Identifikasi Bakteri Pada Ulkus Kaki Pasien Diabetes Melitus

DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Curriculum Vitae

Nama

: Yasothai A/P Rajendran

NIM

: 120100525

Alamat

: Resident-K,No.7&9, Jl.Kamboja,
Setiabudi, Medan

Nomor Telepon

: 083199059077

Email


: yasothairajendran@gmail.com

Jenis Kelamin

: Perempuan

Tempat, Tanggal Lahir

: Perak. 12 September 1994

Warga Negara

: Malaysia

Agama

: Hindu

Riwayat Pendidikan


: 1. Sekolah Menengah Kebangsaan Sultan
Ahmad Shah, Pahang, Malaysia
2. Nirwana College, Kuala Lumpur,
Malaysia
3. Universitas Sumatera Utara, Medan,
Indonesia

Status Pendidikan

: Mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara

LEMBAR PENJELASAN

Saya yang bernama Yasothai Rajendran adalah Mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatra Utara yang akan melakukan penelitian yang
berjudul “ Gambaran Bakteri Aerob pada Ulkus Kaki Pasien Diabetes Melitus di
Astri Wound Care Centre, Medan pada tahun 2015.” Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui gambaran bakteri aerob pada ulkus kaki pasien DM di Astri

Wound Care Centre.

Untuk keperluan tersebut, saya memohon kesediaan Ibu/Bapak untuk
membenarkan saya umtuk mengambil sample dari ulkus kaki yang akan diperiksa
oleh peneliti untuk mengenali jenis bakteri yang terdapat pada ulkus kaki
responden.

Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu kegiatan dalam rangka
menyelesaikan proses belajar dan mengajar pada semester keenam dan ketujuh.
Partisipasi Ibu/Bapa dalam penelitian ini bersifat sukerela sehingga Ibu/Bapa
bebas mengundurkan diri setiap saat tanpa ada paksaan dari pihak manapun. Data
peribadi dan jawaban yang diberikan akan dirahasiakan dan hanya digunakan
untuk penelitian ini. Jika Ibu/Bapa bersedia menjadi responden, silakan
menandatangani lembar persetujuan. Atas perhatian dan kesediaan Ibu/Bapa
menjadi responden dalam penelitian ini saya ucapkan terima kasih.

Medan, ..................... 2015
Peneliti,

(Yasothai Rajendran)

120100525

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN
(INFORMED CONSENT)

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama

:

Umur

:

Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan
Alamat

:


Setelah mendapat penjelasan dari peneliti tentang penelitian “Gambaran
Bakteri Aerob pada Ulkus Kaki Pasien Diabetes Melitus di Astri Wound Care
Centre, Medan pada tahun 2015,” maka dengan ini saya secara sukarela dan tanpa
paksaan menyatakan bersedia ikut berpartisipasi sebagai salah seorang responden
dalam penelitian ini. Demikianlah surat pernyataan ini untuk dapat dipergunakan
seperlunya.
Medan, …………………… 2015
Peserta,

(……………………………….)

STATUS PENELITIAN ( REKAM MEDIK PASIEN )
Gambaran Bakteri Aerob pada Ulkus Kaki Pasien Diabetes Melitus
di Astri Wound Care Centre, Medan pada tahun 2015.

NOMBOR URUT PENELITIAN : ________

I.

Karekteristik Responden


NAMA

:

UMUR

:

JENIS KELAMIN

: Laki-laki / Perempuan

ALAMAT

:

PEKERJAAN

:


TINGKAT PENDIDIKAN :
AGAMA/BANGSA

:

TANGGAL PENELITIAN :

II.

Anamesis :
A. Keluhan Utama :

B. Keluhan Tambahan :

C. Riwayat Penyakit :

III.

Pemeriksaan Fisik :


IV.

Pemeriksaan Laboratorium :

V.

Diagnosa :

DATA PASIEN

NO.

NAMA

UMUR

JK

ALAMAT


PEKERJAAN

KGD
(mg/dL)

PERIOD
DM

1.

OSKAR

47 THN

L

AMBLAS

135


2.

NANI
SURIANTI
SRI WAHYURI
SUSTI KANTI
SAMITAN

49 THN

P

MESI TAUFIK

KERJA
SWASTA
X BEKERJA

41 THN

60 THN
73 THN

P
P
P

68 THN

P

7.
8.
9.

SAKSI
SEMBIRING
LILI S.
SAMITUN
SRI WAHYURI

POLONIA
STABAT
SUNGAI
ROTAN
KEBANYAH

48 THN
73 THN
55 THN

P
P
P

10.
11.

YUNUS
SUKARSI

68 THN
61 THN

L
P

12.
13.

K. LUBIS
SHARUAN
SHAH PUTRA
ANTEN
PARDEDE
NUSMIAH NST.
IBRAHIM

55 THN
69 THN

L
L

55 THN

L

81 THN
63 THN

P
L

3.
4.
5.
6.

14.
15.
16.
17.

GRADE
KAKI

BAKTERI
AEROB

10 THN

PERIOD
ULKUS
DM
9 THN

III

PROTEUS sp.

198

2 THN

2 THN

IV

KLEBSIELLA sp.

IRT
IRT
IRT

345
312
521

5 THN
15 THN
12 THN

6 BLN
10 BLN
6 BLN

IV
V
V

KLEBSIELLA sp.
E.COLI
PROTEUS sp.

IRT

363

15 THN

1-11 BLN

IV

E.COLI

KISISAN
BATANG KUIS
POLONIA

IRT
IRT
IRT

248
540
402

PENSIUNAN
IRT

316
431

2 BLN
1 BLN
2
MINGGU
2 BLN
2 THN

IV
IV
IV

DELITUA
JLN. MEDAN
AREA
BAGAN BATU
JLN. KAKAP

5 THN
>1 BLN
2
MINGGU
10 THN
20 THN

IV
IV

PROTEUS SP.
KLEBSIELLA SP.
E.COLI
.
KLEBSIELLA SP.
KLEBSIELLA SP.

KARYAWAN
KERJA
SWASTA
KERJA
SWASTA
IRT
KERJA
SWASTA

372
469

12 THN
12 HARI

1 BLN
12 HARI

IV
IV

KLEBSIELLA SP.
E.COLI

298

15 THN

8-9 BLN

III

KLEBSIELLA SP.

256
160

15 THN
10 THN

1-11 BLN
6-10 THN

IV
IV

E.COLI
Pseudomonas
aeuroginosa

JLN.
SUMITANG
GLUGIRTLONG
JLN.
TEMPULING

HASIL PENELITIAN
Kaki pasien DM

Hasil kultur bakteri pada Agar Darah dan Mac Conkey

Proteus sp.

Klebsiella sp.

Klebsiella sp.

E.coli sp.

Pewarnaan Gram

Hasil Pewarnaan Gram

Pemeriksaan Reaksi Kimia
Sebelum reaksi kimia

Sesudah reaksi kimia

E.coli

Klebsiella sp.

Proteus sp.

