Perencanaan Lanskap Untuk Pelestarian Lanskap Kawasan Situs Percandian Batujaya Di Kabupaten Karawang

PERENCANAAN LANSKAP UNTUK PELESTARIAN
KAWASAN SITUS PERCANDIAN BATUJAYA DI
KABUPATEN KARAWANG
/

HANIA ZULFA

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perencanaan Lanskap
untuk Pelestarian Kawasan Situs Percandian Batujaya di Kabupaten Karawang
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Mei 2015
Hania Zulfa
NIM A44100071

ABSTRAK
HANIA ZULFA. Perencanaan Lanskap untuk Pelestarian Lanskap Kawasan Situs
Percandian Batujaya di Kabupaten Karawang. Dibimbing oleh QODARIAN
PRAMUKANTO.
Kawasan Situs Percandian Batujaya berada di Kecamatan Batujaya,
Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat. Kawasan ini merupakan kompleks
percandian bercorak Buddhistik yang dibangun pada masa Kerajaan
Tarumanegara. Peningkatan yang pesat terhadap pembangunan di Kabupaten
Karawang mengancam tergesernya kawasan yang memiliki nilai bersejarah. Oleh
karena itu, tujuan penelitian ini yaitu merencanakan lanskap pelestarian Situs
Percandian Batujaya. Tahapan penelitian ini terdiri atas pengumpulan data,
analisis, sintesis, penyusunan konsep, dan perencanaan. Analisis dilakukan untuk
mengidentifikasi kesesuaian tata ruang candi dengan konsep kawasan candi

berdasarkan ajaran agama Budha Mahayana sehingga dapat ditentukan unit ruang
signifikansi sejarah kawasan. Hasil peta komposit unit ruang signifikansi ini
digunakan sebagai arahan penyusunan konsep ruang dan aktivitas serta fasilitas
pendukung. Tingkat signifikansi lanskap dipertimbangkan dalam penyusunan
zonasi pelestarian rencana lanskap. Hasil akhir penelitian ini dituangkan dalam
rencana lanskap.
Kata kunci: Kabupaten Karawang, perencanaan lanskap, Situs Batujaya, zonasi
pelestarian.

ABSTRACT
HANIA ZULFA. Landscape Planning for Batujaya Temples Preservation in
Karawang. Supervised by QODARIAN PRAMUKATO
Batujaya Temples is located in Batujaya District, Karawang Regency,
West Java Province. This buddhistic temples was assumpted built in
Tarumanagara Empire Period. The increasing of physical development in
Karawang threats the displacement of historical region. Therefore, the objective of
this research was to plan a landscape preservation of Batujaya Temples Site. This
research stages consists of data collecting and compiling, analysis, synthesis,
concept arranging, and planning the landscape, respectively. The analysis was
used to identify historical significance and the suitability of temples‟ layout with

the concept of the temples site based on Budha Mahayana belief in order to
determine the space unit of historical preservation region. The composite map was
used to arrange the zone, activities, and facilities concept. The result of this
research is presented in a landscape plan of Batujaya Temples Site.
Key words: Batujaya Temples, Karawang Regency, landscape planning,
preservation zone

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk
kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,
penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak
merugikan kepentingan IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

PERENCANAAN LANSKAP UNTUK PELESTARIAN
KAWASAN SITUS PERCANDIAN BATUJAYA DI

KABUPATEN KARAWANG

HANIA ZULFA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Arsitektur Lanskap

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang

dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2014 ini ialah
perencanaan pelestarian lanskap sejarah, dengan judul “Perencanaan Lanskap
untuk Pelestarian Kawasan Situs Percandian Batujaya di Kabupaten Karawang”.
Penghargaan dan rasa terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Ir
Qodarian Pramukanto, MSi sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah
memberikan bimbingan, saran, dan pengarahan yang sangat bermanfaat selama
proses penyusunan skripsi ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada
Ibu Dr Ir Afra DN Makalew, MSc selaku dosen pembimbing akademik, keluarga
terutama mamah, bapak, dan kakak-kakak penulis, teman belajar GM, Lanskap
47, Keluarga Besar Arsitektur Lanskap IPB, teman-teman penulis, dinas dan
instansi di Kabupaten Karawang, serta pihak lainnya atas segala doa, bantuan, dan
dukungannya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi rekomendasi bagi pemerintah
Kabupaten Karawang dalam pelestarian lanskap dan pengembangan Situs
Percandian Batujaya. Penulis berharap agar karya ilmiah ini dapat memberikan
manfaat untuk berbagai pihak dan dapat menjadi suatu referensi bagi penelitian
selanjutnya.

Bogor, Mei 2015
Hania Zulfa


DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

xiii

DAFTAR GAMBAR

xiii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian


2

Manfaat Penelitian

2

Batasan Penelitian

2

Kerangka Pikir

2

TINJAUAN PUSTAKA

3

Lanskap Sejarah


3

Pelestarian Lanskap Sejarah

4

Perlindungan Benda dan Situs Cagar Budaya

4

Perencanaan Kawasan untuk Pelestarian Lanskap Sejarah

5

Zonasi Pelestarian Lanskap Sejarah

5

Candi dan Percandian


6

Mandala dan Mandala Vajradhatu

6

Situs Percandian Batujaya Karawang

7

METODE

8

Lokasi dan Waktu Penelitian

8

Alat dan Bahan Penelitian


8

Metode Penelitian

9

Persiapan

10

Inventarisasi dan Kompilasi Data

10

Analisis dan Sintesis

14

Konsep


17

Perencanaan

17

HASIL DAN PEMBAHASAN
Inventarisasi

17
17

Letak Geografis dan Administratif Situs Percandian Batujaya

17

Aspek Legal

17

Aspek Biofisik

18

Aspek Kesejarahan

28

Analisis

43

Analisis Biofisik

43

Analisis Kesejarahan

48

Analisis Signifikansi Ruang Sejarah

58

Sintesis
KONSEP DAN PENGEMBANGAN
Konsep Perencanaan Lanskap

63
68
68

Konsep Dasar Perencanaan Pelestarian

68

Pengembangan Konsep

68

RENCANA LANSKAP

73

Rencana Lanskap

73

Rencana Ruang dan Aktivitas

73

Zona Sakral

74

Zona Riset

74

Zona Penyangga

74

Zona Pemanfaatan

74

Tabel 15 Rencana lanskap pelestarian kawasan Situs Percandian Batujaya

75

Rencana Fasilitas Pendukung Pelestarian

75

Zona Sakral

75

Zona Riset

75

Zona Penyangga

75

Zona Pemanfaatan

75

Simpulan dan Saran

82

Simpulan

82

Saran

82

DAFTAR PUSTAKA

83

RIWAYAT HIDUP

85

DAFTAR TABEL
1 Alat yang digunakan dalam penelitian
2 Jenis, tipe, bentuk, cara pengambilan, dan sumber data yang
dikumpulkan
3 Kriteria penilaian unit ruang artefak dan penelitian arkeologi
4 Kriteria penilaian berdasarkan hierarki Transcendence Budha
5 Penilaian rencana pengembangan kawasan
6 Penilaian ruang aktivitas masyarakat
7 Daftar benda peninggalan Situs Batujaya yang masuk dalam Daftar
8 Penggunaan lahan dalam Desa Segaran dan Desa Teluk Buyung
9 Bangunan candi beserta perkiraan fungsinya
10 Matriks hasil analisis
11 Skoring unit ruang artefak
12 Kategorisasi unit ruang pelestarian
13 Matriks Hasil Analisis Unit Ruang Kelestarian Sejarah
14 Kategori unit ruang dan arahan rencana
15 Rencana lanskap pelestarian kawasan Situs Percandian Batujaya

