Pengaruh Karakteristik Penyuluh Pertanian Terhadap Keberhasilan Penyuluhan ( Studi kasus : Kecamatan Sunggal dan Kutalimbaru Kab.Deli Serdang )

(1)

Lampiran 1. Pertanyaan Tingkat Keberhasilan Pelaksanaan Program Penyuluhan

1. Melaksanakan sistem pertanaman legowo 4:1 A. Setiap musim tanam diterapkan

B. Kadang-kadang dilaksanakan C. Tidak diterapkan

2. Terjadi dinamika kelompok tani ( kenaikan kelas kelompok tani dari belum pengalaman menjadi pengalaman, kelas pemula dst )

A. Seluruhnya naik kelas

B. Sebahagian kelompok naik kelas C. Tidak terjadi kenaikan kelas

3. Jumlah kelompok tani yang tergabung dalam Gapoktan PUAP terjadi peningkatan selama 3 tahun terakhir

A. Seluruhnya B. Sebahagian C. Tidak meningkat

4. Pelaksaanaan SLPTT (Sekolah lapang Pengelolaan Terpadu) A. 1 kali dalam setahun

B. 1 kali dalam dua tahun C. 1 kali dalam ≥3 tahun

5. Kelompok tani menggunakan dan memanfaatkan pupuk organik selama tiga tahun terakhir

A. Seluruhnya B.` sebahagian C. Tidak ada

6. Kelompok tani menggunakan lahan secara maksimal dalam usahatani. A. Selalu


(2)

B. Kadang- kadang C. Tidak pernah

7. Memberikan materi setiap musim tanam dalam peningkatan produksi beras nasional atau tanaman pangan.

A. Selalu

B. Kadang-kadang C. Tidak pernah

8. Membina petani dalam membantu masalah modal dalam usaha tani. A. PPL membantu 10 – 13 kelompok tani

B. PPL membantu 6 – 8 kelompok tani C. PPL kelompok tani


(3)

Lampiran 2. Skor Tingkat Keberhasilan Pelaksanaaan Tugas Pokok No.

Sam pel

Parameter

Sko r

Kriteri a

Persentase Nilai keberhasilan

1 2 3 4 5 6 7 8

1 3 2 3 3 2 2 3 3 21 Tinggi 87,5

2 3 2 3 2 2 2 2 3 19 Tinggi 79,16

3 3 3 2 2 2 2 3 3 20 Tinggi 83,33

4 3 3 3 3 2 2 3 3 22 Tinggi 92

5 3 2 3 3 2 3 3 3 22 Tinggi 92

6 3 2 2 3 2 1 3 3 19 Tinggi 79,2

7 3 3 3 2 1 3 3 3 21 Sedang 87,5

8 3 2 2 2 2 2 3 3 19 Tinggi 79,2

9 3 3 2 2 1 2 3 3 19 Tinggi 79,2

10 3 3 3 2 2 2 3 3 21 Tinggi 87,5

11 3 2 3 2 2 2 3 3 20 Tinggi 83,3

12 3 2 2 2 1 2 3 3 18 Tinggi 75

13 3 3 3 3 3 2 3 3 23 Tinggi 96

14 3 3 2 3 2 2 3 3 21 Tinggi 87,5

15 3 3 3 3 3 2 3 3 23 Tinggi 96

16 3 1 2 3 3 2 3 3 20 Tinggi 83,33

17 3 3 3 3 3 2 3 3 23 Tinggi 96

Tota

l 51 42 44 43 35 35 50 51 351 1463,72

Rata

-rata 3 2,47 2,5

8 2,52 2,05 2,0

5 2,94 3 20,6


(4)

Lampiran 3. Karakteristik PPL dan Nilai Keberhasilan

No Umur Pddkn

Lama

bekerja F.kjngn J. Tnguan

Jarak tugas

( Km) Fslitas Pendapatan

Nilai Hasil

1 47 17 26 16 4 30 2 2.950.000 87,5

2 50 17 31 16 3 3 2 4.135.000 79,16

3 56 16 33 16 2 25 2 4.135.000 83,33

4 52 16 30 16 3 2 2 3.450.000 92

5 54 16 32 16 4 2 2 4.000.000 92

6 49 16 25 14 4 30 2 3.400.000 79,2

7 56 17 35 16 4 10 2 4.000.000 87,5

8 48 17 25 16 3 6 2 3.400.000 79,2

9 45 17 25 12 4 20 2 2.950.000 79,2

10 48 16 27 16 0 10 2 3.169.000 87,5

11 51 17 29 12 3 10 2 3.169.000 83,3

12 54 15 31 10 3 12 2 3.460.000 75

13 47 17 25 16 0 8 2 2.950.000 96

14 53 16 30 16 3 5 2 4.135.000 87,5

15 53 16 32 14 3 4 2 4.145.000 96

16 48 17 24 16 4 10 2 3.169.000 83,33

17 55 16 29 14 3 12 2 4.145.000 96

Tot 866 279 489 252 50 199 34 60.762.000 1463,72


(5)

Lampiran 4. Karakteristik Petani Sampel No Umur

(Tahun)

Lama Bertani

Pendidikan

Jumlah teknologi yang diadopsi

Persentase adopsi ( Tahun) ( tahun)

1 50 29 6 10 58

2 48 20 12 12 70,5

3 55 25 6 11 64

4 45 15 9 13 76

5 47 14 9 12 70,5

6 52 16 6 13 76

7 49 18 9 12 70,5

8 48 14 12 12 70,5

9 39 10 12 13 76

10 58 27 9 10 58

11 42 14 12 12 70,5

12 40 12 12 11 64

13 44 17 12 13 76

14 46 13 12 14 82

15 49 16 9 12 70,5

16 45 16 12 13 76

17 45 12 12 13 76

Total 802 288 171 206 1205


(6)

Lampiran 5. Output Analisis Regresi Linear Berganda

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

Keberhasilan Penyuluhan 85.8824 6.70711 17

Umur Penyuluh 50.4706 3.51990 17

T. Pendidikan 16.4118 .61835 17

Lama Bekerja 27.4118 4.18418 17

Frek. Kunjungan 14.9412 1.59963 17

J.Tanggungan 2.6471 1.61791 17

J. Bertugas 12.4118 9.54633 17

Fasilitas yang Dimiliki 2.0000 .00000 17

T. Pendapatan 3.4595E6 4.51076E5 17

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .699a .489 .092 6.39215

a. Predictors: (Constant), T. Pendapatan, T. Pendidikan, Frek. Kunjungan, J. Bertugas, J.Tanggungan, Lama Bekerja, Umur Penyuluh

ANOVAb Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 352.028 7 50.290 1.231 .377a

Residual 367.737 9 40.860

Total 719.765 16

a. Predictors: (Constant), T. Pendapatan, T. Pendidikan, Frek. Kunjungan, J. Bertugas, J.Tanggungan, Lama Bekerja, Umur Penyuluh


(7)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 76.018 81.640 .931 .376

Umur Penyuluh 1.628 1.140 .855 1.428 .187

T. Pendidikan -2.315 3.219 -.213 -.719 .490

Lama Bekerja -.676 .907 -.422 -.745 .475

Frek.

Kunjungan -.392 1.168 -.094 -.336 .745

J.Tanggungan .251 1.271 .061 .198 .848

J. Bertugas -.145 .180 -.206 -.806 .441

T. Pendapatan -2.543E-6 .000 -.171 -.343 .739 a. Dependent Variable: Keberhasilan Penyuluhan

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardize d Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

(Constant) 76.018 81.640 .931 .376

Umur

Penyuluh 1.628 1.140 .855 1.428 .187 .158 6.310

T. Pendidikan -2.315 3.219 -.213 -.719 .490 .645 1.551

Lama Bekerja -.676 .907 -.422 -.745 .475 .177 5.636

Frek.

Kunjungan -.392 1.168 -.094 -.336 .745 .732 1.366

J.Tanggungan .251 1.271 .061 .198 .848 .604 1.655

J. Bertugas -.145 .180 -.206 -.806 .441 .866 1.154

T. Pendapatan -2.543E-6 .000 -.171 -.343 .739 .228 4.379 a. Dependent Variable: Keberhasilan


(8)

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous a. Jurnal skripsi.com. faktor yang mempengaruhi gaji tenaga kerja PT. jarum Station Lombok NTB diakses pada tanggal 18 juni 2012.

Anonimous b.Penyuluhan dan Pencapaian Sukses Pertanian di Tingkat Desa. 2012.

Anonimous.c.Harmonis-kimagcom.blogspot.com/2011_11_01_archive.htm. penyuluh pertanian di BPP Medan Kriou. Diakses pada tanggal 11 November 2012.

Arifin, Bustanul. 2005. Pembangunan Pertanian. Paradigma kebijakan dan

strategi Revitalisasi. Penerbit PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta. Badan Pusat Satatistik Sumatera utara. 2011. Jumlah Desa, Kecamatan Kabupaten

Deli Serdang dalam Angka. BPS. Medan.

Biro Pusat Statistik provinsi Bali. 2006. Statistik ketenagakerjaan provinsi Bali. BPS provinsi Bali.

Briawan. Dodik, Setiawan. Budi, Sri Mustika. 2008. Jurnal ketahanan pangan dan gizi. Keragaan Penyuluh Pertanian. Dalam Upaya Mendukung Ketahanan Pangan di Lampung Barat. IPB Press. Bogor.

Cahyono, T 1983. Kebijakan Pertanian Yogyakarta., Penerbit Andi Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Daniel, Moehar 2002. Metode dan Penelitian Sosial Ekonomi. PT Bumi Aksara. Jakarta.

Daniel Moehar, Darmawati, Nieldalina, 2005. Parcipatory Rural Appraisal,

pendekatan efektif mendukung Penerapan Penyuluhan Pertanian Partisipatif Dalam Upaya Pembangunan Pertanian.PT Bumi Aksara. Jakarta.

Hamdani, Agustini. K, Matindar, 1999. Ekstensia Majalah Penyuluhan pertanian. Pengembangan SDM pertanian. Otonomi penyuluhan pertanian. Volume 12 tahun VIII September. Jakarta.

Harian Analisa, Kamis 29 April 2010 Kolom Opini.


(9)

Mardikanto, T. 2009. Sistem Penyuluhan Pertanian. LPP UNS dan UNS Pres. Surakarta.

Mosher.A.T. 1987. Menggerakkan dan Membangun Pertanian. Syarat-syarat Pokok Pembangunan Modernisasi. Yasaguna. Jakarta.

Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Penerbit PT Pertja. Jakarta.

Nuryanto. Haryanto. Hadi, Nirboyo, Soeharso, Suharti. 2000. Ekstensia Majalah Penyuluh Pertanian. Otonomi penyuluhan Pertanian. Volume 10 Tahun VI, September. Jakarta.

Padmowiharjo. S. 2001. Metode penyuluhan pertanian. Universitas terbuka, Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Pakpahan, Agus. 1993. Kelembagaan Inovatif dalam Penanggulangan Kemiskinan. Prosiding Seminar Pembangunan Pertanian dalam Menanggulangi Kemiskinan. PERHEPI. Jakarta.

Rachman. A.Sriati, Bintarti. Arifah, Royandiah Ida. 1995. Materi Pokok Komunikasi Penyuluhan Universitas Terbuka. Jakarta.

Sastraatmadja, E, 1993. Penyuluhan pertanian. Penerbit ALUMNI IPB, Bandung. Slamet M. 2003. Membentuk Pola perilaku Manusia pembangunan. IPB Press.

Bogor.

Syafrudin. 2003. Pengaruh Media Cetak brosur dalam proses adopsi dan difusi inovasi beternak ayam broiler di Kota Kediri. UGM. http : / www. Demandiri.or.id/file/syafrudinugmbab6/pdf.

Siagian, Sondang, 2001. Manajemen Sumber Daya manusia. Penerbit Bumi Aksara. Jakarta.

Soehardiyono. L. 1992. Petunjuk Bagi Penyuluhan Pertanian.Erlangga. Jakarta. Tohir. 1991. Seuntai Pengetahuan Indonesia. Rineka Cipta. Jakarta.


(10)

METODOLOGI PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara purposive sampling yaitu dengan sengaja di Kecamatan Kutalimbaru dan Kecamatan Sunggal. Penelitian berdasarkan pertimbangan dari penelitian terdahulu bahwa penyuluh di daerah ini merupakan salah satu penyuluh teladan seSumatera Utara. Dengan kondisi 2 kecamatan berada dalam 1 BPP (Balai Penyuluhan Pertanian). Data sekunder dapat kita lihat dari Tabel 1 berikut :

Tabel 1. Jumlah Desa, Kecamatan di Kabupaten Deli Serdang.

