dipercaya sebagai simbol dari umur panjang dan kemampuannya mengusir roh jahat karena bunyinya yang bergemeretak ketika tertiup oleh angin. Perkembangan batik pring sedapur ini dipengaruhi oleh potensi batik yang ada di Kabupaten Magetan meliputi batik Pring Cilik, Jalak Lawu, Mawar, Cucak Rowo dan Batik Magetan Kumandang. Motif utama yang digunakan adalah serumpun bambu atau Pring Sedapur.


(20)

20 II.5 Alat dan Proses Pembuatan Batik Pring Sedapur

Batik Pring Sedapur ini merupakan salah satu kerajinan batik yang cara pembuatannya masih tradisional atau tulis, proses pembuatan batik tulis adalah proses yang membutuhkan teknik, ketelitian dan kesabaran tingkat tinggi. Hal ini disebabkan segala sesuatu proses pembuatannya dikerjakan secara manual oleh tangan terampil manusia ditulis dan tanpa menggunakan mesin, karena itu batik tulis merupakan batik yang harganya relatif mahal apabila dibandingkan dengan batik cap atau print. Proses pembuatan batik tulis ini tergolong lama, tidak jarang pembuatan batik tulis dengan motif Pring sedapur bisa membutuhkan waktu hingga 1 bulan pengerjaan. Alat-alat yang digunakan untuk membuat batik tradisional dengan motif Pring Sedapur ini antara lain:

a.) Canting

Canting adalah sebuah alat tulis lilin yang digunakan untuk melukis malam pada kain mori, canting berbentuk cawan kecil dengan dua ujung pipa, ujung yang satu berlubang, sedangkan ujung yang satu lagi tanpa lubang dan merupakan ekor dari cawan yang terbuat dari tembaga. Ekor tersebut yang kemudian ditusukkan ke gagang bambu atau kayu.

Gambar II.17. Canting


(21)

21 Canting menurut fungsi dan kegunaannya dibedakan menjadi:

1. Canting Klowong

Digunakan pada tahap awal melapisi gambar pola motif batik dengan malam. Lubang moncongnya berukuran medium.

2. Canting Cecek

Digunakan untuk membuat titik-titik atau cecek pada motif. Lubang moncongnya berukuran cenderung kecil.

3. Canting Tembok

Digunakan untuk proses menembok atau melapisi bidang yang cukup besar dengan malam atau lilin. Lubang moncongnya berukuran besar.

b.) Kain Mori

Didalam pembatikan sebenarnya tidak selalu harus menggunakan kain mori atau kain putih, akan tetapi kain apapun yang memiliki sifat peresapan terhadap lilin serta zat warna dengan batik dapat digunakan untuk membatik dan disini kain mori merupakan bahan utama yang paling banyak digunakan dalam pembatikan.

Gambar II.18. Kain mori


(22)

22 c.) Lilin batik atau Malam

Lilin batik merupakan bahan yang digunakan untuk menutup bagian-bagian pada permukaan kain dengan maksud agar tidak terkena warna lain dalam proses pencelupan pada pembuatan batik.

Gambar II.19. Lilin batik atau malam Sumber: Dokumentasi Pribadi (11/12/2014)

d.) Kompor

Fungsinya untuk memanaskan atau melelehkan lilin malam

Gambar II.20. Kompor


(23)

23 e.) Bahan Pewarna

Bahan pewarna batik pada jaman dahulu diambil dari alam yang dihasilkan dari rebusan kulit kayu bakar, akar, daun-daunan, dengan masuknya zat warna sintetis ke Indonesia melalui para pedagang maka lama kelamaan pewarna alami mulai ditinggalkan. Warna batik sintesis atau buatan yang digunakan dalam membuat batik Pring sedapur ini antara lain:

1.) Cat indigo

Cat indigo buatan ini dikeluarkan dalam bentuk bubuk dan pasta, cara pemakaiannya sama dengan indigo alam dengan menggunakan alat pelarut yaitu kapur.

2.) Cat soga

Dalam pemakaiannya cat ini dibedakan menjadi 3 macam yaitu cat soga bangkitan disebut juga soga dalam, cat soga sarenan kapur dan cat soga croom.

3.) Cat naptol

Merupakan jenis cat pewarna tekstil yang dapat digunakan untuk mencelup batik secara cepat dan mempunyai warna yang kuat serta cocok untuk batik.

4.) Cat basis

Cat ini memiliki warna yang cenderung cemerlang dan dapat memberi warna pada kain sutra.

5.) Cat indigosol

Cat ini disebut juga cat bejana larut, jika cat ini di oksidasikan berubah menjadi bentuk yang tidak larut dan berwarna. Sifat dari cat ini tidak tahan terhadap sinar matahari dan uap asam. Cat ini mudah pemakaiannya dan tidak mudah luntur serta memiliki ketahanan yang lama.

Pada batik pring sedapur ini tidak ada pakem warna tertentu yang digunakan, semua warna yang dibuat merupakan pesanan dari para pembeli batik.


