Hak Politik Bagi Perempuan dalam Pemikiran Dr. Yusuf Al-Qardhawi
Hak Politik Bagi Perempuan dalam Pemikiran
Dr. Yusuf Al-Qardhawi
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Memperoleh Gelar S.Sy
Oleh :
ARISTA APRILIA
NIM : 1111045200005
KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM
PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1437 H/2016 M
ABSTRAK
Arista Aprilia, NIM: 1111045200005 dengan judul Hak Politik Bagi Perempuan
Dalam Pemikiran Dr. Yusuf Al-Qardhawi. Konsentrasi Ketatanegaraan Islam,
Program Studi Jinayah Siyasah, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Hj. Zaitunah Subhan, MA.
Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui Hak Politik Perempuan, karena
perbincangan mengenai keterlibatan perempuan dalam wilayah politik merupakan
topic hangat di masa lalu, sekarang, dan mungkin akan terus diperdebatkan pada
masa yang akan datang oleh mereka yang sampai saat ini belum puas dengan kondisi
yang saat ini sedang berjalan. Dunia politik sekarang ini menjadi perebutan bagi
seluruh masyarakat di Indonesia, tidak terkecuali kaum perempuan yang berlombalomba untuk mendapatkan tempat di parlemen.
Penelitian dilakukan studi kepustakaan (library research). Studi kepustakaan
dilakukan dengan menelusuri berbagai literatur, baik berupa Al-Qur’an dan Hadits,
buku-buku, jurnal, serta website yang berhubungan dengan tema penelitian.
Skripsi ini menyimpulkan bahwa setiap masyarakat mempunyai hak yang
sama untuk memilih dan dipilih dalam pemilihan umum, tidak terkecuali perempuan.
Dalam konteks Hak Politik Perempuan, yang mana terdapat kesesuaian antara
pemikiran Dr. Yusuf al-Qardhawi dengan Perspektif Fiqh Siyasah (Politik Islam)
yang memberikan peluang bagi kaum perempuan untuk berkecimpung di dunia
politik. Dalam fatwanya al-Qardhawi “memperbolehkan kaum perempuan untuk ikut
memilih dalam pemilihan umum, dan bahkan boleh ikut mencalonkan diri sebagai
anggota legislatif”.
Kata kunci
:Hak Politik bagi Perempuan
Pembimbing
: Prof. Dr. Hj. Zaitunah Subhan, MA
Daftar pustaka
:Buku
: Tahun 1989 s/d Tahun 2014
Website
: Tahun 2015 & 2016
i
بسم اه الرحمن الرحيم
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah Swt yang telah memberikan
kesehatan, kekuatan, serta petunjuk kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hak Politik Bagi Perempuan Dalam Pemikiran
Dr. Yusuf Al-Qardlawi”, sebagai pelengkap syarat guna mencapai gelar sarjana pada
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad Saw, para
keluarga, sahabat, serta para pengikutnya.
Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis menyadari bahwa tidak sedikit
hambatan serta kesulitan yang penulis hadapi. Namun berkat kesungguhan dan
kesabaran, serta do’a dan dorongan dari berbagai pihak, keluarga, para sahabat, bapak
dan ibu dosen, dan khususnya ibu dosen pembimbing, hambatan dan kesulitan
tersebut dapat diatasi dengan baik. Karena itu, penulis sangat berterima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu, baik berupa pemikiran, saran, dukungan, serta
do’a. Terutama kepada:
1. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, MA., Dekan Fakultas Syari’ah dan
Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Dra. Hj. Maskufa, M.Ag., dan Ibu Sri Hidayati, M.Ag, Ketua dan
Sekretaris Program Studi Jinayah Siyasah, Fakultas Syari’ah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah
memberikan dukungan, do’a, serta bimbingan kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
ii
3. Ibu Prof. Dr. Hj. Zaitunah Subhan, dosen pembimbing skripsi, yang begitu
sabar telah meluangkan waktunya
ditengah kesibukannya untuk
membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih
banyak penulis ucapkan atas waktu dan tenaga ibu yang telah diluangkan
selama bimbingan.
4. Kepada seluruh Dosen Fakultas Syari’ah dan Hukum, khususnya kepada
Dosen Program Studi Jinayah Siyasah yang telah mengajarkan penulis
selama perkuliahan berlangsung dengan sabar dan ikhlas. Terima kasih
banyak dan maaf sedalam-dalamnya atas segala kekurangan dari penulis
selama perkuliahan berlangsung.
5. Bapak Prof. Dr. Masykuri Abdillah, dosen Pembimbing Akademik, yang
selama ini telah memberikan semangat, dan pemikirannya terhadap
mahasiswa/mahasiswi, khususnyadi Jurusan Siyasah Syariah Prodi
Jinayah Siyasah.
6. Bapak dan Ibunda tercinta,
bapak Wasadi dan Ibu Ellis yang telah
mencurahkan segala usaha dan do’a untuk kesuksesan dan kelancaran
penulis dalam menyelesaikan studi ini. Dan adikku (Nabila, Hilmi, dan
Hilda) yang telah memberi warna dan semangat dalam proses studi ini.
Terima kasih banyak, skripsi ini penulis persembahkan untuk Bapak, Ibu,
dan Adik tercinta.
7. Pimpinan dan seluruh karyawan perpustakaan di lingkungan Fakultas
Syari’ah dan Hukum, dan Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
8. Keluarga besar SS (Siyasah Syari’ah, 2011), yang selalu memberi warna
di dalam kelas saat jam perkuliahan berlangsung. Semoga kebersamaan
kita yang kurang lebih 3 tahun menjadi penyemangat untuk terus melaju
kedepan, menggapai cita-cita. Dan semoga kesuksesan selalu menyertai
kita semua, Amin
iii
9. Dan untuk sahabat-sahabatku (Dwi, Melly, Maryam, Ameliani, Lidya,
Fuji dan Khoerunnisa), terima kasih atas support dan doa’nya.
Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis haturkan kepada semuapihak,
yang turut membantu penulisb aik yang terlibat langsung maupun tidak, baik berupa
semangat atau pun pemikiran dalam penyusunan skripsi ini. Semoga Allah Swt
membalas kebaikan untuk semuanya dan semoga langkah kita semua selalu di ridha’I
dan diberkahi oleh Allah Swt. Akhir kalimat, semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak. Amin.
Jakarta, 04 Januari2016 M
23 Rabi’ulAwal 1437 H
Penulis
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ………………………………………………………………………… i
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………. ii
DAFTAR ISI …………………………………………………..……………….…. v
BAB I. PENDAHULUAN………………………………………………………... 1
A. Latar Belakang Masalah …..……………………………………………….. 1
B. Rumusan Masalah ………………………………………………………….. 9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian …………………………………………….. 9
D. Tinjauan Pustaka …………………………………………………………… 10
E. Metode Penelitian ………………………………………………………….. 12
F. Sistematika Pembahasan ………………………………………………….... 14
BAB II. SKETSA KEHIDUPAN DR. YUSUF AL-QARDHAWI…………… 16
A. Riwayat Hidup Dr. Yusuf Al-Qardhawi ………………...........……………. 16
B. Aktifitas …………………………………...…………………....……….…. 22
C. Karya-karya ………………………….…………………………………….. 26
BAB III. ANALISIS HAK POLITIK PEREMPUAN DALAM FIQH
SIYASAH ……………………………………………………………... 30
A. Pengertian Hak Politik ………………………...……………………..…….. 30
B. Politik Perempuan dan Permasalahannya ………………………………….. 32
v
C. Hak Politik Perempuan ……………………………….………………….. 40
D. Pandangan Ulama Terhadap Hak Politik Perempuan…………..………… 42
E. Beberapa Contoh di Negara ……………………………………………... 44
a. Arab Saudi………………………………………..……………… 44
b. Mesir……………………………………………..………………. 46
c. Qatar ….…………………………………………………………. 47
BAB IV.HAK POLITIK BAGI PEREMPUAN MENURUT DR. YUSUF
AL-QARDHAWI …………………………………………………... 51
A. Hak Memilih dan Dipilih …...……………………………….................... 55
B. Hak Perempuan Menjadi Kepala Negara ……………..…………………. 57
C. Hak Perempuan Menjadi Hakim ………………………………………… 58
BAB V. PENUTUP ………………………………………………………….… 65
A. Kesimpulan………………………………………………………….…… 65
B. Saran ……………………………………………………………….……. 66
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….…… 67
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam
sangat
memuliakan
perempuan.Al-Qur’an
dan
Sunnah
memberikan perhatian yang sangat besar serta kedudukan yang terhormat
kepada perempuan, baik sebagai anak, istri, ibu, saudara maupun peran
lainnya. Begitu pentingnya hal tersebut, Allah mewahyukan sebuah surat alam
Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad yaitu Surat An-Nisa’ yang sebagian besar
ayat dalam surat ini membicarakan persoalan yang berhubungan dengan
kedudukan, peranan dan perlindungan hukum terhadap hak-hak perempuan.
Yang dimaksud dengan hak politik adalah hak-hak yang ditetapkan
dan diakui oleh undang-undang bagi seseorang. Hak itu biasanya didasarkan
atas status kebangsaan, dan pada umumnya, undang-undang senantiasa
mensyaratkan status warga negara bagi pemilik hak. Dengan kata lain, hak
tersebut hanya berlaku bagi warga negara, bukan orang asing. 1Istilah hak
politik sudah praktis merangkum pengertian hak dan sekaligus kewajiban.Hak
politik, sejauh sebagai hak individu, sesungguhya merupakan kewajiban bagi
kolektifitas individu-individu.
Sementara itu hak politik, jika oleh seorang warga tidak digunakan,
maka
dalam
hampir
semua
aturan
perundang-undangan
orang
itu
Muhammad Anas Qasim Ja’far, Mengembalikan Hak-hak Politik Perempuan:
sebuah perspektif Islam, (Jakarta: Azan, 2001), hlm. 29
1
1
2
akanmendapat sanksi.Lebih dari itu, hak politik hanya dipegang oleh
seseorang
yang
memenuhi
syarat-syarat
tertentu
selain
syarat
kewarganegaraan. Hak politik ini memuat keterlibatan individu dalam
membentuk kehendak umum, baik berupa hak untuk memilih wakil-wakilnya
di majelis dan lembaga-lembaga perwakilan lainnya, maupun hak untuk
mencalonkan diri.
Hak-hak ini mencakup:2
a) Hak mengemukakan pendapat/suara dalam pemilihan umum dan
pemungutan suara dengan berbagai aneka macamnya.
b) Hak pencalonan menjadi anggota lembaga perwakilan maupun lembagalembaga lokal.
c) Hak pencalonan menjadi kepala negara, dan seterusnya meliputi partisipasi
dan pengutaraan pendapat dalam masalah-masalah yang memiliki ciri politik.
Politik menurut Imam Al Ghozali, merupakan satu dari dua penopang
tujuan manusia dalam kehidupan, sebagaimana yang dikutip Dr. Hasan
Muhammad at Thahir Muhammad: “Semua tujuan manusia, hakikatnya,
terdapat dalam dua penyangga; agama dan negara. Tercapainya tujuan agama
tergantung pada negara, karena keduanya menyempurnakan satu sama lain.
Ajaran agama tidak mungkin terwujud tanpa sistem duniawi.
Kehidupan seorang muslim tidak bisa dipisahkan dari persoalan
berpolitik karena politik merupakan sarana efektif untuk merealisasikan
kesempurnaan Islam. Setiap muslim yang mengaku beribadah kepada Allah
2
Muhammad Anis Qasim Ja’far, Ibid, hlm. 30
3
SWT mempunyai hak untuk berpolitik, bahkan seorang muslim berkewajiban
untuk mengaplikasikan politik secara islami guna merealisasikan islam secara
kaffah. Berdasarkan atas mafhum istikhlaf inilah dasar diwajibkannya politik
bagi umat Islam.
Pada dasarnya Islam menempatkan perempuan di tempat yang sesuai
pada tiga bidang,3 yaitu Pertama, Bidang Kemanusiaan, Islam mengakui
bahwa hak perempuan dengan laki-laki adalah sama. Kedua, Bidang Sosial,
dalam hal ini kesempatan terbuka lebar bagi perempuan untuk mendapatkan
pendidikan dan kesempatan untuk menempati jabatan-jabatan penting dan
terhormat dalam masyarakat.Ketiga, Bidang Hukum, Islam memberikan pada
perempuan hak memiliki harta dengan sempurna dalam mempergunakannya
tatkala sudah mencapai usia dewasa dan tidak ada seorang pun yang berkuasa
atasnya baik ayah, suami, atau kepala keluarga.
Salah satu alasan penulis memilih pemikiran Dr Yusuf Al-Qardhawi,
karena beliau seorang cendekiawan Muslim yang berasal dari Mesir. Ia
dikenal sebagai seorang Mujtahid pada era modern ini. Didalam sebuah buku
Yusuf al-Qardhawi berpendapat bahwa agama Islam adalah sebuah sistem
hidup pertama yang membebaskan kaum perempuan dari perbudakan masa
lalu; sebuah agama pertama yang bersikap obyektif terhadap kaum perempuan
dan memuliakan mereka, baik dalam kapasitas mereka sebagai seorang
manusia, seorang perempuan, seorang putri (anak perempuan), juga sebagai
3
Cahayatheprinces.blogspot.com/2012/01/emansipasi-wanita.html, diakses pada hari
Kamis, 29 januari 2015, jam 14:19 wib.
4
seorang istri dan anggota masyarakat.4 Dan Dr. Yusuf al-Qardhawi juga telah
mengeluarkan sebuah fatwa, yang mana dalam fatwanya tersebut Yusuf alQardhawi memperbolehkan seorang perempuan untuk memilih di dalam
pemilihan umum atau mencalonkan dirinya sebagai anggota legislatif, dan lain
sebagainya.