No Kecamatan Nama Ibukota Jumlah Desa

1 Gunung Meriah G. Meriah 12

2 STM Hulu Tiga Juhar 20

3 Sibolangit Bandar Baru 30

4 Kutalimbaru Kutalimbaru 14

5 Pancur Batu Pancur Batu 25

6 Namorambe Namorambe 36

7 Biru-biru Biru-biru 17

8 STM hilir Talun Kenas 15

9 Bangun Purba Bangun Purba 24

10 Galang Galang 28

11 Tanjung Morawa Tanjung Morawa 25

12 Patumbak Patumbak 8

13 Deli Tua Deli Tua 3

14 Sunggal Sunggal 17

15 Hamparan perak H.perak 20

16 labuhan Deli Helvetia 5

17 Percut Sei Tuan Tembung 18

18 Batang Kuis Batang Kuis 11

19 Pantai Labu Pantai Labu 19

20 Beringin Beringin 11

21 Lubuk Pakam Lubuk Pakam 6

22 Pagar Merbau Pagar Merbau 16

Jumlah total 380


(11)

Metode Penentuan Sampel

Metode penentuan Sampel di lakukan di Kecamatan Sunggal dan Kutalimbaru mengggunakan metode “sensus “dimana dari data BPP Medan Krio 2012 jumlah Penyuluh ada 17 orang termasuk Kepala BPP, sementara untuk petani jumlah sampel yang diambil sebanyak 17 berdasarkan jumlah penyuluh di 2 kecamatan ini.

Metode ‘’Sensus’’ dikenal juga sebagai metode pencacahan lengkap artinya semua individu yang ada dalam populasi diambil (dicacah) sebagai responden (Daniel, 2002).

Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung kepada responden dengan menggunakan kuesioner, sedangkan data sekunder diperoleh dari BPP Medan Krio 2012 serta BPS Deli Serdang 2011.

Tabel 2. Metode Pengumpulan Data

No Topik Data Jenis Data Metode

Wawancara Kuisioner 1 Perkembangan keadaan

penyuluhan

Jumlah PPL, jumlah kelompok

tani atau Gapoktan, jumlah program penyuluhan

pertanian.

 

2 Keberhasilan program penyuluhan

Jumlah program yang dilakukan PPL dan Petani mengadopsi teknologi baru.

 

3 Karakteristik penyuluh Karakteristik sosial dan ekonomi.


(12)

Metode Analisis data

Hipotesis 1 yang menyatakan bagaimana pelaksanaan program penyuluhan yang berhasil dianalis dengan metode deskriptif.

Keberhasilan program ada 3 kategori :

1. Ketika program penyuluhan dilaksanakan oleh PPL dengan aktif dan jumlah kelompok tani yang mengadopsi teknologi mencapai ≥ 50 % maka tingkat keberhasilan tinggi.

2. Ketika progam penyuluhan dilaksanakan PPL secara aktif dan jumlah kelompok tani mengadopsi teknologi mencapai > 25 % maka tingkat keberhasilan sedang.

3. Ketika program penyuluhan dilakukan PPL dengan aktif dan jumlah kelompok tani yang mengadopsi teknologi ≤ 25% maka tingkat keberhasilan rendah.

Pelaksanaan program oleh PPL dengan aktif dapat diketahui dari nilai Y dari hasil skoring dan petani mengadopsi teknologi dapat diketahui dari jumlah kelompok tani sampel yang telah melaksanakan dan menerapkan teknologi. Hipotesis 1 bagaimana pelaksanaan program penyuluh pertanian dan nilai keberhasilanya dapat menggunakan metode skoring.

Range = Data terbesar – Data terkecil Jumlah kriteria

24 Range = 3


(13)

24 - 19 = tingkat keberhasilan penyuluhan tinggi 18 – 13 = tingkat keberhasilan penyuluhan sedang 12 - 8 = tingkat keberhasilan rendah

Dimana nilai Y akan didapat dari hasil skoring pertanyaan dari Tabel 3 berikut : Tabel 3. Daftar Pertanyaan Keberhasilan Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian

No Program Penyuluhan Indikator Skor

1. Sistem Pertanaman Legowo 4:1

A.Setiap musim tanam

diterapkan 3

B. Kadang-kadang

menerapkan 2

C. Tidak diterapkan 1 2.

Adanya Dinamika Kelompok tani ( Kenaikan kelas kelompok tani dari belum pengalaman-

pemula, dst)

A.Seluruh kelompok

naik kelas 3

B. Sebagian kelompok 2 C. Tidak naik Kelas 1 3.

Jumlah kelompok tani yang tergabung dalam Gapoktan PUAP terjadi peningkatan selama 3 tahun terakhir

A. Seluruhnya 3

B. Sebahagian 2

C. Tetap 1

4. Pelaksanaan sekolah lapang pengelolaan terpadu ( SLPPT)

A. Selalu ( 1 kali dalam setahun)

3 B. Kadang-kadang ( 1

kali dalam dua tahun)

2 C. Tidak pernah ( 1 kali

dalam ≥ 3 tahun)

1

5.

Kelompok tani menggunakan dan

memanfaatkan pupuk organik selama tiga tahun terakhir

A. Seluruhnya 3

B. Sebahagian 2

C. Tidak Menggunakan 1 6. Kelompok tani menggunakan dan

memanfaatkan lahan secara maksimal

A. Seluruhnya 3

B. Sebahagian 2

C. Tidak 1

7. Memberikan materi peningkatan produksi beras nasional Setiap musim tanam

A. Selalu 3

B. Kadang- Kadang 2

C. Tidak Pernah 1

8.

Membantu Petani atau kelompok tani dalam masalah modal usaha tani selama tiga tahun terakhir

A. Selalu ( 1 kali dalam setahun)

3 B. Kadang-kadang ( 1

kali dalam dua tahun)

2 C. Tidak pernah ( 1 kali

dalam ≥ 3 tahun)


(14)

Hipotesis 3 bagaimana pengaruh karakteristik penyuluh pertanian terhadap keberhasilan program penyuluhan di daerah penelitian berhasil dianalisis dengan regresi linear berganda dengan SPSS 16 dengan asumsi untuk menguji dan untuk melihat sejauh mana variable bebas (umur, tingkat pendidikan, lama bekerja, frekuensi kunjungan, jarak tempat tinggal dengan wilayah kerja, fasilitas yang diperoleh, jumlah tanggungan serta tingkat pendapatan) mempengaruhi variabel terikat yaitu keberhasilan penyuluhan pertanian dapat digunakan rumus :

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + b8X8 +

Dimana : e

Y =Keberhasilan program penyuluhan

b1, b2, b3, b4, b5, b6 = koe�isienvariabel

a = Parameter intersep X1 = Umur ( tahun)

X2 = Tingkat pendidikan ( tahun) X3 = Lama bekerja ( tahun )

X4 = Frekuensi kunjungan ( berapa kali ) X5 = Jumlah tanggungan ( jiwa )

X6 = jarak tempat tinggal dengan wilayah bekerja (km) X7 = Fasilitas yang dimiliki (Unit)

X8 = Tingkat pendapatan (Rp)

℮ = Standar error (variable pengganggu)

Untuk mengetahui variabel bebas secara serempak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat digunakan uji F, yaitu dengan menggunakan rumus : jika F hitung ≤ F tabel : maka Ho diterima atau H1 tidak diterima

jika F hitung > F tabel : maka H1 diterima atau Ho tidak diterima

Untuk mengetahui variable bebas berpengaruh secara parsial terhadap variabel terikat maka digunakan uji t, yaitu dengan rumus :

jika t hitung ≤ t tabel : maka Ho diterima atau H1 tidak diterima jika t hitung > t tabel : maka H1 diterima atau Ho tidak diterima


(15)

Definisi dan Batasan Operasional

Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpahaman dalam memahami penelitian ini maka dibuat defenisi dan batasan operasional sebagai berikut : Defenisi.

1. Karakteristik adalah hal yang membedakan seseorang dengan yang lainnya. 2. Penyuluhan pertanian adalah suatu usaha atau upaya untuk mengubah

perilaku petani dan keluarganya, agar mereka mengetahui dan mempunyai kemampuan serta mampu memecahkan masalahnya sendiri dalam usaha atau kegiatan-kegiatan meningkatkan hasil usahanya dan tingkat kehidupannya. 3. Karakteristik penyuluh pertanian ditinjau dari segi sosial yaitu umur,

pendidikan, frekuensi kunjungan ke petani.

4. Karakteristik penyuluh pertanian yang ditinjau dari segi ekonomi adalah jumlah tanggungan keluarga, jarak rumah dengan wilayah kerja, fasilitas yang dimiliki dan tingkat pendapatan.

5. Karakteristik segi umur adalah usia produktif penyuluh yang dihitung sejak mulai bekerja sampai ke tahun terdekat pada waktu penelitian.

6. Pendidikan adalah jumlah tahun dalam mengikuti pendidikan formal mulai dari SD sampai pendidikan terakhir.

7. Lama bekerja adalah jumlah waktu tugas dalam melakukan penyuluhan dalam hitungan tahun.

8. Frekuensi kunjungan adalah jumlah kunjungan penyuluh ke petani dalam kegiatan penyuluhan.

9. Jumlah tanggungan adalah jumlah anggota keluarga yang masih ditanggung oleh Penyuluh tersebut.


(16)

10.Jarak rumah dengan wilayah kerja adalah jarak yang ditempuh oleh PPL tersebut dari rumah ke tempat dia bekerja.

11.Fasilitas yag dimiliki adalah jenis–jenis peralatan yang dimiliki oleh si PPL dalam melakukan tugas penyuluhan.

12.Tingkat pendapatan adalah jumlah penghasilan seorang PPL dari kegiatan penyuluhan dalam waktu satu bulan.

Batasan Operasional

1. Daerah penelitian adalah kecamatan Sunggal dan Kutalimbaru (BPP Desa Medan Krio)

2. Sampel adalah Penyuluh Pertanian lapangan PNS. 3. Waktu penelitian sampai dengan Januari 2013.


(17)

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL Deskripsi Daerah Penelitian

Letak dan kondisi geografis.

BPP (Balai penyuluhan Pertanian) Medan krio terdiri dari 2 kecamatan yaitu kecamatan Sunggal dan Kecamatan Kutalimbaru dengan 19 WKPP yang diisi oleh 19 orang penyuluh pertanian lapangan (PPL). Selain itu 2 orang pengamat hama penyakit (PHP).

Batas wilayah BPP Medan Krio adalah : Sebelah Barat berbatasan dengan kota Binjai

Sebelah Timur berbatasan dengan Kota Madya Medan

Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Hamparan perak Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan pancur Batu.

Luas wilayah BPP Medan Kriou 14.243,2 ha yang terdiri dari sawah 4.322 ha, Lahan Kering 17.936 ha, dengan ketinggian 23 m dpl, Suhu rata-rata 20-300

Penduduk yang ada di wilayah BPP Medan Krio sebanyak 299.583 jiwa dengan jumlah keluarga sebanyak 37.405 KK. Petani Sebanyak 162.433 orang dan non petani sebanyak 137.140 orang.

C, topografi datar hingga bergelombang, curah hujan rata-rata 180-205 mm/bulan dengan Tipe Iklim E1 Oldeman, musim kemarau Maret hingga Agustus dan musim hujan September hingga Januari.


(18)

Deskripsi kecamatan Sunggal. Luas daerah

Tahun 1986 luas daerah kecamatan Sunggal menciut menjadi 92,52 km persegi dengan 17 desa dan 159 dusun disebabkan perluasan kota Binjai. Tahun 2009 luas Kecamatan Sunggal 92,52 Km2

Keadaan alam

yang terdiri dari 159 dusun dengan ibukota kecamatan adalah desa Sei Semayang.

Kecamatan Sunggal daerahnya landai (dataran rendah) dengan ketinggian 20 s/d 40 m di atas permukaan laut, dengan suhu udara rata-rata 20-34o

Batas-batas Wilayah

C yang dipengaruhi iklim musim kemarau dan penghujan.

