Analisis Ketimpangan Distribusi Pendapatan dan Kesejahteraan Masyarakat Kecamatan Sipoholon Kabupaten Tapanuli Utara

(1)

LAMPIRAN I Kuesioner Penelitian

Analisis Ketimpangan Distribusi Pendapatan dan Kesejahteraan Masyarakat Kecamatan Sipoholon Kabupaten Tapanuli Utara

A. Identitas Responden

1. Nama Responden :

2. Alamat :

3. Jenis Kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan 4. Berapa usia B/I/S saat ini : _________ tahun

5. Status Pernikahan : 1. Belum Menikah 2. Menikah 3. Duda/Janda 6. Pendidikan terakhir yang ditamatkan :

1. Tidak sekolah 4. Tamat SMA atau sederajat

2. Tamat SD/MI 5. Sarjana Muda/D3/ atau lebih tinggi 3. Tamat SMP atau sederajat

7. Apa pekerjaa B/I/S saat ini :

1. Petani 6. PNS/Pensiunan

2. Nelayan 7. Pegawai Swasta

3. Buruh/Tukang 8. Profesional (dokter/pengacara)

4. Pedagang 9. Jasa

5. Pengusaha 10. Ibu Rumah Tangga

11. Tidak bekerja 8. Jumlah Anak : _________ orang

B. Kondisi Rumah Tangga Responden

No Tingkat Pendapatan Kriteria Skor

1 Tingkat Pendapatan Rp.

1. Rendah : < Rp. 1.000.000

2. Sedang : Rp. 1.000.001 – Rp. 5.000.000 3. Tinggi : > Rp. 5.000.000

No Konsumsi atau Pengeluaran Rumah Tangga

Kriteria Skor

1 Pengeluaran rumah tangga

Rp.

1. Rendah : < Rp. 1.000.000

2. Sedang : Rp. 1.000.001 – Rp. 5.000.000 3. Tinggi : > Rp. 5.000.000

No Kondisi Tempat Tinggal Kriteria Skor

1 Jenis Lantai 1. Tanah 2. Kayu

3. Semen dan Keramik 2 Jenis Dinding 1. Kayu

2. Semi 3. Tembok

3 Jenis Atap 1. Rumbia

2. Seng 3. Genteng 4 Luas Lantai 1. < 24 m2

2. 24-32 m2 3. > 32 m2 5 Status kepemilikan

rumah

1. Sewa 2. Numpang 3. Rumah sendiri

No Fasilitas Tempat Tinggal Kriteria Skor

1 Akses Jalan 1. Tanah/pasir

2. Kerikil/batu diperkeras 3. Semen/conblock/aspal 2 Tempat pembuangan

sampah

1. Dibuang ke selokan/sungai 2. Ditimbun


(2)

3 Alat penerangan 1. Lampu tempel/pelita/lampu minyak 2. Petromaks

3. Listrik PLN/Generator Set 4 Sumber air bersih 1. Sungai

2. Sumur

3. Ledeng atau PAM

5 Keadaan Ruangan 1. Kurang Nyaman (pengap/panas) 2. Cukup

3. Nyaman 6 Bahan bakar untuk

memasak

1. Kayu bakar 2. Minyak dan gas 3. Listrik

7 Kendaraan yang dimiliki

1. Tidak memiliki kendaraan 2. Kendaraan roda 2 3. Kendaraan roda 4 8 Fasilitas air minum 1. Masak air minum sendiri

2. Isi ulang

3. Air mineral ber-merk 9 Alat Elektronik 1. Tidak ada

2. Ada (1-3 alat elektronik) 3. Ada (> 4 alat elektronik) 10 Pekarangan 1. Tidak ada

2. Cukup 3. Luas

11 Fasilitas kamar mandi 1. Sungai/Kamar mandi umum 2. 1 kamar mandi

3. 2 atau lebih kamar mandi 12 Jenis Pagar 1. Tidak ada pagar

2. Bambu/Kayu 3. Bahan Logam

13 Fasilitas Dapur 1. Letaknya di luar rumah

2. Letaknya menyatu dengan ruangan lain 3. Memiliki dapur sendiri

No Pelayanan Kesehatan Kriteria Skor

14 Jenis Plafon 1. Tidak memiliki plafon

2. plafon sederhana (triplek/kayu) 3. plafon mewah (semen/gipsum) 15 Perabotan rumah

tangga

1. Tidak ada 2. Belum Lengkap 3. Lengkap

No Kesehatan Anggota Keluarga Kriteria Skor

1 Jumlah anggota keluarga yang sakit Total jumlah anggota

keluarga

1. Kurang (>50%) 2. Cukup (25-50%) 3. Bagus (<25%) No Kemudahan mendapatkan

pelayanan kesehatan

Kriteria Skor

1 Jarak ke pelayanan kesehatan terdekat

1. Jauh 2. Sedang 3. Dekat 2 Jarak toko obat 1. Jauh

2. Sedang 3. Dekat 3 Penanganan

obat-obatan

1. Kurang 2. Sedang 3. Lengkap 4 Harga obat-obatan 1. Mahal

2. Sedang 3. Murah 5 Biaya penanganan

pasien

1. Mahal 2. Sedang 3. Murah 6 Ketersediaan tenaga

medis (bidan/dokter)

1. Kurang 2. Cukup 3. Lengkap 7 Kelengkapan peralatan

medis

1. Kurang 2. Cukup 3. Lengkap


(3)

No Kemudahan memasukkan anak ke jenjang pendidikan

Kriteria Skor

1 Biaya sekolah 1. Mahal 2. Sedang 3. Murah 2 Jarak ke sekolah 1. Jauh

2. Sedang 3. Dekat 3 Proses penerimaan 1. Mudah

2. Sedang 3. Sulit No Kemudahan mendapatkan

fasilitas transportasi

Kriteria Skor

1 Ongkos kendaraan 1. Mahal 2. Sedang 3. Murah 2 Ketersediaan

kendaraan umum

1. Jarang 2. Cukup 3. Sering/banyak 3 Jarak ke jalan raya 1. Jauh

2. Sedang 3. Dekat


(4)

LAMPIRAN II Data Responden

No Nama Responden Alamat Jenis

Kelamin Usia

Status

Pernikahan Pendidikan Pekerjaan

Jumlah

Anak Tanggungan

1 Dina Sitanggang Simanungkalit 1 30 2 5 1 1 1

2 Bostob Marbun Simanungkalit 1 54 2 3 1 4 2

3 S. Sianturi Simanungkalit 1 53 2 3 1 4 4

4 Kusmiran Panggabean Simanungkalit 1 43 2 4 1 2 2

5 Maslinar R Sianturi Simanungkalit 1 40 2 5 5 4 4

6 Jelita Panjaitan Simanungkalit 1 42 3 5 6 2 2

7 Maniur Pangaribuan Simanungkalit 1 45 2 3 1 3 3

8 Tiurma Situmeang Simanungkalit 1 33 2 4 1 2 3

9 Misar Saragi Simanungkalit 1 35 2 5 5 3 3

10 Janri Sibarani Hutauruk 1 48 2 5 4 2 3

11 R. Boru Hautauruk Hutauruk 1 55 2 3 4 2 2

12 Jansen Sitorus Hutauruk 1 69 2 3 1 2 0

13 Binsar S Pakpahan Hutauruk 1 28 1 3 9 0 0

14 Faber Panggabean Hutauruk 1 45 2 5 6 3 3

15 Jenti Manurung Hutauruk 1 39 2 5 5 2 2

16 Paniop Manik Hutauruk 1 51 2 5 7 2 2

17 Sarmain Siboro Hutauruk 1 43 2 5 6 2 2

18 Timbul Aritonang Hutauruk 1 38 2 5 8 1 1

19 Parulian Hutauruk Hutauruk 1 37 2 4 9 2 2

20 Samri Aritonang Hutauruk 1 36 1 4 9 0 0


(5)

22 B. Boru Sibarani Hutauruk 1 58 2 5 6 4 2

23 Manerep Purba Hutauruk 1 44 2 3 1 5 3

24 Susi Siringo-ringo Hutauruk 1 28 1 5 9 0 0

25 Christian Sinaga Situmeang Habinsaran 1 34 2 5 5 3 3 26 Jewita Situmeang Situmeang Habinsaran 1 29 2 5 7 1 1 27 Rosmaida Simanjuntak Situmeang Habinsaran 1 52 2 4 1 5 7 28 Halomoan Lumbangaol Situmeang Habinsaran 1 54 2 5 6 4 3 29 Posma Simanjuntak Situmeang Habinsaran 1 47 2 5 5 3 3

30 Tahan Sinaga Situmeang Habinsaran 1 50 2 4 5 4 4

31 Opnagel Sinaga Situmeang Habinsaran 1 36 2 4 4 3 4

32 Riama Nababan Situmeang Habinsaran 1 38 2 4 5 2 3

33 Wismar Situmeang Situmeang Habinsaran 1 47 2 4 5 2 2 34 Listop Sipahutar Situmeang Habinsaran 1 38 2 4 9 2 2

35 Gomos Pardede Situmeang Habinsaran 1 46 2 4 4 4 4

36 Manatap Siagian Situmeang Hasundutan 1 48 2 4 9 3 3

37 Tiur Hutabarat Situmeang Hasundutan 1 42 2 4 1 4 3

38 Marhara Lumbangaol Situmeang Hasundutan 1 43 2 3 1 3 5

39 Timba Hutauruk Situmeang Hasundutan 1 33 1 3 3 0 0

40 Maruhum Sinaga Situmeang Hasundutan 1 48 2 4 1 6 4

41 Pardamean Situmeang Situmeang Hasundutan 1 37 2 5 5 3 3

42 Sihar Hutagalung Lobu Singkam 1 44 2 4 4 4 4

43 L. Boru Sihite Lobu Singkam 1 63 3 3 1 5 2

44 Halomoan Pasaribu Lobu Singkam 1 55 2 2 1 4 3

45 Sinarta Marbun Lobu Singkam 1 48 2 3 1 3 2

46 K. Pardede Lobu Singkam 1 58 2 2 1 4 2


(6)

48 Gomos P Hutagalung Lobu Singkam 1 31 1 4 1 0 0

49 Heber Sihol Panjaitan Lobu Singkam 1 36 2 4 1 3 3

50 J. Ambarita Lobu Singkam 1 48 2 4 1 3 4

51 Adi Hutauruk Lobu Singkam 1 45 2 3 1 4 4

52 Nikson Panjaitan Lobu Singkam 1 47 2 3 1 3 3

53 Tarida Hutagaol Pagar Batu 1 45 2 5 6 3 3

54 Monika Damanik Pagar Batu 1 45 2 5 5 3 3

55 Janluther Tamba Pagar Batu 1 51 2 4 5 4 3

56 Bomo Pardede Pagar Batu 1 47 2 3 1 4 3

57 Sumiati Manalu Pagar Batu 1 33 2 5 4 2 2

58 G. Pangaribuan Pagar Batu 1 66 2 4 1 5 3

59 J. Nababan Pagar Batu 1 48 2 5 7 4 4

60 Ruth K. Panjaitan Pagar Batu 1 33 2 5 7 2 2

61 Demak Sipahutar Pagar Batu 1 40 2 4 1 3 3

62 Roy Silaban Pagar Batu 1 52 2 4 5 5 4

63 Lundu Manik Pagar Batu 1 47 2 4 5 3 4

64 Sanggam Hutapea Pagar Batu 1 45 2 4 1 1 2

65 Benny Sianipar Pagar Batu 1 44 2 3 1 4 4

66 Samsul Sianturi Pagar Batu 1 53 2 4 1 3 1

67 Mauliate Parhusip Pagar Batu 1 50 2 4 1 2 0

68 Marangkup Sibarani Sipahutar 1 47 2 4 4 3 2

69 Jan Hutauruk Sipahutar 1 53 2 4 4 3 2

70 M. Sipahutar Sipahutar 1 60 2 5 5 3 1

71 Meslinar Pardede Sipahutar 1 43 3 3 4 3 2

72 Bistok Sipahutar Sipahutar 1 52 2 5 5 3 2


(7)

