Manajemen lanskap kawasan pusat pemerintahan Kabupaten Tangerang di Kota Tigaraksa

MANAJEMEN LANSKAP KAWASAN PUSAT
PEMERINTAHAN KABUPATEN TANGERANG DI KOTA
TIGARAKSA

ANGGIT LATIFAH SUKMASARI

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Manajemen Lanskap
Kawasan Pusat Pemerintahan Kabupaten Tangerang di Kota Tigaraksa adalah
benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
.
Bogor, Juli 2014
Anggit Latifah Sukmasari
NIM A44090018

ABSTRAK
ANGGIT LATIFAH SUKMASARI. Manajemen Lanskap Kawasan Pusat
Pemerintahan Kabupaten Tangerang di Kota Tigaraksa. Dibimbing oleh
NURHAYATI H S ARIFIN.
Kota Tigaraksa adalah kecamatan yang terletak di Kabupaten Tangerang. Pada
tahun 2000, Kota Tigaraksa diresmikan sebagai pusat pemerintahan. Kondisi
lanskap yang terpusat dan memiliki pemandangan bagus pada area pertamanannya
menjadikan Tigaraksa menarik untuk dijadikan objek magang di bidang arsitektur
lanskap, terutama terkait dengan ruang terbuka hijau dan lanskapnya yang
digunakan untuk pusat pemerintahan. Kegiatan magang dilaksanakan di Dinas
Kebersihan, Pertamanan, dan Pemakaman (DKPP) Kabupaten Tangerang selama
empat bulan. Tujuan dari kegiatan magang adalah untuk mendapatkan
pengalaman kerja di bidang arsitektur lanskap khususnya terhadap sistem

manajemen lanskap Kota Tigaraksa. Fokus kegiatan magang adalah ruang lingkup
kegiatan pemeliharaan pada area yang dikelola atau yang menjadi tanggung jawab
DKPP. Metode yang digunakan pada saat kegiatan magang adalah dengan
berpartisipasi aktif baik di kantor maupun di lapang. Melalui analisis SWOT
(strengths, weaknesses, opportunities, threats) terhadap kondisi taman dan sistem
manajemen eksisting, diusulkan 9 strategi. Strategi tersebut diharapkan dapat
membantu dan menjadi acuan dalam kegiatan pengelolaan di DKPP Kabupaten
Tangerang.
Kata kunci: kota tigaraksa, lanskap kota, manajemen lanskap, pusat pemerintahan

ABSTRACT
ANGGIT LATIFAH SUKMASARI. Landscape Management of Tigaraksa City
as The Government District of Tangerang Regency). Supervised by NURHAYATI
H S ARIFIN.
Tigaraksa City was designed as goverment district of Tangerang Regency. The
newly developed landscape of this district was interesting as internship object in
the field of Landscape Architecture. The internship activity was conducted in
Dinas Kebersihan, Pertamanan, dan Pemakaman (DKPP) - Office of Park and
Cemetery - Tangerang Regency for four months. The aim of internship were to
gain work experience in Landscape Architecture sector in particular to the

landscape management system of Tigaraksa city. The focus of the internship was
maintenance activity of area belong to DKPP’s responsibility. The method of the
internship was active participation both in the office and the field works. Through
the SWOT analysis (strengths, weaknesses, opportunities, threats) to the condition
of park and the existing management system, 9 strategies were proposed. These
strategies are expected to be reference of management activities in DKPP
Tangerang Regency.
Key words: central government, landscape management, landscape of city,
Tigaraksa City

MANAJEMEN LANSKAP KAWASAN PUSAT
PEMERINTAHAN KABUPATEN TANGERANG DI KOTA
TIGARAKSA

ANGGIT LATIFAH SUKMASARI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada

Departemen Arsitektur Lanskap

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Manajemen Lanskap Kawasan Pusat Pemerintahan Kabupaten
Tangerang di Kota Tigaraksa
Nama
: Anggit Latifah Sukmasari
NIM
: A44090018

Disetujui oleh

Dr Ir Nurhayati H S Arifin, MSc
Dosen Pembimbing


Diketahui oleh

Dr Ir Bambang Sulistiyantara, MAgr
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur marilah kita panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala
karena berkat rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi
berjudul “Manajemen Lanskap Kawasan Pusat Pemerintahan Kabupaten
Tangerang di Kota Tigaraksa”.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Nurhayati H S Arifin, MSc
selaku pembimbing skripsi dan Prof. Dr. Ir. Hadi Susilo Arifin, MS selaku
pembimbing akademis. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada
Dra. Elfida, MSi selaku Kepala Bidang Pertamanan dan para pegawai dari Dinas
Kebersihan, Pertamanan, dan Pemakaman Kabupaten Tangerang yang telah
memberikan bimbingan dan bantuan pada saat kegiatan magang dilakukan.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, dan teman-teman
Arsitektur Lanskap angkatan 46, atas segala doa dan kasih sayang, dan semangat

yang telah diberikan.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2014
Anggit Latifah Sukmasari

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN


1

Latar Belakang

1

Tujuan Magang

1

Manfaat Magang

2

Kerangka Pikir

2

Batasan Magang


3

TINJAUAN PUSTAKA

4

Pengelolaan Lanskap Kota

4

Lanskap Pusat Pemerintahan

5

METODOLOGI

6

Lokasi dan Waktu Magang


6

Metode Magang

6

HASIL DAN PEMBAHASAN

11

Konsep Tata Ruang

14

Sistem Pertamanan Kota

17

Aspek Pengelolaan Lanskap


19

Persepsi Pengunjung

30

Persepsi Masyarakat Terhadap Kota Tigaraksa

32

Evaluasi Pengelolaan

33

Analisis SWOT

36

Rekomendasi Rencana Pengelolaan


44

KESIMPULAN DAN SARAN

51

Kesimpulan

51

Saran

51

DAFTAR PUSTAKA

51

LAMPIRAN

53

RIWAYAT HIDUP

63

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26

Jenis, bentuk, dan sumber data
Contoh penilaian bobot strategis faktor internal
Contoh Matriks Internal Faktor Evaluation (IFE)
Contoh Matriks Internal-Eksternal
Matriks SWOT
Data iklim Kabupaten Tangerang
Pembagian kawasan Kota Tigaraksa
Jenis taman/ruang terbuka hijau yang dikelola DKPP
Jenis tanaman di kawasan pusat pemerintahan
Pembagian wilayah pemeliharaan
Jadwal pemeliharaan
Tenaga kerja pelaksana pemeliharaan lanskap
Kapasitas kerja tenaga kerja kawasan pusat pemerintahan
Peralatan pemeliharaan
Bahan yang digunakan untuk pemeliharaan
Tingkat kepentingan faktor internal
Penilaian bobot faktor strategis internal
Tingkat kepentingan faktor eksternal
Penilaian bobot faktor strategis eksternal
Matriks Internal Faktor Evaluation (IFE)
Matriks Eksternal Faktor Evaluation (EFE)
Matriks SWOT
Peringkat alternatif strategi pengelolaan
Rekomendasi kegiatan pemeliharaan
Perhitungan HOK selama 1 tahun
Anggaran biaya peralatan dan bahan pemeliharaan

7
9
9
10
10
12
14
17
18
21
21
27
28
29
29
38
39
39
39
40
40
41
43
45
46
48

DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pikir magang
2 Lokasi magang (Dinas Kebersihan, Pertamanan, dan Pemakaman
Kabupaten Tangerang)
3 Akses menuju Kota Tigaraksa
4 Jumlah penduduk Kabupaten Tangerang
5 Peta zonasi ruang
6 Peta kondisi eksisting kawasan pusat pemerintahan Kabupaten
Tangerang
7 a) Taman kota, (b) Hutan kota, (c) pocket park, (d) Green parking area,
(e) Jalur hijau jalan, (f) Taman perkantoran, (g) Gerbang pusat kota, (h)
welcome park
8 Struktur organisasi bidang reklame dan pertamanan
9 Peta zonasi pemeliharaan
10 Kegiatan penyapuan
11 Kegiatan penyiangan tanaman
12 Kegiatan pemangkasan rumput