(24)

24 f.) Kuas Pewarna

Fungsinya untuk mewarnai kain yang sudah digambar pola dan dicanting.

Gambar II.21. Kuas Pewarna

Sumber: Dokumentasi Pribadi (12/12/2014)

II.5.1 Proses Pembuatan Batik

Proses pertama dalam pembuatan batik Pring sedapur ini dimulai dari menggambar pola yang di inginkan menggunakan pensil pada kain mori atau kain sutra jika menggunakan sutra.

Gambar II.22. Proses menggambar pola Sumber: Dokumentasi Pribadi (12/12/2014)


(25)

25 Teknik selanjutnya adalah mencanting, lilin malam yang sudah dipanaskan menggunakan kompor hingga mencair kemudian ditaruh didalam canting, ditiup agar malam tidak terlalu panas sehingga tidak merusak kain, lalu dilukiskan ke kain mengikuti pola atau motif yang sudah digambar sebelumnya pada kain.

Gambar II.23. Proses mencanting Sumber: Dokumentasi Pribadi (12/12/2014)

Setelah semua bagian kain dicanting kemudian bagian-bagian yang harus tetap berwarna putih di tutup dengan malam menggunakan canting berujung besar, proses ini disebut nembok. Setelah proses nembok selesai tahap selanjutnya adalah menyanting kembali bagian belakang dari kain mori, setelah selasai baru masuk ke proses pewarnaan, teknik pewarnaan dilakukan menggunakan kuas yang ujungnya terbuat dari busa atau spons agar dapat menyerap cat pewarna dengan maksimal, lalu dioleskan ke kain yang sudah di canting.

Gambar II.24. Proses pewarnaan kain Sumber: Dokumentasi Pribadi (12/12/2014)


(26)

26 Setelah pewarnaan kemudian kain dijemur terlebih dahulu dibawah sinar matahari langsung agar pewarna pada kain cepat kering merata.

Gambar II.25. Proses penjemuran kain Sumber: Dokumentasi Pribadi (12/12/2014)

Setelah semua warna berhasil di aplikasikan dan proses buka tutup malam rampung maka masuklah ke tahap nglorod. Proses ini menggunakan lilin malam yang sudah dilelehkan menggunakan air rebusan.

Gambar II.26. Proses nglorod atau perendaman kain menggunakan air lilin Sumber: Dokumentasi Pribadi (11/12/2014)

Setelah proses nglorod selesai lalu proses selanjutnya adalah pencucian kain batik ini, proses pencucian batik dilakukan di sungai yang terdapat di belakang tempat pembuatan batik. Jalan menuju sungai yang curam pun bukan menjadi halangan bagi para pembatik demi menjaga kualitas batik pring sedapur.


(27)

27

Gambar II.27. Proses pencucian kain batik di sungai Sumber: Dokumentasi Pribadi (10/12/2014)

Kain dicuci bertujuan untuk menghilangkan pewarna yang masih tersisa pada kain batik, serta untuk menghilangkan lilin pada saat proses nglorod setelah kain selesai dicuci lalu kain direbus menggunakan air yang telah mendidih. Tujuannya agar menghilangkan bekas lilin pada kain batik, ini merupakan tahap terakhir dari pembuatan batik.

Gambar II.28. Proses perebusan kain batik Sumber: Dokumentasi Pribadi (10/12/2014)

Setelah selesai proses perebusan, kain lalu dijemur dan selembar kain batik pun siap untuk digunakan. Semua proses pembuatan batik tidak ada yang sembarangan, semuanya merupakan hasil buah pikiran yang berkesinambungan.


(28)

28

Gambar II.29. Proses penjemuran terakhir kain batik Sumber: Dokumentasi Pribadi (10/12/2014)

II.6 Pemasaran Hasil Produksi

Batik Pring Sedapur saat ini sudah mulai berkembang pesat, hal ini ditandai dengan banyaknya pesanan yang datang ke sentra batik mukti rahayu, pesanan dari instansi pemerintahan di kabupaten Magetan juga cukup banyak. Walaupun hanya terbatas pada golongan tertentu saja, tetapi sudah banyak yang datang ke sentra batik mukti rahayu di desa Sidomukti untuk membeli batik ini. Lokasinya yang dekat dengan obyek wisata unggulan di Magetan yaitu telaga sarangan banyak membantu dalam proses promosi batik ini, beberapa kios yang ada di telaga sarangan sudah ada yang menjual batik pring ini dalam bentuk jadi. Telaga yang setiap akhir pekannya selalu ramai didatangi pengunjung tentu hal ini ikut mendorong dikenalnya batik ini diluar kabupaten Magetan. Harga batik tulis di sentra batik mukti rahayu sendiri untuk kain atasan paling murah berkisar Rp 130.000 – Rp 250.000,- tergantung bahan kain dan tingkat kerumitan motif.


