Model Pendapatan Masyarakat Terhadap Tanaman Suren (Toona Sureni (Blume) Merr.) Dan Tanaman Kakao (Theobroma Cacao L.) Di Desa Mekar Sari Raya Kecamatan Panei Kabupaten Simalungun Sumatera Utara

(1)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Dokumentasi Penelitian

Gambar 5. Gambar gapura Desa Mekar Sari Raya, Kabupaten

Si l

Gambar 6. Gambar wawancara dengan salah satu responden.

Gambar 7. Gambar wawancara dengan salah satu responden.

Gambar 8. Gambar wawancara dengan salah satu responden.


(2)

Gambar 11.Pohon kakao dibawah tegakan pohon suren. Gambar 9. Gambar salah satu

responden.

Gambar 10. Kakao yang siap dipanen.


(3)

Lampiran 2. Identifikasi Responden di Desa Mekar Sari Raya Kecamatan Panei, Kabupaten Simalungun

No. Nama Jenis Kelamin

Umur

(Tahun) Suku Pendidikan

Pekerjaan Sampingan Lama Usaha Tani Tanggungan Keluarga Luas Lahan (Ha) Status Lahan

1 Sucipto L 52 Jawa SD Dagang 20 3 1 Milik Sendiri

2 Tusinem P 71 Jawa SD ‒ 30 1 1 Milik Sendiri

3 Samino L 55 Jawa SMP ‒ 11 3 1,5 Milik Sendiri

4 Samejak L 73 Jawa SD ‒ 12 2 1 Milik Sendiri

5 Palding L 43 Jawa SMP Ternak 12 3 1,5 Milik Sendiri

6 Tato L 45 Jawa SMA Dagang 10 3 1,25 Milik Sendiri

7 Misran L 64 Jawa SMP ‒ 22 1 0,5 Milik Sendiri

8 Pungut L 70 Jawa SD Petani 30 2 0,5 Milik Sendiri

9 Soyo L 60 Jawa SD ‒ 5 2 0,25 Milik Sendiri

10 Iyat L 54 Jawa SD ‒ 7 2 0,25 Milik Sendiri

11 Saman L 65 Jawa SD ‒ 27 1 0,5 Milik Sendiri

12

Ice

Paulina P 30 Jawa SD Ojek

8

2 0,75 Milik Sendiri 13

Agus

Salim L 55 Jawa SMP Petani

15

2 1,25 Milik Sendiri

14 Suratno L 49 Jawa SD Petani 9 3 0,25 Milik Sendiri

15 Tukijan L 40 Jawa SD ‒ 14 5 1,5 Milik Sendiri

16 Jupri L 50 Jawa SMA ‒ 17 4 1 Milik Sendiri

17 Mujianto L 36 Jawa SMP Ojek 7 4 0,5 Milik Sendiri

18 Jumira P 35 Jawa SMP ‒ 6 1 0,25 Milik Sendiri

19

Pipit

Rahayu P 67 Jawa SMA Dagang

18

1 0,25 Milik Sendiri

20 Riswanto L 66 Jawa SD ‒ 16 2 0,5 Milik Sendiri

21

Sri

Rahayu P 38 Jawa SMA ‒

11

2 0,25 Milik Sendiri

22 Inawati P 48 Jawa SD Petani 11 3 1 Milik Sendiri

23 Edy L 35 Jawa SD ‒ 12 3 1 Milik Sendiri

24 Anek P 48 Jawa SD ‒ 16 3 1,5 Milik Sendiri

25 Prawoto L 66 Jawa SMP Petani 19 3 1,5 Milik Sendiri

26 Slamet L 65 Jawa SMP ‒ 5 2 1 Milik Sendiri

27 Sukidi L 39 Jawa SD ‒ 14 3 0,5 Milik Sendiri

28 Sugiardi L 44 Jawa SD ‒ 18 3 0,5 Milik Sendiri

29 Riadi L 52 Jawa SD Ojek 11 2 0,75 Milik Sendiri

30 Santoso L 56 Jawa SMA Petani 10 2 0,5 Milik Sendiri

31

Iga

Destian L 28 Jawa SD Petani

7

2 0,75 Milik Sendiri

32 Suprapto L 60 Jawa SD ‒ 16 3 1 Milik Sendiri

33 Sudar L 75 Jawa SD ‒ 20 2 0,5 Milik Sendiri

34

Andre

Irawan L 40 Jawa SMA Dagang

15

2 0,5 Milik Sendiri

Jumlah 1774 12,3 82 26,75


(4)

Lampiran 3. Data Inflasi berdasarkan inflasi tahun 2007 – 2016

Tahun Tingkat Inflasi

2007 6,59

2008 11,06

2009 2,78

2010 6,96

2011 3,79

2012 4,3

2013 8,38

2014 8,36

2015 3,35

2016 1,97

Rata-rata 5,75

Sumber: Bank Indonesia, 2016

Lampiran 4. Umur Ekonomis Peralatan Usaha Tani No. Jenis Alat

Umur Ekonomis

(Tahun)

Jumlah (Unit)

Harga (Rp)

Harga Penyusutan

1 Golok / Parang 2 2 50.000 100.000 40.000

2 Cangkul 5 2 75.000 150.000 7.500

3 Arit/Saabit 2 2 25.000 50.000 12.500

4 Gunting pangkas 2 3 110.000 330.000 5.500

5 Sprayer obat 8 2 450.000 900.000 50.625

6 Beko 4 1 350.000 350.000 35.000

7 Asahan arit 1 1 5.000 5.000 2.500

8 Terpal 4 4 m 50.000 200.000 2.500

9 Karung 1 4 3.500 14.000 1.750


(5)

Lampiran 5. Rincian Kebutuhan Investasi Langsung Usahatani Kakao dan suren per tahun No. Resp Luas Lahan Jumlah Tanaman Kakao Jumlah Suren

Pupuk Pestisida

Pupuk Kandang (Karung) Harga (Rp./Unit) Urea (Karung) Harga (Rp./Unit) TSP (Karung) Harga (Rp./Unit) KCL (Karung) Harga (Rp./Unit) Diazinon (Botol) Harga (Rp./Unit)

1 0,2 166 33 40 5500 8 150000 4 90000 2 115000 0 0

2 0,4 333 55 60 5500 8 150000 2 100000 3 115000 0 0

3 0,2 166 30 160 5500 8 150000 0 0 2 115000 2 25000

4 0,08 66 16 70 5500 8 150000 4 90000 1 115000 0 0

5 0,2 166 33 50 4500 8 150000 4 95000 1 115000 0 0

6 0,2 166 30 90 3500 0 0 0 0 1 115000 1 25000

7 0,8 666 50 20 5000 4 150000 0 0 1 115000 1 25000

8 0,5 411 82 24 5000 5 150000 2 100000 3 115000 1 25000

9 0,12 100 30 16 3000 2 150000 0 0 1 115000 1 25000

10 0,8 240 35 16 4500 3 150000 1 95000 2 115000 0 0

11 0,5 411 75 24 4500 4 150000 2 95000 2 115000 1 25000

12 0,3 250 25 160 4500 5 150000 0 0 2 115000 1 25000

13 0,08 66 20 300 5000 3 150000 2 95000 1 115000 0 0

14 0,25 208 28 20 5000 4 150000 0 0 4 115000 0 0

15 0,5 411 80 130 5000 9 150000 0 0 3 115000 0 0

16 0,1 83 27 20 5000 7 150000 0 0 3 115000 0 0

17 0,5 400 75 0 0 2 150000 3 95000 2 115000 2 25000

18 0,25 208 50 20 4500 0 0 0 0 3 115000 0 0


(6)

Lanjutan lampiran 5. Rincian Kebutuhan Investasi Langsung Usahatani Kakao dan suren per tahun

20 0,5 411 75 20 4500 4 150000 0 0 3 115000 0 0

21 0,25 208 50 60 5000 4 150000 2 95000 1 115000 0 0

22 0,35 291 58 55 5000 0 0 0 0 2 115000 0 0

23 0,16 133 26 12 5000 0 0 0 0 2 115000 0 0

24 0,08 66 22 15 5000 2 150000 0 0 3 115000 0 0

25 0,23 190 38 25 5500 2 150000 0 0 2 115000 2 25000

26 0,2 166 16 80 5500 6 150000 0 0 3 115000 0 0

27 0,5 411 41 40 5500 6 150000 2 100000 3 115000 0 0

28 0,5 411 41 30 5500 0 150000 0 0 3 115000 1 25000

29 0,75 625 62 15 5500 1 150000 0 0 4 115000 0 0

30 0,5 411 40 80 3500 0 150000 0 0 2 115000 0 0

31 0,75 625 60 95 3500 8 150000 0 0 2 115000 0 0

32 0,3 250 25 160 3000 5 150000 0 0 2 115000 0 0

33 0,5 411 40 55 4500 0 150000 0 0 1 115000 2 25000

34 0,5 411 35 45 4500 6 150000 0 0 1 115000 0 0

Jumlah 12,3 9745 1448 2132 155500 134 4500000 28 1050000 73 3910000 15 275000


(7)

Lampiran 6. Data Produksi dan Penerimaan Masyarakat Kakao dan suren di Desa Mekar Sari Raya No. Resp. Umur Tanaman Luas Lahan Jumlah Tanaman Produksi (Kg/Ha) Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 Tahun 6 Tahun 7 Tahun 8 Tahun 9 Tahun 10 Tahun 11 Tahun 12 Tahun 13 Tahun 14 Tahun 15

1 7 0,2 166 28 31 39 45 56 125 98 125 82 130 130 158 110

2 6 0,4 333 26 33 34 37 50 89 87 89 82,5 92 92 130 83

3 6 0,2 166 26 35 38 48 58 134 106 134 143 144 144 174 96

4 9 0,08 66 20 29 47 47 48 73 58 73 33 65 65 90 56

5 10 0,2 166 22 32 38 8 31 45 35 45 31 54 54 99 31

6 18 0,2 166 22 31 67 8 92 63 85 63 91 74 74 65 81

7 8 0,8 666 19 25 30 37 41 76 67 76 13 82 82 95 10

8 11 0,5 411 20 29 29 39 42 70 66 70 75 89 89 70 9

9 6 0,12 100 19 29 25 35 45 97 87 97 118 112 112 95 120

10 8 0,8 240 20 29 31 36 40 62 59 62 70 73 73 53 75

11 8 0,5 411 18 31 26 36 40 48 32 48 58 54 54 24 33

12 10 0,3 250 21 31 24 34 27 52 48 52 55 65 65 35 32

13 8 0,08 66 25 33 47 57 66 72 60 72 68 85 85 25 37

14 15 0,25 208 22 29 35 45 49 82 70 82 69 92 92 82 52

15 8 0,5 411 19 31 35 45 50 115 97 115 104 120 120 115 111

16 9 0,1 83 20 30 26 36 36 58 72 58 47 62 62 54 10

17 5 0,5 400 28 31 46 56 71 212 202 212 216 222 222 212 184

18 10 0,25 208 22 29 23 33 36 62 59 62 52 79 79 59 27

19 8 0,25 208 23 34 32 42 40 61 57 61 54 77 77 67 32

20 7 0,5 411 19 39 23 32 45 71 69 71 73 81 81 73 36


(8)

Lampiran 6. Data Produksi dan Penerimaan Masyarakat Kakao dan suren di Desa Mekar Sari Raya

22 10 0,25 291 22 32 29 39 36 54 52 54 40 62 72 82 43

23 15 0,35 133 20 34 31 41 74 54 64 54 76 59 59 69 77

24 8 0,16 66 22 34 32 42 53 79 69 79 65 83 83 81 51

25 10 0,08 190 24 31 27 37 43 71 68 71 62 84 84 64 21

26 13 0,23 166 21 31 27 37 54 69 67 69 66 79 79 69 72

27 8 0,2 411 29 30 25 35 40 41 39 41 53 52 56 61 10

28 12 0,5 411 23 33 30 40 47 58 45 58 48 63 63 52 26

29 15 0,5 625 17 39 25 35 41 81 73 81 70 59 59 59 71

30 8 0,75 411 16 30 26 37 42 62 57 62 51 78 78 58 38

31 7 0,5 625 18 32 29 42 46 75 85 75 60 78 78 80 76

32 6 0,75 250 23 36 37 48 52 51 52 51 49 51 56 51 51

33 8 0,3 411 16 29 25 39 32 36 24 36 40 47 47 37 35

34 9 0,5 411 17 31 29 39 33 33 43 33 39 43 43 33 43

Jumlah 314 12,3 9745 727 1074 1103 1303 1612 2485 2295 2485 2319,5 2754 2773 2645 1910


