Perancangan media Informasi Buku Motif Batik Trusmi Cirebon

(1)

5 BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Batik merupakan salah satu warisan budaya Indonesia. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Pada awalnya batik hanya dikenal oleh kalangan keraton yang digunakan untuk upacara keagamaan maupun acara-acara kerajaan, sehingga pada waktu itu batik banyak digunakan oleh para raja, bangsawan, dan abdi kerajaan.

Batik mulai digunakan oleh masyarakat umum pada awal abad ke-19 dan jenis batik pertama yang dikenal berupa batik tulis, kemudian berkembang menjadi batik cap dan printing bermotif batik. Batik tidak hanya dipakai oleh masyarakat lokal saja tetapi batik juga sangat popular dimasyarakat Internasional karena keindahan dari berbagai motif serta mutu warna alami yang menarik.

Salah satu daerah penghasil batik terbesar yang ada di Jawa Barat terdapat didaerah Cirebon. Sentra pembuatan batik Cirebon


(2)

5 berada di Desa Trusmi Wetan dan Trusmi Kulon, Kecamatan Plered. Batik Cirebon disebut juga Batik Trusmi oleh masyarakat, karena di Cirebon hanya terdapat satu daerah sentra pembuatan batik. Batik Trusmi pada zaman dahulu mempunyai ragam motif dan warna yang terbatas, beberapa motif hanya boleh dipakai oleh kalangan tertentu. Motif yang terdapat pada batik Trusmi atau batik Cirebon tidak hanya mendapat pengaruh dari keraton saja, tetapi motif batik Trusmi atau batik Cirebon juga mendapat pengaruh dari pesisiran yang banyak menyerap pengaruh dari luar daerah Cirebon dan mendapat pengaruh dari budaya asing.

Selain motif, pewarnaan batik pun banyak menggunakan warna-warna yang cerah. Batik Trusmi atau batik Cirebon tidak menggunakan motif simetris pada seluruh bahan, melainkan motif yang menggambarkan sesuatu yang nyata diatas bahan polos. Motif yang dipakai berupa bentuk binatang, tumbuhan, pemandangan, pola geometris dan kaligrafi. Bentuk motif mendekati kenyataan atau realis yang kurang distilasikan, dari yang awalnya berbentuk kaku menjadi bentuk visual yang lembut. Cenderung ke realis dan naturalis dengan bentuk motif yang dominan, mengungkapkan lambang keagamaan, falsafah, dan makna-makna yang ditujukan kepada Tuhan dan alam sekitar.


(3)

5 Percampuran kebudayaan telah mempengaruhi sikap-sikap dinamis dari masyarakat pembatikan di Cirebon. Motif batik Trusmi atau batik Cirebon dipengaruhi kebudayaan dari Hindu, Cina dan Islam. Para pendatang dari Arab, Persia, India, Malaka, Jawa Timur, Madura,dan Palembang membawa pengaruh budayanya sehingga menambah kekayaan motif batik Cirebon.

Perbedaan motif yang beranekaragam di setiap daerah dipengaruhi oleh perbedaan kondisi dari letak geografis, kepercayaan, adat istiadat, tatanan sosial, gaya hidup serta lingkungan setempat. Ada juga faktor-faktor yang menyebabkan kemiripan dari ragam motif disetiap daerah dikarenakan adanya cita rasa yang sama, hubungan niaga dan kekerabatan, serta perkawinan diantara para pembatik. Motif batik memiliki makna filosofis tersendiri, tergantung siapa dan apa tujuan dari sang pembatik. Misalnya, motif parang melambangkan kekuatan dan kekuasaan. Batik jenis ini harus dibuat dengan ketenangan dan kesabaran yang tinggi. Sebab, kesalahan dalam proses pembatikan dipercaya akan menghilangkan kekuatan yang ada didalam batik tersebut. Selain itu motif batik juga merupakan simbol-simbol yang penuh makna, memperlihatkan cara berpikir masyarakat pembuat batik daerah tersebut. Misalnya motif yang


(4)

5 terdapat pada batik Trusmi atau batik Cirebon melambangkan ciri khas dan watak masyarakat daerah Cirebon (Agus Dhianto, 1985, h.15)

Seiring bertambahnya waktu dan adanya pasar bebas memudahkan masuknya beragam kain yang bermotif batik dengan teknik printing yang dibuat oleh Negara Cina yang mendominasi pasar batik di Cirebon juga mempengaruhi produksi motif batik Trusmi. Maka dari itu perlu suatu media informasi yang bersifat komunikatif untuk menginformasikan tentang motif-motif batik Trusmi atau batik Cirebon

yang lama maupun yang baru, karena untuk mengantisipasi banyaknya kain yang bermotif batik dengan teknik printing yang dibuat oleh Negara Cina.

Pada umumnya produk-produk yang berbasis tradisional seperti motif batik sulit untuk didokumentasikan, tingkat kebaruannya sulit ditentukan, dan sulitnya pengajuan permohonan akan hak cipta batik, karena persoalan tersebut mengakibatkan aset bangsa Indonesia diambil alih oleh pihak asing. Kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya warisan budaya ini, sehingga banyak masyarakat yang tidak begitu mengenal tentang batik Trusmi. Tidak hanya masyarakat luar daerah saja, masyarakat


(5)

5 sekitar pun masih banyak yang tidak mengetahui tentang motif-motif batik yang ada di daerahnya sendiri. Sangat disayangkan motif batik Trusmi atau batik Cirebon di Indonesia sulit di patenkan yaitu berupa hak khusus atas hasil penemuan yang diberikan negara kepada penemunya dan kesadaran para pengrajinnya untuk mengarsip teknik pembuatan batik dari proses awal dibuat sampai ke proses akhirpun masih kurang.

1.2Identifikasi Masalah

1. Motif batik Trusmi yaitu batik cap dan batik tulis berkurang peminatnya (masyarakat yang membeli batik dilihat dari segi harga yang murah dan bermotif bagus), karena adanya kain bermotif batik dengan menggunakan teknik printing yang berasal dari Cina memiliki motif yang beragam dan murah.

2. Sulitnya sistem pendokumentasian hak cipta dan paten dari tiap motif yang ada, sehingga ada beberapa motif yang tidak diizinkan untuk di daftarkan hak ciptanya kedalam Hak Kekayaan Intelektual (HAKI).

3. Kurangnya media informasi mengenai motif batik Trusmi atau batik Cirebon.


(6)

5

1.3Fokus Permasalahan

Kurangnya media informasi mengenai motif batik Trusmi atau batik Cirebon yang lama maupun yang baru dikarenakan kedinamisan motif batik yang ada pada saat ini.

1.4Tujuan perancangan

Pendokumentasian kumpulan motif batik Trusmi sejak zaman dahulu sampai sekarang dikarenakan kedinamisan motif yang ada pada saat ini. Melalui sebuah media informasi yang bersifat komunikatif berisi tentang pengetahuan akan unsur-unsur bentuk motif, warna dan ciri khas yang merupakan identitas batik Trusmi atau batik Cirebon.