(29)

29

Gambar II.30. Kemasan Batik Pring Sedapur Sumber: Dokumentasi Pribadi (11/12/2014)

Produk dari batik pring sedapur Magetan ini juga dipromosikan lewat internet, yaitu melalui situs jejaring sosial seperti facebook dan juga melalui blog Pemkab Magetan. Dalam kedua situs internet ini dipajang motif – motif dari batik pring sedapur, namun tidak semua motif yang dipajang. Hal ini dikarenakan di sentra batik mukti rahayu ini para pembatik baru membuat batik apabila ada pesanan dari pembeli. Walaupun demikian mereka mempunyai buku katalog yaitu gambar motif batik pada kertas dan warna – warna dari batik pring sedapur, jadi para pembeli bisa memilih motif dan warna yang di inginkan.


(30)

30

Gambar II.31. Katalog warna batik Sumber: Dokumentasi Pribadi (11/12/2014)

II.7 Peran Pemerintah Kabupaten Magetan

Pemerintah Magetan melakukan banyak hal untuk mempertahankan eksistensi batik Pring Sedapur di kabupaten Magetan. Salah satu caranya adalah dengan mengeluarkan peraturan untuk mewajibkan PNS dan jajaran staf di kabupaten untuk memakai batik, termasuk seragam anak – anak sekolah. Peraturan tersebut dituangkan dalam Peraturan Bupati (PerBup) No. 88 tahun 2006 tentang pakaian dinas pegawai dan pejabat dilingkungan kabupaten Magetan dan Peraturan Bupati No 90 tahun 2006 tentang tanda pengenal pegawai di lingkungan pemerintah kabupaten Magetan. Batik yang diharuskan dipakai adalah batik Pring Sedapur batik khas Magetan pada hari jumat dan batik bebas setiapa hari kamis, hal ini pun secara tidak langsung merangsang perkembangan batik Pring Sedapur Magetan. Selain itu pemerintah Magetan melalui dinas sosial membentuk Kelompok Usaha Bersama (KUBE) dengan nama Mukti Rahayu, dinas sosial juga sering mengadakan pelatihan – pelatihan membatik agar regenerasi tetap terus berjalan. Pemerintah daerah Magetan juga berusaha mempromosikan batik Pring Sedapur melalui situs jejaring sosial seperti facebook dan blog untuk promosi langsung jajaran pemerintah kabupaten Magetan selalu memakai batik pring sedapur ketika ada lawatan ke daerah lain.


(31)

31

Gambar II.32. Seragam batik untuk anak SD dan PNS Sumber: Dokumentasi Pribadi (11/12/2014)

Pemerintah Magetan juga memasukkan sentra kerajinan batik pring ke dalam daftar tujuan wisata daerah di kabupaten Magetan, selain telaga sarangan dan sentra kerajinan kulit, hal ini mendorong wisatawan yang berkunjung ke telaga sarangan untuk mampir ke sentra batik pring sedapur di desa Sidomukti Magetan. II.8 Hasil Kuisioner

Untuk mendukung perancangan media informasi maka dilakukan survei untuk mendapatkan informasi seputar pengetahuan masyarakat terhadap batik pring sedapur Magetan. Survei yang dilakukan yakni survei dalam bentuk kuisioner yang berisikan pertanyaan – pertanyaan yang mengukur sejauh mana masyarakat mengetahui batik pring sedapur. Berdasarkan hasil survei kuisioner yang dilakukan kepada 40 orang di kota Madiun, tepatnya di alun – alun kota Madiun pada hari sabtu, tanggal 13 desember 2014, dari 40 koresponden 27 orang menjawab tahu tentang batik pring sedapur Magetan, sementara 13 orang lainnya menjawab tidak tahu. Sedangkan hasil kuisioner yang dilakukan secara online melalui website surveymonkey.com pada hari selasa 23 desember 2014 untuk masyarakat yang berdomisili di kota Madiun, baik itu laki – laki maupun perempuan dari 30 koresponden secara online, 21 koresponden menjawab tahu batik Pring Sedapur dan 9 orang menjawab tidak tahu. Sangat disayangkan masih ada saja orang yang tidak tahu batik pring sedapur Magetan, padahal jarak


(32)

32 kabupaten Magetan dengan kota Madiun tidak jauh, hal ini salah satunya disebabkan upaya pemerintah kabupaten Magetan dalam hal mensosialisasikan batik pring sedapur masih belum efektif.


(33)

33 BAB III

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

III.1 Target Audiens

Penentuan target sasaran (audience) sangat diperlukan dalam perancangan konsep media, agar pendekatan kepada target sasaran dapat lebih terfokus dan efektif dalam penyampaian pesan.

1. Demografis  Gender

Laki-laki dan perempuan.  Usia

20-35 tahun

Masyarakat pada umur tersebut cenderung lebih tertarik kepada hal – hal yang bersifat informatif yang bisa menambah wawasan.  Pendidikan

Tingkat pendidikan minimal mahasiswa  Status ekonomi sosial

Menengah keatas 2. Geografis

 Kota Madiun

Karena letaknya berdekatan dengan kabupaten Magetan dan daerah ini sebagai objek penelitian yang didapat dari hasil pengamatan, daerah tersebut belum ada informasi mengenai batik Pring Sedapur. Dikarenakan sosialisasi batik ini hanya dilakukan di Magetan saja.