9
10
14
15
16
16
18
22
42
57
58
63
63
67
74

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24

Kerangka pikir penelitian
Vajradhatu mandala
Struktur geometris mandala
Lokasi penelitian
Tahapan penelitian
Penyebaran tanah permukaan kawasan Batujaya
Tata guna lahan
Curah hujan kawasan
Daerah aliran Sungai Citarum
Hidrologi kawasan
Aksesibilitas kawasan
Aksesibilitas
Museum Situs Cagar Budaya Batujaya
Koleksi museum
Situs Segaran I (Candi Jiwa)
Situs Segaran II (Situs Lempeng)
Situs Segaran III (Situs Damar)
Situs Segaran IV
Situs Segaran V (Candi Blandongan)
Batu umpak penopang atap candi
Perbedaan fase pada pembangunan ornamen Candi Blandongan
Benda-benda temuan di sekitar Candi Blandongan
Situs Segaran VI
Situs Telagajaya I-A

3
7
7
8
9
20
21
23
24
25
26
27
28
29
29
30
31
31
32
32
33
33
34
35

25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56

Situs Telagajaya I-B
Situs Telagajaya I-C
Situs Telagajaya V
Situs Telagajaya VI (Unur Silinder)
Situs Telagajaya VIII (Unur Gundul)
Situs Telagajaya VIII
Situs Telagajaya XI (Sawah Kramat)
Persebaran situs di Situs Percandian Batujaya
Prosesi perayaan waisak di Candi Jiwa
Geomorfologi kuarter kawasan
Curah hujan rata-rata bulanan Kabupaten Karawang 2004-2013
Denah Candi Jiwa
Denah Candi Blandongan
Pola linear pada Candi Borobudur
Pola linear pada tata ruang Situs Percandian Batujaya
Mandala Vajradhatu dalam kawasan Situs Percandian Batujaya
Fungsi bangunan candi
Unit Ruang Arkeologi
Unit Tata Ruang Candi
Unit Ruang Ancaman Pengembangan Daerah Perkotaan
Unit Ruang Ancaman Aktivitas Masyarakat
Komposit
Unit Ruang Manajemen Kawasan
Unit Ruang Biofisik
Diagram konsep ruang pelestarian
Zonasi pelestarian
Rencana Lanskap
Rencana Lanskap Situs Percandian Batujaya: Zona Sakral
Rencana Lanskap Situs Percandian Batujaya: Zona Riset
Rencana Lanskap Situs Percandian Batujaya: Zona Penyangga
Rencana Lanskap Situs Percandian Batujaya: Zona Pemanfaatan
Ilustrasi Rencana Lanskap

35
36
37
37
38
38
39
40
43
45
46
49
50
52
52
54
56
60
61
62
65
66
69
70
71
72
76
77
78
79
80
81

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan sebuah negara yang tidak hanya kaya akan sumber
daya alamnya saja, akan tetapi kaya juga akan peninggalan sejarah dan budaya.
Kekayaan itu menyebar luas di seluruh pelosok negeri baik berupa elemen
intangible maupun elemen tangible. Peninggalan sejarah dan budaya ini menjadi
penghubung antara dimensi masa lalu dan masa kini yang mempengaruhi pola
budaya serta memberikan identitas khas di masing-masing wilayah. Salah satu
bentuk peninggalan sejarah dan budaya tersebut adalah bangunan candi yang
banyak dibangun pada masa Kerajaan Hindu-Budha. Kabupaten Karawang turut
menjadi bagian penting dalam kejayaan kerajaan-kerajaan bercorak Hindu-Budha
yang pernah berkuasa di tatar sunda yang di masa lampau.
Kabupaten Karawang merupakan sebuah daerah administratif yang turut
andil sebagai daerah penyokong Ibukota Jakarta. Kabupaten Karawang juga
mendapatkan pengaruh besar terutama dalam pengembangan wilayah pusat
pertumbuhan ekonomi. Saat ini di wilayah Karawang telah banyak dibangun
perumahan, gedung-gedung, hotel, Central Bussiness Distric, sampai dengan
Memorial Park. Bahkan direncanakan akan dibangun Bandara Internasional
Kertajati dan Pelabuhan Cilamaya di wilayah utara Kabupaten Karawang yang
ditargetkan selesai pada tahun 2020 (Pikiran-Rakyat.com). Peningkatan yang
pesat terhadap pembangunan tersebut akan menimbulkan dampak terhadap
semakin bergesernya keberadaan lahan atau bangunan yang memiliki nilai
bersejarah bagi Kabupaten Karawang yang seharusnya tetap dipertahankan dan
dilestarikan. Salah satu peninggalan yang juga berperan besar dalam sejarah
Indonesia di Karawang adalah Kawasan Percandian Batujaya.
Situs percandian Batujaya merupakan sebuah kawasan tempat candi-candi
peninggalan Kerajaan Tarumanegara berada. Kawasan ini ditemukan pertama kali
pada tahun 1985 oleh Tim Peneliti UI dan diperkirakan dibangun pada abad ke 5.
Saat ini candi-candi tersebut masih berada dalam penelitian dan baru beberapa
candi yang sudah diekskavasi yaitu Candi Jiwa dan Candi Blandongan. Candicandi yang berada di kawasan Batujaya ini bercorak Budhistik. Berdasarkan data
dari Balai Pelestarian Cagar Budaya Serang (BPCB) sampai saat ini sudah ada 48
titik situs sejarah di kawasan ini. Kawasan Percandian Batujaya ini termasuk
peninggalan sejarah yang memiliki nilai penting bagi Kabupaten Karawang, Jawa
Barat, dan Indonesia.
Seiring dengan meningkatnya kemajuan pembangunan, lanskap sejarah
menjadi suatu warisan yang sangat kritis dan terancam hilang keberadaanya
apabila tidak ada usaha dari berbagai pihak untuk peduli dan mempertahankannya.
Oleh karena itu sejalan dengan kegiatan ekskavasi dan penelitian yang masih
dilakukan di situs ini, perencanaan lanskap Situs Percandian Batujaya perlu
dilakukan untuk melestarikan keberadaan situs. Hal ini ditujukan agar nilai-nilai
sejarah yang tersimpan tidak hilang dan sebagai bagian penting dalam sejarah
Kabupaten Karawang untuk generasi selanjutnya.