(9)

Lampiran 7. Hasil Perhitungan Pendapatan Kakao dan Suren di Desa Mekar Sari Raya (per Ha) No. Keterangan Satuan

(Unit/Ha) Jumlah

(Unit)

Harga

(Rp/Unit) Tahun ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

I Investasi

Bibit Kakao Rp 9745 3500 34106500 Bibit Suren Rp 1448 3000 4344000

Total Investasi 11193 384515000

II Biaya-Biaya (Cost) Biaya Peralatan 1. Peralatan Usahatani

a) Cangkul Unit 3 75000 225000 225000 225000

b) Arit/Sabit Unit 2 25000 50000 50000 50000 50000 50000 50000 50000 50000

c) Beko Unit 1 350000 350000 350000 350000 350000

d) Gunting Pangkas Unit 3 110000 330000 110000 110000 110000 110000 110000 110000 110000

e) Golok Unit 2 50000 100000 50000 50000 50000 50000 50000 50000 50000

f) Spray Obat Unit 2 400000 800000 450000

g) Asahan Unit 1 5000 5000 5000 5000 5000 5000 5000 5000 5000 5000 5000 5000 5000 5000 5000 5000

2. Peralatan Pendukung

a) Karung Unit 4 3500 14000 14000 14000 14000 14000 14000 14000 14000 14000 14000 14000 14000 14000 14000 14000

b) Terpal Unit/Meter 6 50000 300000 300000 300000 300000 300000 300000 300000 300000

Biaya Pajak Lahan Rp 55000 55000 55000 55000 55000 55000 55000 55000 55000 55000 55000 55000 55000 55000 55000 55000 Biaya Penyusutan Rp 157875 157875 157875 157875 157875 157875 157875 157875 157875 157875 157875 157875 157875 157875 157875 157875 Total biaya peralatan 2386875 231875 741875 231875 1091875 456875 741875 231875 1541875 231875 966875 231875 1091875 231875 741875 III Biaya Produksi

1. Pupuk


(10)

Lanjutan lampiran 7. Hasil Perhitungan Pendapatan Kakao dan Suren di Desa Mekar Sari Raya (per Ha

b) Urea Karung 150000 721470,58 521470,58 521470,58 521470,6 521470,58 521470,6 521470,58 521470,58 521470,58 521470,6 521470,58 521470,6 521470,58 521470,6 521470,58 c) TSP Karung 100000 453283,52 253283,52 253283,52 253283,5 253283,52 253283,5 253283,52 253283,52 253283,52 253283,5 253283,52 253283,5 253283,52 253283,5 253283,52 d) KCL Karung 115000 247250 247250 247250 247250 247250 247250 247250 247250 247250 247250 247250 247250 247250 247250 247250 2. Pesisida

a) Diazinon Botol 25000 25000 25000 0 50000 25000 25000 0 25000 25000 25000 25000 0 25000 25000 25000 3. Tenaga Kerja

1) Pembuatan Lubang 100000 2100000 2) Penanaman 100000 2152000

3) Penyulaman 100000 1624000 1812800 1660000

4) Pemupukan 100000 2304000 2484000 1360000 3036000 2380000 2365000 2145000 2550000 2040000 2772000 1815000 2040000 2125000 2427600 2720000 5) Pemangkasan 100000 1976000 2173600 1700000 2380000 2550000 3475000 1700000 1779000 2189600 1229100 2331000 2210000 2975000 2458200 2380000 6) Penyemprotan 100000 0 2050000 1850200 2349600 2970000 2376000 3324000 2310000 2682900 3454000 2838000 1980000 2554200 2475000 2128500 7) Pemanenan 100000 0 0 2580000 3120000 1875000 1673400 2388000 2580000 2650000 1693300 2199900 2500000 2826700 3200000 2260000 Total Biaya Produksi 12506623,46 10136483,7 10797554 12583044 11603803 11561844 11204444 10891443,5 11234944 10820844 10856344 10377444 12153344 12233244 11160943,5 Total Biaya + Investasi 53344998,5 10368358,7 11539429 12814919 12695678 12018719 11946319 11123318,5 12776819 11052719 11823219 10609319 13245219 12465119 11902818,5 V Penerimaan

1) Biji Kakao Kering 0 0 18175000 26850000 27575000 32575000 40300000 62125000 57375000 62125000 57987500 68850000 69375000 66125000 47750000

2) Kayu Suren 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 48000000

Total Penerimaan 0 0 18175000 26850000 27575000 32575000 40300000 62125000 57375000 62125000 57987500 68850000 69375000 66125000 95750000 Pendapatan Bersih -53344998,5 -10368359 6635571,5 14035081 14879322 20556281 28353681 51001681,5 44598181 51072281 46164281 58240681 56129781 53659881 110197181


(11)

Lampiran 8. Analisis Pendapatan kakao dan suren di Desa Mekar Sari Raya

Thn Benefit Biaya (Ct) Net Benefit DF

15% NPV 12% PV (B) PV (C)

DF

25% NPV 25%

DF

26% NPV 26%

1 2 [3] 4= (2)-(3) 5 6= (4)/(5) 7= (2)/(5) 8= (3)/(5) 9 10= (4)/(9) 11 12=(4)/(11)

1 0 53344998,46

-53344998,5 0,869 -61386649,55 0 61386649,55 0,800 -66681248,08 0,793 -67269859,34 2 0 10368359 -10368359 0,756 -13714760,58 0 13714760,58 0,640 -16200560,94 0,629 -16483877,58 3 18175000 10039429 8135571 0,657 12382908,68 27663622,53 15280713,85 0,512 15889787,11 0,499 16303749,50 4 26850000 12814919 14035081 0,571 24579826,62 47022767,08 22442940,46 0,409 34315601,47 0,396 35442123,74 5 27575000 112695678 -85120678 0,497 -171268969,8 55482897,38 226751867,20 0,327 -260307883,79 0,314 -271084961,78 6 32575000 12018719 20556281 0,432 47583983,8 75405092,59 27821108,80 0,262 78459087,79 0,249 82555345,38 7 40300000 11946319 28353681 0,375 75609816 107466666,67 31856850,67 0,209 135663545,45 0,198 143200409,09 8 62125000 11123318,5 51001681,5 0,326 156446875,77 190567484,66 34120608,90 0,167 305399290,42 0,157 324851474,52 9 57375000 12776819 44598181 0,284 157035848,59 202024647,89 44988799,30 0,134 332822246,27 0,124 359662750,00 10 62125000 11052719 51072281 0,247 206770368,42 251518218,62 44747850,20 0,107 477311037,38 0,099 515881626,26 11 57987500 11823219 46164281 0,214 215720939,25 270969626,17 55248686,92 0,085 543109188,24 0,078 591849756,41 12 68850000 13245219 55604781 0,186 298950435,48 370161290,32 71210854,84 0,068 817717367,65 0,062 896851306,45 13 69375000 11269519 58105481 0,162 358675808,64 428240740,74 69564932,10 0,054 1076027425,93 0,049 1185826142,86 14 66125000 12465119 53659881 0,141 380566531,91 468971631,21 88405099,29 0,043 1247904209,30 0,039 1375894384,62 15 95750000 11902819 83847181 0,122 687271975,41 784836065,57 97564090,16 0,035 2395633742,86 0,031 2704747774,19 Jumlah 685187500 318887173 366300327 5,839 2375224938,62 3280330751 905105812,81 3,852 7117062837,05 5173480370,12

IRR = 28 % BCR = 2,1%


(12)

Lampiran 9. Analisis Regresi Linier Berganda

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .728a .531 .447 6.92113E5

a. Predictors: (Constant), Lama usaha tani, luas lahan, Jaumlah tanggungan, harga jual, upah tenaga kerja

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 1.517E13 5 3.033E12 6.332 .000a Residual 1.341E13 28 4.790E11

Total 2.858E13 33

a. Predictors: (Constant), Lama usaha tani, luas lahan, Jaumlah tanggungan, harga jual, upah tenaga kerja

b. Dependent Variable: Pendapatan

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 518767.492 1.041E6 .498 .622

harga jual 16.663 33.174 .073 .502 .619

upah tenaga kerja 1.642 2.060 .118 .797 .432

luas lahan 3.064 589926.932 .696 5.194 .000

Jaumlah tanggungan -11545.770 143683.590 -.011 -.080 .937 Lama usaha tani -8211.847 21851.055 -.058 -.376 .710 a. Dependent Variable: Pendapatan


(13)

Lampiran 10. Lembar Kuisioner Penelitian

KUISIONER

RESPONDEN/PETANI PRAKTEK AGROFORESTRY

MODEL PENDAPATAN MASYARAKAT TERHADAP

TEGAKAN SUREN (Toona sureni (Blume) Merr.) dan

TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI DESA MEKAR

SARI RAYA KECAMATAN PANEI KABUPATEN

SIMALUNGUN SUMATERA UTARA

HARI/TANGGAL : NO. RESPONDEN : I. Identitas Responden

a. Nama : ………

b. Jenis Kelamin : ………

c. Umur : ………

d. Suku : ………

e. Alamat : ………

f. Status Perkawinan : ………

g. Pendidikan : ………

h. Pekerjaan Utama : ………

i. Pekerjaan Sampingan : ………

j. Jumlah Anggota Keluarga : ……… k. Jumlah Tanggungan keluarga : ……… l. Penghasilan Perbulan : ……… II. Data Umum Lahan Agroforestri yang Dikelola

1. Kepemilikan sumber daya pertanian

No. Jenis Penggunaan Lahan Luas Status Lahan 1 Lahan Kakao


(14)

2. Sudah berapa lama Anda mengusahakan lahan dengan menggunakan sistem agroforestri (kebun campuran) kakao dan suren?

Jawab : ………

3. 3. Apakah yang menjadi alasan Anda menggunakan sistem agroforestri dan mengapa Anda memilih tanaman tersebut?

Jawab : ……… ………. 4. Kondisi tanaman kakao dan suren saat ini.

No. Tanaman Status Kepemilikan Umur Bersertifikat/ Tidak 1 Kakao

2 Suren

III. Kegiatan Silvikultur A. Persiapan Lahan

1. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk persiapan lahan?

Jawab : ……… 2. Apa saja kegiatan yang dilakukan dalam persiapan lahan?

Jawab : ……… ……… B. Penanaman

1. Informasi bibit kakao dan suren yang digunakan.

No. Uraian Kakao Suren

1 Sumber Bibit 2 Jarak Tanam

2. Apa saja kegiatan yang dilakukan dalam penanaman?

Jawab : ……… ………..… C. Pemeliharaan

1. Apa saja kegiatan yang dilakukan dalam pemeliharaan?

Jawab : ……… ……… 2. Bentuk pemeliharaan terhadap tanaman kakao dan suren.

No. Uraian Kakao Suren

1 Jumlah kegiatan penyiangan/ Tahun 2 Pemupukan dimulai pada umur 3 Jumlah kegiatan pemupukan/ Tahun 4 Pemangkasan dimulai pada umur 5 Jumlah kegiatan pemangkasan/ Tahun


(15)

3. Apa jenis hama dan penyakit yang menyerang tanaman kakao dan suren? Jawab : ……… ………. 4. Apakah ada perlakuan khusus dalam pemeliharaan tanaman Anda? Jika

ada tolong jelaskan.

Jawab : ……… ……… D. Produksi dan Pemanenan

1. Apa saja kegiatan yang dilakukan dalam pemanenan?

Jawab : ……… ……… 2. Produksi tanaman kakao dan suren.

No. Tanaman Bagian yang dipanen Mulai panen pada umur

Frekuensi panen/ 1 tahun 1 Kakao -Buah Kakao

-

2 Suren -Buah Suren -

3. Berapa besar produksi yang dihasilkan dalam setiap pemanenan?

No. Tanaman Bagian yang dipanen Jumlah Harga/Satuan (Rp) 1 Kakao -Buah Kakao

-

2 Suren -Buah Suren -

4. Bagaimanakah perubahan produksi kakao dan suren dari tahun ke tahun? Jawab:.………

………

5. Apakah ada peraturan atau kebijakan pemerintah setempat dalam pengembangan agroforestri? Jika ada bagaimana bentuk kebijakan tersebut?