3. Psikografis

 Masyarakat yang memiliki apresiasi terhadap seni dan kebudayaan, seperti masyarakat yang peduli terhadap budaya lokalnya, menyukai hal-hal yang informatif yang dapat menambah wawasannya.


(34)

34 III.2 Strategi Perancangan

Pemerintah kabupaten Magetan memiliki beberapa permasalahan dalam hal mensosialisasikan batik Pring sedapur ini keluar daerah Magetan, maka penulis bermaksud untuk melakukan sebuah perancangan sosialisasi dalam bentuk media informasi. Diharapkan dari perancangan ini masyarakat akan mendapat pengetahuan dan wawasan mengenai batik yang merupakan salah satu budaya Indonesia dan mengetahui tentang batik Pring Sedapur yang berasal dari Magetan. Serta membantu gerakan pemerintah kabupaten Magetan dalam mensosialisasikan batik Pring Sedapur Magetan ini keluar daerah.

III.2.1 Pendekatan Komunikasi

Pendekatan Verbal

Pendekatan verbal yang dilakukan agar pesan atau tujuan yang ingin disampaikan tepat pada sasaran maka akan dilakukan perancangan media informasi dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh target sasaran. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia. Gaya bahasa yang digunakan adalah gaya bahasa yang mudah dimengerti dan diucapkan oleh masyarakat dalam kegiatan sehari-hari.

Pendekatan visual

Untuk mensosialisasikan batik Pring Sedapur, dilakukan strategi pendekatan visual yang akan mengangkat tema batik itu sendiri. Strategi pendekatan visual yang dilakukan adalah dengan menyajikan gambar atau ilustrasi foto dengan pendekatan gaya realis fotografi, mengenai batik Pring Sedapur, dari beragam motifnya, proses pembuatannya, hingga interaksi sosial didalamnya. Penggunaan ilustrasi dengan teknik foto adalah agar para pembaca tidak cepat bosan dan dapat mengetahui dengan jelas asal muasal batik ini, hingga setiap prosesnya yang disampaikan


(35)

35 dengan detail melalui foto, sehingga diharapkan dapat menambah wawasan bagi para pembacanya.

Gambar III.33. Reverensi pendekatan visual dengan gaya foto esai Sumber: http://fotokita.net/

(Diakses pada 13 Februari 2015 )

III.2.2 Strategi Kreatif

Strategi kreatif adalah ide yang dikeluarkan untuk menunjang perancangan yang telah direncanakan, sangat erat kaitannya dengan konsep visual yang akan dibangun dalam perancangan media informasi. Dalam merancang media informasi tentang semua hal yang berkaitan dengan batik Pring Sedapur, informasi mengenai hal tersebut akan dimunculkan berdasarkan tampilan fotografi dan audio visual mengenai pembuatan dari awal batik Pring Sedapur hingga penjelasan mengenai motif batik ini beserta filosofinya. Perancangan media informasi ini nantinya juga mendapat dukungan Pemerintah Kabupaten Magetan dalam hal ini melalui Dinas Sosial Kabupaten Magetan, seperti donasi dan pendistribusian media informasi.


(36)

36 III.2.3 Strategi Media

Dalam perancangan media informasi ini, dibutuhkan strategi media agar media yang akan diproduksi bisa lebih terperinci dan terfokus. Strategi media yang digunakan mencakup 2 bagian, media utama dan media pendukung.

1. Media Utama

Media utama yang akan dirancang adalah media informasi yang dikemas dalam bentuk sebuah buku bergambar, maka berdasarkan pertimbangan yang telah tercantum juga dalam strategi kreatif, sebuah buku bergambar adalah media yang dipilih sebagai media utama untuk mensosialisasikan batik Pring Sedapur Magetan. Membuat sebuah buku bergambar yang bertujuan untuk memberikan wawasan kepada para pembacanya tentang batik Pring Sedapur, dan pada buku ini juga diberikan kain batik dengan motif Pring Sedapur agar pembaca dapat melihat dan merasakan langsung kain dengan motif Pring Sedapur yang dibuat secara tradisional atau tulis. Buku ini diberi judul Serumpun Bambu dari Magetan, dengan sub judul Pesona Batik Pring Sedapur.

Gambar III.34. Judul buku Serumpun Bambu dari Magetan

Sebagai bentuk dukungan Pemerintah Kabupaten Magetan terhadap buku ini, pada bagian sampul belakang buku juga akan disertakan logo Kabupaten Magetan.