3
6
12
14
15
16

18
20
22
23
24
24

13 Penyiraman menggunakan mobil tanki
14 Diagram persepsi pengunjung terhadap kondisi lanskap kawasan
pusat pemerintahan
15 Persepsi masyarakat terhadap kondisi lanskap Kota Tigaraksa
16 Matriks Internal-Eksternal (IE)
17 Rekomendasi struktur organisasi pemelihara lanskap Kota Tigaraksa

25
31
33
41
44

DAFTAR LAMPIRAN
1 Struktur organisasi Dinas Kebersihan, Pertamanan, dan Pemakaman
Kabupaten Tangerang
2 Standar pemeliharaan kawasan pusat pemerintahan
3 Kuisioner persepsi pengunjung tentang lanskap kawasan pusat
pemerintahan
4 Kuisioner persepsi masyarakat mengenai lanskap Kota Tigaraksa

53
54
59
61

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tigaraksa adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Tangerang, Provinsi
Banten yang merupakan pusat kegiatan pengelolaan dan pemerintahan Kabupaten
Tangerang. Keberadaannya berada di jantung kota sekaligus sebagai ikon
Kabupaten Tangerang. Kota ini berbatasan dengan DKI Jakarta, Bogor, dan Kota
Serang. Wilayahnya yang strategis menjadikan Kota Tigaraksa sebagai ibu kota
Kabupaten Tangerang dan pusat pemerintahan secara resmi pada awal tahun 2000.
Wilayah Tigaraksa yang luas dan masih tergolong kota baru menjadikan
wilayah ini memiliki banyak lahan kosong. Lahan kosong yang menjadi milik
pemerintah daerah (pemda) saat ini adalah sebesar 19.02 Ha dengan luas
Tigaraksa secara keseluruhan sebesar 4 812 Ha. Wilayah Tigaraksa yang luas dan
banyak lahan kosong memungkinkan pemerintah kabupaten (Pemkab) untuk
menata lanskap pusat pemerintahan menjadi kawasan publik yang asri dengan
ruang terbuka hijau. Wilayah ini memiliki view yang bagus yang terdapat di
beberapa titik, salah satunya dapat dinikmati dari sekitar danau yang berada tidak
jauh dari perkantoran pemerintah daerah (Pemda) Tigaraksa. Daerah sekitar danau
juga memiliki area cukup luas yang digunakan sebagai ruang terbuka hijau yang
dapat digunakan sebagai kawasan rekreasi. Jalan menuju perkantoran juga
memiliki view bagus dengan penataan pohon peneduh dan tanaman lain yang
ditata cukup baik.
Luas ruang terbuka hijau (RTH) Kota Tigaraksa yang ada saat ini adalah
±635.81 Ha atau sekitar 0.66% dari luas wilayah Kabupaten Tangerang (±95 961
Ha). Target peningkatan RTH untuk Kota Tigaraksa berdasarkan rancangan
RTRW tahun 2011-2031 adalah 2.54% dari luas Kabupaten atau ±1 462.60 Ha.
Perencanaan wilayah pemerintahan yang cermat tidak saja memudahkan
pelayanan publik tapi juga mendukung keseimbangan ekosistem. Pengelolaan
lanskap yang baik akan menjadikan wilayah ini menjadi pusat pemerintahan yang
asri dan berkelanjutan sehingga memberikan kenyamanan bagi pengguna baik
pegawai Pemda maupun masyarakat. Diperlukan dukungan dari pemerintah dan
masyarakat untuk dapat mengelola lanskap Kota Tigaraksa dengan baik.
Wilayah ini menarik untuk dijadikan obyek magang di bidang arsitektur
lanskap terutama terkait pengembangan lanskap RTH dan pertamanan di kota
baru seperti Kota Tigaraksa. Untuk itu kegiatan magang merupakan salah satu
upaya dalam mempelajari bagaimana pengelolaan lanskap Kota Tigaraksa yang
digunakan sebagai pusat pemerintahan. Selain mendapatkan pengalaman kerja,
mahasiswa diharapkan dapat memberikan rekomendasi tentang pengelolaan
lanskap kota kepada pemerintah daerah.
Tujuan Magang
1.
2.

Tujuan dari kegiatan magang ini adalah :
mempelajari konsep dan sistem pengelolaan lanskap Kota Tigaraksa terutama
pada kawasan pusat pemerintahannya;
mendapatkan pengalaman kerja di bidang Arstektur Lanskap di Dinas
Kebersihan, Pertamanan, dan Pemakaman Kabupaten Tangerang;

2
3.

mengindentifikasi serta menganalisis permasalahan dalam manajemen
lanskap kota, serta mencari alternatif pemecahan masalah dalam manajemen
lanskap pusat pemerintahan di Kota Tigaraksa; dan
4. memberikan rekomendasi pengelolaan untuk pihak pengelola lanskap kawasan
pusat pemerintahan di Kota Tigaraksa.
Manfaat Magang
Manfaat dari magang ini adalah menghasilkan suatu rekomendasi
pengelolaan lanskap kawasan pusat pemerintaahan Kabupaten Tangerang di Kota
Tigaraksa yang dikelola oleh Dinas Kebersihan, Pertamanan, dan Pemakaman
(DKPP) Kabupaten Tangerang untuk mendukung peningkatan kualitas lanskap
Kota Tigaraksa secara menyeluruh. Selain itu magang juga bermanfaat untuk
menjalin hubungan kerjasama yang baik antara mahasiswa dengan pihak
pengelola (DKPP), serta antara pihak institusi IPB dengan pihak DKPP
Kabupaten Tangerang.
Kerangka Pikir
Kota Tigaraksa merupakan pusat pemerintahan di Kabupaten Tangerang.
Kota ini menarik untuk dipelajari melalui kegiatan magang karena memiliki
penataan lanskap yang cukup baik terutama pada kawasan pusat pemerintahannya.
Kegiatan magang dilakukan di Dinas Kebersihan, Pertamanan, dan Pemakaman
(DKPP) Kabupaten Tangerang. Hal yang dipelajari pada kegiatan magang ini
adalah manajemen lanskap kawasan pusat pemerintahan Kabupaten Tangerang
yang dikelola oleh DKPP dimana suatu kawasan pusat pemerintahan harus
dikelola dengan baik agar dapat mendukukung kualitas lanskap disekitarnya.
Kegiatan magang dilakukan dengan mengumpulkan data pendukung dan
kegiatan partisipasi aktif baik di kantor maupun di lapangan. Data pendukung
diperoleh dari data sekunder dan hasil wawancara maupun hasil dari kuisioner.
Partisipasi aktif dilakukan baik dikantor dan di lapang. Kegiatan ini dilakukan
untuk mempelajari struktur organisasi dan aspek pengelolaan lanskap di DKPP
yang akan menghasilkan data magang.
Dari data tersebut diperoleh faktor-faktor kekuatan, kelemahan, peluang,
dan ancaman yang terdapat pada kegiatan pengelolaan atau pada kawasan pusat
pemerintahan yang selanjutnya akan dianalisis melalui analisis SWOT untuk
memperoleh rekomendasi berupa strategi rencana pengelolaan kawasan pusat
pemerintahan kabupaten tangerang (Gambar 1).