Sebelah Timur : Kecamatan Medan Sunggal dan kecamatan Medan Tuntungan. Sebelah Barat : Kota Binjai dan kecamatan Kutalimbaru Kab. Deli Serdang. Sebelah Utara : Kecamatan Hamparan perak dan Kecamatan Labuhan Deli. Sebelah Selatan : Kec. Pancur Batu dan Kec. Kutalimbaru Kab. Deli Serdang. Kondisi Demografis

a. Distibusi jumlah Penduduk berdasarkan umur

Jumlah penduduk di Kecamatan Sunggal dari 17 Desa dan 159 Dusun pada tahun 2009 tercatat sebanyak 240.746 jiwa. Terangkum dalam 51.988 RT. Jika digolongkan dengan jenis kelamin, laki-laki sebanyak 120.083 jiwa dan

perempuan sebanyak 120.663 jiwa. Tabel 3 komposisi penduduk menurut umur sebagai berikut. :


(19)

Tabel 4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur No Kelompok Umur

( Tahun)

Jumlah Penduduk ( Jiwa)

Persentase (%)

1 0 s/d 4 16956 7,04

2 5 s/d 9 21888 9,09

3 10 s/d 14 26684 11,08

4 15 s/d 19 25117 10,43

5 20 s/d 24 21684 9,00

6 25 s/d 29 21606 8,97

7 30 s/d 34 19096 7,93

8 35 s/d 39 18130 7,53

9 40 s/d 44 15988 6,64

10 45 s/d 49 15686 6,51

11 50 s/d 54 13883 5,76

12 55 s/d 59 12930 5,37

13 60+ 11098 12

Jumlah Total 240746 100

Sumber BPS Kecamatan Sunggal dalam angka tahun 2010

Dari Tabel 4 bahwa jumlah penduduk usia produktif dari 15-59 tahun sebanyak 163.120 jiwa dari jumlah penduduk 240.746 jiwa. Ini menunjukkan bahwa sebahagian besar jumlah penduduk di Kecamatan Sunggal merupakan usia produktif.

b. Distribusi jumlah penduduk berdasarkan agama

Kecamatan Sunggal merupakan kecamatan yang beragam agamanya. Sebagian besar masyarakat di Kecamatan Sunggal beragama Islam, dan jumlah penduduk beragama Hindu dan Budha menempati posisi ke- 4 dengan persentase 1,71 % yang dapat dilihat pada Tabel 5 berikut.


(20)

Tabel 5. Distribusi Penduduk Menurut Agama di Kecamatan Sunggal Agama

Jumlah Penduduk

(Jiwa) Persentase( %)

1. Islam 180.510 74,97

2. Kristen

protestant 47.727 19,82

3. Katolik 8.381 3,48

4. Hindu/Buddha 4.128 1,71

Total 240.746 100

Sumber : BPS Kecamatan Sunggal dan Kutalimbaru tahun 2011 Jumlah WKPP di Kecamatan Sunggal

Berikut jumlah WKPP dan kelompok tani Kecamatan Sunggal dapat dilihat pada Tabel 6 di bawah.

Tabel 6. Data Kelompok Tani Kecamatan Sunggal

No WKPP Kelas Kelompok

Pemula Lanjut Madya Utama

1 Sei Mencirim 12 1 1

2 Sei Beras Kata - 7 5

3 Serba Jadi 12 3

4 Sunggal kanan 3 3

5 Sei Semayang 8 -

6 Suka Maju 8 -

7 Medan Krio 2 11

8 SM. Diski 5 -

9 TG. Gusta 6 -

Jumlah 56 25 6

Sumber : BPP Medan Krio Tahun 2012.

Dari Tabel 6 data kelas kelompok tani mencapai 56 kelompok kelas pemula, kelas lanjut ada 25 kelompok dan kelas madya mencapai 6 kelompok. Jumlah kelas kelompok tani sebanyak 87 kelompok. Kelas kelompok ini mempengaruhi dinamika kelompok tani.


(21)

Keadaan Usahatani

Keadaan usahatani di Kecamatan Sunggal ada sawah ½ tehnis, tadah hujan, ladang tegalan, pekarangan dan lainnya. Penggolongan berikut pada tabel 7 di bawah ini :

Tabel 7. Keadaan Usaha Tani Dalam Satuan ha Kecamatan Sunggal No

WKPP

Jenis Lahan Sawah

1/2 Tehnis

Tadah Hujan

Ladang Tegalan

Pekarangan Lainnya

1 Sei Mencirim 269 262 446 375 146

2 Sei Beras Kata 413 24 487 434 -

3 Serba Jadi 440 154 115 8

4 Sunggal kanan 150 35 58,6 65 -

5 Sei Semayang - 160 112 589 711

6 Suka Maju 558 - 632 209 -

8 SM. Diski - 105 65 615 -

9 TG. Gusta - 101 75 824 53

Jumlah 2.155 785 2110,1 3.521 948 Sumber : BPP Medan Krio tahun 2012.

Dari Tabel 7 tata guna lahan usaha tani sawah ½ tehnis paling tinggi mencapai 558 Ha di desa Suka maju, penggunaan terbesar tadah hujan mencapai 262 ha di desa Sei Mencirim, ladang tegalan mencapai 632 ha terdapat di desa Suka Maju, sementara dalam pemanfaatan pekarangan mencapai 824 ha ada di desa Tanjung Gusta. Dan lainnya di desa Sei Semayang 711 ha.


(22)

Deskripsi Kecamatan Kutalimbaru.

Luas daerah Kecamatan kutalimbaru adalah sebesar 19.799 km2

Keadaan Alam

yang terdiri dari 14 desa 99 dusun, dengan ibukota kecamatan adalah desa Kutalimbaru.

Kecamatan Kutalimbaru daerahnya landai dengan ketinggian 200 s/d 400 m dpl, dengan suhu udara pada umumnya panas dan sedang ( 22-340

Batas- batas Wilayah

C ) dipengaruhi iklim musim kemarau dan musim penghujan).

Sebelah Utara : Kecamatan Sunggal Perak dan Kecamatan pancur Batu. Sebelah Selatan : Kabupaten Karo.

Sebelah Timur : Kecamatan Sibolangit, Kecamatan Pancur Batu. Sebelah Barat : Berbatas dengan Kabupaten Langkat.

Kondisi Demografis.

a. Distribusi penduduk berdasarkan umur.

Jumlah penduduk di Kecamatan Kutalimbaru dari 14 desa dengan klasifikasi desa swadaya pada tahun 2012 tercatat sebanyak 36.196 terangkum dalam 8.889 rumah tangga dengan rata-rata per rumah tangga 5 jiwa. Jika digolongkan dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 18.038 jiwa dan perempuan sebanyak 18.158 jiwa. Dapat dilihat pada Tabel 8 berikut :


(23)

Tabel 8. Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur No Kelompok Umur (Tahun) Jumlah Penduduk

( Jiwa) Persentase (%)

1 0 s/d 4 3.719 10,27

2 5 s/d 9 3.798 10,49

3 10 s/d 14 4.551 12,57

4 15 s/d 19 3.842 10,61

5 20 s/d 24 2.867 7,92

6 25 s/d 29 2.764 7,63

7 30 s/d 34 2.768 7,64

8 35 s/d 39 2.586 7,14

9 40 s/d 44 2.336 6,45

10 45 s/d 49 1.888 5,21

11 50 s/d 54 1.571 4,34

12 55 s/d 59 1.199 3,31

13 60+ 2.307 6,37

Jumlah Total 36.196 100

Sumber BPS Kecamatan Kutalimbaru dalam angka 2012

Dari Tabel 8 kita dapat mengetahui bahwa usia produktif (15-59 tahun) mencapai 19.810 jiwa menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk di Kecamatan Kutalimbaru tergolong usia produktif.

b. Distribusi jumlah penduduk berdasarkan agama yang dianut.

Kehidupan beragama yang ada di kecamatan Kutalimbaru cukup beragam, dengan persentase jumlah agama Islam merupakan agama terbesar yaitu 44,54% dan jumlah penganut agama terkecil yaitu Hindu dengan persentase 0,003%. Tabel 9. Distribusi Penduduk Menurut Agama di Kecamatan Kutalimbaru

Agama

Jumlah Penduduk ( Jiwa)

Persentase(%)

1. Islam 38.848 44,54

2. Kristen

protestant 29.518 33,84

3. Katolik 18.827 21,58

4. Hindu 3 0,003

5. Buddha 9 0,01

Total 87,205 100


(24)

Jumlah WKPP di Kecamatan Kutalimbaru

Tabel 10. Jumlah WKPP dan Kelompok Tani Kecamatan Kutalimbaru 2012

No WKPP

Kelas Kelompok Belum

pengalaman Pemula Lanjut Madya Utama 1 Lau Bakri

2 Suka Dame 2 2

3 Sei Mencirim 6 9 1

4 Kutalimbaru 2 6 3

5 Suka Makmur 9 1 1

Jumlah 9 11 18 4

Sumber : BPP Medan Krio tahun 2012

Dari Tabel 10 dapat diketahui bahwa jumlah kelompok tani untuk kelas kelompok belum pengalaman berjumlah 9 kelompok, kelas pemula berjumlah 11 kelompok, kelas lanjut 18 kelompok, kelas madya 4 kelompok. Dari jumlah tersebut bahwa dinamika kelompok tani di daerah penelitian tergolong masih lebih rendah dibandingkan kelas kelompok tani di Kecamatan Sunggal. Keadaan Usahatani Kecamatan Kutalimbaru.

Keadaan usahatani penduduk di Kecamatan Kutalimbaru cukup beragam dapat dilihat dari Tabel 11 dibawah ini.

Tabel 11. Keadaan Usahatani Kecamatan Kutalimbaru Dalam Satuan ha.

No WKPP

Jenis Lahan Sawah 1/2

Tehnis

Tadah Hujan

Ladang/

Tegalan Pekarangan Perkebunan Lainnya

1 Lau Bakri 184,4 1665,8 149 150 7,5

2 Suka Dame 134,7 30 170 12 - -

3 Sei Mencirim 385,8 42,2 447 418 - 11

4 Kutalimbaru - 421,8 222,2 - - -

5 SukaMakmur 35 149 25 35 - -

Jumlah 739,9 643 2.530 614 150 18,5

Sumber : diolah dari BPP Medan Krio

Dari Tabel 11 dapat diketahui keadaan usahatani Kecamatan Kutalimbaru dan tata guna lahan paling besar untuk lahan sawah ½ tehnis di desa Sei


(25)

mencapai 447 ha di desa Sei mencirim. Dari lahan pekarangan tata guna lahan terbesar di desa Sei Mencirim mencapai 418 ha. Sementara untuk perkebunan hanya terdapat di desa Lau Bakri mencapai 150 ha.

Komoditi usahatani di Kecamatan Sunggal dan Kutalimbaru antara lain : padi sawah, jagung, jambu biji, ubi kayu, semangka, kacang panjang, cabe merah, pisang, kacang tanah, ubi jalar, pepaya, terong. Berbagai jenis komoditi dan luas lahan usahatani tersebut dapat dijelaskan pada Tabel 12 Berikut :

Tabel 12. Komoditi Usahatani dan Luas Lahan.

No Kecamatan Komoditi Luas Lahan (ha)

1 Sunggal Padi Sawah 3.792

jagung 2.028

Jambu biji 128

ubi kayu 72

Semangka 1

Kacang panjang 9

Cabai Merah 16,6

Pisang 3

Kacang tanah 23

Ubi jalar 1

Pepaya 21

Terong 18

2 Kutalimbaru Padi Sawah 790,4

jagung 2.222

Jambu biji 37,5

ubi kayu 127

Semangka 20

Kacang panjang 35,5

Cabai Merah 38

Pisang 31,5

Kacang tanah 30

Ubi jalar 30

Pepaya 33,5

Terong 30,5

Timun 30


(26)

Lahan yang paling banyak di usahakan petani di Kecamatan Sunggal yaitu padi sawah, sebesar 3.792 ha yang memiliki potensi besar dalam produksi beras. Sementara di Kecamatan Kutalimbaru luas lahan yang potensial yang diusahakan yaitu komoditi jagung sebesar 2.222 ha.

Keadaan Sarana dan prasarana di Kecamatan Sunggal dan Kutalimbaru. Sarana dan prasarana akan mempengaruhi aktivitas dan kemajuan kehidupan masyarakat. Sarana dan prasarana sangat diperlukan dalam memperlancar pembangunan daerah. Sarana dan prasarana dapat dilihat dari Tabel 12 di bawah. Tabel 13. Ketersediaan Sarana dan Prasarana di Kecamatan Sunggal dan Kutalimbaru.

Sarana dan prasarana Jumlah( Unit)

Kec. Sunggal Kec. Kutalimbaru

Sarana pendidikan

TK 20 8

SD 72 32

SMP 24 7

SMU 19 4

Sarana Kesehatan

Rumah Sakit 8 0

Puskesmas 3 1

Puskesmas Pembantu 8 4

Posyandu 0 52

Poliklinik 32 10

Sarana Ibadah

Mesjid 110 31

Musholla 127 15

Gereja 83 56

Wihara 3 1

Pura 2 0

Sumber : BPS kecamatan Sunggal dan Kutalimbaru 2012

Dari Tabel 13 terdapat 3 sarana pokok di kecamatan Sunggal dan Kutalimbaru yaitu sarana pendidikan, sarana kesehatan dan sarana ibadah. Sarana


(27)

pendidikan sudah tergolong memadai dengan banyaknya jumlah sekolah di 2 kecamatan ini.

