Pengaruh Karakteristik Penyuluh Pertanian Terhadap Keberhasilan Penyuluhan ( Studi kasus : Kecamatan Sunggal dan Kutalimbaru Kab.Deli Serdang )

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris, hampir 80% warga negaranya
bermasyarakat di pedesaan serta sekitar 62% dari jumlah tersebut bermata
pencaharian petani. Secara otomatis peranan penyuluhan pertanian sangat dibutuhkan
terutama dalam upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat masyarakat
terbesarnya yaitu para petani. Namun begitu kondisi objektif perdesaan yang ada di
sekitar kita seperti tingginya tingkat pengangguran yang tak kentara, tingginya tingkat
buta huruf, serta masalah-masalah soial, ekonomi, budaya lainnya memaksa kepada
semua pihak untuk mencari alternatif penyuluhan pertanian yang bagaimana yang
sepantasnya diterapkan di negara kita ini (Sastraatmadja, 1993).
Dalam agenda pembangunan pertanian yang dapat berkontribusi terhadap
pengentasan kemiskinan yang tujuannya jelas untuk memperbaiki komunikasi
antar petani pada masing-masing sentra produksi dan akses pasar ( Arifin, 2005 ).
Informasi sarana produksi dan pembiayaan dan pemasaran yaitu
mengakomodasi penyuluhan seperti sekarang dengan program pengadaan dan
pendidikan dan pelatihan terhadap tenaga penyuluh pertanian lapangan ( PPL )
yang merupakan sebagai ujung tombak terakhir yang diharapkan sangat mengerti
akan permasalahan petani, agar tidak hanya mengetahui dan mendalami aspek
padi dan perberasan tetapi lebih luas pada pembangunan pertanian dan Agribisnis
( Arifin, 2005 ).


Universitas Sumatera Utara

Keberhasilan Indonesia mencapai swasembada pangan tahun 1984 tidak
terlepas dari peranan penyuluhan pertanian. Selama periode REPELITA I
(tanggal 1 April 1969) sampai akhir REPELITA V (1989/1990 -1994/1995),
pertanian dijadikan sebagai sektor pembangunan yang paling penting sehingga
pembangunan pertanian memperoleh prioritas utama. Pada periode tersebut
aktivitas penyuluhan sangat menonjol ditandai dengan banyaknya pelatihan yang
diselenggarakan untuk meningkatkan pengetahuan sumber daya manusia (SDM)
seperti pelatihan penyuluh, pelatihan petani yang dikenal dengan kursus tani,
demonstrasi plot, demontrasi area, siaran pedesaan melalui RRI, televisi,
karyawisata, lokakarya, dan sebagainya ( Daniel, dkk, 2005 ).
Sistem pemasaran pangan di Indonesia berkembang mengikuti perubahan
yang ada dalam masyarakat disebabkan tiga hal dan salah satunya adalah
perubahan yang disebabkan berkembangnya peranan jasa seperti penelitian
pemasaran, pelatihan dan penyuluhan. informasi pasar dan adanya kredit
pemasaran. Pelatihan dan penyuluhan adalah penting untuk Pengembangan
Sumber Daya Manusia (PSDM) khususnya para pelaku pasar ( Pakpahan, 1993 ).
Dalam masa pemerintahan orde baru, penyuluh lapang mempunyai prestasi

yang cukup gemilang. Latihan Kunjungan dan Supervisi (LAKUSISI) yang
dilaksanakan cukup efektif sehingga masyarakat mengenal dan mulai menerapkan
komponen teknologi. Walaupun masih penuh dengan kekurangan sifatnya sangat
instruktif. Sejalan dengan perkembangan, perhatian terhadap penyuluh dan
kegiatan penyuluhan semakin menurun. Puncaknya adalah pada era otonomi
ketika penyuluh tidak lagi punya program dan tugas seperti masa sebelumnya,
tidak hanya perhatian terhadap pelaksanaan program yang berkurang, tetapi

Universitas Sumatera Utara

perhatian terhadap kebutuhan bahan dan peralatan menjalankan tugas juga
berkurang. Bahkan perhatian terhadap kesejahteraan penyuluhan pun tidak
dirasakan lagi sehingga muncul beberapa keluhan yang bersifat krusial (Daniel,
dkk, 2005 ).
Adapun target sasaran dari revitalisasi penyuluhan pertanian yang tertuang
dalam UU No. 16 Tahun 2006 antara lain :
a. Kelembagaan penyuluhan pertanian;
b. Penyelenggaraan penyuluhan pertanian dan tenaga penyuluh pertanian.
Bentuk konkretnya yaitu peremajaan tenaga penyuluh PNS yang saat ini
semakin berkurang karena telah memasuki usia pensiun dangan perekrutan tenaga