3

Manajemen lanskap kawasan pusat
pemerintahan Kabupaten Tangerang
Kegiatan magang

Pengumpulan data
pendukung

Data
sekunder

Partisipasi aktif

Wawancara
/kuisioner

Aspek
pengelolaan
lanskap

Sistem dan
organisasi
pengelolaan

Data hasil
magang

Data
penduung
Faktor-faktor:
 Kekuatan
 Kelemahan
 Peluang
 Ancaman
Analisis SWOT

Rekomendasi strategi rencana
pengelolaan lanskap kawasan pusat
pemerintahan
Gambar 1 Kerangka pikir magang
Batasan Magang
Kegiatan magang dibatasi oleh ruang lingkup kegiatan pengelolaan dan
pemeliharaan pada area yang dikelola atau yang menjadi tanggung jawab Dinas
Kebersihan, Pertamanan, dan Pemakaman (DKPP) Kabupaten Tangerang
khususnya pada kawasan pusat pemerintahannya. Namun demikian, kondisi
lanskap Kota Tigaraksa secara keseluruhan menjadi bahan pertimbangan.

4

TINJAUAN PUSTAKA
Pengelolaan Lanskap Kota
Menurut Stoner dan Freman (1992) pengelolaan atau manajemen adalah
suatu proses merencanakan (planning), mengorganisasikan (organizing),
memimpin (leading), dan mengendalikan (controling) anggota organisasi dan
proses penggunaan semua sumberdaya organisasi untuk tercapainya tujuan
organisasi yang telah ditetapkan. Pengelolaan lanskap merupakan sebuah proses
yang terdiri dari penetapan tujuan pengelolaan, penyusunan rencana operasional
pengelolaan/pemeliharaan, pelaksanaan program pengelolaan, pemantauan
pekerjaan pengelolaan, evaluasi, dan penyusunan ulang perencanaan pengelolaan
jika diperlukan. Dalam mempersiapkan suatu rencana pengelolaan lanskap,
diperlukan proses survey dan perekaman data mengenai kondisi lanskap saat ini
kemudian merumuskan kebutuhan lanskap (Parker dan Bryan, 1989).
Arifin dan Arifin (2005) menyatakan pengelolaan lanskap sebagai upaya
manusia untuk mendayagunakan, memelihara, dan melestarikan lanskap atau
lingkungan agar memperoleh manfaat yang maksimal dengan mengusahakan
kontinuitas kelestariannya. Pengelolaan ini merupakan upaya terpadu yang terdiri
atas penataan dan pemanfaatan, pemeliharaan, pelestarian, pengendalian, dan
pengembangan lingkungan hidup.
Suatu lanskap kota yang baik harus dikelola dengan tepat. Lanskap kota
merupakan lanskap buatan manusia sebagai akibat dari aktivitas manusia dalam
mengelola lingkungan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (Simonds dan Starke
2006). Lanskap kota terjadi karena adanya pengorganisasian ruang yang
mencerminkan kegiatan masyarakat setiap hari. Lanskap kota merupakan wajah
bentang alam kota, tidak semata-mata lingkungan pertamanan dalam arti sempit,
tetapi mencakup segala hal ruang luar (exterior, out door) baik yang alami maupun
yang buatan dengan segala elemennya, baik yang keras (hardscape) maupun yang
lunak (softscape). Menurut Simonds and Starke (2006) lanskap kota yang ideal
adalah kota-kota yang diwujudkan sebagai suatu seni umum tiga dimensi, serta
dalam kerangka pola-pola dan bentuk dari ruang-ruang terbuka yang penuh arti.
Kota dalam pengertian umum adalah suatu daerah terbangun yang
didominasi jenis penggunaan tanah non pertanian dengan jumlah penduduk dan
intensitas penggunaan ruang yang cukup tinggi. Kota merupakan tempat yang
dipandang dan dirasakan dari berbagai sudut pandang yang menggambarkan
keaktifan, keberagaman, dan kompleksitasnya. Selain itu kota juga sebagai
tempat tinggal dari beberapa ribu penduduk atau lebih (Branch, 1995).
Tarigan (2005) mengemukakan beberapa pandangan tentang kota sebagai
pusat di antaranya sebagai berikut:
1. kota adalah pusat pemerintahan,
2. kota merupakan sebuah pusat perdagangan (kegiatan ekonomi dan industri
yang berkembang),
3. kota merupakan pusat pelayanan jasa (administrasi bagi warga kota itu
sendiri),
4. kota merupakan pusat prasarana perkotaan yang meliputi jalan, listrik,
persampahan, dan lain-lain,

5
5.
6.

7.

kota merupakan sebuah fasilitas sosial yang meliputi fasilitas pendidikan,
olah raga, rekreasi, dan lain-lain,
kota merupakan pusat komunikasi dan pangkalan transportasi, artinya dari
kota tersebut masyarakat dapat berhubungan dengan banyak tujuan dengan
berbagai pilihan alat penghubung, dan
kota merupakan pusat lokasi dimana permukiman tertata dengan baik.
Lanskap Pusat Pemerintahan

Lanskap adalah suatu bagian dari muka bumi dengan berbagai karakter
lahan/tapak dan dengan segala sesuatu yang ada di atasnya baik bersifat alami
maupun buatan manusia, yang merupakan total dari bagian hidup manusia beserta
makhluk hidup lainnya, sejauh mata memandang, sejauh indera dapat menangkap
dan sejauh imajinasi dapat membayangkan, yang memiliki keindahan secara
estetika dan berdaya guna secara fungsional (Arifin 2009). Lanskap adalah suatu
bentang alam dengan karakterisitik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh
indera manusia (Simonds dan Starke 2006).
Ibukota Kabupaten disebut sebagai kota tempat kedudukan pusat
pemerintahan kabupaten, dalam perkembangannya dapat menjelma menjadi kota
yang makin mempunyai ciri dan tingkat kemajuan yang memenuhi syarat untuk
diklasifikasikan sebagai kota. Kawasan pemerintahan merupakan tempat untuk
melaksanakan segala sesuatu hal yang berkaitan dengan pemerintahan, baik itu
kegiatan politik dan administatif, serta segala kegiatan yang berkaitan dengan halhal mengenai politik dan pemerintahan. Salah satu tujuan dari direncanakannya
kawasan tersebut yaitu untuk meningkatkan kualitas pelayanan bagi masyarakat
dimana hal itu tidak dapat dilepaskan dari peran pemerintah sendiri dalam
melaksanakannya (Sadyohutomo, 2008).
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia (2012) menentukan
bahwa lokasi yang ideal untuk menjadi ibukota Kabupaten adalah sebagai berikut:
1. kondisi geografis yang memiliki resiko bencana alam paling sedikit, tidak
berada dalam kawasan lindung, memiliki kemiringan lereng kurang dari 21%,
mempunyai potensi sumberdaya air bersih, memiliki kondisi drainase
permukaan baik, dan memiliki daya dukung tanah yang baik,
2. memiliki kesesuaian dengan rencana tata ruang, yaitu harus berpedoman pada
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi untuk
provinsi dan Peraturan Daerah Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten/Kota untuk Kabupaten/Kota,
3. memiliki ketersediaan lahan yang tersedia di kawasan budidaya sesuai dengan
rencana tata ruang daerah,
4. memiliki kondisi sosial, budaya masyarakat, sejarah, dan kearifan lokal yang
ada di wilayah propinsi dan wilayah Kabupaten/Kota,
5. memiliki kondisi masyarakat yang kondusif bagi berlangsungnya pemerintahan
dan kemasyarakatan serta adanya kesepakatan masyarakat terhadap lokasi
ibukota/pusat pemerintahan,
6. memiliki keberadaan sarana dan prasarana yang ada dalam wilayah
ibukota/pusat pemerintahan yang menunjang kegiatan pemerintahan dan
kemasyarakatan, dan

6
7. memiliki sistem jaringan prasarana transportasi darat dan/atau perairan serta
udara yang memadai terhadap lokasi ibukota/pusat pemerintahan dengan
memperhatikan keterjangkauan pelayanan dalam wilayah Kabupaten/Kota
atau propinsi.