2
Tujuan Penelitian
Tujuan umum dari penelitian ini meliputi;
1) mengidentifikasi dan memetakan kondisi eksisting serta karakter lanskap
Situs Percandian Batujaya Karawang dari aspek kesejarahan;
2) analisis faktor yang mempengaruhi lanskap Situs Percandian Batujaya
sebagai bentuk upaya pelestarian lanskap sejarah, dan;
3) menyusun rencana lanskap Situs Percandian Batujaya untuk kawasan
pelestarian lanskap sejarah.
Manfaat Penelitian
Hasil perencanaan yang diharapkan adalah sebagai berikut:
1) menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah daerah Kabupaten
Karawang dalam usaha pelestarian dan pengembangan Situs Percandian
Batujaya;
2) meningkatkan kepedulian masyarakat dalam menjaga dan melestarikan
nilai sejarah Situs Percandian Batujaya, dan;
3) memberikan informasi yang lengkap mengenai Situs Percandian
Batujaya.
Batasan Penelitian
Penelitian ini dibatasi pada tatanan unit lanskap sejarah Situs Percandian
Batujaya. Penelitian ini tidak mencakup pendekatan sosial. Aspek sosial dalam
penelitian ini didekati dengan analisis penggunaan lahan yang ada. Rencana yang
dihasilkan berupa rencana lanskap pelestarian Situs Percandian Batujaya.
Kerangka Pikir
Situs Percandian Batujaya merupakan sebuah kompleks percandian
peninggalan masa Kerajaan Tarumanegara. Situs ini terletak di dua desa yaitu
Desa Segaran di Kecamatan Batujaya dan Desa Teluk Buyung di Kecamatan
Pakisjaya, Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat. Situs Percandian Batujaya
ini memiliki aspek biofisik dan aspek kesejarahan yang membentuk lanskap
sejarahnya sendiri. Kedua aspek tersebut kemudian dikaji dengan menganalisis
setiap sub aspeknya untuk membentuk unit ruang sejarah. Aspek legal
dipertimbangkan dalam penyusunan konsep perencanaan sebagai kawasan
pelestarian sejarah. Hasil akhir penelitian ini berupa Rencana lanskap pelestarian
Situs Percandian Batujaya. Kerangka pikir penelitian disajikan pada Gambar 1.

3

Gambar 1 Kerangka pikir penelitian

TINJAUAN PUSTAKA
Lanskap Sejarah
Lanskap sejarah merupakan bentukan lanskap tempo dulu yang menjadi
bagian dari bentuk lanskap budaya yang memiliki dimensi waktu di dalamnya.
Lanskap sejarah juga merupakan sebagai kawasan geografis yang merupakan
objek atau susunan (setting) atas suatu kejadian atau peristiwa interaksi yang

4
bersejarah dalam kehidupan dan keberadaan manusia. Lanskap ini dibentuk dari
perpaduan antara unsur alam dan unsur budaya dengan skala dan cakupan area
berupa tapak, distrik, ketetanggaan, komuniti, kota, wilayah, nasional, dan
internasional.
Menurut Nurisjah dan Pramukanto (2001), lanskap sejarah memiliki
karakter yang dapat dibentuk dari dua faktor yaitu historic/prehistoric feature
berupa fitur lanskap baik yang terdapat di atas maupun di bawah tanah dan
informasi-informasi sejarah yang berhubungan dengan tapak seperti cerita rakyat,
legenda, atau catatan sejarah proses terjadinya suatu tapak.
Pelestarian Lanskap Sejarah
Menurut Nurisjah dan Pramukanto (2001), pelestarian lanskap sejarah dapat
didefinisikan sebagai usaha manusia untuk melindungi peninggalan atau sisa-sisa
budaya dan sejarah terdahulu yang memiliki suatu nilai dari berbagai perubahan
yang bersifat negatif atau merusak keberadaan atau nilai yang dimiliki. Kriteria
tindakan pelestarian lanskap sejarah tersebut dilakukan berdasarkan pertimbangan
faktor faktor berikut, yaitu:
1) makna sejarah (historical significance), didasarkan pada kepentingan
relatif dari keunikan dan makna kesejarahan;
2) extant historic resources, didasarkan pada jumlah dan tipe dari fitur
utama yang terkait dengan periode sejarah tapak tersebut;
3) kondisi sumberdaya sejarah, berupa kondisi struktural dan kondisi
material tanaman, dan;
4) seleksi periode sejarah, meliputi kepentingan dari asosiasi sejarah,
ketersediaan sumberdaya eksisting, keterpaduan dari sumberdaya
tersedia, keterkaitan antar sumberdaya eksisting dengan keterkaitan
sejarah, kondisi sumberdaya saat ini, serta ketersediaan informasi
sejarah pada periode yang otentik untuk upaya restorasi.
Perlindungan Benda dan Situs Cagar Budaya
Dalam undang-undang Nomor 11 tahun 2010 tentang cagar budaya
memiliki definisi yaitu:
1) Cagar Budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda
Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs
Cagar Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya di darat dan/atau di air yang
perlu dileskatrikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi
sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/ atau kebudayaan
melalui proses penetapan;
2) Benda Cagar Budaya adalah benda alam dan/atau benda buatan manusia,
baik bergerak maupun tidak, berupa kesatuan atau kelompok, atau
bagian-bagiannya, atau sisa-sisanya yang memiliki hubungan erat
dengan kebudayaan dan sejarah perkembangan manusia;
3) Bangunan Cagar Budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari benda
alam atau benda buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang
berdinding dan/atau tidak berdinding, dan beratap;

5
4) Struktur Cagar Budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari benda
alam dan/atau benda buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang
kegiatan yang menyatu dengan alam, sarana, dan prasarana untuk
menampung kebutuhan manusia;
5) Situs Cagar Budaya adalah lokasi yang berada di darat dan/atau di air
yang mengandung Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya,
dan/atau Struktur Cagar Budaya sebagai hasil kegiatan manusia atau
bukti kejadian pada masa lalu;
6) Kawasan Cagar Budaya adalah satuan ruang geografis yang memiliki
dua Situs Cagar Budaya atau lebih yang letaknya berdekatan dan/atau
memperhatikan ciri tata ruang yang khas.
Perencanaan Kawasan untuk Pelestarian Lanskap Sejarah
Upaya pelestarian suatu kawasan yang memiliki nilai sejarah tinggi tidak
hanya mempertimbangkan isu keindahannya saja (beautification) tetapi juga
berbagai hal yang bersifat menyeluruh (holistic). Hal ini dikarenakan warisan
budaya dan sejarah yang ada dibentuk juga oleh berbagai sumberdaya baik
bersifat fisik maupun nonfisik (Nurisjah dan Pramukanto 2001). Menurut Haris
dan Dinnes (1988) ditegaskan juga bahwa perlu adanya persyaratan kultural dan
teknologikal dalam kawasan yang akan dilestarikan untuk menghasilkan bentuk
pemanfaatan yang lebih kreatif.
Zonasi Pelestarian Lanskap Sejarah
Salah satu bentuk dari upaya pelestarian lanskap sejarah adalah dengan
penentuan batas ruang pelestarian. Menurut Undang-undang Nomor 11 tahun
2010 tentang Cagar Budaya zonasi adalah penentuan batas-batas keruangan Situs
Cagar Budaya dalam Kawasan Cagar Budaya sesuai dengan kebutuhan.
Penentuan batas ini salah satu caranya dapat dilakukan dengan mengaplikasikan
penggunaan Geographic Information System (GIS). Menurut Box (1999) lanskap
yang terkandung benda-benda arkeologi dapat didefinisikan sebagai studi
hubungan keruangan antara manusia dengan benda fisik, sosial, dan lingkungan
kognitif mereka. Proses sosial dalam lanskap sejarah ini juga dapat dimodelkan
dengan mempertimbangkan dimensi waktu. GIS ini pernah digunakan untuk
memprediksi lokasi dan batas terirorial model studi di Kroasia yang diindikasikan
terdapat banyak situs sejarah.
Penerapan GIS dalam studi Angkor Wat dapat menjadi panduan dalam
menghasilkan sebuah zonasi pelestarian lanskap yang direncanakan dalam
penelitian ini. Zonasi dan rencana pengelolaan lingkungan atau Zoning and
Environmental Management Plan (ZEMP) pada Angkor Wat bertujuan
menjelaskan dan mengevaluasi sumber daya sejarah dan alam dari area tersebut.
Selain itu, menjadi paduan untuk pengelolaan yang dapat meningkatkan kondisi
ekonomi dan sosial wilayah tersebut serta melindungi benda sejarah Angkor Wat
baik yang berada di atas dan di bawah permukaan (Box 1999). Data yang
digunakan dalam menghasilkan ZEMP ini meliputi peta persebaran monumen dan
situs arkeologi, infrastruktur, tata guna lahan dan penutupan vegetasi, hidrologi,
populasi data, tanah dan geomorfologi, dan geologi. Data tersebut masing-masing

