Kelangkaan dan Kepunahan Budaya

Tengah, Kabupaten Barito Timur, Kalimantan Tengah yang memiliki keyakinan Kaharingan atau dikenal luas di Kalimantan Tengah sebagai Hindu Kaharingan. Seperti halnya etnis-etnis lain, etnis Dayak Lawangan juga memiliki budaya tersendiri yang berbeda dengan budaya etnis lainnya, yang di dalamnya terdapat seperangkat nilai, tradisi, dan pengetahuan. Sosok budaya komunitas Dayak Lawangan tercermin dengan eksistensi balian bawo dan pelaksanaan ritual balian bawo yang mereka laksanakan dalam siklus kehidupannya.

2.2.3 Kelangkaan dan Kepunahan Budaya

Warisan budaya mempuyai cakupan pengertian yang luas, meliputi budaya yang bersifat kebendaan yang dapat diraba tangible dan yang tidak dapat diraba intangible. Warisan budaya yang tak teraba intangible tercakup didalamanya hal-hal yang bisa ditangkap panca indera lain diluar peradaban, seperti musik, pembacaan sastra maupun bahasa lisan Sedyawati, 2008: 207. Budaya akan tumbuh dan berkembang apabila didukung oleh masyarakatnya. Masyarakat sebagai ahli waris sekaligus pelaku menuju terciptanya situasi yang disebut sadar budaya. Sadar budaya adalah kesadaran atau pemahaman di kalangan masyarakat sebagai individu yang berada di tengah tatanan pergaulan, posisinya tidak pernah singular, melainkan plural. Di samping itu, suatu masyarakat tidak akan mampu menjaga eksistensinya dan menghayati budayanya sendiri apabila tidak bergaul dengan masyarakat lain Sayuti, 2008: 25-26. Masalah yang dihadapi masyarakat pemilik tradisi dewasa ini adalah makin memudarnya kekuataan religi, para penutur, dan komunitas tradisi lisan. Intensitas penyelenggaraan ritual balian bawo dan upacara tradisonal lainnya, yang sesungguhnya merupakan kekuataan masyarakat di daerah-daerah sebagai perekat kebersamaan. Menghidupkan budaya lokal sama artinya dengan menghidupkan kembali identitas lokal, oleh karena identitas merupakan unsur yang tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan Piliang, 2004: 279. Tradisi lisan mempunyai peluang bertahan, berkembang atau bisa juga punah. Kepunahan itu disebabkan terlalu lama tidak diingat oleh masyarakat dan tidak pernah diperdengarkan lagi Sukarman, 2009: 13. Menurut Ali 2000: 15- 16, kepunahan tradisi lisan bisa disebabkan oleh beberapa hal antara lain, yaitu: 1 dampak keberhasilan pembangunan diiringi merambahnya media pandang dengar sehingga membuat anak-anak melupakan tradisi lisan; 2 tidak ada alih cerita dan penutur generasi tua banyak yang meninggal dunia dan generasi muda enggan mewarisi tradisi karena dianggap kuno; dan 3 kurangnya kesadaraan dari pemerintah maupun masyarakat akan pentingnya fungsi tradisi lisan sebagai sarana pendidikan, yakni sebagai sarana penyampaian nilai luhur bangsa. Kepunahan tradisi terjadi karena faktor internal maupun faktor eksternal yang terjadi di dalam masyarakat tersebut. Akibat dari situasi dan kondisi kelangkaan tradisi tersebut membuat manusia tidak dapat memuaskan semua kebutuhan subjektifnya. Kebutuhan subjektif meliputi kebutuhan keadaan alam, agama dan kepercayaan, dan adat istiadat. Manusia menginterpretasikan pemenuhan kebutuhan dan keinginan untuk mencapai kebahagiaan dengan berusaha menyelaraskan dan menyeimbangkan dua sisi kehidupan duniawi dan religi. Balian bawo merupakan kebutuhan subjektif bagi komunitas Dayak Lawangan.

2.3 Landasan Teori