Analisis Kandungan Logam Berat pada Ikan Tenggiri Scomberomorus commersonii (Lacepéde, 1800) di Perairan Pesisir Tangerang.

ANALISIS KANDUNGAN LOGAM BERAT
PADA IKAN TENGGIRI Scomberomorus commersonii
(Lacepéde,1800) DI PERAIRAN PESISIR TANGERANG

FANI APRILYANI

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

2

3

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Analisis
Kandungan Logam Berat pada Ikan Tenggiri Scomberomorus commersonii
(Lacepéde, 1800) di Perairan Pesisir Tangerang adalah benar merupakan hasil

karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan
informasi yang dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Agustus 2014
Fani Aprilyani
NIM C24100023

ABSTRAK
FANI APRILYANI. Analisis Kandungan Logam Berat pada Ikan Tenggiri
Scomberomorus commersonii (Lacepéde, 1800) di Perairan Pesisir Tangerang.
Dibimbing oleh ETTY RIANI dan M MUKHLIS KAMAL.
Perairan Pesisir Kabupaten Tangerang merupakan salah satu daerah yang
rentan terhadap pencemaran logam berat, karena Kabupaten Tangerang
merupakan salah satu kawasan dengan tingkat kegiatan antropogenik yang tinggi.
Logam berat di perairan dapat terakumulasi pada ikan tenggiri (Scomberomorus
commersonii) melalui proses bioakumulasi dan biomagnifikasi. Kandungan
logam berat yang berlebih pada ikan tenggiri seperti Hg (merkuri), Cd (kadmium),
Pb (timbal), dan Cu (tembaga) dapat menimbulkan bahaya bagi kesehatan

manusia yang mengkonsumsinya. Oleh sebab itu, penelitian ini dilakukan untuk
menentukan kandungan logam berat tersebut pada ikan tenggiri di wilayah
Perairan Pesisir Tangerang. Waktu penelitian pada bulan April, Juni, dan Agustus
2013 di Perairan Kronjo dan Cituis. Data primer yang dikumpulkan adalah
panjang total, bobot basah, dan kandungan logam berat seperti Hg, Cd, Pb, dan Cu
pada ikan tenggiri. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa contoh ikan tenggiri
yang berasal dari Kronjo dan Cituis mengandung logam berat Hg, Cd, Pb, dan Cu.
Kandungan logam berat tertinggi pada ikan tenggiri adalah logam Pb.
Kata kunci : ikan tenggiri, logam berat, Pesisir Kabupaten Tangerang

ABSTRACT
FANI APRILYANI. Analysis of Heavy Metals in Narrow Barred Spanish
Mackerel Scomberomorus commersonii (Lacepéde, 1800) at Coastal Area of
Tangerang Regency. Supervised by ETTY RIANI and M MUKHLIS KAMAL.
Coastal areas of Tangerang Regency are prone to heavy metal
contamination. It is due to its high industrial activity. Heavy metals in the water
can be accumulated in narrow barred Spanish mackerel fish (Scomberomorus
commersonii) through the process of bioaccumulation and biomagnification.
Excessive content of heavy metals in mackerel fish such as Hg (mercury), Cd
(cadmium), Pb (lead), and Cu (copper) can pose a danger to human health if it is

consumed. This research is therefore aimed at observing heavy metals content in
the mackerel body. This research was conducted in April, June, and August 2013
at the Kronjo and Cituis coastal area. Primary data collection were total length,
wet weight, and content of heavy metals such as Hg, Cd, Pb, and Cu in mackerel
fish. It is shown that mackerel fish sample from Kronjo and Cituis contained
excessive heavy metals such as Hg, Cd, Pb, and Cu. The highest heavy metal
content in mackerel fish was Pb.
Keywords : Coastal Tangerang Regency, heavy metals, narrow barred spanish
mackerel

ANALISIS KANDUNGAN LOGAM BERAT
PADA IKAN TENGGIRI Scomberomorus commersonii
(Lacepéde,1800) DI PERAIRAN PESISIR TANGERANG

FANI APRILYANI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
pada

Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

iv

PRAKATA
Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT yang atas rahmat
dan karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul
“Analisis Kandungan Logam Berat pada Ikan Tenggiri Scomberomorus
commersonii (Lacepéde, 1800) di Perairan Pesisir Tangerang”. Skripsi ini
disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana perikanan pada
departemen Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1.

Institut Pertanian Bogor yang telah memberikan kesempatan studi kepada
Penulis.
2.
PT. Kapuk Nagaindah, Jakarta atas biaya penelitian melalui penelitian kerja
sama antara Departemen MSP-FPIK-IPB dan PKSPL-LPPM IPB yang
berjudul “Kajian Status Terkini Sumberdaya Perikanan dan Pencemaran
Laut Mulai Ujung Barat Teluk Jakarta hingga Ujung Barat Perairan Pesisir
Kabupaten Tangerang” yang dilaksanakan oleh Dr Ir Yusli Wardiatno, MSc
(sebagai ketua peneliti), Dr Ir Etty Riani, MS, Dr Ir M Mukhlis Kamal, MSc
(sebagai anggota peneliti), dan dosen lainnya.
3.
Dr Ir Ario Damar, MSi selaku pembimbing akademik yang telah
memberikan motivasi selama perkuliahan.
4.
Dr Ir Etty Riani, MS serta Dr Ir Mukhlis Kamal, MSc selaku dosen
pembimbing yang telah memberikan arahan, nasehat dan saran untuk
Penulis dalam penulisan karya ilmiah ini.
5.
Dr Ir Yusli Wardiatno, MSc selaku penguji tamu, dan Dr Ir Nurlisa A Butet,
MSc selaku penguji perwakilan Departemen Manajemen Sumber Daya

Perairan Perairan atas saran dan masukan yang sangat berarti.
6.
Keluarga penulis: Suami (Yanwarizal, ST MEng), Bapak (Ir H M
Afwandy), Ibu (Hj Enny Nuraeni), Adik (Ilham Arisyandi dan Ikhsana
Diana Putri) beserta keluarga besar Penulis yang telah memberikan banyak
motivasi, doa dan dukungan kepada Penulis baik moril maupun materil.
7.
Teman seperjuangan penelitian Tangerang (Nina, Serli, Andini, Kak Anna,
Febi, Inggar, Akrom, Lusita, Nisa, Lusita, Runi, Dhini, dan Kak Asep) dan
semua yang telah membantu.
8.
Sahabat Penulis (Kak Nia, Noor, Ita, Lulu, dan Keluarga MSP 47) atas
semangat, dukungan dan doa kepada Penulis.
Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan di
masa depan. Demikian skripsi ini disusun, semoga bermanfaat.