(7)

BAB II

Tinjauan Umum Motif Batik Trusmi Cirebon

2.1 Batik

Kata batik berasal dari bahasa Jawa. Secara etimologi kata batik diambil dari kata “ambatik”, yaitu kata “amba” (bahasa jawa) yang berarti menulis dan “tik” yang berarti titik kecil, tetesan, atau membuat titik. Jadi, batik adalah menulis atau melukis titik. Secara umum, membatik adalah sebuah teknik menahan warna dengan lilin malam secara berulang-ulang di atas kain. Lilin malam digunakan sebagai penahan untuk mencegah agar warna tidak menyerap ke dalam serat kain di bagian-bagian yang dikehendaki.

Perempuan-perempuan Jawa di masa lampau menjadikan keterampilan mereka dalam membatik sebagai mata pencaharian. Sehingga di masa lalu, membatik adalah pekerjaan eksklusif bagi perempuan, sampai akhirnya ditemukan batik cap yang memungkinkan masuknya laki-laki ke dalam bidang kerajinan ini.

Pada tanggal 2 Oktober 2009, UNESCO mengukuhkan batik Indonesia sebagai global cultural heritage (warisan budaya dunia) yang berlangsung di Prancis. Untuk memperkuat legitimasi Indonesia dalam pengembangan batik sebagai salah satu warisan budaya, tanggal 2 Oktober 2009 ini menjadi Hari Batik Nasional (Sa’du, 2010, h.iv)


(8)

Gambar 2.1 Orang sedang Membatik (Sumber: www.justrizkytegug.wordpress.com)

2.2 Batik Trusmi Cirebon

Batik mulai ada di desa Trusmi sejak abad ke 14. Nama Trusmi berasal dari cerita masyarakat bahwa di daerah tersebut tumbuh banyak tumbuhan, kemudian para warga menebang tumbuhan tersebut namun secara seketika kemudian tumbuhan itu tumbuh kembali. Sehingga tanah tersebut dinamakan Desa Trusmi yang berasal dari kata terus bersemi.

Awal mula batik ada di Trusmi menurut Masniri salah seorang pengrajin batik Trusmi, dikarenakan sultan kraton kasepuhan menyuruh orang Trusmi dan Kaliwulu untuk membuat batik yang sama dengan batik yang dia buat. Sultan hanya memperlihatkan motifnya saja. Orang Trusmi dan Kaliwulu pun bilang bahwa mereka bisa membuat batik yang sama dengan buatan sultan. Orang Kaliwulu membuat kayu dan orang Trusmi membuat batik. Kemudian orang Trusmi dan Kaliwulu membawa hasil batik yang mereka buat dan memperlihatkannya kepada sultan. Orang Trusmi kemudian menyuruh sultan untuk memilih


(9)

batik yang asli namun saking miripnya sultan tidak dapat membedakannya. Batik yang dibuat orang trusmi tersebut sangat mirip dengan aslinya, sehingga sultan pun menyuruh mereka untuk membuat dan memproduksi batik yang sampai sekarang pembuatan batik menjadi turun temurun.

Masa keemasan kerajinan batik di daerah ini terjadi pada kurun waktu 1950-1968. Bila dibanding dengan batik Yogyakarta, Solo, atau Pekalongan, batik Trusmi mempunyai ciri yang berbeda dan khas. Perbedaan ini terlihat dari segi warna dan motif. Batik Trusmi menampilkan warna yang cerah dan ceria, seperti warna merah, merah muda, biru langit, hijau pupus. Gambar motifnya pun lebih bebas, melambangkan kehidupan masyarakat pesisir, seperti gambar aktivitas masyarakat di pedesaan atau gambar flora dan fauna yang memikat. (Agus Dhianto, 1985, h.6)

Lokasi daerah sentra pembuatan batik Trusmi Cirebon. berada di propinsi Jawa Barat. Trusmi sendiri adalah nama desa di kecamatan Plered, kabupaten Cirebon dan berjarak 5 km dari pusat kota. Lokasinya dari arah perempatan pasar Plered, terdapat papan nama “Objek Wisata Belanja Batik Trusmi”. Desa Trusmi dibagi menjadi dua yaitu Trusmi Kulon dan Trusmi Wetan, dan ada beberapa desa disekitar Trusmi yang juga menghasilkan produk atau pengrajin batik yaitu Gamel, Kaliwulu, Wotgali, Kalitengah dan Panembahan. Desa Trusmi


(10)

memajangkan hasil sandang yang diperoleh dari batik dan ada juga pengrajin yang menggunakan rumahnya sebagai ruang pamer.

Gambar 2.2 Sentra Batik Trusmi Cirebon (Sumber: Dokumen Pribadi)

2.2.1 Ciri Khas Batik Trusmi

Batik dari daerah Trusmi memiliki ciri khas tersendiri yang berbeda dengan batik dari daerah lain, yaitu:

1. Pada bagian-bagian motif tertentu, desain batik Cirebonan atau batik Trusmian selalu mengikut sertakan motif wadasan (batu cadas) yang bernuansa klasik tradisional.

2. Desain batik Cirebonan, terdapat pula unsur ragam hias berbentuk awan (mega) pada bagian-bagian yang disesuaikan dengan motif utamanya.

3. Ciri batik Cirebonan klasik tradisional memiliki warna pada bagian latar (dasar kain) lebih muda dibandingkan dengan warna garis pada motif utamanya.

4. Bagian dasar kain biasanya nampak bersih dari noda hitam atau warna-warna yang tidak dikehendaki pada proses pembuatan.


(11)

Noda diakibatkan oleh penggunaan lilin batik yang pecah, sehingga proses pewarnaan zat warna yang tidak dikehendaki meresap pada kain.

5. Garis-garis motif menggunakan garis tunggal dan tipis (kecil) kurang lebih 0,5 mm dengan warna garis yang lebih tua dibandingkan dengan warna latarnya. Karena secara proses, batik Cirebon unggul dalam penutupan (blocking area) dengan

menggunakan canting khusus untuk melakukan proses

penutupan, yaitu menggunakan canting tembok dan bleber (terbuat dari batang bambu yang pada bagian ujungnya diberi potongan benang-benang katun yang tebal serta dimasukkan pada salah satu ujung batang bambu).

6. Warna-warna dominan batik Cirebonan klasik tradisional, biasanya memiliki warna kuning (sogan gosok), hitam dan warna dasar krem, atau berwarna merah tua, biru tua, hitam dengan dasar warna kain krem atau putih gading.

7. Batik Cirebonan cenderung sebagian latar kainnya dibiarkan kosong tanpa diisi dengan ragam hias berbentuk tanahan atau rentesan (berbentuk tanaman ganggeng). Bentuk ragam hias tanahan atau rentesan ini biasanya digunakan oleh batik-batik dari Pekalongan.

Dari teknik pembuatan batik, terdapat Wit. Wit adalah garis kontur atau tali air atau juga lung-lungan dan sejenisnya, yang relatif kecil, tipis dan halus yang warnanya lebih tua dari warna dasar kain.


(12)

Istilah Wit ini hanya ditemukan pada batik Tembokan (Cirebon), Popokan (Jawa), yang pada saat ini hanya dapat dikerjakan oleh pengrajin batik Cirebon.