Bagi kita, ini merupakan bukti nyata bahwa Islam sudah menyeratakan
kaum perempuan dengan kaum laki-laki dalam tugas-tugas agama yang
bersifat ritual. Allah s.w.t. berfirman;
“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan
perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam
ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan
yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan
yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan
perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang
banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka
ampunan dan pahala yang besar.” (Q.S. Al-Ahzab: 35)
4
Yusuf Al-Qaradhawi, Meluruskan Dikotomi Agama dan Politik, (Jakarta: Pustaka
Al-Kautsar, 2008), hlm. 220
5
Allah juga menyamakan kedudukan laki-laki dan perempuan dalam
urusan sosial-politik.5Allah s.w.t. berfirman;
“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka
(adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh
(mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat,
menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu
akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.” (Q.S. At-Taubah: 71)
Ayat ini menjelaskan secara spesifik dengan penyebutan laki-laki
Mukmin dan perempuan Mukminatuntuk
melakukan salah satu bentuk
aktifitas politik, yaitu amar ma’ruf nahi munkar. Ayat ini lebih mempertegas
lagi bahwa sebagai bagian dari masyarakat, laki-laki dan perempuan memiliki
kewajiban untuk berpolitik. Tidak bisa dipungkiri dan bahkan harus dipahami
oleh seluruh kaum Muslim, baik laki-laki maupun perempuan, keduanya
memiliki tanggungjawab yang sama untuk ikut menentukan arah,warna, dan
pola generasi kini dan masa depan.
Di dalam bukunya Yusuf al-Qaradhawi “Meluruskan dikotomi Agama
dan Politik” Imam Abu Hanifah membolehkan seorang perempuan untuk
menjadi hakim dalam semua persoalan selain hukum pidana.Sementara Imam
5
Yusuf Al-Qardhawi, Meluruskan Dikotomi Agama dan Politik, (Jakarta: Pustaka
Al-Kautsar, 2008), hlm. 221
6
Ath-Thabari membolehkan seorang perempuan menjadi hakim dalam semua
bidang perkara, sebagaimana mereka membolehkan kaum perempuan untuk
menduduki semua jabatan pemerintahan selain puncak kepemimpinan negara.
Dalam sejarah Islam juga terlihat bahwa kaum perempuan juga bisa
menyampaikan aspirasinya kepada pihak yang berwenang, dengan sebuah
pendapat yang tidak bisa mereka tinggalkan, sebagaimana dilakukan oleh
Ummu Salamah (istri Rasulullah Saw) dalam peristiwa Hudaibiyah (saat
memberikan sarannya kepada Rasulullah Saw untuk menyelesaikan masalah
yang muncul pada saat itu berupa keberatan sebagian sahabat terhadap
perintah Rasulullah s.a.w.). 6
Sebagai contoh, pada masa Nabi dan para sahabat, kaum perempuan
sudah diberi kesempatan untuk bekerja sebagai akuntan pengawas di pasar,
seperti yang dilakukan oleh Asy-Syifa binti Abdillah Al-Adawiyah pada
jaman pemerintahan Khalifah Umar bin Al-Khathab yang ditugaskan untuk
6
Hal ini merujuk kepada sebuah kisah yang menceritakan tentang saran Ummu
Salamah kepada Rasulullah
s.a.w. pada waktu terjadi Perdamaian Hudaibiyah. Al-Bukhari
meriwayatkan kisah ini dari Al-Miswar bin Makhramah. Rasulullah s.a.w. berkata kepada
para sahabatnya, “Berdirilah kalian semua, kemudian sembelihlah hewan untuk membayar
dam setelah itu cukurlah rambut kalian!”Al-Miswar berkata, “Demi Allah, tidak ada seorang
pun yang bangkit dan melaksanakan perintah Rasulullah s.a.w. sampai beliau mengatakan
yang ketiga kalinya.”Setelah tidak ada sahabat yang berdiri, beliau masuk mendatangi Ummu
Salamah dan menceritakan peristiwa yang baru saja beliau alami.Ummu Salamah pun
bertanya kepada Rasulullah, “Apakah engkau ingin mereka melaksanakan perintah engkau,
wahai Rasulullah?Keluarlah, jangan keluarkan sepatah kata pun sebelum engkau
menyembelih hewan untuk membayar dam dan memanggil tukang cukur untuk memotong
rambutmu.”Rasulullah pun keluar dan tidak berkata kepada para sahabat sepatah kata pun
sampai melaksanakan semuanya, menyembelih hewan dam dan memanggil tukang cukur
untuk memotong rambut beliau.Ketika para sahabat melihatnya, mereka pun berdiri,
menyembelih hewan dan saling mencukur rambut sesama mereka sampai ada beberapa
sahabat yang hampir berhasil membunuh kesedihannya (karena tidak berhasil naik haji pada
tahun itu).Mengutip dari Dr. Yusuf Al-Qaradhawi, ibid, hlm. 222dari sebuah Hadits yang
diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalam Kitab Asy-Syuruth, no. 2732 dan Abu Dawud dalam Bab
Al-Jihad, no. 2765.
7
menjaga para pedagang dan pembeli, baik laki-laki maupun perempuan, agar
mereka berkomitmen pada ajaran syariat dalam perdagangan.7
Telah kita pahami bersama bahwa perempuan disamping sebagai
hamba Allah, ibu dari anak-anaknya, istri dari seorang suami, serta anak dari
ayah-bundanya adalah bagian dari masyarakat sebagaimana halnya laki-laki.
Keberadaan keduanya tidak dapat dipisahkan, karena sudah menjadi satu
kesatuan yang utuh, keduanya bertanggung jawab mengantarkan kaum muslim
untuk menjadi umat terbaik di dunia.
Selama ini terdapat kesalahpahaman terhadap aktivitas politik
perempuan.Sebagian memandang bahwa keterlibatan perempuan dalam dunia
politik dianggap tidak layak dan melanggar fitrah, seakan-akan politik bukan
milik dan bagian dari perempuan.8Pasalnya, menurut mereka, politik identik
dengan kekerasan, kekuasaan, kelicikan, atau tipudaya yang hanya pantas
menjadi milik laki-laki atau bahkan dianggap tidak ada hubungannya dengan
Islam. Sebaliknya, di sisi lain sebagian berpendapat bahwa perempuan harus
berkiprah dan berperan aktif di segala bidang, sama dengan laki-laki tanpa
pengecualian, termasuk dalam bidang politik.
Mansour Fakih mengungkapkan, dengan analisis gender, banyak
ditemukan berbagai manifestasi ketidakadilan.9Pertama, terjadi marginalisasi
(pemiskinan ekonomi) terhadap kaum perempuan.Kedua, subordinasi pada
7
Yusuf Al-Qaradhawi, Ibid, hlm. 222
Najmah Sa’idah dan Husnul Khatimah, Revisi Politik Perempuan, (Bogor: CV
IDeA Pustaka Utama, 2003), hlm. 133
8
9
Jurnal: Studi Gender dan Islam, (Ahmad Suhendra, Rekonstruksi Peran dan Hak
Perempuan dalam Organisasi Masyarakat Islam), hlm 46
8
salah satu jenis kelamin (seks), umumnya terjadi pada perempuan.Banyak
kebijakan dalam keluarga maupun masyarakat tertentu yang dibuat tanpa
menganggap penting perempuan.
Lagi-lagi, persepsi yang diskriminatif dan tidak adil yang ditujukan
kepada perempuan.Misalnya, perempuan hanya mengurusi dapur, sumur, dan
kasur, sehingga tidak perlu sekolah tinggi-tinggi.Ketiga, pelabelan negatif
(stereotype) terhadap jenis kelamin tertentu, dan akibat dari stereotype itu
terjadi diskriminasi serta berbagai tumbuh ketidakadilan lainnya.Banyak
sekali stereotype dalam masyarakat yang ditunjukkan kepada perempuan,
yang akibatnya membatasi, menyulitkan, memiskinkan, dan merugikan
perempuan.Keempat, kekerasan (violence) terhadap jenis kelamin tertentu,
umumnya perempuan, yang disebabkan perbedaan gender.Bentuk kekerasan
banyak sekali modelnya, dan setiap waktu pasti berkembang, mulai dari yang
kasar sampai kekerasan yang lebih halus.
Negara Arab Saudi yang seluruh masyarakatnya adalah muslim dan
muslimat, memberikan kaum perempuan kebebasan berpolitik. Pada awalnya
perempuan tidak diberikan haknya untuk berpartisipasi di dalam wilayah
politik, namun seiring berjalannya waktu dan kemampuan perempuan dalam
wilayah politik, akhirnya Raja Arab Saudi menyatakan bahwa perempuan
boleh menggunakan haknya yaitu memilih atau dipilih. Begitu pun di Qatar
yang
juga
memperbolehkan
perempuan
untuk
berpartisipasi
dalam
perpolitikan. Tetapi tidak demikian di Mesir, perempuan Mesir tidak
diperbolehkan untuk ikut serta didalam wilayah politik.
9
Berdasarkan penjelasan di atas, secara garis besar penulis memahami
bahwa dunia politik sekarang ini menjadi pasar politik hebat didalam sebuah
negara. Terbukti bahwa persaingan politik disebuah negara tidak hanya
kaumlaki-laki yang terlibat di dalamnya, tetapi kaum perempuan pun ikut
andil dalam dunia politik, seolah-olah perempuan tidak mau kalah dengan
laki-laki.
Bagi mereka (perempuan) bukan hanya laki-laki saja yang
mempunyai hak dalam berpolitik, perempuan juga mempunyai hak yang sama.
Oleh
karena
itu
disini
penulis
akan
mencoba
menjabarkan
atau
menginformasikan terkait dengan permasalahan yang ada. Dengan demikian
penulis memberikan judul skripsi mengenai “Hak Politik bagi Perempuan
Menurut Dr. Yusuf Al-Qardhawi”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan deskripsi latar belakang di atas, maka rumusan masalah
yang menjadi fokus kajian dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai
berikut:
1. Hak-hak politik apa saja yang diperbolehkan bagi perempuan dalam
politik Islam?
2. Bagaimana pandangan Dr. Yusuf Al-Qardhawi mengenai hak politik bagi
perempuan?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dari penyusunan skripsi ini adalah
1. Menjelaskan pandangan Yusuf Al-Qardhawi mengenai hak politik bagi
perempuan.
10
2. Menjelaskan hak politik apa saja yang diperbolehkan untuk perempuan
Manfaat dari penyusunan skripsi ini adalah:
1. Kalangan akademik, untuk memberikan khazanah keilmuan serta
menambah perbendaharaan keilmuan dalam bidang hukum, khususnya
kajian tentang hak politik perempuan yang sering kali dipertanyakan para
akademisi, khususnya bagi perempuan. Dan dapat sebagai rujukan, acuan,
bagi akademisi di bidang hukum.
2. Kalangan politik, diharapkan dapat memberi kontribusi positif kepada
semua pihak untuk saling menghormati hak masing-masing individu,
khususnya perempuan. Terkadang perempuan dianggap tak mempunyai
hak untuk terjun langsung dalam dunia perpolitikan, karena sifatnya yang
sangat sensitif, dan lain-lain.
3. Kalangan praktisi, semoga mampu menjadi alternatif referensi, pedoman
bagi para peneliti lain. Memberikan jawaban terhadap masalah yang
diteliti. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu dan meberi
masukan kepada semua pihak terkait masalah yang diteliti.
D. Tinjauan Pustaka
Dalam kajian terdahulu, penulis telah mendata dan membaca beberapa
skripsi yang berkaitan dengan penelitian yang penulis lakukan, agar tidak
terjadinya plagiasi/penjiplakan terhadap karya tulis milik orang lain,
diantaranya:
Skripsi karya Nor Najihah binti Ismail yang berjudul “Hak Politik
Perempuan menurut Pemikiran Musthafa Al-Siba’i”.Adapun dalam skripsi ini
11
mengemukakan bahwa Islam telah memberikan hak politik kepada
perempuan, yaitu hak memilih dipilih.Tapi terdapat posisi yang tidak
diperbolehkan untuk diduduki oleh perempuan yaitu perempuan menjadi
kepala pemerintah dilarang tegas oleh Islam.Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi pemikiran Musthafa Al-Siba’I tentang partisipasi politik
perempuan, yaitu faktor sosial.Sehingga penulis mengkaji pemikiran Musthafa
Al-Siba’I terhadap hak politik perempuan.
Skripsi karya Ahmad Mahfudin yang berjudul “Peranan Politisi
Perempuan terhadap Legislasi Hukum Islam di Indonesia periode 2000-2010”.
Adapun dalam skripsi ini penulis berpendapat Islam tidak membedakan antara
laki-laki dan perempuan dalam bidang social dan politik, mereka mendapatkan
kedudukan yang sama dan seimbang. Dengan begitu mereka dibebaskan untuk
mempunyai pilihan yang berbeda dengan pandangan kelompok-kelompok lain
dalam masyarakat, bahkan terkadang berbeda dengan pandangan suami dan
ayah mereka sendiri.Sehingga penulis mengkaji peranan politisi perempuan
terhadap terhadap legislasi hukum Islam di Indonesia periode 2000-2010. Dan
terbukti bahwa sedikit ada peningkatan kedudukan peran wanita berpolitik di
Indonesia dari tahun 2000-2010, yang menduduki di DPR RI yakni ± 7,6 %.
Dalam kajian terdahulu ditemukan adanya kesamaan dalam materi
penelitian pada judul yang penulis angkat, namun dalam kajian yang penulis
teliti berbeda subjek/tokoh.Dalam penelitian ini penulis memfokuskan
pembahasannya pada pandangan Dr. Yusuf Al-Qardhawi terhadap hak politik
bagi perempuan
12
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan Library Research, dengan metode deskriptif
kualitatif, artinya jawaban dan analisis terhadap pokok permasalahan
penelitian
digambarkan
secara
deskriptif,
kemudian
dianalisis
guna
memperoleh gambaran utuh tentang permasalahan-permasalahan yang
diteliti.10Sehingga dengan jenis penelitian ini, studi kasus yang penyusun
ambil dalam upaya lebih memfokuskan kajian penelitian tidak mengurangi
nilai atau kualitas dalam upaya pengembangan dari suatu jawaban sekaligus
pengembangan teori pada saat mengambil kesimpulan di akhir penelitian.