METODOLOGI
Lokasi dan Waktu Magang
Kegiatan magang dilakukan di Dinas Kebersihan, Pertamanan, dan
Pemakaman (DKPP) Kabupaten Tangerang yang beralamat di perumahan Citra
Raya Propinsi Banten selaku pengelola area pusat pemerintahan dan pengelola
area lain di Kota Tigaraksa. Kegiatan magang dilakukan selama empat bulan
efektif, yaitu pada awal bulan Maret hingga akhir Juni 2013 (04 Maret-30 Juni
2013). Lokasi magang dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Lokasi magang (Dinas Kebersihan, Pertamanan, dan Pemakaman
Kabupaten Tangerang)
Metode Magang
Metode magang yang dilakukan adalah berpartisipasi aktif, yaitu mengikuti
kegiatan manajemen lanskap baik secara manajerial di kantor maupun secara
teknis di lapang pada aspek pengelolaan lanskap. Tahapan dari kegiatan magang
ini dapat dilihat pada penjelasan berikut.
Persiapan
Tahap persiapan mencakup pembuatan proposal dan perizinan magang.
Hasil studi pustaka berupa informasi tentang kondisi umum lokasi magang. Selain
itu, pada tahap persiapan juga dilakukan penjajakan ke lokasi magang.

7
Pengenalan Lapang
Pada tahap ini dilakukan perkenalan dengan para staf yang bekerja di DKPP
Kabupaten Tangerang dan mempelajari kondisi lapang dengan kunjungan
langsung pada tapak.
Partisipasi Aktif
Pada tahap ini secara umum dilakukan partisipasi aktif dengan ikut terlibat
dalam melakukan pengelolaan lanskap kota. Partisipasi aktif mencakup kegiatan
administrasi di kantor dan kegiatan di lapang. Kegiatan administrasi yang
dilakukan diantaranya adalah membuat jadwal pemeliharaan untuk kawasan pusat
pemerintahan, membuat surat perintah penataan RTH untuk instansi tertentu,
pembuatan laporan terkait penataan RTH, dan pembuatan laporan lainnya.
Kegiatan lapang yang dilakukan adalah mengikuti setiap proses pelaksanaan
pengelolaan lanskap Kota Tigaraksa seperti memantau pekerja yang sedang
melakukan kegiatan pemeliharaan.
Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan selama kegiatan magang, namun ada juga data
yang diperoleh dari luar kegiatan magang seperti penyebaran kuisioner yang
dibagikan kepada pengunjung kawasan pusat pemerintahan dan masyarakat
sekitar. Menurut Daniel dan Boster (1976), jumlah responden yang dibutuhkan
yaitu sebanyak ± 30 orang. Penyebaran kuisioner dilakukan kepada 30 responden
yang mengunjungi kawasan pusat pemerintahan dan 40 responden masyarakat
Kota Tigaraksa. Penyebaran kuisioner bertujuan untuk mengetahui bagaimana
persepsi pengunjung tentang kualitas lanskap Kota Tigaraksa sehingga dapat
membantu dalam proses pembuatan rekomendasi. Data yang diperoleh selama
kegiatan magang adalah data yang terkait dengan lembaga pengelola, sistem
pertamanan kota, kondisi tapak, dan aspek pengelolaan (Tabel 1).
Tabel 1 Jenis, bentuk, dan sumber data
Jenis Data
Lembaga Pengelola
Struktur Organisasi
Sistem kerja
Jadwal Kerja
Tenaga kerja
Sistem Pertamanan Kota
Taman kota
Taman jalan
Hutan kota
Gerbang pusat kota
Welcome park

Bentuk Data

Sumber

Bagan/Diagram
Deskriptif
Bagan/Diagram
Deskriptif

DKPP
DKPP/ Wawancara
DKPP
DKPP

Deskriptif/Spasial
Deskriptif/Spasial
Deskriptif/Spasial
Deskriptif/Spasial
Deskriptif/Spasial

DKPP/Pihak terkait
DKPP/Pihak terkait
DKPP/Pihak terkait
DKPP/Pihak terkait
DKPP/Pihak terkait

8
Tabel 1 Jenis, bentuk, dan sumber data (Lanjutan)
Jenis Data
Kondisi Tapak
Letak kawasan
Luas dan batas
Aksesibilitas
Kualitas lanskap
Iklim
Topografi
Tanah
Aspek Pengelolaan
Kegiatan pengelolaan
Teknik pengelolaan
Pengelolaan tenaga kerja
Biaya pemeliharaan
Standar pemeliharaan
Bahan dan alat yang
digunakan

Bentuk Data

Sumber

Spasial
Deskriptif
Spasial/Deskriptif
Deskriptif
Deskriptif
Deskriptif
Deskriptif

Studi pustaka/DKPP
DKPP
DKPP/Observasi
Observasi
Studi pustaka/BMG
DKPP/Bakorsurtanal
DKPP

Deskriptif
Deskriptif
Deskriptif
Deskriptif/Bagan
Deskriptif
Deskriptif

DKPP/Observasi
DKPP/Observasi
DKPP
DKPP
DKPP
DKPP/Observasi

Analisis deskriptif
Analisis deskriptif merupakan tahapan yang dilakukan terhadap data yang
diperoleh dari kegiatan magang berupa studi pustaka, wawancara dengan
pengunjung/masyarakat sekitar maupun pengelola serta data yang diperoleh saat
pengamatan di lapang. Hasil dari analisis kemudian dijadikan pertimbangan untuk
menyusun faktor-faktor strategis pada analisis SWOT.
Analisis SWOT
Rangkuti (1998) menjelaskan bahwa analisis SWOT adalah identifikasi
berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi dengan
menggunakan logika untuk memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang
(opportunities), dan secara bersamaan meminimalkan kelemahan (weaknesses)
dan ancaman (threats). Langkah yang harus dilakukan dalam menyusun analisis
SWOT yaitu sebagai berikut :
a. analisis penilaian faktor internal dan faktor eksternal, dengan faktor
internal yang terdiri dari atas peluang dan ancaman,
b. penentuan bobot setiap variabel sesuai dengan kepentingan untuk
mengetahui faktor yang paling berpengaruh, dengan pemberian nilai
kepentingan dilakukan berdasarkan hasil diskusi dengan pihak pengelola
menggunakan Skala Likert (Kinnear dan Taylor 1991) pada kisaran bobot
4 (sangat penting), 3 (penting), 2 (cukup penting), dan 1 (tidak penting).
Rangkuti (1998) menyebutkan bahwa nilai peringkat untuk faktor positif
(kekuatan dan peluang) berbanding terbalik dengan faktor negatif
(kelemahan dan ancaman),
c. menentukan setiap bobot strategis (Tabel 2) menggunakan metode paired
comparison (Kinnear dan Taylor 1991) dengan ketentuan
1. bobot 1 jika indikator faktor horizontal kurang penting dibandingkan

9
faktor vertikal,
2. bobot 2 jika indikator faktor horizontal sama penting dibandingkan
faktor vertikal,
3. bobot 3 jika indikator faktor horizontal lebih penting dibandingkan
faktor vertikal, dan
4. bobot 4 jika indikator faktor horizontal sangat penting dibandingkan
faktor vertikal.
Tabel 2 Contoh penilaian bobot strategis faktor internal
Faktor
Internal
S1
S2
S3
W1
W2
W3