Sarana kesehatan di Kecamatan Kutalimbaru kurang memadai karena tidak memiliki fasilitas rumah sakit, tetapi meskipun demikian sarana posyandu cukup banyak. Sedangkan untuk Kecamatan Sunggal sudah cukup memadai. Sarana ibadah di 2 kecamatan ini tergolong memadai karena disesuaikan dengan jumlah penduduk yang menggunakan setiap sarana yang ada.

Karakteristik Sampel Penelitian Karakteristik Penyuluh Sampel

Karakteristik penyuluh yang menjadi objek penelitian ini meliputi umur, lama menjadi penyuluh, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, pendapatan penyuluh, jarak tempat tinggal penyuluh dengan WKPP, fasilitas yang dimiliki, serta tingkat pendapatan jelasnya dapat dilihat pada Tabel 14 dibawah ini:

Tabel 14. Karakteristik PPL di Kecamatan Sunggal dan Kutalimbaru.

No Karakteristik Satuan Range Rataan

1 Umur Tahun 45 - 56 50,5

2 Lama bekerja Tahun 24 - 36 30

3 Pendidikan Tahun 15 - 17 16

4 Frek. Kunjungan berapa kali 10 - 16 15

5 Jumlah Tanggungan jiwa 2 - 4 3

6 Jarak Bertugas km 2- 30 16

7 Fasilitas yang dimiliki unit 1 1

8 Tingkat Pendapatan Rupiah 2.950.000-4.135.000 3.547.500 Sumber : Diolah dari BPP Medan Krio Lampiran 1

Dari karakteristik Penyuluh ditinjau dari segi umur rata-rata mencapai 50,5 tahun tergolong masih produktif. Semakin tinggi umur seorang penyuluh sebenarnya semakin kurang produktif untuk mengerjakan tugasnya, tetapi sejauh ini masih efektif kinerja dari PPL sendiri.


(28)

Lama bekerja mencapai 30 tahun, ini menunjukkan sudah cukup berpengalaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengalaman bekerja mempengaruhi produktivitas dalam mengemban tugas dalam bekerja, dengan pengalaman bekerja cukup lama meningkatkan motivasi petani dalam menerima teknologi karena petani sudah belajar dari pengalaman-pengalaman sebelumnya.

Dengan rataan pendidikan 16 tahun yaitu D-IV bahwa sebenarnya tingkat pendidikan cukup tinggi di daerah ini sehingga memudahkan mentransfer bahkan menyampaikan pesan-pesan dan teknologi baru bagi petani. Hasil survei PPL yang ditinjau dari segi frekuensi kunjungan penyuluh ke petani rata-rata 15 kali dalam sebulan. Dilihat dari frekuensi kunjungan penyuluh masih tergolong cukup tinggi dalam mengunjungi petani baik kunjungan massal maupun kerumah petani sendiri karena setiap PPL dalam 1 bulan mengunjungi petani maksimal 16x/bulan. Intensitas penyuluh dalam mengunjungi petani secara langsung cukup efektif, karena saat petani mengerjakan lahan justru disaat itulah penyuluh mengunjungi petani. Sementara jarak bertugas dari rumah ke tempat kerja mencapai 16 km hal ini menunjukkan bahwa rumah penyuluh dengan lapangan yang harus dikunjungi dan disuluh cukup jauh, harus menempuh sejauh 16 km dengan menggunakan kendaraan roda dua, kendaraan tersebut mempermudah penyuluh dalam kinerja dan sejauh ini hal tersebut tidak menjadi masalah yang signifikan bagi PPL. Sementara untuk tingkat pendapatan mencapai Rp.3.547.500 per bulan ini tergolong cukup tinggi.


(29)

Karakteristik Petani Sampel

Karakteristik petani sampel yang dimaksud yaitu umur, lama berusahatani serta tingkat pendidikan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 15 dibawah ini:

Tabel 15. Karakteristik Petani Sampel No

Karakteristik

Petani satuan Range Rataan

1 Umur Tahun 39-58 47

2 lama berusahatani Tahun 10-29 16

3 Pendidikan Tahun 6-12 10.05

Sumber : diolah dari lampiran 3

Dari umur petani rata-rata 47 tahun menunjukkan usia petani tergolong produktif yang mampu mengolah hasil usahataninya dan memungkinkan untuk mau menerima teknologi. Sedangkan lama bertani mencapai rataan 16 tahun juga tergolong cukup lama. Penelitian menunjukkan semakin lama pengalaman bertani petani maka semakin sulit untuk mengadopsi teknologi baru, karena mereka cenderung mempertahankan cara-cara lama dalam berusahatani. Sedangkan tingkat pendidikan rata-rata SMP ( pendidikan 9 tahun), semakin tinggi tingkat pendidikan petani maka akan semakin mudah dalam mengadopsi teknologi.


(30)

HASIL DAN PEMBAHASAN Pelaksanaan Program Penyuluhan

Program penyuluhan dibuat berdasarkan keadaan usahatani, materi-materi penyuluhan, komoditi yang diusahakan dan teknologi yang tepat dalam mengusahakan usahatani sehingga penyuluhan di daerah penelitian dapat terlaksana dan berhasil.

Penelitian dilakukan terhadap penyuluh pertanian lapangan yang terdapat di Kecamatan Sunggal dan Kutalimbaru. Pada penelitian ini jumlah sampel penyuluh PNS sebanyak 17 orang. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pelaksanaan program penyuluhan, perkembangan program penyuluhan, dan pengaruh karakteristik penyuluh terhadap keberhasilan program penyuluhan.

Pelaksanaan program penyuluhan di BPP Medan Krio dilakukan secara berkesinambungan oleh PPL dan petani. Adapun program yang dilaksanakan yaitu :

1. Melaksanakan Sistem pertanaman legowo 4:1

Dalam upaya pencapaian target program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) pemerintah dalam hal ini Departemen Pertanian melalui Badan Pengembangan dan Penelitian (Balitbang) telah banyak mengeluarkan rekomendasi untuk diaplikasikan oleh petani. Salah satu rekomendasi ini adalah penerapan sistem tanam yang benar dan baik melalui pengaturan jarak tanam yang dikenal dengan sistem tanam jajar legowo. Melalui program ini, PPL memberikan materi pokok kepada petani dan dilakukan setiap musim tanam. Saat ini Kabupaten Deli serdang masih merupakan daerah lumbung padi. Jadi dengan sistem


(31)

2. Adanya dinamika kelompok tani.

Dinamika kelompok dapat dilihat dari perkembangan dan kenaikan kelas kelompok tani yang dibina oleh PPL. PPL dalam hal ini melakukan program secara continue. Kelompok-kelompok tani ini memiliki kelas kelompok yang berbeda, jika dilihat dari tingkatan kelas kelompok tani di Kecamatan Sunggal dimulai dari kelas pemula, sementara di Kecamatan Kutalimbaru ada kelas belum pengalaman.

Dari kelompok tani yang sebelumnya kelas pemula akan naik ke tingkatan kelas lanjut, dan rangkaian tingkatan kelas kelompok tani dapat di urutkan yaitu : Belum pengalaman – pengalaman – pemula – lanjut – madya - utama.

3. Membentuk Gapoktan PUAP ( Program Usaha Agribisnis Pedesaan ) Program usaha agribisnis pedesaaan dibuat untuk melatih para petani dan kelompok tani untuk mampu menjadi pengusaha yang mandiri di bidang pertanian. Program ini sudah dilakukan sejak tahun 2009 sampai tahun 2012. Semua kelompok tani masuk kedalam Gapoktan PUAP karena Gapoktan juga merupakan sebuah wadah agar petani dapat memperoleh bantuan modal usaha tani.

4. Pelaksaanaan SLPTT ( Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu) Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu bisa diartikan sebagai suatu tempat pendidikan non formal bagi petani untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam mengenali potensi, menyusun rencana usahatani, mengatasi permasalahan, mengambil keputusan dan menerapkan teknologi yang sesuai dengan


(32)

kondisi sumberdaya setempat secara sinergis dan berwawasan lingkungan sehingga usahataninya menjadi efisien, berproduktivitas tinggi dan berkelanjutan. Program ini dibantu oleh PPL dan dilaksanakan 1x dalam setahun.

Program Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) merupakan program nasional pemerintah Indonesia sejak tahun 2008 yang di lakukan oleh Departemen Pertanian. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kemandirian pangan nasional melalui usaha meningkatkan produksi pangan nasional, khususnya padi, jagung dan kedelai yang melibatkan sekitar 60.000 kelompok tani di seluruh indonesia.

5. Meningkatkan produksi tanaman pangan.

Program ini sejalan dengan P2BN (Peningkatan Produksi Beras Nasional) dalam ketahanan pangan di daerah Sumatera Utara. Sehinggga untuk meningkatkan produksi tanaman pangan, PPL akan memberikan materi penyuluhan dengan metode pertemuan massal, diskusi dengan kelompok tani, dan demonstrasi.

6. Pemanfaatan pupuk organik.

Pemanfaatan pupuk organik merupakan rekomendasi dari pemerintah dan kerjasama dengan dinas pertanian. Dinas pertanian menganjurkan kepada BPP(Balai Penyuluhan Pertanian) agar PPL memberikan materi-materi pemanfaatan pupuk organik. Sampai saat ini pemanfaatan pupuk organik sudah diterapkan walaupun belum seluruh petani memanfaatkannya.


(33)

Dalam hal ini kelompok tani dibina dalam memanfaatkan lahan yang ada baik dalam skala kecil maupun besar sehingga lebih efektif dan efisien dalam penggunaannya. Lahan dengan skala kecil tetap bisa dimanfaatkan dalam usahatani. Pelaksanaan pemanfaatan lahan maksimal merupakan suatu inisiatif petani agar lebih dapat menguntungkan keluarga dengan menanam jenis sayuran dan tanaman hias.

8. Modal kelompok dalam usahatani.

Kelompok tani dibina oleh PPL dalam membentuk modal atau tabungan yang dapat membantu petani pada saat musim tanam. Kendala yang dirasakan petani dan kelompok tani dalam pengembangan usaha agribisnis adalah lemahnya permodalan. Akibatnya usaha sulit terlaksana secara optimal. Mereka terpaksa menggunakan pinjaman dari pelepas uang yang secara ekonomis kurang/tidak menguntungkan.

Salah satu cara peningkatan permodalan petani/kelompok tani adalah melalui pemupukan tabungan. Modal (tabungan) sangat penting dalam mengembangkan usaha atau memulai usaha baru.

Pelaksanaan program penyuluhan dan saling terkait satu sama lain yaitu antara PPL dan kelompok tani. Dalam hal ini tinjauan tugas atau program yang dilakukan oleh seluruh PPL dan jumlah petani sampel yang mengadopsi materi teknologi.


(34)

Tabel 16. Hasil Analis dan Persentase dari Pelaksanaan Program oleh PPL.

No Program Penyuluhan Skor

rataan

kriteria

1. Sistem Pertanaman Legowo 4:1 3 Tinggi

2. Adanya Dinamika Kelompok tani ( kenaikan kelas kelompok tani dari belum pengalaman- pemula, dst)

2,47 Tinggi

3. Jumlah kelompok tani yang tergabung dalam Gapoktan PUAP terjadi peningkatan selama 3 tahun terakhir

2,58 Tinggi

4. Pelaksanaan sekolah lapang pengelolaan terpadu ( SLPPT)

2,52 Tinggi

5. Kelompok tani menggunakan dan memanfaatkan pupuk organik selama tiga tahun terakhir

2,05 Tinggi

6. Kelompok tani menggunakan dan memanfaatkan lahan secara maksimal

2,05 Tinggi

7. Memberikan materi peningkatan produksi beras nasional Setiap musim tanam

2,94 Tinggi

8. Membantu Petani atau kelompok tani dalam masalah modal usaha tani selama tiga tahun terakhir

3 Tinggi

Total 20,61

Sumber : diolah dari lampiran 2

Tabel 16 pelaksanaan program penyuluhan di Kecamatan Kutalimbaru dan sunggal. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat keberhasilan pelaksanaan program penyuluh pertanian di daerah penelitian adalah tinggi. Pelaksanaan tugas pokok penyuluhan pertanian dengan tingkat keberhasilan tinggi ini diperoleh dari kesungguhan dan semangat penyuluh dalam melaksanakan program penyuluhan di Kecamatan sunggal dan kutalimbaru.