Gambar 2.3 Motif Tembokan (Sumber: http://3.bp.blogspot.com/)

Batik Cirebon lebih cenderung memenuhi selera konsumen dari berbagai daerah (lebih kepada pemenuhan komoditas perdagangan dan komersialitas), sehingga warna-warna batik Cirebonan Pesisiran

lebih atraktif dengan menggunakan banyak warna

(http://agguss.wordpress.com/2008/07/31/ciri-khas-batik-trusmi-cirebon/)


(13)

2.2.2 Jenis Batik Trusmi Jenis batik menurut teknik :

- Batik Tulis : Antara ornamen yang satu dengan ornamen lainnya agak berbeda walaupun bentuknya sama. Bentuk isen-isen relatif rapat, rapih, dan tidak kaku, prosesnya dikerjakan secara manual, satu per satu, dengan canting, lilin malam, kain, dan pewarna.

Gambar 2.4 Batik Tulis Menggunakan Canting (Sumber: Dokumen Pribadi)

- Batik Cap : Antara ornamen yang satu dengan ornamen lainnya pasti sama, namun bentuk isen-isen tidak rapi, agak renggang dan agak kaku. Apabila isen-isen agak rapat maka akan terjadi mbeleber (goresan yang satu dan yang lainnya menyatu, sehingga kelihatan kasar). Proses pembuatan menggunakan alat cap atau stempel yang telah terpola batik. Stempel tersebut dicelupkan ke dalam lilin panas, kemudian ditekan pada kain (http://www.sanggarbatikkatura.com//perbedaan-antara-batik-tulis-batik-cap-dan-batik-printing/)


(14)

Gambar 2.5 Cap atau stempel (Sumber: Dokumen Pribadi)

2.2.3 Karakteristik Batik Cirebon 1. Batik Keratonan Cirebon

Pada awalnya batik yang berkembang di Cirebon dibuat untuk kerabat sultan. Batik keratonan Cirebon tidak mempunyai aturan tertentu dalam pemakaiannya, motif hias batik keratonan pun akhirnya digunakan pula oleh masyarakat umum. Motif hias batik keratonan banyak mengambil bentuk-bentuk peninggalan keratonan Cirebon. Motif hias keratonan identik dengan bentuk wadasan dan ada pula motif yang tidak menyertakan wadasan. Batik Keratonan tumbuh dan berkembang diatas dasar-dasar falsafah kebudayaan Jawa yang mengacu pada nilai-nilai spiritual dan pemurnian diri, serta memandang manusia dalam konteks harmoni semesta alam yang tertib, serasi dan seimbang (Anas, 1997, h.17)

Motif batik keratonan mengambil hiasan pokok dari jenis tumbuhan, binatang motilogi, bentuk-bentuk bangunan, taman


(15)

arum, wadasan, bentuk-bentuk sayap, bentuk-bentuk perhiasan, dan mega mendung.

Gambar 2.6 Motif Paksi Naga Liman (Sumber: Dokumen Pribadi)

Gambar 2.7 Motif Patran Kangkung (Sumber: Dokumen Pribadi)


(16)

2. Batik Pesisiran Cirebon

Adanya motif batik pesisiran ditandai dengan penggunaan tata warna, perkembangan desain dan fungsi, dinamis dan berani dengan menggunakan banyak warna dan sangat ditentukan oleh

pasar. Masyarakat pesisiran mempunyai karakter yang

dipengaruhi oleh budaya asing karena letaknya dipinggir pantai. Kebereragaman motif batik pesisiran Cirebon dikelompokkan berdasarkan struktur pola desainnya menggunakan pola desain geometris, pangkaan, byur dan semarangan (Casta&Taruna, 2007, h.181)

Gambar 2.8 Motif Lockcan Salah satu jenis motif byur (Sumber: Dokumen Pribadi)

2.2.4 Teknik Pewarnaan Batik Trusmi

Penggunaan warna batik disetiap daerah perbatikan di Nusantara terdapat perbedaan. Perbedaan itu dipengaruhi oleh teknik, selera, dan bahan pewarna yang tersedia. Warna batik dapat dipengaruhi pula oleh kondisi alam, letak geografis, adat istiadat daerah


(17)

setempat, dan selera pasar. Untuk proses pembuatannya sama seperti dari daerah lain, hanya saja perbedaannya terletak pada cara mencampurkan warna yang satu dengan warna yang berseberangan menggunakan sistem tumpuk atau buka tutup.Teknik pewarnaan batik Trusmi Cirebon pada mulanya menggunakan bahan-bahan alam. Warna-warna tersebut diperoleh dari bahan pohon pace (mengkudu) yang menghasilkan warna merah. Warna biru dihasilkan dari tumbuhan tom (tarum). Penggunaan bahan pewarna ini memerlukan proses yang lama dan warna yang dihasilkan pun terbatas. Teknik pewarnaan tersebut kurang sesuai dengan kebutuhan pasar yang menuntut variasi warna yang lebih kaya. Maka tak heran para perajin batik di Cirebon menggunakan warna-warna kimia.

Batik Trusmi mengenal dua jenis warna yang berasal dari produsennya, yaitu warna buatan Jerman yang umumya disebut dengan istilah obat sol dan warna buatan Jepang atau terkenal dengan obat Jawo dan napthol. Kedua warna ini menggunakan campuran air sebagai pengencernya. Penggunaan warna kimia tidak menutup kemungkinan memunculkan gaya pewarnaan yang sama. Pewarnaan tidak lagi dijadikan sebagai suatu ciri dan rahasia suatu daerah perbatikan. Faktor yang paling dominan adalah dengan adanya hubungan antar daerah dan selera pasar (Casta&Taruna, 2007, h.120 )


(18)

Tidak hanya menggunakan teknik yang cukup rumit melainkan kadar ph air menentukan keberhasilan suatu proses pewarnaan batik. Untuk proses pembuatannya sama seperti dari daerah lain, hanya saja perbedaannya terletak pada cara mencampurkan warna yang satu dengan warna yang berseberangan menggunakan sistem tumpuk atau buka tutup. Jika ingin menghasilkan warna yang berseberangan batik terlebih dahulu di tutup dengan menggunakan lilin malam kemudian diwarna kembali dengan menggunakan warna yang berseberangan.

Pengrajin batik Trusmi bisa membuat tembokan putih

(http://wongtrusmi.blogspot.com/2010/03//batik-cirebon-rahasia-dan-teknik/)

Tata warna motif batik Trusmi Cirebon dibagi menjadi empat, yaitu:

1. Biron

Warna biron diambil dari warna biru yang menjadi warna utama batik ini. Teknik pewarnaan biron menggunakan satu kali pelorodan dan melepaskan lilin kain yang disebut Mateng Pisan. Hanya ada dua warna yaitu warna biru muda dan biru tua atau hitam saja, tapi ada pula yang dirancang untuk siap pakai dengan perpaduan warna yang tidak terikat sesuai dengan keinginannya.


(19)

Gambar 2.9 Motif Mega Mendung Dengan menggunakan tata warna biron

(Sumber: Dokumen Pribadi)

2. Babar Mas

Tata warna babar mas tipis sedangkan warna motifnya berwarna biru tua, hitam dan coklat soga, sebagian isen-isen diwarnai coklat muda (pada ornament hitam).

Gambar 2.10 Motif Kereta Kencana Dengan menggunakan tata warna babar mas


(20)

3. Bangbiru atau Bangbiron

Istilah ini diambil dari warna batik yang dominan warna merah atau abang dan biru. Bangbiru memerlukan dua kali proses pelorodan. Biasanya menampilkan warna dasar putih atau krem, coklat muda (tipis). Sedangkan motifnya berwarna merah, biru, dan sebagian violet kehitaman.