Bogor, Agustus 2014
Fani Aprilyani

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kerangka Pemikiran
Tujuan dan Manfaat Penelitian
METODE PENELITIAN
Waktu dan Lokasi Penelitian
Pengumpulan Data
Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pembahasan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP


vi
vi
vi
1
1
1
2
2
2
3
4
6
6
10
13
13
14
14
17

23

DAFTAR TABEL
1 Nilai baku mutu logam berat BPOM
2 Batas asupan logam berat JECFA
3 Kisaran panjang dan bobot hasil tangkapan ikan tenggiri dari
Perairan Kronjo dan Cituis
4 Kandungan logam berat pada daging ikan tenggiri di beberapa
negara
5 Kandungan logam berat pada insang ikan tenggiri di beberapa
negara
6 Hasil analisis kandungan logam berat pada ikan tenggiri dan air

4
5
6
9
9
10


DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pemikiran penelitian analisis kandungan logam berat
pada ikan tenggiri (S. commersonii) di Perairan Pesisir Tangerang
2 Peta lokasi penelitian di Perairan Pesisir Kabupaten Tangerang,
Banten
3 Kandungan logam berat Hg pada daging dan insang ikan tenggiri
di Perairan Kronjo dan Cituis, Kabupaten Tangerang
4 Kandungan logam berat Cd pada daging dan insang ikan tenggiri
di Perairan Kronjo dan Cituis, Kabupaten Tangerang
5 Kandungan logam berat Pb pada daging dan insang ikan tenggiri
di Perairan Kronjo dan Cituis, Kabupaten Tangerang
6 Kandungan logam berat Cu pada daging dan insang ikan tenggiri
di Perairan Kronjo dan Cituis, Kabupaten Tangerang

2
3
7
7
8
8


DAFTAR LAMPIRAN
1 Data panjang dan bobot ikan tenggiri
2 Hasil analisis kandungan logam berat pada ikan tenggiri
3 Tabel signifikansi berdasarkan Uji Mann-Whitney antara organ
tubuh dan lokasi penelitian
4 Nilai median pada masing-masing logam berat
5 Perbandingan hasil analisis rata-rata logam berat dengan baku
mutu BPOM
6 Nilai estimasi logam berat yang masuk tiap minggu (EWI)
berdasarkan JECFA
7 Nilai estimasi logam berat yang masuk tiap hari (EDI)
berdasarkan JECFA
8 Contoh perhitungan EDI pada logam Cu

17
18
19
19
19
20
20
20

9 Contoh perhitungan EWI pada logam Hg
10 Contoh perhitungan EWI pada logam Pb
11 Hasil analisis kandungan logam berat pada contoh air di Perairan
Kronjo
12 Hasil analisis kandungan logam berat pada contoh air di Perairan
Cituis

20
21
22
22

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Logam berat di suatu perairan dapat berasal dari kegiatan antropogenik di
sekitarnya atau secara alami terdapat di perairan tersebut, contohnya perairan
pesisir di Kabupaten Tangerang. Kabupaten Tangerang terletak di bagian timur
Propinsi Banten pada koordinat 106°20'-106°43' BT dan 6°00'-6°20' LS, dengan
luas wilayah 1110.38 km2. Daerah ini merupakan salah satu kawasan yang
memiliki kegiatan antropogenik tinggi, seperti kegiatan industri, perikanan, dan
pertanian (Kadin 2012). Oleh sebab itu, perairan pesisir di Kabupaten Tangerang
dikhawatirkan rentan terhadap pencemaran logam berat.
Pencemaran logam berat di perairan tidak hanya mencemari perairan,
namun juga mempengaruhi biota akuatik, misalnya ikan. Logam berat dapat
masuk ke dalam tubuh ikan melalui proses bioakumulasi dan biomagnifikasi.
Logam-logam tertentu biasanya terkonsentrasi pada spesies tertentu di laut dan
organisme yang terletak pada sistem trofik yang tinggi akan mengandung logam
berat yang tinggi (Darmono 1995), misalnya ikan tenggiri (Scomberomorus
commersonii).
Ikan tenggiri merupakan ikan pelagis besar yang bernilai ekonomis tinggi di
Kabupaten Tangerang, sehingga ikan tenggiri berpotensi membahayakan
kesehatan manusia jika di dalamnya terkandung logam berat yang berlebihan
seperti Hg, Cd, Pb, dan Cu. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dilakukan
penelitian ini yang diharapkan mampu memberikan gambaran mengenai
kandungan logam berat Hg, Cd, Pb dan Cu di Perairan Pesisir Tangerang.

Kerangka Pemikiran
Kegiatan antropogenik yang tinggi di Kabupaten Tangerang dapat
mencemari perairan dan biota akuatik sekitarnya, contohnya Perairan Kronjo dan
Cituis. Sumber pencemar dapat berasal dari limbah pabrik, rumah sakit, dan
kegiatan rumah tangga yang masuk ke dalam perairan. Lima sungai di Tangerang,
yaitu Cisadane, Angke, Cirarab, Mookervard, dan Sabi tercemar oleh limbah
dengan kategori sedang, ringan, dan berat yang mengandung limbah berbahaya
(Wiharyo 2013). Lima sungai tersebut dapat mencemari perairan pesisir, seperti
Perairan Kronjo dan Cituis. Perairan Kronjo dan Cituis dapat terkontaminasi oleh
logam berat, termasuk biota perairan dan berbagai ikan konsumsi seperti ikan
tenggiri (Scomberomorus commersonii) yang ada di dalamnya. Limbah logam
berat dapat membahayakan lingkungan sekitarnya dan meracuni manusia.
Contoh logam berat yang difokuskan pada penelitian ini ialah Hg (merkuri),
Cd (kadmium), Pb (timbal), dan Cu (tembaga). Perumusan masalah mengenai
contoh di atas dituangkan dalam sebuah kerangka pemikiran penelitian yang
disajikan dalam Gambar 1.

2

Limbah
kegiatan
antropogenik di sekitar
Perairan Kronjo dan
Cituis

Logam berat terakumulasi
dalam tubuh biota Perairan
Kronjo dan Cituis, contohnya
ikan tenggiri (S. commersonii)

Perairan Kronjo dan
Cituis tercemar logam
berat

Analisis kandungan logam
berat (Hg, Cd, Pb, dan Cu)
pada daging dan insang ikan
tenggiri

Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian analisis kandungan logam berat
pada ikan tenggiri (S.commersonii) di Perairan Pesisir Tangerang

Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini bertujuan menganalisis kandungan logam berat Hg, Cd, Pb,
dan Cu pada daging dan insang ikan tenggiri (Scomberomorus commersonii) di
perairan pesisir Tangerang. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
dasar mengenai kandungan logam berat Hg, Cd, Pb, dan Cu pada ikan tenggiri di
Perairan Pesisir Tangerang.