74 Parasian Banjarnahor Sipahutar 1 57 2 2 1 6 3

75 Wesliara Sitinjak Hutaraja 1 55 3 5 6 4 2

76 Saur Maruli Pasaribu Hutaraja 1 70 3 4 5 4 0

77 R. Boru Sibagariang Hutaraja 1 58 3 4 1 5 0

78 N Sibagariang Hutaraja 1 63 3 2 1 4 1

79 Tiramin Br. Hutabarat Hutaraja 1 60 3 5 1 3 0

80 Hendra Pasaribu Hutaraja 1 31 3 3 4 3 3

81 A. Pasaribu Hutaraja 1 49 3 4 1 5 4

82 Suto Panggabean Tapian Nauli 1 28 1 3 1 0 0

83 Lamhot Siregar Tapian Nauli 1 40 2 3 1 3 3

84 T. Boru Hutasoit Tapian Nauli 1 55 2 3 1 5 1

85 Hendra Sibagariang Hutaraja Hasundutan 1 53 2 3 1 4 4

86 Sabam Pasaribu Hutaraja Hasundutan 1 54 2 2 1 5 3

87 Lina Boru Manalu Hutaraja Hasundutan 1 38 2 3 1 2 2

88 Patar Sinaga Hutaraja Hasundutan 1 27 2 3 1 1 1

89 Maringotan Sibagariang Hutaraja Hasundutan 1 42 2 3 1 2 2

90 Erwin Nababan Hutaraja Simanungkalit 1 29 2 4 7 2 2

91 Yanti Tamba Hutaraja Simanungkalit 1 35 2 5 7 2 2

92 Jepas Pasaribu Hutaraja Simanungkalit 1 40 2 3 1 3 3 93 Lamhot Sibagariang Hutaraja Simanungkalit 1 55 2 3 1 3 2 94 Takkas Simanjuntak Hutauruk Hasundutan 1 51 2 5 5 3 2 95 Belfry Lumbantobing Hutauruk Hasundutan 1 43 2 5 5 2 2

96 L Boru Sirait Hutauruk Hasundutan 1 61 2 5 4 5 0

97 Parada Situmorang Hutauruk Hasundutan 1 32 2 5 6 1 1


(8)

LAMPIRAN III

Data Jawaban Responden Terhadap Indikator Keluarga Sejahtera Menurut BPS 2005

No. Pendapatan Pengeluaran

Kondisi Tempat Tinggal

Fasilitas Tempat Tinggal Kesehatan Anggota Keluarga

Pelayanan

Kesehatan Pendidikan Transportasi 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 1 2 3 1 Rp3,000.000 Rp2,000.000 2 1 2 2 1 1 3 3 2 2 1 1 1 2 2 2 1 1 1 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3

2 Rp2,000.000 Rp2,000.000 3 1 2 2 3 2 2 3 2 3 2 1 1 2 1 2 1 2 2 2 3 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 1 2 2

3 Rp4,000.000 Rp2,500.000 3 2 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 1 2 1 2 1 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 3 1 2 3 2

4 Rp3,000.000 Rp2,700.000 3 3 2 2 1 3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 2 1 3 2 2 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 1 2 2 3

5 Rp4,000.000 Rp3,700.000 3 3 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 1 3 3 2 1 3 2 3 3 3 1 2 2 2 2 2 3 3 1 1 2 3

6 Rp3,500.000 Rp3,000.000 3 1 2 2 3 3 1 3 2 3 1 2 1 2 2 2 1 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2

7 Rp2,000.000 Rp2,000.000 3 3 2 2 3 3 2 3 2 3 2 1 1 2 2 2 1 2 1 2 3 1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 3 2

8 Rp3,000.000 Rp1,800.000 3 2 2 2 3 2 2 3 3 2 2 1 1 2 2 2 1 2 1 2 3 2 2 2 1 2 2 2 3 2 1 2 2 2

9 Rp4,000.000 Rp3,500.000 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2 1 3 2 2 1 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 3 2 2

10 Rp2,500.000 Rp2,200.000 3 2 2 3 3 3 2 3 3 3 2 2 1 2 1 2 1 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 3

11 Rp3,000.000 Rp2,500.000 3 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 1 1 2 2 2 1 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 3 2

12 Rp2,000.000 Rp2,000.000 3 2 2 2 3 2 1 3 3 2 2 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 1 3 2 1 2 2 2

13 Rp1,500.000 Rp1,300.000 3 2 2 2 1 3 2 3 3 2 2 1 1 2 1 2 1 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 3 3 1 3 3 3

14 Rp11,000.000 Rp9,000.000 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 1 3 1 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 3 3

15 Rp4,000.000 Rp4,000.000 3 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2 1 3 2 3 1 3 2 3 3 2 2 2 2 2 3 2 2 3 1 3 3 3

16 Rp5,500.000 Rp4,000.000 3 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2 1 3 2 3 1 3 2 3 3 3 3 2 2 2 2 2 3 3 1 3 3 3

17 Rp7,000.000 Rp5,500.000 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2 1 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 1 2 2 3 3


(9)

19 Rp2,000.000 Rp2,000.000 3 2 2 2 3 3 2 3 3 3 2 3 1 2 2 2 1 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 3 3 1 3 3 3

20 Rp2,000.000 Rp1,500.000 3 2 2 3 1 3 2 3 3 3 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 3 3 1 3 3 3

21 Rp3,000.000 Rp2,600.000 3 2 2 3 3 2 2 3 3 3 3 2 1 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2

22 Rp8,000.000 Rp6,000.000 3 2 2 3 3 2 2 3 3 3 3 2 1 3 2 3 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 1 2 3 2 3 3

23 Rp2,000.000 Rp2,000.000 3 2 2 2 3 2 2 3 3 3 2 1 1 2 1 2 1 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 24 Rp1,500.000 Rp1,300.000 3 2 2 2 1 2 2 3 3 2 2 1 1 2 1 2 1 2 2 2 3 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 25 Rp7,000.000 Rp5,000.000 3 1 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 2 2 2 2 2 1 2 2 2 3 3 2 2 3 26 Rp6,000.000 Rp5,000.000 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 1 2 2 2 1 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 1 1 3 1 2 2 3 27 Rp4,500.000 Rp4,500.000 3 3 2 2 3 2 2 3 2 3 3 2 1 3 3 2 1 2 2 3 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 28 Rp9,000.000 Rp7,000.000 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2 1 3 2 3 1 3 2 3 3 3 3 2 2 2 2 2 1 2 3 2 3 3 29 Rp15,000.000 Rp15,000.000 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 1 3 3 3 1 3 2 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 1 2 3 3 3 30 Rp12,000.000 Rp8,000.000 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 3 1 3 2 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 3 31 Rp4,000.000 Rp3,500.000 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 1 3 3 2 1 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 3 2 32 Rp3,000.000 Rp2,800.000 3 2 2 2 1 2 2 3 3 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 3 2 1 2 1 2 2 1 1 2 2 2 3 2 33 Rp2,000.000 Rp2,000.000 3 2 2 2 3 2 2 3 2 3 2 1 1 2 2 2 1 2 2 2 3 2 2 2 2 1 3 2 3 3 2 2 3 3 34 Rp2,000.000 Rp2,000.000 3 2 2 3 3 3 2 3 2 2 2 3 1 2 3 2 2 2 2 3 3 3 3 2 2 1 3 2 2 2 2 3 3 3 35 Rp3,000.000 Rp2,800.000 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 1 3 3 3 1 2 2 2 3 3 1 2 1 1 2 2 3 1 1 2 3 3 36 Rp2,000.000 Rp1,500.000 3 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 1 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 3 3 3 37 Rp2,000.000 Rp2,000.000 2 1 2 2 3 2 1 3 2 2 2 1 1 2 2 2 1 2 2 2 3 2 1 2 2 3 2 2 2 2 2 1 2 2 38 Rp2,000.000 Rp2,000.000 3 2 2 3 3 2 2 3 2 3 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 3 2 1 1 2 2 2 2 3 3 1 2 2 2 39 Rp1,000.000 Rp1,000.000 3 2 2 2 1 2 2 3 2 3 2 1 1 2 1 2 1 2 2 2 2 1 1 2 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 40 Rp2,000.000 Rp1,800.000 3 2 2 1 3 2 2 3 2 3 2 2 1 2 2 2 1 1 2 2 3 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 41 Rp7,000.000 Rp5,500.000 3 3 2 3 3 3 2 3 2 3 3 3 1 3 2 2 3 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 1 1 3 1 2 2 42 Rp2,500.000 Rp2,200.000 3 2 2 3 3 3 2 3 2 3 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 3 43 Rp1,500.000 Rp1,300.000 2 1 2 2 3 2 2 3 2 2 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 1 2 2 1 1 1 2 1


(10)

44 Rp1,000.000 Rp1,000.000 2 1 2 1 3 1 1 3 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 45 Rp1,500.000 Rp1,300.000 2 2 2 2 3 1 2 3 2 2 1 1 1 2 1 1 1 2 2 2 3 1 1 2 1 1 2 2 2 3 1 2 2 1 46 Rp1,500.000 Rp1,500.000 2 1 2 1 3 1 2 3 2 2 2 1 1 2 1 1 1 1 2 2 3 1 1 2 2 2 2 2 1 1 2 1 2 1 47 Rp1,000.000 Rp1,000.000 2 1 2 1 3 1 1 3 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 48 Rp1,000.000 Rp800.000 2 1 2 2 1 2 2 3 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 1 1 3 2 2 3 49 Rp2,000.000 Rp2,000.000 3 2 2 3 3 3 2 3 2 3 2 1 1 1 2 1 1 2 2 2 3 1 1 2 1 1 2 2 1 1 2 1 1 1 50 Rp2,000.000 Rp2,000.000 2 1 2 3 3 1 2 3 2 2 2 1 1 2 1 2 1 2 1 2 3 1 1 2 1 1 2 2 3 2 1 2 2 1 51 Rp2,000.000 Rp2,000.000 2 1 2 2 3 2 2 3 2 2 1 1 1 1 2 1 1 1 2 2 3 2 1 2 1 2 2 1 2 2 2 2 1 2 52 Rp1,500.000 Rp1,400.000 2 1 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 3 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 53 Rp6,500.000 Rp5,000.000 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 1 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 2 2 2 3 2 2 1 1 2 3 3 54 Rp5,500.000 Rp4,500.000 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 2 2 3 3 3 2 2 1 1 2 2 1 1 1 1 2 1 55 Rp4,000.000 Rp4,000.000 3 2 2 3 3 3 2 3 3 3 2 2 1 2 2 2 1 3 2 2 3 2 2 2 2 1 2 2 2 3 1 3 3 2 56 Rp2,000.000 Rp2,000.000 2 1 2 2 3 1 2 3 2 3 2 1 1 2 1 2 1 2 2 2 3 1 1 2 2 2 2 2 3 2 1 1 2 1 57 Rp4,500.000 Rp4,000.000 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 1 1 2 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 58 Rp2,500.000 Rp2,300.000 3 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 1 1 2 1 2 1 2 2 2 3 1 1 2 1 1 2 2 1 2 2 2 2 1 59 Rp4,600.000 Rp4,000.000 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 2 1 3 1 2 1 3 2 3 3 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 3 2 60 Rp6,000.000 Rp5,000.000 3 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 2 1 3 3 3 1 3 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 61 Rp3,000.000 Rp2,500.000 3 2 2 2 3 2 2 3 2 3 2 1 1 2 2 2 1 1 2 2 3 2 2 2 1 2 2 2 3 2 1 2 2 2 62 Rp4,000.000 Rp4,000.000 3 2 2 2 3 2 3 3 3 3 3 1 1 2 2 2 1 2 2 3 3 2 1 1 1 2 2 2 1 1 3 2 2 1 63 Rp6,000.000 Rp4,700.000 3 3 2 3 3 2 2 3 3 3 3 2 1 3 2 2 1 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 2 2 64 Rp3,000.000 Rp2,500.000 3 2 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 1 3 3 2 1 2 2 2 3 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 65 Rp2,000.000 Rp1,800.000 2 1 2 2 3 2 2 3 2 2 2 1 1 2 2 2 1 1 2 2 3 1 1 2 2 2 2 2 3 2 1 2 2 1 66 Rp2,000.000 Rp2,000.000 3 2 2 2 3 2 2 3 2 3 2 1 1 2 2 2 1 2 2 2 3 1 1 1 1 2 2 2 3 2 1 2 2 2 67 Rp3,000.000 Rp2,000.000 3 3 2 3 3 2 2 3 3 3 2 2 1 3 2 2 1 3 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 1 3 2 2 2 68 Rp4,000.000 Rp3,700.000 3 2 2 3 3 2 2 3 2 3 2 2 1 3 2 2 1 2 2 3 3 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3


