Warna Biskuit HASIL PENELITIAN UTAMA

Gambar 2. Warna Substitusi Tepung Labu Kuning Berdasarkan Gambar 2, warna biskuit dengan jumlah substitusi tepung labu kuning yang berbeda terhadap nilai kecerahan pada kontrol 73.01±1.17 lebih besar dibandingkan dengan substitusi biskuit 10 65.71±1.37, 20 59.71±1.44 dan 30 52.28±1.04. Nilai ini menunjukkan bahwa biskuit dengan substitusi 0 memiliki warna yang lebih cerah dibandingkan dengan biskuit pada substitusi tepung labu kuning 10, 20 dan 30. Selama proses pembuatan biskuit pada substitusi tepung labu kuning 10, 20 dan 30 warna biskuit yang dihasilkan cenderung makin gelap dan kuning yang ditunjukkan oleh nilai kecerahan yang menurun dan kekuningan yang meningkat. Warna merah pada biskuit substitusi tepung labu kuning semakin meningkat ditandai dengan meningkatnya nilai kemerahan biskuit. Hasil analisis warna menunjukkan bahwa substitusi tepung terigu dengan tepung labu kuning berpengaruh nyata terhadap nilai a derajat kemerahan biskuit yang dihasilkan. Dari hasil uji Duncan terlihat bahwa biskuit yang diolah tanpa substitusi memberikan pengaruh yang nyata dengan substitusi tepung labu kuning 10, 20 dan 30. Nilai a biskuit berkisar 5.47 hingga 14.30. Biskuit yang diolah tanpa menggunakan substitusi tepung labu kuning memiliki nilai a yang paling rendah, sementara nilai a paling tinggi diperoleh pada biskuit dengan substitusi tepung labu kuning 30. Nilai a pada biskuit yang dihasilkan cenderung meningkat seiring dengan peningkatan persentase tepung labu kuning yang disubstitusikan. Hal ini sama dengan hasil penelitian Leila dkk 2011 pada penelitian pembuatan mie dengan substitusi tepung labu kuning, dimana nilai a semakin meningkat dengan konsentrasi penambahan tepung labu kuning 0, 5, 10, 15 dan 20, masing-masing nilai a yaitu -0.73, 0.40, 2.17, 4.60 dan 4.93. Peningkatan nilai a pada biskuit dengan substitusi tepung labu kuning berkaitan dengan adanya pigmen karotenoid yang dimiliki oleh tepung labu kuning yang disubstitusikan Gardjito, 2006. Pigmen karotenoid ini menyebabkan biskuit cenderung berwarna kemerahan sehingga jumlah tepung labu kuning yang disubstitusikan dalam adonan biskuit maka nilai a pada biskuit akan semakin meningkat. Hasil analisis warna menunjukkan bahwa substitusi tepung terigu dengan tepung labu kuning berpengaruh nyata terhadap nilai b derajat kekuningan biskuit yang dihasilkan. Hasil uji Duncan 73,01 65,71 59,71 52,28 5,47 9,37 12 14,3 37,43 45,47 45,69 37,47 20 40 60 80 10 20 30 Waar n a B ii sku it Substitusi Tepung Labu Kuning kecerahan kemerahan kekuningan terlihat bahwa biskuit yang diolah tanpa substitusi 0 memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata dengan substitusi tepung terigu dengan tepung labu kuning 30. Substitusi tepung terigu pada tepung labu kuning 10 memberikan pengaruh yang tidak beda nyata dengan substitusi tepung labu kuning 20. Peningkatan nilai b biskuit seiring dengan peningkatan jumlah substitusi tepung labu kuning karena adanya pigmen karotenoid dalam labu kuning Gardjito, 2006. Nilai b biskuit berkisar antara 37.43 – 45.69 dimana nilai yang paling rendah adalah biskuit yang diolah tanpa substitusi tepung labu kuning 0 dan nilai paling tinggi adalah pada perlakuan substitusi tepung labu kuning 20. Namun pada substitusi tepung labu kuning 30 nilai b derajat kekuningan biskuit yang dihasilkan menurun, hal ini disebabkan karena biskuit yang dihasilkan berwarna coklat karena adanya reaksi mailard. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Leila dkk 2011 pada penelitian pembuatan mie dengan substitusi tepung labu kuning, dimana nilai b semakin meningkat dengan konsentrasi penambahan tepung labu kuning 0, 5, 10, 15 dan 20, masing-masing nilai b yaitu 14.93; 16.60; 22.87; 31.23; 26.57. Tepung labu kuning dapat memberikan kontribusi warna kuning pada pembuatan biskuit sehingga semakin besar persentase tepung labu kuning maka akan semakin besar nilai b pada biskuit yang dihasilkan.