Pseudomonas
aeruginosa

44

DAFTAR PUSTAKA

Amin, S., 2006. Kajian Analisa Kos Pembekal Perkhidmatan Kesihatan Bagi
Rawatan Diabetic Foot Wad Ortopedik Pusat Perubatan Universiti
Kebangsaan Malaysia Dalam Tahun 2006. Jurnal of Community Health
2009, pp. 33-36.
Brooks, G. F., 2007. Jawetz, Melnick, & Adelberg's Medical Microbiology.24th
ed. USA: Mc Graw-Hill Companies.
Catterall, R., 1968. The Diabetic Foot. In: W. G. Oakley, ed. Clinical Diabetes
And Its Biochemical Basis. London: Blackwell Scientific Publications, pp.
580-582.
Coleman, W. C., 2005. Diabetic Foot. In: S. E. Inzucchi, ed. The Diabetes
Mellitus Manual. 6th ed. Singapore: Mc Graw-Hill Companies, pp. 429438.
Dharod, M., 2010. Microbiology, pathogenesis dan glycan studies. Diabetic Foot,
pp. 15-16.
Dzen, S. M., 2003. Bakteriologi Medik. 1st ed. Jawa Timur: Bayumedia
Publishing.
Ferawati, I., 2014. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Ulkus
Diabetikum pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2, pp. 2-3.
Firman, A., 2012. Latar Belakang. Kualitas Hidup Pasien Ulkus Diabetik .
Grace, P. A. & Barley, N. R., 2007. At A Glance Ilmu Bedah. 3rd ed. Jakarta:
Penerbit Erlangga Medical Series.
Hakimansyah, 1999. Peranan Infeksi Terhadap Kejadian Amputasi pada Kaki
Diabetik, pp. 1-2.
Hastuti, R. T., 2008. Faktor-Faktor Risiko Ulkus Diabetika pada Penderita
Diabetes Melitus , p. 90.
Kayser, F. H., 2005. Colour Atlas of Medical Microbiology. 3rd ed. New York:
George Thieme Verlag and Stuttgart.

45

Levinson, W., 2014. In: M. Weitz & K. J. Davis, eds. Review of Medical
Microbiology and Immunology. United States of America: McGraw Hill
Education, pp. 1-219.
Murray, P. R., Rosenthal, K. S. & Pfaller, M. A., 2013. In: P. R. Murray, ed.
Medical Microbiology. China: Elsevier Saunders, pp. 19-340.
Notoatmodjo, S., 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. 3rd ed. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Ryan, K. J., 2004. Sherris Medical Microbiology. 4th ed. USA: Mc Graw-Hill
Companies.
Stokes, E. J., n.d. Clinical Bacteriology. 5th ed. London: Edward Arnold.
Supriyanto, 2001. Hubungan antara Derajat Kaki Diabetik dengan Neuropati
Perifer dan Iskemi Perifer pada Penderita DM Tipe 2. p. 1.
Tentolouris, N., 2010. Introduction. In: N. Katsilambros, et al. eds. Atlas of The
Diabetic Foot. 2nd ed. Singapore: Blackwell Publishing, pp. 1-2.
Tri Sunaryo, S., 2014. Diabetic Exercise, Diabetic Foot Ulcers. Pengaruh Senam
Diabetik Terhadap Penurunan Risiko Ulkus Kaki Diabetik pada Pasien DM
Tipe 2, Volume III, p. 2.
Warsa, U. C., 1994. Kokus Gram Positif dan Bakteriologi Medik. In: B. Aksara,
ed. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Staf Pengajar Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, pp. 103-122.
Waspadjl, S., 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 5th ed. Jakarta: Interna
Publishing.
Yasa, K. P., 2012. Debrimen dengan Fusiotomi pada Kaki Diabetik. pp. 14-15.

23

BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Ulkus kaki pasien
Diabetes Melitus

Gambaran
pemeriksaan kultur, pewarnaan

Bakteri Aerob

gram dan reaksi kimia
Gambar 3.1: Kerangka Konsep
3.2. Definisi Operasional
3.2.1. Ulkus kaki pasien DM
Ulkus kaki pasien DM adalah luka yang terdapat pada kaki yaitu antara
lutut dan pergelangan kaki, pergelangan kaki serta pada plantar kaki atau jari-jari
kaki menurut klasifikasi Wages dengan grade 3, grade 4 dan grade 5, pada pasien
yang dikenali sebagai penderita DM, melalui anamesis.
Cara Ukur

: Wawancara atau anamesis

Alat Ukur

: Alat tulis dan status penelitian (status rekam medik pasien)

Hasil Ukur

: Pasien yang pertama kali mengunjungi pusat perawatan luka
Astri Wound Care Centre dan pasien dengan riwayat DM

Skala pengukuran : Nominal

3.2.2. Bakteri aerob
Bakteri aerob adalah bakteri yang terdapat pada sampel dari swab ulkus
kaki pasien DM yang dapat diinkubasikan dibawah kondisi aerobik pada suhu 37
derajat celcius.
Cara Ukur

: Pemeriksaan kultur

Alat Ukur

: Agar darah dan agar Mac Conkey

23

24

Hasil Ukur

: Bakteri Staphylokokus sp.,Streptokokus sp.,Enterococcus sp.,
Acinetobacter sp., Pseudomonas aeruginosa dan
Enterobacteriae.

Skala pengukuran : Nominal

3.2.3. Kultur bakteri
Kultur bakteri adalah pembiakan/penanaman sampel dari swab ulkus kaki
pasien DM pada piring media yang terdiri dari agar darah dan agar Mac Conkey
yang akan diinkubasikan pada suhu 37 derajat celcius selama 24 jam.
Cara Ukur

: Pemeriksaan kultur

Alat Ukur

: Agar darah dan agar Mac Conkey

Hasil Ukur

: Bakteri Staphylokokus sp.,Streptokokus sp.,Enterococcus sp.,
Acinetobacter sp., Pseudomonas aeruginosa dan
Enterobacteriae.

Skala pengukuran : Nominal

3.2.4. Pewarnaan gram
Pewarnaan gram adalah mewarnai sampel dengan hasil kultur dari sampel
swab ulkus kaki pasien DM yang telah difiksasi pada gelas objek terlebih dahulu,
yang bertujuan untuk mengidentifikasi bakteri aerob berdasarkan hasil yang
dilihat secara mikroskopik, yaitu bakteri gram positif dan bakteri gram negatif.
Cara Ukur

: Pewarnaan gram

Alat Ukur

: Mikroskop, gelas objek, bunsen, fuchsin-air, aceton
alkohol, larutan lugol, aquadest dan karbol genital violet

Hasil Ukur

: Bakteri gram positif dan bakteri gram negatif

Skala pengukuran

: Nominal

3.2.5. Reaksi kimia
Reaksi kimia adalah reaksi pada medium dengan hasil kultur dari sampel
swab ulkus kaki pasien DM yang digunakan untuk mengidentifikasi jenis-jenis
bakteri gram negatif batang dengan melakukan Uji produksi Indole, Methyl red,

25

Voges-proskauer, Citrate, urease, molititas, uji TSI dan uji fermentasi yang akan
diinkubasikan pada suhu 37 derajat celcius selama 24 jam.
Cara Ukur

: Uji produksi Indole, Methyl red, Voges-proskauer,
Citrate, urease, molititas, uji TSI dan uji fermentasi

Alat Ukur

: Medium glukosa, sukrosa, laktosa, manitol, maltose,
methyl-red, produksi indole, voges-proskauer, citrate,
urease dan medium untuk TSI

Hasil Ukur

: Bakteri gram negatif batang

Skala pengukuran

: Nominal

26

BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif observational,
dengan desain cross sectional study.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian
4.2.1. Waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai Desember 2015.

4.2.2. Tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan dipusat perawatan luka Astri Wound Care Centre,
yang terletak di Jln. Suluh gg. Mahmud No.14, Medan. Pusat perawatan luka
tersebut dapat dihubungi dengan nomor 081361712243. Seterusnya, sampel dari
swab ulkus kaki pasien DM dibawa ke Laboratorium Mikrobiologi FK USU,
yang berlokasi di Jln. Universitas No.1 Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan
Medan Baru, Provinsi Sumatera Utara, untuk melakukan pemeriksaan kultur,
pewarnaan gram dan reaksi kimia.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian
4.3.1. Populasi penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah pasien-pasien DM dengan ulkus kaki
yang mengunjungi pusat perawatan Astri Wound Care Centre

mulai bulan

Oktober hingga bulan November 2015.