Gambar 2.11 Motif Sawat Ukel Dengan menggunakan tata warna bangbiru

(Sumber: Dokumen Pribadi)

4. Soloan

Tata warna soloan dihasilkan dari dua kali proses lorodan. Soloan merupakan istilah Cirebon yang berarti warna dasar batik ini berwarna tua tidak terikat, sedangkan garis kontur dan motif berwarna muda. Pada teknik soloan tidak dilakukan proses penutupan awal (tembokan) dan tidak menggunakan warna-warna yang monokromatik. Untuk menghasilkan teknik soloan yang bagus biasanya dilakukan proses dua kali pembatikan (nerusi).


(21)

Gambar 2.12 Motif Ganggengan Dengan menggunakan tata warna soloan

(Sumber: Dokumen Pribadi)

5. Sogan

Tata warna sogan dihasilkan oleh satu kali lorodan. Sedangkan komposisi warnanya bebas, untuk warna isen-isen harus berwarna coklat soga kecuali isen yang berbentuk titik-titik ini harus putih.

Gambar 2.13 Motif Buketan Dengan menggunakan tata warna sogan


(22)

6. Tigo Negerian

Tata warna batik tigo negerian terdiri dari warna biru, hijau, coklat dan merah. Prosesnya menggunakan tiga kali lorodan. Warnanya bermacam-macam antara lain merah-biru, hijau-kuning, violet dan coklat soga lebih dominan dibatasi dengan garis-garis

tertentu, motif pokoknya berwarna merah

(http://sanggarbatikkatura.com/babaran-cirebon/)

Gambar 2.14 Motif Tigo Negerian Dengan menggunakan tata warna tigo negerian

(Sumber: Dokumen Pribadi)

2.2.5 Motif Batik Trusmi Cirebon

Motif batik Trusmi pada saat ini tidak ada perbedaan motif jika dilihat dari jenisnya. Semua jenis batik seperti batik tulis, batik cap dan batik printing penggunaan motifnya sama, hanya saja tingkat ketelitian dari corak yang ada pada batik tulis yang sulit dibuat kedalam batik cap atau printing tidak akan digunakan. Itu yang mengakibatkan ada beberapa motif batik tulis yang rumit yang tidak dapat ditiru.


(23)

Motif batik Cirebon atau batik Trusmi pada dasarnya dapat digolongkan menjadi lima jenis, yaitu:

1. Jenis Wadasan, adanya beberapa ornamen dan benda-benda yang bersumber dari kraton Cirebon, termasuk ornamen Wadasan itu sendiri. Kelompok jenis ini biasanya disebut batik Keraton. Nama motif jenis ini diantaranya adalah: Singa Payung, Naga Saba, Taman Arum, Mega Mendung, dan lain sebagainya.

Gambar 2.15 Motif Rajeg Wesi (Sumber: Dokumen Pribadi)

2. Jenis Geometris, proses pendisainannya menggunakan alat bantu penggaris. Sebelum dibatik, kain harus diberi garis-garis terlebih dahulu. Contohnya adalah Motif Tambal Sewu, Liris, Kawung dan Lengko-lengko.

Gambar 2.16 Motif Kawung Rambutan (Sumber: Dokumen Pribadi)


(24)

3. Jenis Pangkaan (Buqet), batik dengan motif pangkaan menampilkan pelukisan pohon atau rangkaian bunga-bunga yang lengkap dengan ujung pangkalnya dan sering sekali dilengkapi burung atau kupu-kupu, ikan. Nama-nama motif ini diantaranya adalah Pring Sedapur, Kelapa Setundun, Soko Cina, Kembang Terompet, dan lain sebagainya.

Gambar 2.17 Motif Pangkaan Modif (Sumber: Dokumen Pribadi)

4. Jenis Byur, ditandai dengan penuhnya ornamen bunga-bungaan dan daun-daunan kecil yang mengelilingi ornamen pokok, sebagian contoh motif ini adalah : Karang Jahe, Mawar Sepasang, Dara Tarung, Banyak Angrum, dan lain sebagainya.

Gambar 2.18 Motif Daro Tarung (Sumber: Dokumen Pribadi)


(25)

5. Jenis Semarangan, motif ulang yang ditata agak renggang. Yang termasuk kedalam jenis ini adalah motif Piring Selampad, Kembang Kantil, kembang melati dan kembang gempol (http://www.sanggarbatikkatura.com/motif-batik-cirebon/)

Gambar 2.19 Motif Kembang Melati (Sumber: Dokumen Pribadi)

2.3 Analisa Masalah

Analisa terdapat dua masalah yaitu mengenai motif batik Trusmi dan pendokumentasian hak cipta motif batik untuk didaftarkan ke Hak Kekayaan Intelektual (HAKI).

1. Informasi mengenai motif batik Trusmi yang beralih peminatnya dilakukan dengan dua tahapan yaitu melalui wawancara dengan Bapak Katura salah seorang pengrajin batik diwilayah batik Trusmi dan hasil kuisioner yang diberikan kepada pengunjung.


(26)

- Menurut Bapak Katura, motif batik Trusmi beralih peminatnya (masyarakat yang membeli batik dilihat dari segi harga yang murah dan motif bagus) ke teknik pembuatan kain printing yang bermotif batik dari Cina, karena banyaknya produk impor teknik printing dari Cina yang masuk ke Indonesia.Teknik printing Cina dijual dengan harga yang sangat murah, berkisar antara Rp. 20.000 sampai dengan Rp. 30.000 untuk satu potong pakaian atasan, sedangkan harga batik cap Trusmi yang paling murah pada saat ini berkisar Rp.60.000. Ciri-ciri printing bermotif batik dari Cina adalah kain yang digunakan bukanlah kain yang berkualitas baik dan motifnya pun agak kusam, motif yang dipakai cenderung kontemporer, harga relatif lebih murah dibanding batik cap. Printing bukan merupakan jenis motif batik Cirebon karena tidak dibuat oleh tangan seperti canting dan cap atau stempel, hanya saja motif batik yang dibuat diatas kain printing atau sablon bukan batik. Selama masih banyaknya konsumen dan kolektor yang mencintai batik. Batik Trusmi pun tidak akan berkurang peminatnya jika para pengrajin membuat motif batik mengikuti permintaan pasar dimana motif yang ada pada saat ini sangat dinamis.


(27)

Sumber data mengenai informasi tentang motif-motif batik Trusmi Cirebon diperoleh dari hasil penelitian yaitu:

- Data Primer

Proses pencarian data yang dilakukan oleh peneliti adalah mendatangi langsung tempat pengraji batik Trusmi dan mewawancarai pengrajin atau produsen batik Trusmi serta memberikan kuisioner kepada pengunjung yang datang dan juga memberikan ke masyarakat yang ada di Cirebon.

a. Wawancara

Wawancara dilakukan dirumah pengrajin dan produsen batik Trusmi yaitu Masniri dan Lia, dan juga di Sanggar Batik Katura milik Katura A.R dengan menggunakan metode perekam suara agar kita dan pengrajin dapat lebih mudah dalam melakukan sesi tanya-jawab. Sample wawancara yang diberikan kepada pengrajin batik Trusmi atau batik Cirebon adalah:

- Sejarah awal mulanya batik ada di Cirebon? - Jenis batik apa sajakah yang ada di Cirebon? - Motif-motif apa sajakah yang terdapat di Trusmi?