Jawab:……… ……… E. Pemasaran Hasil Produksi

1. Bagaimana sistem penjualan hasil dari tanaman kakao dan suren dilakukan?

Jawab : ……… ………. ……….


(16)

F. Informasi Komponen Usaha Tani Kakao

Uraian Harga Satuan

(Rp)

Volume Total Harga

(Rp) I. Input (masukan)

A. Input dari pasar 1. Bibit 2. Pupuk - Kompos - Urea - TSP - NPK 3. - Pestisida

- Herbisida Total I

II. Input Rumah Tangga B. Tenaga Kerja

1. Tenaga Kerja

- Pengolahan lahan a. Bapak b. Ibu c. Anak - Penanaman a. Bapak b. Ibu c. Anak - Pemeliharaan a. Bapak b. Ibu c. Anak - Pemanenan a. Bapak b. Ibu c. Anak

- Pasca Panen a. Bapak b. Ibu c. Anak

2. Sewa Lahan

Total II III. Lain-Lain

- Peralatan Kerja a. Parang

b. Cangkul c. Ember


(17)

d.Beko e. Semprot f. Mesin Kupas g.… h. … i. … Total III Total 1 II. Produksi Total 2

G. Informasi Komponen Usaha Tani Suren

Uraian Harga Satuan

(Rp)

Volume Total Harga

(Rp) I. Input (masukan)

A. Input dari pasar 1. Bibit 2. Pupuk - Kompos - Urea - TSP - NPK 3. - Pestisida

- Herbisida Total I

II. Input Rumah Tangga B. Tenaga Kerja

3. Tenaga Kerja

- Pengolahan lahan a. Bapak b. Ibu c. Anak - Penanaman a. Bapak b. Ibu c. Anak - Pemeliharaan a. Bapak b. Ibu c. Anak - Pemanenan a. Bapak b. Ibu c. Anak


(18)

a. Bapak b. Ibu c. Anak

d. Sewa Lahan

Total II III. Lain-Lain

- Peralatan Kerja a. Parang

b. Cangkul c. Ember d.Beko e. Semprot f. Mesin Kupas g.…

h. … i. … Total III Total 1 II. Produksi Total 2


(19)

DAFTAR PUSTAKA

Anekaplanta. 2008. Data Penelitian dan Pengemangan Tanaman Hortikultura. Direktorat Jenderal Hortikultural RI. Jakarta.

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.

Asosiasi Usahatani Kakao Indonesia (AUKINDO). 2005. Prospek Agroindustri Kakao Indonesia di Pasar Dunia Sampai 2010. Temu Teknis Agroindustri Kakao Jember 27 September 2010.

Badan Pusat Statistik Kecamatan Panei. 2012. Kabupaten Simalungun Sumatera Utara.

Bambang. 2012. Analisis Efektivitas Kelompok Tani di Kecamatan Kabupaten Sukoharjo. Skripsi. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan (BABESLITBPTH). 2013. Litbang Pemuliaan Suren (Toona sureni). Diakses dari:

http://www.biotifor.or.id/2013/content-126-litbang-pemuliaan-suren-toona

-%20sureni.html?hal=detail_berita&kunci=suren&x=0&y=0. [3 Juni 2016]. Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Pemali Jratun. 2010. Suren. Diakses dari: article&id = 63:suren &catid=18:tanaman – berkayu & Itemid=31. [3 Juni 2016].

Darwiati. 2009. Uji Efikasi Ekstrak Tanaman Suren (Toona sinensis Merr) sebagai Insektisida Nabati dalam Pengendalian Hama Daun (Eurema spp. dan Spodotera litura F.)

Ditjenbun. 2013. Statistik Perkebunan Indonesia: Komoditas Kakao tahun 2012-2014. Sekretariat Jendral Perkebunan. Jakarta.

Djam'an, D.F dan E.R.Kartiana. 2001. Atlas Benih Indonesia : Suren. Balai Teknologi Perbenihan. Bogor.

Dzanau. 2007. Pohon Kayu Suren. Dzanau. Wordpress.com/2007/12/15/pohon-kayu-suren/-12 k [15-4-2017].

Hairiah, K., M. A. Sardjono dan S. Sabarnurdin. 2003. Pengantar Agroforestry. Bahan Ajar 1. Hlm. 1-6. World Agroforestry Center (ICRAF). Bogor.


(20)

Hana, Situmeang. 2016. Analisis Kelayakan Finansial Agroforestri Suren (Toona

Sureni Merr.) Dan Kopi Arabika (Coffea Arabica L.). USU Press. Medan.

Indrawati. 2010. Pengantar Ekonomi Pertanian. P.T. Bumi Aksara, Jakarta

Kaslan, Tohir A. 2003. Seuntai Pengetahuan Usahatani Indonesia. Rineka Cipta, Jakarta.

Lembah Pinus. 2012. Budidaya Tanaman Suren. Lembah Pinus. [15 Agustus 2016].

Lingga. 2006. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta.

Mahendra. 2009. Modul Mata Kuliah Pengelolaan Agroforestri (Aspek Ekonomi. Universitas Gadjah Mada Press. Yogyakarta.

Mangdeska. 2009. Analisis Pendapatan Usahatani Kakao (TheoBroma cocoa L.) dan faktorfaktor yang mempengaruhinya di Nagari Lubuak Batikok Kecamatan Harau Kabupaten Lima Puluh Kota. [3 Juni 2016].

Moleong, L. J. 2004. Metodelogi Kualitatif. PT Remaja Rosdakarya. Bandung. Mubyarto, 2006. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES, Jakarta.

Mulyana. 2010. Informasi Singkat Benih Toona Sureni. Direktorat Pembenihan Tanaman Hutan. Bogor.

Nurmala, Tati, Dkk. 2012. Pengantar Ilmu Pertanian. Yogyakarta Graha Ilmu. Riduan dan Akdon. 2009. Rumus dan Data dalam Analisis Statistika. Bandung. Sadono. 2002. PengantarTeoriMikroekonomi. Raja GrafindoPersada. Jakarta. Sesilia, E.P, L. Fidrianny, dan A. Nawawi. 2006. Telaah Kandungan Kimia Daun

Suren (Toona sinensis). Sekolah Farmasi Institut Teknologi Bandung. Bandung.

Siregar, T.H., Slamet R. dan Laeli N., 2005. Budidaya, Pengolahan dan Pemasaran Cokelat, Penebar Swadaya, Jakarta.

Soeharto.2002. Metode Penelitian Administrasi Dilengkapi dengan Metode R & D. Bandung: Alfabeta.


(21)

Sukirno, Sadono. 2005. Pengantar Teori Mikro Ekonomi. Jakartra: Rajawali Persada.

Sugiono. 2007. Statistika Untuk Penelitian. Penerbitan Alfabeta Bandung.

Suparta. 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia Suatu Pendekatan Makro.Bumi Aksara. Jakarta.


(22)

METODE PENELITIAN

Waktu danTempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober - November 2016. Lokasi penelitian dilakukan di Desa Mekar Sari Raya, Kecamatan Panei, Kabupaten Simalungun Sumatera Utara.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis untuk menulis, kamera digital untuk dokumentasi, perangkat komputer untuk mengolah data. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner untuk wawancara serta dokumen lain yang berhubungan dengan lokasi dan kegiatan penelitian. Penentuan Sampel

Metode yang dipakai pada penelitian ini adalah teknik pengambilan sampel secara Random Sampling dimana semua individu dalam populasi baik secara sendiri-sendiri atau bersama-sama diberi kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai anggota sampel (Sugiono, 2007).

Menurut Arikunto (2006) apabila subjeknya kurang dari 100 orang lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Jika jumlahnya lebih besar dari 100 orang maka diambil antara 10-15% atau 20-25%. Berdasarkan angka yang diperoleh, diketahui bahwa jumlah pengelola agroforestri di Mekar Sari Raya sebesar 225 kepala keluarga. Berdasarkan tata cara pengambilan sampel diatas, sampel yang diambil adalah 15 % x 225 = 33,75 kepala keluarga sehingga dilakukan pembulatan, sehingga jumlah sampelnya adalah 34 kepala keluarga.


(23)

Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berasal dari dua sumber yakni data primer dan data sekunder sebagai berikut:

1. Data primer yaitu data yang secara langsung dikumpulkan di lapangan dengan cara wawancara secara langsung pada petani responden dengan menggunakan kuesioner yang berupa daftar pertanyaan yang diberikan kepada petani mengenai identitas petani, kepemilikan lahan, jenis tanaman, jumlah tanaman per ha, cara pengelolaan lahan, harga jual produk (suren dan kakao), harga bibit, tenega kerja dan lain-lain.

2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari berbagai instansi terkait dan sumber sumber tertulis lainnya sebagai pendukung dalam penyusunan laporan hasil penelitian penelusuran literatur adalah cara pengumpulan data hasil penelitian dengan menggunakan sebagian data yang telah ada atau laporan data dari peneliti sebelumnya.

Analisis Biaya

Berdasarkan tujuan satu yang ingin dicapai dari penelitian ini maka model analisis yang digunakan adalah sebagai berikut: (Mangdeska, 2009).

Untuk menghitung jumlah pendapatan petani digunakan rumus :

π = TR – TC [1]

Dimana:

π : Pendapatan TR : Total Penerimaan TC : Total Biaya


(24)

Total biaya dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

TC = FC + VC [2]

Dimana:

TC : Total Biaya FC : Biaya Tetap VC : Biaya Variabel

Menghitung penerimaan dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

TR = P .Q [3]

Dimana:

TR : Total Penerimaan Q : Jumlah Produksi P : Harga Produksi Aspek Pendapatan

Kegiatan investasi melibatkan sejumlah dana yang relatif besar, yang ditanamkan pada waktu tertentu dan diharapkan adanya manfaat di masa yang akan datang. Untuk menghindari kerugian akibat investasi tersebut, maka pengkajian terhadap aspek ini sangat perlu dilakukan bagi perusahaan terutama perusahaan swasta yang umumnya berorientasi pada keuntungan. Pengkajian meliputi perkiraan jumlah dana yang dibutuhkan, sumber-sumber pembelanjaan. Beberapa kriteria kelayakan finansial yang akan digunakan adalah:


(25)

a. Net Present Value (NPV)

Net Present Value, nilai saat ini dari kegiatan atau usaha agroforestri,

dihitung dengan rumus sebagai berikut:

NPV = [4]

Dimana:

NPV : Nilai bersih saat ini

Bt : Penerimaan kotor pada tahun t Ct : Biaya kotor usaha tani pada tahun t n : Umur ekonomi

i : Tingkat suku bunga bank yang berlaku t : Periode waktu

Indikator:

• NPV = 0 maka nilai usaha agroforestri sebesar tingkat suku bunga yang berlaku di bank.

• NPV > 0 maka usaha agroforestri menguntungkan. • NPV < 0 maka usaha agroforestri rugi.

b. Benefit Cost Ratio (BCR)

Benefit Cost Ratio, perbandingan keuntungan terhadap biaya dari suatu

kegiatan atau usaha agroforestri, dihitung dengan rumus sebagai berikut:

BCR =

[5]

Dimana:


(26)

Bt : Benefit / pendapatan pada tahun t Ct : Cost / biaya pada tahun t

i : Tingkat suku bunga bank yang berlaku

t : Periode waktu Indikator:

• BCR > 1 maka usaha agroforestri tersebut menguntungkan. • BCR < 1 maka usaha agroforestri tersebut rugi.

• BCR = 1 netral.

c. Internal Rate of Return (IRR)

Internal Rate of Return, merupakan parameter pada tingkat suku bunga

berapa usaha agroforestri memberi keuntungan, dihitung dengan rumus sebagai berikut:

IRR = i1 + (

i

2

- i

1

Dimana:

) [6]

IRR : Tingkat keuntungan.

NPV₁ : Nilai NPV yang positif pada tingkat bunga tertentu. NPV₂ : Nilai NPV yang negatif pada tingkat bunga tertentu.

i₁ : Tingkat suku bunga pertama NPV positif.

i₂ : Tingkat suku bunga pertama NPV negatif. Indikator:

• IRR ≥ i maka usaha agroforestri layak.