METODE PENELITIAN
Waktu dan Lokasi Penelitian
Waktu pengambilan contoh ikan tenggiri dilaksanakan pada bulan April,
Juni dan Agustus 2013. Lokasi penelitian ini dilakukan di Perairan Pesisir Kronjo
dan Cituis, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Jawa Barat. Perairan Kronjo
terletak pada 5°57'55.25" LS-6° 1' 33.74" LS dan 106° 24' 30.81" BT-106° 30'
29.01" BT dan Perairan Cituis terletak pada 5° 58' 3.16" LS- 6° 1' 17.60" LS dan
106° 31' 40.36" BT-106° 37' 57.89" BT. Lokasi penelitian ditunjukkan pada
Gambar 2.

3

A

B

Gambar 2 Peta lokasi penelitian di Perairan Pesisir Kabupaten Tangerang,
Banten (A: Kronjo, B: Cituis)

Pembedahan dan pengambilan daging dan insang ikan tenggiri dilakukan di
Laboratorium Biologi Mikro I, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB.
Preparasi dan analisis logam berat pada contoh ikan tenggiri dilakukan di
Laboratorium Pengujian Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas
Teknologi Pertanian IPB.

Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan berasal dari hasil analisis kandungan logam berat
contoh ikan tenggiri yang diambil pada penelitian ini. Sebagai tambahan,
ditampilkan juga data hasil penelitian kandungan logam berat di air dari Perairan
Kronjo dan Cituis.

Pengambilan contoh
Pengambilan contoh ikan tenggiri dilakukan di beberapa titik lokasi Kronjo
dan Cituis. Alat Global Positioning System (GPS) digunakan untuk membantu
menentukan titik-titik pengambilan contoh. Pengambilan contoh bersifat komposit
dengan mengambil ikan tenggiri yang memiliki ukuran panjang yang berdekatan.
Pengambilan contoh ikan tenggiri menggunakan alat tangkap trawl dengan
bantuan perahu nelayan, masing-masing sebanyak lima tarikan trawl di dua lokasi
penelitian. Ikan tenggiri hasil tangkapan dimasukkan ke dalam plastik klip dan
diletakkan dalam coolbox yang berisi es yang dikelompokkan berdasarkan lokasi.

4

Preparasi contoh
Contoh ikan diukur panjangnya dengan penggaris dengan ketelitian 1 mm
untuk mendapatkan ukuran panjang yang berdekatan. Bagian daging dan insang
diambil dari contoh ikan dengan melakukan pembedahan dengan alat bedah yang
steril dan ditimbang menggunakan timbangan Nagako. Masing-masing bagian
diambil sebanyak ±10 g berat basah dan dikelompokkan berdasarkan lokasi
pengambilan contoh serta diberi label nama. Preparasi contoh ikan dilakukan
sesuai dengan metode Nitric Acid-Perchloric Acid Digestion (Rice et al. 2012).
Analisis contoh
Kandungan logam berat Cd, Pb, dan Cu contoh daging dan insang ikan
tenggiri
dianalisis
menggunakan
alat
AAS
(Atomic
Absorption
Spectrophotometry) dengan metode Direct Air-Acetylene Flame.
Panjang
gelombang yang digunakan pada AAS untuk mendeteksi kandungan logam berat
Cd, Pb, dan Cu adalah 228.8 nm, 283.3 nm, dan 324.7 nm, sedangkan untuk Hg
digunakan panjang gelombang 253.7 nm dengan metode Cold Vapor-Atomic
Absorption Spectrometric (Rice et al. 2012).
Data kandungan logam berat (mg/kg) yang didapatkan kemudian dianalisis
dengan menggunakan analisis deskriptif, analisis statistik, dan digunakan sebagai
data masukan estimasi asupan kandungan logam berat pada manusia.

Analisis Data
Analisis statistik
Analisis statistik yang digunakan adalah uji Mann-Whitney. Uji ini
digunakan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan respon dari dua populasi
data yang saling independen (Sulistyono 2013). Uji Mann-Whitney digunakan
untuk data statistik yang termasuk statistik non-parametrik. Ciri utama uji ini
bergantung pada nilai median yang diperoleh.
Analisis deskriptif
Analisis deskriptif dilakukan dengan cara membandingkan kandungan
logam berat rata-rata pada contoh daging ikan tenggiri terhadap baku mutu. Baku
mutu yang digunakan dalam penelitian ini merujuk kepada Badan Pengawasan
Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM). Nilai baku mutu ditunjukkan
pada Tabel 1.
Tabel 1 Nilai baku mutu logam berat BPOM

a

No.

Parameter

Satuan

Baku mutu

1
2
3
4

Tembaga (Cu)
Timbal (Pb)
Kadmium (Cd)
Merkuri (Hg)

mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg

0.1-150
0.4
0.5
1

Sumber: Keputusan Dirjen POM No. 03725/B/SK/VII/1989 (logam Cu); Peraturan Kepala
BPOM No HK.00.06.1.52.4011 tahun 2009 (logam Pb, Cd, Hg)

5

Estimasi asupan logam berat pada manusia
Salah satu jalur logam berat masuk ke dalam manusia adalah melalui
makanan. Banyaknya logam berat yang masuk tiap hari atau Estimated Daily
Intake (EDI) dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut (Onsanit et al.
2010; Fathi et al. 2013):
EDI (Estimated Daily Intake) = Cfish x [dCfish / BW]
Keterangan:
EDI = Nilai estimasi logam berat yang masuk tiap hari (µg/kg.bw/hari)
Cfish = Rata-rata kandungan logam berat di daging ikan (µg/g.ww)
dCfish = Konsumsi harian ikan (g.ww/hari/kapita)
BW = Body Weight, rata-rata berat badan manusia pada populasi target
(kg.bw/kapita)

Nilai estimasi logam berat yang masuk tiap minggu atau Estimated Weekly
Intake (EWI) dihitung menggunakan rumus sebagai berikut.
EWI (Estimated Weekly Intake) = Cfish x [dCfish / BW]
Keterangan:
EWI = Nilai estimasi logam berat yang masuk tiap minggu
(µg/kg.bw/minggu)
Cfish = Rata-rata kandungan logam berat di daging ikan (µg/g.ww)
dCfish = Konsumsi mingguan ikan (g.ww/minggu/kapita)
BW = Body Weight, rata-rata berat badan manusia pada populasi target
(kg.bw/kapita)

Beberapa variabel perhitungan yang digunakan merujuk pada data yang
dikeluarkan beberapa instansi pemerintah Indonesia. Menurut Ditjen P2HP
(2014), konsumsi ikan (dCfish) oleh masyarakat Indonesia, yaitu sebesar 35.14
kg/kapita/tahun atau setara dengan konsumsi harian ikan, yaitu sebesar 96.2740
g/hari/kapita atau setara dengan konsumsi mingguan ikan 673.9178
g/minggu/kapita. Menurut data Kemenkes RI (2010), didapatkan data yang
menunjukkan bahwa rata-rata masyarakat Indonesia memiliki bobot 50 kg (bw).
Tabel 2 Batas asupan logam berat JECFA
No.
Parameter
Satuan
1
2
3
4
a

