Penilaian BERA terhadap gangguan pendengaran

. Dikutip dari Suwento 2007 UI

2.9. Penilaian BERA terhadap gangguan pendengaran

Bayi terlalu kecil bukan sebagai halangan untuk melakukan penilaian definitif gangguan pendengaran pada anak terhadap status fungsi telinga tengah dan sensitifitas koklea serta jalur suara. Kecurigaan terhadap adanya gangguan pendengaran pada anak harus dilakukan secara tepat. Jenis-jenis pemeriksaan pendengaran yang direkomendasikan oleh American of Pediatrics AAP adalah pemeriksaan yang disesuaikan dengan umur bayi, dan harus merasa nyaman terhadap situasi pemeriksaan, pemeriksaan harus dilakukan pada tempat yang cukup sunyi dengan gangguan visual dan audio yang minimal. Pada pemeriksaan dengan BERA, secara fisiologik mekanisme jalur auditorius mulai dari saraf auditorius saai ke korteks auditorius sangat kompleks. Terdapat lima gelombang yang mencerminkan daerah yang diperiksa, antara lain: 1. Gelombang I timbul dari bagian distal nervus VIII. 2. Gelombang II dari bagian proksimal nervus VIII dengan kemungkinan bagian distal nervus VIII masih ikut berperan. 3. Gelombang III dari kompleks olivari superior. 4. Gelombang IV berasal dari neuron ketiga di nukleus olivarius superior kompleks, nukleus koklearis dan lemniskus lateralis. 5. Gelombang V berasal dari kolikulus inferior. Universitas Sumatera Utara Brainstem auditory-evoked potentials harus dilakukan evaluasi setelah terjadi ikterus neonatus berat untuk menyingkirkan gangguan pendengaran sensorineural. Pada ikterus fisiologis, Potensial pada BERA normal dengan resolusi hiperbilirubinemia. Namun, pada pasien dengan ikterus neonatal yang signifikan atau kernikterus, the auditory-evoked potential dan fungsi pendengaran mungkin abnormal. Salah satu bentuk neurotoksisitas bilirubin adalah abnormalitas sistem auditori pada hiperbilirubinemia. Berdasarkan bukti tes audiometrik didapatkan gangguan pendengaran dominan bilateral pada frekwensi tinggi dan simetris dengan fungsi perkembangan suara yang abnormal. Hal tersebut berhubungan dengan lesi patologis pada nukleus koklear. Bilirubin yang terdapat pada otak dapat merusak nuclei audiotori sentral dan jalur vestibular, nuclei serebellar dan ganglia basalis yang dihubungkan dengan hipereaktivitas vestibuler. Menurut Shapiro 2001, terdapat manifestasi auditori sentral yang patologis, melibatkan struktur auditori batang otak termasuk nuclei lemniskus lateralis, kolikuli inferior tanpa keterlibatan thalamus maupun cortical auditory pathways. Bila ditemukan keadaan tuli konduktif, kurva serial latensi intensitas mempunyai kemiringan yang sama seperti orang normal tetapi mengalami pergeseran keintensitas pendengaran yang lebih tinggi, maka akan ditemukan semua gelombang I-V akan bergeser kekanan memanjang, sedangkan interwave latency interval IWI dalam batas normal. Lesi tipe sensorineural mempunyai latensi puncak yang sebanding dengan orang normal pada intensitas stimulasi tinggi, tetapi pada intensitas yang lebih rendah, latensi tersebut memanjang secara signifikan. Untuk membentuk interpretasi BERA dalam membedakan gangguan konduktif dan lesi retokoklear diperlukan tes audiometrik khusus yang cermat dan teliti seperti OAE dan timpanometri. Saraf a uditori dan visually evoked potentials yang terpengaruh selama penyakit kuning yang sedang berlangsung, namun ada kriteria telah ditetapkan yang memungkinkan ekstrapolasi dari temuan potensial ditimbulkan dari resiko kernikterus. Data menunjukkan bahwa kemungkinan mengenai respon batang otak pendengaran otomatis AABR dengan konsentrasi bilirubin terikat. Karena terikat bilirubin konsentrasi dapat lebih erat berkorelasi dengan bilirubin neurotoksisitas, mungkin menunjukkan peningkatan risiko neurotoksisitas bilirubin. Hasil AABR yang diperoleh tak lama setelah bayi didiagnosis kuning untuk perawatan segera dan agresif. Harvey Coates, Kim Gifkins ,2004 Universitas Sumatera Utara KERANGKA TEORI KERANGKA KONSEP 2.10. Kerangka Teori Masalah Perinatal Hiperbilirubinemia Hipoksia tekanan parsial oksigen Prematuritas Penimbunan bilirubin pada jaringan otak KERUSAKAN SEL NEURON J l h l k Pola kerusakan: - Nukleus koklear - Olivari superior - Lemniskus lateralis - Kolikuli inferior Status infeksi: - Cytomegalovirus - Rubela - Toksoplasma - Herpes simpleks Obat ototoksik dosis dan lama pemberian - Gentamisin - Furosemid Trauma d j t Faktor genetik - Abnormalitas kromoson X - Abnormalitas mitokondrial Malformasi t li Infeksi telinga luar dan tengah TULI KONDUKTIF TULI SENSORINEURAL GANGGUAN PENDENGARAN Universitas Sumatera Utara

2.11. Kerangka Kerja