2. Sumber Data
Dalam mengkaji dan menganalisa skripsi ini dengan menggunakan
berbagai sumber pustaka diantaranya, sebagai sumber data primer adalah Hak
politik perempuan dalam pandangan Yusuf Al-Qardhawi, politik Islam
maupun konvensional, politik dan perempuan, dan data-data sekundernya
adalah Fiqh perempuan kontemporer, kebebasan perempuan, partisipasi politik
perempuan dan tata pemerintahan yang baik, perempuan dan politik dalam
Islam, dan beberapa jenis buku mendukung serta terkait dengan tema yang
dibahas dalam kajian ini. Dan beberapa Jurnal, salah satunya Jurnal dari UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, Artikel-artikel, serta buku Pedoman Penulisan
Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum, sebagai rujukan dalam penulisan skripsi
10
hlm. 86
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 1986), cet. II,
13
ini dan buku metode penelitian lain, juga data-data lain yang sekiranya
membantu dan berkaitan dengan judul penelitian ini.
3. Teknik Pengumpulan Data
Dalam
penulisan
skripsi
ini,
penyusun
menggunakan
teknik
pengumpulan data atau library research (studi pustaka).Data yang digunakan
dalam penelitian adalah terdiri atas bahan-bahan pustaka yang bisa di dapat di
perpustakaan-perpustakaan seperti buku, artikel, jurnal, dan lain-lain yang
berisikan tulisan atau pendapat para pakar dan hal-hal yang memiliki
kesesuaian dengan permasalahan yang menjadi obyek kajian penelitian.
4. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Analisis wacana kritis (critical discourse analysis). Dalam analisis
semacam ini, wacana tidak hanya dipahami sebagai studi bahasa.
Metode analisis wacana ini dipilih dalam upaya menganalisis dan
mengolah data yang ada, terutama tulisan-tulisan yang terkait dengan
pemikiran Dr. Yusuf Al-Qardlawi. Dengan analisis semacam ini
diharapkan penyusun dapat memilah dan memilih data dari berbagai
bahan pustaka yang ada dan searah dengan permasalahan yang
dimaksud dan dapat menghasilkan analisis yang lebih obyektif dan
sistematis dalam mengkaji pemikiran Dr. Yusuf Al-Qardlawi tentang
hak politik bagi perempuan.
14
2. Langkah berikutnya adalah interpretasi atau langkah penyimpulan data
yang telah diuji kebenarannya atau data yang telah dianalisis kemudian
disimpulkan sesuai dengan pokok permasalahan dan tema kajiannya.
5. Teknik Penulisan
Dari segi penulisan, penulis berpedoman pada buku pedoman
penulisan skripsi yang diterbitkan oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan
buku pedoman penulisan skripsi yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan
Hukum 2011/2012.
F. Sistematika Pembahasan
Penulisan skripsi ini akan dibangun secara sistematis, yang terdiri dari
lima bab termasuk
di
dalamnya
pendahuluan. Adapun sistematika
penulisannya sebagai berikut:
BAB I membahas pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang
masalah, rumusan maslah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka,
metode penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II Membahas tentang sketsa kehidupan Dr. Yusuf alQardhawi.Yang meliputi riwayat hidup, aktifitas beliau sebagai guru,
pendakwah, dan lain-lain, dan karya-karyanya yang sangat banyak baik dalam
bidang agama maupun umum.
BAB III Membahas mengenai analisis hak politik perempuan dalam
Fiqh Siyasah. Yang meliputi pengertian hak politik, politik perempuan dan
permasalahannya, hak politik perempuan, pandangan ulama terhadap hak
15
politik perempuan, dan beberapa contoh di negara muslim (Arab Saudi, Mesir,
dan Qatar).
BAB IV Membahas tentang hak politik perempuan menurut Dr. Yusuf
Al-Qardhawi.Yang meliputi perempuan menjadi kepala negara, perempuan
menjadi hakim, dan perempuan menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat.
BAB V Penutup yang meliputi, kesimpulan sebagai jawaban atas
rumusan masalah penelitian sekaligus rekomendasi atau saran penyusun yang
didasarkan pada hasil penelitian yang telah dilakukan.
BAB II
SKETSA KEHIDUPAN DR. YUSUF AL-QARDHAWI
A. Riwayat Hidup Dr. Yusuf Al-Qardawi
Dr. Yusuf al-Qardhawi nama lengkapnya adalah Yusuf bin Abdullah
al-Qardhawi dilahirkan pada 9 September 1926 M di sebuah desa bernama
Shafth At-Turab,1 daerah pertanian yang subur di wilayah propinsi Barat
Mesir dan hidup di tengah-tengah keluarga agamis yang hidup sederhana dan
lingkungan yang agamis dan berperadaban. Mata pencaharian penduduk pada
umumnya adalah bercocok tanam.Orangtuanya bekerja sebagai petani di desa
Shifth Turab Markaz Al-Mahallah Al-Kubra, provinsi Al-Gharbiyyah, salah
satu provinsi yang berada di tepi laut Republik Arab Mesir.
Keluarga al-Qardhawi yang berprofesi sebagai petani, pedagang dan
banyak memiliki besan dari keluarga yang terpandang, tidak sedikit pun
memiliki lahan tanah.Oleh sebab itu, al-Qardhawi yang sehari-hari melakukan
pekerjaan bertani, terpaksa harus menyewa tanah.Tanah yang telah disewanya
ditanami berbagai umbi-umbian, sayur-sayuran, dan lain-lain.al-Qardhawi dan
keluarganya memetik hasilnya untuk kebutuhan hidup sehari-hari dan untuk
membiayai sewa tanah.Hal inilah yang menuntut seluruh anggota keluarga al-
1
Ensiklopedi Hukum Islam (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1999), hlm. 1448
16
17
Qardhawi untuk bekerja keras dan membanting tulang sampai batas maksimal,
tidak mengenal istirahat dan tidak mengenal waktu hura-hura.2
Al-Qardhawi, orangtuanya meninggal dunia ketika ia masih berusia
dua tahun. Ayah al-Qardhawi, menurut pamannya yang bernama Ahmad
adalah seorang petani dan pedagang.3Saat al-Qardhawi berusia 2 tahun,
ayahnya terserang penyakit Bilharsia yaitu penyakit yang menyerang saluran
air kecil.Keterbatasan dokter dan orang-orang yang dapat mengobati menjadi
penghalang kesembuhan ayah al-Qardhawi, dan akhirnya ayahnya pun
meninggal dunia.
Sepeninggal ayahnya, al-Qardhawi pun diasuh oleh pamannya, ia
mendapatkan perhatian dan kasih sayang yang cukup besar layaknya anak
sendiri (kandung) dari pamannya. Paman al-Qardhawi juga merupakan orang
yang taat beragama, sehingga al-Qardhawi lebih terdidik dan dibekali dengan
berbagai ilmu pengetahuan agama dan syari’at Islam.4Ibu al-Qardhawi berasal
dari keluarga al-Hajar, keluarga yang bermata pencaharian sebagai pedagang
dan sangat terkenal dengan kecerdasannya. Ibu dan bibi al-Qardhawi, Fatimah
al-Hajar (saudara sepupu ibunya) adalah orang yang sangat pandai dalam
berhitung, meskipun tidak menggunakan alat bantu hitung atau pun catatan
dalam waktu singkat.
Salman Al-Farisi, “Pemikiran Yusuf al-Qaradhawi tentang hak kritik rakyat dalam
pemerintahan Negara Islam” (Skripsi S1 Fakultas Syari’ah dan Hukum, UIN Sayrif
Hidayatullah Jakarta), hlm. 14
2
Salman Al-Farisi, “Pemikiran Yusuf al-Qaradhawi tentang hak kritik rakyat dalam
pemerintahan Negara Islam”, hlm. 16
3
Salman Al-Farisi, “Pemikiran Yusuf al-Qaradhawi tentang hak kritik rakyat dalam
pemerintahan Negara Islam”, hlm. 17
4
18
Di bawah asuhan ibu dan pamannya, pada usia dini al-Qardhawi telah
mulai belajar ke Kuttab, sebuah tempat khusus untuk belajar dan menghafal
al-Qur’an. Untuk pertama kali, beliau belajar pada Kuttab Syaikh Yamani. Di
Kuttab ini beliau hanya bertahan satu hari, karena tidak setuju dengan metode
pengajian Syaikh Yamani yang sering memberikan hukuman kepada
muridnya tanpa sebab yang jelas, termasuk kepada dirinya.Terlebih apabila
hukuman yang diberikan itu di rasakan sebagai kezaliman.Sejak saat itu, alQardhawi memutuskan untuk tidak datang lagi ke Syaikh mana pun untuk
belajar al-Qur’an.
Namun sang ibu tak putus asa untuk membujuk anaknya, al-Qardhawi
agar kembali belajar dan menghafal al-Qur’an. Sampai akhirnya, sang ibu
meminta agar beliau bersedia untuk belajar di Kuttab Syaikh Hamid. Ibunya
berjanji akan menitipkannya kepada Syaikh Hamid dengan baik. Akhirnya
beliau bersedia dan diantar oleh ibunya ke Kuttab Syaikh hamid. Di bawah
asuhan Syaikh Hamid, al-Qardhawi berhasil menghafal seluruh al-Qur’an
pada usia 9 tahun, semenjak itulah masyarakat menjuluki al-Qardhawi kecil
dengan julukan Syaikh.
Kakek al-Qardhawi (dari pihak ibu) meninggal dunia saat al-Qardhawi
berusia tujuh tahun, beliau menyaksikan pengurusan jenazah kakeknya.Saat
itu al-Qardhawi mendengar pembicaraan masyarakat tentang kakeknya yang
disanjung bahkan dipuji, karena kakeknya adalah seorang ulama yang
sederhana, namun keilmuannya sangat tinggi.5
5
Salman Al-Farisi, hlm. 18
19
Ketika berusia tujuh tahun al-Qardhawi disekolahkan oleh pamannya
di Madrasah Ilzamiyyah. Beliau tercatat sebagai murid yang berprestasi tinggi,
sehingga sebelum usianya genap sepuluh tahun, ia berhasil menghafal alQur’an al-karim. Setelah selesai dari Madrasah Ilzamiyah, beliau melanjutkan
sekolahnya ke Madrasah Ibtidaiyah “Thantha” dan menyelesaikannya hanya
dalam kurun waktu 4 tahun.Kemudian dilanjutkan ke Tsanawiyah dan dapat
diselesaikan sebelum waktunya.
Namun di saat al-Qardhawi menempuh pendidikan sekolah menengah
pertamanya, terjadi musibah pada tahun 1948 yang mana pemerintah mesir
saat itu mengeluarkan keputusan pembubaran Jama’ah Ikhwanul Muslimin,
kekayaan Ikhwan dirampas, pengikut-pengikutnya disiksa dan sebagian
besarnya dipenjara, tak terkecuali al-Qardhawi, yang pada saat itu masih
tercatat sebagai siswa. Al-qardhawi ditahan disebuah penjara militer kelas 1 di
Thantha. Kemudian al-Qardhawi dipindahkan ke penjara Haikastib, lalu ke
penjara At-Thur di Sinai.Ia satu penjara bersama al-Gazali al-Kulli pengarang
kitab Tadzkiratud Dua’t dan beberapa buku orisinil lainnya, maka dari
merekalah al-Qardhawi banyak belajar atau berguru tentang sesuatu.
Setelah menyelesaikan pendidikan Tsanawiyah di Ma’had Al-Azhar
Thantha, Yusuf al-Qardhawi pergi ke Kairo untuk melanjutkan studinya di
perguruan tinggi, Universitas al-Azhar di Fakultas Ushuluddin. Pada tahun
1952 beliau memperoleh ijazah S-1, kemudian melanjutkan S-2 Jurusan
Bahasa Arab dengan konsentrasi pada pendidikan dan pengajaran, dan
berhasil memperoleh ijazah S-2. Yusuf al-Qardhawi lebih mengutamakan
20
kecintaannya kepada Bahasa Arab, sebab Bahasa Arab merupakan bahasa
Islam dan pintu gerbang untuk memahami al-Qur’an dan Hadits.
Kemudian
beliau masuk ke Lembaga Kajian dan
Pengembangan
Bahasa Arab Internasional, dan berhasil memperoleh gelar Diploma pada
Jurusan
Bahasa
dan
Adab.
Pada tahun
yang sama
juga,
beliau masuk pendidikan tinggi (S-3) “qismud dirasah” bidang al-Qur’an dan
al-Sunnah
di
Fakultas
Ushuluddin
dan
berhasil
menyelesaikannya
pada tahun 1960M. Dari sana beliau menyiapkan disertasinya tentang zakat
untuk memperoleh gelar Doktor. Disertasi tersebut seharusnya diselesaikan
dua tahun. Namun, karena situasi yang dialami gerakan Ikhwanul Muslimin di
Mesir pada saat itu, beliau tidak berhasil menyelesaikan target tersebut dan
baru berhasil menyelesaikannya pada tahun 1973 M. Di semua jenjang
pendidikan tersebut ia memperoleh prestasi teratas dengan cumlaude. Dengan
prestasi akademis yang membanggakan itu, telah mengantarkan Yusuf alQardhawi menjadi seorang intelektual yang handal.
Ketika masih duduk di bangku kuliah, al-Qardhawi sibuk mengurus
kegiatan mahasiswa Ikhwanul Muslimin di Al-Azhar yang tersebar di tiga
fakultas.Kegiatannya terbagi antara bagian kemahasiswaan, bagian dakwah,
dan bagian penanganan tawanan.
Pada bulan Desember 1958, Syaikh Al-Qardhawi menikah dengan
seorang muslimah yang dijodohkan oleh Ummu Muhammad, pahlawan tanpa
tanda jasa yang wafat dalam pertempuran Ma’rakah Asy-Syaikh Al-
21
Kubra.6Dari pernikahannya itu al-Qardhawi di karuniai tujuh anak.Empat
putri; Ilham, Siham, Ula, Asma’, dan tiga putra; Muhammad, Abdurrahman,
dan Usmah. Sebagai seorang ulama yang sangat terbuka, dia membebaskan
anak-anaknya untuk menuntut ilmu apa saja sesuai dengan minat dan bakat
serta kecenderungan masing-masing.