- Bagaimana teknik pewarnaan batik Trusmi?


(28)

b. Kuisioner

Kuisioner atau angket berupa pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada masyarakat yang ada didaerah Cirebon. Kuisioner yang baik dan perolehan data yang akurat dilakukan kepada 100 orang, dengan khalayak sasaran yang dituju yaitu remaja-dewasa dan orang tua serta responden yang menyukai dan tertarik dengan seni batik. Kuisioner ini disebarkan di daerah sentra batik Trusmi, serta sekolah dan perkantoran.

Kuisioner menggunakan teknik jawaban pertanyaan seperti :

- Kuisioner nomer 1, 3, 6, 13 menggunakan jawaban

pertanyaan, ya atau tidak.

- Kuisioner nomer 2, 4, 5, 7, 8, 9, 10, 11, 12 menggunakan

jawaban pertanyaan yang dijawab sendiri.

Berdasarkan data kuisioner dengan responden yang berjumlah 100 orang, dapat disimpulkan masyarakat daerah Cirebon banyak yang mengetahui tentang batik Trusmi, lokasi daerah sentra batik Trusmi pun cukup strategis. Masyarakat yang jarang mengunjungi batik Trusmi biasanya membeli batik di showroom dan jenis batik cap atau printing yang lebih banyak dibeli karena harganya terjangkau.


(29)

(30)

- Data Sekunder

Peneliti mencari sebagian data melalui media buku dan media internet. dimana sumber data isi buku yang diperoleh berasal dari buku “Batik Cirebon: Sebuah Pengantar Apresiasi, Motif dan makna”.

2. Surat permohonan pendaftaran ciptaan yang diajukan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Cirebon 4 September 2008 kepada Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual dan surat pemberitahuan yang diajukan oleh Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Menengah 20 Januari 2009 kepada Dirjen Hak Kekayaan Intelektual (HAKI), Departemen. Hukum dan HAM sehubungan dengan 100 permohonan pendaftaran ciptaan motif batik Cirebon diberitahukan bahwa karya-karya atau produk-produk yang diajukan permohonannya tersebut tidak termasuk ciptaan yang dilindungi sebagaimana dimaksud pada Pasal 12 Undang-undang no.19 tahun 2002 (UUHC) karena merupakan hasil kebudayaan rakyat (ekspresi folklor) yang menjadi milik bersama, ada 17 motif yang termasuk ke dalam kebudayaan (folklor) yang menjadi milik bersama yaitu sawat pengantin, kembang kecubung, bajang, naga Utah, burung phoenix, kembang suru, daro tarung, bata rongkong, kembang kecubung, kembang boled, slobog, lengko-lengko, mangle, kembang bakung, kembang semboja, merak, kembang teratai.


(31)

Menurut pihak Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Cirebon (Disperindag) masih ada 300 motif batik yang didaftarkan ciptaannya, namun sampai saat ini pihak Disperindag belum menerima kabar lebih lanjut tentang pengajuan permohonan ciptaan tersebut oleh HAKI.

Yang memprihatinkan, perkembangan batik saat ini tak lagi memiliki unsur pelestarian budaya membatik, motif yang berkembang juga tidak mengandung falsafah lagi. Baginya, yang berkembang saat ini hanyalah tekstil bermotif batik, bukan batik dalam pemaknaan sebenarnya. Pengetahuan masyarakat akan motif batik Trusmi masih kurang karena motif batik Trusmi beraneka ragam motif dan warna, yang mengakibatkan masyarakat tidak mengenali motif batik berasal dari daerah mana. Hanya orang yang benar-benar mencintai batik yang bisa membedakan motif batik dari berbagai daerah.

2.4 Penyelesaian Masalah

Berdasarkan analisa data primer dan sekunder yang peroleh dapat disimpulkan bahwa media informasi berupa buku merupakan sarana yang tepat untuk mengenalkan motif-motif batik Cirebon dan pendokumentasian informasi akan unsur-unsur bentuk motif, warna dan ciri khas, yang merupakan identitas batik Cirebon.


(32)

2.5 Khalayak Sasaran

Khalayak sasaran dipilih berdasarkan uraian secara spesifik dari sumber-sumber data yang diperoleh secara tepat berupa:

1. Demografis

- Remaja dewasa dan orang tua baik laki-laki dan perempuan.

- Usia:

a. Remaja

Usia 20-25 tahun, remaja dewasa yang aktif dan menyukai seni, khususnya yang tertarik pada seni batik. b. Orang tua

Usia 25 tahun keatas, orang tua biasanya lebih tertarik untuk membeli dan menggunakan batik pada saat kerja serta acara-acara khusus.

- Status sosial

Buku motif batik Trusmi Cirebon dibuat untuk semua kalangan, terutama kalangan yang lebih memprioritaskan untuk membeli media yang memuat pengetahuan khususnya buku dan instansi-instansi yang selalu membeli buku tentang budaya.


(33)

2. Psikografis

Segmentasi yang dituju:

- Masyarakat yang mencintai seni dan produk dalam negeri,

serta produk yang mempunyai ciri khas dan unik.

- Masyarakat yang memliki rasa ingin tahu yang besar

terhadap motif-motif batik.

- Masyarakat yang senang berbelanja, berwisata dan selalu

menginginkan sesuatu yang baru.

- Masyarakat yang selalu ingin mengetahui tentang

perkembangan batik. 3. Geografis

Penyebaran perancangan buku tentang motif batik Trusmi Cirebon ini adalah masyarakat yang berada di Jawa Barat khususnya Cirebon dan wisatawan lokal maupun domestik. Alasannya karena jika kita ingin batik Trusmi kuat dikota-kota lain, maka batik Trusmi harus memperkuat citranya diwilayah asalnya.

2.6 Solusi

- Batik Trusmi mampu bersaing dengan motif-motif batik dari

daerah ataupun negara lain.

- Perlu adanya pendokumentasian berupa kumpulan motif batik

Trusmi dan menarik minat masyarakat untuk membeli produk batik Trusmi dengan cara membuat suatu media informasi berupa kumpulan buku tentang motif batik Trusmi Cirebon.


(34)

- Membuat media informasi serta media pendukung untuk

menunjang proses pembuatan buku motif batik Trusmi.

2.7 Buku

Buku sebagai media yang berisi muatan mengenai informasi. Buku yang digunakan untuk membuat kumpulan-kumpulan motif batik Trusmi Cirebon adalah buku yang tidak berdasarkan muatan informasi dari kaca mata pemerintahan melainkan buku yang dibuat dari hasil pengamatan secara objektif, berisi tentang pengetahuan akan motif batik yang ada di Cirebon dengan menggunakan konten, gaya, format, desain dan urutan dari berbagai komponen dapat menjadi sumber informasi yang mudah dan praktis, penjelasan singkat berupa text dan gambar visual didukung dengan perkembangan informasi sesuai dengan zamannya.


(35)

BAB III

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

3.1 Konsep Perancangan

Konsep “Perancangan Media Informasi Buku Motif Batik Trusmi Cirebon”, terdapat dalam uraian sebagai berikut:

- Strategi Komunikasi

- Strategi Kreatif

- Strategi Media

- Konsep Visual

1.2 Strategi Komunikasi

Strategi komunikasi berupa kumpulan dari motif batik Trusmi Cirebon, yang memiliki nilai estetik dan informatif, menginformasikan motif-motif batik yang ada di Cirebon. Perancangan sebagai sumber informasi, serta merancang sebuah media promosi lainnya sebagai pendukung untuk mempromosikan kumpulan motif batik Trusmi Cirebon.