(a)
S1

(b)
S2

(c)
S3

(d)
W1

(e)
W2

(f)
W3

(g)
Total

(h)
Bobot

Total
Sumber: Kinnear dan Taylor (1991) dengan penyesuaian

Keterangan:
(a) hingga (f) = nilai dari paired comparison
(g) Total
= Σ semua nilai pada suatu baris (a) hingga (f)
(h) Bobot
= nilai pada setiap kolom total (g)
nilai keseluruhan kolom total (g)
d. pembuatan matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan Matriks
Eksternal Factor Evaluation (EFE) (Tabel 3) untuk menentukan kekuatan
kondisi internal dan eksternal dari tapak,
Tabel 3 Contoh Matriks Internal Faktor Evaluation (IFE)
(a)
Simbol
S1
S2
W1
W2

(b)
Faktor internal

(c)
Tingkat Kepentingan

(d)
Rating

(e)
Bobot

Total

(f)
Skor

(g)

Sumber: David (2008) dengan penyesuaian

Keterangan:
(a) Simbol
(b) Faktor internal
(c) Tingkat kepentingan

(d) Rating
(e) Bobot

= simbol dari setiap faktor internal
= kalimat yang menjelaskan setiap faktor
internal
= kalimat penilaian kepentingan setiap
faktor (kurang penting hingga sangat
penting)
= angka penilaian kepentingan setiap faktor
= bobot setiap faktor sesuai paired
Comparison (Tabel 2)

10
Keterangan:
(f) Skor
(g) Total

= nilai setiap rating (d) x nilai setiap bobot (e)
= jumlah keseluruhan skor, merupakan nilai
Kekuatan kondisi internal tapak

e. pembuatan Matriks Internal-Eksternal (Tabel 4) untuk mengetahui tipe
strategi yang harus digunakan untuk mengatasi permasalahan, terdapat tiga
strategi yaitu grow and built (Sel I, II, 1V), hold and maintain (Sel II, V,
VII), serta harvest or divest (Sel VI, VIII, dan IX),
f. penentuan alternatif strategi dengan Matriks SWOT (Tabel 5),
g. pembuatan tabel peringkat analisis strategi, serta
h. penyusunan sintesis sebagai hasil dari analisis strategi.
Tabel 4 Contoh Matriks Internal-Eksternal
TOTAL SKOR IFE
Kuat (3.0)
Rata-rata (2.0)

Lemah (1.0)

Tinggi (3.0)
TOTAL
SKOR
EFE

Menengah (2.0)
Rendah (1.0)

I

II

III

IV

V

VI

VII

VIII

IX

Sumber: David (2008) dengan penyesuaian

Dengan menggabungkan kedua faktor internal (strengths dan weaknesses)
dan kedua faktor eksternal (opportunities dan threats), akan diperoleh sebuah
Matriks SWOT yang kemudian mengarahkan kepada empat jenis strategi untuk
mengatasi permasalahan (Tabel 5).
Tabel 5 Matriks SWOT
Faktor Esternal
Opportunities (O)
Fktor Internal
1
2
Strengths (S)
Strategi SO
1.
1.
2.
2.
Weaknesses (W)
Strategi WO
1.
1.
2.
2.
Sumber: David (2008) dengan penyesuaian

Threats (T)
1
2
Strategi ST
1.
2.
Strategi WT
1.
2.

Berdasarkan Matriks SWOT tersebut, terdapat empat jenis strategi yang dapat
dihasilkan untuk menyelesaikan permasalahan, dengan mempertimbangkan
masing-masing faktor, Rangkuti (1998) menyebutkan keempat strategi tersebut :
a. SO (strengths-opportunities), yaitu strategi dengan memanfaatkan seluruh
kekuatan untuk memanfaatkan peluang sebesar-besarnya,

11
b. ST (weaknesses-opportunities), yaitu strategi dengan memanfaatkan kekuatan
yang dimiliki untuk mengatasi ancaman,
c. WO (weaknesses-threats), strategi dengan meminimalisasi kelemahan dan
menghindari ancaman,
d. WT (weaknesses-threats), strategi dengan meminimalisasi kelemahan dan
menghindari ancaman.
Penyusunan Rekomendasi Pengelolaan
Dari hasil analisis SWOT terhadap kegiatan pengelolaan lanskap Kota
Tigaraksa menghasilkan rekomendasi berupa rencana kegiatan pengelolaan
lanskap Kota Tigaraksa pada area yang menjadi tanggung jawab pihak DKPP.
Untuk mengetahui kebutuhan tenaga kerja, dilakukan perhitungan jam kerja
perminggu dan kebutuhan tenaga kerja (KTK) dengan rumus sebagai berikut.
Jam kerja perminggu = HOK (hari orang kerja) 1 tahun x 8 orang/jam/hari
Jumlah minggu dalam 1 tahun (52 minggu)
KTK

=

Jam kerja/minggu
x
Jam kerja produktif/minggu

efektivitas kerja optimum
efektivitas kerja dilapang

Penyusunan Skripsi
Penyusunan skripsi merupakan tahapan terahir setelah semua
sebelumnya selesai dikerjakan. Skripsi ini merupakan media
mendokumentasikan seluruh proses magang, mulai dari tahapan persiapan
tersusunnya strategi pengelolaan lanskap Kota Tigaraksa sebagai
pemerintahan.

proses
untuk
hingga
pusat

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Sejarah Kota Tigaraksa
Cikal-bakal Kabupaten Tangerang adalah Tigaraksa. Nama Tigaraksa itu
sendiri berarti Tiang Tiga atau Tilu Tanglu, sebuah pemberian nama sebagai
wujud penghormatan kepada tiga Tumenggung yang menjadi tiga pimpinan ketika
itu. Seorang putra Sultan Ageng Tirtayasa dari Kesultanan Banten membangun
tugu prasasti di bagian Barat Sungai Cisadane, saat ini diyakini berada di
Kampung Gerendeng. Sejarah pemindahan ibukota Kabupaten Tangerang ke
Kecamatan Tigaraksa bermula sejak Kabupaten Tangerang memekarkan Kota
Tangerang berdasarkan UU No. 2 Tahun 1993 tentang Pembentukan Kota
Tangerang. Pada tahun 1995, keluar Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 1995
tentang pemindahan Ibukota Kabupaten Dati II Tangerang dari Wilayah
Kotamadya Dati II Tangerang ke Kecamatan Tigaraksa.
Proses pemindahan itu baru dimulai pada tahun 1997. Pada awal tahun
2000, pusat pemerintahan Kabupaten Tangerang yang tadinya masih berada di
Kota Tangerang secara resmi dipindahkan ke Kecamatan Tigaraksa. Pemindahan

12
ini dinilai strategis dalam upaya memajukan daerah karena bertepatan dengan
penerapan otonomi daerah, selain itu pemindahan ibukota ke Tigaraksa dinilai
strategis, karena menggugah kembali cita-cita dan semangat para pendiri untuk
mewujudkan sebuah tatanan kehidupan masyarakat yang bebas dari belenggu
penjajahan (kemiskinan, kebodohan dan ketertinggalan) menuju masyarakat yang
mandiri, maju dan sejahtera.
Luas dan Aksesibilitas
Kota Tigaraksa memiliki luas sebesar 4 812 Ha dengan presentase sebesar
5.08% dari luas keseluruhan Kabupaten Tangerang yaitu 95 961 Ha. Wilayah
Kota Tigaraksa memiliki tiga kawasan yang terdiri dari kawasan pusat
pemerintahan seluas 86 Ha, kawasan permukiman seluas 4 276.60 Ha, kawasan
industri seluas 450 Ha, dan terdapat lapangan golf seluas 62.69 Ha. Lokasi dapat
dicapai dari berbagai jalan seperti Jalan Raya Serang, Jalan Raya Sarwani, dan
Jalan Raya Tenjo. Jalan Raya Serang merupakan jalan utama menuju kota ini
(Gambar 3).