(11)

69 Rp7,000.000 Rp6,000.000 3 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 1 3 2 2 1 3 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 3 3 70 Rp15,000.000 Rp15,000.000 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 2 2 3 2 2 3 3 3 71 Rp2,200.000 Rp2,100.000 3 2 2 2 3 2 1 3 3 2 2 2 1 3 2 2 1 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 3 3 72 Rp8,000.000 Rp7,000.000 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2 1 3 2 2 1 3 2 2 3 3 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 3 3 73 Rp2,000.000 Rp1,800.000 3 2 2 2 3 2 1 3 2 3 2 2 1 2 2 2 1 2 1 2 3 2 2 1 1 1 2 2 3 2 2 2 2 2 74 Rp1,500.000 Rp1,500.000 2 1 2 3 3 2 2 3 2 2 1 1 1 2 2 1 1 1 1 2 3 2 1 2 1 1 2 2 2 1 2 2 2 1 75 Rp6,000.000 Rp5,500.000 3 3 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 1 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 76 Rp2,000.000 Rp1,700.000 3 3 2 3 1 3 2 3 2 2 2 1 1 2 3 2 1 2 2 3 1 3 3 3 2 2 2 1 3 3 1 1 3 3 77 Rp1,500.000 Rp1,200.000 3 2 2 3 3 3 2 3 2 2 2 1 1 2 2 3 1 2 2 2 3 2 3 2 3 3 3 2 3 3 2 1 3 3 78 Rp1,000.000 Rp800.000 3 2 2 2 3 3 2 3 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 3 2 3 2 3 3 3 2 3 3 2 1 3 3 79 Rp1,000.000 Rp800.000 3 1 2 2 3 1 1 3 2 2 2 1 1 2 2 2 1 3 2 2 3 3 1 2 2 2 1 2 3 3 1 2 3 3 80 Rp2,000.000 Rp1,700.000 3 2 2 3 1 3 2 3 2 3 2 1 1 3 2 3 1 2 2 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 1 1 3 3 81 Rp6,000.000 Rp5,000.000 3 3 2 3 3 3 2 3 3 2 3 3 1 3 3 3 1 3 2 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 2 1 2 3 3 82 Rp1,000.000 Rp800.000 2 1 2 3 1 2 2 3 2 2 2 1 1 2 3 2 1 1 1 2 3 2 2 2 1 2 1 1 2 1 2 1 2 1 83 Rp2,000.000 Rp1,700.000 3 2 2 3 3 2 2 3 2 3 2 1 1 2 2 2 1 2 1 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 1 84 Rp1,500.000 Rp1,500.000 2 1 2 2 3 2 2 3 2 3 2 1 1 1 2 2 1 2 2 2 2 1 1 2 1 2 2 2 2 1 2 1 1 1 85 Rp1,000.000 Rp1,000.000 2 1 2 2 3 1 2 3 2 2 2 1 1 2 2 2 1 1 1 2 3 1 1 2 1 1 2 2 2 1 2 1 2 1 86 Rp1,500.000 Rp1,400.000 2 1 2 3 3 1 2 3 2 3 2 1 1 1 3 2 1 1 1 2 3 2 2 1 1 1 2 2 1 1 2 1 2 2 87 Rp1,500.000 Rp1,300.000 2 1 2 2 3 2 2 3 2 2 1 1 1 1 3 2 1 2 1 2 3 1 1 2 1 1 2 2 3 2 1 1 2 2 88 Rp1,500.000 Rp1,400.000 2 1 2 2 1 2 2 3 2 1 2 1 1 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 89 Rp1,500.000 Rp1,500.000 2 1 3 3 3 1 2 3 2 3 1 1 1 2 3 2 1 2 1 2 3 1 1 2 1 1 2 2 3 2 1 2 2 2 90 Rp3,000.000 Rp2,500.000 3 1 2 1 1 1 2 3 2 2 2 2 1 2 3 2 1 2 2 2 3 3 1 1 1 1 1 1 2 2 2 3 3 2 91 Rp3,000.000 Rp2,600.000 3 1 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 1 2 3 2 1 2 2 2 3 2 1 2 2 2 1 2 2 1 1 2 2 2 92 Rp2,500.000 Rp2,200.000 3 2 2 2 3 2 2 3 2 3 2 1 1 2 2 2 1 3 2 2 3 2 2 2 2 1 1 2 3 3 1 3 3 2 93 Rp2,000.000 Rp2,000.000 3 2 2 2 3 2 2 3 2 3 2 1 1 2 2 2 1 2 2 2 3 2 2 1 2 2 2 2 2 3 1 2 3 3


(12)

94 Rp11,000.000 Rp9,000.000 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 2 2 2 2 3 3 95 Rp8,000.000 Rp6,000.000 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 2 2 2 2 1 2 2 3 3 96 Rp2,000.000 Rp1,500.000 3 2 2 3 1 2 3 3 3 2 2 1 1 3 2 2 1 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 1 3 2 2 3 2 97 Rp9,000.000 Rp8,000.000 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3 1 3 2 3 1 3 2 2 3 3 3 2 1 1 2 2 1 1 2 2 3 3 98 Rp7,000.000 Rp6,000.000 3 2 2 3 3 2 3 3 3 3 2 2 1 2 1 2 2 3 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 3 2


(13)

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Lincolin. 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi

Daerah. Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE.

Arsyad, Lincolin. 1997. Ekonomi Mikro. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta: BPFE.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Tapanuli Utara. 2013. Sipoholon dalam Angka

2012. BPS Tapanuli Utara.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Tapanuli Utara. 2014. Sipoholon dalam Angka

2013. BPS Tapanuli Utara.

Blakely, E. J. 1989. Planning Local Economic Development: Theory and

Practice. California: SAGE Publication, Inc.

Dumairy. 1999. Matematika Terapan untuk Bisnis dan Ekonomi. Yogyakarta: Anggota IKAPI.

Halim, Salmiah dan Satia. 2011. “Distribusi Pendapatan Dari Tingkat Kemiskinan Petani Kopi Arabika di Desa Tanjung Beringin Kecamatan Sumbul Kabupaten Dairi”. Jurnal. Medan: Fakultas Pertanian, USU.

Ismail, Fakhri. 2013. “Analisis Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Pesisir Di Kecamatan Medan Labuhan”. Skripsi. Medan: Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara.

Kuncoro, Mudrajat. 2004. Otonomi dan Pembangunan Daerah. Jakarta: Erlangga. Majidi, N. 1997. Anggaran Pembangunan dan Ketimpangan Ekonomi antar

Daerah. Prisma. LP3S.

Makmur, Safrida dan Kharisma Jayanthi. 2011. “Ketimpangan Distribusi Pendapatan Rumah Tangga Masyarakat Desa di Kecamatan Peukan Bada Kabupaten Aceh Besar”. Jurnal. NAD: Agrisep Vol.(12) No.1, 2011. Todaro, Michael P. 2000. Economic Development, Seventh Edition, New York

University: Addison Mesley.

Nurse, Ragknar. 2000. Pembangunan Problematika Dan Pendekatan. Jakarta: Pustaka Belajar.

Oka, I Komang dan Arka, Sudarsana. 2015. “Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi dan Disparitas Pendapatan Antar Daerah Terhadap Kesajehtaraan


(14)

Masyarakat Provinsi Bali”. Jurnal. Fakultas Ekonomi, Universitas Hasanuddin.

Retnosari, Devi. 2006. “Analisis Pengaruh Ketimpangan Distribusi Pendapatan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat”. Skripsi. Bogor: Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB.

Riadi, R.M. 2007. “Pertumbuhan dan Ketimpangan Pembangunan Ekonomi Antar Daerah di Provinsi Riau”. Jurnal. Riau.

Sajogyo. 1988. Garis kemiskinan dan Ukuran Tingkat Kesejahteraan Penduduk, Gadjah Mada University Press. APA Citation, Yogyakarta.

Sugiharto, Eko. 2006. “Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Nelayan Desa Benua Baru Ilir Berdasarkan Indikator Badan Pusat Statistik”. Jurnal. Samarinda: Sosial Ekonomi Perikanan, FPIK Unmul.

Sumanjaya, Rachmat, Nasution, Syahrir H dan Tarmizi, H.B. 2008. Teori

Ekonomi Mikro. Edisi Revisi. Medan: USU Press.

Supangat, Andi. 2008. Statistika dalam Kajian Deskriftif, Inferensi, dan

Nonparametrik. Edisi Pertama. Jakarta: Kencana.

Tambunan, Tulus T.H. 2001. Perekonomian Indonesia Teori dan Temuan


(15)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Penelitian ini mendeskripsikan tentang kondisi Kecamatan Sipoholon ditinjau dari kesenjangan ekonomi yang ada serta kesejahteraan masyarakat Kecamatan Sipoholon.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian adalah setiap desa yang berada di Kecamatan Sipoholon Kabupaten Tapanuli Utara dan waktu penelitaian adalah Maret 2015 sampai dengan selesai.

3.3. Batasan Operasional

Sesuai dengan judul dari penelitian ini “Analisis Ketimpangan Distribusi Pendapatan Dan Kesejahteraan Masyarakat Kecamatan Sipoholon Kabupaten Tapanuli Utara” maka dapat disimpulkan bahwasanya penelitian ini hanya berfokus pada menganalisis ketimpangan distribusi pendapatan yang terjadi di Kecamatan Sipoholon. Kemudian diteruskan mengkaji kesejahteraan yang dirasakan masyarakat. Adapun indikator kesejahteraannya sesuai dengan indikator keluarga sejahtera berdasarkan BPS 2005 yaitu pendapatan, konsumsi atau pengeluaran keluarga, keadaan tempat tinggal, fasilitas tempat tinggal, kesehatan anggota keluarga, kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan, kemudahan memasukkan anak ke jenjang pendidikan, kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi.


(16)

3.4. Defenisi Operasional

1. Distribusi pendapatan adalah hal yang mencerminkan merata atau timpangnya pembagian hasil pembangunan suatu wilayah di kalangan penduduknya. Distribusi pendapatan dibedakan menjadi dua ukuran pokok yaitu: distribusi ukuran, adalah besar atau kecilnya bagian pendapatan yang diterima masing-masing orang dan distribusi fungsional atau distribusi kepemilikan faktor-faktor produksi.

2. Ketimpangan pendapatan adalah tidak meratanya pendapatan yang diperoleh oleh individu atau rumah tangga.

3. Kesejahteraan adalah kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan hidup minimumnya. Keluarga yang tidak sejahtera (miskin) apabila tidak mampu memenuhi kebutuhan minimumnya.

4. Kurva Lorenz menggambarkan distribusi kumulatif pendapatan nasional di kalangan lapisan-lapisan penduduk. Sedangkan Koefisien Gini melihat adanya hubungan antara jumlah pendapatan yang diterima oleh seluruh keluarga atau individu dengan total pendapatan. Ukuran Gini Ratio sebagai ukuran pemerataan pendapatan mempunyai selang nilai antara 0 sampai dengan 1. Bila Gini Ratio mendekati nol menunjukkan adanya ketimpangan yang rendah dan bila Gini Ratio mendekati satu menunjukkan ketimpangan yang tinggi. 3.5. Skala Pengukuran Variabel

1. Perhitungan ketimpangan di peroleh melalui Pendapatan masyarakat, yang dimana pengukurannya dinyatakan dalam rupiah (Rp).


(17)

2. Pengukuran indikator kesejahteraan dinyatakan atas skala pengukuran skala likert seperti yang peneliti sajikan dalam kuisioner atas pendapatan, konsumsi atau pengeluaran keluarga, keadaan tempat tinggal, fasilitas tempat tinggal, kesehatan anggota keluarga, kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan, kemudahan memasukkan anak ke jenjang pendidikan dan kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi sesuai dengan indikator kesejahteraan menurut BPS tahun 2005.