4.3.2. Sampel penelitian
Pengambilan sampel dilakukan pada pasien DM yang pertama kali datang
kepusat perawatan luka Astri Wound Care Centre dengan ulkus kaki, pada bulan
Oktober sampai bulan November 2015.
26

27

Pasien yang menjadi responden harus bersedia untuk berpartisipasi
berdasarkan kriteria inklusif dan eksklusif.
Kriteria inklusif adalah sebagai berikut:
1. Pasien yang pertama kali mengunjungi pusat perawatan luka Astri Wound
Care Centre.
2. Pasien DM yang bersedia untuk menandatangani surat inform consent
untuk menjadi responden dalam penelitian.
3. Pasien DM yang mempunyai ulkus dikaki, yaitu pada bagian antara lutut
dan pergelangan kaki, pergelangan kaki serta plantar kaki atau jari-jari
kaki.
4. Pasien yang mempunyai ulkus dikaki menurut klasifikasi Wages dengan
Grade, grade 4 dan grade 5.
Kriteria eksklusif adalah sebagai berikut:
1. Pasien DM yang tidak koperatif dan tidak bersedia untuk menandatangani
surat inform consent untuk menjadi responden dalam penelitian.

4.4. Teknik Pengumpulan Data
Pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah Total
Sampling yang merupakan salah satu metode non-random sampling, dengan
jumlah sampel yang diambil pada bulan Oktober hingga bulan November 2015.

4.5.

Bahan dan Cara Kerja
Pada penelitian ini sampel dari swab ulkus kaki pada pasien DM diambil

dan dibawa ke Laboratorium Mikrobiologi FK USU dengan media transport
Amies untuk pemeriksaan kultur, pewarnaan gram dan pemeriksaan reaksi kimia.

4.5.1. Peralatan dan bahan
1. Alat-alat yang digunakan
a. Untuk pengambilan sampel
Surat status penelitian (status rekam medik pasien), surat Informed
Concent dan alat tulis.

28

b. Pemeriksaan kultur
Kulkas, piring kultur dan lensa tangan.
c. Pemeriksaan gram
Gelas objek, kain bersih, bunsen, pensil kaca atau spidol, sengkelit dan
mikroskop cahaya.
2. Bahan yang digunakan
a. Untuk pengambilan sampel
Sampel dari ulkus kaki, kapas steril dan media transport Amies.
b. Untuk pemeriksaan kultur
Sampel dari ulkus, agar darah dan agar Mac Conkey.
c. Untuk pemeriksaan gram
Aquadest, sampel dari ulkus kaki, karbol-gential violet, air kran,
larutan lugol, aceton alkohol dan fuchsin-air (safranin).
d. Untuk pemeriksaan reaksi kimia
Tabung-tabung dengan media uji produksi Indole, Methyl Red, VogesPro skauer, Simmons’ Citrate, urease, motilitas, uji TSI, uji fermentasi
dan reagensia Covac, reagensia Methyl red, reagensia Naptol serta
reagensia KoH 40%.

4.5.2. Cara kerja
1. Cara Pengambilan Sampel
Persiapkan alat dan bahan yang diperlukan untuk mengambil sampel.
Selanjutnya, peneliti mewawancarai pasien dan meminta persetujuan dari
pasien untuk melakukan pemeriksaan. Setelah pasien setuju untuk
melakukan pemeriksaan ini, maka peneliti melakukan anamesis terhadap
pasien untuk memastikan adanya riwayat DM pada pasien dan
pemeriksaan fisik terhadap pasien untuk mendapat informasi lanjutan
mengenai riwayat penyakitnya. Setelah itu, kapas steril digunakan untuk
mengambil sampel dari swab ulkus dengan menyentuhkan kapas tersebut
pada ulkus, lalu letakkan sampel yang didapat pada media transport Amies
dan memberi label sebagai tanda serta membawa sampel tersebut ke

29

Laboratorium

Mikrobiologi

FK

USU

dengan

segera

untuk

mempertahankan kelangsungan hidup organisme aerobik.
2. Pemeriksaan kultur
Letakkan sampel pada agar darah, inkubasikan secara aerobik dan tambah
5 hingga 10 persen carbon dioksida pada agar Mac Conkey, lalu dinginkan
sampel yang tersisa di kulkas. Selanjutnya, inkubasikan sediaan tersebut
pada suhu 37 derajat celcius dan diamkan semalam. Setelah itu, periksa
piring kultur tersebut dengan lensa tangan dengan cahaya yang baik.
Apabila sediaan tersebut sudah menjadi steril, maka inkubasikan lagi.
Setelah pertumbuhan terlihat, gambar setiap koloni yang terdapat pada
piring kultur tersebut dan lakukan pemeriksaan gram, lalu identifikasi
bakteri yang didapati dengan membandingkan penampilan bakteri yang
bisa dilihat dibawah mikroskop cahaya.
3. Pewarnaan gram
Bersihkan gelas objek dengan kain bersih dan letakkan gelas objek di atas
nyala api. Setelah gelas objek didinginkan, beri label pada gelas objek
dengan pensil kaca atau spidol. Teteskan satu tetes aquadest pada gelas
objek. Selanjutnya, sematkan sebuah sengkelit dibunsen dan dinginkan
diudara. Ambil sampel swab yang berada di ulkus kaki tersebut dengan
menggunakan ujung sengkelit dan pastikan hanya ujung sengkelit yang
menyentuh koloni. Suspensikan sampel tersebut pada tetesan aquadest
pada gelas objek lalu sebarkan dengan gerakan memutar agar rata.
Pastikan luas sediaan tersebut adalah 1-2 cm2. Biarkan sediaan tersebut
mengering. Kemudian, letakkan gelas objek tersebut di atas bunsen
sebanyak 3 kali untuk memastikan sediaan tersebut lekat dengan sempurna
di atas permukaan gelas objek. Selanjutnya, tuangkan zat warna korbolgential violet di atas sediaan dan dibiarkan selama 5 menit. Setelah itu,
cuci sediaan tersebut dengan air kran selama 5 hingga 10 detik. Rendam
sediaan tersebut dengan larutan lugol selama 1 menit dan cuci sediaan
dengan air kran selama 5 hingga 10 detik. Celup dan goyangkan gelas
objek dengan sediaan dalam bak berisi aceton alkohol selama 10 detik.

30

Selanjutnya, cuci sediaan tersebut dengan air kran dan genangi sediaan
dengan fuchsin-air (safranin) selama 1 hingga 2 menit. Setelah itu, cuci
kembali sediaan dengan air kran dan keringkan. Setelah sediaan kering,
lihat dibawah mikroskop cahaya, maka akan terlihat elemen-elemen
bakteri seperti warna bakteri dan bentuk bakteri.
4. Pemeriksaan reaksi kimia
Bakteri yang tumbuh pada agar darah dan agar Mac Conkey diperiksa
untuk mengidentifikasi pertumbuhan jenis bakteri. Jika dijumpai
pertumbuhan dari bakteri gram negatif batang, maka akan dilanjutkan
untuk melakukan pemeriksaan reaksi kimia. Media yang tumbuh pada agar
Mac Conkey dimasukkan ke dalam tabung-tabung yang digunakan untuk
melakukan uji produksi Indole, Methyl red, Voges-Proskauer, citrate,
urease, motilitas, uji TSI dan uji fermentasi. Selanjutnya, tabung-tabung
tersebut diinkubasi pada suhu 37 derajat celcius selama 24 jam. Selepas 24
jam perubahan warna dapat dilihat pada tabung-tabung tersebut, kecuali
pada uji produksi Indole, Methyl red dan Voges-Proskauer. Pada tabung
uji produksi Indole, ditambahkan 3 hingga 5 tetes reagensia Covac dan
hasilnya dapat dilihat. Selanjutnya, perubahan warna pada tabung uji
Methyl red dapat dilihat setelah 3 hingga 5 tetes reagensia methyl red
diteteskan. Setelah itu, teteskan 3 tetes reagensia naptol dan 1 tetes
reagensia

KoH 40% untuk melihat perubahan warna pada tabung uji

Voges-Proskauer. Perubahan warna yang berlaku pada tabung-tabung uji
tersebut digunakan untuk menentukan jenis bakteri.