Tembaga (Cu)
Timbal (Pb)
Kadmium (Cd)
Merkuri (Hg)

mg/kg bw/hari (PMTDI)
µg/kg bw /minggu (PTWI)
µg/kg bw /bulan (PTMI)
µg/kg bw /minggu (PTWI)

Nilai
0.05-0.5
25
25
4

Sumber: JECFA (1982) in Codex Alimentarius Commission (2011) (logam Cu); JECFA (2010) in
Codex Alimentarius Commission (2011) (logam Pb, Cd, Hg)

6

Nilai EDI atau EWI masing-masing logam berat dibandingkan dengan
batas aman asupan logam berat yang telah ditetapkan oleh JECFA (The Joint
FAO/WHO Expert Committee on Food Additives) (Tabel 2), yaitu Provisional
Maximum Tolerable Daily Intake (PMTDI) atau Provisional Tolerable Weekly
Intake (PTWI). Potensi keracunan logam berat meningkat ketika nilai EDI
melebihi PMTDI atau nilai EWI melebihi PTWI.
PMTDI (Provisional Maximum Tolerable Daily Intake) merupakan batas
maksimum toleransi masukan logam berat harian, khususnya logam berat yang
memiliki sifat non-kumulatif, contohnya Cu. PTWI (Provisional Tolerable
Weekly Intake) merupakan batas toleransi masukan logam mingguan pada tubuh
manusia, khususnya logam berat yang bersifat kumulatif, contohnya Hg dan Pb.
PTMI (Provisional Tolerable Monthly Intake) merupakan batas toleransi masukan
logam bulanan, khususnya logam berat yang memiliki sifat kumulatif dan
memiliki waktu paruh yang sangat lama dalam tubuh manusia, contohnya Cd.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Keragaan contoh ikan tenggiri
Panjang dan bobot ikan tenggiri diukur pada penelitian ini. Panjang dan
bobot ikan tenggiri yang telah diukur kemudian dikelompokkan berdasarkan
lokasi dan disajikan dalam Tabel 3.
Tabel 3 Kisaran panjang dan bobot hasil tangkapan ikan tenggiri dari Perairan
Kronjo dan Cituis
Lokasi
Jumlah contoh
Panjang (cm)
Bobot (gram)
(ekor)
Rata-rata±SD
Rata-rata ±SD
Kronjo
Cituis

56
48

23.6±2.54
23.4±3.33

87.1±34.70
82.8±30.93

Tabel 3 menunjukkan bahwa hasil tangkapan ikan tenggiri di Perairan
Kronjo dan Cituis berada dalam rentang ukuran panjang yang berdekatan. Ukuran
panjang dan bobot yang didapat pada Perairan Kronjo lebih besar daripada Cituis,
yaitu 23.6±2.54 cm dan 87.1±34.70 g.

Kandungan logam berat pada ikan tenggiri
Hg (merkuri)
Analisis kandungan logam berat Hg dilakukan pada bagian daging dan
insang ikan tenggiri. Hasil analisis kandungan logam berat Hg yang didapat dari
pengambilan contoh sebanyak tiga kali ditunjukkan pada Gambar 3.

7

Gambar 3 Kandungan logam berat Hg pada daging dan insang ikan tenggiri
di Perairan Kronjo dan Cituis, Kabupaten Tangerang
Berdasarkan Gambar 3, kandungan logam berat Hg tertinggi berasal dari
insang dan daging ikan tenggiri yang diambil dari Perairan Cituis pada bulan
Agustus, yaitu sebesar 5.7 mg/kg dan 0.282 mg/kg. Kandungan logam berat Hg
pada daging dan insang ikan tenggiri dari Perairan Kronjo berada di bawah batas
deteksi alat AAS, yaitu sebesar 0.001 mg/kg, namun diasumsikan bahwa
kandungan logam berat Hg yang ditemukan di perairan tersebut sebesar 0.001
mg/kg.
Cd (kadmium)
Analisis kandungan logam berat Cd dilakukan pada bagian daging dan
insang ikan tenggiri. Hasil analisis kandungan logam berat Cd yang didapat dari
pengambilan contoh sebanyak tiga kali ditunjukkan pada Gambar 4.
Kandungan logam berat Cd pada daging dan insang berada di bawah batas
deteksi alat AAS, yaitu sebesar 0.005 mg/kg, namun diasumsikan bahwa
kandungan logam berat Cd yang ditemukan di lokasi tersebut sebesar 0.005
mg/kg. Nilai ini berlaku pada ikan tenggiri dari Perairan Kronjo dan Cituis.

Gambar 4 Kandungan logam berat Cd pada daging dan insang ikan tenggiri
di Perairan Kronjo dan Cituis, Kabupaten Tangerang

8

Pb (timbal)
Analisis kandungan logam berat Pb dilakukan pada bagian daging dan
insang ikan tenggiri. Hasil analisis kandungan logam berat Pb yang didapat dari
pengambilan contoh sebanyak tiga kali ditunjukkan pada Gambar 5.

Gambar 5 Kandungan logam berat Pb pada daging dan insang ikan tenggiri
di Perairan Kronjo dan Cituis, Kabupaten Tangerang
Kandungan logam berat Pb tertinggi berasal dari daging ikan tenggiri
Perairan Cituis yang diambil pada bulan April, yaitu sebesar 45.52 mg/kg.
Kandungan logam berat Pb tertinggi pada insang berasal dari ikan tenggiri
Perairan Cituis yang diambil pada bulan Agustus, yaitu sebesar 6.45 mg/kg.
Cu (tembaga)
Analisis kandungan logam berat Cu dilakukan pada bagian daging dan
insang ikan tenggiri. Hasil analisis kandungan logam berat Cu yang didapat dari
pengambilan contoh sebanyak tiga kali ditunjukkan pada Gambar 6. Kandungan
logam berat Cu tertinggi berasal dari insang ikan tenggiri Perairan Kronjo, yaitu
sebesar 2.86 mg/kg. Kandungan logam berat Cu tertinggi pada daging, yaitu
sebesar 0.541 mg/kg yang terdapat pada ikan tenggiri dari Perairan Cituis.

Gambar 6 Kandungan logam berat Cu pada daging dan insang ikan tenggiri
di Perairan Kronjo dan Cituis, Kabupaten Tangerang

9

Hasil analisis kandungan logam berat pada penelitian ini dibandingkan
dengan literatur lain untuk melihat kisaran kandungan logam berat pada ikan
tenggiri di beberapa negara. Perbandingan kandungan logam berat pada daging
disajikan pada Tabel 4 dan perbandingan kandungan logam berat pada insang
disajikan pada Tabel 5.
Logam berat yang masuk pada tubuh ikan dapat berasal dari logam berat
yang terdapat pada air dan sedimen. Namun, ikan tenggiri pada penelitian ini
merupakan ikan yang hidup di dekat permukaan air sehingga media air lebih
mempengaruhi kandungan logam berat yang ada di dalam tubuhnya dibandingkan
dengan sedimen yang berada di dasar perairan. Kandungan logam berat pada air
dan ikan tenggiri pada bulan April 2013 dan Agustus 2013 disajikan pada Tabel 6.