bantu penyuluh pertanian.
Tenaga Harian Lepas Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian (THL-TBPP)
sebanyak 6.000 orang pada tahun 2007, 10.000 orang pada tahun 2008, serta
10.000 orang pada tahun 2009. Penyuluh Bantu atau sering juga disebut Tenaga
Harian Lepas Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian (THL-TBPP) di Indonesia yang
sudah ditetapkan tahun 2007 sebanyak 5.606 orang, tahun 2008 sebanyak 9.559
orang, dan tahun 2009 sebanyak 9.990 orang, sehingga jumlah total sebanyak
25.155 orang. Kementerian Pertanian menargetkan dalam tahun 2010-2014 setiap
satu desa memiliki satu tenaga penyuluh pertanian dan satu jenis komoditas
unggulan, sementara saat ini jumlah desa sebelum pemekaran ada sekitar 70.000
desa. Saat ini setelah ada pemekaran, jumlah desa bertambah menjadi 75.000
desa, sedangkan tenaga penyuluh pertanian dari pegawai negeri sipil (PNS)
tercatat baru 29.000 orang ( Harian Analisa, 2010).

Universitas Sumatera Utara

Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Medan Krio terdiri dari dua Wilayah
Kerja Penyuluhan Pertanian (WKPP), pertama WKPP Sei Mencirim terdiri dari
dua Desa yaitu Desa Sei Mencirim, Desa Telagasari dan kedua WKPP Suka Maju
yang terdiri dari satu Desa yaitu Desa Suka Maju. WKPP Sei Mencirim

mempunyai luas lahan 1498 ha yang terdiri dari sawah irigasi 269 ha, sawah tadah
hujan 262 ha, tegalan 446 ha, pekarangan/perumahan 375 ha, lain-lain 146 ha dan
WKPP Suka Maju seluas 611 ha yang terdiri dari lahan sawah 300 ha, lahan darat
311 ha ( Anonimus c, 2012 ).
Di Wilayah ini telah terbentuk kelompok tani dimana WKPP Sei Mencirim
terdiri dari 14 kelompoktani dan WKPP Suka Maju terdiri dari 8 kelompoktani,
pada umumnya wilayah ini bergerak dibidang usahatani padi dan jagung. Dari
keuntungan-keuntungan dan luas lahan yang telah diuraikan diatas seharusnya
produk jagung dari Kecamatan Sunggal Balai Penyuluhan Pertanian (BPP)
Medan Krio Wilayah Kerja Penyuluhan Pertanian (WKPP) Sei Mencirim dan
WKPP Suka Maju lebih mampu bersaing di pasar lokal ( Anonimus c, 2012 ).
Penyuluhan pertanian adalah suatu usaha atau upaya untuk mengubah
perilaku petani dan keluarganya, agar mereka mengetahui dan mempunyai
kemampuan serta mampu memecahkan masalahnya sendiri dalam usaha atau
kegiatan-kegiatan meningkatkan hasil usahanya dan tingkat kehidupannya
(Mosher, 1987).
Di bawah ini menurut Mosher (1987) dalam penyuluhan pertanian
terkandung arti aktivitas pendidikan di luar bangku sekolah (Non formal) dan
sifat- sifatnya sebagai berikut:


Universitas Sumatera Utara

1) Selalu berhubungan dengan masyarakat petani di pedesaan yang sesuai
dengan kepentingan atau kebutuhan pada waktu tertentu yang sangat
berkaitan dengan mata pencaharian tetap atau usahataninya guna mencapai
tujuan peningkatan taraf hidup baik petani itu sendiri beserta keluarganya
maupun masyarakat di sekelilingnya.
2) Menggunakan cara-cara dan metode pendidikan khusus yang disesuaikan
dengan sifat, perilaku dan kepentingan petaninya.
3) Keberhasilan pelaksanaannya memerlukan bantuan berbagai aktivitas baik
yang

langsung

menunjang

pendidikan

itu


(seperti

perencanaan

penyuluhan, penjadwalan waktu serta evaluasi) maupun yang tidak
langsung menunjangnya (penyediaan sarana produksi, fasilitas pengolahan
hasil yang memadai).
4) Pelaksanaan pendidikan non formal ini dilaksanakan dalam suasana
koperatif dan toleransi, musyawarah untuk memecahkan persoalan yang
berkaitan dengan pelaksanaan usahatani.
Pendidikan sangat berpengaruh dengan perilaku seseorang PPL tetapi
apabila ini terlalu ditekankan maka hal ini akan dapat menyebabkan kesulitan
dikemudian hari karena seorang penyuluh yang memiliki pendidikan yang tinggi
belum tentu memiliki kemampuan menyuluh yang baik ( Soehardiyono, 1992 ).
Selain faktor pendidikan penyuluh, faktor-faktor lain seperti lama bekerja,
umur, jumlah tanggungan, frekuensi kunjungan terhadap petani, jarak wilayah
kerja terhadap tempat tinggal, tingkat pendapatan juga dapat mempengaruhi
keberhasilan kegiatan penyuluhan tersebut.