Dan hebatnya lagi, dia tidak membedakan pendidikan yang harus
ditempuh anak-anak perempuannya dan anak laki-lakinya.Salah seorang
putrinya memperoleh gelar doktor fisika dalam bidang nuklir dari Inggris.Putri
keduanya memperoleh gelar doktor dalam bidang kimia juga dari Inggris,
sedangkan yang ketiga masih menempuh S3.Adapun yang keempat telah
menyelesaikan pendidikan S1-nya di Universitas Texas Amerika.
Anak laki-laki yang pertama menempuh S3 dalam bidang teknik
elektro di Amerika, yang kedua belajar di Universitas Darul Ulum
Mesir.Sedangkan yang bungsu telah menyelesaikan kuliahnya pada fakultas
teknik jurusan listrik.
Dilihat dari beragamnya pendidikan anak-anaknya, orang-orang bisa
membaca sikap dan pandangan Qardhawi terhadap pendidikan modern.Dari
tujuh anaknya, hanya satu yang belajar di Universitas Darul Ulum Mesir dan
menempuh
pendidikan
agama.Sedangkan
yang
lainnya,
mengambil
pendidikan umum dan semuanya ditempuh di luar negeri.Sebabnya ialah,
karena Qardhawi merupakan seorang ulama yang menolak pembagian ilmu
secara dikotomis.Semua ilmu bisa Islami dan tidak islami, tergantung kepada
Amru Abdul Karim Sa’dawi, Wanita dalam Fikih Al-Qaradhawi, (Jakarta: Pustaka
Al-Kautsar, 2009), cet. pertama, hlm. 8
6
22
orang yang memandang dan mempergunakannya.Pemisahan ilmu secara
dikotomis itu, menurut Qardhawi, telah menghambat kemajuan umat Islam.
B. Aktivitas
Pada tanggal 2 Januari 1954, al-Qardhawi ditahan selama dua bulan
setengah. Lalu pada bulan November di tahun yang sama beliau kembali
ditahan selama dua puluh bulan,7 Yusuf al-Qardhawi terlibat dalam
pergerakan Ikhwanul Muslimin hingga ia harus masuk penjara. Setelah Syaikh
Al-Qardhawi keluar dari tahanan pada tahun 1956 M, beliau dipanggil oleh
Kementrian Wakaf.Ketika itu yang menjabat menteri adalah Syaikh Ahmad
Hasan Al-Baquri, setelah berakhirnya perang Zues, agar dia menyampaikan
khutbah jum’at di Zamalik Kairo.
Setelah menyelesaikan pendidikannya, al-Qardhawi bekerja di
berbagai instansi-instansi pemerintah setempat dan menjabat sebagai Direktur
di lembaga-lembaga pendidikan agama miliknya. Ia juga seorang orator ulung,
penulis yang handal, dan seorang yang mendalam ilmunya. Bahkan tulisantulisannya telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa.Ia pakar sebagai
ilmuan keislaman dan sastrawan.
Pada tahun 1956 M, Syaikh Al-Qardlawi diminta bekerja di Badan
Pengawas Keagamaan di Kementrian Wakaf Mesir untuk mengawasi khutbah
dan pengajian yang disampaikan di masjid-masjid. Kemudian setelah itu, dia
menjadi pengawas di ma’had para imam masjid. Kemudian pada tahun 1959,
beliau dipindahkan ke kantor administrasi umum untuk kebudayaan Islam di
Amru Abdul Karim Sa’dawi, Wanita dalam Fikih Al-Qaradhawi, (Jakarta: Pustaka
Al-Kautsar, 2009), cet. pertama, hlm. 6
7
23
Al-Azhar dengan tugas mengawasi percetakan. Setelah itu, beliau bekerja di
kantor tekhnis administrasi dakwah dan bimbingan, ikut berperan memberikan
masukan ke kantornya, dan menjawab tuduhan-tuduhan yang dilontarkan
kepada Islam melalui koran dan majalah.
Yusuf al-Qardhawi mendapatkan beberapa penghargaan di tahun 1990an, diantaranya tahun 1991 mendapat penghargaan dari IDB (Islamic
Developmen Bank) atas jasa-jasanya di bidang perbankan, tahun 1992 bersama
temannya Sayyid Sabiq mendapatkan penghargaan dari King Faisal Award
karena jasa-jasanya dalam bidang ke Islaman, tahun 1996 mendapat
penghargaan dari Internasional Islamic University Malaysia atas jasa-jasanya
dalam ilmu pengetahuan, dan pada tahun 1997 mendapat penghargaan dari
Sultan Hasan al-Bolkiah Brunei Darussalam atas jasa-jasanya dalam bidang
fiqh. 8
Kegiatan dakwah Syaikh Al-Qardhawi di media cetak sangat banyak.
Makalah dan artikelnya dimuat di beberapa majalah Islam, diantaranya,
majalah Al-Azhar, majalah Nurul Islam, majalah Ad-Dakwah, harian AsySya’ab, harian Al-Ahram, harian Afaq Al-Arabiyah, koran Al-I’thisham, dan
berbagai media lainnya di Mesir. Lalu di Kuwait artikelnya dimuat di majalah
Hadharatul Islam,
majalahAl-Wa’yul Islami, majalah Al-Mujtama’, dan
majalah Al-Arabi. Sedangkan di Berut, artikelnya dimuat di majalah AsySyihab, dan majalah Al-Aman. Dan, di India, artikelnya dimuat di majalah AlBa’tsu Al-Islami. Di Riyadh, Arab Saudi, artikelnya dimuat di majalah Ad-
8
Yusuf al-Qaradhawi, Perjalanan Hidupku, hlm. 131
24
Dakwah. Di Qatar, artikelnya dimuat di majalah Ad-Dauhah, dan majalah AlUmmah. Di Abu Dhabby, artikelnya dimuat di majalah Manarul Islam, dan
majalah Al-Muslim Al-Mu’ashir di Lebanon, masih banyak lagi yang lainnya.
Selain yang bersifat bulanan,artikel dan makalah Syaikh Al-Qardhawi
juga dimuat harian dan mingguan di berbagai koran dan tabloid. Artikel dan
makalah ini adakalanya berupa tulisan beliau langsung, ceramahnya, fatwafatwanya dan tanya jawab seputar Islam, akidah, syariah, peradaban, dan
masalah lain yang berhubungan dengan umat Islam.
Adapun aktivitas keilmuannya, menurut catatan Isham Talimah,
sebagaimana di kutip dalam buku “Otoritas Sunnah Non Tasyri’iyyah menurut
Yusuf al-Qardhawi” karya Dr. Tarmizi M. Jakfar, MA, bahwa ada beberapa
lembaga yang mana al-Qardhawi menjadi anggotanya, 9 diantaranya;
1. Anggota pada Majelis Tinggi Pendidikan di Qatar dalam masa
beberapa tahun.
2. Anggota Majelis Pusat Riset Kontribusi Kaum Muslimin dalam
peradaban yang berpusat di Qatar.
3. Anggota Lembaga Fiqh Islam, yang berafiliasi pada Liga Muslim
Dunia yang berpusat di Makkah.
4. Tenaga Ahli Lembaga Riset Fiqh yang berada dibawah naungan
Organisasi Konferensi Islam (OKI).
5. Anggota Lembaga Riset Maliki untuk peradaban Islam “Yayasan Ahli
Bait” di Yordania.
Tarmizi M. Jakfar, MA, Otoritas Sunnah Non Tasyri’iyyah Menurut Yusuf alQaradhawi, (Ar-Ruzz Media: Yogyakarta, 2012), cet. 1, hlm. 83-84
9
25
6. Anggota Dewan Penyantun Internasional Islamic University Islamabad
Pakistan.
7. Anggota Dewan Penyantun pada Pusat Studi Keislaman di Universitas
Oxford.
8. Anggota Persatuan Sastra Islam.
9. Anggota pendiri Organisasi Ekonomi Islam di Kairo.
10. Anggota bantuan Islam Internasional yang berpusat di Kuwait.
11. Anggota Dewan Pengawas Internasional untuk masalah Zakat di
Kuwait.
12. Anggota Dewan Penyantun Organisasi Dakwah Islam di Afrika yang
berpusat di Khurthoum, Sudan.
13. Anggota Majelis Dana Islam untuk Zakat dan Sedekah di Qatar.
14. Anggota Dewan Penyantun Wakaf Islam untuk Majalah al-Muslim alMu’ashir.
15. Ketua Majelis Keilmuan pada sekolah Tinggi Eropa untuk studi Islam
di Prancis.
16. Anggota Dewan Pengawas pada Perusahaan al-Rajhi untuk investasi
yang berpusat di Arab Saudi.
17. Ketua Dewan Pengawas Bank Islam di Qatar.
18. Ketua Dewan Pengawas Bank Islam di Qatar Internasional.
19. Ketua Dewan Pengawas Bank Takwa di Swiss.
20. Anggota Yayasan Media Islam Internasional di Islamabad, Pakistan.
26
21. Ketua Majelis Organisasi Budaya al-Balagh untuk pengabdian
terhadap Islam melalui internet.
22. Ketua Majelis Fatwa dan Riset untuk Eropa.
C. Karya-karya
Dr. Yusuf al-Qardhawi merupakan seorang ulama, ilmuan, dan
cendikiawan yang mumpuni, berwawasan luas dan memiliki produktivitas
yang tinggi dalam menulis melalui artikel-dalam majalah, bulletin maupun
dalam bentuk buku.
Dr. Yusuf al-Qardhawi memiliki karya tulis yang jumlahnya lebih dari
tujuh puluh buah. Jumlah tersebut sangat besar jika dilihat dari waktu luang
yang dimilikinya untuk menulis.Dalam sepanjang hidupnya al-Qardhawi,
tidak pernah kenal lelah dan tidak pula merasa jenuh untuk menuangkan buah
pikirannya. Disamping sibuk menulis, beliau juga cukup di sibukkan dengan
mengajar di berbagai Perguruan Tinggi, beliau menyampaikan buah
pemikirannya dalam seminar, diskusi, wawancara, dialog, dan berbagai
ceramah umum. Perlu digarisbawahi bahwa sejak awal pemikiran-pemikiran
al-Qardhawi terkenal dengan sikapnya yang moderat (sikap pertengahan).
Meskipun aktivitasnya sangat padat, tapi beliau selalu memanfaatkan
waktunya untuk menulis artikel, makalah, dan buku dalam jumlah yang cukup
banyak. Dalam hal ini penulis akan memaparkan sebagian dari karya-karya
Dr. Yusuf al-Qardhawi, yang terbagi dalam berbagai bidang.
a) Bidang Fiqh dan Ushul Fiqh
1. Al-Halal wa al-Haram fi al-Islam;
27
2. Fatawa Mu’ashirah ;
3. Taysir al-Fiqh: Fiqh al-Shiyam;
4. Al-Fatawa bayn al-Indibath wa al-Tasayyub;
5. Al-Ijtihad al-Mu’ashirah bayna al-Indhibath wa al-Infirath;
6. Al-Ghina wa al-Musiqi fi Dhaw’I al-Kitab wa al-Sunnah.
b) Bidang Ekonomi Islam
1. Fiqh al-Zakah;
2. Bai’ al-Murabahah li al-Amir wa al-Syira’.
c) Bidang Ulum Al-Qur’an dan Sunnah
1. Al-Shabr wa al-Ilm fi Al-Qur’an al-Karim;
2. Tafsir Surah al-Ra’d;
3. Al-Muntaqa fi al-Taghrib wa al-Tarhib;
4. Nahw al-Mausu’ah li al-Hadits al-Nabawi.
d) Bidang Akidah
1. Al-Iman wa al-Hayyah;
2. Al-Iman bi al-Qadr;
3. Wujudullah.
e) Bidang Fiqh Perilaku
1. Al-Hayah al-Rabbaniyah wa al-Ilm;
2. Al-Niyyah wa al-Ikhlas.
f) Bidang Dakwah dan Tarbiyah
1. Tsaqafah al-Da’iyyah;
2. Al-Rasul wa al-Ilm.
28
g) Bidang Gerakan dan Kebangkitan Islam
1. Al-Syahwah al-Islamiyah baina al-Juhud wa al- Tatharruf;
2. Ainal Halal;
3. Fi Fiqh al-Aulawiyah.
h) Bidang Penyatuan Pemikiran Islam
1. Syumul al-Islam;
2. Al-Siyasah al-Syar’iyyah fi Dhau’I al-Nushush al-Syar’iyyah
wamaqashidina.
i) Bidang Pengetahuan Islam yang Umum
1. Al-Ibadah fi al-Islam;
2. Al-Khashais al-Ammah li al-Islam.
j) Tentang Tokoh-tokoh Islam
1. Al-Imam al-Ghazali bain Madihin wa Naqidih;
2. Nisa’ Mu’minat.
k) Bidang Sastra
1. Yusuf Al-Siddiq;
2. Alim wa Thaghiyah.
l) Buku-buku Kecil tentang Kebangkitan Islam
1. Al-Din fi „Ashr al-Ilm;
2. Al-Islam wa al-Fann.
m) Bidang Politik
1. Min fiqh al-Dawlah al-islamiah (fiqh kenegaraan);
29
2. Qadhaya Al-Mar’ah Wal Usrah (Problematika Wanita dan
Keluarga;
3. Meluruskan Dikotomi Agama dan Politik;
Dr. Yusuf al-Qardhawi memang terkenal sebagai ulama yang cukup
terbuka dan moderat.Selain beliau sebagai ahli tafsir dan hadits, beliau juga
ahli di bidang fiqh, ushul fiqh, dan qowaid fiqh.