Tabel 4 Kandungan logam berat pada daging ikan tenggiri di beberapa negara
Kandungan logam rata-rata (µg/g)
Malaysia,
Logam Penelitian Indonesia, Kamboja, Malaysia,
ini
(µg/g)
Inswiasri
Agusa
et
Irwandi
Alina
et al.
berat
et al.
al.
and Farida
(2012)
(1997)
(2007)
(2009)
Hg
0.1007
-0.07
-2.2 dan 2
Cd
0.005
0.08
0.003
0.2
1.4 dan 0.89
Pb
7.8387
0.61
0.002
0.9
0.04 dan 0.01
Cu
0.3227
0.21
1.33
12.6
-Tabel 4 menunjukkan bahwa kandungan rata-rata logam berat Pb pada
daging ikan tenggiri pada penelitian ini lebih besar dari hasil penelitian lainnya.
Kandungan logam berat Cd lebih rendah jika dibandingkan dengan literatur
lainnya, kecuali Agusa et al. (2007).

Tabel 5 Kandungan logam berat pada insang ikan tenggiri di beberapa negara
Logam
berat
Hg
Cd
Pb
Cu

Penelitian ini
(µg/g)
1.9001
0.005
2.0844
1.063

Kandungan rata-rata (µg/g)
Mesir, Khaled
Iran, Sobhanardakani et
(2004)
al. (2011)
-0.037
0.91
-3.27
0.082
2.49
--

Tabel 5 menunjukkan bahwa kandungan rata-rata logam berat Cd, Pb, dan
Cu pada penelitian ini lebih rendah dari Khaled (2004). Namun, kandungan ratarata logam berat Hg dan Pb pada penelitian ini lebih tinggi dari Sobhanardakani et
al. (2011).

10

Tabel 6 Hasil analisis kandungan logam berat pada ikan tenggiri dan air
Kronjo
Cituis
Logam
Daging
Insang
Air
Daging
Insang
Air
berat
(mg/kg) (mg/kg) (mg/L)
(mg/kg)
(mg/kg)
(mg/L)
0.001
0.001
Hg
0.001
0.001
--0.282
5.7
Cd
0.005
0.005
0.001
0.005
0.005
0.001
0.013
0.325
0.005- 1.290
4.22
0.010Pb
0.149
1.450
0.012
45.52
6.45
0.014
0.292
0.404
0.002- 0.278
0.554
0.002Cu
0.523
2.860
0.005
0.541
1.38
0.007
Kandungan logam berat tertinggi pada air di Perairan Kronjo dan Cituis
adalah logam berat Pb, yaitu sebesar 0.012 mg/L dan 0.014 mg/L. Kandungan
logam berat Cd untuk daging dan insang berada di bawah batas deteksi alat AAS,
yaitu sebesar 0.005 mg/kg, sedangkan kandungan Cd dalam air juga berada di
bawah batas deteksi alat AAS, yaitu sebesar 0.001 mg/L. Namun, nilai tersebut
diasumsikan sebagai nilai kandungan logam Cd yang terdeteksi.

Pembahasan
Ikan tenggiri merupakan ikan predator yang umumnya hidup di perairan
pesisir yang memiliki bagian yang lebih hangat, seperti Samudera Indo-Pasifik
Barat. Penyebaran ikan tenggiri meluas ke arah timur hingga Filipina, ke utara
hingga Jepang, selatan hingga ke Kaledonia Baru, dan selatan hingga ke pesisir
Australia. Ikan tenggiri umumnya hidup di daerah yang memiliki kedalaman
antara 15 dan 200 m (Collette 2001). Contoh ikan tenggiri yang diambil memiliki
panjang 19-28.7 cm (Lampiran 1), sehingga dapat digolongkan ke dalam fase
juvenil. Hal ini merujuk pada penelitian yang dilakukan oleh Newman et al.
(2012) bahwa ikan tenggiri yang memiliki panjang 5.8-78.1 cm berada pada fase
juvenil. Salah satu dari sifat ikan pelagis besar ini adalah saat fase larva suka
bergerombol dengan kelompok-kelompok spesies masing-masing, sedangkan saat
dewasa hidup soliter (Grandcourt et al. 2005).
Ikan tenggiri yang ditangkap selama penelitian ini, yaitu pada Perairan
Kronjo dan Cituis dianalisis menggunakan AAS (Atomic Absorption
Spectrophotometry) untuk mengetahui kandungan logam berat Hg, Cd, Pb, dan
Cu. Analisis keempat logam berat dilakukan pada insang dan daging ikan tenggiri
(Lampiran 2).
Analisis kandungan logam berat dilakukan pada insang karena insang
merupakan jalur penting masuknya logam berat ke dalam tubuh ikan sehingga
dapat digunakan untuk mengkaji kandungan logam (Catsiki and Strogyloudi
1999). Keempat logam tersebut dapat masuk ke dalam insang karena lebih reaktif
terhadap ikatan sulfur dan nitrogen logam berat sehingga mampu menggantikan
logam yang keterlibatannya menyangkut proses fisiologis, seperti Na (Natrium),
K (Kalium), Ca (Kalsium), dan Mg (Magnesium), kemudian merusak kemampuan
detoksikasi sel-sel insang (Darmono 1995).