(37)

37

Gambar III.35. Pengaplikasian logo Kabupaten Magetan pada bagian belakang buku

Pada buku ini juga akan disertakan sebuah film dokumenter mengenai batik Pring Sedapur dalam bentuk dvd. Dimana film ini bisa memperkuat gambaran visual yang ada pada buku, apabila pembaca buku ingin mendapatkan gambaran visual yang lebih detail maka bisa menonton film dokumenter dalam bentuk dvd yang disertakan pada buku Serumpun Bambu dari Magetan ini. Film dokumenter ini nantinya juga bisa dilihat melalui situs Pemkab Magetan serta melalui jejaring sosial seperti youtube. Hal ini bertujuan untuk memperluas penyebaran informasi mengenai batik Pring Sedapur yang berasal dari Kabupaten Magetan.

2. Media Pendukung

Media pendukung yang akan digunakan berfungsi untuk mendampingi dan memperkuat media utama. Media pendukung yang akan digunakan diantaranya:

 Poster

Poster menurut Robin Landa dalam Rakhmat Supriyono (2010) mendeskripsikan poster sebagai bentuk publikasi dua dimensional dan satu muka digunakan untuk menyajikan informasi, data, jadwal, atau penawaran, dan untuk mempromosikan orang, acara tempat, produk, perusahaan, jasa atau organisasi. Disini poster


(38)

38 dapat menjadi salah satu media cetak penguat untuk media promosi yang dapat disebarkan dan dipajang di tempat strategis.

 Baju T-Shirt

Media yang nantinya akan diberikan kepada 100 pembeli pertama buku ini.

 DVD film dokumenter

Media yang nantinya akan diberikan secara cuma-cuma dengan cara disisipkan kedalam buku.

Softcase

Media yang nantinya akan dijual kepada konsumen.  Alas mouse

Termasuk sebagai media perlengkapan yang nantinya dijual kepada konsumen.

X-Banner

X-Banner merupakan sebuah media cetak berdiri yang

dapat ditempatkan di sekitaran rak toko buku.

Gimmick

Merupakan media yang digunakan untuk media informasi ini. Tujuan pemberian gimmick ini adalah pemberian atau hadiah yang berfungsi sebagai buah tangan. Gimmick yang di gunakan berupa pembatas buku.

III.3 Konsep Visual

Untuk menghasilkan atau visual promosi yang baik maka dibutuhkan konsep visual yang matang untuk menghindari kesalahan dalam penyampaian pesan mengenai batik Pring Sedapur Magetan.

III.3.1 Format Desain

Dalam perancangan media informasi berupa buku mengenai batik Pring Sedapur Magetan yang ditargekan kepada masyarakat dengan rentang


(39)

39 umur berkisar 20 – 35 tahun, disajikan dengan ilustrasi gambar berupa foto. Format ukuran buku A4 custom (255 mm x 210 mm).

Gambar III.36. Format ukuran buku

III.3.2 Tata Letak (Layout)

Tujuan utama layout adalah menampilkan elemen visual yaitu berupa gambar dan teks agar menjadi lebih komunikatif sehingga memudahkan pembaca dalam menerima informasi yang disajikan. Dalam setiap media

layout yang disusun selalu mengacu pada konsep awal yaitu penempatan

unsur-unsur grafis yang disusun sedemikian rupa untuk mendapat kesan yang menarik juga informatif.


(40)

40

Kerning : 50

Leading : 14

Ukuran font : 10 (bodytext). Judul dan sub judul (24,30,36) III.3.3 Tipografi

Perancangan media informasi ini akan menggunakan beberapa huruf atau font, font Zapfino digunakan pada setiap pergantian dari bab pertama ke bab selanjutnya, dan digunakan juga pada setiap judul dari isi teks. Tujuan penggunaan font zapfino adalah untuk memberi kesan mewah dan font terlihat seperti goresan – goresan canting.

Penggunaan font Little lord fontleroy ini digunakan pada bagian logo sampul buku, tujuan penggunaan font untuk memberikan kesan keanggunan dan sentuhan tangan pada buku ini.

Penggunaan font Calisto mt digunakan pada bagian bodytext atau isi tulisan buku. Tujuan menggunakan font Calisto ini untuk memberikan


(41)

41 kesan formal pada buku, dan supaya mudah dibaca dalam komposisi teks yang panjang.

Gambar III.38. Contoh penggunaan font Calisto pada bodytext

III.3.4 Ilustrasi

Ilustrasi yang digunakan pada perancangan media buku ini adalah ilustrasi menggunakan teknik fotografi. Penggunaan teknik ilustrasi foto ini bermaksud agar pembaca seolah – olah dapat melihat dan membayangkan langsung motif batik Pring Sedapur, kegiatan para pembatik dan juga proses pembuatan batik. Menambah wawasan para pembaca sehingga mengetahui sejarah mengenai batik Pring Sedapur, lokasi pembuatannya dan interaksi sosial di dalamnya.