(27)

d. Payback Period (PP)

Payback Period merupakan periode yang diperlukan untuk dapat menutup

kembali pengeluaran investasi yang menggunakan aliran cash neto/proceed. Waktu yang diperlukan agar dana yang ditanam pada suatu investasi dapat diperoleh kembali seluruhnya, dihitung dengan rumus sebagai berikut:

PP

=

[7]

Dimana :

Outlay : Jumlah uang yang dikeluarkan atau investasi Proceed : Jumlah uang yang diterima

e. Untuk mengetahui pengaruh tingkat pendapatan petani terhadap usahatani kakao dan suren, digunakan analisis regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

Y = a

0

+ a

1

x

1

+ a

2

x

2

+ … + a

i

x

Jadi model persamaan regresi dalam penelitian ini, adalah: [8] i

Y = a

0

+ a

1

x

1

+ a

2

x

2

+ a

3

x

3

+ a

4

x

4

+ a

5

x

dimana, Y = Pendapatan (Rp).

5

x1 : Harga jual (Rp).

x2 : Upah tenaga kerja (Rp). x3 : Luas lahan (m2

x4 : Jumlah tanggungan (orang). ).

X5 : Lama usaha tani (tahun). a0 : Konstanta.


(28)

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

A. Deskripsi Desa Mekar Sari Raya

Desa Mekar Sari Raya merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Panei, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara. Secara administrasi Desa Mekar Sari Raya berbatasan langsung dengan wilayah sekitarnya meliputi:

Sebelah Utara : Nagori Sipoldas Sebelah Selatan : Nagori Manik Maraja Sebelah Barat : Nagori Ambarisan Sebelah Timur : Nagori Simpang Raya

Berdasarkan letak geografis Desa Mekar Sari Raya terletak pada ketinggian 51-523 mdpl dengan kemiringan 60 – 80

Luas wilayah Desa Mekar Sari Raya 995 Ha yang terdiri dari 6 Dusun, yaitu Dusun Tanjung Selamat, Bahtangan, Bahsawah, Bahkuras, Pondok XV dan Kampung III. Jarak dari pusat kota Kecamatan yaitu 5 km yang dapat ditempuh kurang lebih 30 menit, kemudian dari pusat kota Kabupaten dengan jarak 19 km dengan waktu tempuh kurang lebih 40 menit dan dari pusat kota Siantar waktu yang ditempuh kurang lebih 60 menit. Rincian luas wilayah Desa Mekar Sari Raya berdasarkan potensi penggunaan lahan dapat di lihat pada tabel 1.

. Di Desa Mekar Sari Raya memiliki banyak sumber mata air serta memiliki jenis tanah top soil berpasir sehingga sangat cocok untuk dijadikan atau dimanfaatkan sebagai lahan pertanian. Sebagian besar penggarapan lahan diusahakan sebagai lahan tanaman pangan dan lahan perkebunan.


(29)

Tabel 1. Luas wilayah berdasarkan potensi penggunaan lahan di Desa Mekar Sari Raya

Potensi Lahan Luas (Ha) Persentase (%)

Pemukiman 15 2

Sawah 115 12

Pertanian 152 15

Perkebunan Negara 620 62,31

Lain-lain 93 9,35

Total 995 100,00

B. Karakteristik Responden

Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi umur responden, jenis kelamin, status perkawinan, tingkat pendidikan responden, jumlah tanggungan keluarga, sebaran petani suren dan kakao di Desa Mekar Sari Raya, pekerjaan pokok, pekerjaan sampingan dan lama bekerja sebagai petani kakao. a. Jenis Kelamin

Jumlah penduduk Desa Mekar Sari Raya mencapai 2.023 jiwa dengan rincian 1.008 jiwa laki-laki dan 1.015 jiwa perempuan. Jumlah responden Desa Mekar Sari Raya dapat dilihat pada tabel .

Tabel 2. Jenis kelamin Responden Desa Mekar Sari Raya

Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase

Laki-laki 27 79,41

Perempuan 7 20,59

Jumlah 34 100,00

Sumber: Diolah dari Profil Desa Mekar Sari Raya tahun 2014

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui jenis kelamin laki-laki sebesar 49,9% dan petani jenis kelamin perempuan sebesar 50,1%. Sebagian besar yang menjadi petani kakao adalah laki-laki, dikarenakan pekerjaan ini membutuhkan tenaga yang besar, dibandingkan perempuan.


(30)

b. Umur

Berdasarkan penelitian dapat diketahui bahwa umur responden antara 35 tahun sampai dengan 85 tahun. Distribusi umur responden dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3. Umur Responden Desa Mekar Sari Raya

Tingkat Usia (Th) Frekuensi Persentase

< 35 2 5,88

35 – 44 9 26,47

45 -64 14 41,18

> 65 9 26,47

Total 34 100,00

Sumber: Diolah dari Profil Desa Mekar Sari Raya tahun 2014

Usia merupakan indikator penting yang digunakan sebagai batasan produktif atau tidaknya seseorang dalam bekerja. Besarnya persentase penduduk yang masuk dalam kategori usia produktif menunjukan tingginya ketersediaan tenaga kerja. Hal ini sangat menunjang pengembangan pendapatan di pedesaan untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga.

c. Status Perkawinan

Status Perkawinan yang dimaksud adalah status perkawinan petani dari yang belum menikah, menikah, janda dan duda. Variasi status perkawinan responden dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4. Status Perkawinan Responden Desa Mekar Sari Raya

Status perkawinan Frekuensi Persentase

Menikah 25 73,53

Belum menikah 1 2,941

Janda 5 14,71

Duda 3 8,82

Jumlah 34 100,00


(31)

Berdasarkan tabel di atas dapat dikatakan bahwa status perkawinan para petani yang berstatus menikah sebesar 73,52%, janda sebesar 14,70% dan duda sebesar 8,83%. Usaha tani suren dan kako di daerah penelitian merupak usaha yang penting dan dijadikan sebagai sumber pendapatan rumah tangga.

d. Jumlah Tanggungan Rumah Tangga

Jumlah tanggungan rumah tangga mempengaruhi kondisi ekonomi suatu rumah tangga. Tanggung rumah tangga yang besar akan menyebabkan pengeluaran yang besar pula, demikian juga sebaliknya. Distribusi tanggungan rumah tangga dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5. Jumlah Tanggungan Rumah Tangga Desa Mekar Sari Raya

Jumlah Tanggungan Rumah Tangga Frekunsi Persentase

< 2 12 35,29

3 – 4 16 47,06

> 5 6 17,65

Jumlah 34 100,00

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah tanggungan rumah tangga responden terbanyak adalah dengan tanggungan sebesar 3 - 4 orang yaitu sebesar 47,10%. Hal ini menunjukkan bahwa tanggungan rumah tangga responden cukup besar sehingga memungkinkan pengeluarannya juga besar apalagi jika responden masih memiliki tanggungan pendidikan anak.

C. Usaha Tani Suren dan Kakao di Desa Mekar Sari Raya

Masyarakat di Desa Mekar Sari Raya sebagian besar mempunyai mata pencaharian sebagai petani. Tenaga kerja yang bekerja di bidang pertanian memperoleh penghasilan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan meningkatkan kesejahteraan rumah tangga. Sebagian besar masyarakat menanam padi, jagung, cabai, kopi, kakao, buah-buahan serta campuran tanaman kehutanan lainnya. Aktivitas bertani kakao bagi sebagian besar masyarakat merupakan


(32)

usahatani sampingan setelah bertani padi. Hal ini yang menyebabkan produksi

pertanian kakao belum maksimal, padahal harga kakao kering di pasar Rp22.000,00 – Rp35.000,00/Kg.

Pada usaha Kakao, masyarakat di Mekar Sari menggunakan pola

agroforestri. Jenis tanaman yang masyarakat gunakan seperti suren (Toona sureni Merr.) dan tanaman kehutanan/pertanian lainnya. Umur tanaman

Kakao berbeda-beda dari 6-25 tahun, sedangkan tanaman suren juga berbeda dari 4-8 tahun. Tanaman suren tersebut berasal dari penyuluh pertanian yang dijual kepada masyarakat dengan harga Rp3.000,00/bibit. Penanaman suren dilakukan masyarakat dengan pola yang berbeda-beda, seperti ditanam sebagai tanaman sela, pemecah angin, peneduh jalan, dan batas lahan.

Tanaman suren ditanam oleh masyarakat sebagai tanaman pelindung untuk tanaman kakao dari serangan hama. Menurut Sesilia (2006) daun suren mengandung senyawa golongan flavonoid, tanin, dan steroid/triterpenoid. Kandungan yang terdapat pada daun suren tidak sepenuhnya langsung dapat membunuh hama tetapi mempunyai sifat menghambat berkembangnya hama pada tanaman kakao.

Pohon suren ini merupakan pohon yang berukuran sedang sampai besar, tingginya dapat mencapai 40-60 m dengan tinggi bebas cabang hingga 25 m. Kulit batang terlihat pecah-pecah dan seolah tumpang dindih, berwarna coklat hingga keabu-abuan dan mengeluarkan aroma apabila dipotong. Pohon suren dapat ditemukan di daerah sepanjang sungai dan di daerah bukit pada ketinggian 1.200-2.700 mpdl (Djam’an, 2001).


(33)

Tanaman suren berperan sebagai tanamanan sela bagi tanamanan kakao dengan menggunakan jarak tanam 2 x 3 m, 5 x 5 m dan 10 x 10 m . Pola jarak tanam suren dapat dilihat pada gambar 1:

Ket: Jarak Tanam Suren 2 x 3 m Suren Kakao

Gambar 1. Sketsa pola tanaman suren dan kakao dengan jarak tanam 2 x 3 m.

Ket: Jarak Tanam Suren 5 x 5 m Suren Kakao

Gambar 2. Sketsa pola tanaman sureb dan kakao dengan jarak tanam 5 x 5 m.

Ket: Jarak Tanam Suren 10 x 10 m Suren Kakao


(34)

Budidaya Kakao di Desa Mekar Sari Raya a. Penyiapan Bibit

Bibit yang digunakan responden untuk usaha tani kakao berasal dari: - Pembibitan sendiri

Petani mengambil biji kakao dari kebun sendiri ataupun kebun petani sekitar, kemudian melakukan pembibitan sendiri.

- Pembelian

Petani membeli bibit dari penjual bibit keliling yang ada di Desa Mekar Sari Raya, ataupun dari petani ke petani. Umur bibit yang siap ditanam adalah 3-4 bulan, di mana bibit tersebut telah memliki daun berjumlah 4-7 helai dengan harga antara Rp3.500,00/bibit.

b. Persiapan Lahan dan Penanaman

Lahan yang digunakan oleh responden adalah lahan milik sendiri. Para petani di daerah penelitian menggunakan jarak tanam yang bervariasi untuk tanaman kakao mulai dari 3 x 3 meter sampai dengan 3 x 4 meter. Setelah dibuat jarak tanam yang dilakukan dengan pengajiran, dilakukan pembuatan lubang tanam dengan ukuran rata-rata 40 x 40 x 40 cm, kemudian lubang tanam tersebut ditaburi pupuk kandang agar zat hara dan nutrisi tanah dapat tersedia cukup ketika bibit kakao dimasukkan dalam lubang tanam.

Penanaman dilakukan dengan memasukkan bibit kakao yang ada dalam polibag (umur 3-4 bulan) ke dalam lubang tanam kemudian lubang tanam ditutup kembali dengan tanah galian.