11

Analisis kandungan logam berat pada daging dapat digunakan untuk
menyelidiki transfer logam berat yang masuk ke tubuh manusia melalui konsumsi
ikan (Fathi et al. 2013). Logam berat yang terdapat di daging ikan kemungkinan
berhubungan dengan kebiasaan makan dan pola distribusi ikan (Law and Singh
1991). Saat fase juvenil ikan tenggiri termasuk piscivorous (Adams and Robert
2007), contoh makanannya yaitu ikan-ikan kecil (tembang, teri) (Collette 2001).
Ikan tenggiri diperkirakan sebagai spesies highly migratory dan ada juga yang
hidup menetap (Donati and Buckworth 2006).
Secara alami logam berat masuk ke dalam tubuh ikan melalui ingesti bahan
partikulat yang terlarut dalam air, ingesti makanan, perpindahan ion logam terlarut
yang melewati membran lipofilik (insang), dan melalui adsorbsi pada jaringan
serta permukaan membran (Squadrone et al. 2013). Oleh sebab itu, logam berat
yang masuk dapat terakumulasi dalam tubuh ikan, contohnya pada daging dan
insang.
Hasil analisis AAS menunjukkan bahwa kandungan logam Hg, Pb, dan Cu
pada daging dan insang ikan tenggiri bervariasi, sedangkan logam Cd nilainya di
bawah deteksi alat AAS, yaitu sebesar 0.05 mg/kg (diasumsikan kandungan
logam Cd sebesar 0.05 mg/kg) baik pada daging maupun insang ikan tenggiri
yang berasal dari Perairan Kronjo dan Cituis. Secara keseluruhan, kandungan
logam berat tertinggi berasal dari ikan tenggiri dari Perairan Cituis.
Kandungan logam Hg tertinggi terdapat pada insang ikan tenggiri yang
berasal dari Perairan Cituis, yaitu sebesar 5.7 mg/kg (Gambar 3). Hal ini dapat
dikarenakan adanya akumulasi logam tersebut yang berasal dari sumber pencemar
yang masuk ke dalam Perairan Cituis. Sumber pencemar logam Hg antara lain
berasal dari industri khlor alkali, alat-alat listrik, cat, obat-obatan, bio-sida
(fungisida, herbisida, insektisida), dan kertas (Hutagalung 1984). Pada umumnya,
ikan predator memiliki kecenderungan mengakumulasi logam berat Hg yang
tinggi (De Pinho et al. 2002), namun akumulasi Hg juga bergantung pada panjang
rantai makanan ikan tersebut (Lucźynska and Brucka-Jastrzębska 2006).
Menurut hasil analisis statistik, didapatkan besaran nilai median kandungan
logam Hg (0.001 mg/kg) yang sama antara daging dan insang ikan tenggiri
(Lampiran 4) serta tidak ada perbedaan signifikan antara kandungan logam Hg
pada daging dan insang ikan tenggiri (p>0.05) (Lampiran 3). Jika dianalisis
berdasarkan perbedaan lokasi, nilai median ikan tenggiri yang mengandung logam
Hg besarnya sama (0.001 mg/kg) (Lampiran 4) dan tidak ada perbedaan signifikan
untuk kandungan logam Hg pada ikan tenggiri yang diambil dari Perairan Kronjo
dan Cituis (Lampiran 3).
Kandungan logam berat Cd yang berada di bawah deteksi AAS (Gambar 4)
erat kaitannya dengan sumber pencemar Cd. Sumber pencemar Cd adalah
electroplating, pigment (bahan cat warna) dalam bentuk sulfida, campuran logam
(sebagai pelapis logam Zn), baterai, penahan panas dalam alat-alat pabrik dan
industri PVC (Polyvinyl Chloride) (Darmono 1995; Hutagalung 1984). Selain
berdasarkan sumber pencemar, kandungan logam Cd yang berada di bawah nilai
AAS berkaitan dengan adanya variasi yang besar antara ikan air laut dan ikan air
tawar. Ikan air laut lebih tahan terhadap efek beracun Cd (Squadrone et al. 2013).
Squadrone et al. (2013) juga menyebutkan bahwa kandungan Cd terbesar di
ginjal, sehingga dapat memperkuat alasan rendahnya kandungan logam Cd dalam
insang dan daging ikan tenggiri.

12

Kandungan logam Pb tertinggi terdapat pada daging ikan tenggiri yang
berasal dari Perairan Cituis, yaitu sebesar 45.52 mg/kg (Gambar 5). Kandungan
logam Pb yang ditemukan pada Perairan Kronjo dan Cituis memiliki variasi yang
cukup tinggi. Variasi kandungan logam berat Pb dapat dipengaruhi oleh sumber
pencemar Pb di sekitar Perairan Kronjo dan Cituis. Sumber pencemar Pb dapat
berasal dari pembuangan sisa bahan bakar kapal yang mengandung tetra ethyl
lead, baterai, pigment, “cable covering”, cat, dan bahan peledak (Hutagalung
1984). Selain berdasarkan sumber pencemar, ditemukannya logam Pb pada
insang dapat dikarenakan adanya adsorbsi Pb organik/Pb partikulat oleh insang
ikan. Saat insang merespirasikan CO2, pH di insang menjadi rendah sehingga
dapat membuat Pb menjadi bentuk terlarut dan membuat logam Pb dapat berdifusi
ke dalam insang (Squadrone et al. 2013).
Berdasarkan analisis statistik, nilai median logam Pb pada insang ikan
tenggiri lebih besar daripada daging (insang memiliki nilai sebesar 0.89 mg/kg,
sedangkan daging memiliki nilai sebesar 0.09 mg/kg) (Lampiran 4). Meskipun
demikian, tidak ada perbedaan signifikan antara kandungan logam Pb dalam
daging dan insang ikan tenggiri (p>0.05) (Lampiran 3). Jika dilihat berdasarkan
perbedaan lokasi, nilai median antara logam Pb pada ikan tenggiri yang berasal
dari Cituis lebih besar daripada Kronjo (ikan tenggiri Cituis memiliki nilai sebesar
2.75 mg/kg, sedangkan ikan tenggiri Kronjo memiliki nilai sebesar 0.09 mg/kg)
(Lampiran 4). Namun, tidak ada perbedaan yang signifikan antara kandungan
logam Pb di Kronjo dan Cituis (p>0.05) (Lampiran 3).
Kandungan logam Cu tertinggi terdapat pada insang ikan tenggiri yang
berasal dari Perairan Kronjo, yaitu sebesar 2.86 mg/kg (Gambar 6). Kandungan
logam Cu yang ditemukan memiliki variasi yang rendah, baik pada daging
maupun insang ikan tenggiri dari Perairan Kronjo dan Cituis. Hal ini dikarenakan
ikan dapat meregulasi logam essensial, contohnya Cu, sehingga kandungannya
dalam jaringan cenderung tetap. Meskipun demikian, mekanisme regulasi dalam
tubuh ikan masih belum jelas (Darmono 1995). Kandungan logam Cu yang
ditemukan juga dapat berasal dari sumber pencemar yang masuk ke dalam
perairan. Sumber pencemar Cu, seperti alat-alat listrik, campuran logam, katalis,
algisida, pengawet kayu”, cat “anti-fouling paint” (Hutagalung 1984).
Berdasarkan analisis statistik, nilai median logam Cu pada insang lebih
besar daripada daging (insang memiliki nilai median sebesar 0.773 mg/kg,
sedangkan daging memiliki nilai median sebesar 0.292 mg/kg) (Lampiran 4).
Meskipun demikian, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kandungan
logam Cu dalam daging dan kandungan logam Cu dalam insang (p>0.05)
(Lampiran 3). Jika dilihat berdasarkan perbedaan lokasi, nilai median antara
logam Cu pada ikan tenggiri yang berasal dari Kronjo lebih besar daripada Cituis
(ikan tenggiri Kronjo memiliki nilai sebesar 0.464 mg/kg, sedangkan ikan tenggiri
Cituis memiliki nilai sebesar 0.410 mg/kg) (Lampiran 4), tapi tidak ada perbedaan
kandungan Cu yang signifikan antara lokasi Kronjo dan Cituis (p>0.05)
(Lampiran 3).
Bervariasinya hasil analisis kandungan logam berat dalam tubuh ikan
tenggiri terutama berhubungan dengan sumber pencemar yang masuk ke daerah
Pesisir Tangerang, khususnya dari kegiatan industri. Walaupun logam berat bisa
secara alamiah terdapat di perairan, akan tetapi limbah industri lebih bepotensi
mencemari pesisir karena mengandung banyak logam berat yang dihasilkan dari

