Rumusan Masalah Manfaat Penelitian

Di Liguria, Italia, dari 3.238 bayi baru lahir yang dilakukan pemeriksaan emisi otoakustik, didapatkan sebanyak 3.180 bayi 98,2 memberikan hasil pass dan sebanyak 58 bayi 1,8 memberikan hasil refer Calevo M. G., 2007. Menurut data WHO tahun 2007, prevalensi gangguan pendengaran pada populasi penduduk Indonesia diperkirakan 4,2 sehingga berdasarkan data tahun 2002 pada jumlah penduduk Indonesia sebesar 221.900.000 penduduk , maka 9.319.800 penduduk Indonesia diperkirakan menderita gangguan pendengaran. Di RSUP H Adam Malik Medan pada tahun 2008 dilakukan penelitian skrining pendengaran pada bayi baru lahir dengan menggunakan emisi otoakustik. Dari hasil penelitian, ini didapatkan dari 44 bayi baru lahir yang diperiksa terdapat sebanyak 31 bayi 70,45 dengan hasil bilateral pass dan sebanyak 13 bayi 29,95 dengan hasil refer baik bilateral maupun unilateral Okti Trihandani, 2008. Bayi dengan hiperbilirubinemia dengan gangguan pendengaran sampai sekarang belum ada penelitian dan data dasar selama dirawat di Perinatologi Anak RSUP. H Adam Malik Medan.

2. Rumusan Masalah

Bagaimana gambaran audiologi pada gangguan pendengaran bayi dengan hiperbilirubinemia di RSUP H Adam Malik Medan ? 3. Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui gambaran gangguan pendengaran bayi yang lahir dengan hiperbilirubinemia melalui pemeriksaan pendengaran .

1.3.2 Tujuan khusus :

Mengetahui distribusi menurut umur bayi hiperbilirubinemia terhadap bilirubin direk di RSUP H.Adam Malik Medan. a Mengetahui distribusi menurut umur bayi hiperbilirubinemia terhadap bilirubin total di RSUP H.Adam Malik Medan b Mengetahui distribusi menurut jenis kelamin bayi hiperbilirbinemia terhadap bilirubin direk di RSUP H Adam Malik Medan. c Mengetahui distribusi menurut jens kelamin terhadap bilirubin total di RSUP H Adam Malik Medan. Universitas Sumatera Utara d Mengetahui kadar peningkatan bilirubin direk terhadap ganggguan pendengaran bayi hiperbilirubinemia di RSUP H Adam Malik Medan. e Mengetahui kadar peningkatan bilirubin total terhadap gangguan pendengaran bayi hiperbilirubinemia di RSUP H Adam Malik Medan. f Mengetahui kerusakan satu telinga atau keduanya pada bayi hiperbilirubinemia di RSUP H Adam Malik Medan.

4. Manfaat Penelitian

a Mendapatkan informasi data dasar bagi pemeriksaan pendengaran bayi untuk selanjutnya dilakukan pemeriksaan pendengaran lanjutan. b Mendapatkan data dasar gangguan pendengaran pada bayi hiperbilirubinemia untuk penelitian selanjutnya di bidang tumbuh kembang anak dan THT komunitas. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Embriologi Telinga Dalam

Telinga pada manusia terdiri atas tiga daerah yaitu telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam. Telinga luar pada dasarnya merupakan corong pengumpul suara yang terdiri atas pinna dan saluran pendengaran luar. Telinga tengah adalah bagian yang menyalurkan suara dari telinga luar ke telinga dalam dan telinga dalam yang mengubah suara menjadi rangsangan saraf. Drake et all, 2004 Telinga dalam adalah organ pertama dari tubuh yang dalam perkembangannya telah terbentuk secara sempurna baik dalam ukuran maupun konfigurasinya yaitu pada kehamilan trimester kedua. Perkembangan telinga dalam dimulai pada awal minggu ketiga yaitu perkembangan intrauterin yang ditandai dengan tampaknya plakode ektoderm pada setingkat miensefalon. Plakode auditori berinvaginasi membentuk lubang pit auditori sepanjang minggu ke-4 yang kemudian menjadi vesikula auditori. Pada tahap perkembangan selanjutnya vesikula otik vesikula auditori bagian ventral membentuk sakulus dan koklearis sedangkan bagian dorsal membentuk utrikulus, kanalis semisirkularis dan duktus endolimfatikus. Pembentukan saluran-saluran tersebut disebabkan adanya bagian-bagian tertentu dari daerah tersebut yang berdegenerasi. Duktus koklearis yang sedang tumbuh menembus mesenkim di sekitarnya dan berpilin seperti membentuk spiral. Selanjutnya duktus koklearis tetap berhubungan dengan sakulus melalui duktus reunien. Duktus semisirkularis, duktus utrikulus, duktus sakulus dan duktus koklearis kemudian diisi dengan cairan endolimfe sehingga semua struktur membran dari saluran tersebut dinamakan membran labirin. Dinding sel membran labirin sangat tipis dan terdiri atas sel-sel epitel tunggal yang ditutupi oleh lapisan serabut jaringan ikat yang dibentuk dari mesenkim di sekitarnya. Beberapa dari sel epitel tersebut dimodifikasi menjadi sel-sel rambut sel neuroepitel dan beberapa sel pendukung. Dasar dari sel-sel neuroepitel dikelilingi oleh ujung serabut saraf yang datang dari ganglion spinal dan ganglion vestibular. Ganglion-ganglion tersebut berhubungan dengan otak melalui serabut saraf yang dibentuk oleh tulang yang disebut tulang labirin. Ruang Universitas Sumatera Utara