Dengan demikian hipotesis 1 tingkat keberhasilan atau pelaksaanaan program oleh PPL di daerah penelitian dapat diterima, karena pelaksanaan


(35)

program penyuluh termasuk dalam kriteria tinggi dengan skor 19 - 24 yaitu skor 20,61 dengan nilai persentase yaitu 86,02%.

Jika ditinjau dari petani yang mengadopsi teknologi yang telah disusun dapat diketahui dari jumlah kelompok tani yang mengadopsi teknologi yang dipilih secara acak, dari hasil penelitian bahwa jumlah petani yang melakukan adopsi teknologi dari 17 kelompok tani sampel sebanyak 14 kelompok yang telah mengadopsi sesuai dengan jumlah materi yang diberikan penyuluh mencapai ≥ 12 materi. Sementara untuk 3 kelompok tani mengadopsi ≤ 11. Dari jumlah tersebut menunjukkan persentase petani pengaadopsi teknologi mencapai 82,3%. Dapat dijelaskan pada Tabel 17 berikut.

Tabel 17. Jumlah dan Persentase Petani Pengadopsi Teknologi. Jumlah petani

sampel

Jumlah materi yg diadopsi

Persentase petani pengadopsi teknologi

14 ≥ 12 82,3

3 ≤11 17,64%

Sumber : diolah dari lampiran 4

Dari jumlah kelompok tani sampel yang secara acak, bahwa kelompok tani mengadopsi teknologi yang pada dasarnya tidak terlalu sukar di lakukan maka mereka mudah mengadopsinya, bahkan merupakan kebutuhan petani saat ini. petani juga sebahagian menilai dari teknologi tersebut tidak secara keseluruhan diadopsi karena faktor rangkaian pengerjaannya serta keaktifan petani dalam mengikuti kegiatan-kegiatan penyuluhan. Dari hasil penelitian sebagian besar teknologi yang masih sulit dilakukan petani mengenai materi pemupukan modal, dinamika ( percepatan kenaikan tingkatan kelas kelompok ), pertanian organik dan pelestarian lingkungan hidup. Untuk lebih jelasnya materi teknologi tersebut dapat dipaparkan dari Tabel 17 berikut.


(36)

Tabel 18. Materi Teknologi Penyuluhan Pertanian di BPP Medan Krio

No Topik Sasaran

Kelompok tani 1 Pembuatan RDKK (Rencana Definit Kebutuhan Kelompok ) 16 2 Pemberian kapur pertanian pada yang tanah pHnya rendah 14

3 Pergiliran varietas padi sawah 9

4 Pemupukan tanaman jagung 14

5 Pembumbunan tanaman jagung 14

6 Pemakaian alat BWD ( Bagan warna daun) untuk efisiensi Nitrogen

pada tanaman Jagung 14

7 Pengaturan Jarak tanam padi sawah legowo 4:1 9

8 Dosis dan saat pemberian pupuk pada tanaman padi sawah 14

9 Pengairan padi sawah 9

10 Pemupukan modal 16

11 Teknologi budidaya semangka 7

12 PHT ( Pengendalian Hama Terpadu ) pada tanaman padi sawah 9 13 Teknologi pengendalian penyakit keriting cabai 7

14 Dinamika kelompok 152

15 Pertanian organik 152

16 Pelestarian lingkungan hidup 152

17 Pembuatan RDKK ( Rencana Definit Kebutuhan kelompok ) 152 Sumber : BPP medan krio tahun 2012 .

Maka secara keseluruhan tingkat adopsi petani terhadap teknologi yaitu sebesar 70,88% hal ini menunjukkan tingkat adopsi petani terhadap teknologi tinggi. berarti hipotesis 1 diterima adanya tingkat adopsi ≥ 50% maka adopsi tinggi yang mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan program penyuluhan yang berhasil. Perkembangan Program Penyuluhan Selama Tiga Tahun Terakhir.

Program penyuluhan BPP Medan krio jika ditinjau dari perkembangannya dapat dilihat dari bertambahnya jumlah program penyuluhan, materi-materi


(37)

penyuluhan yang diberikan kepada petani. Program penyuluhan secara detail dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 19. Perkembangan Program Penyuluhan di BPP Medan Krio Selama tahun 2012

No Tahun Program Penyuluhan

1 2007 Sistem Pertanaman legowo 4:1

2 2007 Pembentukan Gapoktan

3 2008 Peningkatan Produksi Beras nasional 4 2007 Sekolah lapang pengelolaan Terpadu

5 2009 Pemanfaatan Pupuk Organik

6 2010 Sistem pertanaman Legowo 4:1 Dinamika Kelompok Tani Gapoktan PUAP

7 2011 SLPTT

Pemanfaatan Pupuk Organik Gapoktan PUAP

Pemanfaatan lahan maksimal

8 2012 Pemanfaatan Pupuk organik dan Pertanian organik PUAP( Program Usaha Agribisnis Perdesaan ) Modal kelompok dalam Usahatani

Peningkatan produksi tanaman pangan Dinamika Kelompok tani

Sumber : BPP Medan Krio tahun 2012

Dari Tabel 16 program penyuluhan pertanian selama 3 tahun terakhir ( 2010- 2012) mengalami peningkatan dari 5 program menjadi 8 program, dengan program yang bertambah yaitu dinamika kelompok tani, pemanfaatan lahan maksimal, serta modal kelompok dalam usahatani.

Program kerja penyuluh pertanian dari tabel di atas menunjukkan adanya program kerja yang tetap dilaksanakan untuk tahun berikutnya secara berkesinambungan, misalnya sistem pertanaman legowo 4:1 yang pada tahun 2007 diprogramkan, pada tahun 2010 ditetapkan kembali menjadi progam kerja BPP Medan krio. Demikian juga dengan SLPTT, PUAP ( Program Usaha Agribisnis pedesaan),


(38)

serta dinamika kelompok tani disebabkan program ini masih perlu progress oleh PPL dan sangat bermanfaat bagi keberlangsungan usahatani bagi petani.

Perkembangan jumlah kelompok tani yang tergabung dalam Gapoktan PUAP dan Non PUAP juga menunjukkan adanya perkembangan program penyuluhan di daerah ini. Secara detail jumlah Gapoktan PUAP dan non dapat dijelaskan dalamTabel 20 berikut.

Tabel 20. Jumlah Gapoktan PUAP Kecamatan Sunggal

No Desa WKPP Nama Gapoktan Tahun

1 Medan Krio Medan Krio Serasi 2010

2 Sei Beras sekata Sei Beras Sekata Simande Angin 2010

3 SerbaJjadi Serba Jadi Serba Guna 2010

4 Sei Semayang Sei Semayang karya Mandiri 2010

5 Sei Mencirim Sei Mencirim Mentari 2011

6 Sunggal Kanan Sunggal Kanan Suka pari 2011

7 suka Maju Suka Maju Suka Maju 2012

8 SM. Diski SM. Diski Diski Jaya 2012

9 Sunggal Kanan Sunggal kanan Makmur Sejahtera 2012

Jumlah 9

Sumber BPP Medan Krio 2012

Dari Tabel 19 menunjukkan bahwa Gapoktan PUAP sudah dibentuk sejak tahun 2010. Adapun penggabungan kelompok tani dilakukan agar kelompok tani dapat lebih berdaya guna dalam penyediaan saprodi, permodalan, peningkatan atau perluasan usaha tani ke sektor hulu dan hilir, pemasaran serta kerjasama dalam peningkatan posisi tawar. Dari tabel tersebut ada peningkatan jumlah Gapoktan dari tahun ke tahun.

Sementara untuk jumlah Gapoktan PUAP di Kecamatan Kutalimbaru ada 5 Gapoktan, dari tabel ini juga menunjukkan adanya peningkatan jumlah Gapoktan PUAP sejak tahun 2009-2012. Lebih jelas dapat kita lihat pada Tabel


(39)

Tabel 21. Jumlah Gapoktan PUAP di Kecamatan Kutalimbaru

No Desa WKPP Nama Gapoktan Tahun

1 Perpanden Perpanden Berdikari 2009

2 Sei mencirim Sei mencirim Tanah makmur 2009

3 Suka makmur Suka makmur Malem Teta 2009

4 Lau Bakeri Lau Bakeri Sada Ari 2011

5 Silebo-lebo Silebo-lebo Mekar tani 2012

Jumlah 5

Sumber BPP Medan Krio 2012

Tabel 22. Jumlah Gapoktan Non PUAP di kecamatan Kutalimbaru

No Desa WKPP Nama Gapoktan

1 Kutalimbaru Kutalimbaru Sumber rejeki

Usaha tani Bersama

Bunga Mawar

2 Lau Bakeri Lau Bakeri Mekar Tani

Karya Tani

3 Suka makmur Suka makmur Harapan Kita

Jumlah 6

Sumber : BPP medan krio 2012

Dari Tabel 20 dan 21 menunjukkan bahwa di Kecamatan Kutalimbaru masih terdapat Gapoktan Non PUAP, hal ini disebabkan karena dinamika kelompok tani dan kurangnya kesadaran petani dalam pentingnya dan manfaat Gapoktan PUAP, hal ini berbeda sekali dengan kecamatan Sunggal bahwa keseluruhan WKPP Kecamatan Sunggal sudah bergabung dalam Gapoktan PUAP.

Pengaruh Karakteristik PPL Terhadap Keberhasilan Program Penyuluhan Pertanian.

Program penyuluhan yang berhasil tentunya ada program yang dikerjakan oleh PPL secara berkesinambungan dan ada objek yang disuluh. Dari penelitian ini keberhasilan program tidak lepas dari karakteristik PPL dan petani.

Karakteristik PPL yang ada di daerah penelitian dapat dijelaskan dari Tabel 18 yang menunjukkan rata-rata umur, lama bekerja, pendidikan, frekuensi


(40)

kunjungan, jumlah tanggungan, jarak bertugas, fasilitas yang dimiliki, serta tingkat pendapatan.

Tabel 23. Karakteristik PPL di Kecamatan Sunggal dan Kutalimbaru.

No Karakteristik Satuan Range Rataan

1 Umur Tahun 45 - 56 50,5

2 Lama bekerja Tahun 24 - 36 30

3 Pendidikan Tahun 15 - 17 16

4 Frek. Kunjungan berapa kali 10 - 16 15

5 Jumlah. Tanggungan jiwa 2 - 4 3

6 Jarak Bertugas km 2- 30 15

7 Fasilitas yang dimiliki unit 1 1

8 Tingkat Pendapatan Rupiah 2.950.000-4.135.000 3.547.500 Sumber : Diolah dari BPP Medan Krio Lampiran 3

Dari karakteristik penyuluh ditinjau dari segi umur rata-rata mencapai 50,5 tahun tergolong masih produktif. Semakin tinggi umur seorang penyuluh sebenarnya semakin kurang produktif untuk mengerjakan tugasnya, tetapi sejauh ini masih efektif kinerja dari PPL sendiri.

Lama bekerja mencapai 30 tahun, ini menunjukkan sudah cukup berpengalaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengalaman bekerja mempengaruhi produktivitas dalam mengemban tugas dalam bekerja, dengan pengalaman bekerja cukup lama meningkatkan motivasi petani dalam menerima teknologi karena petani sudah belajar dari pengalaman-pengalaman sebelumnya.

Dengan rataan pendidikan 16 tahun yaitu D-IV bahwa sebenarnya tingkat pendidikan cukup tinggi di daerah ini sehingga memudahkan mentransfer bahkan menyampaikan pesan-pesan dan teknologi baru bagi petani. Hasil survei PPL yang ditinjau dari segi frekuensi kunjungan penyuluh ke petani rata-rata 15 kali dalam sebulan. Dilihat dari frekuensi kunjungan penyuluh masih tergolong cukup tinggi dalam mengunjungi petani baik kunjungan massal maupun kerumah petani


(41)

Intensitas penyuluh dalam mengunjungi petani secara langsung cukup efektif, karena saat petani mengerjakan lahan justru disaat itulah penyuluh mengunjungi petani. Sementara jarak bertugas dari rumah ke tempat kerja mencapai 16 km hal ini menunjukkan bahwa rumah penyuluh dengan lapangan yang harus dikunjungi dan disuluh cukup jauh, harus menempuh sejauh 16 km dengan menggunakan kendaraan roda dua, kendaraan tersebut mempermudah penyuluh dalam kinerja dan sejauh ini hal tersebut tidak menjadi masalah yang signifikan bagi PPL. Sementara untuk tingkat pendapatan mencapai Rp. 3.547.500 per bulan ini tergolong cukup tinggi.