13

kegiatan industri dan terbawa oleh udara/sungai hingga masuk ke daerah pesisir.
Limbah yang berasal dari kegiatan industri tersebut selain mempengaruhi
kandungan logam berat dalam tubuh ikan tenggiri, juga mempengaruhi kandungan
logam berat di perairan.
Berdasarkan hasil yang ditunjukkan pada Tabel 6, diketahui bahwa
kandungan logam dalam tubuh ikan tenggiri erat kaitannya dengan konsentrasi
logam dalam air, tapi tidak selamanya konsentrasi logam dalam tubuh ikan
mencerminkan kandungan logam dalam air. Hal ini dikarenakan kandungan
logam dalam tubuh organisme akuatik memiliki sifat bioakumulatif, sedangkan
kandungan logam berat di perairan bersifat dinamis, tergantung pada lingkungan
dan iklim (Darmono 1995).
Perbandingan hasil analisis rata-rata logam berat dengan baku mutu
BPOM dan perbandingan nilai baku mutu PMTDI dan PTWI yang ditetapkan
oleh JECFA dengan nilai estimasi logam berat yang masuk tiap hari (EDI) dan
nilai estimasi logam berat yang masuk tiap minggu (EWI), dilakukan untuk
meminimalisir dampak bahaya logam berat yang dapat masuk ke dalam tubuh
manusia. Berdasarkan hasil perhitungan, dapat diketahui bahwa logam berat Pb
berpotensi membahayakan manusia karena hasil analisis rata-rata logam berat
melebihi baku mutu BPOM dan nilai EWI melebihi baku mutu PTWI yang
ditetapkan oleh JECFA, sehingga mengindikasikan adanya pencemaran logam
berat Pb (Lampiran 5 dan 6).
Hasil penelitian ini mengindikasikan telah terjadi pencemaran logam Pb.
Tingginya logam Pb pada tubuh manusia dapat menyebabkan gangguan
neurologi, gangguan terhadap fungsi ginjal, sistem reproduksi, sistem hemapoetik,
sistem syaraf, dan saluran metabolik dalam tubuh (Sudarmaji 2006). Namun,
perlu diketahui juga bahwa logam berat, seperti Hg, Cu, dan Cd dapat berdampak
buruk bagi manusia jika masuk dalam jumlah yang berlebih melalui makanan.
Efek Hg terhadap kesehatan manusia, seperti dapat menghambat jalan darah ke
otak, merusak fungsi ginjal dan hati, mengganggu proses metabolisme dari sistem
syaraf, dan jika bersifat akut maka dapat menyebabkan disfungsional pada organ
lainnya (Sudarmaji 2006). Cu dalam jumlah berlebihan dapat menyebabkan
penghambatan sistem kerja pada enzim dan fungsi protein, dapat menghalangi
proses transportasi antarsel dan kerusakan oksidatif pada tubuh, dan dapat
menggantikan posisi ion-ion logam essensial yang terdapat dalam molekul tubuh,
misalnya menggantikan ion Mg (Riani 2012). Logam Cd dapat menyebabkan
gangguan fungsi ginjal dan paru-paru, meningkatkan tekanan darah, dan
mengakibatkan kemandulan pada pria dewasa (Effendi 2003).

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Ikan tenggiri pada Perairan Kronjo dan Cituis, Kabupaten Tangerang
mengandung logam berat, seperti Hg, Pb, Cu, dan Cd. Kandungan logam berat
tertinggi pada daging dan insang ikan tenggiri adalah logam Pb. Urutan

14

kandungan logam berat pada daging dari yang terbesar hingga terkecil, yaitu Pb,
Cu, Hg, dan Cd, sedangkan pada insang kandungan logam berat dari yang terbesar
hingga terkecil, yaitu Pb, Hg, Cu dan Cd.

Saran
Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai kontribusi dan pemetaan
kegiatan antropogenik yang menjadi sumber pencemar logam berat di Perairan
Pesisir Tangerang dan penelitian mengenai transfer logam berat pada ikan tenggiri
dan biota akuatik lainnya di Perairan Pesisir Tangerang. Penelitian tersebut
diharapkan dapat memberikan masukan dalam kebijakan lingkungan demi
pengelolaan berkelanjutan.

DAFTAR PUSTAKA
Adams DH, and Robert HM Jr. 2007. Mercury in King Mackerel, Scomberomorus
cavalla and Spanish Mackerel, S. maculatus, from Waters of the SouthEastern USA: Regional and Historical Trends. Mar Freshwater Res. 58:187193.
Agusa T, Kunito T, Sudaryanto A, Monirith I, Kan-Atireklap S, Iwata H, Ismail
A, Sanguansin J, Muchtar M, Tana TS, Tanabe S. 2007. Exposure
assessment for trace elements from consumption of marine fish in Southeast
Asia. Envir Poll.145: 766-777.
Alina M, Azrina A, Yunus MAS, Zakiuddin MS, Izzuan MEH, Muhammad RR.
2012. Heavy metals (mercury, cadmium, plumbum) in selected marine fish
and shellfish along the Straits of Malacca. IFRJ. 19(1):135-140.
[BPOM] Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia.1989.
Keputusan
Direktur
Jenderal
Pengawasan
Obat
dan
MakananNo.0375/B/SK/VII/89 tentang Batas Maksimum Cemaran Logam
dalam Makanan. Jakarta (ID): BPOM.
[BPOM] Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2009.
Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan No.
HK.00.06.1.52.4011 tahun 2009 tentang Penetapan Batas Maksimum
Cemaran Mikroba dan Kimia Dalam Makanan. Jakarta (ID): BPOM.
Catsiki AV, Strogyloudi E. 1999. Survey of metal levels in common fish species
from Greek water. Sci. Total Envir. 237-238: 387-400.
Codex Alimentarius Commission. 2011. Joint FAO/WHO Food Standards
Programme: Codex Committee on Contaminants in Foods, 5th Session. The
Hague (NL): JECFA.
Collette BB. 2001. Scombridae. Tunas (also albacore, bonitos, mackerels,
seerfishes, and wahoo). In: Carpenter KE, Niem V.(Eds.), FAO Species
Identification Guide for Fishery Purposes. The Living Marine Resources of
the Western Central Pacific, vol.6. Bony Fishes Part 4 (Labridae to
Latimeriidae). Rome (IT): FAO.