1.3 Strategi Kreatif

Untuk memperlancar proses tujuan komunikasi, diperlukan strategi kreatif dalam merancang buku yang tepat dengan konsep kreatif, gaya visual berupa klasik dan modern, diambil dari motif batik yang sudah ada sejak zaman dahulu dan motif-motif baru yang


(36)

bermunculan dan menghasilkan buku yang dapat menarik perhatian pasar, melalui desain cover sampul buku menggunakan kain batik dan isi konten buku yang sesuai dengan khalayak sasaran dari buku motif batik Trusmi Cirebon. Melalui buku ini diharapkan dapat membantuk para wisatawan lokal maupun asing, penggemar batik, kolektor batik untuk lebih memahami tentang berbagai macam motif yang berasal dari Cirebon.

1.4 Strategi Media

Pendekatan yang dilakukan dalam mempromosikan buku adalah

dengan cara membuat penyampaian pesan untuk media cetak dengan desain sampul dan desain cover yang menarik. Pengemasan informasi tidak hanya menggunakan satu media saja, ada media pendukung yang menjadi pelengkap untuk memperkenalkan kepada masyarakat tentang informasi mengenai motif batik Trusmi Cirebon.

1.4.1 Media Utama

Media utama berupa buku “Motif Batik Trusmi Cirebon” yang berisi tentang kumpulan – kumpulan ilustras buku berupa fotografi motif batik beserta penjelasan mengenai motif batik Trusmi Cirebon berdasarkan informasi dari kajian pustaka.


(37)

1.4.2 Media pendukung

Media pendukung merupakan suatu media tambahan atau media promosi dari perindustrian buku, yang berfungsi sebagai rangsangan komunikasi untuk membeli atau memiliki buku ini. Pemilihan media pendukung demi tercapainya promosi buku motif batik Trusmi Cirebon ini berupa poster dan brosur, sedangkan media kreatif berupa shopping bag dan media pendukung yang berfungsi untuk menginformasikan buku adalah CD yang berisi tentang kumpulan gambar motif batik Trusmi Cirebon, X-banner, pembatas buku, serta didalam halaman buku terdapat gimmick berupa amplop yang berisi sapu tangan motif batik.

3.5 Strategi Distribusi

Penyebaran media pendukung dikategorikan pada beberapa bagian: a. Secara geografis

Wilayah penyebaran meliputi toko buku, toko buku kecil, tempat wisata, maupun lingkungan pendidikan, seperti : sekolah, universitas, kantor, LSM yang berkaitan dengan seni dan kebudayaan, tempat wisata yang banyak dikunjungi oleh wisatawan lokal serta wisatawan asing sebagai khalayak sasaran.


(38)

b. Lokasi penyebaran media

Lokasi penyebaran diarahkan ke lingkungan pendidikan,

perkantoran, toko buku dan LSM yang berkaitan dengan seni dan kebudayaan. Pemilihan media pendukung dikarenakan adanya kedekatan media dengan khalayak sasaran.

Media Promosi Buku Wilayah Penyebaran Lokasi

1.Media

Utama

Buku

- Toko buku

- Toko buku kecil

- Lingkungan

Pendidikan

(sekolah,universitas, kantor)

- LSM yang berkaitan

dengan seni dan kebudayaan. Lokasi didaerah Cirebon. . Media Pendukung - Poster - Brosur

- Shopping bag

- X banner

- Pembatas

Buku

- CD

- Amplop


(39)

Media

Juni

Minggu ke-4

Juli

Minggu ke-2

Agustus

Minggu ke-1

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

- Buku

- Shopping Bag

- Pembatas Buku

- CD

- Poster

- Brosur

- X banner

- Amplop (berisi sapu

tangan)


(40)

1. Media Promosi

- Poster

Poster adalah karya seni yang memuat komposisi gambar dan huruf diatas kertas berukuran besar. Poster merupakan media yang dapat menginformasikan langsung informasi buku.

- Brosur

Brosur adalah terbitan berkala yang terdiri dari satu hingga sejumlah kecil halaman, yang tidak dijilid keras, lengkap (dalam satu kali terbitan), memiliki paling sedikit 5 halaman. Brosur digunakan untuk media promosi buku. Isi konten brosur ditampilkan dengan bentuk komunikasi berupa pertanyaan agar menarik minat dan membuat penasaran konsumen.

2. Media Kreatif

- Shopping bag

Shopping bag adalah kantong dengan pembungkus yang dibuat dari kertas tebal atau plastic, digunakan untuk memuat dan membawa barang. Shopping bag dibuat untuk membawa buku serta media pendukung yang lainnya seperti, buku yang didalamnya sudah terdapat amplop dan pembatas buku serta CD yang berada diluar buku.


(41)

3. Media pendukung informasi buku

- CD

CD berisi kumpulan-kumpulan motif batik Cirebon, khalayak sasaran tidak hanya bisa melihat motifnya melalui buku saja tetapi juga bisa lebih jelas mengamati motif melalui CD dengan desain layout isi CD seperti pembuka majalah menggunakan flash page flip.

- X Banner

Banner adalah gambar yang bertujuan untuk mengajak, memberitahukan atau memperkenalkan suatu produk kepada konsumen yang ditempatkan langsung dilokasi kegiatan promosi buku, serta ditempatkan juga di jalan raya daerah sentra batik Trusmi. X Banner digunakan untuk menginformasikan buku efektif.

- Pembatas Buku

Pembatas buku digunakan untuk menandai lokasi pada karya cetak. Jenis pembatas buku yang digunakan adalah kertas dengan diberi pita berwarna biru.

4. Gimmick

- Amplop

Amplop yang berisi sapu tangan batik. Agar para pembaca buku bisa memiliki langsung batik kain motif batik.


(42)

3.6 Konsep Visual

Gaya perancangan desain yang dibuat berupa buku yang ditulis berdasarkan keilmuan. Isi yang di dapat berupa hasil penelitian, terjemahan, dan kompilasi pengalaman penulis dengan kajian pustaka. Penjelasan mengenai informasi untuk isi buku didapatkan dari buku “Batik Cirebon : sebuah pengantar apresiasi, motif dan makna simboliknya” karya Casta&Taruna dan gambar motif diambil dari “Sanggar Batik Katura”, pengrajin batik Masniri dan Lia, serta showroom IBR dan EB “Batik Tradisional”.

Gaya desain dan konsep buku yang dibuat menggunakan layout berupa background putih dan gambar berada disebelah kiri serta tulisan disebelah kanan.

3.6.1 Format Desain

Format desain buku yang digunakan berupa:

- Format halaman landscape , agar memudahkan dalam proses

me-layout motif batik dengan memasukkan fotografi.

- Ukuran buku 20 cm x 25 cm, rincian 0,8 cm untuk ruang

penjilidan.

- Dicetak full Color dengan kertas Art Paper Tipis, 80 gram dan

cover menggunakan Art Paper tebal, 160 gram laminasi doff dingin menggunakan glossy.


(43)

- Didalam buku terdapat bonus amplop (berisi kain batik) serta

pembatas buku dan CD.