(35)

c. Penyiangan

Pada waktu tanaman kakao berumur 1 tahun, petani belum melakukan penyiangan. Hal ini dikarenakan gulma belum terlalu banyak. Penyiangan mulai dilakukan pada waktu tanaman kakao berumur 2 tahun sampai dengan 20 tahun.

d. Pemangkasan

Pemangkasan dilakukan bertujuan agar mudah dalam pemeliharaan dan produksi yang dihasilkan tinggi. Petani mulai melakukan pemangkasan pada saat umur tanaman kakao sudah berumur 2 tahun. Pemangkasan bertujuan untuk menghindarkan tanaman kakao dari serangan hama dan penyakit.

e. Pemupukan

Pemupukan pertama kali dilakukan sebelum tanaman kakao dimasukkan ke dalam lubang tanam, yaitu dengan cara menaburi terlebih dahulu lubang tanam dengan pupuk kandang. Pemupukan buatan dilakukan setelah tanamn berumur 2 bulan. Hal ini bertujuan untuk memberikan daya tahan tanaman terhadap hama dan penyakit. Pupuk yang digunakan masyarakat adalah Urea, TSP dan KCL, dan sebagian masyarakat masih menggunakan pupuk kandang saja.

f. Panen

Buah kakao dihasilkan setelah tanaman berumur ± 3 tahun. Buah yang matang dicirikan oleh perubahan warna kulit buah dan biji yang mengelupas dari kulit bagian dalam. Setelah dilakukan pemetikan, dilakukan pembelahan buah kakao dan biji kakao diambil untuk dimasukkan


(36)

dalam kotak kayu ataupun karung (kandi) untuk didiamkan selama kurang lebih satu malam agar kandungan air dalam biji kakao berkurang. Setelah itu dilakukan penjemuran biji kakao berkisar 2-5 jam.

Musim panen pada daerah penelitian biasanya berlangsung dari bulan April-Juni. Selama 3 bulan ini, rata-rata petani responden melakukan pemetikan buah kakao dengan frekuensi dua kali dalam seminggu. Setelah panen raya, terdapat pula panen-panen kecil di mana frekuensi pemetikan buah adalah satu kali dalam seminggu. Hal inilah yang menjadi salah satu ciri khas tanaman kakao, yaitu dapat berproduksi sepanjang tahun.


(37)

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Biaya Usahatani Kakao dan Suren

a. Biaya Investasi

Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan untuk keperluan investasi tanaman sebelum ada menghasilkan. Biaya investasi dalam usaha tani suren dan kakao meliputi pembelian bibit suren dan kakao.

Biaya investasi pada tanaman kakao paling banyak pada tahun 1 sampai tahun ke-3 dan sisanya hanya biaya tambahan (biaya perawatan). Tahun pertama, biaya investasi meliputi pembelian bibit kakao dan suren. Tahun kedua dan ketiga, biaya investasi meliputi pembelian bibit kakao untuk keperluan penyulaman. Biaya investasi kakao perhektarnya disajikan pada tabel 6.

Tabel 6. Rata-rata biaya investasi usaha tani suren dan kakao di Desa Mekar Sari Raya.

Keterangan Jumlah (Unit) Harga (Rp/Bibit) Biaya (Rp)

Bibit Kakao 9.745 3.500 34.107.500

Bibit Suren 1.448 3.000 4.344.000

Total Investasi/Unit 11.193 384.515.000

b. Biaya Tenaga Kerja

Tenaga kerja yang digunakan dalam usaha tani suren dankakao berasal dari tenaga kerja keluarga sendiri, para tetangga maupun orang lain. Biaya tenaga kerja keluarga sendiri merupakan biaya yang diperhitungkan dimana biaya tersebut secara tunai tidak dikeluarkan, sedangkan biaya tenaga kerja untuk pekerja lainnya menggunakan sistem upah dibayar tunai dan dikeluarkan.


(38)

Pemakaian tenaga kerja dihitung berdasarkan upah harian yang dikonversikan ke dalam hari kerja (HK). Pemakaian tenaga kerja wanita dihitung sama dengan upah tenaga pria rata-rata , yaitu Rp85.000,00 - Rp110.000,00/hari.

c. Biaya Pemupukan dan Pestisida

Biaya pemupukan merupakan biaya yang sangat diperhatikan oleh petani, penggunaan pupuk yang cukup banyak tiap tahunnya menyebabkan petani harus menyisihkan pendapatan yang cukup besar untuk digunakan dalam pembelian pupuk. Biaya pupuk yang dikeluarkan selama usahatani dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Rata-rata biaya pupuk yang dilakukan selama usahatani suren dan kakao di Desa Mekar Sari Raya.

Rata-rata tahun ke Pupuk buatan (Rp/ha) Pestisida

1-15 Kandang Urea TSP KCL Diazinon

9.459.681 7.822.059 3.799.253 3.708.750 325.000 Pupuk yang umumnya digunakan oleh petani di lokasi penelitian adalah berupa pupuk kandang, Urea, dan KCL. Pupuk kandang digunakan pada saat persiapan lahan dilakukan, yaitu sebelum dilakukannya penanaman. Kemudian untuk pupuk Urea dan KCL diberikan masyarakat pada saat penanaman selesai dilakukan. Pemberian pupuk Urea dan KCL dilakukan sebanyak dua hingga empat kali dalam setahun oleh masyarakat. Pada kegiatan pemeliharaannya, petani juga menggunakan obat-obatan. Jenis obat-obatan yang digunakan petani adalah berupa pestisida.

Selain menggunakan pestisida, ekstrak daun suren sangat membantu mencegah gejala kerusakan akibat serangan hama. Menurut Sesilia (2006), menyatakan bahwa daun suren sering digunakan sebagai pestisida nabati dan zat aktif piretrinnya mampu merusak sistem saraf hama. Zat tersebut bekerja sangat cepat dan menimbulkan gejala kelumpuhan yang mematikan. Semprotan air


(39)

perasan suren bisa menjadi alternatif dalam mengusir wereng. Menurut Darwiati (2009), menyatakan bahwa suren kaya akan kandungan surenon, surenin dan surenolakton yang berperan sebagai penghambat pertumbuhan, insektisida, dan

antifeedant (penghambat daya makan) terhadap larva serangga. Bahan ini juga

terbukti sebagai repellant (pengusir) nyamuk.

d. Biaya Peralatan

Penggunaan alat pertanian didasarkan pada umur ekonomis dan manfaat alat yang digunakan. Biaya peralatan yang dikeluarkan secara tunai pada saat pembelian yang diasumsikan peralatan tersebut biasa digunakan sampai umur ekonomisnya habis. Rincian pemakaian input tetap dapat dilihat pada table 8. Tabel 8. Perhitungan biaya peralatan pada usahatani suren dan kakao pertahun di

Desa Mekar Sari Raya.

No. Jenis Alat

Umur Ekonomis

(Tahun)

Jumlah (Unit)

Harga

Satuan (Rp) Harga

Penyusutan /tahun

1 Golok / Parang 2 2 50.000 100.000 40.000

2 Cangkul 5 2 75.000 150.000 7.500

3 Arit/Saabit 2 2 25.000 50.000 12.500

4 Gunting pangkas 2 3 110.00 330.000 5.500

5 Sprayer obat 8 2 450.000 900.000 50.625

6 Beko 4 1 350.000 350.000 35.000

7 Asahan arit 1 1 5.000 5.000 2.500

8 Terpal 2 4 m 50.000 200.000 2.500

9 Karung 1 4 3.500 14.000 1.750

Jumlah 2.099.000 157.875

e. Biaya Pajak dan Pengangkutan

Biaya pajak yang dikeluarkan oleh petani adalah Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dan besarnya tergantung dari luas lahan dan jenis lahan yang dimiliki. Biaya pajak rata-rata yang dikeluarkan oleh petani per hektarnya adalah sebesar Rp55.000,00 per tahun. Biaya pengangkutan yang dikeluarkan oleh petani


(40)

adalah biaya biji kakao kering yang akan dijual ke pengempul keliling. Pengempul tidak mematokkan harga pengangkutan tetapi hanya seikhlasnya saja.

2. Penerimaan Kakao dan Suren

Hasil yang diperoleh dari tanaman kakao adalah biji kakao kering di mana biji kakao tersebut telah dijemur 1-3 hari (jika cuaca panas). Tanaman Kakao sudah dapat dipanen pada umur 3 tahun dengan hasil produksi (biji kering) yang dihasilkan rata-rata. Jumlah produksi biji kakao kering dan kayu suren perhektar untuk tiap tanaman dapat di lihat pada tabel 9.

Tabel 9. Jumlah rata-rata produksi biji kakao kering kg/ha/tahun dan produksi kayu suren di Desa Mekar Sari Raya.

Tahun ke- Produksi Biji Kering (Kg) Harga Jual Kakao Kering (Kg) Produksi Kayu Suren Harga Jual Tegakan Suren (Batang)

1 - - - -

2 - - - -

3 727 18.000 - -

4 1.074 20.000 - -

5 1.103 20.000 - -

6 1.303 22.000 - -

7 1.612 20.000 - -

8 2.485 22.000 - -

9 2.295 21.500 - -

10 2.485 20.000 - -

11 2.319,5 22.000 - -

12 2.754 23.000 - -

13 2.775 26.000 - -

14 2.645 25.000 - -

15 1.910 26.000 168 500.000


(41)

Gambar 4. Hasil rata-rata pendapatan para petani di Desa Mekar Sari Raya selama 15 tahun.

Bila dilihat pada tabel 9 dan gambar 4, dari umur tanaman 3-15 tahun terdapat fluktuasi produksi. Hal ini dikarenakan antara petani satu dengan petani lainnya memiliki perbedaan dalam pola usahatani kakao yang djalankan, sebagai contoh, perbedaan dalam penggunaan pupuk, sehingga perbedaan tersebut menimbulkan perbedaan dalam hasil produksi. Tabel di atas juga menunjukkan bahwa puncak produksi biji kakao terjadi pada saat tanaman umur 13 tahun, yaitu sama 2775 kg/ha/tahun. Hal ini sesuai dengan Siregar, dkk. (2005), bahwa tanaman kakao akan mengalami puncak produksi antara umur tanam ke-10 hingga tahun ke-20, tetapi semakin tua umur tanaman kakao makan produksi buah semakin menurun. Produksi terendah terjadi pada saat tanaman berumur 3 tahun, yaitu 727 kg/ha/tahun. Hal ni dikarenakan pada umur tanaman ini, tanaman kakao masih dikatakan belajar berbuah. Menurut Ditjenbun (2013), menyatakan bahwa rata-rata produktivitasnya kakao nasional mencapai 845 kg/ha/tahun, sedangkan pada perkebunan besar swasta sedikit lebih baik dengan produktivitas masing-masing 907 kg/ha/kg dan 914 kg/ha/tahun. Dibandingkan dengan hasil produksi di


(42)

Desa Mekar Sari dikatakan tingkat produktivitas kakao jauh di bawah potensi produksi.Berdasarkan tabel 9. rata-rata produksi biji kakao kering sekitar 1.960,42 kg/ha/tahun jadi para petani mendapatkan penerimaan sebesar Rp 49.010.500 kg/ha/tahun.

Tabel 9, pohon suren dipanen pada tahun ke-15 sebanyak 168 pohon, dengan penghasilan sebesar Rp48.000.000. Pohon suren tidak dapat dipanen semua dikarenakan umur pohon suren tidak semua sama. Pohon suren dapat dipanen dengan >15 tahun dan tidak semua pohon suren yang berumur 15 tahun dapat dipanen, dikarenakan ukuran diameter pohon berbeda-beda. Sementara ini, sebagian para petani menggunakan pohon suren hanya sebagai tanaman sela, pemecah angin, peneduh jalan, dan batas lahan. Menurut Hana (2016) menyatakan bahwa pohon suren yang dapat dijual adalah pohon suren yang memiliki diameter

≥ 30 cm. Tegakan berdiri suren berdiameter ≥ 30 cm dihargai Rp1.000.000 – Rp2.000.000, harga rata-rata pasaran tegakan berdiri suren dihargai Rp1.000.000 saat penelitian.

3. Analisis Pendapatan

Analisis pendapatan digunakan untuk mengetahui perbandingan antara jumlah biaya yang dikeluarkan dengan penerimaan dari suatu proses produksi, apakah proses produksi itu layak untuk diusahakan dan dapat memberikan keuntungan. Asumsi yang digunakan adalah umur produktif tanaman kakao selama 20 tahun, tanaman kakao mulai berproduksi pada umur 3 tahun,dengan tingkat suku bunga sebesar 12%. Tenaga kerja dihitung menggunakan upah harian yang dikonversikan ke dalam hari kerja (HK) dan upah tenaga kerja sama selama periode pengamatan yaitu sebesar Rp85.000,00 - Rp110.000,00/hari. Perhitungan


(43)

biaya produksi, biaya investasi, dan jumlah produksi berdasarkan hasil penelitian pada tanaman kakao yang berumur 1 tahun sampai 15 tahun. Perhitungan analisis finansial usaha tani kakao di Desa Mekar Sari Raya dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Analisis pendapatan usaha tani kakao dan suren di Desa Mekar Sari Raya per hektar pada tingkat suku bunga 12% (df = 12%).