BAB III
HAK POLITIK PEREMPUAN DALAM FIQH SIYASAH
A. Pengertian Hak Politik
Hak adalah segala sesuatu yang harus di dapatkan oleh setiap orang
yang telah ada sejak lahir bahkan sebelum lahir. Di dalam Kamus Bahasa
Indonesia, hak memiliki pengertian tentang sesuatu hal yang benar, milik,
kepunyaan, kewenangan, kekuasaan untuk berbuat sesuatu (karena telah
ditentukan oleh undang-undang, aturan,
Dr. Yusuf Al-Qardhawi
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Memperoleh Gelar S.Sy
Oleh :
ARISTA APRILIA
NIM : 1111045200005
KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM
PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1437 H/2016 M
ABSTRAK
Arista Aprilia, NIM: 1111045200005 dengan judul Hak Politik Bagi Perempuan
Dalam Pemikiran Dr. Yusuf Al-Qardhawi. Konsentrasi Ketatanegaraan Islam,
Program Studi Jinayah Siyasah, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Hj. Zaitunah Subhan, MA.
Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui Hak Politik Perempuan, karena
perbincangan mengenai keterlibatan perempuan dalam wilayah politik merupakan
topic hangat di masa lalu, sekarang, dan mungkin akan terus diperdebatkan pada
masa yang akan datang oleh mereka yang sampai saat ini belum puas dengan kondisi
yang saat ini sedang berjalan. Dunia politik sekarang ini menjadi perebutan bagi
seluruh masyarakat di Indonesia, tidak terkecuali kaum perempuan yang berlombalomba untuk mendapatkan tempat di parlemen.
Penelitian dilakukan studi kepustakaan (library research). Studi kepustakaan
dilakukan dengan menelusuri berbagai literatur, baik berupa Al-Qur’an dan Hadits,
buku-buku, jurnal, serta website yang berhubungan dengan tema penelitian.
Skripsi ini menyimpulkan bahwa setiap masyarakat mempunyai hak yang
sama untuk memilih dan dipilih dalam pemilihan umum, tidak terkecuali perempuan.
Dalam konteks Hak Politik Perempuan, yang mana terdapat kesesuaian antara
pemikiran Dr. Yusuf al-Qardhawi dengan Perspektif Fiqh Siyasah (Politik Islam)
yang memberikan peluang bagi kaum perempuan untuk berkecimpung di dunia
politik. Dalam fatwanya al-Qardhawi “memperbolehkan kaum perempuan untuk ikut
memilih dalam pemilihan umum, dan bahkan boleh ikut mencalonkan diri sebagai
anggota legislatif”.
Kata kunci
:Hak Politik bagi Perempuan
Pembimbing
: Prof. Dr. Hj. Zaitunah Subhan, MA
Daftar pustaka
:Buku
: Tahun 1989 s/d Tahun 2014
Website
: Tahun 2015 & 2016
i
بسم اه الرحمن الرحيم
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah Swt yang telah memberikan
kesehatan, kekuatan, serta petunjuk kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hak Politik Bagi Perempuan Dalam Pemikiran
Dr. Yusuf Al-Qardlawi”, sebagai pelengkap syarat guna mencapai gelar sarjana pada
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad Saw, para
keluarga, sahabat, serta para pengikutnya.
Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis menyadari bahwa tidak sedikit
hambatan serta kesulitan yang penulis hadapi. Namun berkat kesungguhan dan
kesabaran, serta do’a dan dorongan dari berbagai pihak, keluarga, para sahabat, bapak
dan ibu dosen, dan khususnya ibu dosen pembimbing, hambatan dan kesulitan
tersebut dapat diatasi dengan baik. Karena itu, penulis sangat berterima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu, baik berupa pemikiran, saran, dukungan, serta
do’a. Terutama kepada:
1. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, MA., Dekan Fakultas Syari’ah dan
Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Dra. Hj. Maskufa, M.Ag., dan Ibu Sri Hidayati, M.Ag, Ketua dan
Sekretaris Program Studi Jinayah Siyasah, Fakultas Syari’ah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah
memberikan dukungan, do’a, serta bimbingan kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
ii
3. Ibu Prof. Dr. Hj. Zaitunah Subhan, dosen pembimbing skripsi, yang begitu
sabar telah meluangkan waktunya
ditengah kesibukannya untuk
membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih
banyak penulis ucapkan atas waktu dan tenaga ibu yang telah diluangkan
selama bimbingan.
4. Kepada seluruh Dosen Fakultas Syari’ah dan Hukum, khususnya kepada
Dosen Program Studi Jinayah Siyasah yang telah mengajarkan penulis
selama perkuliahan berlangsung dengan sabar dan ikhlas. Terima kasih
banyak dan maaf sedalam-dalamnya atas segala kekurangan dari penulis
selama perkuliahan berlangsung.
5. Bapak Prof. Dr. Masykuri Abdillah, dosen Pembimbing Akademik, yang
selama ini telah memberikan semangat, dan pemikirannya terhadap
mahasiswa/mahasiswi, khususnyadi Jurusan Siyasah Syariah Prodi
Jinayah Siyasah.
6. Bapak dan Ibunda tercinta,
bapak Wasadi dan Ibu Ellis yang telah
mencurahkan segala usaha dan do’a untuk kesuksesan dan kelancaran
penulis dalam menyelesaikan studi ini. Dan adikku (Nabila, Hilmi, dan
Hilda) yang telah memberi warna dan semangat dalam proses studi ini.
Terima kasih banyak, skripsi ini penulis persembahkan untuk Bapak, Ibu,
dan Adik tercinta.
7. Pimpinan dan seluruh karyawan perpustakaan di lingkungan Fakultas
Syari’ah dan Hukum, dan Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
8. Keluarga besar SS (Siyasah Syari’ah, 2011), yang selalu memberi warna
di dalam kelas saat jam perkuliahan berlangsung. Semoga kebersamaan
kita yang kurang lebih 3 tahun menjadi penyemangat untuk terus melaju
kedepan, menggapai cita-cita. Dan semoga kesuksesan selalu menyertai
kita semua, Amin
iii
9. Dan untuk sahabat-sahabatku (Dwi, Melly, Maryam, Ameliani, Lidya,
Fuji dan Khoerunnisa), terima kasih atas support dan doa’nya.
Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis haturkan kepada semuapihak,
yang turut membantu penulisb aik yang terlibat langsung maupun tidak, baik berupa
semangat atau pun pemikiran dalam penyusunan skripsi ini. Semoga Allah Swt
membalas kebaikan untuk semuanya dan semoga langkah kita semua selalu di ridha’I
dan diberkahi oleh Allah Swt. Akhir kalimat, semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak. Amin.
Jakarta, 04 Januari2016 M
23 Rabi’ulAwal 1437 H
Penulis
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ………………………………………………………………………… i
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………. ii
DAFTAR ISI …………………………………………………..……………….…. v
BAB I. PENDAHULUAN………………………………………………………... 1
A. Latar Belakang Masalah …..……………………………………………….. 1
B. Rumusan Masalah ………………………………………………………….. 9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian …………………………………………….. 9
D. Tinjauan Pustaka …………………………………………………………… 10
E. Metode Penelitian ………………………………………………………….. 12
F. Sistematika Pembahasan ………………………………………………….... 14
BAB II. SKETSA KEHIDUPAN DR. YUSUF AL-QARDHAWI…………… 16
A. Riwayat Hidup Dr. Yusuf Al-Qardhawi ………………...........……………. 16
B. Aktifitas …………………………………...…………………....……….…. 22
C. Karya-karya ………………………….…………………………………….. 26
BAB III. ANALISIS HAK POLITIK PEREMPUAN DALAM FIQH
SIYASAH ……………………………………………………………... 30
A. Pengertian Hak Politik ………………………...……………………..…….. 30
B. Politik Perempuan dan Permasalahannya ………………………………….. 32
v
C. Hak Politik Perempuan ……………………………….………………….. 40
D. Pandangan Ulama Terhadap Hak Politik Perempuan…………..………… 42
E. Beberapa Contoh di Negara ……………………………………………... 44
a. Arab Saudi………………………………………..……………… 44
b. Mesir……………………………………………..………………. 46
c. Qatar ….…………………………………………………………. 47
BAB IV.HAK POLITIK BAGI PEREMPUAN MENURUT DR. YUSUF
AL-QARDHAWI …………………………………………………... 51
A. Hak Memilih dan Dipilih …...……………………………….................... 55
B. Hak Perempuan Menjadi Kepala Negara ……………..…………………. 57
C. Hak Perempuan Menjadi Hakim ………………………………………… 58
BAB V. PENUTUP ………………………………………………………….… 65
A. Kesimpulan………………………………………………………….…… 65
B. Saran ……………………………………………………………….……. 66
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….…… 67
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam
sangat
memuliakan
perempuan.Al-Qur’an
dan
Sunnah
memberikan perhatian yang sangat besar serta kedudukan yang terhormat
kepada perempuan, baik sebagai anak, istri, ibu, saudara maupun peran
lainnya. Begitu pentingnya hal tersebut, Allah mewahyukan sebuah surat alam
Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad yaitu Surat An-Nisa’ yang sebagian besar
ayat dalam surat ini membicarakan persoalan yang berhubungan dengan
kedudukan, peranan dan perlindungan hukum terhadap hak-hak perempuan.
Yang dimaksud dengan hak politik adalah hak-hak yang ditetapkan
dan diakui oleh undang-undang bagi seseorang. Hak itu biasanya didasarkan
atas status kebangsaan, dan pada umumnya, undang-undang senantiasa
mensyaratkan status warga negara bagi pemilik hak. Dengan kata lain, hak
tersebut hanya berlaku bagi warga negara, bukan orang asing. 1Istilah hak
politik sudah praktis merangkum pengertian hak dan sekaligus kewajiban.Hak
politik, sejauh sebagai hak individu, sesungguhya merupakan kewajiban bagi
kolektifitas individu-individu.
Sementara itu hak politik, jika oleh seorang warga tidak digunakan,
maka
dalam
hampir
semua
aturan
perundang-undangan
orang
itu
Muhammad Anas Qasim Ja’far, Mengembalikan Hak-hak Politik Perempuan:
sebuah perspektif Islam, (Jakarta: Azan, 2001), hlm. 29
1
1
2
akanmendapat sanksi.Lebih dari itu, hak politik hanya dipegang oleh
seseorang
yang
memenuhi
syarat-syarat
tertentu
selain
syarat
kewarganegaraan. Hak politik ini memuat keterlibatan individu dalam
membentuk kehendak umum, baik berupa hak untuk memilih wakil-wakilnya
di majelis dan lembaga-lembaga perwakilan lainnya, maupun hak untuk
mencalonkan diri.
Hak-hak ini mencakup:2
a) Hak mengemukakan pendapat/suara dalam pemilihan umum dan
pemungutan suara dengan berbagai aneka macamnya.
b) Hak pencalonan menjadi anggota lembaga perwakilan maupun lembagalembaga lokal.
c) Hak pencalonan menjadi kepala negara, dan seterusnya meliputi partisipasi
dan pengutaraan pendapat dalam masalah-masalah yang memiliki ciri politik.
Politik menurut Imam Al Ghozali, merupakan satu dari dua penopang
tujuan manusia dalam kehidupan, sebagaimana yang dikutip Dr. Hasan
Muhammad at Thahir Muhammad: “Semua tujuan manusia, hakikatnya,
terdapat dalam dua penyangga; agama dan negara. Tercapainya tujuan agama
tergantung pada negara, karena keduanya menyempurnakan satu sama lain.
Ajaran agama tidak mungkin terwujud tanpa sistem duniawi.
Kehidupan seorang muslim tidak bisa dipisahkan dari persoalan
berpolitik karena politik merupakan sarana efektif untuk merealisasikan
kesempurnaan Islam. Setiap muslim yang mengaku beribadah kepada Allah
2
Muhammad Anis Qasim Ja’far, Ibid, hlm. 30
3
SWT mempunyai hak untuk berpolitik, bahkan seorang muslim berkewajiban
untuk mengaplikasikan politik secara islami guna merealisasikan islam secara
kaffah. Berdasarkan atas mafhum istikhlaf inilah dasar diwajibkannya politik
bagi umat Islam.
Pada dasarnya Islam menempatkan perempuan di tempat yang sesuai
pada tiga bidang,3 yaitu Pertama, Bidang Kemanusiaan, Islam mengakui
bahwa hak perempuan dengan laki-laki adalah sama. Kedua, Bidang Sosial,
dalam hal ini kesempatan terbuka lebar bagi perempuan untuk mendapatkan
pendidikan dan kesempatan untuk menempati jabatan-jabatan penting dan
terhormat dalam masyarakat.Ketiga, Bidang Hukum, Islam memberikan pada
perempuan hak memiliki harta dengan sempurna dalam mempergunakannya
tatkala sudah mencapai usia dewasa dan tidak ada seorang pun yang berkuasa
atasnya baik ayah, suami, atau kepala keluarga.
Salah satu alasan penulis memilih pemikiran Dr Yusuf Al-Qardhawi,
karena beliau seorang cendekiawan Muslim yang berasal dari Mesir. Ia
dikenal sebagai seorang Mujtahid pada era modern ini. Didalam sebuah buku
Yusuf al-Qardhawi berpendapat bahwa agama Islam adalah sebuah sistem
hidup pertama yang membebaskan kaum perempuan dari perbudakan masa
lalu; sebuah agama pertama yang bersikap obyektif terhadap kaum perempuan
dan memuliakan mereka, baik dalam kapasitas mereka sebagai seorang
manusia, seorang perempuan, seorang putri (anak perempuan), juga sebagai
3
Cahayatheprinces.blogspot.com/2012/01/emansipasi-wanita.html, diakses pada hari
Kamis, 29 januari 2015, jam 14:19 wib.
4
seorang istri dan anggota masyarakat.4 Dan Dr. Yusuf al-Qardhawi juga telah
mengeluarkan sebuah fatwa, yang mana dalam fatwanya tersebut Yusuf alQardhawi memperbolehkan seorang perempuan untuk memilih di dalam
pemilihan umum atau mencalonkan dirinya sebagai anggota legislatif, dan lain
sebagainya.