Gambar 3 Akses menuju Kota Tigaraksa
Iklim
Kota Tigaraksa berada di Kabupaten Tangerang yang merupakan wilayah
dengan suhu relatif panas dan kelembaban yang tinggi. Selama tahun 2011,
temperatur udara rata-rata mencapai 26.60°C. Suhu tertinggi pada Bulan Oktober
dan Desember yaitu 35.40°C dan suhu terendah pada bulan Agustus yaitu 20.20°C.
Rata-rata kelembaban udara dan intensitas matahari sekitar 78%. Kecepatan angin
rara-rata tahunan sebesar 3.5 m/detik dengan arah angin yang bertiup dari arah
barat. Curah hujan rata- rata per tahun adalah sebesar 1 475 mm/tahun (Tabel 6).
Tabel 6 Data iklim Kabupaten Tangerang
Iklim
Suhu
Kelembaban
Hari hujan
Curah hujan
Kecepatan angin

Nilai
26.60
78.00
15.00
1 475.00
3.50

Sumber: BPS Kabupaten Tangerang 2012

Satuan
˚C
%
hari/bulan
mm/tahun
m/detik

13
Topografi dan Jenis Tanah
Sebagian besar wilayah Kabupaten Tangerang merupakan dataran rendah.
Struktur tanah di Wilayah Kecamatan Tigaraksa merupakan tanah dataran yang
tidak berbukit dipengaruhi oleh keadaan curah hujan. Memiliki topografi yang
relatif datar dengan kemiringan tanah rata-rata 0 - 3% dengan ketinggian wilayah
antara 0 - 85 m di atas permukaan laut. Tanah latosol merupakan jenis tanah yang
mendominasi lahan di Kota Tigaraksa. Tanah latosol merupakan tanah yang
memiliki beberapa jenis warna, seperti warna merah, merah kecoklatan, dan
coklat kekuningan. Jenis tanah di Kota Tigaraksa didominasi oleh jenis tanah
latosol berwarna coklat kemerahan dengan PH 6.5-7.
Geografi
Secara astronomis Kabupaten Tangerang terletak di bagian timur Provinsi
Banten pada koordinat 106°20’-106°43’ Bujur Timur dan 6°00’--6°20’ Lintang
Selatan. Kabupaten Tangerang termasuk salah satu kabupaten yang menjadi
bagian dari wilayah Provinsi Banten. Jarak dari Pusat Ibu Kota Kabupaten
Tangerang ± 3 Km yang dihubungkan oleh jalan Kabupaten dengan batas-batas
Wilayah Kecamatan sebagai berikut :
- Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Cisoka, Solear dan
Kecamatan Balaraja.
- Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Cikupa dan Kecamatan
Panongan.
- Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Cikupa dan Kecamatan
Balaraja.
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Jambe dan Kecamatan
Tenjo Kabupaten Bogor.
Posisi Wilayah Kota Tigaraksa berada pada posisi sebelah Tenggara dibatasi oleh
2 (dua) sungai, yaitu :
- Sungai Cimanceri sebelah Timur – Utara
- Sungai Cipayaeun sebelah Barat – Timur
Dihubungkan oleh 6 (enam) jalan, yaitu :
- Jalan Cibadak – Tigaraksa ( Pemerintah Daerah )
- Jalan Cibadak – Tigaraksa
- Jalan Cisoka – Tigaraksa
- Jalan Jambe – Tigaraksa
- Jalan Kutruk – Tigaraksa
- Jalan Cikasungka – Tigaraksa
Kependudukan
Hasil sensus penduduk Kabupaten Tangerang pada tahun 2011
menunjukkan bahwa jumlah penduduk Kabupaten Tangerang mencapai 2.96 juta
orang yang terdiri dari 1.51 juta laki-laki dan 1.44 juta perempuan. Jika dilihat
dari jumlah penduduk berdasarkan kecamatan di Kabupaten Tangerang Tahun
2011, jumlah penduduk pada Kota Tigaraksa mencapai 126 002 ribu jiwa dengan
jumlah penduduk laki-laki sebesar 64 251 ribu jiwa dan penduduk perempuan
sebesar 61 751 ribu jiwa (Gambar 4).

14

Gambar 4 Jumlah penduduk Kabupaten Tangerang
Struktur Organisasi Pengelola
Lanskap Kota Tigaraksa dikelola oleh Dinas Kebersihan, Pertamanan, dan
Pemakaman (DKPP) Kabupaten Tangerang. Struktur organisasi DKPP terdiri dari
jabatan utama yaitu kepala dinas yang membawahi 4 bidang yaitu bidang
kebersihan, bidang reklame dan pertamanan, bidang pemakaman, dan bidang
penerangan jalan umum (Lampiran 1). Visi dari Dinas Kebersihan, Pertamanan,
dan Pemakaman Kabupaten Tangerang adalah terwujudnya kabupaten yang
bersih, teduh, hijau, indah dan terang benderang. Untuk mewujudkan visi tersebut
maka misi yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam penanggulangan
kebersihan, penataan taman, dan reklame serta penerangan jalan umum,
b. meningkatnya pendapatan asli daerah (PAD) dari sektor kebersihan,
pertamanan dan reklame, serta penerangan jalan umum.

Konsep Tata Ruang
Kota Tigaraksa
Kota Tigaraksa memiliki tiga kawasan, yaitu kawasan pusat pemerintahan
seluas 86 Ha, kawasan industri seluas 450 Ha, dan kawasan permukiman seluas 4
275.31 Ha (Gambar 5). Untuk kawasan pusat pemerintahan dan industri letaknya
terpusat pada area tertentu. Pembagian kawasan Kota Tigaraksa dapat dilihat pada
Tabel 7.
Tabel 7 Pembagian kawasan Kota Tigaraksa

Pusat pemerintahan
Industri
Permukiman

Presentase
(%)
86.00
1.76
450.00
9.23
4 276.60
87.72

Total

4 812.60

No Kawasan
1.
2.
3.

Luas
(Ha)

100.00

15

Gambar 5 Peta zonasi ruang

16
Pusat Pemerintahan
Kawasan pusat pemerintahan terdiri dari 2 bagian, yaitu kawasan utama dan
kawasan penunjang. Kawasan utama pusat pemerintahan memiliki luas sebesar 45
Ha dan kawasan penunjang memiliki luas sebesar 41 Ha. Kawasan pusat
pemerintahan terletak di pusat kota sehingga memudahkan masyarakat atau pun
pihak lain untuk mengakses kawasan ini. Kondisi eksisting kawasan pusat
pemerintahan terdapat pada gambar di bawah berikut (Gambar 6)

Gambar 6 Peta kondisi eksisting kawasan pusat pemerintahan Kabupaten
Tangerang

17
Sistem Pertamanan Kota
Konsep Pertamanan
Kawasan pusat pemerintahan memiliki sistem pertamanan kota dengan
konsep “simbol keterbukaan pemerintah terhadap masyarakat” dimana tamantaman yang dibuat terdapat pada kawasan pusat pemerintahan dan terbuka untuk
umum. Masyarakat dapat melakukan aktivitas pada taman-taman tersebut seperti
berekreasi atau hanya sekedar menikmati pemandangan. Selain taman, kawasan
pusat pemerintahan juga memiliki hutan kota yang dapat dikunjungi oleh
masyarakat sekitar. Taman yang berada di pusat pemerintahan merupakan ruang
terbuka hijau publik (Gambar 7) dengan berbagai jenis tanaman yang memberi
pengaruh pada kualitas lanskap kawasan pusat pemerintahan. Saat ini luas RTH
seluruh Kota Tigaraksa adalah ±635.81 Ha. Terdiri dari 457.15 Ha RTH publik
dan 178.66 Ha RTH privat. Berikut adalah rincian taman/ruang terbuka hijau yang
dikelola oleh DKPP pada kawasan pusat pemerintahan (Tabel 8).
Tabel 8 Jenis taman/ruang terbuka hijau yang dikelola DKPP
Luas (m2)