6
dievaluasi dan dinilai oleh para ahli di bidangnya. Data monumen dan situs
arkeologi tersebut dinilai dengan mempertimbangkan adanya kepentingan
ekskavasi, ancaman terhadap situs, dan potensi penelitian arkeologi (Box 1999).
Candi dan Percandian
Candi merupakan sebuah bangunan yang menjadi salah satu bentuk dari
komunikasi budaya. Setiap elemen yang terdapat dalam candi baik itu ornamen,
relief, tokoh-tokoh kayangan, dan arca yang ada memiliki maksud, tujuan, dan
simbol-simbol tertentu. Candi merupakan sebuah bangunan suci, produk budaya
dari masa Hindu dan Budha yang menggambarkan konsep kosmologi dan replika
dari Gunung Mahameru tempat para dewa (Sarjanawati 2010). Konsep kosmologi
ini diperhatikan adanya keseimbangan antara makrokosmos dan mikrokosmos.
Makrokosmos digambarkan dengan alam semesta sebagai pusat kosmos,
sedangkan mikrokosmos digambarkan dengan elemen yang ada di dalam alam
semesta seperti manusia, rumah, desa, dan komunitas (Harto 2005). Bangunan
candi dapat berfungsi sebagai makam ataupun untuk ritual ibadah. Oleh karena itu
untuk menjalani suatu ritual umumnya tidak hanya terdapat satu buah candi
melainkan lebih dan umumnya membentuk sebuah kompleks atau kawasan yang
dapat disebut sebagai kawasan percandian.
Mandala dan Mandala Vajradhatu
Menurut Herwindo et al (2014) candi merupakan karya arsitektur yang
dibangun berdasarkan mandala dan beberapa kaidah lain berdasarkan sifat
keagamaan baik Hindu maupun Budha. Candi Budha memiliki variasi iconografi,
mandala dan bentuk candi. Mandala adalah gambaran alam semesta yang
diintepretasikan dalam sebuah bentuk geometris yang dapat diaplikasikan dalam
seni, bangunan, dan ruang. Aliran Budha memegang peran penting dalam
penentuan iconografi atau mandala dalam candinya. Mandala Vajradhatu adalah
mandala yang dibawa oleh pengaruh Budha Mahayana yang dilambangkan
dengan Pagoda Intan di puncak Gunung Sumeru dengan lima atap lingkaran. Pada
umumnya candi Budha terletak di pusat lahan dan dikelilingi candi-candi
pendamping sebagai satelit.
Pada konsep mandala Vajradhatu dalam Kossak dan Singer (1998)
Vairochana dalam bentuk empat wajah dan delapan tangannya menjadi pusat
dalam mandala. Vairochana ini dikelilingi dan ditempatkan empat simbol
keluarga yang juga dihubungkan dengan empat kepentingan Budha (Tathagata)
yaitu Akshobya di sebelah timur, Ratnasambhava di selatan, Amitabha di barat,
dan Amoghasiddhi di utara. Setiap tatagata ini dikelilingi oleh empat penjaga.
Pada empat lingkaran yang menandakan titik tengah kompas tersebut terdapat
empat dewi-dewi yang berhubungan dengan persembahan untuk dewa sentral
dalam mandala ini. Dewi-dewi tersebut yaitu Vajrapuspa di barat daya
melambangkan bunga, Vajradipa di barat laut melambangkan cahaya,
Vajragandha di timur laut melambangkan wewangian, dan Vairadhupa di
tenggara melambangkan dupa. Konsep Mandala Vajradhatu dapat dilihat pada
Gambar 2 sedangkan bentuk geometris mandala secara lebih sederhana disajikan
dalam Gambar 3.

7

Gambar 2 Vajradhatu mandala
Sumber : Kossak dan Singer (1998)

Gambar 3 Struktur geometris mandala
Sumber: ccat.sas.upenn.edu/george/scaffold.map

Situs Percandian Batujaya Karawang
Situs Percandian Batujaya merupakan salah satu kawasan cagar budaya
yang dimiliki oleh Kabupaten Karawang. Nama ini diambil dari nama kecamatan
dimana situs pertama kali ditemukan yaitu di Kecamatan Batujaya. Lokasi situs
merupakan areal persawahan warga yang dahulunya merupakan danau. Menurut
Djafar (2010) hal ini juga ditandai dengan nama desa Segaran yang berarti laut
atau kolam dalam bahasa Sanskerta.
Candi-candi yang berada di Situs Batujaya ini memiliki corak Budhistik
dan menganut aliran Budha Mahayana. Beberapa candi yang berada di kawasan
ini sudah masuk dalam Daftar Inventarisasi Cagar Budaya tahun 2011 oleh Balai
Pelestarian Cagar Budaya Serang. Kawasan ini merupakan kompleks candi masa
Kerajaan Tarumanegara dan diperkirakan berdiri sejak abad ke 5 serta dibangun

8
dalam dua tahap yaitu abad 5-7 pada masa Tarumanegara dan tahap kedua di abad
7-10 pada masa Sriwijaya (Djafar 2010). Menurut Djafar (1992) dalam Djafar
(2010) terdapat lebih dari 20 buah reruntuhan bangunan bata yang tersebar di
kawasan situs seluas 5 km2 ini.

METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian mengenai perencanaan pelestarian lanskap ini dilakukan Situs
Percandian Batujaya yang secara administratif terletak di Desa Segaran di
Kecamatan Batujaya dan Desa Teluk Buyung di Kecamatan Pakisjaya, Kabupaten
Karawang, Provinsi Jawa Barat. Kawasan yang menjadi target studi adalah lokasi
yang berdasarkan penelitian dari Djafar (2010) memiliki luas dugaan sebesar ±
500 ha. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 4. Penelitian ini
berlangsung mulai dari bulan Maret 2014 sampai April 2015.

Gambar 4 Lokasi penelitian
Alat dan Bahan Penelitian
Penelitian dilakukan dengan menggunakan peralatan berupa hardware dan
software. Tabel 1 menunjukan alat yang dibutuhkan dalam penelitian. Bahan
penelitian yang digunakan berupa data primer dan sekunder. Data primer adalah
data yang diambil langsung dari pengamatan di lapangan sedangkan data sekunder
didapatkan dari berbagai pustaka serta data dari dinas terkait.