Pengaruh karakteristik penyuluh terhadap keberhasilan program penyuluhan dapat dianalisis dengan regresi linear berganda :dari hasil penelitian untuk mengetahui seberapa besar pengaruh umur, pendididikan, lama bekerja, frekuensi kunjungan, Jumlah tanggungan, jarak bertugas, fasilitas yang dimiliki,serta tingkat pendapatan terhadap nilai keberhasilan program penyuluhan dapat dinilai berdasarkan hasil skoring kepada PPL dapat dilihat pada lampiran 1 (yang dapat dilihat pada nilai Y ). Jika dihitung tingkat keberhasilan berarti kita dapat melihat tabel dibawah yang akan di analisis dengan regresi linear berganda dengan spss 16 yaitu sebagai berikut :


(42)

Tabel 24. Hasil analisis SPSS Nilai Variabel Bebas dan Signifikansi Keberhasilan Penyuluhan

Variabel koefisien koefisien t Sig. B Std. Error Beta

(Constant) 76,018 81.640 ,931 ,376

Umur Penyuluh 1,628 1.140 ,855 1,428 ,187

T. Pendidikan -2,315 3.219 -,213 -,719 ,490

Lama Bekerja -,676 .907 -,422 -,745 ,475

Frek.

Kunjungan -,392 1.168 -,094 -,336 ,745

J.Tanggungan ,251 1.271 ,061 ,198 ,848

J. Bertugas -,145 .180 -,206 -,806 ,441

T. Pendapatan -2,543E-6 .000 -,171 -,343 ,739 R2

F tabel = 3,787 = 48,9% Fhitung = 1,231 T tabel = 1,895

Sumber: Diolah dari lampiran 5

Maka persamaan regresi Linear berganda dapat diketahui sebagai berikut : Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + b8X8 + Y = 76,018 + 1,628X

e

1

-0,14X7 + 2,543 + 6,39

- 2,315X2 – 0,67 X3 – 0,39 X4 +0,25X5- 0,25X6

Dapat dijelaskan pengaruh karakteristk PPL dari hal berikut : Dari hasil analisis regresi R2

 Pengaruh secara Serempak

diperoleh 0,489. Hal ini berarti karakteristik PPL mempengaruhi keberhasilan program penyuluhan sebesar 48,9%, sedangkan sisanya 51,1 dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini.

Dari hasil uji F diperoleh F Hitung = 1,231 dan F table (3,787) dan signifikansi diperoleh 0,37 > 0,05 dengan F Hitung < F Tabel maka H0diterima H1 tidak


(43)

diterima hal ini menunjukkan karakteristik PPL secara serempak tidak berpengaruh nyata terhadap keberhasilan program penyuluhan.

 Pengaruh secara parsial

Sementara tingkat umur dari hasil uji t diperoleh t hitung < t tabel (1,428 < 3,787) dengan signifikansi 0,18 > 0,05 bahwa umur tidak berpengaruh nyata terhadap keberhasilan program penyuluhan pertanian.

Pada tingkat pendidikan hasil uji t diperoleh t hitung < t tabel (-0,71 < 3,787) dengan signifikansi 0,49 > 0,05 ini berarti bahwa tingkat pendidikan tidak berpengaruh nyata terhadap keberhasilan program penyuluhan.

Lama bekerja hasil uji t diperoleh t hitung < t tabel (-0,74 < 3,787) dengan signifikansi 0,47 > 0,05 ini berarti bahwa lama bekerja tidak berpengaruh nyata terhadap keberhasilan program penyuluhan.

Dari hasil uji t diperoleh untuk t hitung > t tabel (-0,33 < 3,787 ) dengan signifikansi 0,74 > 0,05 dalam frekuensi kunjungan tidak berpengaruh nyata terhadap keberhasilan program penyuluhan pertanian.

Jumlah tanggungan hasil uji t diperoleh t hitung < t tabel ( 0,19 < 3,787 ) dengan signifikansi 0,84 > 0,05 ini berarti bahwa jumlah tanggungan tidak berpengaruh nyata terhadap keberhasilan program penyuluhan.

Jarak bertugas hasil uji t diperoleh t hitung < t tabel ( -0,80 < 3,787 ) dengan signifikansi 0,44 > 0,05 ini berarti bahwa jarak bertugas tidak berpengaruh nyata terhadap keberhasilan program penyuluhan.

Tingkat pendapatan hasil uji t diperoleh t hitung < t tabel (-0,34 < 3,787 ) dengan signifikansi 0,73 > 0,05 tidak berpengaruh nyata terhadap keberhasilan program penyuluhan.


(44)

Fasilitas yang dimiliki oleh setiap PPL bernilai konstan karena setiap PPL memiliki kendaraan roda dua dan tas kerja, sehingga tidak termasuk dalam variabel bebas.

Karakteristik PPL Secara serempak dan parsial tidak berpengaruh nyata terhadap keberhasilan Penyuluhan, oleh karena itu kemungkinan terjadi multikolinearitas setelah diketahui hasilnya diperoleh untuk setiap variabel Nilai VIF < 10 dan nilai tolerance lebih dari 0,1 maka dapat disimpulkan model regresi tidak terjadi masalah multikolinearitas.


(45)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Program penyuluhan di daerah penelitian berhasil dimana penyuluhan dilaksanakan oleh PPL mencapai 86,02 % dan tingkat adopsi petani terhadap teknologi mencapai 70,88 %.

2. Program Penyuluhan di daerah penelitian mengalami peningkatan jumlah yang signifikan dari 5 program menjadi 8 Program selama tahun 2010-2012.

3. Jumlah Gapoktan PUAP selama tiga tahun terakhir 2010- 2012 mengalami peningkatan kuantitas sehingga terjadi perkembangan penyuluhan di daerah penelitian.

4. Karakteristik penyuluh pertanian secara serempak tidak berpengaruh nyata terhadap keberhasilan program penyuluhan pertanian.

5. Karakteristik Penyuluh secara parsial jika sangat tidak berpengaruh nyata terhadap keberhasilan program penyuluhan.

. Saran

1. Biaya operasional penyuluh lebih ditingkatkan agar dapat menfasilitasi pada saat penyuluhan sedang berlangsung

2. Saran kepada Penyuluh agar dalam program yang berjalan dapat dikembangkan sesuai dengan keadaan petani.

3. Saran kepada pemerintah agar dalam bantuan benih sesuai dengan kebutuhan petani..

4. Saran kepada petani agar tetap aktif dalam kelompok tani dan mengikuti kegiatan penyuluhan sehingga terjadi dinamika kelompok yang sehat.


(46)

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Tinjauan Pustaka

Penyuluhan Pertanian

Berbicara tentang penyuluhan sebenarnya merupakan suatu persoalan yang takkan pernah selesai. Apalagi bagi negara kita yang tergolong dalam kategori negara yang sedang melakukan pembangunan. Dimana pun manusia berada dan bagaimanapun rumitnya keadaan masyarakat tersebut kehadiran seorang penyuluh mutlak diperlukan urgensinya. Masalah demi masalah yang ada di negara kita, kita tidak dapat menghentikannya, tetapi kita dapat memecahkan masalah tersebut dengan mencari jalan keluar melalui pengembangan pertanian Indonesia yang kurang diperhatikan selama ini.

Salah satu caranya yang dapat dilakukan adalah dengan menyiapkan suatu modal dasar yang perlu diketahui dan dimiliki oleh mereka sebagai tenaga

penyuluh dan bertindak sebagai agen pembaharuan masyarakat, seorang penyuluh berdasarkan fungsinya harus berhubungan langsung dengan petani, ia harus dikenal oleh para petani, dan demikian juga sifat- sifat yang harus dimiliki oleh seorang penyuluh (Sastraadmadja, 1993).

Menurut Kartasapoetra (1994) Sifat-sifat yang harus dimiliiki seorang penyuluh itu harus dapat menunjukkan hal-hal sebagai berikut:

1. Rasa cinta akan tugas yang diembannya, dengan demikian maka ia akan menunjukkan rasa tanggung jawabnya.

2. Rasa cinta dan kasih terhadap sesama terutama terhadap petani di desa yang umumnya masih berada pada tingkatan yang masih rendah.


(47)

3. Keyakinan bahwa apa yang disuluhkannya dapat meningkatkan penghasilan dan kesejahteraan petani.

4. Penguasaan ilmu dan teknologi pertanian yang mampu menjelaskan, memperagakan, dan memberikan contoh-contoh dalam praktek dan hal-hal yang berkaitan dengan budidaya tanaman usahatani.

5. Luwes menarik penampilannya, dan cepat beradaptasi terhadap situasi dan kondisi perdesaan, khususnya wilayah pekerjaan.

6. Beritikad baik, sabar dan tekun dalam mengemban tugasnya.

7. Pandai menyelami jiwa dan perasaan serta keinginan petani selalu siap memberi bantuan dalam berbagai masalah yang menyangkut bidang pertanian yang tengah dihadapi para petani.

8. Jiwa mendidik dan tidak mudah putus asa, tidak bersikap masa bodoh dengan apa yang sedang dialami petani.

9. Dinamis, progresif, dan demokratis.

10. Mau belajar, melatih ketrampilan dan kecakapan praktis sehubungan dengan keadaan pertanian yang terus berkembang.

Penyuluhan pertanian merupakan proses pendidikan. Fungsi seorang penyuluh dalam kegiatan penyuluhan adalah mendidik, bukan sebagai penyalur sarana produksi, bukan petugas koperasi, bukan juga sebagai penagih kredit. Seorang penyuluh pertanian dalam menjalankan perannya sebagai pendidik hendaknya melihat petani sebagai subyek dan bukan sebagai obyek. Petani sebagai orang yang dididik mempunyai pikiran, pandangan, keinginan dan masalah serta kebiasaan atau budaya yang dipengaruhi oleh lingkungan fisik, spiritual, dan material. Penyuluhan pertanian sebagai dinamisator berfungsi untuk


(48)

mengubah sikap dan perilaku petani agar lebih respon untuk mewujudkan pertanian yang tangguh ( Nuryanto, dkk, 2000).

Jenjang pangkat untuk masing-masing jabatan penyuluh pertanian

sebagaimana dimaksud adalah jenjang pangkat dan jabatan berdasarkan jumlah angka kredit yang dimiliki untuk masing-masing jenjang jabatan. Penetapan jenjang jabatan penyuluh pertanian untuk pengangkatan dalam jabatan ditetapkan berdasarkan jumlah angka kredit yang dimiliki setelah ditetapkan oleh pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit, sehingga dimungkinkan pangkat dan jabatan tidak sesuai dengan pangkat dan jabatan ( Anonimus a, 2012 ).

Kegiatan penyuluhan merupakan kegiatan untuk mengubah sikap para petani agar mampu menolong dirinya untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya dengan bantuan secara terus menerus dilakukan para penyuluh. Pola penyuluhan adalah dengan sistem LAKU (Latihan dan Kunjungan) yang dalam kegiatannya disesuaikan dengan situasi dan kondisi daerah. Peningkatan sarana penyuluhan dengan menambahkan jumlah tenaga PPL demonstrater, PPL

laboratorium diagnostik, peningkatan produksi ternak memanfaatkan faktor-faktor produksi dan teknologi (Cahyono, 1983).

Kemampuan seseorang untuk berkomunikasi bukan hanya dipengaruhi oleh bakat, tetapi dapat tumbuh dari pengalaman hidup seseorang, di samping itu juga sejumlah prinsip komunikasi antar pribadi, komunikasi kelompok dan komunikasi massa. Penyuluh/komunikator dalam komunikasi penyuluhan dapat berupa

individu, kelompok ataupun lembaga. Selain memiliki kecakapan, kredibilitas yang tinggi. Kecakapan untuk mempengaruhi orang lain, mempunyai pengetahuan yang luas dan memiliki kharisma atau daya tarik, seorang penyuluh harus


(49)

melakukan persiapan-persiapan seperti melakukan penelitian tentang

sasaran/khalayak. Dengan demikian penyuluh dapat mengetahui latar belakang pendidikan, agama, bahasa, adat, kebiasaan, norma, usia, pekerjaan, jabatan, pengetahuan. selain dari hal-hal yang harus diperhatikan mengenai gangguan yang mungkin terjadi seperti engineering noise (ganguan yang timbul akibat dari

kurang sempurnanya medium yang digunakan baik oleh komunikan atau penyuluh) dan semantic noise (gangguan yang timbul dari susunan kata-kata, lambang sehingga tidak dipahami oleh komunikan), selanjutnya yang harus diperhatikan penyuluh adalah berkenaan audience coverage (berapa besar dan macam audiens yang dapat dicapai ), audience response (apakah audiens dapat mengerti pesan-pesan yang disampaikan), communication impact (apa efek yang tampak dari penyampaian pesan) dan procces of influence (bagaimana proses penyuluhan mempengaruhi seseorang) (Rachman, dkk, 1995 ).