1

Jenis
Taman/RTH
Taman
Kota/Taman
Aspirasi

6 700.00

-

2

Hutan Kota

85 000.00

3

Welcome Park

4 000.00

4
5

Pocket Park
Green Parking
area
Jalur hijau jalan

1 360.56
20 413.30

-

66 860.05

-

Taman
perkantoran
Gerbang pusat
kota

3 257.40

-

No

6

7
8

849.29

Total

Fungsi
Area rekreasi
Tempat untuk menyampaikan
aspirasi masyarakat kepada
pemerintah daerah
Area rekreasi
Pencipta iklim mikro
Welcome area
Area rekreasi
Estetika
Area parkir pada perkantoran di
pusat pemerintahan
Jalur penghubung dari gerbang
pusat kota menuju pusat
pemerintahan
Taman pada area kantor
Estetika
Landmark Kota Tigaraksa
Pintu masuk utama Kota
Tigaraksa

250 840.60

(a)

(b)

18

(c)

(d)

(e)

(f)

(g)
(h)
Gambar 7 a) Taman kota, (b) Hutan kota, (c) pocket park, (d) Green parking
area, (e) Jalur hijau jalan, (f) Taman perkantoran, (g) Gerbang pusat
kota, (h) welcome park
Kawasan pusat pemerintahan memiliki banyak jenis vegetasi seperti pohon,
semak, dan penutup tanah. Pada kawasan ini, jenis tanaman yang digunakan
tergolong ke dalam pohon, palem, perdu, semak, dan penutup tanah (Tabel 9).
Tabel 9 Jenis tanaman di kawasan pusat pemerintahan
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Nama Latin
Pohon
Bauhinia purpurea
Caesalpinia pulcherrima
Ficus lyrata
Jacaranda acutifolia
Mimusoph elengi
Oleina syzygium
Pterocarpus indicus
Samanea saman
Terminalia catappa
Thuja orientalis

Nama Lokal

Keadaan

Bunga kupu-kupu
Bunga merak
Biola cantik
Jakaranda
Tanjung
Pucuk merah
Angsana
Trembesi
Ketapang
Cemara kipas

Tidak semua baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Tidak semua baik
Tidak semua baik
Baik
Baik

19
Tabel 9 Jenis tanaman di kawasan pusat pemerintahan (Lanjutan)
No
1
2
3
1
2
3
4
5
6
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
6
7
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Nama Latin
Pohon (Hutan Kota)
Albizia chinensis
Samanea saman
Psidium guajava
Palem
Butia capitata
Cyrtostachis renda
Elaeis guinensis
Phoenix canariensis
Roystonea regia
Wodyetia bifurcata
Perdu
Cordyline sp.
Codiaeum sp.
Dracaena sp.
Heliconia sp.
Mussaenda sp.
Semak
Aerva sanguinolenta
Bougainvillea sp.
Furcraea gigantea
Ixora sp.
Rhapis excelsa
Jatropha pandurifolia
Zephyranthes sp.
Penutup Tanah
Arachis pintoi
Axonopus compressus
Carex morrowii
Chupea hyssopifolia
Chlorophytum sp.
Iresine herbstii
Pandanus pygmaeus
Ruellia
Sanseviera sp
Zephyranthes sp.

Nama Lokal

Keadaan

Sengon
Trembesi
Jambu biji

Baik
Baik
Baik

Pindo palm
Palem merah
Sawit
Palem punik
Palem raja
Palem ekor tupai

Baik
Baik
Tidak semua baik
Baik
Baik
Baik

Hanjuang
Puring
Drasena
Pisang hias
Nusa indah

Tidak semua baik
Baik
Baik
Tidak semua baik
Baik

Sambang colok
Bogenvil
Agave
Soka
Palem wregu
Batavia
Bawang brojol

Baik
Tidak semua baik
Baik
Tidak semua baik
Baik
Baik
Tidak semua baik

Kacang-kacangan
Rumput gajah
Kucai
Taiwan beauty
Lili paris
Simbang darah
Pandan variegata
Ruelia bunga ungu
Lidah mertua
Bawang brojol

Baik
Baik
Baik
Baik
Tidak semua baik
Baik
Baik
Baik
Tidak semua baik
Baik

Aspek Pengelolaan Lanskap
Sistem Pengelolaan
Kegiatan pemeliharaan lanskap dilakukan oleh bagian Divisi Bidang
Reklame dan Pertamanan DKPP Kabupaten Tangerang (Gambar 8) dengan sistem
swakelola untuk kegiatan peningkatan operasional Ruang Terbuka Hijau (RTH)
sedangkan kegiatan pengadaan alat-alat pengelolaan pertamanan dan penataan

20
RTH dilaksanakan oleh pihak ke tiga (penyedia barang) melalui pengadaan
langsung dan lelang sederhana. Kota Tigaraka memiliki 3 kawasan yang terdiri
kawasan pusat pemerintahan, kawasan permukiman, dan kawasan industri.
Untuk kawasan permukiman, DKPP bekerja sama dengan para warga dan
memberikan tanggung jawab pemeliharaan kepada warga. Untuk kawasan
permukiman DKPP hanya melakukan pemeliharaan terhadap pengangkutan
sampah rumah tangga. Sedangkan untuk kawasan industri DKPP tidak melakukan
kegiatan pemeliharaan lanskap secara langsung pada kawasan tersebut.
Kepala Bidang Reklame &
Pertamanan

Seksi Reklame

Seksi Pertamanan

Seksi Sarpras Reklame
& Pertamanan

Pelaksana

Gambar 8 Struktur organisasi bidang reklame dan pertamanan
Tugas dari bidang tersebut adalah merencanakan, melaksanakan pembinaan
dan koordinasi serta pengawasan dan pengendalian kegiatan pembangunan taman
dan dekorasi kota. Untuk melaksanakan tugas tersebut, bidang ini memiliki fungsi
sebagai berikut.
a. perencanaan perumusan petunjuk teknis pembangunan taman dan dekorasi
kota,
b. pelaksanaan pengumpulan, pengolahan, penganalisaan data perumusan
pembangunan taman dekorasi kota,
c. pelaksanaan kegiatan pembangunan taman serta dekorasi kota,
d. pelaksanaan koordinasi dengan instasi/lembaga lainnya terkait perumusan
pembangunan taman dan dekorasi kota,
e. pelaksanaan monitoring dan evaluasi serta pelaporan kegiatan, dan
f. pelaksanaan tugas lain yang diberikan atasan sesuai dengan bidang tugasnya.
Berdasarkan Keputusan Kepala Dinas Kebersihan, Pertamanan dan
Pemakaman Kabupaten Tangerang No.10 tahun 2012 tanggal 27 Desember 2012
tentang pelaksana kegiatan penataan ruang terbuka hijau, dibentuklah panitia
pelaksana pemeliharaan lanskap di lingkup Kabupaten Tangerang yang terdiri dari
1 orang sebagai kuasa pengguna anggaran, 1 orang sebagai PPTK (pejabat
pelaksana teknis kegiatan), dan staf pelaksana kegiatan. Dengan demikian
kegiatan pengelolaan lanskap kawasan pusat pemerintahan Kabupaten Tangerang
menjadi tanggung jawab tim atau panitia ini.
Pemeliharaan Lanskap
Pemeliharaan merupakan suatu usaha untuk menjaga dan merawat areal
lanskap dengan segala fasilitas yang ada di dalamnya agar kondisi tetap baik atau
sedapat mungkin mempertahankan pada keadaan yang sesuai dengan tujuan dan
fungsi awal (Arifin 2009). Tingkat pemeliharaan pada lanskap Kota Tigaraksa