3.6. Populasi Dan Sampel Penelitian

Populasi yaitu sekumpulan objek yang akan dijadikan sebagai bahan penelitian (penelaahan) dengan ciri mempunyai karekteristik yang sama. Penelitian ini menggunakan jenis populasi terhingga, dimana populasi terhingga ialah sekumpulan objek yang akan di jadikan sebagai kajian penelitian dengan jumlah tertentu. Adapun jenis lain populasi ialah populasi tak terhingga, dimana objek dengan kajian jumlahnya tidak terhitung (Andi, 2008).

Sampel adalah bagian dari populasi yang dijadikan sebagai bahan penelaahan dengan harapan dari contoh yang diambil dari populasi dapat mewakili terhadap populasinya. Dimana dalam menggunakan istilah sampling, yaitu cara pengambilan sampel baik dari jumlah dan modelnya mewakili populasinya (Andi, 2008). Adapun sampel penelitian menggunakan judgement

sampling yang merupakan bagian purposive sampling. Dan untuk mendapat

sampel yang baik bagi penelitian ini, peneliti menetukan kriteria sampel dalam penelitian sebagai berikut:


(18)

1. Responden berada di usia dewasa.

2. Responden berdomisili di Kecamatan Sipoholon. 3. Responden mampu memahami kuisioner penelitian.

Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus slovin dengan persamaan sebagai berikut:

Keterangan: n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi d = Tingkat kesalahan

Dari hasil rumus diatas maka diperoleh perhitungan sebagai berikut:

Maka total jumlah sampel dalam penelitian ini ada 98, 241 atau dibulatkan 98 sampel dari 5.587 banyak populasi. Dan ini dengan tingkat kesalahan 0,1% dan tingkat kepercayaan 90%.


(19)

Tabel 3.1

Penyebaran Sampel di Setiap Desa

NO Desa Jumlah Rumah

tangga

Jumlah Sampel

1 Rura Julu Toruan 12 0,211

2 Rura Julu Dolok 10 0,176

3 Simanungkalit 508 8,933

4 Hutauruk 829 14,58

5 Situmeang Habinsaran 639 11,24

6 Situmeang Hasundutan 367 6,43

7 Lobu Singkam 604 10,62

8 Pagar batu 836 14,7

9 Sipahutar 415 7,297

10 Hutaraja 399 7,016

11 Tapian Nauli 185 3,253

12 Hutaraja Hasundutan 292 5,134

13 Hutaraja Simanungkalit 202 3,552

14 Hutauruk Hasundutan 289 5,082

Jumlah 5.587 98,24

Sumber: Badan Pusat Statistik 2013

3.7. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam kajian penelitian ini adalah data primer, dimana data ini diperoleh melalui penelitian langsung melalui kuesioner yang diberikan kepada objek penelitian yakni masyarakat Kecamatan Sipoholon. Adapun data sekunder yang saya gunakan dalam kajian penelitian ialah saya peroleh melalui instansi resmi yang dipublikasikan. Adapun instansi tersebut adalah BPS (Badan Pusat Statistik) dan Kecamatan Sipoholon Kabupaten Tapanuli Utara.

3.8. Metode Pengumpulan Data

Adapun metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui;

1. Kuesioner


(20)

2. Wawancara

Merupakan teknik pengambilan informasi dan data dengan mengajukan pertanyaan dengan wawancara langsung antara penulis dengan responden. Dan hasil informasi yang diperoleh, diterima langsung oleh peneliti.

3. Instansi dan Lembaga Terkait

Data yang diperoleh melalui dokumen instansi- instansi atau kelembagaan yang menyajikan data seperti yang diperlukan dalam kajian penelitian ini. Adapun instansi yang turut membantu dalam penyediaan data penelitian ini adalah Badan Pusat Statistik (BPS).

3.9. Teknik Analisis

Analisis yang digunakan untuk menjawab rumusan masalah pertama adalah menggunakan metode Koefisien Gini (Gini Ratio), untuk menghitung tingkat ketimpangan pendapatan.

Rumus angka Gini Ratio ( Indeks Gini) adalah sebagai berikut:

k Pi ( Qi + Qi – 1)

G = 1 -

i-1 10.000

Keterangan:

G = Gini Ratio

Pi = Persentase rumah tangga pada kelas pendapatan ke-i Qi = Persentase kumulatif pendapatan sampai dengan kelas ke-i Qi - 1 = Persentase kumulatif pendapatan sampai dengan kelas ke-i - 1 k = Banyaknya kelas pendapatan

Ide dasar perhitungan koefisien Gini sebenarnya berasal dari upaya pengukuran luas suatu kurva yang menggambarkan distribusi pendapatan


(21)

untuk seluruh kelompok pendapatan. Kurva tersebut dinamakan kurva Lorenz yaitu sebuah kurva pengeluaran kumulatif yang membandingkan distribusi dari suatu variable tertentu (misalnya pendapatan) dengan distribusi uniform (seragam) yang mewakili persentase kumulatif penduduk. Guna membentuk koefisien Gini, grafik persentase kumulatif penduduk (dari termiskin hingga terkaya) digambar pada sumbu horizontal dan persentase kumulatif pengeluaran (pendapatan) digambar pada sumbu vertikal (Gambar 3.1).

D

B C

Sumber: Todaro dan Smith (2006)

Gambar 3.1

Kurva Lorenz

Pada Gambar 3.1, besarnya ketimpangan digambarkan sebagai daerah yang diarsir. Sedangkan Koefisien Gini atau Gini Ratio adalah rasio (perbandingan) antara luas bidang A yang diarsir tersebut dengan luas segitiga BCD. Dari gambaran tersebut dapat dikatakan bahwa bila pendapatan didistribusikan secara merata dengan sempurna, maka semua titik akan terletak pada garis diagonal. Artinya, daerah yang diarsir akan bernilai nol


(22)

karena daerah tersebut sama dengan garis diagonalnya. Dengan demikian angka koefisiennya sama dengan nol. Sebaliknya, bila hanya satu pihak saja yang menerima seluruh pendapatan, maka luas daerah yang diarsir akan sama dengan luas segitiga, sehingga Koefisien Gini bernilai satu. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa suatu distribusi pendapatan dikatakan makin merata bila nilai Koefisien Gini mendekati nol (0), sedangkan makin tidak merata suatu distribusi pendapatan maka nilai Koefisien Gini-nya makin mendekati satu. Adapun kriteria klasifikasi penggunaan indeks Gini (Gini Ratio) menurut H.T. Oshima dalam Suseno (1990) adalah sebagai berikut:

a. Bila koefisien Gini lebih kecil dari 0,30 : Ketimpangan rendah (ringan) b. Bila koefisien Gini berkisar antara 0,31 – 0,40 : Ketimpangan sedang c. Bila koefisien Gini lebih besar dari 0,40 : Ketimpangan tinggi

Untuk menjawab rumusan masalah kedua adalah dengan menggunakan indikator keluarga sejahtera berdasarkan Badan Pusat Statistik Tahun 2005. Adapun indikatornya yaitu:


(23)

Tabel 3.2

Indikator Keluarga Sejahtera Berdasarkan Badan Pusat Statistik Tahun 2005

No. Indikator

Kesejahteraan

Kriteria Skor

1 Pendapatan Tinggi ( > Rp 10.000.000) 3 Sedang (Rp 5.000.000 - Rp 10.000.000)

2 Rendah ( < Rp 5.000.000) 1 2 Konsumsi atau

pengeluaran rumah tangga

Tinggi ( > Rp 5.000.000) 3 Sedang (Rp 1.000.001 - Rp 5.000.000)

2 Rendah ( < Rp 1.000.000) 1 3 Keadaan tempat tinggal Permanen (11-15) 3 Semi permanen (6 -10) 2 Non permanen (1 - 5) 1 4 Fasilitas tempat tinggal Lengkap (34 - 44) 3 Cukup (23 - 33) 2 Kurang (12 - 22) 1 5 Kesehatan anggota

keluarga

Bagus ( <25%) 3 Cukup (25% - 50%) 2 Kurang ( >50%) 1 6 Kemudahan

mendapatkan pelayanan kesehatan

Mudah (16 - 20) 3 Cukup (11 - 15) 2

Sulit (6 - 10) 1

7 Kemudahan memasukkan anak kejenjang pendidikan

Mudah (7 - 9) 3

Cukup (5 - 6) 2

Sulit (3 - 4) 1

8 Kemudahan

mendapatkan fasilitas transportasi

Mudah (7 - 9) 3

Cukup (5 - 6) 2

Sulit (3 - 4) 1

Sumber: BPS 2005

Kriteria untuk masing-masing klasifikasi sebagai berikut: Tingkat kesejahteraan tinggi : nilai skor 20-24

Tingkat kesejahteraan sedang : nilai skor 14-19 Tingkat kesejahteraan rendah : nilai skor 8-13


(24)

BAB IV PEMBAHASAN

4.1. Keadaan Geografis dan Demografis Kecamatan Sipoholon

Kecamatan Sipoholon merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten Tapanuli Utara terletak di wilayah dataran tinggi antara 900-1200 meter diatas permukaan laut. Kecamatan Sipoholon berada pada ketinggian 300-500 di atas permukaaan laut. Letak geografis Sipoholon adalah 2o00-2o06 Lintang Utara dan 98o45-98o58 Bujur Timur. Luas wilayah kecamatan Sipoholon adalah 189.20 Km2 dan jarak Kecamatan Sipoholon 6 km menuju ibukota Kabupaten.

Kecamatan Sipoholon terdiri dari 13 desa dan 1 kelurahan. Sekitar 5 kantor desa di Kecamatan Sipoholon memiliki ketinggian antara 900-999 m dpl (35,71 persen), dan 9 desa berada di ketinggian diatas 1000 m dpl (64,29 persen).

Tabel 4.1

Statistik Geografi Sipoholon

Uraian Tahun 2013

Ketinggian dpl ( 900 –1200 ) m Luas Wilayah 189,20 Km2

Curah Hujan 1331 mm

Hari Hujan 73 hari

Sumber: Kecamatan Sipohlon Dalam Angka 2014

Kecamatan Sipoholon memiliki batas - batas wilayah sebagai berikut: • Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Siborong - borong dan

Kecamatan Pagaran


(25)

• Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Tarutung • Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Parmonangan.

Kecamatan Sipoholon terdiri dari 14 desa/kelurahan. Keempatbelas desa/kelurahan terbagi atas 43 dusun dan 7 lingkungan. Desa/kelurahan paling banyak jumlah dusun/lingkungan yaitu Desa Hutaraja Hasundutan dan Kelurahan Situmeang Habinsaran (7 dusun dan 7 lingkungan) dan yang paling sedikt jumlah dusunnya yaitu Desa Rura Julu Toruan dan Desa Hutaraja (masing-masing 2 dusun).

Tabel 4.2

Distribusi Penduduk Menurut Desa / Kelurahan di Kecamatan Sipoholon Tahun 2013

No Desa Jumlah

Penduduk

1 Rura Julu Toruan 15

2 Rura Julu Dolok 13

3 Lobusingkam 2456

4 Situmeang Hasundutan 1486

5 Simanungkalit 2107

6 Hutauruk Hasundutan 1102

7 Hutauruk 3483

8 Situmeang Habinsaran 2753

9 Sipahutar 1688

10 Pagarbatu 3155

11 Tapian Nauli 717

12 Hutaraja Simanungkalit 847

13 Hutaraja 1637

14 Hutaraja Hasundutan 1270

Jumlah 22729


(26)

Sumber: Kecamatan Sipoholon Dalam Angka 2013

Gambar 4.1

Diagram Distribusi Penduduk Menurut Desa / Kelurahan di Kecamatan Sipoholon Tahun 2013

Jumlah penduduk di Kecamatan Sipoholon pada tahun 2013 sebanyak 22.729 jiwa yang mencakup sebesar 49,14 persen penduduk laki - laki dan 50,86 persen penduduk perempuan.

4.2. Keadaan Perekonomian Kecamatan Sipoholon

Usaha industri yang terdapat di Kecamatan Sipaholon sebanyak 197 usaha yang terdiri dari 2 usaha industri kecil dan 195 usaha industri rumah tangga. Pada tahun 2013, Jumlah usaha industri kecil tidak berubah jika dibandingkan tahun sebelumnya yaitu 2 usaha industri dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 20 orang. Pada tahun 2013 jumlah industri rumah tangga bertambah menjadi 195 usaha industri dari 172 usaha industri pada tahun 2012. Demikian juga jumlah tenaga kerja meningkat menjadi 259 orang pada tahun 2013 dari 228 orang pada tahun 2012.