Sementara fasilitas yang diterima penyuluh sangat tidak memadai. Alat penyuluhan dan pengangkutan sangat kurang, pendidikan para penyuluh yang kurang memadai, gaji penyuluh yang sangat rendah dan lain-lain. Keadaan itu sangat bertentangan dengan harapan yang dipikulkan pada pundak penyuluh atau petugas penyuluh lapangan. Sehingga tidak heran bila ada hasil penelitian atau survei yang menyatakan bahwa sebagian besar petani kita belum pernah berjumpa penyuluh, anggota kelompok tani dan tidak tahu siapa petugas penyuluh yang bertugas di desanya, atau petani belum pernah menerima masukan dari penyuluh, dan lain sebagainya. Keadaan ini sudah bisa dimaklumi dengan mengetahui keadaan Penyuluh kita yang sebenarnya ( Daniel, dkk, 2005 ).


(50)

Tujuan penyuluhan pertanian masa lalu adalah untuk mengubah perilaku petani agar dapat bertani lebih baik (better farming), berusahatani lebih menguntungkan (better business), hidup lebih sejahtera (better living) dan bermasyarakat lebih baik (better community). Tujuan penyuluhan pertanian sekarang adalah menghasilkan pengusaha agribisnis yang unggul, manusia pemimpin masyarakatnya, manusia “guru” dalam masyarakatnya dari petani lain yang bersifat mandiri dan independen. Sifat mandiri meliputi kemandirian material, kemandirian intelektual dan kemandirian pembinaan (Daniel dkk, 2005). Landasan Teori

Tugas pokok penyuluh

Profesionalisme PPL berkaitan erat dengan tugas pokok penyuluh pertanian. Tugas pokok penyuluh secara garis besar adalah menyiapkan, melaksanakan, mengembangkan, mengevaluasi dan melaporkan, kegiatan penyuluhan pertanian. Setiap penyuluh harus mampu melaksanakan peran ganda sebagai guru,

penganalisa, konsultan dan organisator. Peran penyuluh berkaitan erat dengan tugas pokok penyuluh (Nuryanto, dkk, 2000).

Menurut Padmowiharjo (2001) mengatakan Adapun misi dan pesan penyuluh pertanian mencakup :

1. Bertani lebih baik (better farming).

2. Berusahatani lebih menguntungkan (better bussines). 3. Hidup Lebih Sejahtera (better living).


(51)

Faktor internal (seperti tingkat pendapatan) maupun faktor eksternal (seperti citra penyuluh sebagai pelaksana) dapat mempengaruhi kemampuan penyuluh secara profesionalis (Nuryanto, dkk, 2000).

Penyuluhan diartikan sebagai proses luasan informasi, penyebar-luasan dalam hal ini merupakan penyebarpenyebar-luasan tentang ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang dihasilkan oleh perguruan tinggi ke dalam praktek atau kegiatan praktis (Mardikanto, 2009 ).

Peneliti, tenaga pengajar maupun penyuluh sama-sama merupakan tenaga fungsional yang seharusnya bertanggung jawab pada bidang keahlian dan

kemampuan profesionalnya. Pertanggungjawaban penyuluh dalam melaksanakan profesinya akan dinilai oleh petani (Slamet, 2003).

Kelompok jabatan fungsional (KJF) mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan. Kelompok jabatan fungsional terdiri dari jabatan fungsional ketrampilan. Jabatan fungsional ketrampilan dibagi ke dalam empat (4) jenjang jabatan yaitu jenjang pelaksana pemula (golongan II/a), jenjang pelaksana ( II/b-II/d ), jenjang pelaksana lanjutan (golongan III/a-III/b) dan jenjang penyelia (golongan III/c-III/d). Jabatan fungsional keahlian dibagi ke dalam 4 jenjang jabatan pertama (golongan III/a-III/b ), jenjang muda (golongan III/c-III/d), jenjang madya ( golongan IV/a-IV/e ). Penyuluh memegang jabatan fungsional keahlian disebut Penyuluh Pertanian Ahli (PPA) dengan pendidikan minimal S-1/D-IV. Penyuluh yang memegang jabatan fungsional ketrampilan disebut penyuluh pertanian terampil (PPT) dengan pendidikan minimal sarjana muda/D-III ( Hamdani, dkk, 1999 ).


(52)

Tunjangan operasional/fungsional penyuluh yang tidak dibayarkan atau tidak sebesar sebagaimana seharusnya menyebabkan kurangnya motivasi penyuluh untuk bekerja lebih baik. Besarnya tujuan fungsional seorang penyuluh

bergantung pada jabatan fungsional penyuluh. PNS yang berhak mendapatkan tunjangan fungsional penyuluh pertanian adalah PNS yang diangkat dan

ditugaskan secara penuh dalam jabatan fungsional penyuluh (Anonimus a, 2012 ). Menurut Siagian (2001) faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja yaitu :

1. Tingkat upah dan gaji ( tingkat pendapatan) 2. Sifat tugas yang dilakukan

3. Kemampuan organisasi dalam memberikan penghargaan yang wajar 4. Iklim kerja yang terdapat dalam organisasi

5. Syarat kerja; kondisi kerja, hubungan kerja dan manajemen organisasi 6. Keselamatan kerja.

Di Indonesia pada umumnya penyuluhan pertanian belum dapat dikatakan berhasil hal ini disebabkan antara lain karena jumlah penyuluh masih terlalu sedikit, yaitu hanya sampai pada tingkat desa. Saat ini satu penyuluh lapangan membawahi satu WKPP (Wilayah Kerja Penyuluh Pertanian) yang umumnya meliputi satu desa. Bahkan dibeberapa daerah ada satu penyuluh untuk tiga desa. Berarti satu orang penyuluh akan membina minimal 1000 warga atau paling tidak 800 petani ( Daniel, 2002).

Menurut Kepala Badan Pengembangan SDM Pertanian Kementerian Pertanian Ato Suprapto dalam acara raker antara Komisi IV DPR RI dengan Kementerian Pertanian di gedung DPR RI Jakarta mengungkapkan "diharapkan


(53)

pada akhir tahun 2014, jumlah desa yang 75.000 tersebut semua sudah memiliki tenaga penyuluh pertanian". Sehingga untuk menambah kekurangan penyuluh, telah diangkat penyuluh bantu atau Tenaga Harian Lepas Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian (THL-TBPP) sebanyak 25.000 orang, namun jumlah tersebut ternyata masih kurang sehingga dalam beberapa tahun berikutnya semua yang berjumlah 75.000 desa itu dapat terpenuhi. Sebagai gambaran di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang sendiri THL-TBPP Deptan memiliki 8 (delapan) personil yang terdiri dari angkatan I, II dan III yang tersebar di beberapa (WKPP) Wilayah Kerja Penyuluh Pertanian ( Harian Analisa, 2010 ).

Di Indonesia pada umumnya penyuluhan pertanian belum dapat dikatakan berhasil hal ini disebabkan antara lain karena jumlah penyuluh masih terlalu sedikit yaitu hanya pada tingkat kecamatan yang masing-masing seorang mantra untuk kurang lebih sepuluh ribu orang penduduk tani. Alat-alat penyuluhan dan pengangkutan yang sangat kurang, pendidikan para penyuluh yang kurang memadai, gaji penyuluh yang rendah dan lain-lain lebih menyulitkan lagi pencapaian-pencapaian tujuan penyuluhan tersebut (Mubyarto, 1989). Menurut Mubyarto (1989) penyuluhan dapat dianggap berhasil kalau :

1. Pengetahuan petani mengenai sesuatu yang berguna.

2. Ada penerimaan adopsi petani terhadap hal-hal yang dianjurkan penyuluh. 3. Petani bersedia bekerjasama dengan penyuluh.

4. Petani bersedia memberi suatu balas jasa kepada penyuluh. 5. Penyuluh dapat mengubah sikap petani yang merugikan. 6. Pengetahuan praktis yang ada pada penyuluh bertambah.


(54)

Karakteristik Sosial dan Ekonomi 1. Umur

Umur pada umumnya sangat berpengaruh terhadap aktivitas sehari-hari. Penggolongan umur produktif kerja berada pada 15-64 tahun (BPS, 2006). Sorenson (1964) menyatakan bahwa terdapat banyak bukti dimana perkembangan mental individu berjalan parallel dengan perkembangan fisik.

Oleh sebab itu, dengan bertambahnya usia seseorang maka kemampuannya untuk memahami pengertian-pengertian yang rumit akan meningkat, termasuk dalam mengelola pendapatannya (Suardiman, 2001).

2. Tingkat Pendidikan

Apabila tingkat pendidikan formal Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) mayoritas tamatan SPP dibandingkan sarjana, ini sangat berpengaruh terhadap adopsi inovasi. Jika pendidikan penyuluhnya tinggi maka akan proses

penyampaian informasi mengenai adopsi inovasi akan lebih baik dan apabila tingkat pendidikan penyuluh rendah maka proses penyampaian informasi akan sulit, namun ada beberapa faktor selain tingkat pendidikan dapat juga

mempengaruhi proses adopsi inovasi seperti bidang keahlian dan materi penyuluhan ( Anonimus b, 2012 ).

3. Jumlah tanggungan

Tanggungan keluarga merupakan salah satu sumber daya manusia pertanda yang dimiliki oleh petani terutama yang berusia produktif dan ikut membantu dalam usahataninya. Demikian juga halnya dengan penyuluh tanggungan keluarga juga dapat menjadi beban hidup bagi keluarga apabila tidak dapat bekerja


(55)

4. Lama bekerja

Pengalaman menyuluh mempunyai pengaruh signifikan negatif dengan pemahaman terhadap tugas pokok dan fungsi penyuluh ini berarti bahwa semakin lama seseorang menjadi penyuluh belum tentu akan membuat seseorang penyuluh menjadi lebih paham terhadap tugas pokok. Hal ini sejalan dengan penelitian Suhada, 2008 yang menyatakan lama bekerja penyuluh memberi efek positif bagi penyuluh yang masih baru. Sementara kepada penyuluh yang sudah lebih lama bekerja menunjukkan tingkat kepuasan klien yang rendah ( Briawan, dkk, 2008 ).

Orang-orang yang lama berada pada suatu pekerjaan akan lebih produktif daripada mereka yang senioritasnya lebih rendah ( Soehardiyono, 1992 ).

5. Frekuensi Kunjungan Penyuluh.

Frekuensi kunjungan penyuluh adalah banyaknya atau jumlah kunjungan yang dilakukan oleh seorang penyuluh terhadap kelompok tani binaannya. Semakin banyak kunjungan yang dilakukan oleh penyuluh terhadap kelompok tani binaannya maka akan semakin besar peluang untuk membangkitkan kemauan petani terhadap teknologi baru yang disampaikan atau diberikan oleh penyuluh. Agar pelaksanaan kunjungan berjalan dengan baik, setiap penyuluh diwajibkan untuk mempersiapkan jadwal kunjungan yamg harus disesuaikan dengan jumlah kelompok yang ada dalam satu wilayah kelompok ( Anonimus b, 2012 ).

6. Fasilitas penyuluhan.

Salah satu bentuk dukungan yang diberikan oleh organisasi dalam hal ini untuk memperlancar dan mempermudah pelaksanaan tugas penyuluh berdasarkan hasil penelitian yang diberikan oleh pemerintah kepada penyuluh untuk


(56)

memperlancar tugasnya berupa kendaraan bermotor, biaya operasional penyuluh dan koran sinar tani ( Briawan, dkk 2008 ).

7. Jarak rumah dengan wilayah kerja.

Jarak yang ditempuh oleh penyuluh dari rumah dimana dia tinggal dengan tempat dia bekerja. Dengan adanya fasilitas yang dimiliki seperti kendaraan akan memudahkan penyuluh untuk sampai ke tempat pekerjaaanya (Anonimous, 2012).

8. Tingkat pendapatan

Tingkat pendapatan meningkat maka bertambah juga pengeluaran kepala rumah tangga untuk konsumsi dan modal (Tohir, 1991). Menurut Siagian (2001) faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja salah satunya yaitu tingkat upah dan gaji (tingkat pendapatan).