Bagi kita, ini merupakan bukti nyata bahwa Islam sudah menyeratakan
kaum perempuan dengan kaum laki-laki dalam tugas-tugas agama yang
bersifat ritual. Allah s.w.t. berfirman;
“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan
perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam
ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan
yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan
yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan
perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang
banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka
ampunan dan pahala yang besar.” (Q.S. Al-Ahzab: 35)
4
Yusuf Al-Qaradhawi, Meluruskan Dikotomi Agama dan Politik, (Jakarta: Pustaka
Al-Kautsar, 2008), hlm. 220
5
Allah juga menyamakan kedudukan laki-laki dan perempuan dalam
urusan sosial-politik.5Allah s.w.t. berfirman;
“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka
(adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh
(mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat,
menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu
akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.” (Q.S. At-Taubah: 71)
Ayat ini menjelaskan secara spesifik dengan penyebutan laki-laki
Mukmin dan perempuan Mukminatuntuk
melakukan salah satu bentuk
aktifitas politik, yaitu amar ma’ruf nahi munkar. Ayat ini lebih mempertegas
lagi bahwa sebagai bagian dari masyarakat, laki-laki dan perempuan memiliki
kewajiban untuk berpolitik. Tidak bisa dipungkiri dan bahkan harus dipahami
oleh seluruh kaum Muslim, baik laki-laki maupun perempuan, keduanya
memiliki tanggungjawab yang sama untuk ikut menentukan arah,warna, dan
pola generasi kini dan masa depan.
Di dalam bukunya Yusuf al-Qaradhawi “Meluruskan dikotomi Agama
dan Politik” Imam Abu Hanifah membolehkan seorang perempuan untuk
menjadi hakim dalam semua persoalan selain hukum pidana.Sementara Imam
5
Yusuf Al-Qardhawi, Meluruskan Dikotomi Agama dan Politik, (Jakarta: Pustaka
Al-Kautsar, 2008), hlm. 221
6
Ath-Thabari membolehkan seorang perempuan menjadi hakim dalam semua
bidang perkara, sebagaimana mereka membolehkan kaum perempuan untuk
menduduki semua jabatan pemerintahan selain puncak kepemimpinan negara.
Dalam sejarah Islam juga terlihat bahwa kaum perempuan juga bisa
menyampaikan aspirasinya kepada pihak yang berwenang, dengan sebuah
pendapat yang tidak bisa mereka tinggalkan, sebagaimana dilakukan oleh
Ummu Salamah (istri Rasulullah Saw) dalam peristiwa Hudaibiyah (saat
memberikan sarannya kepada Rasulullah Saw untuk menyelesaikan masalah
yang muncul pada saat itu berupa keberatan sebagian sahabat terhadap
perintah Rasulullah s.a.w.). 6
Sebagai contoh, pada masa Nabi dan para sahabat, kaum perempuan
sudah diberi kesempatan untuk bekerja sebagai akuntan pengawas di pasar,
seperti yang dilakukan oleh Asy-Syifa binti Abdillah Al-Adawiyah pada
jaman pemerintahan Khalifah Umar bin Al-Khathab yang ditugaskan untuk
6
Hal ini merujuk kepada sebuah kisah yang menceritakan tentang saran Ummu
Salamah kepada Rasulullah
s.a.w. pada waktu terjadi Perdamaian Hudaibiyah. Al-Bukhari
meriwayatkan kisah ini dari Al-Miswar bin Makhramah. Rasulullah s.a.w. berkata kepada
para sahabatnya, “Berdirilah kalian semua, kemudian sembelihlah hewan untuk membayar
dam setelah itu cukurlah rambut kalian!”Al-Miswar berkata, “Demi Allah, tidak ada seorang
pun yang bangkit dan melaksanakan perintah Rasulullah s.a.w. sampai beliau mengatakan
yang ketiga kalinya.”Setelah tidak ada sahabat yang berdiri, beliau masuk mendatangi Ummu
Salamah dan menceritakan peristiwa yang baru saja beliau alami.Ummu Salamah pun
bertanya kepada Rasulullah, “Apakah engkau ingin mereka melaksanakan perintah engkau,
wahai Rasulullah?Keluarlah, jangan keluarkan sepatah kata pun sebelum engkau
menyembelih hewan untuk membayar dam dan memanggil tukang cukur untuk memotong
rambutmu.”Rasulullah pun keluar dan tidak berkata kepada para sahabat sepatah kata pun
sampai melaksanakan semuanya, menyembelih hewan dam dan memanggil tukang cukur
untuk memotong rambut beliau.Ketika para sahabat melihatnya, mereka pun berdiri,
menyembelih hewan dan saling mencukur rambut sesama mereka sampai ada beberapa
sahabat yang hampir berhasil membunuh kesedihannya (karena tidak berhasil naik haji pada
tahun itu).Mengutip dari Dr. Yusuf Al-Qaradhawi, ibid, hlm. 222dari sebuah Hadits yang
diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalam Kitab Asy-Syuruth, no. 2732 dan Abu Dawud dalam Bab
Al-Jihad, no. 2765.
7
menjaga para pedagang dan pembeli, baik laki-laki maupun perempuan, agar
mereka berkomitmen pada ajaran syariat dalam perdagangan.7
Telah kita pahami bersama bahwa perempuan disamping sebagai
hamba Allah, ibu dari anak-anaknya, istri dari seorang suami, serta anak dari
ayah-bundanya adalah bagian dari masyarakat sebagaimana halnya laki-laki.
Keberadaan keduanya tidak dapat dipisahkan, karena sudah menjadi satu
kesatuan yang utuh, keduanya bertanggung jawab mengantarkan kaum muslim
untuk menjadi umat terbaik di dunia.
Selama ini terdapat kesalahpahaman terhadap aktivitas politik
perempuan.Sebagian memandang bahwa keterlibatan perempuan dalam dunia
politik dianggap tidak layak dan melanggar fitrah, seakan-akan politik bukan
milik dan bagian dari perempuan.8Pasalnya, menurut mereka, politik identik
dengan kekerasan, kekuasaan, kelicikan, atau tipudaya yang hanya pantas
menjadi milik laki-laki atau bahkan dianggap tidak ada hubungannya dengan
Islam. Sebaliknya, di sisi lain sebagian berpendapat bahwa perempuan harus
berkiprah dan berperan aktif di segala bidang, sama dengan laki-laki tanpa
pengecualian, termasuk dalam bidang politik.
Mansour Fakih mengungkapkan, dengan analisis gender, banyak
ditemukan berbagai manifestasi ketidakadilan.9Pertama, terjadi marginalisasi
(pemiskinan ekonomi) terhadap kaum perempuan.Kedua, subordinasi pada
7
Yusuf Al-Qaradhawi, Ibid, hlm. 222
Najmah Sa’idah dan Husnul Khatimah, Revisi Politik Perempuan, (Bogor: CV
IDeA Pustaka Utama, 2003), hlm. 133
8
9
Jurnal: Studi Gender dan Islam, (Ahmad Suhendra, Rekonstruksi Peran dan Hak
Perempuan dalam Organisasi Masyarakat Islam), hlm 46
8
salah satu jenis kelamin (seks), umumnya terjadi pada perempuan.Banyak
kebijakan dalam keluarga maupun masyarakat tertentu yang dibuat tanpa
menganggap penting perempuan.
Lagi-lagi, persepsi yang diskriminatif dan tidak adil yang ditujukan
kepada perempuan.Misalnya, perempuan hanya mengurusi dapur, sumur, dan
kasur, sehingga tidak perlu sekolah tinggi-tinggi.Ketiga, pelabelan negatif
(stereotype) terhadap jenis kelamin tertentu, dan akibat dari stereotype itu
terjadi diskriminasi serta berbagai tumbuh ketidakadilan lainnya.Banyak
sekali stereotype dalam masyarakat yang ditunjukkan kepada perempuan,
yang akibatnya membatasi, menyulitkan, memiskinkan, dan merugikan
perempuan.Keempat, kekerasan (violence) terhadap jenis kelamin tertentu,
umumnya perempuan, yang disebabkan perbedaan gender.Bentuk kekerasan
banyak sekali modelnya, dan setiap waktu pasti berkembang, mulai dari yang
kasar sampai kekerasan yang lebih halus.
Negara Arab Saudi yang seluruh masyarakatnya adalah muslim dan
muslimat, memberikan kaum perempuan kebebasan berpolitik. Pada awalnya
perempuan tidak diberikan haknya untuk berpartisipasi di dalam wilayah
politik, namun seiring berjalannya waktu dan kemampuan perempuan dalam
wilayah politik, akhirnya Raja Arab Saudi menyatakan bahwa perempuan
boleh menggunakan haknya yaitu memilih atau dipilih. Begitu pun di Qatar
yang
juga
memperbolehkan
perempuan
untuk
berpartisipasi
dalam
perpolitikan. Tetapi tidak demikian di Mesir, perempuan Mesir tidak
diperbolehkan untuk ikut serta didalam wilayah politik.
9
Berdasarkan penjelasan di atas, secara garis besar penulis memahami
bahwa dunia politik sekarang ini menjadi pasar politik hebat didalam sebuah
negara. Terbukti bahwa persaingan politik disebuah negara tidak hanya
kaumlaki-laki yang terlibat di dalamnya, tetapi kaum perempuan pun ikut
andil dalam dunia politik, seolah-olah perempuan tidak mau kalah dengan
laki-laki.
Bagi mereka (perempuan) bukan hanya laki-laki saja yang
mempunyai hak dalam berpolitik, perempuan juga mempunyai hak yang sama.
Oleh
karena
itu
disini
penulis
akan
mencoba
menjabarkan
atau
menginformasikan terkait dengan permasalahan yang ada. Dengan demikian
penulis memberikan judul skripsi mengenai “Hak Politik bagi Perempuan
Menurut Dr. Yusuf Al-Qardhawi”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan deskripsi latar belakang di atas, maka rumusan masalah
yang menjadi fokus kajian dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai
berikut:
1. Hak-hak politik apa saja yang diperbolehkan bagi perempuan dalam
politik Islam?
2. Bagaimana pandangan Dr. Yusuf Al-Qardhawi mengenai hak politik bagi
perempuan?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dari penyusunan skripsi ini adalah
1. Menjelaskan pandangan Yusuf Al-Qardhawi mengenai hak politik bagi
perempuan.
10
2. Menjelaskan hak politik apa saja yang diperbolehkan untuk perempuan
Manfaat dari penyusunan skripsi ini adalah:
1. Kalangan akademik, untuk memberikan khazanah keilmuan serta
menambah perbendaharaan keilmuan dalam bidang hukum, khususnya
kajian tentang hak politik perempuan yang sering kali dipertanyakan para
akademisi, khususnya bagi perempuan. Dan dapat sebagai rujukan, acuan,
bagi akademisi di bidang hukum.
2. Kalangan politik, diharapkan dapat memberi kontribusi positif kepada
semua pihak untuk saling menghormati hak masing-masing individu,
khususnya perempuan. Terkadang perempuan dianggap tak mempunyai
hak untuk terjun langsung dalam dunia perpolitikan, karena sifatnya yang
sangat sensitif, dan lain-lain.
3. Kalangan praktisi, semoga mampu menjadi alternatif referensi, pedoman
bagi para peneliti lain. Memberikan jawaban terhadap masalah yang
diteliti. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu dan meberi
masukan kepada semua pihak terkait masalah yang diteliti.
D. Tinjauan Pustaka
Dalam kajian terdahulu, penulis telah mendata dan membaca beberapa
skripsi yang berkaitan dengan penelitian yang penulis lakukan, agar tidak
terjadinya plagiasi/penjiplakan terhadap karya tulis milik orang lain,
diantaranya:
Skripsi karya Nor Najihah binti Ismail yang berjudul “Hak Politik
Perempuan menurut Pemikiran Musthafa Al-Siba’i”.Adapun dalam skripsi ini
11
mengemukakan bahwa Islam telah memberikan hak politik kepada
perempuan, yaitu hak memilih dipilih.Tapi terdapat posisi yang tidak
diperbolehkan untuk diduduki oleh perempuan yaitu perempuan menjadi
kepala pemerintah dilarang tegas oleh Islam.Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi pemikiran Musthafa Al-Siba’I tentang partisipasi politik
perempuan, yaitu faktor sosial.Sehingga penulis mengkaji pemikiran Musthafa
Al-Siba’I terhadap hak politik perempuan.
Skripsi karya Ahmad Mahfudin yang berjudul “Peranan Politisi
Perempuan terhadap Legislasi Hukum Islam di Indonesia periode 2000-2010”.
Adapun dalam skripsi ini penulis berpendapat Islam tidak membedakan antara
laki-laki dan perempuan dalam bidang social dan politik, mereka mendapatkan
kedudukan yang sama dan seimbang. Dengan begitu mereka dibebaskan untuk
mempunyai pilihan yang berbeda dengan pandangan kelompok-kelompok lain
dalam masyarakat, bahkan terkadang berbeda dengan pandangan suami dan
ayah mereka sendiri.Sehingga penulis mengkaji peranan politisi perempuan
terhadap terhadap legislasi hukum Islam di Indonesia periode 2000-2010. Dan
terbukti bahwa sedikit ada peningkatan kedudukan peran wanita berpolitik di
Indonesia dari tahun 2000-2010, yang menduduki di DPR RI yakni ± 7,6 %.
Dalam kajian terdahulu ditemukan adanya kesamaan dalam materi
penelitian pada judul yang penulis angkat, namun dalam kajian yang penulis
teliti berbeda subjek/tokoh.Dalam penelitian ini penulis memfokuskan
pembahasannya pada pandangan Dr. Yusuf Al-Qardhawi terhadap hak politik
bagi perempuan
12
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan Library Research, dengan metode deskriptif
kualitatif, artinya jawaban dan analisis terhadap pokok permasalahan
penelitian
digambarkan
secara
deskriptif,
kemudian
dianalisis
guna
memperoleh gambaran utuh tentang permasalahan-permasalahan yang
diteliti.10Sehingga dengan jenis penelitian ini, studi kasus yang penyusun
ambil dalam upaya lebih memfokuskan kajian penelitian tidak mengurangi
nilai atau kualitas dalam upaya pengembangan dari suatu jawaban sekaligus
pengembangan teori pada saat mengambil kesimpulan di akhir penelitian.