4.5.3. Pembacaan dan interpretasi hasil
Bakteri aerob yaitu bakteri yang dikultur pada media agar darah dan agar
Mac Conkey yang diinkubasikan pada suhu 37 derajat celcius selama 24 jam.
Hasilnya, digunakan untuk melakukan pewarnaan gram dan hasilnya yang dapat
dilihat secara mikroskopik, dimana terdapat bakteri yang berwarna merah dan
berwarna ungu serta ada juga bakteri yang berbentuk batang dan berbentuk
kokkus. Selepas pewarnaan gram, pemeriksaan reaksi kimia dilakukan pada

31

media-medianya untuk memastikan jenis bakteri gram negatif batang yang
terdapat pada sampel dari swab ulkus kaki pasien DM, berdasarkan perubahan
warna yang terjadi pada media-media tersebut.

4.6. Pengumpulan Data
Jenis data yang diperoleh selama penelitian ini berlangsung, berupa data
primer dimana peneliti akan mengambil sampel dari swab ulkus kaki pasien DM
yang pertama kali mengunjungi pusat perawatan luka Astri Wound Care Centre.
Sebelum melakukan pemeriksaan pengambilan sampel, peneliti akan meminta
persetujuan dari responden terlebih dahulu dengan mendapatkan tandatangan pada
surat Informed Concent. Setelah pengambilan sampel, sampel tersebut akan
dibawa ke Laboratorium Mikrobiologi FK USU dengan media transport Amies
untuk diperiksa dengan pemeriksaan kultur, pewarnaan gram serta reaksi kimia.
Data disajikan secara deskriptif.

4.7. Analisa Data
Hasil data yang diperoleh akan ditabulasi agar mudah diolah dan dibahas
serta dianalisa secara deskriptif.

4.8. Ethical Clearance dan Informed Concent
Tindakan ini harus dilakukan untuk dihindari terjadinya tindakan tidak etis
dalam penelitian. Untuk memastikan ini peneliti harus mendapatkan persetujuan
responden terlebih dahulu dengan mendapatkan tandatangan responden pada surat
Inform Concent. Etika penelitian ini disampaikan kepada Komisi Etika Penelitian
Bidang Kesehatan FK USU, serta dapatkan ethical clearance untuk menghindari
terjadinya tindakan tidak medis.

32

BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian
5.1.1. Deskripsi lokasi penelitian
Pengambilan sampel pada ulkus kaki pasien DM dilakukan di pusat
perawatan luka Astri Wound Care Centre yang berlokasi di Jln. Suluh, Gg.
Mahmud No. 41, Medan 20237. Tempat ini merupakan suatu tempat yang
dikunjungi oleh pasien dengan luka diadetes, luka bakar, ulkus arteriol dan lainlain. Setelah sampel diambil, langsung dibawa ke Laboratorium Mikrobiologi FK
USU yang berlokasi di Jln, Universitas No. 1 Kelurahan Padang Bulan,
Kecamatan Medan Baru, Provinsi Sumatera Utara.

5.1.2. Deskripsi karakteristik responden penelitian
Dalam penelitian ini, yang menjadi responden adalah pasien DM dengan
ulkus kaki. Enam belas orang pasien DM dengan ulkus kaki menjadi responden
dalam penelitian ini. Dari keseluruhan responden gambaran karakteristik yang
diamati meliputi umur, jenis kelamin, pekerjaan, lama mengalami DM, lama
mengalami ulkus diabetik, grade ulkus kaki responden dan KGD responden.

Tabel 5.1 Distribusi umur ulkus kaki pasien DM
No.
1.
2.
3.
4.
5.

Umur
40-49
50-59
60-69
70-79
80-89
Jumlah

n
4
3
6
2
1
16

Persentase(%)
25,0
19,0
37,5
12,5
6,0
100

Berdasarkan Tabel 5.1, dapat diketahui bahwa jumlah responden
terbanyak menurut umur adalah 60-69 tahun yang berjumlah 6 orang (37,5%).
Yang kedua adalah responden yang berumur 40-49 tahun yang berjumlah 4 orang
32

33

(25,0%). Selanjutnya responden yang berumur 50-59 tahun yang berjumlah 3
orang (19,0%). Terdapat juga responden yang berumur 70-79 tahun yang
berjumlah 2 orang (12,5%). Jumlah responden yang paling rendah adalah
golongan responden yang berumur 80-89 tahun yang berjumlah satu orang (6,0%)
saja.
Golongan responden yang paling banyak adalah responden yang berumur
60-69 tahun. Selain itu, golongan responden yang paling rendah adalah responden
yang berumur 80-89 tahun.

Tabel 5.2 Distribusi jenis kelamin ulkus kaki pasien DM
No.
1.
2.

Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Jumlah

n
6
10
16

Persentase (%)
37,5
62,5
100

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa jumlah responden laki-laki
adalah 6 orang (37,5%) dan jumlah responden perempuan adalah 10 orang
(62,5%).
Tabel 5.3 Distribusi pekerjaan ulkus kaki pasien DM
No.
1.
2.
3.
4.
5.

Pekerjaan
Ibu Rumah Tangga
Karyawan
Pensiunan
Pekerja Swasta
Tidak Bekerja
Jumlah

n
9
1
1
4
1
16

Persentase (%)
57,0
6,0
6,0
25,0
6,0
100

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa jumlah responden
terbanyak menurut pekerjaannya adalah responden yang bekerja sebagai ibu
rumah tangga yang berjumlah 9 orang (57,0%). Kedua tertinggi adalah responden
yang bekerja sebagai pekerja swasta yang berjumlah 4 orang (25,0%). Selanjutnya
adalah responden yang tidak bekerja yang berjumlah satu orang (6,0%). Terdapat

34

juga seorang responden (6,0%) yang bekerja sebagai pensiunan dan terdapat juga
seorang responden (6,0%) yang bekerja sebagai karyawan.
Golongan responden yang paling banyak adalah responden yang bekerja
sebagai ibu rumah tangga. Selain itu, golongan responden yang paling rendah
adalah responden yang bekerja sebagai pensiunan, karyawan dan yang tidak
bekerja.
Tabel 5.4 Distribusi lama mengalami DM pada ulkus kaki pasien DM
No.
1.
2.
3.

Lama Mengalami DM
< 1 tahun
1 tahun – 10 tahun
11 tahun – 20 tahun
JUMLAH

n
3
6
7
16

Persentase(%)
19,0
37,0
44,0
100

Berdasarkan Tabel 5.4, dapat diketahui bahwa jumlah responden yang
mempunyai riwayat DM kurang dari setahun adalah 3 orang (19,0%) dan jumlah
responden yang mempunyai riwayat DM sekitar 1 tahun hingga 10 tahun adalah 6
orang (37,0%) dan jumlah responden yang mempunyai riwayat DM sekitar 11
tahun hingga 20 tahun adalah 7 orang (44,0%).

Tabel 5.5 Distribusi lama mengalami ulkus diabetik pada ulkus kaki pasien
DM
No.
1.
2.
3.
4.

Lama Mengalami Ulkus Diabetik
< 1 bulan
1 bulan – 11 bulan
1 tahun – 5 tahun
6 tahun – 10 tahun
Jumlah

n
2
10
2
2
16

Persentase (%)
12,5
62,5
12,5
12,5
100

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa jumlah responden
terbanyak adalah responden yang mempunyai ulkus kaki diabetik selama 1 bulan
hingga 11 bulan yang berjumlah 10 orang (62,5%). Selanjutnya adalah responden
yang mempunyai ulkus kaki diabetik kurang dari 1 bulan yang berjumlah 2 orang
(12,5%). Responden yang mengalami ulkus kaki diabetik selama 1 tahun hingga 5

35

tahun sebanyak 2 orang (12,5%) dan responden yang mengalami ulkus kaki
diabetik selama 6 tahun hingga 10 tahun sebanyak 2 orang (12,5%) juga.