(27)

Pendapatan regional Kecamatan Sipoholon bersumber dari penerimaan pajak. Penerimaan pajak di Kecamatan Sipoholon sendiri bersumber dari penerimaan pajak bumi dan bangunan, pajak daerah hotel dan restoran, dan penerimaan pasar. Pajak bumi dan bangunan menghasilkan realisasi penerimaan yang lebih kecil dari yang ditargetkan pemerintah yaitu sebesar 11%. Jumlah ini menurun dibanding tahun 2012 yakni sebesar 25,48%. Penerimaan pajak daerah hotel dan restoran juga lebih kecil dari yang ditargetkan pemerintah yakni sebesar 77%. Berikut ditampilkan target dan realisasi penerimaan pajak di Kecamatan Sipoholon Tahun 2013.

Tabel 4.3

Target dan Realisasi Penerimaan Pajak di Kecamatan Sipoholon Tahun 2013

Jenis Pajak Target dan Realisasi Nilai Pajak Bumi dan

Bangunan

Target 168.285.346

Realisasi 18.989.442

% 11

Penerimaan Pajak Daerah Hotel dan

Restoran

Target 3.923.000

Realisasi 3.037.000

% 77

Sumber: Kecamatan Sipoholon Dalam Angka 2014

Berdasarkan hasil pendataan potensi desa 2014, di Kecamatan Sipoholon ada sebanyak 1 pasar, 262 warung/kedai makanan dan minuman, 95 toko/warung kelontong serta 1 hotel melati.


(28)

Tabel 4.4

Jumlah Pasar, Mini Market, Toko/Warung Kelontong, Restoran/Rumah Makan, Hotel/Penginapan di Kecamatan Sipoholon

Uraian 2013

Pasar 1

Mini Market 0

Restoran/Rumah Makan 0

Warung/Kedai Makanan

dan Minuman 262

Toko/Warung Kelontong 95

Hotel 1

Penginapan 0

Sumber: Profil Desa/Kelurahan Kecamatan Sipoholon 2014

Berdasarkan data Tabel 4.4, Kecamatan Sipoholon masih termasuk kecamatan yang memiliki aktivitas perekonomian yang sederhana. Hal inilah yang menjadi salah satu faktor penerimaan pajak daerah hotel dan restoran di Kecamatan Sipoholon masih tergolong rendah.

4.3. Gambaran Umum Responden Penelitian 4.3.1. Umur Responden

Umur responden yang terendah adalah 27 tahun dan umur responden yang tertinggi adalah 70 tahun. Bila dirata - ratakan umur responden berkisar 45 tahun. Berikut ditampilkan data umur responden.


(29)

Tabel 4.5

Data Umur Responden

Tingkat Umur (Tahun)

Jumlah Responden

(Orang)

Persentase (%)

26 - 30 7 7.14

31 - 35 10 10.20 36 - 40 15 15.31 41 - 45 17 17.35 46 - 50 18 18.37 51 - 55 19 19.39

56 - 60 6 6.12

61 - 65 3 3.06

66 - 70 3 3.06

Jumlah 98 100

Sumber: Data Diolah

Gambar 4.2

Diagram Umur Responden

Berdasarkan Gambar 4.1 terlihat bahwa rentan umur responden antara 51 - 55 adalah responden terbanyak, yakni mencapai 20%. Disusul kemudian responden yang berumur 46 - 50 yang berjumlah 19%. Sedangkan umur responden terkecil adalah pada rentang umur antara 61 - 65 dan 66 - 70 yaitu sama - sama sebanyak 3%.


(30)

4.3.2. Jenis Kelamin Responden

Jenis kelamin responden mayoritas berjenis kelamin laki - laki dengan. jumlah 68 orang yang berarti mencakup 69,39% dari total responden. Sedangkan responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 30 orang yang berarti mencakup 30,61% dari total responden.

Tabel 4.6

Data Jenis Kelamin Responden

Jenis Kelamin Laki - laki Perempuan

Jumlah Responden 68 30

Persentase (%) 69.39 30.61

Sumber: Data Diolah

4.3.3. Jenis Pekerjaan Responden

Dilihat berdasarkan jenis pekerjaan, responden dominan memiliki pekerjaan sebagai petani, dan minoritas memiliki profesi profesional yaitu sebagai pengacara. Responden sebagai petani sejumlah 44 orang yaitu sebesar 44,90% dari total responden. Setelah petani diikuti pekerjaan sebagai pengusaha sebanyak 18 orang, pedagang sebanyak 12 orang, selanjutnya PNS/pensiunan sebanyak 9 orang, sedangkan paling sedikit pekerjaan responden sebagai profesional yaitu pengacara sebanyak 1 orang yang berarti memiliki persentase 1,02% dari total responden.


(31)

Tabel 4.7

Data Pekerjaan Responden

Sumber: Data Diolah

Sumber: Data Diolah

Gambar 4.3

Diagram Pekerjaan Responden

No. Jenis Pekerjaan

Jumlah Responden

(Orang)

Persentase (%)

1 Petani 44 44.90

2 Buruh / Tukang 2 2.04

3 Pedagang 12 12.24

4 Pengusaha 18 18.37

5 PNS / Pensiunan 9 9.18

6 Pegawai Swasta 6 6.12

7

Profesional (pengacara,

dokter) 1 1.02

8

Jasa (Supir, jaga toko,

becak) 6 6.12


(32)

4.3.4. Pendidikan Responden

Dilihat berdasarkan pendidikan, seluruh responden mengenyam dan menamatkan pendidikan formal. Namun dari sisi jumlah, responden yang menamatkan jenjang pendidikan SMA merupakan yang terbanyak yakni mencapai 35,71%, disusul kemudian dengan responden yang menamatkan jenjang pendidikan sarjana muda/D3/ lebih tinggi yakni sebesar 29,59%. Selanjutnya responden yang menamatkan jenjang pendidikan SD memiliki tingkat persentase yang terendah yaitu 6,12%.

Tabel 4.8

Data Pendidikan Responden

No. Pendidikan Terakhir

Jumlah Responden

(Orang)

Persentase (%)

1 Tidak Bersekolah 0 -

2 Tamat SD 6 6.12

3 Tamat SMP / Sederajat 28 28.57

4 Tamat SMA / Sederajat 35 35.71

5 Sarjana Muda / D3 / lebih tinggi 29 29.59

Jumlah 98 100.00

Sumber: Data Diolah

Sumber: Data Diolah

Gambar 4.4


(33)

4.4. Kondisi Pendapatan dan Pengeluaran Rumah Tangga Responden 4.4.1. Sumber dan Besarnya Pendapatan

Sumber pendapatan adalah perolehan pendapatan yang digunakan para responden untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga atau kehidupannya. Sumber pendapatan dalam penelitian ini sangat bervariasi, hal ini dapat dilihat yaitu terdiri dari responden yang bersumber pendapatan dari jenis pekerjaan sebagai petani, pedagang, pegawai negeri/pensiunan, pengusaha, dan buruh.

Berdasarkan hasil penelitian diperlihatkan bahwa kondisi pendapatan yang diterima berdasarkan jenis pekerjaan responden , yaitu dominan sebagai petani sebanyak 44 orang dengan total pendapatan yaitu Rp. 91.000.000,- setiap bulan dengan rata - rata pendapatan sebesar Rp. 2.070.000,- setiap bulan, pengusaha sebanyak 18 orang dengan total pendapatan Rp. 131.500.000,- setiap bulan dan rata - rata pendapatan sebesar Rp. 7.310.000,- setiap bulan. Diikuti oleh jenis pekerjaan sebagai pedagang sebanyak 12 orang dengan total pendapatan Rp. 39.700.000,- setiap bulan dan rata - rata pendapatan sebesar 3.310.000,- setiap bulan. Sedangkan jenis pekerjaan sebagai profesional (pengacara/dokter) hanya terdapat satu responden dengan tingkat pendapatan sebesar Rp. 9.000.000,- per bulan. Secara rinci, berikut ditampilkan tabel jumlah dan rata - rata pendapatan responden berdasarkan jenis pekerjaan.


(34)

Tabel 4.9

Jumlah dan Rata - rata Pendapatan Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan

No. Jenis Pekerjaan

Jumlah Responden (Orang) Persentase (%) Jumlah Pendapatan (Rp)

Rata - rata Pendapatan

(Rp) 1 Petani 44 44.9 91.000.000 2.070.000 2 Buruh / Tukang 2 2.04 3.000.000 1.500.000 3 Pedagang 12 12.24 39.700.000 3.310.000 4 Pengusaha 18 18.37 121.500.000 6.750.000 5 PNS / Pensiunan 9 9.18 67.000.000 7.440.000 6 Pegawai Swasta 6 6.12 28.100.000 4.680.000 7

Profesional (pengacara,

dokter) 1 1.02 9.000.000 9.000.000 8

Jasa (Supir, jaga toko,

becak) 6 6.12 11.000.000 1.830.000 Jumlah 98 100 370.300.000 37.140.000 Sumber: Data Diolah

4.4.2. Pengeluaran Responden (Rumah Tangga)

Pengeluaran rumah tangga adalah biaya yang dikeluarkan rumah tangga untuk konsumsi rumah tangga. Konsumsi rumah tangga dibedakan menjadi dua kelompok yaitu konsumsi makanan dan bukan makanan (perumahan, aneka barang dan jasa, pendidikan, kesehatan, pakaian, transportasi, pajak dan asuransi dan keperluan untuk pesta/upacara).

Konsumsi tersebut tanpa memperhatikan asal barang (membeli atau hasil sendiri atau pemberian) dan terbatas pada pengeluaran untuk kebutuhan rumah tangga saja, tidak termasuk konsumsi/pengeluaran untuk keperluan usaha rumah tangga atau diberikan kepada pihak lain.

Penghasilan sebuah rumah tangga sebagian besar dibelanjakan untuk memenuhi segala macam kebutuhan rumah tangga. Dalam ilmu ekonomi disebut dibelanjakan untuk konsumsi. Konsumsi itu tidak hanya makanan saja melainkan mencakup semua barang dan jasa yang dibutuhkan untuk hidup. Pengeluaran


(35)

setiap keluarga atau rumah tangga tidaklah sama besarnya. Keluarga yang satu berbeda dengan yang lain. Demikian juga pengeluaran setahun yang lalu tentulah tidak sama dengan pengeluaran keluarga sekarang. Karena kebutuhan keluarga bisa meningkat dari tahun ke tahun.

Besar kecilnya jumlah pengeluaran keluarga tergantung pada banyak faktor seperti berikut ini:

• Besarnya jumlah penghasilan keluarga • Banyaknya anggota keluaga dan umurnya • Tingkat harga barang dan jasa kebutuhan hidup

• Status sosial keluarga yang bersangkutan termasuk di dalamnya tingkat pendidikan

• Lingkungan sosial sebuah keluarga (tinggal di desa atau kota, kota kecil atau kota besar)

• Cara - cara mengelola keuangan keluarga atau rumah tangga.

Berdasarkan hasil penelitian di Kecamatan Sipoholon, tidak ditemukan tingkat pengeluaran responden yang melebihi tingkat pendapatannya, dan untuk tingkat penghasilan responden yang sama dengan tingkat pendapatannya dalam sebulan ditemukan sebanyak 26 rumah tangga atau sebesar 26,53%, sementara sisanya sebanyak 72 atau sebesar 73,47% responden memiliki tingkat pengeluaran yang lebih kecil dari tingkat pendapatannya.


(36)

4.5. Analisis Ketimpangan Distribusi Pendapatan Menggunakan Indeks Gini dan Kurva Lorenz

Tingginya tingkat pendapatan suatu wilayah, belum tentu mencerminkan meratanya distribusi pendapatan. Kenyataan menunjukkan bahwa pendapatan masyarakat tidak selalu merata. Ketidakmerataan pendapatan timbul karena adanya perbedaan dalam kepemilikan sumber daya dan faktor produksi terutama kepemilikan barang modal (capital stock). Pihak (kelompok masyarakat) yang memiliki faktor produksi yang lebih banyak akan memperoleh pendapatan yang lebih banyak pula. Tidak meratanya distribusi pendapatan akan memicu terjadinya ketimpangan pendapatan yang merupakan awal dari munculnya kemiskinan.