2. Sumber Data
Dalam mengkaji dan menganalisa skripsi ini dengan menggunakan
berbagai sumber pustaka diantaranya, sebagai sumber data primer adalah Hak
politik perempuan dalam pandangan Yusuf Al-Qardhawi, politik Islam
maupun konvensional, politik dan perempuan, dan data-data sekundernya
adalah Fiqh perempuan kontemporer, kebebasan perempuan, partisipasi politik
perempuan dan tata pemerintahan yang baik, perempuan dan politik dalam
Islam, dan beberapa jenis buku mendukung serta terkait dengan tema yang
dibahas dalam kajian ini. Dan beberapa Jurnal, salah satunya Jurnal dari UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, Artikel-artikel, serta buku Pedoman Penulisan
Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum, sebagai rujukan dalam penulisan skripsi
10
hlm. 86
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 1986), cet. II,
13
ini dan buku metode penelitian lain, juga data-data lain yang sekiranya
membantu dan berkaitan dengan judul penelitian ini.
3. Teknik Pengumpulan Data
Dalam
penulisan
skripsi
ini,
penyusun
menggunakan
teknik
pengumpulan data atau library research (studi pustaka).Data yang digunakan
dalam penelitian adalah terdiri atas bahan-bahan pustaka yang bisa di dapat di
perpustakaan-perpustakaan seperti buku, artikel, jurnal, dan lain-lain yang
berisikan tulisan atau pendapat para pakar dan hal-hal yang memiliki
kesesuaian dengan permasalahan yang menjadi obyek kajian penelitian.
4. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Analisis wacana kritis (critical discourse analysis). Dalam analisis
semacam ini, wacana tidak hanya dipahami sebagai studi bahasa.
Metode analisis wacana ini dipilih dalam upaya menganalisis dan
mengolah data yang ada, terutama tulisan-tulisan yang terkait dengan
pemikiran Dr. Yusuf Al-Qardlawi. Dengan analisis semacam ini
diharapkan penyusun dapat memilah dan memilih data dari berbagai
bahan pustaka yang ada dan searah dengan permasalahan yang
dimaksud dan dapat menghasilkan analisis yang lebih obyektif dan
sistematis dalam mengkaji pemikiran Dr. Yusuf Al-Qardlawi tentang
hak politik bagi perempuan.
14
2. Langkah berikutnya adalah interpretasi atau langkah penyimpulan data
yang telah diuji kebenarannya atau data yang telah dianalisis kemudian
disimpulkan sesuai dengan pokok permasalahan dan tema kajiannya.
5. Teknik Penulisan
Dari segi penulisan, penulis berpedoman pada buku pedoman
penulisan skripsi yang diterbitkan oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan
buku pedoman penulisan skripsi yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan
Hukum 2011/2012.
F. Sistematika Pembahasan
Penulisan skripsi ini akan dibangun secara sistematis, yang terdiri dari
lima bab termasuk
di
dalamnya
pendahuluan. Adapun sistematika
penulisannya sebagai berikut:
BAB I membahas pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang
masalah, rumusan maslah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka,
metode penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II Membahas tentang sketsa kehidupan Dr. Yusuf alQardhawi.Yang meliputi riwayat hidup, aktifitas beliau sebagai guru,
pendakwah, dan lain-lain, dan karya-karyanya yang sangat banyak baik dalam
bidang agama maupun umum.
BAB III Membahas mengenai analisis hak politik perempuan dalam
Fiqh Siyasah. Yang meliputi pengertian hak politik, politik perempuan dan
permasalahannya, hak politik perempuan, pandangan ulama terhadap hak
15
politik perempuan, dan beberapa contoh di negara muslim (Arab Saudi, Mesir,
dan Qatar).
BAB IV Membahas tentang hak politik perempuan menurut Dr. Yusuf
Al-Qardhawi.Yang meliputi perempuan menjadi kepala negara, perempuan
menjadi hakim, dan perempuan menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat.
BAB V Penutup yang meliputi, kesimpulan sebagai jawaban atas
rumusan masalah penelitian sekaligus rekomendasi atau saran penyusun yang
didasarkan pada hasil penelitian yang telah dilakukan.
BAB II
SKETSA KEHIDUPAN DR. YUSUF AL-QARDHAWI
A. Riwayat Hidup Dr. Yusuf Al-Qardawi
Dr. Yusuf al-Qardhawi nama lengkapnya adalah Yusuf bin Abdullah
al-Qardhawi dilahirkan pada 9 September 1926 M di sebuah desa bernama
Shafth At-Turab,1 daerah pertanian yang subur di wilayah propinsi Barat
Mesir dan hidup di tengah-tengah keluarga agamis yang hidup sederhana dan
lingkungan yang agamis dan berperadaban. Mata pencaharian penduduk pada
umumnya adalah bercocok tanam.Orangtuanya bekerja sebagai petani di desa
Shifth Turab Markaz Al-Mahallah Al-Kubra, provinsi Al-Gharbiyyah, salah
satu provinsi yang berada di tepi laut Republik Arab Mesir.
Keluarga al-Qardhawi yang berprofesi sebagai petani, pedagang dan
banyak memiliki besan dari keluarga yang terpandang, tidak sedikit pun
memiliki lahan tanah.Oleh sebab itu, al-Qardhawi yang sehari-hari melakukan
pekerjaan bertani, terpaksa harus menyewa tanah.Tanah yang telah disewanya
ditanami berbagai umbi-umbian, sayur-sayuran, dan lain-lain.al-Qardhawi dan
keluarganya memetik hasilnya untuk kebutuhan hidup sehari-hari dan untuk
membiayai sewa tanah.Hal inilah yang menuntut seluruh anggota keluarga al-
1
Ensiklopedi Hukum Islam (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1999), hlm. 1448
16
17
Qardhawi untuk bekerja keras dan membanting tulang sampai batas maksimal,
tidak mengenal istirahat dan tidak mengenal waktu hura-hura.2
Al-Qardhawi, orangtuanya meninggal dunia ketika ia masih berusia
dua tahun. Ayah al-Qardhawi, menurut pamannya yang bernama Ahmad
adalah seorang petani dan pedagang.3Saat al-Qardhawi berusia 2 tahun,
ayahnya terserang penyakit Bilharsia yaitu penyakit yang menyerang saluran
air kecil.Keterbatasan dokter dan orang-orang yang dapat mengobati menjadi
penghalang kesembuhan ayah al-Qardhawi, dan akhirnya ayahnya pun
meninggal dunia.
Sepeninggal ayahnya, al-Qardhawi pun diasuh oleh pamannya, ia
mendapatkan perhatian dan kasih sayang yang cukup besar layaknya anak
sendiri (kandung) dari pamannya. Paman al-Qardhawi juga merupakan orang
yang taat beragama, sehingga al-Qardhawi lebih terdidik dan dibekali dengan
berbagai ilmu pengetahuan agama dan syari’at Islam.4Ibu al-Qardhawi berasal
dari keluarga al-Hajar, keluarga yang bermata pencaharian sebagai pedagang
dan sangat terkenal dengan kecerdasannya. Ibu dan bibi al-Qardhawi, Fatimah
al-Hajar (saudara sepupu ibunya) adalah orang yang sangat pandai dalam
berhitung, meskipun tidak menggunakan alat bantu hitung atau pun catatan
dalam waktu singkat.
Salman Al-Farisi, “Pemikiran Yusuf al-Qaradhawi tentang hak kritik rakyat dalam
pemerintahan Negara Islam” (Skripsi S1 Fakultas Syari’ah dan Hukum, UIN Sayrif
Hidayatullah Jakarta), hlm. 14
2
Salman Al-Farisi, “Pemikiran Yusuf al-Qaradhawi tentang hak kritik rakyat dalam
pemerintahan Negara Islam”, hlm. 16
3
Salman Al-Farisi, “Pemikiran Yusuf al-Qaradhawi tentang hak kritik rakyat dalam
pemerintahan Negara Islam”, hlm. 17
4
18
Di bawah asuhan ibu dan pamannya, pada usia dini al-Qardhawi telah
mulai belajar ke Kuttab, sebuah tempat khusus untuk belajar dan menghafal
al-Qur’an. Untuk pertama kali, beliau belajar pada Kuttab Syaikh Yamani. Di
Kuttab ini beliau hanya bertahan satu hari, karena tidak setuju dengan metode
pengajian Syaikh Yamani yang sering memberikan hukuman kepada
muridnya tanpa sebab yang jelas, termasuk kepada dirinya.Terlebih apabila
hukuman yang diberikan itu di rasakan sebagai kezaliman.Sejak saat itu, alQardhawi memutuskan untuk tidak datang lagi ke Syaikh mana pun untuk
belajar al-Qur’an.
Namun sang ibu tak putus asa untuk membujuk anaknya, al-Qardhawi
agar kembali belajar dan menghafal al-Qur’an. Sampai akhirnya, sang ibu
meminta agar beliau bersedia untuk belajar di Kuttab Syaikh Hamid. Ibunya
berjanji akan menitipkannya kepada Syaikh Hamid dengan baik. Akhirnya
beliau bersedia dan diantar oleh ibunya ke Kuttab Syaikh hamid. Di bawah
asuhan Syaikh Hamid, al-Qardhawi berhasil menghafal seluruh al-Qur’an
pada usia 9 tahun, semenjak itulah masyarakat menjuluki al-Qardhawi kecil
dengan julukan Syaikh.
Kakek al-Qardhawi (dari pihak ibu) meninggal dunia saat al-Qardhawi
berusia tujuh tahun, beliau menyaksikan pengurusan jenazah kakeknya.Saat
itu al-Qardhawi mendengar pembicaraan masyarakat tentang kakeknya yang
disanjung bahkan dipuji, karena kakeknya adalah seorang ulama yang
sederhana, namun keilmuannya sangat tinggi.5
5
Salman Al-Farisi, hlm. 18
19
Ketika berusia tujuh tahun al-Qardhawi disekolahkan oleh pamannya
di Madrasah Ilzamiyyah. Beliau tercatat sebagai murid yang berprestasi tinggi,
sehingga sebelum usianya genap sepuluh tahun, ia berhasil menghafal alQur’an al-karim. Setelah selesai dari Madrasah Ilzamiyah, beliau melanjutkan
sekolahnya ke Madrasah Ibtidaiyah “Thantha” dan menyelesaikannya hanya
dalam kurun waktu 4 tahun.Kemudian dilanjutkan ke Tsanawiyah dan dapat
diselesaikan sebelum waktunya.
Namun di saat al-Qardhawi menempuh pendidikan sekolah menengah
pertamanya, terjadi musibah pada tahun 1948 yang mana pemerintah mesir
saat itu mengeluarkan keputusan pembubaran Jama’ah Ikhwanul Muslimin,
kekayaan Ikhwan dirampas, pengikut-pengikutnya disiksa dan sebagian
besarnya dipenjara, tak terkecuali al-Qardhawi, yang pada saat itu masih
tercatat sebagai siswa. Al-qardhawi ditahan disebuah penjara militer kelas 1 di
Thantha. Kemudian al-Qardhawi dipindahkan ke penjara Haikastib, lalu ke
penjara At-Thur di Sinai.Ia satu penjara bersama al-Gazali al-Kulli pengarang
kitab Tadzkiratud Dua’t dan beberapa buku orisinil lainnya, maka dari
merekalah al-Qardhawi banyak belajar atau berguru tentang sesuatu.
Setelah menyelesaikan pendidikan Tsanawiyah di Ma’had Al-Azhar
Thantha, Yusuf al-Qardhawi pergi ke Kairo untuk melanjutkan studinya di
perguruan tinggi, Universitas al-Azhar di Fakultas Ushuluddin. Pada tahun
1952 beliau memperoleh ijazah S-1, kemudian melanjutkan S-2 Jurusan
Bahasa Arab dengan konsentrasi pada pendidikan dan pengajaran, dan
berhasil memperoleh ijazah S-2. Yusuf al-Qardhawi lebih mengutamakan
20
kecintaannya kepada Bahasa Arab, sebab Bahasa Arab merupakan bahasa
Islam dan pintu gerbang untuk memahami al-Qur’an dan Hadits.
Kemudian
beliau masuk ke Lembaga Kajian dan
Pengembangan
Bahasa Arab Internasional, dan berhasil memperoleh gelar Diploma pada
Jurusan
Bahasa
dan
Adab.
Pada tahun
yang sama
juga,
beliau masuk pendidikan tinggi (S-3) “qismud dirasah” bidang al-Qur’an dan
al-Sunnah
di
Fakultas
Ushuluddin
dan
berhasil
menyelesaikannya
pada tahun 1960M. Dari sana beliau menyiapkan disertasinya tentang zakat
untuk memperoleh gelar Doktor. Disertasi tersebut seharusnya diselesaikan
dua tahun. Namun, karena situasi yang dialami gerakan Ikhwanul Muslimin di
Mesir pada saat itu, beliau tidak berhasil menyelesaikan target tersebut dan
baru berhasil menyelesaikannya pada tahun 1973 M. Di semua jenjang
pendidikan tersebut ia memperoleh prestasi teratas dengan cumlaude. Dengan
prestasi akademis yang membanggakan itu, telah mengantarkan Yusuf alQardhawi menjadi seorang intelektual yang handal.
Ketika masih duduk di bangku kuliah, al-Qardhawi sibuk mengurus
kegiatan mahasiswa Ikhwanul Muslimin di Al-Azhar yang tersebar di tiga
fakultas.Kegiatannya terbagi antara bagian kemahasiswaan, bagian dakwah,
dan bagian penanganan tawanan.
Pada bulan Desember 1958, Syaikh Al-Qardhawi menikah dengan
seorang muslimah yang dijodohkan oleh Ummu Muhammad, pahlawan tanpa
tanda jasa yang wafat dalam pertempuran Ma’rakah Asy-Syaikh Al-
21
Kubra.6Dari pernikahannya itu al-Qardhawi di karuniai tujuh anak.Empat
putri; Ilham, Siham, Ula, Asma’, dan tiga putra; Muhammad, Abdurrahman,
dan Usmah. Sebagai seorang ulama yang sangat terbuka, dia membebaskan
anak-anaknya untuk menuntut ilmu apa saja sesuai dengan minat dan bakat
serta kecenderungan masing-masing.