Tabel 5.6 Distribusi grade ulkus kaki pada ulkus kaki pasien DM
No.
1.
2.
3.

Grade Ulkus Kaki
III
IV
V
JUMLAH

n
2
12
2
16

Persentase(%)
12,5
75,0
12,5
100

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa jumlah responden yang
mempunyai ulkus kaki dengan grade III sebanyak 2 orang (12,5%) dan jumlah
responden yang mempunyai ulkus kaki dengan grade IV sebanyak 12 orang
(75,0%). Selain itu, jumlah responden yang mempunyai ulkus kaki dengan grade
V sebanyak 2 orang (12,5%).
Tabel 5.7 Distribusi KGD ulkus kaki pasien DM
No.
1.
2.
3.

KGD (mg/dL)
< 200
200 – 400
400 – 600
JUMLAH

n
3
8
5
16

Persentase(%)
19,0%
50,0%
31,0%
100

Berdasarkan Tabel 5.7, dapat diketahui bahwa jumlah responden yang
mempunyai KGD kurang dari 200mg/dL sebanyak 3 orang (19,0%). Selanjutnya,
jumlah responden yang mempunyai KGD sebanyak 200mg/dL hingga 400mg/dL
sebanyak 8 orang (50,0%). Selain itu, jumlah responden yang mempunyai KGD
sebanyak 400mg/dL hingga 600mg/dL sebanyak 5 orang (31,0%).

5.1.3. Deskripsi hasil pemeriksaan laboratorium
Berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan terhadap 16 sampel dari swab
ulkus kaki pasien DM, di Laboratorium Mikrobiologi FK USU diperoleh hasil
bakteri gram negatif batang sebanyak 16 sampel (100%). Maka, pada pemeriksaan

36

ini tidak ada sampel yang memberikan hasil bakteri gram positif kokkus, bakteri
gram positif batang dan bakteri gram negatif kokkus.
Berdasarkan hasil pewarnaan gram, pemeriksaan reaksi kimia dilakukan
terhadap bakteri gram negatif batang. Data yang diperoleh terdapat pada tabel
berikut:

Tabel 5.8 Distribusi hasil pemeriksaan reaksi kimia pada bakteri gram
negatif batang
No.
1.

2.

Bakteri Gram Negatif Batang
Enterobacteriaceae
Proteus sp.
Klebsiella sp.
E.coli
Pseudomonas aeruginosa
Jumlah

N

Persentase(%)

3
7
5
1
16

19,0
44,0
31,0
6,0
100

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa jumlah sampel yang memberi
hasil Enterobacteriaceae sebanyak 15 sampel (94,0%), dengan Proteus sp.
sebanyak 3 sampel (19,0%) dan Klebsiella sp. sebanyak 7 sampel (44,0%) serta
E.coli sebanyak 5 sampel (31,0%). Selain itu, didapati juga 1 sampel (6,0%) yang
memberikan hasil Pseudomonas aeruginosa.
Tabel 5.9 Distribusi perbandingan bakteri aerob dengan lama mengalami
DM pada ulkus kaki pasien DM
Lama
Mengalami
DM
< 10 tahun
> 10 tahun
Jumlah

Bakteri Gram Negatif Batang Pada Bakteri
JUMLAH
Aerob
Enterobacteriaceaae Pseudomonas aeruginosa
n
%
n
%
n
%
8
50,0
1
6,0
9
56,0
7
44,0
0
0,0
7
44,0
15
94,0
1
6,0
16 100,0

Berdasarkan tabel 5.9, dapat diketahui bahawa bakteri gram negatif batang
pada bakteri aerob yang terdapat pada responden yang mempunyai riwayat DM
kurang dari setahun adalah bakteri Enterobacteriaceaae (50,0%) dan bakteri

37

Pseudomonas aeruginosa (6,0%). Selain itu, bakteri gram negatif batang pada
bakteri aerob yang terdapat pada responden yang mempunyai riwayat DM lebih
dari 10 tahun adalah bakteri Enterobacteriaceaae (44,0%) saja.

Tabel 5.10 Distribusi perbandingan bakteri aerob dengan lama mengalami
ulkus diabetik pada ulkus kaki pasien DM
Lama
Mengalami
Ulkus DM
< 1 tahun
> 1 tahun
Jumlah

Bakteri Gram Negatif Batang Pada Bakteri
JUMLAH
Aerob
Enterobacteriaceaae Pseudomonas aeruginosa
n
%
n
%
n
%
12
75,5
0
0,0
12 75,5
3
18,5
1
6,0
4
24,5
15
94,0
1
6,0
16 100,0

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahawa bakteri gram negatif
batang pada bakteri aerob yang terdapat pada responden yang mempunyai riwayat
ulkus diabetik kurang dari setahun adalah bakteri Enterobacteriaceaae (75,5%)
sahaja. Selain itu, bakteri gram negatif batang pada bakteri aerob yang terdapat
pada responden yang mempunyai riwayat ulkus diabetik lebih dari setahun adalah
bakteri Enterobacteriaceaae (18,5%) dan bakteri Pseudomonas aeruginosa
(6,0%).

5.2.

Pembahasan
Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif observasional

dengan desain cross sectional study yang dilakukan untuk mengetahui gambaran
bakteri aerob pada ulkus kaki pasien DM dengan jumlah responden sebanyak 16
orang.

5.2.1. Karakteristik Responden
Pada penelitian ini, responden yang diidentifikasi adalah sebanyak 16
responden dengan ulkus kaki pasien DM. Pada penelitian ini ditemukan bahwa
responden yang berumur 40-49 tahun adalah sebanyak 4 orang (25,0%),
responden yang berumur 50-59 tahun adalah sebanyak 3 orang (19,0%),

38

responden yang berumur 60-69 tahun adalah sebanyak 6 orang (37,5%),
responden yang berumur 70-79 tahun adalah sebanyak 2 orang (12,5%) dan
terdapat satu orang (6,0%) yang berumur 80-89 tahun. Berdasarkan golongan
umur responden, responden yang paling banyak mempunyai ulkus kaki pada
pasien DM adalah responden yang berumur 60-69 tahun. Sedangkan golongan
responden yang paling rendah mempunyai ulkus kaki pada pasien DM adalah
responden yang berumur 80-89 tahun.
Menurut penelitian Amin (2006) menyatakan bahwa golongan pasien DM
yang mempunyai ulkus kaki adalah golongan dengan rata-rata umur 60 tahun.
Selain itu, peneliti Missoni (2006) juga menyatakan bahwa golongan pasien DM
yang banyak mengalami ulkus kaki adalah rata-rata yang berumur 53-80 tahun,
dimana purata umur adalah 67,1 tahun. Ini membuktikan bahwa golongan
penderita DM yang banyak mempunyai ulkus kaki adalah golongan yang berumur
60-69 tahun.
Pada penelitian ini didapatkan, responden laki-laki sebanyak 5 orang
(33%) dan responden perempuan sebanyak 10 orang (67%). Berdasarkan jenis
kelamin golongan responden dengan DM yang banyak mempunyai ulkus kaki
adalah golongan responden perempuan. Melalui penelitian ini, didapati ratio
laki-laki : perempuan adalah 0.5:1.
Menurut penelitian Missoni (2006) menyatakan bahwa ulkus kaki pasien
DM lebih banyak ditemukan pada golongan responden laki-laki sebanyak 13
orang (59.1%) dibandingkan dengan golongan perempuan sebanyak 9 orang
(40.9%). Perbandingan kasus antara perempuan dan laki-laki sekitar 0.7: 1.
Peneliti Supriyanto (2001), menyatakan bahwa ulkus kaki pasien DM banyak
ditemukan pada responden perempuan sebanyak 40 orang (57,1%) dibandingkan
dengan responden laki-laki sebanyak 30 orang (42,9%). Menurut penelitiannya,
perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki dengan perbandingan 1,3:1
(orang). Penelitian-penelitian diatas bertentangan dengan satu sama lain.
Penelitian Missoni bertentangan dengan penelitian ini, sedangkan penelitian
Supriyanto menyokong penelitian ini dengan menyatakan responden perempuan
lebih banyak dari responden laki-laki. Ini mungkin karena tergantung kepada