Universitas Sumatera Utara


Untuk mengetahui lebih jauh bagaimana pengaruh karakteristik penyuluh
pertanian terhadap keberhasilan penyuluhan maka perlu dilakukan penelitian
secara ilmiah.

Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang, permasalahan yang dikemukakan dalam
penelitian adalah :
1. Bagaimana pelaksanaan program penyuluhan pertanian di daerah
penelitian?
2.

Bagaimana perkembangan program penyuluhan pertanian di daerah
Penelitian selama tiga tahun terakhir?

3. Bagaimana pengaruh karakteristik penyuluh pertanian (umur, tingkat
pendidikan, pengalaman bekerja, frekuensi kunjungan ke petani, jarak
rumah dengan wilayah kerja, jumlah tanggungan keluarga, fasilitas yang
dimiliki, serta tingkat pendapatan) terhadap keberhasilan program
penyuluhan tersebut ?

Tujuan
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan program
penyuluhan di daerah penelitian
1. bagaimana tingkat keberhasilan penyuluhan di daerah penelitian
2.

bagaimana pengaruh karakteristik penyuluh terhadap keberhasilan
penyuluhan pertanian di daerah penelitian.

Universitas Sumatera Utara

Kegunaan penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan antara lain:
1.

Bahan pertimbangan bagi pemerintah daerah dan instansi terkait dalam
pengambil keputusan dan kebijakan khususnya dalam keberhasilan
penyuluhan pertanian;

2.


Memberikan gambaran mengenai pengaruh karakteristik PPL terhadap
keberhasilan program penyuluhan

3.

Sebagai bahan informasi dan referensi bagi pihak-pihak

yang

membutuhkan.

Hipotesis Penelitian
Untuk mengarahkan penelitian sesuai dengan identifikasi masalah dan
tujuan penelitian maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :
1. Pelaksanaan program penyuluhan di daerah penelitian berhasil.
2. Ada pengaruh karakteristik penyuluh (umur, tingkat pendidikan,
pengalaman menyuluh, frekuensi kunjungan, jumlah tanggungan, jarak
rumah dengan wilayah kerja, fasilitas yang dimiliki, serta tingkat
pendapatan) dalam keberhasilan program penyuluhan.


Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi Penyuluh Terhadap Tingkat Keberhasilan Pelaksanaan Tugas Pokok Penyuluh Pertanian (Studi Kasus di Kecamatan Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai)

7 95 75

Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Penyuluh Dengan Tingkat Keberhasilan Pelaksanaan Tugas Pokok Penyuluh Pertanian (Kasus: Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai)

15 143 73

Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Penyuluh Dengan Pelaksanaan Tugas Pokok Penyuluh Pertanian (Studi Kasus : BPP Medan Krio Kec. Sunggal Kab. Deli Serdang)

1 39 91

Pengaruh Karakteristik Penyuluh Pertanian Terhadap Keberhasilan Penyuluhan ( Studi kasus : Kecamatan Sunggal dan Kutalimbaru Kab.Deli Serdang )

2 21 75

PENGARUH KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PENYULUH TERHADAP TINGKAT KEBERHASILAN PELAKSANAAN TUGAS POKOK PENYULUH PERTANIAN

1 2 16

Pengaruh Karakteristik Penyuluh Pertanian Terhadap Keberhasilan Penyuluhan ( Studi kasus : Kecamatan Sunggal dan Kutalimbaru Kab.Deli Serdang )

0 0 9

Pengaruh Karakteristik Penyuluh Pertanian Terhadap Keberhasilan Penyuluhan ( Studi kasus : Kecamatan Sunggal dan Kutalimbaru Kab.Deli Serdang )

0 0 1

Pengaruh Karakteristik Penyuluh Pertanian Terhadap Keberhasilan Penyuluhan ( Studi kasus : Kecamatan Sunggal dan Kutalimbaru Kab.Deli Serdang )

0 0 13

Pengaruh Karakteristik Penyuluh Pertanian Terhadap Keberhasilan Penyuluhan ( Studi kasus : Kecamatan Sunggal dan Kutalimbaru Kab.Deli Serdang )

0 2 2

Pengaruh Karakteristik Penyuluh Pertanian Terhadap Keberhasilan Penyuluhan ( Studi kasus : Kecamatan Sunggal dan Kutalimbaru Kab.Deli Serdang )

0 0 7