15

Darmono. 1995. Logam dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. Jakarta (ID): UI
Pr.
De Pinho AP, Guimaraes JRD, Martins AS, Costa PAS, Olavo G, Valentin J.
2002. Total mercury in muscle tissue offive shark species from Brazilian
offshore waters: Effects of feeding habit, sex and length. Envir Res. 89: 250258.
[Ditjen P2HP] Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan
(ID). 2014. Statistik Konsumsi Ikan [Internet]. Jakarta (ID): [diunduh 2014
Maret 12]. Tersedia pada: http:// www. p2hp.kkp.go.id.
Donati AC, Buckworth RC. 2006. Spanish Mackerel (Scomberomorus
commerson). Australia (AU): Northern Territory Government. Fishnote 40,
4 p.
Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air: bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Yogyakarta (ID): Kanisius.
Fathi HB, Othman MS, Mazlan G, Arshad A, Amin SMN, Simon KD. 2013.
Trace metals in muscle, liver and gill tissues of marine fishes from mersing,
eastern coast of Peninsular Malaysia: concentration and assessment of
human health risk. AJAVA. 8(2):227-236. doi: 10.3923/ajava.2013.227.236.
Grandcourt EM, Al Abdessalaam TZ, Francis F, Al Shamsi AT. 2005. Preliminary assessment of biology and fishery for the narrow-barred Spanish
mackerel, Scomberomorus commerson (Lacépède, 1800) in the southern
Persian Gulf. Fish Res. 76: 277–290.
Hutagalung HP.1984. Logam berat dalam lingkungan laut. Oseana. 9(1):11-20.
Irwandi J, Farida O. 2009. Mineral and heavy metal contents of marine fin fish in
Langkawi island, Malaysia. IFRJ. 16: 105-112.
Inswiasri A, Tugaswati T, Lubis A. 1997. Kadar logam Cu, Pb, Cd, dan Cr dalam
ikan segar dan kerang dari Teluk Jakarta tahun 1995/1996. Bul Penelit Kes
25 (1):19-26.
[Kadin] Kamar Dagang dan Industri (ID). 2012. Kabupaten Tangerang [Internet].
Tangerang (ID): Disperindag Kabupaten Tangerang. [diunduh 2013 Juni
30].
Tersedia
pada:
http://image.banten.kadinprovinsi.or.id_images_file_kadinprovinsi2012111
4110047.pdf.
[Kemenkes RI] Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (ID). 2010. Filariasis
di Indonesia. Bul Jend Epidem I.
Khaled A. 2004. Heavy metals concentrations in certain tissues of five
commercially important fishes from El-Mex Bay, Alexandria, Egypt.
Law AT, Singh A. 1991. Relationships between heavy metal content and body
weight of fish from the Kelang estuary, Malaysia. Mar Pol Bull. 22:86-89.
Lucźynska J, Brucka-Jastrzębska E. 2006. Determination of heavy metals in the
muscles of some fish species from lakes in North- Eastern Poland. Pol.J.
Food Nutr.Sci. 15:141-146.
Newman SJ, Mackie MC, Lewis PD. 2012. Age-based demography and relative
fisheries productivity of Spanish mackerel, Scomberomorus commerson
(Lacepede) in Western Australia. Fish Res. 129-130: 46-60.
Onsanit S, Ke C, Wang X, Wang KJ, Wang WX. 2010. Trace elements in two
marine fish cultured in fish cages in Fujian province, China. Envir Poll. 158:
1334-1342.

16

Riani E. 2012. Perubahan Iklim dan Kehidupan Biota Akuatik :dampak pada
bioakumulasi bahan berbahaya dan beracun & reproduksi. Bogor (ID):
IPB Pr.
Rice EW, Baird RB, Eaton AD, Clesceri LS. 2012. Standard Method for The
Examination of Water and Wastewater. Ed ke-22. New York (US): APHA.
Sobhanardakani S, Tayebi L, Farmany A. 2011. Toxic metal (Pb, Hg and As)
contamination of muscle, gill and liver tissues of Otolithes rubber, Pampus
argenteus, Parastromateus niger, Scomberomorus commerson and
Onchorynchus mykiss. WASJ. 14 (10): 1453-1456.
Sudarmaji, Mukono J, Corie IP. 2006. Toksikologi logam berat B3 dan
dampaknya terhadap kesehatan. Kes Ling. 2: 129-142.
Sulistyono AD. 2013. Silabus Statistika Non-Parametrik [Internet]. [diunduh 2014
12 Maret]. Tersedia pada : http:// www.scribd.com.
Squadrone S, Prearo M, Brizio P, Gavielli S, Pellegrino M, Scanzio T, Guarise S,
Benedetto, Abete MC. 2013. Heavy metals distribution in muscle, liver,
kidney and gill of European catfish (Silurus glanis) from Italian Rivers.
Chemosphere. 90: 358-365.
Wiharyo T. 2013 Juni 4. 5 Sungai Tangerang Tercemar, 32 Pabrik Dihukum
[Internet]. Kompas. [diunduh 2013 30 Juni]. Tersedia pada : http://www.
kompas.com.

17

LAMPIRAN
Lampiran 1 Data panjang dan bobot ikan tenggiri
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21

Kronjo
Panjang (cm)
Bobot (gram)
19
48
19.5
49
20
55
20
57
20.5
62
21
67
21.5
83
22
69
22.5
58
24
75
26.5
113
21
63
21.5
68
21.5
67
22.5
79
23
85
23
87
24
90
24.5
93
25.5
94
26
100

Cituis
Panjang (cm)
Bobot (gram)
20.8
62
22.5
57
20
54
21.2
65
19.8
52
20
55
23.5
78
19.5
49
19.2
51
19
47
28.6
146
22.5
68
26.9
128
24.2
90
28.7
165
20.8
58
25
93
24
90
23
87
24.3
88
26
98

22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38

27.5
28.5
24.5
23
22.5
25.2
22.8
20.5
22.5
23.2
29
24.5
26
21.4
23
27
28

27
28
25
25
24
21
22
23.7
25.5
25.6
20
21
22.8
27
26
25.2
22

151
246
96
73
75
91
73
61
67
79
148
91
129
62
70
140
193

132
180
98
90
73
65
73
86
91
121
60
61
74
120
110
86
50

18

(Lanjutan Lampiran 1)
39 25
40 24.7
41 26
42 19.7
43 22.7
44 20.7
45 25.5
46 22
47 23
48 21.5
49 28.3

92
79
93
55
65
58
83
75
80
65
110

24
23
21
20
26
25
24
23.4
22.8
24
-

75
54
45
40
105
92
76
85
70
83
-

50
51
52
53
54
55
56

76
89
84
120
87
77
87

-

-

22
27
23.2
27.5
25
23.7
26

Lampiran 2 Hasil analisis kandungan logam berat pada ikan tenggiri
Logam berat

Kronjo
Daging
Insang

Cituis
Daging

Insang

-1

Kandungan logam berat (mg kg )

Pb
Waktu/bulan pengambilan contoh
April
0.013
1.45
Juni