39

tempat penelitian dilakukan. Oleh sebab itu, penelitian ini dapat disokong oleh
penelitian Supriyanto yang dilakukan di Semarang, Indonesia.
Pada penelitian ini, didapati responden yang menderita DM kurang dari
setahun sebanyak 3 orang (20%). Selanjutnya, responden yang menderita DM
selama 1-10 tahun sebanyak 5 orang (33%) dan responden yang menderita DM
selama 11-20 tahun sebanyak 7 orang (47%). Berdasarkan golongan responden
yang menderita DM, golongan yang paling banyak mengalami ulkus kaki adalah
golongan responden yang mempunyai riwayat DM selama 11-20 tahun. Golongan
responden DM yang kurang mengalami ulkus kaki adalah golongan responden
yang mempunyai riwayat DM selama setahun.
Menurut penelitian Dharod (2006), menyatakan bahwa kedua jenis
kelamin harus memiliki riwayat DM rata-rata selama 13 tahun. Peneliti Missoni
(2006) juga menyatakan bahwa rata-rata durasi riwayat DM didiagnosa pada
responden selama 11,3 tahun. Hasil kedua peneliti ini dapat membuktikan bahwa
golongan responden DM yang paling banyak mengalami ulkus kaki adalah
responden yang mempunyai riwayat DM selama 11-20 tahun.
Pada penelitian ini, ditemukan bahwa responden yang mengalami ulkus
kaki diabetik kurang dari 1 bulan sebanyak 2 orang (12,5%). Selanjutnya,
responden yang mengalami ulkus kaki diabetik selama 1 bulan hingga 11 bulan
sebanyak 10 orang (62,5%) dan responden yang mengalami ulkus kaki diabetik
selama 1 tahun hingga 5 tahun sebanyak 2 orang (12,5%) dan responden yang
mengalami ulkus kaki diabetik selama 6 tahun hingga 10 tahun sebanyak 2 orang
(12,5%) juga.
Menurut penelitian Yasa (2012), menyatakan bahwa pasien penderita DM
yang terkena ulkus kaki diabetik dengan rata-rata 7,5 minggu hingga 12,61
minggu yaitu sekitar 2 bulan hingga 4 bulan. Hal ini dapat membuktikan bahwa
golongan responden dengan DM yang paling banyak mengalami ulkus kaki
diabetik adalah responden yang mengalaminya sekitar 1 bulan hingga 11 bulan.
Pada penelitian ini, didapati golongan responden yang bekerja sebagai ibu
rumah tangga adalah sebanyak 9 orang (57,0%) dan responden yang bekerja
sebagai pekerja swasta adalah sebanyak 4 orang (25,0%). Seterusnya, golongan

40

responden yang tidak bekerja adalah sebanyak seorang (6,0%) sahaja. Selain itu,
terdapat seorang responden (6,0%) yang bekerja sebagai pensiunan dan terdapat
seorang responden (6,0%) yang bekerja sebagai karyawan. Golongan responden
yang paling banyak adalah responden yang bekerja sebagai ibu rumah tangga serta
golongan responden yang paling rendah adalah responden yang bekerja sebagai
pensiunan, karyawan dan yang tidak bekerja.
Menurut penelitian Ferawati (2014), menyatakan bahwa responden yang
bekerja sebagai petani adalah 14 responden (38,9%), yang bekerja sebagai pekerja
buruh adalah 11 responden (30,6%) dan responden yang bekerja sebagai pegawai
negeri adalah 3 responden (8,3%) serta responden yang tidak bekerja adalah 8
responden (22,2%). Peneliti ini menjelaskan bahwa golongan responden DM yang
lebih melakukan pekerjaan yang berat seperti pertanian dan kerja buruh yang
paling banyak mengalami ulkus dikaki sewaktu mempunyai riwayat DM, dimana
golongan responden yang melakukan pekerjaan yang ringan seperti pegawai
negeri dan yang tidak bekerja kurang megalami ulkus di kaki. Ini tidak
membuktikan bahwa golongan responden yang melakukan pekerjaan ringan yang
lebih banyak mengalami ulkus di kaki pada pasien DM, sedangkan golongan
responden yang melakukan pekerjaan yang berat, peluang untuk terjadinya ulkus
kaki pada pasien DM kurang.
Pada penelitian ini, ditemukan bahwa responden yang mempunyai ulkus
kaki dengan grade III sebanyak 2 orang (12,5%) dan jumlah responden yang
mempunyai ulkus kaki dengan grade IV sebanyak 12 orang (75,0%) dan jumlah
responden yang mempunyai ulkus kaki dengan grade V sebanyak 2 orang
(12,5%).
Menurut penelitian Supriyanto (2001) menyatakan bahwa pasien DM
dengan derajat kaki diabetik 0 sebanyak 35 orang (50,0%). Dimana pasien dengan
derajat kaki diabetik satu sebanyak 13 orang (18,6%) dan derajat kaki diabetik
dua sebanyak 10 orang (14,3%) serta derajat kaki diabetik tiga sebanyak 12 orang
(17,1%). Penelitian ini menyatakan bahwa kebanyakan pasien DM tidak
mempunyai derajat kaki diabetik. Penelitian Supriyanto tersebut bertentangan

41

dengan penelitian ini yang menyatakan grade ulkus kaki yang palimg banyak
pada pasien DM adalah grade IV.
Pada penelitian ini ditemukan bahwa jumlah responden yang mempunyai
KGD kurang dari 200mg/dL sebanyak 3 orang (19,0%). Selanjutnya, jumlah
responden yang mempunyai KGD sebanyak 200mg/dL hingga 400mg/dL
sebanyak 8 orang (50,0%) dan jumlah responden yang mempunyai KGD
sebanyak 400mg/dL hingga 600mg/dL sebanyak 5 orang (31,0%).
Menurut penelitian Supriyanto (2001) menyatakan bahwa KGD minimal
adalah antara 74mg/dL hingga 79mg/dL, dimana KGD maksimal adalah antara
500mg/dL hingga 600mg/dL. Mean KGD pada pasien DM adalah diantara
160mg/dL hingga 250mg/dL. Penelitian Supriyanto ini, dengan mean KGD
antara 160mg/dL hingga 250mg/dL menyokong penelitian ini yang mempunyai
KGD yang paling banyak antara 200mg/dL hingga 400mg/dL.

