Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1 Punta Resty Ayunda, 2013 Gaya Menyani Pada Musik Keroncong Tugu Analisis Gaya Saartje Margaretha Michiels Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keroncong merupakan salah satu genre musik yang terdapat di Indonesia. “Musik keroncong secara historis memiliki komunitas yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia, terutama di seluruh pulau Jawa, di kota-kota besar teristimewa seperti Jakarta, Semarang, Solo Surakarta, Yogyakarta dan Surabaya ” Harmunah, 1996: 36. Musik keroncong yang dihasilkan masing- masing komunitas tersebut kenyataannya memperlihatkan perbedaan satu sama lain, seperti susunan instrumen, pola atau teknik permainan instrumen, harmonisasi atau gaya pembawaan menyanyinya. Dalam komunitas pendukung musik keroncong, terdapat pandangan umum bahwa „gaya menyanyi keroncong lebih mengacu pada Keroncong Surakarta, khususnya dalam penggunaan cengkok, gregel, nggandul dan portamento ’ Kornhauser, 1989; Harmunah, 1996. Namun bila diperhatikan lebih lanjut, baik dari segi tekstual maupun kontekstual, perbedaan gaya mengenai bagaimana lagu- lagu keroncong tersebut dinyanyikan oleh penyanyi dalam masing-masing komunitas tetap terlihat dengan jelas. Sejalan dengan ungkapan Herzog dalam Supanggah, bahwa “... Cukuplah untuk mengatakan bahwa deskripsi tentang „gaya‟ musik sering hanyalah merupakan pembicaraan dari sifat-sifat gaya tertentu yang mewakili bermacam-macam jenis nyanyian; atau bermacam-macam jenis dimana tiap jenis memberikan sejumlah contoh- contoh tertentu” 1995: 113. Perbedaan gaya ini dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti karakter suara dan wawasan kultural setiap penyanyi. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada seniman-seniman keroncong di Kampung Tugu, Kelurahan Semper Barat, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara, Propinsi DKI Jakarta. Salah satu peneliti keroncong, Victor Ganap 2011: 4 dalam buku Krontjong Toegoe, menyatakan bahwa, “Kampung Tugu adalah basis lahirnya musik keroncong di Indonesia ”. Beliau mengakui bahwa „pada 1661 keroncong 2 Punta Resty Ayunda, 2013 Gaya Menyani Pada Musik Keroncong Tugu Analisis Gaya Saartje Margaretha Michiels Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu sudah ditemukan di Kampung Tugu. Kenyataannya, musik keroncong yang dimiliki komunitas seniman di Kampung Tugu masih bertahan hingga saat ini dan memiliki keunikan dan gaya khas tersendiri. Keunikan ini dapat dilihat dari bentuk instrumentasi yang tetap dipertahankan, yaitu jittera, macina dan prounga, selain mereka masih menggunakan alat instrumen perkusif, seperti rebana atau jimbe ‟ Ganap, 2011: 115-119. Keunikan juga terlihat pada pengolahan musik yang dimainkan, seperti warna suara instrumen yang digunakan, jangkauan wilayah nada, serta pola ritme keroncong khas Tugu saat instrumen-instrumen Keroncong Tugu dimainkan. Ditinjau dari aspek gaya menyanyi, musik keroncong Tugu memiliki keunikan tersendiri. Berbeda dari ornamen yang digunakan dalam gaya vokal Keroncong Surakarta, gaya menyanyi dalam Keroncong Tugu didasarkan pada metrum yang sangat kuat. Oleh karena itu, ornamen nggandul, cengkok, gregel, ataupun portamento umumnya tidak biasa digunakan oleh para penyanyinya. Kurangnya penggunaann nggandul, cengkok, gregel, dan portamento dalam Keroncong Tugu dapat dipahami karena genre ini tidak mengacu pada gamelan, seperti halnya musik gamelan Jawa. Gaya menyanyi yang berbeda dari gaya menyanyi Keroncong Surakarta itu memperlihatkan identitas tersendiri dalam Keroncong Tugu. „Lagu-lagu dalam genre Keroncong Tugu umumnya menggunakan teks dalam Bahasa Portugis c ristāo dan Hindia Belanda. Penggunaan kedua bahasa ini sekaligus memperlihatkan identitas lain dalam Keroncong Tugu. Namun, selain menggunakan lagu-lagu dengan teks Bahasa Portugis dan Hindia Belanda, para pelaku musik Keroncong Tugu juga menggunakan berbagai lagu dalam teks Bahasa Indonesia atau Melayu ‟ Ganap, 2011: 200. Meski demikian, keunikan gaya tersebut tidak mengurangi estetika dan keindahan nyanyian pada vokal keroncong para seniman Tugu. Kenyataan memperlihatkan bahwa gaya menyanyi para penyanyi Keroncong Tugu tidak sama. Ada yang mengacu pada aturan umum dalam Keroncong Tugu, yaitu memiliki metrum yang tepat, tetapi ada juga penyanyi yang mencoba menggunakan ornamen portamento dan nggandul ketika 3 Punta Resty Ayunda, 2013 Gaya Menyani Pada Musik Keroncong Tugu Analisis Gaya Saartje Margaretha Michiels Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu menyanyikan lagu-lagu dalam Keroncong Tugu, walaupun berbeda dengan penyanyi Keroncong Surakarta. Salah satu penyanyi yang menggunakan ornamen portamento dan nggandul itu adalah Saartje Margaretha Michiels, yang bergabung dengan Orkes Krontjong Toegoe OKT yang berlokasi di Kampung Tugu, Cilincing, Jakarta Utara. OKT merupakan salah satu komunitas keroncong yang berkembang di Kampung Tugu. Sebagai salah satu vokalis senior OKT, keunikan Saartje Margaretha Michiels di antaranya tampak pada terlihat pembawaan menyanyinya yang memiliki karakter dengan penggunaan vibrato yang kental. Gaya menyanyi yang dimiliki Saartje pun memperlihatkan metrum yang kuat, menggunakan ornamen portamento, serta penggunaan ornamen nggandul yang tidak terlalu luwes. Hal ini yang memperkuat beliau akan identitas gaya menyanyi keroncong Tugu yang dimilikinya. Keunikan gaya menyanyi yang dimiliki oleh Saartje Margaretha Michiels tentu didasari oleh wawasan kultural yang dimilikinya. Keunikan gaya menyanyi serta wawasan kultural Saartje Margaretha Michiels tersebut menjadi titik tolak ketertarikan peneliti untuk memahami gaya menyanyi dalam musik keroncong Tugu. Oleh karena itu, peneliti mengemukakan judul “Gaya Menyanyi pada Musik Keroncong Tugu Analisis Gaya Saartje Margaretha Michiels ”. Peneliti berharap penelitian ini memberi pemahaman lebih baik mengenai musik keroncong Tugu, khususnya dalam hal menyanyi keroncong dengan gaya khas Tugu. Selain itu, penelitian ini menggunakan sampel lagu Gatu Du Matu karena lagu ini merupakan “repertoar asli keroncong Tugu, yakni dengan menggunakan bahasa Portugis cristāo” Ganap, 2011: 195. Lagu Gatu Du Matu ini pun menjadi salah satu masterpiece di hampir setiap penampilan Saartje Margaretha Michiels, khususnya dalam acara-acara besar baik nasional maupun internasional.

B. Rumusan Masalah