Dan hebatnya lagi, dia tidak membedakan pendidikan yang harus
ditempuh anak-anak perempuannya dan anak laki-lakinya.Salah seorang
putrinya memperoleh gelar doktor fisika dalam bidang nuklir dari Inggris.Putri
keduanya memperoleh gelar doktor dalam bidang kimia juga dari Inggris,
sedangkan yang ketiga masih menempuh S3.Adapun yang keempat telah
menyelesaikan pendidikan S1-nya di Universitas Texas Amerika.
Anak laki-laki yang pertama menempuh S3 dalam bidang teknik
elektro di Amerika, yang kedua belajar di Universitas Darul Ulum
Mesir.Sedangkan yang bungsu telah menyelesaikan kuliahnya pada fakultas
teknik jurusan listrik.
Dilihat dari beragamnya pendidikan anak-anaknya, orang-orang bisa
membaca sikap dan pandangan Qardhawi terhadap pendidikan modern.Dari
tujuh anaknya, hanya satu yang belajar di Universitas Darul Ulum Mesir dan
menempuh
pendidikan
agama.Sedangkan
yang
lainnya,
mengambil
pendidikan umum dan semuanya ditempuh di luar negeri.Sebabnya ialah,
karena Qardhawi merupakan seorang ulama yang menolak pembagian ilmu
secara dikotomis.Semua ilmu bisa Islami dan tidak islami, tergantung kepada
Amru Abdul Karim Sa’dawi, Wanita dalam Fikih Al-Qaradhawi, (Jakarta: Pustaka
Al-Kautsar, 2009), cet. pertama, hlm. 8
6
22
orang yang memandang dan mempergunakannya.Pemisahan ilmu secara
dikotomis itu, menurut Qardhawi, telah menghambat kemajuan umat Islam.
B. Aktivitas
Pada tanggal 2 Januari 1954, al-Qardhawi ditahan selama dua bulan
setengah. Lalu pada bulan November di tahun yang sama beliau kembali
ditahan selama dua puluh bulan,7 Yusuf al-Qardhawi terlibat dalam
pergerakan Ikhwanul Muslimin hingga ia harus masuk penjara. Setelah Syaikh
Al-Qardhawi keluar dari tahanan pada tahun 1956 M, beliau dipanggil oleh
Kementrian Wakaf.Ketika itu yang menjabat menteri adalah Syaikh Ahmad
Hasan Al-Baquri, setelah berakhirnya perang Zues, agar dia menyampaikan
khutbah jum’at di Zamalik Kairo.
Setelah menyelesaikan pendidikannya, al-Qardhawi bekerja di
berbagai instansi-instansi pemerintah setempat dan menjabat sebagai Direktur
di lembaga-lembaga pendidikan agama miliknya. Ia juga seorang orator ulung,
penulis yang handal, dan seorang yang mendalam ilmunya. Bahkan tulisantulisannya telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa.Ia pakar sebagai
ilmuan keislaman dan sastrawan.
Pada tahun 1956 M, Syaikh Al-Qardlawi diminta bekerja di Badan
Pengawas Keagamaan di Kementrian Wakaf Mesir untuk mengawasi khutbah
dan pengajian yang disampaikan di masjid-masjid. Kemudian setelah itu, dia
menjadi pengawas di ma’had para imam masjid. Kemudian pada tahun 1959,
beliau dipindahkan ke kantor administrasi umum untuk kebudayaan Islam di
Amru Abdul Karim Sa’dawi, Wanita dalam Fikih Al-Qaradhawi, (Jakarta: Pustaka
Al-Kautsar, 2009), cet. pertama, hlm. 6
7
23
Al-Azhar dengan tugas mengawasi percetakan. Setelah itu, beliau bekerja di
kantor tekhnis administrasi dakwah dan bimbingan, ikut berperan memberikan
masukan ke kantornya, dan menjawab tuduhan-tuduhan yang dilontarkan
kepada Islam melalui koran dan majalah.
Yusuf al-Qardhawi mendapatkan beberapa penghargaan di tahun 1990an, diantaranya tahun 1991 mendapat penghargaan dari IDB (Islamic
Developmen Bank) atas jasa-jasanya di bidang perbankan, tahun 1992 bersama
temannya Sayyid Sabiq mendapatkan penghargaan dari King Faisal Award
karena jasa-jasanya dalam bidang ke Islaman, tahun 1996 mendapat
penghargaan dari Internasional Islamic University Malaysia atas jasa-jasanya
dalam ilmu pengetahuan, dan pada tahun 1997 mendapat penghargaan dari
Sultan Hasan al-Bolkiah Brunei Darussalam atas jasa-jasanya dalam bidang
fiqh. 8
Kegiatan dakwah Syaikh Al-Qardhawi di media cetak sangat banyak.
Makalah dan artikelnya dimuat di beberapa majalah Islam, diantaranya,
majalah Al-Azhar, majalah Nurul Islam, majalah Ad-Dakwah, harian AsySya’ab, harian Al-Ahram, harian Afaq Al-Arabiyah, koran Al-I’thisham, dan
berbagai media lainnya di Mesir. Lalu di Kuwait artikelnya dimuat di majalah
Hadharatul Islam,
majalahAl-Wa’yul Islami, majalah Al-Mujtama’, dan
majalah Al-Arabi. Sedangkan di Berut, artikelnya dimuat di majalah AsySyihab, dan majalah Al-Aman. Dan, di India, artikelnya dimuat di majalah AlBa’tsu Al-Islami. Di Riyadh, Arab Saudi, artikelnya dimuat di majalah Ad-
8
Yusuf al-Qaradhawi, Perjalanan Hidupku, hlm. 131
24
Dakwah. Di Qatar, artikelnya dimuat di majalah Ad-Dauhah, dan majalah AlUmmah. Di Abu Dhabby, artikelnya dimuat di majalah Manarul Islam, dan
majalah Al-Muslim Al-Mu’ashir di Lebanon, masih banyak lagi yang lainnya.
Selain yang bersifat bulanan,artikel dan makalah Syaikh Al-Qardhawi
juga dimuat harian dan mingguan di berbagai koran dan tabloid. Artikel dan
makalah ini adakalanya berupa tulisan beliau langsung, ceramahnya, fatwafatwanya dan tanya jawab seputar Islam, akidah, syariah, peradaban, dan
masalah lain yang berhubungan dengan umat Islam.
Adapun aktivitas keilmuannya, menurut catatan Isham Talimah,
sebagaimana di kutip dalam buku “Otoritas Sunnah Non Tasyri’iyyah menurut
Yusuf al-Qardhawi” karya Dr. Tarmizi M. Jakfar, MA, bahwa ada beberapa
lembaga yang mana al-Qardhawi menjadi anggotanya, 9 diantaranya;
1. Anggota pada Majelis Tinggi Pendidikan di Qatar dalam masa
beberapa tahun.
2. Anggota Majelis Pusat Riset Kontribusi Kaum Muslimin dalam
peradaban yang berpusat di Qatar.
3. Anggota Lembaga Fiqh Islam, yang berafiliasi pada Liga Muslim
Dunia yang berpusat di Makkah.
4. Tenaga Ahli Lembaga Riset Fiqh yang berada dibawah naungan
Organisasi Konferensi Islam (OKI).
5. Anggota Lembaga Riset Maliki untuk peradaban Islam “Yayasan Ahli
Bait” di Yordania.
Tarmizi M. Jakfar, MA, Otoritas Sunnah Non Tasyri’iyyah Menurut Yusuf alQaradhawi, (Ar-Ruzz Media: Yogyakarta, 2012), cet. 1, hlm. 83-84
9
25
6. Anggota Dewan Penyantun Internasional Islamic University Islamabad
Pakistan.
7. Anggota Dewan Penyantun pada Pusat Studi Keislaman di Universitas
Oxford.
8. Anggota Persatuan Sastra Islam.
9. Anggota pendiri Organisasi Ekonomi Islam di Kairo.
10. Anggota bantuan Islam Internasional yang berpusat di Kuwait.
11. Anggota Dewan Pengawas Internasional untuk masalah Zakat di
Kuwait.
12. Anggota Dewan Penyantun Organisasi Dakwah Islam di Afrika yang
berpusat di Khurthoum, Sudan.
13. Anggota Majelis Dana Islam untuk Zakat dan Sedekah di Qatar.
14. Anggota Dewan Penyantun Wakaf Islam untuk Majalah al-Muslim alMu’ashir.
15. Ketua Majelis Keilmuan pada sekolah Tinggi Eropa untuk studi Islam
di Prancis.
16. Anggota Dewan Pengawas pada Perusahaan al-Rajhi untuk investasi
yang berpusat di Arab Saudi.
17. Ketua Dewan Pengawas Bank Islam di Qatar.
18. Ketua Dewan Pengawas Bank Islam di Qatar Internasional.
19. Ketua Dewan Pengawas Bank Takwa di Swiss.
20. Anggota Yayasan Media Islam Internasional di Islamabad, Pakistan.
26
21. Ketua Majelis Organisasi Budaya al-Balagh untuk pengabdian
terhadap Islam melalui internet.
22. Ketua Majelis Fatwa dan Riset untuk Eropa.
C. Karya-karya
Dr. Yusuf al-Qardhawi merupakan seorang ulama, ilmuan, dan
cendikiawan yang mumpuni, berwawasan luas dan memiliki produktivitas
yang tinggi dalam menulis melalui artikel-dalam majalah, bulletin maupun
dalam bentuk buku.
Dr. Yusuf al-Qardhawi memiliki karya tulis yang jumlahnya lebih dari
tujuh puluh buah. Jumlah tersebut sangat besar jika dilihat dari waktu luang
yang dimilikinya untuk menulis.Dalam sepanjang hidupnya al-Qardhawi,
tidak pernah kenal lelah dan tidak pula merasa jenuh untuk menuangkan buah
pikirannya. Disamping sibuk menulis, beliau juga cukup di sibukkan dengan
mengajar di berbagai Perguruan Tinggi, beliau menyampaikan buah
pemikirannya dalam seminar, diskusi, wawancara, dialog, dan berbagai
ceramah umum. Perlu digarisbawahi bahwa sejak awal pemikiran-pemikiran
al-Qardhawi terkenal dengan sikapnya yang moderat (sikap pertengahan).
Meskipun aktivitasnya sangat padat, tapi beliau selalu memanfaatkan
waktunya untuk menulis artikel, makalah, dan buku dalam jumlah yang cukup
banyak. Dalam hal ini penulis akan memaparkan sebagian dari karya-karya
Dr. Yusuf al-Qardhawi, yang terbagi dalam berbagai bidang.
a) Bidang Fiqh dan Ushul Fiqh
1. Al-Halal wa al-Haram fi al-Islam;
27
2. Fatawa Mu’ashirah ;
3. Taysir al-Fiqh: Fiqh al-Shiyam;
4. Al-Fatawa bayn al-Indibath wa al-Tasayyub;
5. Al-Ijtihad al-Mu’ashirah bayna al-Indhibath wa al-Infirath;
6. Al-Ghina wa al-Musiqi fi Dhaw’I al-Kitab wa al-Sunnah.
b) Bidang Ekonomi Islam
1. Fiqh al-Zakah;
2. Bai’ al-Murabahah li al-Amir wa al-Syira’.
c) Bidang Ulum Al-Qur’an dan Sunnah
1. Al-Shabr wa al-Ilm fi Al-Qur’an al-Karim;
2. Tafsir Surah al-Ra’d;
3. Al-Muntaqa fi al-Taghrib wa al-Tarhib;
4. Nahw al-Mausu’ah li al-Hadits al-Nabawi.
d) Bidang Akidah
1. Al-Iman wa al-Hayyah;
2. Al-Iman bi al-Qadr;
3. Wujudullah.
e) Bidang Fiqh Perilaku
1. Al-Hayah al-Rabbaniyah wa al-Ilm;
2. Al-Niyyah wa al-Ikhlas.
f) Bidang Dakwah dan Tarbiyah
1. Tsaqafah al-Da’iyyah;
2. Al-Rasul wa al-Ilm.
28
g) Bidang Gerakan dan Kebangkitan Islam
1. Al-Syahwah al-Islamiyah baina al-Juhud wa al- Tatharruf;
2. Ainal Halal;
3. Fi Fiqh al-Aulawiyah.
h) Bidang Penyatuan Pemikiran Islam
1. Syumul al-Islam;
2. Al-Siyasah al-Syar’iyyah fi Dhau’I al-Nushush al-Syar’iyyah
wamaqashidina.
i) Bidang Pengetahuan Islam yang Umum
1. Al-Ibadah fi al-Islam;
2. Al-Khashais al-Ammah li al-Islam.
j) Tentang Tokoh-tokoh Islam
1. Al-Imam al-Ghazali bain Madihin wa Naqidih;
2. Nisa’ Mu’minat.
k) Bidang Sastra
1. Yusuf Al-Siddiq;
2. Alim wa Thaghiyah.
l) Buku-buku Kecil tentang Kebangkitan Islam
1. Al-Din fi „Ashr al-Ilm;
2. Al-Islam wa al-Fann.
m) Bidang Politik
1. Min fiqh al-Dawlah al-islamiah (fiqh kenegaraan);
29
2. Qadhaya Al-Mar’ah Wal Usrah (Problematika Wanita dan
Keluarga;
3. Meluruskan Dikotomi Agama dan Politik;
Dr. Yusuf al-Qardhawi memang terkenal sebagai ulama yang cukup
terbuka dan moderat.Selain beliau sebagai ahli tafsir dan hadits, beliau juga
ahli di bidang fiqh, ushul fiqh, dan qowaid fiqh.
BAB III
HAK POLITIK PEREMPUAN DALAM FIQH SIYASAH
A. Pengertian Hak Politik
Hak adalah segala sesuatu yang harus di dapatkan oleh setiap orang
yang telah ada sejak lahir bahkan sebelum lahir. Di dalam Kamus Bahasa
Indonesia, hak memiliki pengertian tentang sesuatu hal yang benar, milik,
kepunyaan, kewenangan, kekuasaan untuk berbuat sesuatu (karena telah
ditentukan oleh undang-undang, aturan,