Kreiteria Hasil

Net Present Value (Rp) 2.375.224.938,62

Gross B/C 2,1%

IRR (%) 28%

Payback periode (tahun) 5,4 (5 tahun, 4 bulan, 12 hari)

a. Analisis Net Present Value (NPV)

Kelayakan suatu usaha dinilai jika NPV lebih besar dari nol (NPV positif), hal ini berarti bahwa penerimaan bersih (benefit) suatu usaha lebih besar dari total biaya (cost) yang dikeluarkan. Tabel 10 menunjukkan besarnya nilai NPV pada tingkat suku bunga 12 % adalah 2.375.224.938,62 selama 15 tahun yang berarti nilai NPV tersebut bernilai positif atau lebih besar dari nol. Hal ini menunjukkan bahwa penerimaan bersih usahatani kakao lebih besar dari pada total biaya yang dikeluarkan, sehingga dapat dikatakan bahwa usaha tani kakao di Desa Mekar Sari Raya layak untuk dikembangkan karena nilai NPV > 0. Keuntungan yang didapat petani kakao tersebut menyebabkan peningkatan kesejahteraan petani kakao di Desa Mekar Sari terbukti dari banyaknya petani yang mampu menambah luas lahan, selain itu petani kakao mampu memenuhi kebutuhan keluarga dan menyekolahkan anak-anaknya.

b. Analisis Gross B/C Ratio

Tabel 10 menunjukkan bahwa pada tingkat suku bunga 12%, diperoleh


(44)

layak untuk dilaksanakan, karena nilai Gross B/C Ratio > 1. Hasil dari Gross B/C Ratio memberikan suatu gambaran bahwa setiap pengorbanan biaya sebesar Rp1, akan dapat memberikan manfaat sebesar Rp2,1.

c. Analisis Internal Rate of Return (IRR)

Nilai IRR yang didapatkan dari hasil perhitungan adalah sebesar 28%. Nilai IRR yang didapat lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku dipasar yaitu 12%. Nilai IRR yang lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku maka dapat disimpulkan bahwa usaha agroforestri kakao dan suren layak untuk diusahakan secara finansial.

d. Payback Period (PP)

Analisis ini digunakan untuk mengetahui jangka waktu pengembalian investasi suatu proyek. Bila waktu pengembalian investasi lebih pendek dari umur ekonomis proyek, maka proyek tersebut menguntungkan dan layak untuk dijalankan. Berdasarkan hasil perhitungan, didapat payback period selama 5,4tahun. Hal ini berarti investasi awal akan dikembalikan dalam jangka waktu 5 tahun 4 bulan 12 hari, sehingga masa pengembalian modal investasi lebih pendek dari umur ekonomis proyek yaitu 15 tahun.

e. Hasil Analisis Data

Untuk menguji faktor – faktor yang mempengaruhi pendapatan petani di Desa Mekar Sari Raya digunakan analisis regresi linier berganda, dimana yang menjadi variabel bebas (independent) adalah harga jual (X1), upah tenaga kerja (X2), luas lahan (X3), jumlah tanggungan (X4), dan lama usaha tani (X5)sedangkan yang menjadi variabel terikat (dependent) adalah pendapatan masyarakat (Y).


(45)

Adapun hasil pengujian faktor – faktor yang mempengaruhi pendapatan masyarakat Desa Mekar Sari Raya adalah:

Y = 518767.492 + 16.663 X1 + 1.642 X2 + 3.064 X3 - 11545.770X4 – 8211.847X

Berdasarkan model persamaan di atas dapat di analisis bahwa: 5

a. Harga jual memiliki koefisien X1

b. Upah tenaga kerja memiliki koefisien X

sebesar 16.663 yang berarti setiap kenaikan Rp1 harga jual akan menaikan nilai pendapatan sebesar Rp16.663.

2 sebesar 1.642 yang berarti setiap kenaikan Rp1 upah tenaga kerja

c. Luas lahan memiliki koefisien X

akan menaikan nilai pendapatan sebesar Rp1.642.

3 sebesar 3.064 yang berarti setiap kenaikan 1 m2

d. Jumlah tanggungan memiliki koefisien

akan menaikan nilai pendapatan sebesar Rp3.064.

X4 sebesar -11545.770 yang berarti setiap kenaikan 1orang tanggungan

e. Lama usaha tani memiliki koefisien

akan menurunkan nilai pendapatan sebesar Rp11545.770.

X5 sebesar -8211.847 yang berarti setiap 1 tahun lama usaha tani

Nilai prob. F hitung (sig) sebesar 0,000 lebih kecil dari tingkat signifikansi 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa harga jual,upah tenaga kerja, luas lahan, jumlah tanggungan dan lama usaha tani secara simultan berpengaruh terhadap pendapatan suren dan kakao di Desa Mekar Sari Raya.

akan menurunkan nilai pendapatan sebesar sebesar Rp8211.847.


(46)

Setiap variabel dapat dilihat secara parsial berpengaruh atau tidak nyatanya terhadap pendapatan msayarakat terhadap tanaman kakao dan suren dengan signifikansi 5%.

- Harga jual diperoleh nilai sebesar 0,619 > 0,05, hal ini berarti harga jual tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan masyarakat. Harga jual mempunyai pengaruh positif terhadap pendapatan usahatani kakao dan suren yang ada di Desa Mekar Sari Raya. Hasil tersebut berarti bahwa semakin tinggi harga jual maka akan meningkatkan pendapatan dan sebaliknya semakin rendah harga jual maka akan menurunkan pendapatan masyarakat. - Upah tenaga kerja diperoleh nilai sebesar 0,432 > 0,05, hal ini berarti bahwa

upah tenaga kerja tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan masyarakat. Upah tenaga kerja yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jumlah upah tenaga kerja/buruh tani yang digunakan oleh responden untuk mengelola lahan dengan satuan hitung orang dalam sekali panen. Untuk menekan upah tenaga kerja dari luar keluarga dan memaksimalkan tenaga kerja. Sukirno (2005) menyatakan bahwa jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan per satuan luas lahan pertanian sangat mempengaruhi hasil pendapatan.

- Luas lahan diperoleh nilai sebesar 0,000 < 0,05, hal ini berarti bahwa luas lahan berpengaruh nyata terhadap pendapatan masyarakat. Luas lahan sangat berpengaruh signifikan terhadap produksi kakao dan suren yaitu ketika luas lahan yang digunakan sedikit maka produksi petani akan sedikit sehingga akan berpengaruh pada pendapatan, dan sebaliknya. Nurmala (2012) menyatakan bahwa semakin luas lahan yang dimiliki masyarakat maka akan semakin besar pula pendapatan yang diperoleh.


(47)

- Jumlah tanggungan diperoleh nilai sebesar 0,937 > 0,05, hal ini berarti bahwa jumlah tanggungan tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan. Dalam hal ini jumlah tanggungan dapat mengurangi pendapatan dan meningkatkan biaya pengeluaran.

- Lama usaha tani diperoleh nilai sebesar 0,710 > 0,05, hal ini berarti bahwa lama usaha tani tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan. Dalam penelitian ini nilai koefisien negatif hal ini memungkinkan terjadi karena petani didaerah penelitian rata-rata pengalaman berusaha tani di atas 12 tahun sehingga petani tersebut akan sulit untuk menerima inovasi baru yang dapat meningkatkan produksi karena petani sudah merasa lebih berpengalaman.


(48)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Berdasarkan hasil parameter kelayakan finansial yakni NPV BCR dan IRR yang didapatkan maka usaha agroforestri dengan menggunakan komoditi tanaman kakao dan suren di Desa Mekar Sari Raya Kecamatan Panei secara finansial layak untuk diusahakan dan dikembangkan.

2. Analisis pendapatan yang dilakukan pada tingkat suku bunga 12% diperoleh nilai Net Present Value (NPV) sebesar Rp2.375.224.938,62 selama 15 tahun,

Gross B/C Ratio (BCR) 2,1%, Internal Rate of Return (IRR) 28 % dan Payback Period (PP) selama 5 tahun 4 bulan 12 hari.

3. Secara uji bersama dengan tingkat signifikansi 0,05 bahwa usaha tani masyarakat di Desa Mekar Sari Raya berpengaruh terhadap pendapatan suren dan kakao, sedangkan secara uji parsial luas lahan berpengaruh terhadap pendapatan.

Saran

Diharapkan agar pengelolaan lahan dengan sistem agroforestri di Desa Mekar Sari Raya Kecamatan Panei, Kabupaten Simalungun tetap dipertahankan dan dikembangkan sesuai dengan pengelolaan agroforestri modern dan meningkatkan hasil produksi dari tanaman suren agar pendapatan yang dihasilkan lebih.


(49)

TINJAUAN PUSTAKA

Ruang Lingkup Pendapatan

Pendapatan atau perolehan merupakan suatu kesempatan mendapatkan hasil dari setiap usaha yang dilakukan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pendapatan secara langsung diterima oleh setiap orang yang berhubungan langsung dengan pekerjaan, sedangkan pendapatan tidak langsung merupakan tingkat pendapatan yang diterima melalui perantara (Suratiyah, 2006).

Sebagai salah satu pilar ekonomi negara, sektor pertanian diharapkan dapat meningkatkan pendapatan terutama dari penduduk pedesaan yang masih di bawah garis kemiskinan. Dengan adanya pepaduan sistem penanaman, masyarakat dapat memadukan jenis tanaman pertaniannya dengan tanaman kehutanan untuk mendapatkan pendapatan yang lebih.

Pembangunan pertanian penting dalam memaksimalkan pemanfaatan geografi dan kekayaan alam Indonesia, memadukannya dengan teknologi agar mampu memperoleh hasil sesuai dengan yang diharapkan. Sektor pertanian berperan penting dalam menyediakan bahan pangan bagi seluruh penduduk maupun menyediakan bahan baku bagi industri, dan untuk perdagangan ekspor (Suparta, 2010).

Kondisi Sosial Ekonomi Kakao

Kakao merupakan salah satu hasil perkebunan di kawasan tropis. Keberadaan tanaman ini tersebar hingga ke berbagai negara seperti kawasan Amerika Selatan, kawasan Afrika, serta wilayah Indonesia. Di Indonesia, kakao merupakan salah satu komoditas ekspor dari subsektor perkebunan yang


(50)

merupakan komoditas unggulan nasional. Buah kakao banyak ditemukan di daerah Sulawesi, Sumatera, Jawa serta Nusa Tenggara Timur.

Usahatani merupakan kemampuan dari petani dalam mengorganisasikan dan mengkoordinir faktor-faktor produksi yang dikuasainya dengan sebaik- baiknya. Dengan demikian petani yang kurang mampu memanfaatkan benih, pupuk, luas lahan, tenaga kerja dan pestisida akan memiliki tingkat pendapatan yang relatif lebih rendah (Soekartawi, 2002).

Geografi Pertanian merupakan kajian kegiatan pertanian di berbagai belahan bumi sebagai hasil interaksi manusia dengan alam dan kajian pola-pola dari kegiatan pertanian yang bervariasi dari tempat ke tempat, meliputi segala kegiatan pertanian pada ruang dan waktu tertentu. Pertanian merupakan hasil interaksi komponen manusia dengan alam sekitarnya. Suatu tanaman mempunyai daya adaptasi pada alam atau kondisi fisik tertentu sehingga tidak semua tanaman dapat diusahakan pada suatu daerah tertentu. Iklim merupakan faktor lingkungan yang tidak dapat dikuasai oleh manusia sehingga sering disebut faktor pembatas. Faktor iklim meliputi sinar matahari, suhu, curah hujan, dan kecepatan angin. Faktor iklim berpengaruh terhadap kualitas maupun kuantitas produksi (Mubyarto, 2006).

Kakao (Thebroma cacao) atau cokelat merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan yang peranannya cukup penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai penyedia lapangan kerja, sumber pendapatan, dan devisa negara. Pengembangan budidaya kakao masih mengalami beberapa hambatan. Hambatan yang paling terasa adalah serangan hama dan penyakit serta sumber daya manusia yang kurang/rendah. Sebagian besar petani kakao hanya


(51)

mendapatkan keahlian bercocok tanam kakao yang diwariskan dari pendahulu mereka dan masih bersifat tradisional (Lingga, 2006).