5.2.2. Bakteri gram negatif batang pada bakteri aerob
Pada penelitian ini, didapati hasil berdasarkan pemeriksaan pewarnaan
gram dan pemeriksaan reaksi kimia. Dari pemeriksaan pewarnaan gram didapati
bahwa jenis bakteri yang terdapat pada sampel ulkus kaki pasien DM adalah
bakteri gram negatif batang sebanyak 16 sampel (100%). Bakteri-bakteri lain
seperti bakteri gram positif batang, bakteri gram positif kokkus dan bakteri gram
negatif kokkus tidak terdapat pada sampel ulkus kaki pasien DM. Melalui ini
dapat dikonklusikan bahwa pasien DM yang mengunjungi pusat perawatan luka
Astri Wound Care Centre, mempunyai bakteri gram negatif batang yang tidak
memberikan efek negatif kepada kaki pasien tersebut. Melalui ini dapat kita
simpulkan bahwa pasien-pasien tersebut menjaga ulkus di kakinya dengan baik
dan memastikan bahwa ulkus kaki mereka berada dalam keadaan yang baik.
Bakteri-bakteri aerob yang digolongkan sebagai bakteri gram negatif
batang yang terdapat pada ulkus kaki DM adalah bakteri Enterobacteriaceae dan
bakteri Pseudomonas aeruginosa. Berdasarkan hasil penelitian ini, pemeriksaan
reaksi kimia dilakukan. Golongan bakteri Enterobacteriaceae yang terdapat pada
ulkus kaki pasien DM adalah Proteus sp. sebanyak 3 sampel (20%) dan Klebsiella

42

sp. sebanyak 7 sampel (47%) serta E.coli sebanyak 5 sampel (33%). Selain itu,
terdapat juga 1 sampel bakteri Pseudomonas aeruginosa. Ini dapat menjelaskan
bahwa bakteri aerob yang banyak terdapat pada ulkus kaki pasien DM adalah
bakteri Klebsiella sp. dari golongan Enterobacteriaceae.
Menurut penelitian Missoni (2006), menyatakan bahwa bakteri yang
paling sering diisolasi dari ulkus kaki pasien DM adalah bakteri gram negatif
dengan spesies Enterobacteriaceae (Proteus sp., Serratia sp., Morganella sp.) dan
Pseudomonas sp.. Hasil peneliti ini dapat membuktikan bahwa penelitian ini benar
di mana hasilnya adalah bakteri Enterobacteriaceae dan bakteri Pseudomonas
aeruginosa.
Pada penelitian ini, ditemukan bahwa bakteri gram negatif batang pada
bakteri aerob yang terdapat pada responden yang mempunyai riwayat DM kurang
dari

setahun

adalah

bakteri

Enterobacteriaceaae

(50,0%)

dan

bakteri

Pseudomonas aeruginosa (6,0%). Selain itu, bakteri gram negatif batang pada
bakteri aerob yang terdapat pada responden yang mempunyai riwayat DM lebih
dari 10 tahun adalah bakteri Enterobacteriaceaae (44,0%) saja.
Seterusnya, pada penelitian ini juga didapati bakteri gram negatif batang
pada bakteri aerob yang terdapat pada responden yang mempunyai riwayat ulkus
diabetik kurang dari setahun adalah bakteri Enterobacteriaceaae (75,5%) sahaja.
Selain itu, bakteri gram negatif batang pada bakteri aerob yang terdapat pada
responden yang mempunyai riwayat ulkus diabetik lebih dari setahun adalah
bakteri Enterobacteriaceaae (18,5%) dan bakteri Pseudomonas aeruginosa
(6,0%).

43

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan

tujuan

dan

hasil

penelitian,

maka

dapat

ditarik

kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut:
1. Keseluruhan 16 sampel yang diambil dari ulkus kaki pasien DM,
mempunyai bakteri Enterobacteriaceae dan Pseudomonas aeruginosa.
2. Dari hasil pemeriksaan reaksi kimia, bakteri Enterobacteriaceae yang
paling banyak adalah Klebsiella sp yaitu sebanyak 7 sampel (44%).
3. Berdasarkan karakteristik responden, golongan responden yang paling
banyak mempunyai ulkus kaki DM adalah golongan responden
perempuan yang berumur 60-69 tahun, dengan KGD 200mg/dL hingga
400mg/dL yang mempunyai riwayat DM selama 11 hingga 20 tahun dan
riwayat ulkus diabetik selama sebulan hingga 11 bulan serta mempunyai
grade ulkus kaki IV.

6.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, dapat dibuat saran-saran sebagai berikut:
1. Kepada pasien DM, diharapkan riwayat DM mereka berada dalam
keadaan kontrol, agar DM mereka tidak menjadi lebih parah.
2. Kepada pusat perawatan, diharapkan pasien DM dengan ulkus kaki dapat
diberi pengobatan yang tepat dan benar berdasarkan hasil yang didapati
dari swab ulkus kaki pasien DM tersebut.
3. Kepada peneliti lain, diharapkan untuk melakukan penelitian lanjutan
untuk mengetahui obat yang resisten terhadap bakteri pada ulkus kaki
pasien DM.

43

5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ulkus Kaki Diabetes
2.1.1. Definisi
Kaki diabetes merupakan salah satu komplikasi kronis diabetes melitus,
yang paling ditakuti. Sering kaki diabetes berakhir dengan kecacatan dan
kematian (Waspadjl, 2009). Ulkus kaki diabetes didefinisikan sebagai daerah
diskontinuitas permukaan epitel yang terdapat pada bagian antara lutut dan
pergelangan kaki, pergelangan kaki lateral dan pada bagian plantar kaki atau jarijari kaki. Istilah kaki diabetik digunakan untuk kelainan kaki mulai dari ulkus
sampai gangren yang terjadi pada orang dengan diabetes akibat neuropati atau
iskemia perifer atau keduanya (Grace, 2007).
Gangren diabetikum adalah kematian jaringan yang disebabkan oleh
penyumbatan pembuluh darah (ischemic necrosis) karena adanya mikroemboli
aterotrombosis akibat penyakit vaskular perifir oklusi yang menyertai penderita
diabetes sebagai komplikasi menahun dari diabetes itu sendiri. Ulkus kaki
diabetes dapat diikuti oleh invasi bakteri sehingga terjadi infeksi dan pembusukan,
yang dapat terjadi di setiap bagian tubuh terutama di bagian distal tungkai bawah
(Yasa, 2012).

2.1.2. Epidemiologi
Prevalensi ulkus kaki pada populasi diabetes umum adalah 4-10%,
terutama pada pasien yang lebih tua. Insiden tahunan ulkus kaki berkisar dari 1%
menjadi 3,6% di antara pasien dengan diabetes tipe 1 atau tipe 2. Diperkirakan
bahwa sekitar 5% dari pasien dengan diabetes memiliki riwayat ulkus kaki,
sedangkan risiko seumur hidup untuk komplikasi ini adalah 15%. Ulkus kaki lebih
sering terjadi pada pasien Caucasions daripada pasien di Asia dari anak benua
India. Selain itu, 60-80% dari ulkus kaki akan sembuh, 10-15% akan tetap aktif,

5

6

dan 5-24% akan berakhir di amputasi dalam jangka waktu 6-18 bulan setelah
evaluasi pertama. Hal yang menarik adalah, 3,5-13% dari pasien dengan ulkus
aktif akan meninggal, akibat co = morbiditas, termasuk penyakit arteri koroner
dan nefropati pada pasien dengan ulkus kaki (Tentolouris, 2010).

2.1.3. Etiologi
Pada telapak kaki pasien mungkin dapat mengalami kerusakan oleh
kekuatan eksternal dalam satu atau lebih dalam tiga hal, seperti berikut :
Pertama adalah tekanan yang tak henti-henti, dan rendah, seperti dari
sepatu ketat yang dapat menyebabkan nekrosis iskemik atau nyeri tekan. Patologi
yang ini mirip dengan ulkus dekubitus. Kedua adalah tekanan yang lebih tinggi
dapat menyebabkan kerusakan mekanik langsung, ketika kaki terpijak pada batu
yang tajam, serpihan kaca, atau paku payung, dan ia menembus kulit atau
mengakibatkan kulit rusak. Ketiga adalah jika tekanan moderat terus berulang
dengan setiap langkah dapat menyebabkan peradangan pada titik-titik tekanan
tinggi, yang diikuti dengan pembentukan ulkus atau blister. Patologinya bukan
nekrosis iskemik, karena aliran darah tidak diblokir secara terus-menerus, tetapi ia
lebih konsisten dengan peradangan autolisis enzimatik. Ketiga-tiga faktor
patogenik ini diistilahkan sebagai iskemia, kerusakan mekanik dan peradangan
autolisis (Coleman, 2005).