Kerangka Pemikiran

Untuk meningkatkan kualitas dan profesionalisme dari penyuluh perlu diadakan motivasi dan etos kerja, perlu dilaksanakan semacam penyegaran terhadap tenaga penyuluh yaitu mungkin dengan memberikan pelatihan ataupun sertifikasi seperti halnya dengan petani.

Dalam mendukung keberhasilan penyuluhan maka penyuluh tersebut harus melaksanakan program penyuluh pertanian yang akan dikerjakan yaitu :

1. Sistem pertanaman legowo 4:1

2. P2BN ( Peningkatan Produksi Beras Nasional) 3. Pembentukan Gapoktan

4. Sekolah Lapang Pengelolaan Terpadu. 5. Pemanfaatan pupuk organik.


(57)

Dimana penyuluh pertanian memiliki karakteristik yaitu : 1. Umur

2. Tingkat pendidikan 3. Lama bekerja

4. Frekuensi kunjungan

5. Jarak rumah dengan wilayah kerja 6. Jumlah tanggungan

7. Fasilitas yang diperoleh 8. Tingkat pendapatan

Karakteristik penyuluh pertanian dapat mempengaruhi keberhasilan program penyuluhan. Keberhasilan program penyuluhan dapat dikategorikan berdasarkan :

1. Ketika program penyuluhan dilakukan PPL dengan aktif dan petani mengadopsi teknologi mencapai ≥ 50 % maka tin gkat keberhasilan tinggi.

2. Ketika program penyuluhan dilakukan PPL secara aktif dan petani mengadopsi teknologi mencapai > 25 % maka tingkat keberhasilan sedang.

3. Ketika program penyuluhan dilakukan PPL dengan aktif dan petani mengadopsi teknologi ≤ 25% maka tingkat keberhasilan rendah.


(58)

Skema Kerangka Pemikiran Skema kerangka pemikiran

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Pengaruh Karakteristik PPL Terhadap

Keberhasilan Program penyuluhan. Keterangan :

Mempengaruhi.

Gambar 1. Skema kerangka pemikiran pengaruh karakteristik PPL terhadap keberhasilan program penyuluhan

Ket :

Penyuluh Pertanian Lapangan

Karakteristik PPL : 1. Umur

2. Tingkat pendidikan 3. Lama bekerja

4. Frekuensi kunjungan 5. Jarak rumah dengan

wilayah kerja

6. Jumlah Tanggungan 7. Tingkat pendapatan 8. Fasilitas yang diperoleh Program penyuluhan

pertanian

Tingkat keberhasilan programp penyuluhan pertanian

Program penyuluhan di BPP Medan krio :

1. Sistem pertanaman legowo 4:1

2. P2BN(Peningkatan Produksi beras nasional) 3. Pembentukan Gapoktan

4. Sekolah Lapang

Pengelolaan Terpadu.

5. Pemanfaatan pupuk organik


(59)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris, hampir 80% warga negaranya bermasyarakat di pedesaan serta sekitar 62% dari jumlah tersebut bermata

pencaharian petani. Secara otomatis peranan penyuluhan pertanian sangat dibutuhkan terutama dalam upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat masyarakat

terbesarnya yaitu para petani. Namun begitu kondisi objektif perdesaan yang ada di sekitar kita seperti tingginya tingkat pengangguran yang tak kentara, tingginya tingkat buta huruf, serta masalah-masalah soial, ekonomi, budaya lainnya memaksa kepada semua pihak untuk mencari alternatif penyuluhan pertanian yang bagaimana yang sepantasnya diterapkan di negara kita ini (Sastraatmadja, 1993).

Dalam agenda pembangunan pertanian yang dapat berkontribusi terhadap pengentasan kemiskinan yang tujuannya jelas untuk memperbaiki komunikasi antar petani pada masing-masing sentra produksi dan akses pasar ( Arifin, 2005 ).

Informasi sarana produksi dan pembiayaan dan pemasaran yaitu

mengakomodasi penyuluhan seperti sekarang dengan program pengadaan dan pendidikan dan pelatihan terhadap tenaga penyuluh pertanian lapangan ( PPL ) yang merupakan sebagai ujung tombak terakhir yang diharapkan sangat mengerti akan permasalahan petani, agar tidak hanya mengetahui dan mendalami aspek padi dan perberasan tetapi lebih luas pada pembangunan pertanian dan Agribisnis ( Arifin, 2005 ).


(1)

RIWAYAT HIDUP

INEL MAWAR NABABAN dilahirkan di Siborong-borong Tapanuli Utara pada tanggal 3 Agustus 1989 dari Bapak D.Nababan (Almarhum) dan Ibu R.Simamora tercinta. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara.

Penulis menyelesaikan pendidikan formal di SD Negeri 091429 Afd. E. Sidamanik, SMP Negeri 1 Sidamanik tahun 2005, SMA Negeri Sidamanik tahun 2008. Tahun 2008 penulis diterima di Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur Ujian Masuk Bersama (UMB).

Selama masa perkuliahan melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) pada bulan Juli 2011 di desa Silou Baru Kecamatan Silou Laut Kabupaten Asahan. Melaksanakan penelitian pada bulan November 2012 di Kecamatan Kutalimbaru dan Sunggal. penulis mengikuti organisasi kemahasiswaan, antara lain Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (IMASEP), dan KMK (Kebaktian Muda/i Kristen).


(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur selayaknya dipanjatkan kepada Tuhan yang Maha Kuasa, karena berkatnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan tepat pada waktunya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak akan berhasil tanpa dukungan, motivasi, bimbingan, dan arahan serta kritikan membangun kepada penulis. Untuk itu dalam kesempatan ini dengan setulus hati, penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada :

1. Ibu Ir.Lily Fauziah, M.Si selaku ketua pembimbing skripsi, telah banyak membimbing, mengarahkan dan memotivasi agar skripsi ini lebih cepat selesai.

2. Bapak Ir. Hasman Hasyim, M.Si selaku anggota pembimbing skripsi yang telah membimbing dan mengarahkan sehingga skripsi ini cepat selesai 3. Ibu Dr.Ir. Salmiah M.S Selaku Ketua Program studi Agribisnis FP USU

dan Dr.Ir.Satia Negara Lubis, M.Ec selaku sekretaris Departemen Agribisnis FP USU

4. Para dosen, staff Pegawai Program Studi Agribisnis FP USU

5. Mama yang terkasih yang terus mendoakan dan mendukung lewat materi dan kasihnya. Kak Tence dalam dukungan doa motivasi dan materi juga serta adikku Berman yang kukasihi yang terus mendukung lewat doanya dan motivasinya serta keluarga besar.

Akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, baik isi maupu redaksinya oleh karena itu penulis dengan senang hati penulis memerima kritik, saran dan masukan semua pihak yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita.

Medan, Juli 2013 Penulis


(3)

DAFTAR ISI

Hal.

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Identifikasi Masalah ... 6

Tujuan Penelitian ... 6

Kegunaan Penelitian... 6

Hipotesis penelitian ... 7

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka ... 8

Penyuluhan Pertanian ... 8

Landasan Teori ... 12

Tugas Pokok Penyuluh ... 12

. Karakteristik Sosial Ekonomi penyuluh... 16

Kerangka Pemikiran ... 20

Hipotesis penelitian ... 21

METODE PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 22

Metode Penentuan Sampel ... 23

. Metode Pengumpulan Data ... 23

Metode Analisis Data ... 24

Defenisi dan Batasan Operasional Defenisi ... 27

Batasan Operasional ... 28

DESKRIPSI DERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL Deskripsi Daerah Penelitian ... 29


(4)

Kondisi Demografis ... 30

Jumlah WKPP Kecamatan Sunggal ... 30

Keadaan Usahatani ... 33

Deskripsi Kecamatan Kutalimbaru ... 34

Keadaan Alam ... 34

Kondisi Demografis ... 34

Jumlah WKPP Kecamatan Sunggal ... 36

Keadaan Usahatani ... 36

Keadaan sarana dan prasarana di Kec.Sunggal dan Kutalimbaru ... 38

Karakteristik Sampel Penelitian ... 39

Karakteristik Penyuluh Sampel ... 39

Karakteristik petani Sampel ... 41

HASIL DAN PEMBAHASAN Pelaksanaan Program penyuluhan ... 42

Perkembangan Program penyuluhan ... 49

Pengaruh Karakteristik Penyuluh Terhadap keberhasilan Program penyuhanan ... 52

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 57

Saran ... 57 DAFTAR PUSTAKA


(5)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Hal

1.

2. Tabel 2 Metode Pengumpulan Data ... 23

Jumlah Desa, Kecamatan di Kabupaten Deli Serdang ... 21

3. Daftar pertanyaan keberhasilan pelaksanaan program penyuluhan Pertanian ... 25

4. Komposisi penduduk berdasar kelompok umur Kecamatan Sunggal ... 31

5. Distribusi Penduduk Menurut Agama di Kecamatan Sunggal ... 32

6. 7. Keadaan Usahatani Kecamatan Sunggal tahun 2012 ... 33

Data Kelompok tani Kecamatan Sunggal tahun 2012 ... 32

8. Komposisi penduduk berdasarkan kelompok umur kecamatan Sunggal ... 35

9. Distribusi Penduduk menurut agama di kecamatan Kutalimbaru ... 35

10. Jumlah WKPP kelompok tani di kecamatan kutalimbaru... 36

11. 12. Keadaan usaha tani kecamatan Kutalimbaru dalam satua ha ... 36

13. Sarana dan prasarana di kecamatan sunggal dan Kutalimbaru ... 38

Komoditi usahatani dan luas lahan ... 37

14. Karakteristik PPL di Kecamatan Sunggal dan Kutalimbaru ... 39

15. Karakteristik petani sampel ... 41

16. Hasil analisis dan persentase pelaksanaan program ... 46

17. Jumlah dan persentase petani pengadopsi teknologi ... 47

18. Materi teknologi Penyuluhan di BPP Medan Krio ... 48

19. Perkembangan progam penyuluhan di BPP Medan Krio selama tahun 2012 ... 49

20. 21. Jumlah Gapoktan PUAP di Kec. Sunggal ... 50

Jumlah Gapoktan PUAP di 22. Jumlah Gapoktan Non PUAP di Kec. Kutalimbaru ... 51


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul

1. Pertanyaan Tingkat Keberhasilan Pelaksanaan Program Penyuluhan 2. Skor Tingkat Keberhasilan Pelaksanaaan TugasPokok

3. Karakteristik PPL dan Nilai Keberhasilan 4. Karakteristik Petani Sampel

5. Output Analisis Regresi Linear Berganda .


Dokumen yang terkait

Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi Penyuluh Terhadap Tingkat Keberhasilan Pelaksanaan Tugas Pokok Penyuluh Pertanian (Studi Kasus di Kecamatan Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai)

7 95 75

Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Penyuluh Dengan Tingkat Keberhasilan Pelaksanaan Tugas Pokok Penyuluh Pertanian (Kasus: Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai)

15 143 73

Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Penyuluh Dengan Pelaksanaan Tugas Pokok Penyuluh Pertanian (Studi Kasus : BPP Medan Krio Kec. Sunggal Kab. Deli Serdang)

1 39 91

PENGARUH KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PENYULUH TERHADAP TINGKAT KEBERHASILAN PELAKSANAAN TUGAS POKOK PENYULUH PERTANIAN

1 2 16

Pengaruh Karakteristik Penyuluh Pertanian Terhadap Keberhasilan Penyuluhan ( Studi kasus : Kecamatan Sunggal dan Kutalimbaru Kab.Deli Serdang )

0 0 9

Pengaruh Karakteristik Penyuluh Pertanian Terhadap Keberhasilan Penyuluhan ( Studi kasus : Kecamatan Sunggal dan Kutalimbaru Kab.Deli Serdang )

0 0 1

Pengaruh Karakteristik Penyuluh Pertanian Terhadap Keberhasilan Penyuluhan ( Studi kasus : Kecamatan Sunggal dan Kutalimbaru Kab.Deli Serdang )

0 0 7

Pengaruh Karakteristik Penyuluh Pertanian Terhadap Keberhasilan Penyuluhan ( Studi kasus : Kecamatan Sunggal dan Kutalimbaru Kab.Deli Serdang )

0 0 13

Pengaruh Karakteristik Penyuluh Pertanian Terhadap Keberhasilan Penyuluhan ( Studi kasus : Kecamatan Sunggal dan Kutalimbaru Kab.Deli Serdang )

0 2 2

Pengaruh Karakteristik Penyuluh Pertanian Terhadap Keberhasilan Penyuluhan ( Studi kasus : Kecamatan Sunggal dan Kutalimbaru Kab.Deli Serdang )

0 0 7