- Penerbit buku ini adalah Gramedia Pustaka Utama karena

memiliki distribusi yang mendukung untuk pemasaran buku ini. Pemakaian penerbit ini karena layout isi buku sesuai dengan layout buku-buku dari gramedia.

Gambar 3.1 Cover buku

1. Cover Sampul Buku

Desain cover sampul buku menggunakan kain batik dengan gambar motif mega mendung berwarna biru dengan latar berwarna hitam, penggunaan motif tersebut jika kita melihat cover buku berupa motif batik mega mendung maka khalayak sasaran dapat langsung mengetahui bahwa motif mega mendung tersebut berasal dari daerah Cirebon, karena motif batik mega mendung lebih banyak dikenal oleh masyarakat. Penggunaan bahan kain batik ini sebagai penutup dari buku dimaksudkan agar khalayak


(44)

sasaran selain mengetahui isi dari buku terlebih dahulu melihat dan mengetahui kain motif batik mega mendung yang dibuat untuk kalangan para pecinta batik dan khalayak sasaran yang tertarik dengan seni batik.

Gambar 3.2 Sampul Buku

2. Cover Buku

Desain cover buku menggunakan motif batik sawat, motif batik ini dikenal pula di Yogyakarta dan Solo. Cirebon sendiri mempunyai gaya pengungkapan yang berbeda dengan daerah lain karena bentuknya lebih terbuka dan terkesan sedang terbang. Ini menunjukkan ekspresi orang Cirebon yang ingin lebih bebas. Layout motif ini diletakkan dipinggir cover depan dan cover belakang buku yang menyatu.


(45)

Gambar 3.3 Cover buku tampak depan dan belakang

3.6.2 Fotografi

Data visual berupa fotografi sebagai elemen utama dalam buku ini mengenai motif-motif batik Trusmi, proses pembuatan batik, serta daerah sekitar sentra batik Trusmi. Teknik foto motif menggunakan kamera digital canon ixus 105 dan foto proses pembuatan batik serta wilayah daerah sentra batik Trusmi menggunakan kamera Nikon D90.

3.6.3 Layout

Nomer halaman menggunakan motif batik mega mendung.

Layout isi buku menggunakan 3 layout yaitu:

- Layout halaman pembuka isi buku, menggunakan gambar

motif yang dibuat menutupi seluruh dua halaman buku.

- Layout halaman pembuka daftar isi serta halaman pembuka


(46)

dan ragam motif batik Trusmi Cirebon menggunakan gambar yang menutupi seluruh satu halaman sampai ke setengah halaman berikutnya.

- Layout isi buku, Penjelasan tentang profil berupa gambar

disimpan dihalaman sebelah kiri dan bodycopy disimpan dihalaman sebelah kanan menggunakan background tipis berupa outline bagian dari motif batik yang disimpan ditengah-tengah tulisan, dengan menggunakan warna abu-abu dibuat tipis fill 30 % agar memudahkan khalayak sasaran dapat dengan nyaman membacanya.

Desain layout menggunakan Adobe Photoshop CS3.

Outline motif batik dibuat di Corel Draw 12 dengan mengambil salah satu bagian motif. Tiap halaman menggunakan outline motif yang berbeda-beda disesuaikan dengan motif yang digunakan. Outline motif pada batik keratonan,background menggunakan warna coklat karena batik keratonan identik dengan warna coklat, dan pada batik pesisiran background menggunakan warna coklat muda yang identik dengan menggunakan warna-warna yang cerah.


(47)

Layout Isi konten buku:

Gambar 3.4 Layout nomer halaman

Gambar 3.5 Layout halaman pembuka

Dibuat full image dan ada layout lainnya yang menggunakan full image seperti halaman penutup motif batik keratonan dan pesisiran.

Gambar 3.6 Layout Daftar Isi

Halaman lain yang menggunakan layout yang sama yaitu : halaman pembuka tata warna motif batik, batik keratonan, batik pesisiran, dan ragam motif batik Trusmi Cirebon.


(48)

Gambar 3.7 Layout Isi halaman keterangan motif batik

Gambar 3.8 Layout Isi halaman keterangan motif batik dengan gambar portrait

Gambar 3.9 Layout Isi halaman keterangan motif batik dengan gambar landscape

Halaman lain yang menggunakan layout yang sama yaitu halaman keterangan isi motif batik keratonan dan batik pesisiran.


(49)

Gambar 3.10 motif batik pesisiran, untuk halaman depan menggunakan outline

berwarna abu-abu yang diletakkan ditengah-tengah halaman

Gambar 3.11 motif batik naga utah, outline berwarna coklat tua yang diletakkan ditengah-tengah halaman

Gambar 3.12 motif batik lockcan, outline berwarna coklat muda yang diletakkan ditengah-tengah halaman

Motif yang digunakan pada setiap batik, ada yang berupa bentuk dari objek utama motif dan ada juga yang mengambil salah satu bentuk daun-daunan atau wadasan yang menyatu pada motif tersebut, kemudian ditrace dengan menggunakan software Corel Draw 12.


(50)

3.6.4 Studi Font

Font yang digunakan adalah font Ajile dan Candara. Font ajile berupa font yang cocok dengan konsep motif buku batik, hurufnya melengkung dan tipis untuk menyeimbangkan objek cover. Font Candara merupakan font sederhana tidak rumit dan bersifat santai. Font yang dipilih berupa font yang tipis dan simple agar khalayak sasaran yang membacanya terlihat santai.

Font Ajile:

A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 ,./;’[]-=\)(*&^%$#@!<>?:”{}_+ Font Candara:

A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z

,./;’[]-=\ *&^%$#@!<>?:”{}_+

Ukuran Font Ajile untuk halaman pembuka dengan ukuran 50 pt.

Daftar Isi

Untuk awal pembuka isi halaman motif dengan ukuran 24 pt.

3.

Batik Keraton dengan pokok

hiasan Tumbuhan


(51)

A. Motif Kangkungan

Ukuran font Candara pada isi layout adalah 12 pt.

3.6.5 Studi Kontekstual Warna

Warna yang digunakan untuk layout buku adalah warna yang berdasarkan filosofi makna warna pada batik Cirebon. Dominan warna asli batik Cirebon adalah biru dan merah, Warna biru dan merah tua menggambarkan psikologi masyarakat pesisir yang lugas, terbuka dan egaliter. Selain itu, warna biru juga melambangkan warna langit yang luas, bersahabat dan tenang. Biru muda menggambarkan makin cerahnya kehidupan dan biru tua menggambarkan awan gelap yang mengandung air hujan dan memberi kehidupan serta warna-warna lain seperti coklat, kuning, hitam dan hijau (Wikipedia, Batik Mega Mendung)


(52)

BAB IV

TEKNIS PRODUKSI MEDIA

4.1 Media Utama

Media utamanya adalah sebuah buku berupa fotografi motif batik, dimana konsep perancangannya berupa penjelasan tentang profil kota Cirebon, profil batik Trusmi, alat-alat yang digunakan, proses pembuatan, jenis motif batik, tata warna batik serta karakteristik batik Trusmi Cirebon yang dibagi menjadi dua yaitu motif batik keratonan Cirebon dan motif batik Pesisiran Cirebon, jadi konsep yag dibuat berdasarkan sejarah adanya batik di Cirebon sampai ke motif-motif yang berkembang di Cirebon. Kemudian dilanjutkan dengan pembuatan storyboard untuk memudahkan pengaturan skema tata letak penjabaran yang akan dibahas pada buku motif batik Trusmi dengan menggunakan sketsa manual, setelah itu dibuat kedalam sketsa digital dengan layout buku menggunakan Adobe Photoshop CS3 dan outline motif batik ditrace dengan menggunakan CorelDraw 12. Setelah selesai seluruh artwork dalam file disusun dengan ukuran 20 x 25 cm.