Lahan perkebunan merupakan bentuk penggunaan lahan perkebunan kakao sebagai lingkungan yang dimanfaatkan untuk kegiatan produksi kakao, sehingga terjadi interaksi manusia dengan lingkungannya yakni petani dengan lahan perkebunannya yang digunakan untuk usaha tani kakao. Hasil produksi kakao yang diartikan sebagai pendapatan petani yang diperoleh dari hasil usaha taninya.

Kakao merupakan salah satu komoditi yang mempunyai prospek cerah guna menambah pendapatan para petani. Hal tersebut dapat memberi motivasi tersendiri bagi petani untuk lebih mengembangkan dan meningkatkan produksinya dengan harapan agar pada saat panen usaha memperoleh hasil penjualan tinggi guna memenuhi kebutuhannya. Namun kadang kala dalam kenyataannya berbicara lain. Ketika saat panen tiba, hasil melimpah tetapi harga mendadak turun, dan lebih parah lagi jika hasil produksi yang telah diprediksikan jauh melenceng dari jumlah produksi yang dihasilkan, produksi minim, harga rendah dan tidak menentu membuat petani kadang merasa kecewa bahkan patah semangat untuk tetap megembangkan usaha pertaniannya (Kaslan, 2003).

Usaha untuk memperoleh pendapatan yang memuaskan, maka petani dituntut kecermatannya dalam mempelajari perkembangan harga sebagai solusi dalam menentukan pilihan, apakah ia memutuskan untuk menjual atau menahan hasil produksinya. Namun bagi petani yang secara umumnya menggantungkan hidupnya dari bertani, maka mereka senantiasa tidak memiliki kemampuan untuk


(52)

menahan hasil panen kecuali sekedar untuk konsumsi sehari-hari dan membayar biaya produksi yang telah dikeluarkan (Sadono, 2012).

Faktor produksi sangat menetukan besar kecilnya produksi yang diperoleh. Faktor produksi adalah semua korbanan yang diberikan pada tanaman agar tanaman tersebut mampu tumbuh dan menghasilkan dengan baik. Faktor produksi dikenal pula dengan istilah input, produksi, faktor atau korbanan produksi. Faktro produksi berupa lahan, modal untuk membeli bibit, pupuk, obat-obatan, tenaga kerja dan aspek manajemen sangat penting dalam menunjang kegiatan produksi (Soekartawi, 2002)

Kondisi Sosial Ekonomi Suren

Suren termasuk salah satu pohon cepat tumbuh dari family Meliceae, yang dikenal dengan nama daerah suren (Indonesia), toon (Ukraina), toona (Perancis dan Jerman), dan danupra (Philipina). Suren dikenal dengan berbagai nama daerah di Indonesia seperti di pulau Jawa dengan nama redani, soren, beureum, suren jawa, suren keeling, suren leuweung. Nama surian abang dan serian merupakan nama di pulau Sumatera. Mesal dan surian di pulau Kalimantan. Kayu mea dan mapala di pulau Sulawesi. Oja, saren dan jawe di Nusa Tenggara Timur. Moroa, moroako, dan mozoa di Papua. Ladea dan wes di pulau Maluku (Dzanau, 2007).

Penyebaran kayu suren berada di Nepal, India, Myanmar, Thailand, Malaysia, dan bagian barat Papua Nugini. Di Indonesia, lokasi budidayanya terdapat di Sumatera, Jawa dan Sulawesi. Suren dikenal juga dengan nama surian (Pulau Sumatera), surian wangi (Malaysia), danupra (Filipina), Yetama (Myanmar), dan surian (Thailand). Suren sebenarnya sangat cocok dibudidayakan di Indonesia. Selain kondisi iklim yang cocok, kualitas kayu yang dihasilkan dari


(53)

Indonesia juga cukup baik. Bagian tanaman yang dimanfaatkan yaitu berupa batang tanaman kayu yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan bangunan, furniture,

veneer, dan panel kayu. Selain batang, kulit dan akarnya dapat dimanfaatkan

sebagai bahan baku obat diare dan bahan baku minyak aromatik. Sementara itu, ekstrak daun suren dipakai sebagai antibiotik dan insektisida alami. Pohon suren dapat dipanen pada umur 8 hingga 10 tahun dengan diameter lebih dari 30 cm (Mulyana, 2010).

Tanaman suren atau surian ini tumbuh pada daerah bertebing dengan ketinggian 600 mdpl hingga 2.700 mdpl dengan temperature 22ºC. Kayu suren bermanfaat sebagai kayu perkakas, papan, peti, kotak cerutu, kayu bangunan, plywood, rangka pintu dan jendela, kayu perkapalan, seni ukir dan pahat, potlot, moulding. Kayu suren juga digunakan untuk lemari, mebel, interior ruangan, panel dekoratif, kerajinan tangan, alat musik, kotak cerutu, finir, peti kemas, dan konstruksi (Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Pemali Jratun, 2010).

Saat ini terjadi defisit pasokan kayu nasional karena target tahun 2004 sebesar 63 juta m3, tidak sesuai dengan target tebangan nasional yang hanya 5,74 m3. Ketimpangan pasokan bahan baku kayu (log) tersebut berdampak buruk terhadap industri kehutanan. Upaya percepatan pembangunan hutan tanaman sangat diharapkan karena menjadi tumpuan sumber bahan baku bagi industri sektor kehutanan menggantikan hutan alam. Upaya besar di atas sangat membutuhkan dukungan nyata dari aspek pengembangan jenis yang potensial, adaptif dan produktif serta memiliki spektrum pemanfaatan kayu yang luas. Salah satu jenis yang prospektif sebagai jenis pilihan untuk dikembangkan pada hutan tanaman adalah jenis suren. Keberhasilan program pemuliaan tanaman suren


(54)

berdampak luas terhadap pengembangan dan peningkatan produktivitas hutan tanaman suren dan akan menjadi stimulator aktifnya operasional unit usaha sektor kehutanan dimasa depan (Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan, 2013).

Sebagai kelompok pohon besar, tanaman suren dapat dimanfaatkan sebagai aksen taman pada pojok halaman, tajuk pohon dapat divariasi dengan cara pangkasan, dibuat bonsai untuk diletakkan pada sudut teras atau sudut ruangan dalam rumah. Harga jual suren semakin meningkat dikarenakan tanaman ini merupakan salah satu jenis pohon yang telah dimanfaatkan sebagai obat disentri, demam, diabetes, dan obat pengelat (Anekaplanta, 2008).

Keawetan kayu suren termasuk sedang (IV-V) dengan kelas kuat (IV). Penggunaan kayunya untuk pembuatan papan peti, papan perahu, papan rumah,

kotak cerutu, kayu lapis, venir, dan mebel. Harga log dan kayu gergajian suren bervariasi tergantung kualitas kayu. Harga papan kayu suren pada saat ini rata-rata

>1 juta/m3. Biji suren mengandung minyak tidak berwarna tetapi beraroma wangi sedangkan pucuk dan daun surian mengandung karoten, vitamin dan asam amino

yang bermanfaat untuk berbagai tujuan seperti untuk bahan baku obat, makanan ternak dan berperan untuk insektisida alami (Lembah Pinus, 2012).


(55)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Agroforestri merupakan suatu cabang ilmu pengetahuan baru di bidang pertanian dan kehutanan yang mencoba menggabungkan unsur tanaman dan pepohonan. Ilmu ini mencoba mengenali dan mengembangkan sistem-sistem agroforestri yang telah dipraktikkan oleh petani sejak berabad-abad lalu. Sistem agroforestri dicirikan oleh keberadaan komponen pohon dan tanaman semusim dalam ruang dan waktu yang sama (Hairiah dkk, 2003).

Kondisi dan potensi tegakan sangat penting diketahui untuk menilai keberhasilan pengelolaan hutan rakyat, di mana kondisi tegakan ini dipengaruhi oleh bentuk-bentuk pengembangan hutan rakyat. Dengan kerja sama diantara masyarakat dapat menghasilkan kualitas dan kuantitas tegakan yang lebih baik, pasar yang telah terjamin dan minat serta kemampuan petani semakin meningkat.

Berbagai usaha telah dilaksanakan untuk pengembangan kakao. Perbaikan teknik budidaya pada akhirnya akan membawa manfaat dalam usaha pengembangan tersebut. Teknik pembibitan yang efisien, usaha mendapatkan bahan tanaman unggul melalui hibridasi, metode pemangkasan untuk membentuk habitat yang baik, pengaturan jarak tanam, usaha perlindungan terhadap hama dan penyakit ditujukan kepada ditemukannya suatu priode penanaman dan pemeliharaan coklat yang efisien dengan sasaran produksi maksimum (Siregar, 2005).

Petani di daerah tersebut mayoritas berpenghasilan dari bertani padi, jagung, kopi dan kakao. Adapun padi dan jagung dengan kemampuan lahan mereka dikategorikan subur dapat berproduksi atau ditanami 2 kali dalam 1 tahun.


(56)

Perkembangan di sektor pertanian Indonesia, sangat memberikan peluang bagi para petani dengan berkembanganya usaha-usaha mereka. Salah satunya adalah tanaman perkebunan khususnya tanaman kakao, yang merupakan salah satu komoditi perkebunan yang banyak dibudidayakan oleh para petani. Hal ini disebabkan karena komoditi ini memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan strategis, baik untuk memberikan peningkatan pendapatan petani bahkan dapat menambah devisa bagi negara. Sejalan dengan itu, maka penelitian ini dilakukan untuk melihat pengeluaran dan pendapaatan masyarakat dari usahatani mereka di Desa Mekar Sari Raya Kecamatan Panei, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara.

Perumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pendapatan para petani dengan menanam suren dengan kakao di daerah penelitian?

2. Bagaimana pengaruh tingkat kelayakan usahatani dengan menanam suren dan kakao di daerah penelitian?

3. Bagaimana model usaha peningkatan pendapatan para petani di daerah penelitian?

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Analisis pendapatan masyarakat dengan menanam suren dengan kakao di daerah penelitian.

2. Analisis pengaruh tingkat kelayakan usahatani dengan menanam suren dan kakao di daerah penelitian.


(57)

3. Identifikasi model usaha peningkatan pendapatan masyarakat di daerah penelitian.

Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah:

1. Dari segi praktis, diharapkan informasi hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam membantu petani untuk memperbaiki manajemen usahatani petani.

2. Dari segi Pengembangan Ilmu, diharapkan hasil penelitian dapat memberikan pengalaman tentang teori ekonomi rumah tangga yang merupakan bagian dari Ilmu Ekonomi Pertanian.


(58)

ABSTRAK

SRI WIDYA : Model Pendapatan Masyarakat Terhadap Tanaman Suren (Toona

sureni (Blume) Merr.) dan Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.) di Desa Mekar

Sari Raya Kecamatan Panei Kabupaten Simalungun Sumatera Utara, dibimbing oleh SITI LATIFAH dan YUNUS AFIFUDDIN.

Agroforestry merupakan teknik penggunaan lahan yang sudah banyak dilakukan oleh petani di Indonesia. Selain memberikan hasil yang berkelanjutan juga dapat menjaga kelestarian lingkungan. Penelitian ini bertujuan mendapatkan kemampuan penggunaan lahan agroforestry pada tanaman suren dan kakao yang memberikan keuntungan terhadap petani dan model kelayakan usaha tani. Lokasi penelitian di Desa Mekar Sari Raya, Kecamatan Panei, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara. Analisis yang dilakukan meliputi kelayakan usaha tani dari perhitungan NPV, IRR, Gross B/C Ratio, Net B/C Ratio, Payback Period, dan metode yang digunakan berupa analisis regresi linier berganda. Hasil analisi pada tingkat suku bunga 12% menunjukkan bahwa usahatani kakao dan suren secara finansial layak diusahakan. Nilai NPV sebesar Rp. 2.375.224.938,62 selama 15 tahun, BCR 2,1 %, IRR 28 % dan PP (waktu pengembaliaan modal dengan batas kurang dari 5,4 tahun (5 tahun, 4 bulan, 12 hari). Variabel independent yang berpengaruh nyata terhadap variabel dependent adalah variabel luas lahan dan variabel independent yang tidak berpengaruh nyata adalah variabel upah tenaga kerja, harga jual, jumlah tanggungan dan lama usaha tani.