9
Tabel 1 Alat yang digunakan dalam penelitian
Alat
Kamera Digital
Kertas dan alat tulis
Aplikasi Microsoft Word
2010
Software ArcGIS
Software Adobe
Photoshop
Software CorelDraw

Kegunaan
Mendokumentasikan beberapa obyek pengamatan
Mencatat data yang diperoleh dalam pengamatan dan
wawancara
Mengolah data berupa text dalam penulisan laporan dan
deskripsi data
Mengolah data spasial
Membuat gambar ilustrasi dan memperhalus hasil gambar
spasial
Membuat layout hasil akhir gambar

Metode Penelitian
Metode yang digunakan secara umum dalam penelitian ini adalah deskriptif
dan menggunakan pendekatan penelusuran sejarah. Proses ini dilakukan melalui
beberapa tahap yaitu tahap persiapan, tahap pengumpulan dan kompilasi data,
tahap analisis dan sintesis, tahap penyusunan konsep, dan tahap perencanaan.
Bagan tahapan penelitian dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5 Tahapan penelitian

10
Persiapan
Tahapan persiapan merupakan tahap awal dalam pelaksanaan penelitian ini.
Tahap ini meliputi beberapa kegiatan yaitu penyusunan proposal, studi pustaka
untuk mengetahui gambaran secara umum lokasi dan metode penelitian,
pelaksanaan kolokium, pengurusan perizinan, penyusunan rencana anggaran biaya
penelitian, dan persiapan peta dasar Desa Segaran Kecamatan Batujaya dan Desa
Teluk Buyung Kecamatan Pakisjaya Kabupaten Karawang.
Inventarisasi dan Kompilasi Data
A) Inventarisasi Data
Tahap inventarisasi data merupakan tahap pengambilan dan pengumpulan
data primer dan data sekunder yang berkaitan dengan tujuan awal penelitian. Data
primer diperoleh dari hasil survei lapang dan wawancara. Data sekunder diperoleh
melalui studi pustaka baik dalam bentuk literatur buku, jurnal, dan buku
elektronik/jurnal maupun dalam bentuk laporan yang diambil dari dinas terkait.
Kegiatan survei lapang dilakukan untuk mendapatkan data primer mengenai
beberapa aspek biofisik dan aspek kesejarahan dengan menilai langsung dan
mendokumentasikan aspek yang diteliti. Kegiatan wawancara dilakukan kepada
responden ahli dalam bidangnya untuk mengetahui informasi kesejarahan dari
setiap objek sejarah yang dinilai.
Data sekunder diperoleh melalui studi pustaka untuk mengetahui informasi
terkait aspek biofisik, aspek kesejarahan, dan aspek legal. Penelitian yang
dihasilkan oleh Djafar (2010) berupa temuan benda-benda arkeologi dan
kesejarahannya digunakan sebagai data dasar untuk aspek biofisik dan aspek
kesejejarahan dalam penelitian ini. Data aspek legal yang diambil berupa status
legal dan kebijakan mengenai perlindungan benda cagar budaya dari Balai
Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Serang. Secara lebih rinci jenis data, tipe data,
bentuk data, cara pengambilan data, dan sumber data yang dikumpulkan disajikan
pada Tabel 2.
Tabel 2 Jenis, tipe, bentuk, cara pengambilan, dan sumber data yang dikumpulkan
Jenis data

Tipe data

Bentuk
data

Cara
pengambilan
data

Sumber

Kondisi Umum
Geografis
- Batas administratif
wilayah
- Luas wilayah
Demografi
- Kecamatan dalam
angka

Sekunder

Spasial

Studi pustaka

Bappeda

Sekunder

Deskriptif

Studi pustaka

Bappeda

Sekunder

Tabular

Studi pustaka

BPS Karawang

11
Tabel 2 Jenis, tipe, bentuk, cara pengambilan, dan sumber data yang dikumpulkan
(lanjutan)
Jenis data
Kondisi Sosial
- Kondisi sosial
budaya
masyarakat
Aspek Biofisik

Cara
pengambilan
data

Tipe data

Bentuk
data

Sekunder

Deskriptif

Studi pustaka

Literatur

Sekunder

Deskriptif,
Spasial

Studi pustaka

Bappeda, Literatur

Sekunder

Spasial

Studi pustaka

Literatur

Spasial

Studi pustaka

Bappeda

Deskriptif,
Spasial

Studi pustaka

BMKG, Literatur

Sekunder

Spasial,
Deskriptif

Studi pustaka

BIG, Literatur

Sekunder,
Primer

Deskriptif

Studi pustaka,
Survei

Literatur, Tapak

Sekunder,
Primer

Deskriptif

Studi pustaka,
Wawancara,
Survei

Literatur, Tapak

Sekunder,
Primer

Deskriptif

Studi pustaka,
Wawancara

Literatur,Disbudpar
Karawang, BPCB
Serang, dan
Responden Ahli

Sekunder

Deskriptif

Studi pustaka

Literatur, BPCB
Serang

Sekunder

Deskriptif

Studi pustaka

Dinas Bina Marga

Sekunder,
Primer

Deskriptif

Studi pustaka,
Survei

Dinas Bina Marga

Sumber

Topografi
- Kemiringan lahan
Tanah
- Jenis tanah

Tataguna lahan
A.
- Jenis penggunaan
Sekunder
lahan
Iklim
B.
- Suhu, kelembaban,
Sekunder
dan curah hujan
Hidrologi
C.
- Badan air
Vegetasi
- Jenis vegetasi
- Nilai penting
secara botanis,
ekologis, estetis,
dan historis
Aspek Kesejarahan
Informasi sejarah
kawasan
- Sejarah Situs
Percandian
Batujaya
Karawang
- Informasi
kesejarahan
elemen fisik
Aksesibilitas dan
Sirkulasi
- Jenis jaringan
jalan
- Kondisi jaringan
jalan

12
Tabel 2 Jenis, tipe, bentuk, cara pengambilan, dan sumber data yang dikumpulkan
(lanjutan)
Cara
pengambilan
data

Jenis data

Tipe data

Bentuk
data

- Jenis moda
transportasi
Artefak
- Bentuk dan jenis
artefak
Tata ruang
- Bentuk tata ruang
kawasan
percandian
Orientasi
- Orientasi hadap
candi dan
maknanya
Fungsi dan makna
- Fungsi elemen
lanskap sejarah
fisik dan nonfisik
Religi
- Aktivitas religi
yang dilaksanakan
Aspek Legalitas
Status legalitas
kawasan
Kebijakan mengenai
pelestarian Situs
Percandian Batujaya

Sekunder,
Primer

Deskriptif

Studi pustaka

Dinas Bina Marga

Sekunder,
Primer

Deskriptif

Studi pustaka

Literatur

Sekunder

Deskriptif

Studi pustaka

Literatur

Sekunder

Deskriptif

Studi pustaka

Literatur

Sekunder

Deskriptif

Studi pustaka

Literatur

Sekunder

Deskriptif

Studi pustaka

Literatur

Sekunder

Deskriptif

Studi pustaka,
wawancara

BPCB Serang

Sekunder

Deskriptif

Studi pustaka

Disbudpar
Karawang, BPCB
Serang

Sumber

B) Kompilasi Data
Pada tahap ini, data yang telah didapatkan dari tahap pengumpulan data
yang berasal dari berbagai sumber dikompilasi dan disusun ke dalam bentuk data
spasial. Data yang diperoleh baik dalam bentuk deskriptif, foto, maupun tabular
dari masing-masing sub aspek tersebut disusun menjadi suatu peta tematik untuk
mempermudah proses tahapan penelitian selanjutnya yaitu tahap analisis dan
sintesis.
1. Aspek Biofisik
Topografi
Data topografi yang dikumpulkan berupa data spasial yang mengambarkan
garis kontur dan kemiringan lahan Situs Percandian Batujaya.
Tanah
Data tanah yang dikumpulkan berupa data spasial yang mengambarkan
keadaan tanah di masa lalu yang terdapat di Situs Percandian Batujaya.