Secara makro, keadaan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tapanuli Utara mengalami kenaikan dari tahun ke tahun, hal ini dapat dilihat melalui PDRB dan persentase pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tapanuli Utara pada tabel 1.1. Namun, terjadinya peningkatan PDRB dan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tapanuli Utara belum tentu sejalan dengan terjadinya peningkatan pendapatan masyarakatnya secara spesifik. Pendapatan memang indikator yang menjadi dasar dalam menggambarkan tingkat kesejahteraan dalam masyarakat suatu wilayah. Namun sudah menjadi kenyataan bahwa ada keadaan dimana secara makro kondisi pertumbuhan ekonomi wilayah berada pada keadaan yang normal/baik, namun tingkat pendapatan masyarakatnya masih berada dibawah rata - rata. Hal ini dikarenakan banyaknya ditemukan tingkat pendapatan di dalam masyarakat yang nilainya berbeda secara signifikan. Oleh sebab itu, merupakan hal yang


(37)

menarik untuk dibahas mengenai keadaan perbedaan dan ketimpangan pendapatan masyarakat di wilayah Kabupaten Tapanuli Utara melalui analisis tingkat ketimpangan distribusi pendapatan di Kecamatan Sipoholon yang merupakan salah satu bagian wilayah dari Kabupaten Tapanuli Utara yang merupakan kecamatan ke - 5 terbanyak penduduknya diantara 15 Kecamatan yang ada di Kabupaten Tapanuli Utara.

Indeks (koefisien) Gini adalah parameter yang digunakan untuk mengukur ketimpangan distribusi pendapatan. Adapun kriteria klasifikasi penggunaan indeks Gini (Gini Ratio) menurut H.T. Oshima dalam Suseno (1990) adalah sebagai berikut:

d. Bila koefisien Gini lebih kecil dari 0,30 : Ketimpangan rendah (ringan) e. Bila koefisien Gini berkisar antara 0,31 – 0,40 : Ketimpangan sedang f. Bila koefisien Gini lebih besar dari 0,40 : Ketimpangan tinggi

Rumus angka Gini Ratio ( Indeks Gini) adalah sebagai berikut:

k Pi ( Qi + Qi – 1)

G = 1 -

i-1 10.000

Keterangan:

G = Gini Ratio

Pi = Persentase rumah tangga pada kelas pendapatan ke-i Qi = Persentase kumulatif pendapatan sampai dengan kelas ke-i Qi - 1 = Persentase kumulatif pendapatan sampai dengan kelas ke-i - 1 k = Banyaknya kelas pendapatan

Berdasarkan rumus di atas maka perhitungan Gini Ratio terhadap distribusi pendapatan masyarakat Kecamatan Sipoholon adalah sebagai berikut.


(38)

Tabel 4.10

Data Perhitungan Tingkat Ketimpangan Pendapatan Menurut Gini Ratio

No. Pendapatan Qi %Qi + Qi-1 Pi %Pi - Pi-1 (Pi - Pi-1)(Qi + Qi-1)

1 1.000.000 2.970564407 0.029705644 10.20408163 0.102040816 0.003031188

2 1.000.000

3 1.000.000

4 1.000.000

5 1.000.000

6 1.000.000

7 1.000.000

8 1.000.000

9 1.500.000

10 1.500.000

11 1.500.000 7.021334053 0.099918985 20.40816327 0.102040816 0.010195815

12 1.500.000

13 1.500.000

14 1.500.000

15 1.500.000

16 1.500.000

17 1.500.000

18 1.500.000

19 1.500.000

20 1.500.000

21 1.500.000 12.28733459 0.193086686 30.6122449 0.102040816 0.019702723

22 2.000.000

23 2.000.000

24 2.000.000

25 2.000.000

26 2.000.000

27 2.000.000

28 2.000.000

29 2.000.000

30 2.000.000

31 2.000.000 17.68836079 0.299756954 40.81632653 0.102040816 0.030587444

32 2.000.000

33 2.000.000

34 2.000.000

35 2.000.000

36 2.000.000


(39)

38 2.000.000

39 2.000.000

40 2.000.000

41 2.000.000 23.68349986 0.413718607 51.02040816 0.102040816 0.042216184

42 2.000.000

43 2.000.000

44 2.000.000

45 2.000.000

46 2.200.000

47 2.500.000

48 2.500.000

49 2.500.000

50 2.500.000

51 3.000.000 31.78503916 0.55468539 61.2244898 0.102040816 0.05660055

52 3.000.000

53 3.000.000

54 3.000.000

55 3.000.000

56 3.000.000

57 3.000.000

58 3.000.000

59 3.000.000

60 3.000.000

61 3.000.000 41.91196327 0.736970024 71.42857143 0.102040816 0.075201023

62 3.000.000

63 3.500.000

64 4.000.000

65 4.000.000

66 4.000.000

67 4.000.000

68 4.000.000

69 4.000.000

70 4.000.000

71 4.000.000 56.11666217 0.980286254 81.63265306 0.102040816 0.10002921

72 4.500.000

73 4.500.000

74 4.600.000

75 5.500.000

76 5.500.000

77 6.000.000

78 6.000.000


(40)

80 6.000.000 81 6.000.000 75.42533081 1.31541993 91.83673469 0.102040816 0.134226523

82 6.500.000

83 7.000.000

84 7.000.000

85 7.000.000

86 7.000.000

87 7.000.000

88 8.000.000

89 8.000.000

90 8.000.000

91 9.000.000 100 1.754253308 100 0.081632653 0.143204352

92 9.000.000

93 9.000.000

94 11.000.000

95 11.000.000

96 12.000.000

97 15.000.000

98 15.000.000

Jumlah 370.300.000 368.8900891 1 0.61

Sumber: Data Diolah

k Pi ( Qi + Qi – 1)

G = 1 -

i-1 10.000 Maka,

Gini Ratio = 1 - 0, 61 Gini Ratio = 0, 39

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, indeks Gini di Kecamatan Sipoholon adalah sebesar 0, 39 yang artinya tingkat ketimpangan pendapatan masyarakat Kecamatan Sipoholon masuk dalam kategori tingkat ketimpangan sedang.


(41)

Koefisien Gini dapat ditaksir secara visual melalui kurva Lorenz. Kurva Lorenz adalah kurva yang menghubungkan jumlah persentase kumulatif penduduk dengan pendapatan yang diterima oleh penduduk. Jumlah dari persentase kumulatif penduduk dan pendapatan akan diurutkan mulai dari nilai yang terendah hingga ke nilai yang tertinggi. Koefisien Gini bernilai antara 0 sampai dengan 1 merupakan rasio antara luas area antara kurva Lorenz dengan garis kemerataan sempurna. Pada kurva Lorenz distribusi pendapatan merata (Gini Ratio = 0 ) apabila 10% penduduk memperoleh 10% dari total pendapatan dan seterusnya. Di dalam kurva Lorenz keadaan seperti ini digambarkan sebagai garis diagonal dari sudut bawah sebelah kiri ke sudut atas sebelah kanan bujursangkar tersebut (garis dengan sudut 45°). Sebaliknya apabila distribusi pendapatan tidak merata maka kurva Lorenz akan menyimpang dari garis diagonal (menjauhi garis diagonal) atau dengan kata lain semakin besar tingkat ketimpangan pendapatan maka semakin jauh kurva Lorenz dari garis diagonal.

Berdasarkan nilai Gini Ratio Kecamatan Sipoholon sebesar 0, 39 maka dapat digambarkan kurva Lorenz sebagai berikut.


(42)

Sumber: Data Diolah

Gambar 4.5

Kurva Lorenz Kecamatan Sipoholon

Dari kurva Lorenz yang ditunjukkan pada Gambar 4.5 di atas dapat diketahui bahwa sekitar 10 % dari jumlah masyarakat sampel yang memiliki pendapatan terendah hanya menerima 2, 97 % dari keseluruhan total pendapatan masyarakat. Hal ini menandakan bahwa benar sesuai dengan kesimpulan hasil perhitungan indeks Gini yakni distribusi pendapatan masyarakat Kecamatan Sipoholon mengalami tingkat ketimpangan pada kategori sedang.

4.6. Analisis Tingkat Kesejahteraan Masyarakat

Dalam menganalisis tingkat Kesejahteraan Masyarakat Kecamatan Sipoholon, peneliti menggunakan indikator tingkat kesejahteraan menurut Badan Pusat Statistik (2005), yang terdiri dari 8 indikator yaitu:

1. Tingkat pendapatan

2. Tingkat konsumsi atau pengeluaran keluarga 3. Keadaan tempat tinggal


(43)

4. Fasilitas tempat tinggal 5. Kesehatan anggota keluarga

6. Kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan 7. Kemudahan memasukkan anak ke jenjang pendidikan 8. Kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi

4.6.1. Tingkat Pendapatan

Pendapatan adalah semua penghasilan yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan. Pendapatan tersebut dapat berupa pendapatan tetap dan pendapatan sampingan. Sumber dari pendapatan masing - masing rumah tangga pun berbeda - beda tergantung pada jenis pekerjaan, ataupun kemampuan untuk mengelola faktor - faktor produksi yang mereka miliki.

Untuk menentukan tingkat pendapatan responden (rumah tangga) setiap bulannya, tingkat pendapatan diklasifikasikan menjadi tiga kriteria dan diberikan skor untuk masing - masing kriteria yaitu:

Tabel 4.11

Kriteria dan Skor Tingkat Pendapatan

Kriteria Tingkat Pendapatan Skor

Rendah < Rp. 5.000.000,- 1

Sedang Rp. 5.000.001,- s/d Rp. 10.000.000,- 2

Tinggi > Rp. 10.000.000,- 3

Sumber: BPS 2005

Mengacu pada tabel kriteria dan skor tingkat pendapatan di atas maka diperoleh data hasil tingkat pendapatan 98 responden (rumah tangga) di Kecamatan Sipoholon yaitu sebagai berikut.


(44)

Tabel 4.12

Kriteria dan Tingkat Pendapatan 98 Responden (Rumah Tangga)

Kriteria Tingkat Pendapatan Skor Jumlah Responden

(Rumah Tangga)

Persentase (%) Rendah < Rp. 5.000.000,- 1 74 75.51 Sedang Rp. 5.000.001,- s/d Rp. 10.000.000,- 2 19 19.39 Tinggi > Rp. 10.000.000,- 3 5 5.10

Total 98 100.00

Sumber: Data Diolah

Berdasarkan hasil di atas, terdapat 74 responden (rumah tangga) yang memiliki tingkat pendapatan rendah yaitu di bawah Rp. 5.000.000,- setiap bulannya. Hal ini dikarenakan mayoritas masyarakat Sipoholon bermata pencaharian sebagai petani, buruh / tukang, pedagang, dan di bidang jasa (supir, jaga toko, becak). Sedangkan untuk kategori pendapatan sedang (Rp. 5.000.001,- s/d Rp. 10.000.000,-) ada 19 responden (rumah tangga), dan sisanya sebanyak 5 responden (rumah tangga) masuk ke dalam kategori tingkat pendapatan yang tinggi yaitu di atas Rp. 10.000.000,- setiap bulannya.

4.6.2. Tingkat Konsumsi atau Pengeluaran Rumah Tangga

Besar kecilnya tingkat konsumsi atau pengeluaran akan sangat dipengaruhi oleh jumlah pendapatan rumah tangga yang dihasilkan. Pada umumnya jumlah pengeluaran digunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga mulai dari konsumsi makanan dan bukan makanan (perumahan, aneka barang dan jasa, pendidikan, kesehatan, pakaian, transportasi, pajak dan asuransi dan keperluan untuk pesta/upacara). Pada umumnya tingkat pengeluaran / konsumsi akan berada di bawah atau sama dengan tingkat pendapatan yang diperoleh, hal ini


(45)

dikarenakan oleh pola pikir responden untuk melakukan saving (menabung) untuk hal - hal lain (modal, berjaga - jaga, dll).