2.1.3.1. Iskemia
Kaki neuropatik rentan terhadap cedera dari tekanan yang tak hentihenti.Tekanan eksternal berkelanjutan yang lebih besar daripada tekanan darah
kapiler atau lokal anteriolar akan menutupi pengaliran darah manapun jaringan
dikompresi antara sepatu dan mendasari struktur tulang.Lokal nekrosis kulit kaki
dapat terjadi dengan tekanan serendah 1 pound per inci persegi. Tingkat tekanan,
sering tanpa rasa sakit, dapat melebihi dengan ketat sepatu. Dengan mengirakan
ini, pasien diabetes tidak bisa memakai sepatu lebih dari lapan atau sepuluh jam
(Coleman, 2005).

7

2.1.3.2. Kerusakan mekanikal
Kerusakan langsung ke telapak kaki mungkin terjadi jika seluruh berat
144-lb seseorang beristirahat di area seluas 1/9 inci persegi. Dengan demikian,
tidak mungkin bahwa seseorang yang memakai sepatu bisa menderita kerusakan
langsung dari setiap kekuatan eksternal kecuali, jika benda tajam yang kecil
berada di bawah kaki di dalam sepatu. Penderita diabetes tidak boleh berjalan
tanpa alas kaki karena krusakan bisa terjadi akibat berjalan kaki dengan
menggunakan kaus kaki atau kaki telanjang di atas benda yang tajam. Selain
kerusakan langsung dari tekanan yang sangat tinggi, maka kerusakan langsung
dari panas, dingin, atau bahan kimia korosif juga harus dipertimbangkan. Semua
orang dengan neuropati perifer perlu waspada terhadap bahaya tersebut dan
mempertahankan batas keselamatannya (Coleman, 2005).

2.1.3.3. Peradangan autolisis
Peradangan autolisis adalah penyebab yang paling umum dari ulkus pada
kaki diabetes. Tekanan yang menyebabkan jarak antara 20 sampai 70 psi dan
sangat mirip dengan tekanan yang turut ditoleransi oleh individu norrmal yang
berolahraga atau berjalan cepat dengan menggunakan sepatu bersol. Tekanan
tersebut tidak membahayakan kaki yang normal atau kaki diabetes kecuali pada
mereka yang sering mengulanginya setiap hari pada area yang sama pada kakinya,
jaringan yang sudah mengalami peradangan sebagai akibat dari stres mekanik
yang berlebihan dan

struktur yang abnormal sebagai akibat dari ulkus

sebelumnya serta jaringan parut (Coleman, 2005).
Ulkus kaki diabetes dianggap terjadi apabila terdapat callus pada
permukaan kulit. Dikarenakan impaksi yang

berulang-ulang pada callus ini

sebagai akibat dari berjalan, terjadi kerusakan antara callus dan jaringan yang
lebih dalam. Pemecahan ini merupakan hasil dari akumulasi peradangan pada sel.
Sel-sel ini melepaskan enzim yang melisiskan jaringan dasar, sehingga terjadi
akumulasi cairan dalam saku. Peradangan dan kerusakan jaringan yang terkait
diperburuk oleh tekanan fluida hidrolik sebagai hasil dari tekanan di saku. Ini

8

akhirnya menghasilkan pembentukan blister berlawanan ke callus atau pemecahan
pada kulit (Coleman, 2005).

2.1.4. Faktor risiko
Selama tahun-tahun terakhir ini, beberapa penelitian telah dilakukan untuk
mengidentifikasi faktor-faktor yang berkontribusi terhadap morbiditas dari kaki
diabetes. Dalam sebuah studi prospektif dari 740 pasien, Boyko dan rekan kerja
menemukan bahwa ulkus kaki diabetes berkembang sebagai hasil dari neuropati,
berkurang perfusi pembuluh darah, kelainan bentuk kaki, tekanan yang lebih
tinggi di bawah kaki, keparahan diabetes, dan komplikasi co-morbid dari diabetes.
Pasien diabetes dan neuropati adalah 1,7 kali lebih besar untuk berkembangnya
ulserasi kaki. Mereka dengan kelainan bentuk kaki (gerakan ibu jari yang terbatas,
bunion, atau jari kaki yang cacat) yang 12,1 kali lebih mungkin mengalami ulkus
kaki. Jika pasien diabetes memiliki amputasi ekstremitas bawah, maka risiko
ulserasi pada ekstremitas berlawanan atas meningkat 36,4 kali dari yang normal.
Dengan menyadari data ini, dokter dapat mulai mengkategorikan pasien menurut
risiko yang mengembangkan cedera kaki (Coleman, 2005).

9

Tabel 2.1: Klasifikasi pasien diabetes berdasarkan risiko yang
mengembangkan ulkus kaki (Bokyo)
Category Patient
of
risk characterist
for foot ics
injury

0

1

2

3

Education needs

-Co-morbidities
of
diabetes related to poor
glycemic control.
All patients -Signs
that
suggest
with
damage to the vasculature
diabetes
or nerves
-Need for properly fitting,
conservative footwear

Diabetes
and
peripheral
neuropathy

Diabetes,
neuropathy,
and
foot
deformity

Diabetes
and
neuropathy
foot

(Sumber: Coleman, 2005)

-Need for daily visual foot
inspection-Sensation
in
feet cannot be trusted as
an indication of the
presence or severity of foot
wound
-Contact physician for
assistance with wound
care

-Strict adherence to the
use of proper foot wear at
all times
–Custom footwear or shoe
inserts are often needed
Any lesion should be
treated immediately
-Must
always
wear
prescription footwear to
lower
weight-bearing
stress at previous site(s) of
ulcer
-Walking without shoes or
with
nonprescribed
footwear poses a threat to
the foot

Monitoring of feet

-Once-a-year
evaluation by a health
care professional for
signs
of
lower
neuropathy or extremity
arterial
occlusive
disease
-A quantitative test of
sensation conducted at
least annually
-Assessment of properly
fitting shoes by a
competent professional
-Toenails and calluses
should be maintained
by a trained medical
professional
-Feet
should
be
medically evaluated at
least once every 6
months
-See a foot specialist
every 3 months for nail
and callus care
-Feet
should
be
examined for changes
in shape or mobility
-Visit a foot clinic every
1-2 months
-Footwear needs to be
examined at every visit
for proper fit and
function

10

2.1.5. Patofisiologi
Terjadinya masalah kaki diawali adanya hiperglikemia pada penyandang
DM yang menyebabkan kelainan neuropati dan kelainan pada pembuluh darah.
Neuropati, baik neuropati sensorik maupun motorik dan autonomik akan
menyakibatkan berbagai perubahan pada kulit dan otot (Waspadjl, 2009).
Neuropati sensorik biasanya derajatnya cukup dalam (>50%) sebelum
mengalami kehilangan sensasi proteksi yang berakibat pada kerentanan terhadap
trauma fisik dan termal sehingga meningkatkan resiko ulkus kaki. Tidak hanya
sensasi nyeri dan tekanan yang hilang, tetapi juga propriosepsi yaitu sensasi posisi
kaki juga menghilang. Neuropati motorik mempengaruhi semua otot-otot di kaki,
mengakibatkan penonjolan tulang-tulang abnormal, arsitektur normal kaki
berubah, deformitas yang khas seperti hammer toe dan hallux rigidus. Sedangkan
neuropati autonom atau autosimpatektomi, ditandai dengan kulit kering, tidak
berkeringat, dan peningkatan pengisian kapiler sekunder akibat pintasan
arteriovenous di kulit, hal ini mencetuskan timbulnya fisura, kerak kulit,
semuanya men