13
Tataguna Lahan
Data tataguna lahan menggambarkan jenis penggunaan lahan di masa lalu
dan saat ini yang ada pada unit lanskap. Data yang diperoleh berupa peta tematik
tataguna lahan yang bersumber dari Badan Perencanaan dan Pengembangan
Daerah (BAPPEDA) berupa Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW)
Kabupaten Karawang serta data spasial dari studi literatur.
Iklim
Data yang akan diperoleh berupa data suhu rata-rata bulanan, kelembaban
rata-rata, dan curah hujan rata-rata bulanan di Kabupaten Karawang. Data yang
akan didapatkan berupa data deskriptif.
Hidrologi
Data hidrologi yang digunakan berupa data badan air yang terdapat disekitar
wilayah unit penelitian yaitu Desa Segaran dan Desa Teluk Buyung.
Vegetasi
Data vegetasi yang diperoleh berupa deskriptif yang menjelaskan jenis
vegetasi dengan nilai etnobotani yang ada di sekitar kawasan Situs Percandian
Batujaya. Nilai etnobotani menekankan bagaimana keterkaitan budaya masyarakat
dengan sumberdaya tumbuhan di lingkungannya secara langsung maupun tidak
langsung (Suryadarma 2008).
Aksesibilitas dan Sirkulasi
Data mengenai aksesibilitas dan sirkulasi yang dimaksud adalah jenis,
jumlah, dan kondisi jaringan jalan yang ada, serta jenis moda transportasi. Data
jenis jaringan jalan yang dikumpulkan berupa data spasial. Kondisi jaringan jalan
dan jenis moda transportasi yang ada digunakan sebagai uraian deskriptif.
2. Aspek Kesejarahan
Aksesibilitas dan Sirkulasi Lanskap Sejarah
Data mengenai aksesibilitas dan sirkulasi sejarah yang dimaksud terkait
dengan jenis dan moda transportasi yang digunakan serta sejarah yang ada saat
periode Kerajaan Tarumanegara.
Artefak
Data artefak yang dikumpulkan berupa elemen fisik yang ditemukan di Situs
Percandian Batujaya. Informasi kesejarahan mengenai artefak tersebut juga
diperoleh untuk menjelaskan elemen secara deskriptif kemudian disusun ke dalam
bentuk spasial.
Tata ruang
Data yang digunakan dalam penyusunan tata ruang adalah pola persebaran
situs-situs dalam Situs Percandian Batujaya yang diperoleh dengan mengetahui
titik koordinat situs dan studi pustaka. Data ini kemudian disusun ke dalam peta
spasial.
Orientasi
Orientasi bangunan candi disusun dengan mengetahui informasi kesejarahan
dari setiap situs-situs yang ada di kawasan tersebut. Data ini disusun dengan
penjelasan secara deskriptif.
Fungsi dan Makna
Fungsi dan makna yang dimaksud adalah bagaimana nilai fungsional dan
makna yang terkandung dalam setiap situs yang ada dalam kawasan tersebut.
Informasi ini diperoleh dari kesejarahan setiap situs sebagai sebuah unit lanskap.

14
Religi
Data religi diperoleh dalam bentuk deskriptif. Data ini disusun dengan
mengetahui ritual keagamaan atau aktivitas lain yang berhubungan dengan nilainilai sejarah yang ada di kawasan tersebut.
Analisis dan Sintesis
Tahap analisis dilakukan terhadap data yang telah diperoleh dari tahap
pengumpulan data. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui potensi serta kendala
yang ada dari Situs Percandian Batujaya dalam upaya pelestarian lanskap sejarah.
Kegiatan analisis dilakukan dengan metode analisis secara spasial dan deskriptif.
A) Aspek Legal
Aspek legal dilakukan analisis secara deskriptif untuk mempertimbangkan
kebijakan yang berkaitan dengan pengembangan pelestarian lanskap sejarah di
Situs Percandian Batujaya.
B) Aspek Biofisik
Analisis aspek biofisik dilakukan terhadap kondisi fisik kawasan. Analisis
dilakukan untuk mengetahui alasan penempatan situs dan membandingkannya
dengan literatur yang ada. Selain itu juga diajukan alternatif dalam pengendalian
permasalahan untuk tujuan pelestarian lanskap kawasan.
C) Aspek Kesejarahan
Analisis aspek kesejarahan dilakukan terhadap sub aspek aksesibilitas dan
sirkulasi, artefak, tata ruang, orientasi, dan fungsi serta makna dari setiap situs
yang ada sebagai suatu unit lanskap. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui
pendirian situs terkait dengan subaspek tersebut berdasarkan literatur yang
tersedia.
Selanjutnya, dilakukan analisis aspek biofisik dan kesejarahan dengan
mengintepretasikan data spasial dan atribut yang diperoleh ke dalam unit-unit
ruang untuk mengetahui unit ruang signifikansi kawasan secara keseluruhan. Unitunit ruang tersebut meliputi:
1. Unit Ruang Arkeologi
Unit ruang arkeologi mencakup keberadaan artefak yang ada pada kawasan
baik situs yang sudah diekskavasi maupun ruang potensial artefak. Setiap ruang
sejarah dalam unit ruang ini dinilai dengan skor satu sampai tiga. Kriteria
penilaian tersebut disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 Kriteria penilaian unit ruang artefak dan penelitian arkeologi
Kriteria penilaian
Kepentingan
ekskavasi

1 (Rendah)
Situs tidak
ditemukan artefak
berupa bangunan
atau benda
peninggalan
sejarah lainnya

2 (Sedang)
Situs ditemukan
artefak berupa
benda atau
peninggalan
sejarah

3 (Tinggi)
Situs ditemukan
artefak berupa
bangunan dan
benda
peninggalan
sejarah lainnya

15
Tabel 3 Kriteria penilaian unit ruang artefak dan penelitian arkeologi (lanjutan)
Kriteria penilaian

1 (Rendah)

Ancaman
gangguan pada
situs

Tidak terdapat
kawasan
pemukiman dalam
radius 100 m dari
situs dan tidak
berada pada
wilayah banjir
Potensi penelitian Area yang berada
arkeologi
diluar lokasi
hipotesa Djafar
(2010)

2 (Sedang)

3 (Tinggi)

Terdapat kawasan
pemukiman dalam
radius 100 m dari
situs atau berada
pada wilayah
banjir

Terdapat kawasan
pemukiman
dalam radius 100
m dari situs dan
berada pada
wilayah banjir

-

Area merupakan
lokasi hipotesa
Djafar (2010)

Sumber : Modifikasi Box (1999)

2. Unit Tata Ruang Candi
Unit ruang candi bertujuan mengidentifikasi dan intepretasi tata ruang
Kawasan Situs Percandian Batujaya. Setiap Transcendence Budha dalam mandala
Vajradhatu dalam unit ruang ini dilakukan penilaian berdasarkan nilai
kepentingan dan kesakralannya dari satu sampai tiga. Tabel 4 menjelaskan kriteria
penilaian berdasarkan hierarki Transcendence Budha dalam Vajradhatu.
Tabel 4 Kriteria penilaian berdasarkan hierarki Transcendence Budha
Transcendence
Budha