Sama seperti tingkat pendapatan, tingkat konsumsi atau pengeluaran rumah tangga diklasifikasikan menjadi 3 kategori dan diberikan skor untuk masing - masing kategori, hanya saja terdapat perbedaan dalam penentuan nominal untuk masing - masing kategori (bandingkan tabel 4.10 dan tabel 4.12).

Tabel 4.13

Kriteria dan Skor Tingkat Konsumsi / Pengeluaran

Kriteria Tingkat Konsumsi / Pengeluaran Skor

Rendah < Rp. 1.000.000,- 1

Sedang Rp. 1.000.001,- s/d Rp. 5.000.000,- 2

Tinggi > Rp. 5.000.000,- 3

Sumber: BPS 2005

Tabel 4.14

Tingkat Konsumsi / Pengeluaran 98 Responden (Rumah Tangga)

Kriteria Tingkat Konsumsi / Pengeluaran Skor Jumlah Responden (Rumah Tangga)

Persentase (%) Rendah < Rp. 1.000.000,- 1 8 8.16 Sedang Rp. 1.000.001,- s/d Rp. 5.000.000,- 2 69 70.41 Tinggi > Rp. 5.000.000,- 3 21 21.43 Total 98 100.00 Sumber: Data Diolah

Berdasarkan Tabel 4.13, mayoritas responden (rumah tangga) berada pada kategori tingkat pengeluaran sedang yaitu berada pada Rp. 1.000.0001,- s/d Rp. 5.000.000,- dalam sebulan dengan jumlah responden sebanyak 69 orang atau berkisar 70,41% dari total responden. Pada urutan selanjutnya berada pada kategori tingkat pengeluaran tinggi ( > Rp. 5.000.000,-) dengan jumlah responden sebanyak 21 orang atau berkisar 21,43 % dari total responden, dan sisanya 8,16 %


(46)

masuk ke dalam kategori tingkat pengeluaran rendah ( < Rp. 1.000.000,-) dengan jumlah responden sebanyak 8 orang.

4.6.3. Keadaan Tempat Tinggal

Maksud dari keadaan tempat tinggal adalah bagaimana kondisi rumah sebagai tempat tinggal responden sehari - harinya apakah dalam kondisi yang layak untuk ditempati, baik dari segi perlindungan maupun dari segi kesehatan. Sehingga menurut BPS (2005) terdapat 5 kriteria kondisi tempat tinggal yang dapat dinilai guna mengukur tingkat kesejahteraan responden (rumah tangga), yaitu:

1. Jenis lantai rumah 2. Jenis dinding rumah 3. Jenis atap rumah 4. Luas lantai rumah

5. Status kepemilikan rumah

Setiap kriteria akan dibagi lagi menjadi 3 pilihan/opsi sehingga melalui 3 pilihan itulah nanti akan diberikan skor 1, 2, atau 3. Dengan demikian jika ditotalkan kelima kriteria maka akan diperoleh maksimum total skor sebesar 15 dan minimum total skor sebesar 5. Setelah total skor diperoleh, maka akan dapat disimpulkan bagaimana keadaan tempat tinggal responden (rumah tangga) dengan tolak ukur sebagai berikut:

1. Non - permanen : 1 - 5 2. Semi - permanen : 6 - 10 3. Permanen : 11 - 15


(47)

Tabel 4.15

Keadaan Tempat Tinggal 98 Responden (Rumah Tangga)

Kriteria Skor Jumlah Responden (Rumah Tangga)

Persentase (%)

Non - Permanen 1 - 5 0 -

Semi - Permanen 6 - 10 21 21.43

Permanen 11 - 15 77 78.57

Sumber: Data Diolah

Berdasarkan hasil pengukuran skor untuk kriteria keadaan tempat tinggal maka dapat disimpulkan bahwa keadaan tempat tinggal responden (rumah tangga) di Kecamatan Sipoholon dominan berada pada kondisi yang layak dan bersifat permanen dengan jumlah responden (rumah tangga) sebanyak 77 dan sebesar 78,57% dari total responden. Sedangkan sisanya sebanyak 21 responden (rumah tangga) berada pada kategori keadaan tempat tinggal yang bersifat semi - permanen. Hal ini disebabkan karena masih didapati keadaan rumah yang dindingnya berbahan dari kayu, memiliki luas lantai yang minim yaitu < 24 m² dan status kepemilikan rumah yang masih menggunakan sistem sewa.

4.6.4. Fasilitas Tempat Tinggal

Fasilitas tempat tinggal yang dimaksud ialah fasilitas - fasilitas dasar dan utama yang dibutuhkan manusia untuk hidup dan untuk menjalankan berbagai aktivitas dengan baik. Semakin baik kualitas dari fasilitas tempat tinggal manusia maka akan semakin baik pula tingkat kesejahteraannya. Oleh sebab itu, menurut indikator keluarga sejahtera BPS tahun 2005, fasilitas tempat tinggal dapat dinilai dari 15 item, yaitu: (1) Akses jalan; (2) Tempat pembuangan sampah; (3) Alat penerangan; (4) Sumber air bersih; (5) Keadaan ruangan; (6) Bahan bakar untuk memasak; (7) Kendaraan yang dimiliki; (8) Fasilitas air minum; (9) Alat


(48)

elektronik; (10) Pekarangan; (11) Fasilitas kamar mandi; (12) Jenis pagar; (13) Fasilitas dapur; (14) Jenis plafon; (15) Perabotan rumah tangga.

Cara penentuan skor setiap item sama dengan penentuan skor pada indikator sebelumnya (indikator keadaan tempat tinggal). Dengan demikian, setelah diperoleh total skor dari keseluruhan item, dapat disimpulkan tingkat kualitas dan kuantitas fasilitas tempat tinggal berdasarkan tolak ukur sebagai berikut:

1. Kurang : 12 - 22 2. Cukup : 23 - 33 3. Lengkap : 34 - 44

Tabel 4.16

Indikator Fasilitas Tempat Tinggal 98 Responden (Rumah Tangga)

Kriteria Skor Jumlah Responden (Rumah Tangga)

Persentase (%)

Kurang 12 - 22 2 2.04

Cukup 23 - 33 62 63.27

Lengkap 34 - 44 34 34.69

Sumber: Data Diolah

Dari data tabel 4.15 di atas, dapat disimpulkan bahwa 63% dari total responden telah memiliki fasilitas tempat tinggal yang termasuk dalam kategori cukup, setelah itu sebesar 34,69% masuk dalam kategori fasilitas tempat tinggal yang lengkap, dan terakhir sebanyak 2,04 % masih dalam kategori fasilitas tempat tinggal yang kurang. Melihat hasil tersebut, maka dapat dikatakan bahwa masyarakat Kecamatan Sipoholon memiliki kesejahteraan yang baik berdasarkan indikator fasilitas tempat tinggal.


(49)

4.6.5. Kesehataan Anggota Keluarga

Kesehatan merupakan dasar bagi setiap anggota keluarga untuk dapat beraktivitas. Anggota keluarga yang sehat fisik dan mental akan lebih produktif untuk melakukan setiap aktivitas mereka dan untuk mendapatkan pengahasilan yang lebih tinggi lagi.

Kesehatan anggota keluarga merupakan salah satu indikator keluarga sejahtera, dalam hal ini dimaksudkan ialah dengan melihat perbandingan antara jumlah anggota keluarga yang sakit (kurang / tidak sehat) terhadap total jumlah anggota keluarga. Sehingga yang menjadi tolak ukur untuk menilai tingkat kesehatan anggota keluarga yaitu:

1. Kurang: Perbandingan antara jumlah anggota keluarga yang sakit terhadap total jumlah anggota keluarga berada di atas 50% ( > 50%).

2. Cukup: Perbandingan antara jumlah anggota keluarga yang sakit terhadap total jumlah anggota keluarga berada diantara 25% - 50%.

3. Bagus: Perbandingan antara jumlah anggota keluarga yang sakit terhadap total jumlah anggota keluarga berada dibawah 25% ( < 25%).


(50)

Tabel 4.17

Tingkat Kesehatan Anggota Keluarga Responden

Kategori Skor Jumlah Responden

(Rumah Tangga)

Persentase ( % )

Bagus < 25% 87 88.78%

Cukup 25%-50% 10 10.20%

Kurang > 50% 1 1.02%

Sumber: Data Diolah

Melalui data yang dihasilkan menunjukkan bahwa tingkat kesehatan anggota keluarga responden telah berada pada kategori yang bagus dengan persentase 88,78% dari total responden, selanjutnya terdapat 10 responden yang tingkat kesehatan anggota keluarganya berada pada kategori cukup, dan sisanya sebanyak 1 responden memiliki tingkat kesehatan yang kurang. Kesehatan anggota keluarga yang kurang baik dimungkinkan disebabkan oleh beberapa hal seperti, faktor umur, lingkungan yang tidak bersih, cuaca, ataupun pengolahan sumber pangan yang kurang baik untuk dikonsumsi.

4.6.6. Kemudahan Mendapatkan Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan merupakan salah satu sarana yang harus tersedia di setiap wilayah daerah karena bertujuan untuk melakukan kegiatan pemeliharaan kesehatan, peningkatan, pencegahan, dan penyembuhan penyakit serta pemulihan kesehatan masyarakat.

Menurut BPS 2005, tolak ukur yang menjadi penilaian untuk melihat kemudahan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan sebagai salah satu indikator keluarga sejahtera terdiri atas:

1. Jarak ke pelayanan kesehatan terdekat 2. Jarak ke toko obat


(51)

3. Penanganan obat - obatan 4. Harga obat - obatan 5. Biaya penanganan pasien

6. Ketersediaan tenaga medis (bidan/dokter) 7. Kelengkapan peralatan medis

Setelah diberikan skor pada setiap item di atas maka jumlah skor akan dikelompokkan dan dibagi menjadi 3 kategori, yaitu:

1. Sulit : 6 - 10 2. Cukup : 11 - 15 3. Mudah : 16 - 20

Tabel 4.18

Data Tingkat Kemudahan Responden Untuk Memperoleh Pelayanan Kesehatan

Kategori Skor Jumlah Responden (Rumah Tangga)

Persentase ( % )

Mudah 16 - 20 23 23.47%

Cukup 11 - 15 60 61.22%

Sulit 6 - 10 15 15.31%

Sumber: Data Diolah

Berdasarkan data di atas, menunjukkan bahwa kemudahan responden untuk memperoleh pelayanan kesehatan berada pada kategori cukup dengan persentase responden sebesar 61, 22%, sebanyak 23, 47% berada pada kategori mudah dan sisanya sebesar 15, 31% responden berada pada kategori sulit untuk memperoleh pelayanan kesehatan.

Perbedaan tingkat kemudahan responden dalam mendapatkan pelayanan kesehatan ini disebabkan karena fasilitas kesehatan di Kecamatan Sipoholon masih terbilang sedikit dan belum merata tersebar di setiap desanya. Berdasarkan


(52)

data yang diperoleh dari Kecamatan Sipoholon dalam angka 2014 tercatat bahwa terdapat 69 fasilitas kesehatan, dengan tenaga kesehatan sebanyak 90 orang. Adapun rincian dari fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan di Kecamatan Sipoholon dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.19

Data Jumlah Fasilitas dan Tenaga Kesehatan di Kecamatan Sipoholon Tahun 2014

Fasilitas Kesehatan

Posyandu Polindes Poskesdes Pustu Puskesmas

33 23 6 5 2

Tenaga Kesehatan

Dokter Bidan Perawat

6 72 12

Sumber: Kecamatan Sipoholon dalam angka 2014

4.6.7. Kemudahan Memasukkan Anak ke Jenjang Pendidikan

Pendidikan memiliki peranan yang amat penting dalam penentuan perkembangan potensi manusia secara maksimal. Melalui pendidikan, masyarakat memiliki kesempatan untuk menggali potensinya demi memperoleh kehidupan yang lebih layak. Dengan terbentuknya masyarakat yang berpendidikan, maka kemungkinan besar akan terjadi peningkatan kesejahteraan masyarakat dalam mengelola kehidupan mereka masing - masing.