3. Daya Terima Biskuit

Biskuit dengan penambahan tepung labu kuning dilakukan uji organoleptik yaitu untuk mengetahui daya terima panelis terhadap biskuit yang dihasilkan tentang tingkat kesukaan atau ketidaksukaan. Tingkat kesukaan ini disebut sebagai skala hedonik. Pada penelitian ini digunakan uji organoleptik dengan 7 tingkat, dimana 7 = sangat suka sekali, 6 = sangat suka, 5 = suka, 4 = netral, 3 = tidak suka, 2 = sangat tidak suka, 1 = sangat tidak suka sekali.Daya terima biskuit dengan substitusi tepung labu kuning 0, 10, 20 dan 30 meliputi warna, aroma, rasa, tekstur dan kesukaan secara keseluruhan yang hasilnya dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 8 Hasil Uji Daya Terima Panelis terhadap Biskuit Penambahan Warna Aroma Rasa Tekstur Kesukaan Keseluruhan 4.87±0.77 bc 4.93±0.78 c 4.97±0.80 c 4.93±0.52 b 5.03±0.55 c 10 5.20±0.71 c 4.97±0.85 c 5.00±0.83 c 4.87±1.00 b 5.10±0.66 c 20 4.67±1.12 b 4.40±1.03 b 4.37±1.24 b 4.50±1.16 b 4.53±1.07 b 30 3.83±0.79 a 3.57±0.89 a 3.20±0.85 a 3.63±0.96 a 3.73±0.86 a Nilai Sig. 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan beda nyata pada hasil analisis uji Duncan Berdasarkan hasil uji daya terima tersebut dapat diketahui penilaian panelis terhadap biskuit yang ditambahkan tepung labu kuning sebesar 0 kontrol, 10, 20 dan 30 meliputi warna, aroma, rasa, tekstur dan kesukaan keseluruhan, memiliki nilai signifikansi p0,05 yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh penambahan tepung labu kuning sehingga dilanjutkan uji Duncan Multiple Rate Test DMRT. Hasil penelitian menunjukkan terdapat beda nyata hasil uji kesukaan biskuit. Hasil uji Duncan Multiple Rate Test DMRT terhadap warna, aroma, rasa, tekstur dan kesukaan keseluruhan biskuit menunjukkan bahwa semakin tinggi penambahan tepung labu kuning semakin terjadi penurunan terhadap tingkat kesukaan panelis. Hasil penilaian panelis terhadap biskuit dengan substitusi tepung labu kuning meliputi warna, aroma, rasa, tekstur dan kesukaan keseluruhan adalah sebagai berikut : A. Warna Warna merupakan salah satu faktor yang menentukan mutu dan secara visual warna tampil lebih dahulu dan kadang-kadang sangat menentukan, sehingga warna dijadikan atribut organoleptik yang penting dalam suatu bahan pangan Winarno, 2004. Persentase daya terima panelis terhadap warna biskuit yang dibuat dengan empat perlakuan yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3. Daya Terima Terhadap Warna Biskuit yang Disubstitusi Tepung Labu Kuning pada Penelitian Utama

Dokumen yang terkait

KARYA TULIS ILMIAH TINGKAT KERAPUHAN DAN DAYA TERIMA BISKUIT YANG DISUBSTITUSI Tingkat Kerapuhan dan Daya Terima Biskuit yang Disubstitusi Tepung Daun Kelor ( Moringa oleifera ).

2 9 17

SUBSTITUSI TEPUNG LABU KUNING TERHADAP TINGKATPENGEMBANGAN DAN DAYA TERIMA CAKE LABU KUNING Substitusi Tepung Labu Kuning Terhadap Tingkat Pengembangan Dan Daya Terima Cake Labu Kuning.

0 2 16

SUBSTITUSI TEPUNG LABU KUNING TERHADAP TINGKAT PENGEMBANGAN DAN DAYA TERIMA Substitusi Tepung Labu Kuning Terhadap Tingkat Pengembangan Dan Daya Terima Cake Labu Kuning.

0 3 14

TINGKAT KEKERASAN DAN DAYA TERIMA NUGGET AMPAS TAHU YANG DISUBSTITUSI TEPUNG AMPAS TAHU Tingkat Kekerasan Dan Daya Terima Nugget Ampas Tahu Yang Disubstitusi Tepung Ampas Tahu.

0 2 15

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG LABU KUNING (Cucurbhita Pengaruh Substitusi Tepung Labu Kuning (Cucurbhita Moschata)Terhadap Kadar Β-Karoten dan Daya Terima Pada Biskuit Labu Kuning.

0 3 13

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG LABU KUNING (Cucurbhita Pengaruh Substitusi Tepung Labu Kuning (Cucurbhita Moschata)Terhadap Kadar Β-Karoten dan Daya Terima Pada Biskuit Labu Kuning.

0 3 17

PENDAHULUAN Pengaruh Substitusi Tepung Labu Kuning (Cucurbhita Moschata)Terhadap Kadar Β-Karoten dan Daya Terima Pada Biskuit Labu Kuning.

0 2 5

KEKERASAN, WARNA DAN DAYA TERIMA BISKUIT YANG DISUBSTITUSI TEPUNG LABU KUNING Kekerasan, Warna Dan Daya Terima Biskuit Yang Disubstitusi Tepung Labu Kuning.

0 1 17

PENDAHULUAN Kekerasan, Warna Dan Daya Terima Biskuit Yang Disubstitusi Tepung Labu Kuning.

0 2 5

DAFTAR PUSTAKA Kekerasan, Warna Dan Daya Terima Biskuit Yang Disubstitusi Tepung Labu Kuning.

0 3 6