(42)

42

Gambar III.39. Reverensi penggunaan gaya fotografi pada buku Sumber: http://fotokita.net/

(Diakses pada 13 Februari 2015 )

III.3.5 Warna

Warna merupakan unsur visual yang dapat mempengaruhi orang yang melihatnya karena warna memberikan suatu kesan tersendiri, maka dalam hal ini peranan warna juga sangat menentukan. Warna yang digunakan pada buku ini adalah warna – warna dari kain batik Pring Sedapur. Berikut adalah warna-warna yang akan digunakan untuk media informasi ini:

Gambar III.40. Contoh skema warna

Penggunaan skema diatas tergantung dari pemakaian, misalkan untuk warna RGB (red-green-blue) bisa digunakan dalam layar seperti iklan di tv dan internet sedangkan warna CMYK (cyan-magenta-yellow-black)


(43)

43 dapat digunakan pada media yang dicetak seperti poster, buku, x banner, dan media cetak lainnya.

Gambar III.41.Warna – warna pada kain batik Sumber: Dokumentasi Pribadi (12/12/2014)

III.4 Strategi Distribusi

Strategi distribusi tahap awal yang dilakukan adalah menyebarkan poster di beberapa titik agar target audiens dapat mengetahui dalam rentan waktu yang telah ditentukan akan terbit mengenai buku ini. Kurun waktu yang ditentukan untuk poster adalah satu bulan menjelang penerbitan buku ini. Untuk tahap selanjutnya adalah dengan memasang

X Banner pada saat launching buku ini di toko buku terdekat semisal

toko buku Gramedia di kota Madiun.


(44)

Laporan Pengantar Proyek Tugas Akhir

PERANCANGAN BUKU INFORMASI BATIK PRING

SEDAPUR MAGETAN

DK 38315/Tugas Akhir Semester I 2014/2015

Oleh :

Qurniawan Andri Putra 51910156

Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(45)

44 BAB IV

TEKNIS PRODUKSI MEDIA IV.1. Teknis Media

Terdapat beberapa tahapan pembuatan media sebagai berikut : a. Tahap persiapan ide visual

Tahap ini merupakan tahapan dimana visualisasi perancangan dikumpulkan berdasarkan konsep dasar. Menentukan teknik gaya visual dan elemen visual lainnya.

b. Tahap Sketsa Awal

Sketsa awal merupakan sebuah proses dimana perancangan masuk pada tahap penggambaran ilustrasi, karakter, dan layout visual secara manual menggunakan pensil. Hal ini dilakukan dalam upaya memberikan gambaran visual yang nantinya akan diproses ke dalam bentuk digital.

Gambar IV.42.Proses Sketsa


(46)

45 c. Tahap Pengolahan Digital

Tahap digital adalah tahap selanjutnya ketika semua kebutuhan sketsa manual telah terpenuhi. Didalam tahap ini, pengolahan digital memiliki berbagai tujuan dan penggunaan software yang beragam sesuai dengan kebutuhannya. Dalam tahap ini dilakukan beberapa pengolahan karya dalam bentuk visual grafis seperti vektor dan foto.

d. Penyelesaian Final Media

Tahap ini merupakan tahap akhir dimana setiap media telah berhasil diselesaikan dan siap untuk dicetak, dipublikasikan, dan dipergunakan sebagaimana harusnya.

IV.2. Teknis Produksi Media IV.2.1. Buku

Buku adalah sebuah media utama yang dipilih dalam media informasi mengenai batik Pring sedapur. Sebuah buku yang menjelaskan tentang filosofi batik Pring sedapur, sejarah, tempat asal muasal batik Pring sedapur, proses membatik, dan interaksi sosial didalamnya. Media buku ini diharapkan mampu menarik perhatian target audiens yang ditargetkan untuk masyarakat pada kisaran umur 20 – 35 tahun, dengan tujuan memberikan informasi serta menambah wawasan para pembacanya.


(47)

46


(48)

47

Gambar IV.43.Gambar sampul buku dan isi buku Sumber: Dokumentasi Pribadi (4/1/2015)


(49)

48 Bentuk : Buku

Ukuran : A4 (255 mm x 210 mm) Teknik : Cetak Offset

Harga : Rp. 185.000

IV.2.2. Media Pendukung

Media pendukung adalah media yang digunakan sebagai pelengkap komunikasi dan promosi yang hendak disampaikan. Media pendukung dipublikasikan sesuai dengan fungsinya masing-masing meliputi 3 tahapan yaitu dalam tahap mengenalkan (awareness), mengajak (persuasif) dan juga mengingatkan (reminder).

a. Poster

Poster adalah media cetak pendukung sebagai ajang menyampaikan informasi secara informatif dan persuasif kepada audiens. Didalamnya memuat konten informasi tentang penjualan buku seperti penerbit buku kontak penjual dan lokasinya.

Gambar IV.44.Aplikasi media poster Sumber: Dokumentasi Pribadi (4/1/2015)


(50)

49 Bahan : Art paper

Ukuran : A3 (29,7cm x 42cm) Teknik : Cetak Offset

Penempatan : Mading Publik, kampus, toko buku, dan perpustakaan

b. X-Banner

X-Banner merupakan sebuah media cetak lainnya yang dapat menarik

perhatian , serta mendukung tersampaikannya informasi kepada audiens.