Skor

Kategori
Unit Ruang

Struktur dalam
lingkaran mandala

1

Keterangan
Area di dalam lingkaran mandala
dianggap memiliki nilai sakral1

1) Vairochana

3

A

2) Amoghasiddi

3

A

3) Akhsobhya

2

B

4) Ratnasambhava

2

B

5) Amitabha

2

B

Struktur diluar
lingkaran mandala

1

C

Lingkaran dalam mandala
membatasi ruang sakral dari
dunia luar1

Keterangan: A = Tinggi; B = Sedang; dan C : Rendah
Kossak dan Singer (1998)

3. Unit Ruang Ancaman Pengembangan Daerah Perkotaan
Unit ruang ancaman pengembangan daerah perkotaan ini dianalisis
berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Karawang Tahun

16
2011-2031. Setiap kawasan dalam RTRW dinilai terkait dengan ancaman yang
akan ditimbulkan terhadap kawasan. Tabel penilaian rencana pengembangan
kawasan dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Penilaian rencana pengembangan kawasan
Kawasan berdasarkan RTRW

Skor

Kategori Unit Ruang

Pemukiman

3

Tinggi

Pertanian lahan basah

2

Sedang

Perlindungan sempadan sungai

1

Rendah

Pengembangan pariwisata

1

Rendah

Perlindungan kawasan mangrove

1

Rendah

4. Unit Ruang Ancaman Aktivitas Masyarakat
Unit ruang ancaman aktivitas masyarakat merupakan unit ruang yang
menggambarkan adanya ancaman dari aktivitas masyarakat terhadap signifikansi
sejarah kawasan. Unit ruang ini mencakup ruang sebagai tempat tinggal, kegiatan
pertanian, dan kegiatan ritual keagamaan. Penilaian ruang aktivitas masyarakat
disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6 Penilaian ruang aktivitas masyarakat

Pemukiman

3

Kategori Unit
Ruang
Tinggi

Lahan pertanian (sawah,
sawah tadah hujan, ladang,
kebun,dan badan air)

2

Sedang

Ruang aktivitas
pertanian

Radius 100 dalam Situs
Segaran I

1

Rendah

Ruang aktivitas
ritual keagamaan

Semak, kawasan mangrove

1

Rendah

Ruang nonaktivitas

Jenis penggunaan lahan

Skor

Keterangan
Ruang tempat
tinggal dan
aktivitas sehari-hari

Selanjutnya masing-masing unit ruang tersebut dilakukan skoring untuk
mengetahui nilai kepentingan sejarah kawasan atau signifikansi sejarah
berdasarkan kriteria penilaian. Hasil skoring dari penilaian tersebut dibagi ke
dalam tiga kelas dengan menggunakan rumus interval mengacu pada Selamet
(1983) dalam Anggraeni (2011) sebagai berikut :
Interval Kelas (IK) = Skor Maksimum (SMa) – Skor Minimum (SMi)
Jumlah Kategori (n)

17
Keterangan:
Tinggi
Sedang
Rendah

= SMi + 2IK + 1 sampai SMa
= SMi + IK + 1 sampai (SMi + 2IK)
= SMi sampai (SMi + IK)

Unit ruang yang telah diperoleh dari tahap analisis kemudian di-overlay
sehingga menghasilkan sebuah peta komposit. Peta komposit tersebut selanjutnya
dikategorikan ke dalam unit ruang signifikansi sejarah tinggi, sedang, dan rendah
berdasarkan total skor yang dihasilkan.
Konsep
Konsep disusun berdasarkan zonasi yang telah dihasilkan pada tahap sintesis.
Konsep dasar untuk kawasan pelestarian lanskap sejarah Situs Percandian
Batujaya ditentukan pada tahap ini. Konsep ditujukan untuk melindungi benda
cagar budaya dengan tetap mempertahankan karakternya. Konsep yang dibuat
terdiri atas konsep ruang dan aktivitas serta konsep fasilitas pendukung. Konsep
ruang dikembangkan sesuai dengan signifikansi sejarah disertai jenis aktivitas
yang akan direncanakan. Sementara itu, konsep fasilitas pendukung pelestarian
disesuaikan dengan aktivitas yang dibuat pada konsep ruang pelestarian.
Perencanaan
Perencanaan lanskap merupakan tahapan terakhir dalam penelitian ini.
Rencana yang dihasilkan berupa rencana lanskap untuk pelestarian lanskap
sejarah Situs Percandian Batujaya secara lebih terperinci. Rencana lanskap ini
juga meliputi rencana tergambar seperti rencana ruang yang akan dikembangkan,
jalur intepretasi, serta fasilitas-fasilitas pendukung kawasan pelestarian sejarah.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Inventarisasi
Letak Geografis dan Administratif Situs Percandian Batujaya
Pada mulanya Situs Percandian Batujaya terletak pada dua desa yaitu Desa
Segaran dan Desa Telagajaya yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Batujaya.
Namun, pada tahun 1995 terjadi pemekaran wilayah administrasi yang membuat
wilayah Desa Telagajaya (termasuk sebagian lokasi penelitian) masuk ke dalam
Desa Teluk Buyung, Kecamatan Pakisjaya (Djafar 2010). Secara astronomis, Situs
Percandian Batujaya terletak pada koordinat 107o08‟40” sampai 107009‟20” BT
dan 6002‟50” sampai 6003‟50‟‟ LS. Situs ini berjarak ±33 km dari Ibukota
Kabupaten Karawang yaitu Karawang Barat.
Aspek Legal
Kawasan Situs percandian Batujaya sudah masuk dalam Daftar Inventarisasi
Cagar Budaya oleh Balai Pelestarian cagar Budaya Serang tahun 2011 (Tabel 7).
Namun, dari 48 titik situs yang sudah ditemukan baru beberapa benda peninggalan

18
yang sudah masuk dalam daftar inventarisasi ini. Pada tahun 2014 Situs
Percandian Batujaya sudah diajukan penetapannya sebagai Benda Cagar Budaya
oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia akan tetapi
masih dalam proses penetapannya. Penetapan ini bukan lagi secara individu, tetapi
sudah menyeluruh menjadi satu kawasan.
Tabel 7 Daftar benda peninggalan Situs Batujaya yang masuk dalam Daftar
Inventarisasi Peninggalan Cagar Budaya
Nama Cagar
Budaya
Segaran IV
Segaran VI
Segaran VII
Segaran VIII
Telagajaya I-B
Telagajaya I-C
Telagajaya II
Telagajaya V
Telagajaya VI
Telagajaya VII

Lokasi Desa

Jenis

Nomor Inventaris

Keterangan

Segaran

Struktur

020.02.19.02.10

Segaran
Segaran
Segaran
Telagajaya
Telagajaya
Telaga Jaya
Telaga Jaya
Telaga Jaya
Telaga Jaya

Struktur
Struktur
Struktur
Struktur
Struktur
Struktur
Struktur
Struktur
Struktur

017.02.19.02.10
018.02.19.02.10
019.02.19.02.10
021.02.19.02.10
022.02.19.02.10
013.02.19.02.10
014.02.19.02.10
015.02.19.02.10
016.02.19.02.10

Stuktur
Bangunan Bata
Batu lingga
Stuktur Bata
Stuktur Bata
Candi
Candi
Stuktur Bata
Stuktur Bata
Stuktur Bata
-