21
dibagi menjadi dua, yaitu pemeliharaan intensif dan ekstensif. Pemeliharaan
intensif dilakukan secara rutin pada kawasan pusat pemerintahan yang memiliki
luas 86 Ha (45 Ha kawasan utama dan 41 Ha kawasan penunjang) dengan area
pemeliharaan seluas 25.08 Ha dan pemeliharaan ekstensif dilakukan secara
insidental pada jalan utama Kota Tigaraksa sepanjang 22 000 m dengan area
pemeliharaan seluas 6.60 Ha. Karena fungsinya sebagai pusat aktivitas kegiatan
pemerintahan, pusat pelayanan, dan area rekreasi, maka kawasan pusat
pemerintahan harus dikelola secara intensif.
Pembagian wilayah pemeliharaan dapat dilihat pada Tabel 10 dan Gambar 9.
Secara umum kegiatan pemeliharaan intensif yang dikerjakan adalah penyapuan,
penyiangan, pemangkasan, penyiraman, pemupukan, proteksi tanaman, perbaikan
hard material, dan pembersihan kolam. Pemeliharaan intensif dilakukan setiap
hari Senin – Sabtu pukul 07.00 – 12.00 WIB. Untuk pemeliharaan ekstensif
kegiatan yang dilakukan adalah pemangkasan/penebangan dan penanaman pohon.
Tabel 10 Pembagian wilayah pemeliharaan
Wilayah

Wilayah 1
(pusat
pemerintahan)

Cakupan wilayah
1. Gerbang pusat
kota
2. welcome park
3. Taman kota
4. Jalur hijau jalan
5. Hutan kota
6. Green parking
area
7. pocket park
8. Taman
perkantoran

Jenis
Presentase
pemeliharaan
(%)
849.29
0.50
Intensif

Luas (m2)

4 000.00
6 700.00
66 860.05
85 000.00
20 413.30

Intensif
Intensif
Intensif
Intensif
Intensif

2.20
3.60
33.90
46.20
11.10

1 360.56
3 257.40

Intensif
Intensif

0.70
1.80

Wilayah 2
1. Bahu jalan (lebar
(Jalan utama
66 000.00
Ekstensif
0.14
3 meter)
Tigaraksa)
Setiap pekerjaan pemeliharaan harus mengikuti jadwal yang telah
ditentukan. Kegiatan pemeliharaan yang teratur akan dapat menghasilkan suatu
pemeliharaan yang baik dan dapat meningkatkan kenyamanan Kota Tigaraksa.
Kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan dijadwalkan berdasarkan jadwal yang
dibuat oleh DKPP. Jadwal pemeliharaan dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11 Jadwal pemeliharaan
No Kegiatan Pemeliharaan
1
2
3
4

Penyapuan
Penyiraman
Penyiangan gulma
Pemangkasan
a. Rumput
b. Semak
c. Pohon

Frekuensi Pemeliharaan
Harian Bulanan Triwulan Tahunan Insidental








22
Tabel 11 Jadwal pemeliharaan (Lanjutan)
No Kegiatan Pemeliharaan

Frekuensi Pemeliharaan
Harian Bulanan Triwulan Tahunan Insidental






Pemupukan
Proteksi tanaman
Pembersihan kolam
Penebangan pohon
Penyulaman tanaman
pohon
10 Penyulaman tanaman
penutup tanah dan
semak
Sumber: Wawancara dan pengamatan di lapang
5
6
7
8
9

Sumber peta : Google Earth (2013)

Gambar 9 Peta zonasi pemeliharaan



23
Secara umum, kegiatan pemeliharaan yang berlangsung sudah berjalan
sesuai dengan standar operasional yang ditetapkan. Hanya saja terkadang kegiatan
pemeliharaan yang dilakukan tidak sesuai dengan jadwal, hal ini disebabkan oleh
cuaca dan iklim yang berubah-ubah dan kurangnya tingkat kedisiplinan tenaga
kerja.
Kegiatan Pemeliharaan Kawasan Pusat Pemerintahan
Kegiatan pemeliharaan kawasan pusat pemerintahan dilakukan secara rutin
pada hari Senin – Sabtu pukul 07.00 – 12.00 WIB tanpa waktu istirahat. Kegiatan
ini diawasi oleh pengawas lapangan yang berjumlah 6 orang dengan 2 orang pada
kawasan utama pusat pemerintahan dan 4 orang pada jalur hijau jalan. Jumlah
tenaga kerja di lapangan adalah 140 orang.
a) Penyapuan
Kondisi bersih merupakan prioritas utama pada kawasan pusat
pemerintahan. Penyapuan di area ini lebih banyak dilakukan oleh tenaga kerja
perempuan. Kegiatan penyapuan dilakukan pada rumput, pedestrian, taman
dan bagian pinggir jalan (Gambar 10). yang terdapat di kawasan pusat
pemerintahan. Adapun sasaran dari kegiatan penyapuan adalah sampah
plastik, sampah hasil pangkas tanaman dan daun-daun yang rontok. Alat yang
digunakan adalah sapu lidi, keranjang sampah, dan karung. Sampah yang
dihasilkan dari kegiatan penyapuan kemudian dikumpulkan dan dimasukkan
ke dalam karung sampah kemudian diangkut oleh mobil sampah dan dibawa
ke tempat pembuangan sampah sementara (TPSS Tigaraksa). Kegiatan
penyapuan ini sudah dilakukan dengan baik, hal ini terlihat dari para pekerja
yang datang sesuai dengan jadwal dan kondisi pusat pemerintahan yang
bersih.

Gambar 10 Kegiatan penyapuan
b) Penyiangan
Penyiangan merupakan kegiatan untuk menghilangkan tanaman
pengganggu yang tidak diinginkan pertumbuhannya selain tanaman utama
atau sering disebut dengan gulma. Kegiatan penyiangan dilakukan 1 bulan
sekali. Sistem penyiangan dilakukan secara manual dengan mencabuti gulma
dari bagian akar pada hamparan rumput atau dengan menggunakan kored dan
biasa dilakukan sebelum kegiatan pemangkasan (Gambar 11). Penyiangan
dilakukan pada seluruh area taman di pusat pemerintahan, namun untuk area
hutan kota kegiatan ini tidak dilakukan.

24
Pengendalian gulma sebaiknya dilakukan secara menyeluruh agar tidak
mengganggu tanaman lain. Penyiangan gulma pada suatu taman hendaknya
dilakukan secara teratur, minimal 1 bulan sekali atau sesuai dengan tingkat
sebaran jumlah gulma yang ada. Penyiangan sebaiknya dilakukan sebelum
pemupukan tanaman (Arifin dan Arifin 2005).

Gambar 11 Kegiatan penyiangan tanaman
c) Pemangkasan
Pemangkasan bertujuan untuk mengontrol pertumbuhan tanaman sesuai
dengan yang diinginkan serta menjaga keamanan dan kesehatan tanaman.
Pemangkasan dilakukan untuk semak, rumput, dan juga pohon. Pemangkasan
rumput dan semak dilakukan pada seluruh kawasan pusat pemerintahan
(Gambar 12). Untuk semak dan rumput dilakukan 1 bulan sekali sedangkan
untuk pohon dilakukan 3 bulan sekali pada area jalur hijau. Pemangkasan
dilakukan pada rumput yang tandas dengan menggunakan mesin potong
rumput gendong. Penggunaan mesin pangkas gendong sudah tepat untuk
kegiatan pekerjaan karena kondisi pusat pemerintahan yang cukup luas
sehingga waktu pengerjaan lebih efisien. Pekerja yang bertugas untuk
kegiatan pemangkasan berjumlah 28 orang.
Menurut Arifin dan Arifin (2005), pelaksanaan pemangkasan tanaman,
terutama pohon, yang baik harus memperhatikan waktu yang tepat.
Pemangkasan pohon dilakukan pada musim tertentu, bergantung pada jenis
pertumbuhannya. Pemangkasan tidak dilakukan pada saat pohon sedang
musim berbunga dan be