Gambar IV.45.Aplikasi media x-banner Sumber: Dokumentasi Pribadi (4/1/2015)

Bahan : Luster


(51)

50 Teknik : Cetak Offset

Penempatan : Lobi dan rak toko buku. c. Kaos/T-Shirt

Kaos sebagai media yang menarik dalam tujuan memikat konsumen. Kaos ini nantinya akan diberikan secara gratis kepada 100 orang pembeli pertama buku ini di gramedia Madiun.

Gambar IV.46.Aplikasi media t-shirt

Sumber: Dokumentasi Pribadi (4/1/2015)

Bahan : Combat Ukuran : Custom Teknik : Sablon


(52)

51

d. Gimmick

Gimmick adalah buah tangan yang didapatkan pembeli (target audiens)

setelah membeli buku ini. Gimmick di sini berbentuk pembatas buku.

Gambar IV.47.Pembatas buku dan pengaplikasiannya pada buku Sumber: Dokumentasi Pribadi (4/1/2015)

Media : Pembatas Buku Ukuran : 5cm x 15cm Teknik : Cetak Offset Penempatan : Dalam Buku

e. DVD film dokumenter

DVD yang berisi film dokumenter tentang batik Pring Sedapur, sebagai media yang nantinya akan disisipkan didalam buku untuk bonus pembelian buku. Film dokumenter ini nantinya juga bisa dilihat melalui situs Youtube dan web Pemerintah kabupaten Magetan. Berikut spesifikasi film dokumenter yang dibuat:


(53)

52

Frame rate : 25 fps

 Durasi : 14:30 menit

Aspect ratio : Widescreen 16:9

 Format video : avi

Gambar IV.48.Screenshoot hasil akhir film dokumenter

Gambar IV.49.Kemasan film dokumenter Sumber: Dokumentasi Pribadi (4/1/2015)


(54)

53 Media : Kemasan DVD

Ukuran : 1 kemasan DVD, P x L: 14 cm x 13,5 cm Stiker DVD, diameter 11,5 cm

Teknik : Digital printing Penempatan : Dalam Buku

f. Flipcase

Flipcase dengan motif batik Pring Sedapur merupakan salah satu media

yang nantinya akan dijual kepada konsumen, flipcase ini bisa didapatkan di etalase yang terdapat di toko buku seperti gramedia.

Gambar IV.50. Aplikasi mediaberupaflipcase

Sumber: Dokumentasi Pribadi (4/1/2015)

Media : Flipcase Ukuran : 11,5cm x 15cm Teknik : Jahit


(55)

54

g. Alas Mouse

Alas mouse atau mousepad merupakan media yang nantinya juga akan dijual kepada konsumen. Alas mouse ini bisa didapatkan di etalase yang terdapat di toko buku seperti gramedia.

Gambar IV.51. Aplikasi mediaalas mouse

Sumber: Dokumentasi Pribadi (4/1/2015)

Media : Alas mouse Ukuran : 15cm x 25cm Teknik : Jahit


(56)

vii DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ...i

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ...ii

KATA PENGANTAR ...iii

ABSTRAK ...iv

ABSTRACT ...vi

DAFTAR ISI ...vii

DAFTAR GAMBAR ...x

DAFTAR TABEL...xii

DAFTAR KOSAKATA/GLOSARY...xiii

BAB I PENDAHULUAN ...1

I.1 Latar Belakang Masalah ...1

I.2 Identifikasi Masalah ...2

I.3 Rumusan Masalah ...3

I.4 Batasan Masalah ...3

I.5 Tujuan Perancangan...4

BAB II BATIK PRING SEDAPUR MAGETAN ...5

II.1 Batik ...5

II.1.1 Jenis jenis Batik...6


(57)

viii

II.2.1 Sejarah Batik Pring Sedapur Magetan ...9

II.2.2 Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Mukti Rahayu ...12

II.2.2.1 Tujuan KUBE ...14

II.3 Jenis – jenis Motif Batik Pring Sedapur ...14

II.4 Filosofi Batik Pring Sedapur ...19

II.5 Alat dan Proses Pembuatan Batik Pring Sedapur ...20

II.5.1 Proses Pembuatan Batik ...24

II.6 Pemasaran Hasil Produksi ...28

II.7 Peran Pemerintah Kabupaten Magetan ...30

II.8 Hasil Kuisioner ...31

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL ...33

III.1 Target Audiens ...33

III.2 Strategi Perancangan ...34

III.2.1 Pendekatan Komunikasi ...34

III.2.2 Strategi Kreatif ...35

III.2.3 Strategi Media ...36

III.3 Konsep Visual ...38

III.3.1 Format desain ...38

III.3.2 Tata Letak (Layout)...39

III.3.3 Tipografi ...40

III.3.4 Ilustrasi ...41


(58)

ix

III.4 Strategi Distribusi ...43

BAB IV TEKNIS PRODUKSI MEDIA……….44

IV.1 Teknis Media ...44

IV.2 Teknis Produksi Media ...45

IV.2.1 Buku ...45

IV.2.2 Media Pendukung ...48

DAFTAR PUSTAKA ...55

LAMPIRAN ...57


(59)

55 DAFTAR PUSTAKA

Buku

Iskandar, Neneng. 2008. Batik Indonesia & Sang Empu; Go Tik Swan

Panembahan Hardjonagoro : Penerbit Tim Buku Srihana.