Sumber: Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Serang

Saat ini Kawasan Situs Percandian Batujaya dikelola secara bersama oleh
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karawang, Balai Pelestarian Cagar
Budaya Serang, dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Barat.
Namun, sampai saat ini belum ada batasan wilayah pengelolaan kawasan. Status
kepemilikian lahan kawasan masih dimiliki oleh warga. Beberapa situs sudah
dibebaskan kepemilikan lahannya yaitu pada situs yang sudah dilakukan
penggalian dan pemugaran seperti Situs Segaran V (Candi Blandongan) dan Situs
Segaran I (Candi Jiwa). Beberapa situs lainnya akan terus diupayakan
pembebasan kepemilikan lahannya terutama pada situs yang letaknya berada tepat
di bawah rumah milik warga yaitu Situs Telagajaya IX dan Situs Telagajaya X.
Aspek Biofisik
A) Topografi
Menurut Sutikno dalam Djafar (2010), kawasan Situs Percandian Batujaya
terletak pada ketinggian yang sangat datar yaitu rata-rata 4 m dpl. Kemiringan
lereng di situs ini kurang dari 2%.
B) Tanah
Jenis tanah yang ada di Situs Percandian Batujaya sebagian besar tergolong
dalam jenis tanah Aluvial yang memiliki tekstur lempung lanau (Gambar 6).
Menurut Sutikno dalam Djafar (2010) tanah jenis ini merupakan jenis tanah yang
berkembang dari bahan induk Aluvial muda. Tanah ini memiliki struktur plastis,
konsistensinya teguh, dan dalam keadaan basah menjadi sangat lekat. Jenis tanah
ini juga memiliki warna kelabu, permeabilitasnya lambat, drainase jelek dan

19
kandungan bahan organik rendah sampai sedang dengan nilai pH sekitar 5.5-6.5.
Jenis tanah ini ditemukan di bagian dataran tanggul alam, dataran banjir, dan
dataran Aluvial barusan (recent). Jenis bentuk lahan yang ada di Situs Percandian
Batujaya saat ini tentunya dipengaruhi dengan bentuk lahan yang ada. Menurut
Sutikno dalam Djafar (2010) ditemukan 7 bentuk satuan lahan yaitu sebagai
berikut:
1. Dataran Aluvial
Dataran ini terbentuk akibat proses sedimentasi dari aliran permukaan,
genangan, dan luapan air banjir Sungai Citarum. Dataran ini terletak pada
ketinggian sekitar 1 sampai 4 m dpl dengan kemiringan kurang dari 2%.
2. Tanggul Alam
Bentuk lahan ini merupakan hasil sedimentasi yang terdapat di sepanjang
tanggul sungai dan erosi serta tanah longsor yang terdapat di tebing sungai akibat
banjir dan aliran sungai Citarum. Tanggul ini relatif lebih tinggi dan berpotensi
untuk dijadikan daerah pemukiman dan pertanian.
3. Bentuk Lahan Rawa Belakang
Bentuk lahan ini merupakan sebuah daerah cekungan atau rawa yang sering
digenangi air pada musim hujan. Daerah ini cenderung lebih lembab dan
didominasi oleh vegetasi rawa.
4. Dataran Aluvial Pantai
Dataran ini terbentuk akibat proses Aluvial dan marin yang dipengaruhi oleh
masuknya air laut melalui sungai kecil dan intrusi air laut dalam lapisan tanahnya
dan didominasi oleh yaitu Mangrove dan kelapa.
5. Beting Pantai
Daerah ini terletak di sepanjang garis pantai dengan lereng cembung. Saat
ini beting pantai dimanfaatkan sebagai daerah perkampungan di pinggir pantai.
6. Lembah Antarbeting (Swale)
Lembah antarbeting memiliki bentuk lahan berupa cekungan sehingga
sering tergenang di sepanjang tahun. Namun, hal ini dimanfaatkan oleh
masyarakat sekitar untuk menanam padi (sawah).
7. Dataran Pasang Surut
Lahan ini dipengaruhi oleh proses marin dari Laut Jawa didominasi oleh
lumpur (mudflat) serta hampir selalu tergenang air laut. Masyarakat setempat
sampai saat ini memanfaatkan lahan tersebut untuk tambak hasil laut.
C) Tataguna lahan
Kabupaten Karawang dikenal sebagai lumbung padi Jawa Barat. Hasil
produksi padi sawah dan ladangnya dapat menyumbang 21% stok pangan Jawa
Barat dan 11% stok pangan nasional. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik
(BPS) Kabupaten Karawang hingga tahun 2012 dari total luas lahan 175 327 ha
sebesar 55.94% digunakan sebagai areal persawahan dengan luas 98 079 ha dan
sisanya merupakan lahan kering. Desa Segaran dan Desa Teluk Buyung saat ini
memiliki luas wilayah masing-masing ± 622 ha dan ± 408.2 ha. Secara umum
kawasan ini dikelilingi oleh persawahan milik masyarakat sekitar. Tata guna lahan
kawasan dapat dilihat pada Gambar 7 sedangkan persentase penggunaan lahan di
kedua desa dapat dilihat pada Tabel 8.

Gambar 6 Penyebaran tanah permukaan kawasan
Batujaya

20

Gambar 6 Penyebaran tanah permukaan kawasan Batujaya

Gambar 7 Tata guna lahan

21

Gambar 7 Tata guna lahan

22
Tabel 8 Penggunaan lahan dalam Desa Segaran dan Desa Teluk Buyung
Jenis Penggunaan Lahan

Luas Area

Air Tawar Sungai

(ha)
16.36

%
1.59

Pemukiman

146.38

14.24

Kebun

9.49

0.92

Ladang

0.24

0.02

Sawah

726.91

70.73

Sawah Tadah Hujan

118.87

11.57

9.59

0.93

Semak

D) Iklim
Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan
Geofisika (BMKG), Kabupaten Karawang memiliki curah hujan bulanan setempat
rata-rata selama tahun 2013 sebesar 249.83 mm dengan bulan paling kering terjadi
pada Agustus dan September dengan curah hujan mencapai 28 mm. Curah hujan
terbesar terjadi pada bulan Januari yang mencapai angka 678 mm. Kelembaban
udara di wilayah ini cukup fluktuatif akan tetapi tidak mengalami perubahan yang
signifikan. Pada tahun 2013 kelembaban udara rata-rata mencapai 78.75% dengan
nilai minimum sebesar 73% pada bulan September dan nilai maksimum sebesar
84% pada bulan Januari. Suhu udara rata-rata sebesar 27.61oC dengan suhu udara
rata-rata terendah terjadi pada bulan Januari sebesar 26.6oC dan suhu udara ratarata tertinggi pada bulan Oktober sebesar 27.6 oC. Gambar 8 menunjukan curah
hujan tahunan kawasan dari tahun 1980 sampai 2010.
E) Hidrologi
Desa Segaran dan Desa Teluk Buyung secara fisiografi masuk dalam
Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum dengan hulu yang berada di daerah Gunung
Wayang sebelah selatan Kota Bandung yang dapat ditunjukan pada Gambar 9
(Greenpeace.co.id). Kedua desa ini menjadi daerah hilir karena letaknya yang
tidak jauh dari Laut Jawa.
Kawasan Situs Percandian Batujaya terletak kurang lebih 500 m di sebelah
timur dari Sungai Citarum. Lebar Sungai Citarum di daerah hilir kurang lebih
sekitar 40 sampai 60 m (Saringendyanti 2