(59)

ABSTRACT

SRI WIDYA : REVENUE MODEL COMMUNITY TOWARD SUREN CROPS

(Toona sureni (blume)Merr.) and COCOA TREES (Theobroma cacao L.) IN MEKAR SARI RAYA VILLAGE, PANEI SUB, SIMALUNGUN REGENCY, NORTH SUMATERA by SITI LATIFAH dan YUNUS AFIFUDDIN.

Agroforestry was land use techniques that have been widely performed Indonesian farmers. Besides providing sustainable results can also protecting the environment. This study aims to gain the ability to use agroforestry in suren crops and cocoa that provides benefits to farmers and the feasibility of the model farm. Research sites in the Mekar Sari Raya village, Panei sub, Simalungun regency, North Sumatera. Analysis was conducted on the feasibility of farming from the calculation of NPV, IRR, Gross B / C Ratio, Payback Period, and methods used in the form of multiple linear regression analysis. The analysis of the interest rate of 12% shows that farming cacao and suren financially viable. NPV value of Rp. 2.375.224.938,62 during the 15 year, 2,1% BCR, IRR 28% and PP (payback with a limit of less than 5.4 years(5 years,4 month,12 day)). The independent variable that significantly affected the dependent variable is the variable land and the independent variables were not significant effect was variable labor costs, sales price, number of dependents and long effort farm.


(60)

MODEL PENDAPATAN MASYARAKAT TERHADAP

TANAMAN SUREN (Toona sureni (Blume) Merr.) dan

TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) Di DESA MEKAR

SARI RAYA KECAMATAN PANEI KABUPATEN

SIMALUNGUN SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Oleh: SRI WIDYA

121201028/MANAJEMEN HUTAN

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(61)

ABSTRAK

SRI WIDYA : Model Pendapatan Masyarakat Terhadap Tanaman Suren (Toona

sureni (Blume) Merr.) dan Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.) di Desa Mekar

Sari Raya Kecamatan Panei Kabupaten Simalungun Sumatera Utara, dibimbing oleh SITI LATIFAH dan YUNUS AFIFUDDIN.

Agroforestry merupakan teknik penggunaan lahan yang sudah banyak dilakukan oleh petani di Indonesia. Selain memberikan hasil yang berkelanjutan juga dapat menjaga kelestarian lingkungan. Penelitian ini bertujuan mendapatkan kemampuan penggunaan lahan agroforestry pada tanaman suren dan kakao yang memberikan keuntungan terhadap petani dan model kelayakan usaha tani. Lokasi penelitian di Desa Mekar Sari Raya, Kecamatan Panei, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara. Analisis yang dilakukan meliputi kelayakan usaha tani dari perhitungan NPV, IRR, Gross B/C Ratio, Net B/C Ratio, Payback Period, dan metode yang digunakan berupa analisis regresi linier berganda. Hasil analisi pada tingkat suku bunga 12% menunjukkan bahwa usahatani kakao dan suren secara finansial layak diusahakan. Nilai NPV sebesar Rp. 2.375.224.938,62 selama 15 tahun, BCR 2,1 %, IRR 28 % dan PP (waktu pengembaliaan modal dengan batas kurang dari 5,4 tahun (5 tahun, 4 bulan, 12 hari). Variabel independent yang berpengaruh nyata terhadap variabel dependent adalah variabel luas lahan dan variabel independent yang tidak berpengaruh nyata adalah variabel upah tenaga kerja, harga jual, jumlah tanggungan dan lama usaha tani.


(62)

ABSTRACT

SRI WIDYA : REVENUE MODEL COMMUNITY TOWARD SUREN CROPS

(Toona sureni (blume)Merr.) and COCOA TREES (Theobroma cacao L.) IN MEKAR SARI RAYA VILLAGE, PANEI SUB, SIMALUNGUN REGENCY, NORTH SUMATERA by SITI LATIFAH dan YUNUS AFIFUDDIN.

Agroforestry was land use techniques that have been widely performed Indonesian farmers. Besides providing sustainable results can also protecting the environment. This study aims to gain the ability to use agroforestry in suren crops and cocoa that provides benefits to farmers and the feasibility of the model farm. Research sites in the Mekar Sari Raya village, Panei sub, Simalungun regency, North Sumatera. Analysis was conducted on the feasibility of farming from the calculation of NPV, IRR, Gross B / C Ratio, Payback Period, and methods used in the form of multiple linear regression analysis. The analysis of the interest rate of 12% shows that farming cacao and suren financially viable. NPV value of Rp. 2.375.224.938,62 during the 15 year, 2,1% BCR, IRR 28% and PP (payback with a limit of less than 5.4 years(5 years,4 month,12 day)). The independent variable that significantly affected the dependent variable is the variable land and the independent variables were not significant effect was variable labor costs, sales price, number of dependents and long effort farm.


(63)

ABSTRACT

SRI WIDYA: Model The Income Of The To Plant Suren ( Toona Sureni ( Blume )

Merr . And Cacao Plants ( Theobroma Cacao L.) In The Village Mekar Sari Raya, Panei Kabupaten Simalungun North Sumatra , is guided by SITI

LATIFAH and YUNUS AFIFUDDIN .

This study attempts to: ( 1 ) Know appropriateness of plantation cocoa and suren in villages bloom cider highway in panei district simalungun .( 2 ) Know the level sensitivity and change production costs of NPV , IRR , Gross B / C , and payback Period on plantation cocoa and suren in the village bloom cider highway .( 3 ) Know the impact of farming feasibility by planting suren and cocoa.

The study is done october - november 2016. The analysis was about feasibility of the equation NPV farming, IRR, gross B / C Ratio, Payback Period, and methods used in the form of regression analysis linear multiple.The analisi on interest rates 12 % shows that the cultivation of cocoa and suren financially worth existed.The NPV Rp.3.200.034.750, BCR 10,12, IRR 15 % and the government regulation ( time go back capital with the less than 3,5 ) year. The independent real influence on variables dependent is variable reward for labor and number of dependants.

Keywords: eligibility income, agroforestri, cocoa, suren, independent variable, dependent variable.


(1)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Model Pendapatan Masyarakat Terhadap Tanaman Suren (Toona sureni (Blume) Merr.) dan Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.) di Desa Mekar Sari Raya Kecamatan Panei Kabupaten Simalungun Sumatera Utara”.

Pada kesempatan ini penulis menghaturkan pernyataan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skiripsi:

1. Kepada keluarga, ayahanda Selamet, ibunda Sutini dan kakak Ika Nirmala Sari, SE. yang telah memberikan dukungan moral, materil maupun doa selama ini kepada penulis.

2. Komisi pembimbing skripsi, Siti Latifah, S.Hut, M.Si, Ph.D, sebagai ketua komisi dan Yunus Afifuddin, S. Hut., M. Si., sebagai anggota komisi yang telah membimbing dan memberikan berbagai masukan berharga kepada penulis dalam penyelesaian skripsi.

3. Staff pengajar, pegawai di program studi kehutanan, serta rekan mahasiswa, Dedek Ari, Hanum Windy, dan rekan lainnya.

Semoga skripsi ini bermanfaat serta dapat memberikan kontribusi terhadapa bidang pendidikan dan kepada pihak yang membutuhkan.

Medan, Oktober 2016


(2)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

PENDAHULUAN Latar Belakang... 1

Perumusan Masalah ... 3

Kegunaan Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Ruang Lingkup Pendapatan ... 4

Kondisi Sosial EkonomiKakao... 4

Kondisi Sosial Ekonomi Suren ... 8

METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat ... 10

Alat dan Bahan ... 10

Penentuan Sampel ... 10

Pengumpulan Data ... 11

Analisis Biaya ... 11

Aspek Pendapatan ... 12

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN A. Deskripsi Desa Mekar Sari Raya ... 16

B. Karakteristik Responden ... 17

C. Usahatani Suren dan Kakao di Desa Mekar Sari Raya ... 19

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Biaya Usahatani Kakao dan Suren ... 25

a. Biaya Investasi ... 25

b. Biaya Tenaga Kerja ... 25

c. Biaya Pemupukan dan Pestisida ... 26

d. Biaya Peralatan ... 27

e. Biaya Pajak dan Pengangkutan ... 27


(3)

2. Penerimaan Kakao dan Suren ... 28

3. Analisis Pendapatan ... 30

a. Analisis Net Present Value (NPV) ... 31

b. Analisis Gross B/C Ratio ... 32

c. Analisis Internal Rate of Return (IRR) ... 32

d. Payback Period (PP) ... 32

e. Analisis Data Regresi ... 32

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 35

Saran ... 35 DAFTAR PUSTAKA


(4)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman

1. Luas wilayah berdasarkan potensi penggunaan lahan ... 17

2. Jenis kelamin responden ... 17

3. Umur responden ... 18

4. Status perkawinan ... 18

5. Jumlah tanggungan rumah tangga ... 19

6. Biaya investasi usahatani suren dan kakao ... 25

7. Biaya pupuk ... 26

8. Perhitungan biaya peralatan ... 27

9. Jumlah rata-rata produksi biji kakao kering dan kayu suren ... 28

10. Analisis pendapatan usaha tani ... 31


(5)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman 1. Sketsa pola tanaman suren dan kakao dengan jarak 2 x 3 m ... 21 2. Sketsa pola tanaman suren dan kakao dengan jarak 5 x 5 m ... 21 3. Sketsa pola tanaman suren dan kakao dengan jarak 10 x 10 m ... 21


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Dokumentasi penelitian ... 38

2. Identifikasi responden di Desa Mekar Sari Raya ... 39

3. Data inflasi berdasarkan inflasi tahun 2007 -2016 ... 41

4. Umur ekonomis peralatan usahatani ... 41

5. Biaya pajak ... 41

6. Rincian kebutuhan investasi tetap usahatani ... 43

7. Rincian kebutuhan investasi langsung usahatani ... 47

8. Data produksi dan penerimaan masyarakat ... 51

9. Potensi tegakan suren ... 53

10. Hasil perhitungan pendapatan kakao dan suren ... 55

11. Analisis pendapatan kakao dan suren ... 58

12. Analisis regresi linier berganda dengan softwere SPSS 16.0 ... 59

13. Lembar kuisioner penelitian ... 60


Dokumen yang terkait

Pencirian Tanah Berbahan Induk Tuff Dasit di Desa juhar Kecamatan Juhar Kabupaten Karo Dengan Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Cacao (Theobroma cacao Q)

0 25 70

Aplikasi Asam Humik Dan Aktivator Orgadec Terhadap Pertumbuhan Bibit Suren (Toona sureni) Pada Tanah Pasca Tambang Emas (Kelurahan Simpang Gambir, Kecamatan Lingga Bayu, Kabupaten Mandailing Natal)

0 34 62

Analisis Kelayakan Finansial Agroforestry Suren (Toona sureni Merr.) dan (Coffea arabica L.)

3 34 96

Model Pertumbuhan dan Hasil Tegakan Suren (Toona sureni Merr.) di Hutan Rakyat Sipolha Horisan Kecamatan Pematang Sidamanik Kabupaten Simalungun Sumatera Utara

0 5 84

Model Pertumbuhan dan Hasil Tegakan Suren (Toona sureni Merr.) di Hutan Rakyat Sipolha Horisan Kecamatan Pematang Sidamanik Kabupaten Simalungun Sumatera Utara

0 0 3

Model Pertumbuhan dan Hasil Tegakan Suren (Toona sureni Merr.) di Hutan Rakyat Sipolha Horisan Kecamatan Pematang Sidamanik Kabupaten Simalungun Sumatera Utara

0 0 17

Model Pertumbuhan dan Hasil Tegakan Suren (Toona sureni Merr.) di Hutan Rakyat Sipolha Horisan Kecamatan Pematang Sidamanik Kabupaten Simalungun Sumatera Utara

0 0 3

Model Pertumbuhan dan Hasil Tegakan Suren (Toona sureni Merr.) di Hutan Rakyat Sipolha Horisan Kecamatan Pematang Sidamanik Kabupaten Simalungun Sumatera Utara

1 1 27

BUDIDAYA TANAMAN KAKAO Theobroma cacao L

0 0 12

Analysis of community income on suren ( Toona sureni (Blume) Merr.) and cacao crops ( Theobroma cacao L.) in Simalungun, North Sumatera- Indonesia

0 0 7