Proses terakhir adalah percetakan semua artwork dengan printer, untuk kemudian dibuat dummy. Untuk cover dan isi buku menggunakan kertas Art Paper 200 gram.


(53)

Gambar 4.1 Cover

Cover buku menggunakan salah satu motif batik Cirebon yaitu motif sawat.

4.2 Media Pendukung

1. Media Promosi 1. Poster

Gambar 4.2 Poster


(54)

Ukuran : A3 ( 29,7 X 42 cm)

Material : Art Paper 160 gram

Teknis Produksi : Digital printing 2. Brosur

Gambar 4.3 Brosur tampak depan

Gambar 4.4 Isi Brosur dilipat menjadi tiga bagian

Isi brosur berisi tentang penjesalan mengenai batik Cirebon yang dibuat

menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang dapat membuat


(55)

Ukuran : ( 27cm x 11 cm ) dengan lipatan

( 9 x 11 cm )

Material : Art Paper 80 gram

Teknis Produksi : Digital printing

2. Media Kreatif - Shopping bag

Gambar 4.5 Shopping Bag

Shopping bag menggunakan salah satu bagian dari motif batik sawat dengan menonjolkan daun dan penyangga berbentuk setengah lingkaran.

Ukuran : ( 21,5 x 25.5 x 4 cm )

Material : Art Paper 160 gram


(56)

3. Media pendukung informasi buku

- CD

Gambar 4.6 Cover CD

Cover CD menggunakan motif batik sawat dengan tidak menampilkan keseluruhan dari motif.

Ukuran : ( 12 x 12 cm )

Material : sticker CD

Teknis Produksi : Digital printing

Gambar 4.7 CD


(57)

- X Banner

Gambar 4.8 Isi X Banner

X banner berisi tentang penjelasan singkat mengenai isi buku

Ukuran : ( 60 x 160 cm )

Material : Flexi Autdoor

Teknis Produksi : Digital printing

- Pembatas Buku

Gambar 4.9 Pembatas Buku


(58)

Ukuran : ( 9 x 9 cm )

Material : Art Paper 160 gram

Teknis Produksi : Digital printing

4. Gimmick

- Amplop

Tampak Depan Tampak Belakang Gambar 4.10 Amplop

Merchandise menggunakan amplop yang berisi sapu tangan kain batik.

Ukuran : ( 13.5 x 7.5 cm )

Material : Art Paper 80 gram


(59)

Sapu Tangan kain batik

Gambar 4.11 Sapu Tangan

4.3 Biaya Produksi Biaya Produksi

Biaya cetak warna 1halaman ukuran A4 Rp 1.500,-

Biaya cetak warna cover buku A3 Rp 5.000,-

Jilid soft cover Rp 10.000,-

Biaya Produksi 1 buku

Biaya cetak isi buku @ Rp. 1.500 x 93 halaman Rp 139.500,- Biaya cetak warna cover @ Rp 5.000 x 2 Rp 10.000,-

Jilid soft cover Rp 10.000,-

Biaya produksi 1 eksemplar buku Rp. 159.500,-

Biaya produksi 100 eksemplar buku Rp 15.950.000,-

Biaya kreatif 15% dari total biaya produksi Rp 23.925,-


(60)

Pembatas buku

Rp. 400,- x 100 = Rp 40.000,-

Amplop

Rp. 1500,- x 100 = Rp 150.000,-

Sapu tangan batik

Rp. 3.000,- x 100 = Rp 300.000,-

Cover kain batik

Rp 3.000,- x 100 = Rp 300.000,-

Shopping bag

Rp 3.000,- x 100 = Rp.300.000,-

CD&Cover CD

Rp 6.000,- x 100 = Rp 600.000,-

Brosur

Rp 1.000,- x 100 = Rp 100.000,-

X-banner

Rp 100.000,- x 100 = Rp 10.000.000,-

Poster


(61)

Laporan Pengantar Proyek Tugas Akhir

PERANCANGAN MEDIA INFORMASI BUKU

MOTIF BATIK TRUSMI CIREBON

DK 38315/Tugas Akhir Semester II 2010/2011

Oleh:

Evi Afryanti 51907164 Program Studi

Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVESITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(1)

3. Media pendukung informasi buku

- CD

Gambar 4.6 Cover CD

Cover CD menggunakan motif batik sawat dengan tidak menampilkan keseluruhan dari motif.

Ukuran : ( 12 x 12 cm ) Material : sticker CD Teknis Produksi : Digital printing

Gambar 4.7 CD


(2)

- X Banner

Gambar 4.8 Isi X Banner

X banner berisi tentang penjelasan singkat mengenai isi buku Ukuran : ( 60 x 160 cm )

Material : Flexi Autdoor Teknis Produksi : Digital printing

- Pembatas Buku


(3)

Ukuran : ( 9 x 9 cm )

Material : Art Paper 160 gram Teknis Produksi : Digital printing

4. Gimmick

- Amplop

Tampak Depan Tampak Belakang

Gambar 4.10 Amplop

Merchandise menggunakan amplop yang berisi sapu tangan kain batik. Ukuran : ( 13.5 x 7.5 cm )

Material : Art Paper 80 gram Teknis Produksi : Digital printing


(4)

Sapu Tangan kain batik

Gambar 4.11 Sapu Tangan

4.3 Biaya Produksi Biaya Produksi

Biaya cetak warna 1halaman ukuran A4 Rp 1.500,- Biaya cetak warna cover buku A3 Rp 5.000,-

Jilid soft cover Rp 10.000,-

Biaya Produksi 1 buku

Biaya cetak isi buku @ Rp. 1.500 x 93 halaman Rp 139.500,- Biaya cetak warna cover @ Rp 5.000 x 2 Rp 10.000,-

Jilid soft cover Rp 10.000,-

Biaya produksi 1 eksemplar buku Rp. 159.500,- Biaya produksi 100 eksemplar buku Rp 15.950.000,-


(5)

Pembatas buku

Rp. 400,- x 100 = Rp 40.000,-

Amplop

Rp. 1500,- x 100 = Rp 150.000,-

Sapu tangan batik

Rp. 3.000,- x 100 = Rp 300.000,-

Cover kain batik

Rp 3.000,- x 100 = Rp 300.000,-

Shopping bag

Rp 3.000,- x 100 = Rp.300.000,-

CD&Cover CD

Rp 6.000,- x 100 = Rp 600.000,-

Brosur

Rp 1.000,- x 100 = Rp 100.000,-

X-banner

Rp 100.000,- x 100 = Rp 10.000.000,- Poster


(6)

Laporan Pengantar Proyek Tugas Akhir

PERANCANGAN MEDIA INFORMASI BUKU

MOTIF BATIK TRUSMI CIREBON

DK 38315/Tugas Akhir Semester II 2010/2011

Oleh:

Evi Afryanti 51907164 Program Studi