Model, Adi. 2012. Lightning for strobist fashion. Jakarta : Elex Media Komputindo.

Model, Adi. 2013. Lightning with one light. Jakarta : Elex Media Komputindo. Model, Adi. 2013. Lightning with available light. Jakarta : Elex Media

Komputindo.

Parni. 2014. Profil KUBE MUKTI RAHAYU. Magetan.

Ramadhan, Iwet. 2013. Cerita batik. Tangerang Selatan : Literati Iprint Penerbit Lentera Hati.

Tirta, Iwan. 2009. Batik sebuah lakon : PT Gaya Favorit Press.

Literatur/skripsi

Adi Wuryanto, Teguh. 2011. Analisis industri batik tulis di kelurahan kalinyamat

wetan dan bandung kota Tegal. Semarang : Universitas Diponegoro.

Dewi Styaningrum, Anita. 2011. Batik Pring Sidomukti. Surakarta : Universitas Sebelas Maret.

Sutrisno. 2012. Tinjauan sosial terhadap berkurangnya tenaga pembatik pada


(60)

56 Internet

Soekron, Mohammad. Sexy Dancer. 21 Juni 2010. http://fotokita.net/foto-esai-sexy-dancer.html diakses pada (15/02/2015)

Wahyu. Pring Sedapur. 06 Juli 2012.

http://magetankab.go.id/industri-batik-tulis.html diakses pada (24/12/2014)


(61)

60 DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Qurniawan Andri Putra Tempat / Tgl lahir : Jakarta, 4 Juni 1991 Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

E-mail : Andrykaka4@gmail.com No hp : 089656243123

PENDIDIKAN FORMAL

1998 – 2003 : SDN Joglo 01 Jakarta Barat 2003 – 2007 : SMPN 142 Jakarta Barat 2007 – 2010 : SMA Yadika 5 Jakarta Barat

2010 – 2015 : Program Desain Komunikasi Visual UNIKOM Bandung


(62)

iii KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kemudahan dan kelimpahan rahmat-nya sehingga penulis dapat menyusun Konsep Pengantar Karya Tulis ini sebagaimana yang telah diwajibkan sebagai syarat gelar Kesarjanaan Seni Rupa Jurusan Desain Komunikasi Visual Fakultas Desain. Dapat selesainya Tugas Akhir ini tentu saja tidak lepas dari dukungan berbagai pihak yang telah memberikan masukan dan dorongan baik secara langsung maupun tidak langsung. Sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tugas Akhir ini, sejak proses mencari dan memilih materi yang tepat hingga proses pengerjaan dapat selesai. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu.

Penulis berharap penyusunan Konsep Pengantar Tugas Akhir ini dapat bermanfaat, meskipun penulis sadar masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki dan banyak hal yang harus penulis pelajari. Akhir kata penulis harapkan semoga dapat menjadikan ini semua lebih baik. Amin.

Bandung, 17 Februari 2015


(63)

(64)

(65)

(1)

56 Internet

Soekron, Mohammad. Sexy Dancer. 21 Juni 2010. http://fotokita.net/foto-esai-sexy-dancer.html diakses pada (15/02/2015)

Wahyu. Pring Sedapur. 06 Juli 2012.

http://magetankab.go.id/industri-batik-tulis.html diakses pada (24/12/2014)


(2)

60 DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Qurniawan Andri Putra Tempat / Tgl lahir : Jakarta, 4 Juni 1991 Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

E-mail : Andrykaka4@gmail.com No hp : 089656243123

PENDIDIKAN FORMAL

1998 – 2003 : SDN Joglo 01 Jakarta Barat 2003 – 2007 : SMPN 142 Jakarta Barat 2007 – 2010 : SMA Yadika 5 Jakarta Barat

2010 – 2015 : Program Desain Komunikasi Visual UNIKOM Bandung


(3)

iii KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kemudahan dan kelimpahan rahmat-nya sehingga penulis dapat menyusun Konsep Pengantar Karya Tulis ini sebagaimana yang telah diwajibkan sebagai syarat gelar Kesarjanaan Seni Rupa Jurusan Desain Komunikasi Visual Fakultas Desain. Dapat selesainya Tugas Akhir ini tentu saja tidak lepas dari dukungan berbagai pihak yang telah memberikan masukan dan dorongan baik secara langsung maupun tidak langsung. Sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tugas Akhir ini, sejak proses mencari dan memilih materi yang tepat hingga proses pengerjaan dapat selesai. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu.

Penulis berharap penyusunan Konsep Pengantar Tugas Akhir ini dapat bermanfaat, meskipun penulis sadar masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki dan banyak hal yang harus penulis pelajari. Akhir kata penulis harapkan semoga dapat menjadikan ini semua lebih baik. Amin.

Bandung, 17 Februari 2015


(4)

(5)

(6)