Di Kecamatan Sipoholon tercatat ada 38 sekolah dan jumlah guru sebanyak 528 dengan jumlah murid / siswa sebanyak 6.173 dalam angka tahun 2014. Berikut ditampilkan rincian sekolah, guru dan murid / siswa di Kecamatan Sipoholon dalam angka tahun 2014.


(53)

Tabel 4.20

Data Jumlah Sekolah, Guru, dan Murid / Siswa Di Kecamatan Sipoholon Tahun 2014 Jenjang Pendidikan Jumlah Sekolah Jumlah Guru Jumlah Murid / Siswa

SD 27 275 3516

SMP 6 131 1391

SMU 1 38 511

SMK 4 84 755

Total 38 528 6173

Sumber: Kecamatan Sipoholon Dalam Angka 2014

Dalam konteks ini, salah satu indikator keluarga sejahtera menurut BPS 2005 dapat dilihat dari kemudahan memasukkan anak ke jenjang pendidikan yang akan diukur melalui beberapa indikator berikut:

1. Biaya sekolah 2. Jarak ke sekolah

3. Proses penerimaan masuk

Setelah diberikan skor pada setiap item di atas maka jumlah skor akan dikelompokkan dan dibagi menjadi 3 kategori, yaitu:

1. Sulit : 3 - 4 2. Cukup : 5 - 6 3. Mudah : 7 - 9

Tabel 4.21

Data Tingkat Kemudahan Responden Memasukkan Anak ke Jenjang Pendidikan

Kategori Skor Jumlah Responden (Rumah Tangga)

Persentase ( % )

Mudah 7 – 9 21 21.43%

Cukup 5 – 6 60 61.22%

Sulit 3 – 4 17 17.35%


(54)

Berdasarkan data tersebut menunjukkan tingkat kemudahan responden memasukkan anak ke jenjang pendidikan di Kecamatan Sipoholon sebesar 61, 22 % berada pada kategori cukup, selanjutnya terdapat 21 responden atau sebesar 21, 43% berada pada kategori mudah, dan sisanya sebanyak 17 responden berada pada kategori sulit dalam memasukkan anak ke jenjang pendidikan. Beberapa hal yang menyebabkan perbedaan tingkat kemudahan responden dalam memasukkan anak ke dalam jenjang pendidikan yakni seperti, jauhnya jarak antara rumah / tempat tinggal responden menuju sekolah, biaya sekolah yang mahal tidak sebanding dengan penghasilan yang diterima responden setiap bulannya, juga proses penerimaan masuk ke beberapa sekolah yang cukup sulit.

4.6.8. Kemudahan Memperoleh Fasilitas Transportasi

Transportasi adalah kegiatan pemindahan manusia atau barang dari suatu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan suatu alat bantu kendaraan, baik umum maupu pribadi dengan menggunakan mesin atau tidak menggunakan mesin. Kemajuan transportasi akan membawa peningkatan pada mobilitas manusia dan mobilitas faktor - faktor produksi. Transportasi dapat memajukan kesejahteraan masyarakat, menciptakan dan meningkatkan tingkat aksesibilitas antara satu daerah ke daerah lainnya. Dengan adanya transportasi yang baik maka akan memudahkan terjadinya interaksi antara penduduk lokal dengan daerah luar.

Kecamatan Sipoholon sendiri memiliki luas wilayah 189,2 km² dengan total penduduk 22.729 jiwa dan tingkat kepadatan 120 jiwa/km², dan tersebar di 13 desa dan 1 kelurahan. Sementara untuk total panjang jalan di Kecamatan Sipoholon ialah 76,60 km yang terbagi atas jalan aspal 60,15 km, jalan kerikil


(55)

11,50 km, jalan tanah 3,45 km, dan jalan setapak 1,5 km (Kecamatan Sipoholon dalam angka 2014). Dalam hal keterjangkauan transportasi menuju desa juga masih terdapat beberapa desa di Kecamatan Sipoholon yang belum dapat dijangkau dengan kendaraan roda empat yaitu Desa Rura Julu Toruan dan Desa Rura Julu Dolok.

Kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi dapat dinilai dari tiga indikator menurut Indikator Keluarga Sejahtera, yaitu :

1. Jarak ke jalan raya

2. Ketersediaan kendaraan umum 3. Ongkos kendaraan

Untuk data kemudahan responden dalam memperoleh fasilitas transportasi dapat dilihat dalam tabel berikut.

Tabel 4.22

Data Tingkat Kemudahan Responden Memperoleh Fasilitas Transportasi

Kategori Skor Jumlah Responden (Rumah Tangga)

Persentase ( % )

Mudah 7 – 9 54 55.10%

Cukup 5 – 6 31 31.63%

Sulit 3 – 4 13 13.27%

Sumber: Data Diolah

Berdasarkan data di atas menunjukkan lebih dari setengah total responden (55, 10%) tidak mengalami kesulitan dalam memperoleh fasilitas transportasi, selanjutnya sebanyak 31 responden berada pada kategori cukup, dan sisanya sebanyak 13 responden berada dalam kategori yang sulit dalam memperoleh fasilitas transportasi. Perbedaan yang diperoleh dalam setiap kategori pada tingkat kemudahan responden memperoleh fasilitas transportasi yakni dikarenakan jarak


(56)

dari desa tempat tinggal responden masih tergolong jauh dari jalan raya, sehingga kesulitan untuk memperoleh kendaraan umum dan biaya / ongkos yang dikeluarkan pun akan menjadi mahal, selain itu kemampuan dan jumlah kendaraan umum untuk menjangkau seluruh desa juga masih kurang / jarang. Hal inilah yang membuat beberapa responden lebih suka berjalan kaki hingga berkilo meter untuk melakukan aktivias mereka, seperti responden yang bermatapencaharian sebagai petani akan lebih memilih berjalan kaki menuju sawah atau ladang olahan mereka dengan menempuh kurang lebih hingga 1 km.

Setelah menganalisis kedelapan indikator keluarga sejahtera di atas, maka selanjutnya jumlah skor masing - masing responden pada kedelapan indikator akan ditotalkan, kemudian total skor dari kedelapan indikator tadi akan dikelompokkan menjadi 3 kategori guna menentukan tingkat kesejahteraan responden. Adapun ketiga kategori tersebut, yakni:

1. Tingkat kesejahteraan tinggi : 20 - 24 2. Tingkat kesejahteraan sedang : 14 - 19 3. Tingkat kesejahteraan rendah : 8 - 13

Untuk mengetahui skor masing - masing responden pada kedelapan indikator beserta kategori tingkat kesejahteraannya dapat dilihat melalui tabel rekapitulasi berikut.


(1)

v DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

1.3.1. Tujuan Penelitian ... 6

1.3.2. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teoritis ... 8

2.1.1. Distribusi Pendapatan ... 8

2.1.2. Ketimpangan Pendapatan ... 11

2.1.3. Kurva Lorenz dan Koefisien Gini ... 13

2.1.4. Defenisi Kesejahteraan Masyarakat ... 14

2.2. Penelitian Terdahulu ... 17

2.3. Kerangka Konseptual ... 21

2.4. Hipotesis Penelitian ... 22

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 23

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 23

3.3. Batasan Operasional ... 23

3.4. Defenisi Operasional ... 24

3.5. Skala Pengukuan Variabel ... 24

3.6. Populasi dan Sampel ... 25

3.7. Jenis Data ... 27

3.8. Metode Pengumpulan Data ... 27

3.9. Teknik Analisis ... 28

BAB IV PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Geografis dan Demografis Kecamatan Sipoholon ... 32


(2)

vi

4.2. Keadaan Perekonomian Kecamatan Sipoholon ... 34

4.3. Gambaran Umum Responden Penelitian ... 36

4.3.1. Umur Responden ... 36

4.3.2. Jenis Kelamin Responden ... 38

4.3.3. Jenis Pekerjaan Responden ... 38

4.3.4. Pendidikan Responden ... 40

4.4. Kondisi Pendapatan dan Pengeluaran Rumah Tangga Responden ... 40

4.4.1. Sumber dan Besarnya Pendapatan ... 40

4.4.2. Pengeluaran Responden (Rumah Tangga) ... 42

4.5. Analisis Ketimpangan Distribusi Pendapatan Menggunakan Indeks Gini dan Kurva Lorenz ... 44

4.6. Analisis Tingkat Kesejahteraan Masyarakat ... 50

4.6.1. Tingkat Pendapatan ... 51

4.6.2. Tingkat Konsumsi atau Pengeluaran Rumah Tangga ... 52

4.6.3. Keadaan Tempat Tinggal ... 54

4.6.4. Fasilitas Tempat Tinggal ... 55

4.6.5. Kesehatan Anggota Keluarga ... 57

4.6.6. Kemudahan Mendapatkan Pelayanan Kesehatan ... 58

4.6.7. Kemudahan Memasukkan Anak ke Jenjang Pendidikan ... 60

4.6.8. Kemudahan Memperoleh Fasilitas Transportasi ... 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 69

5.2. Saran ... 70


(3)

vii DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

1.1 Perekonomian Kabupaten Tapanuli Utara Tahun

2010 - 2014 ... 4

1.2 Perkembangan Kemiskinan Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2012 - 2013 ... 4

1.3 Daftar Nama Desa dan Luas Wilayah di Kec. Sipoholon .. 6

3.1 Penyebaran Sampel di Setiap Desa ... 27

3.2 Indikator Keluarga Sejahtera Berdasarkan Badan Pusat Statistik Tahun 2005 ... 31

4.1 Statistik Geografi Sipoholon ... 32

4.2 Distribusi Penduduk Menurut Desa / Kelurahan di Kecamatan Sipoholon Tahun 2013 ... 33

4.3 Target dan Realisasi Penerimaan Pajak di Kecamatan Sipoholon Tahun 2013 ... 35

4.4 Jumlah Pasar, Mini Market, Toko / Warung Kelontong, Restoran / Rumah Makan, Hotel / Penginapan, di Kecamatan Sipoholon ... 37

4.5 Data Umur Responden ... 36

4.6 Data Jenis Kelamin Responden ... 38

4.7 Data Pekerjaan Responden ... 39

4.8 Data Pendidikan Responden ... 40

4.9 Jumlah dan Rata - rata Pendapatan Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan ... 42

4.10 Data Perhitungan Tingkat Ketimpangan Pendapatan Menurut Gini Ratio ... 46

4.11 Kriteria dan Skor Tingkat Pendapatan ... 51

4.12 Kriteria dan Tingkat Pendapatan 98 Responden (Rumah Tangga) ... 52

4.13 Kriteria dan Skor Tingkat Konsumsi / Pengeluaran ... 53

4.14 Tingkat Konsumsi / Pengeluaran 98 Responden (Rumah Tangga) ... 53

4.15 Keadaan Tempat Tinggal 98 Responden (Rumah Tangga) ... 55

4.16 Indikator Fasilitas Tempat Tinggal 98 Responden (Rumah Tangga) ... 56

4.17 Tingkat Kesehatan Anggota Keluarga Responden ... 58

4.18 Data Tingkat Kemudahan Responden Untuk Memperoleh Pelayanan Kesehatan... 59

4.19 Data Jumlah Fasilitas dan Tenaga Kesehatan di Kecamatan Sipoholon Tahun 2014 ... 60

4.20 Data Jumlah Sekolah, Guru, dan Murid / Siswa di Kecamatan Sipoholon Tahun 2014 ... 61


(4)

viii

4.21 Data Tingkat Kemudahan Responden Memasukkan Anak

Ke Jenjang Pendidikan ... 61

4.22 Data Tingkat Kemudahan Responden Memperoleh

Fasilitas Transportasi ... 63

4.23 Rekapitulasi Tanggapan Responden Terhadap Indikator

Keluarga Sejahtera Berdasarkan BPS 2005 ... 65

4.24 Data Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Kecamatan


(5)

ix DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Kerangka Konseptual ... 21

3.1 Kurva Lorenz ... 29

4.1 Diagram Distribusi Penduduk Menurut Desa / Kelurahan Di Kecamatan Sipoholon Tahun 2013 ... 34

4.2 Diagram Umur Responden ... 37

4.3 Diagram Pekerjaan Responden ... 39

4.4 Diagram Pendidikan Responden ... 40


(6)

x DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

1 Kuesioner Penelitian ... 73

2 Data Responden ... 76

3 Data Jawaban Responden Terhadap Indikator Keluarga