Keawetan Cross Laminated Timber dari Batang Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) pada Berbagai Orientasi Serat.

KEAWETAN CROSS LAMINATED TIMBER DARI BATANG
KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) PADA BERBAGAI
ORIENTASI SERAT

DWI HATMOJO KRESNOADI

DEPARTEMEN HASIL HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Keawetan Cross
Laminated Timber dari Batang Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) pada
Berbagai Orientasi Serat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2014
Dwi Hatmojo Kresnoadi
NIM E24100088

ABSTRAK
DWI HATMOJO KRESNOADI. Keawetan Cross Laminanated Timber dari
Batang Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) pada Berbagai Orientasi Serat.
Dibimbing oleh Prof Dr Ir MUH. YUSRAM MASSIJAYA
Semakin berkurangnya bahan baku kayu memacu kita untuk membuat
sebuah alternatif bahan baku pengganti kayu. Di sisi lain, semakin lama semakin
banyak perkebunan kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) mengakibatkan limbah
batang sawit yang terbuang pun semakin banyak. Hal ini juga memacu kita untuk
memanfaatkan batang limbah sawit, salah satunya dengan membuat cross
laminated timber. Tujuan penelitian ini adalah menguji keawetan alami cross
laminated timber dari batang kelapa sawit pada berbagai orientasi serat. Pengujian
dilakukan dengan metode JIS K 1571-2004. Hasil menunjukkan orientasi serat
tidak berpengaruh nyata terhadap persen kehilangan berat, mortalitas, dan feeding
rate rayap. Bentuk serangan rayap cenderung menyebar tetapi lubang serangannya

mengikuti orientasi serat yang ada. Pada cross laminated timber dengan orientasi
sudut 30o, 45o, 60o, dan 90o terdapat serangan dari arah sisi samping sampel uji.
Berdasarkan SNI 01.7202.2006 ketahanan batang sawit terhadap serangan rayap
termasuk ke dalam keawetan yang sangat buruk sementara cross laminated timber
dari batang kelapa sawit tergolong ke dalam ketahanan buruk.
Kata kunci: cross laminated timber, sawit, rayap tanah, keawetan

ABSTRACT
DWI HATMOJO KRESNOADI. Durability of Cross Laminated Timber from the
Palm Oil Trunks ( Elaeis guineensis Jacq ) On Various Orientation Fiber.
Supervised by Prof Dr Ir MUH. YUSRAM MASSIJAYA MS
Lack of raw materials wood push us to make an alternative raw materials a
substitute for wood. On the other hand, the longer period the more palm oil
plantations (Elaesis guineensis Jacq) resulted in the waste of palm trunks wasted
any more. It also spurred us to utilize waste stems of palm by making a cross
laminated timber. The purpose of this study was to test the durability of natural
cross laminated timber from oil palm trunks on a variety of fiber orientation.
Testing is done by the method of JIS K 1571-2004. The results shows that
orientation fibers not affect to the weight loss, mortality, and feeding rate. Form of
termite attacks tend to spread but the hole following the orientation of fibers.

Cross laminated timber to the orientation angles 30o, 45o, 60o, and 90o there are
attack from the direction of the side of a test sample. Based on SNI 01.7202.2006,
durability of palm trunks against termite attack belong to the durability of a very
bad while cross laminated timber from oil palm trunk belongs to the bad
durability.
Keywords: cross laminated timber, palm oil, ground termites, preservation

KEAWETAN CROSS LAMINATED TIMBER DARI BATANG
KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) PADA BERBAGAI
ORIENTASI SERAT

DWI HATMOJO KRESNOADI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Hasil Hutan

DEPARTEMEN HASIL HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Keawetan Cross Laminated Timber dari Batang Kelapa Sawit
(Elaeis guineensis Jacq) pada Berbagai Orientasi Serat.
Nama
: Dwi Hatmojo Kresnoadi
NIM
: E24100088

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Muh. Yusram Massijaya, MS
Pembimbing

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Fauzi Febrianto, MS

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2014 ini ialah keawetan
kayu, dengan judul Keawetan Cross Laminated Tmber dari Batang Kelapa Sawit
(Elaeis guineensis Jacq) pada Berbagai Orientasi Serat.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Muh. Yusram
Massijaya, MS selaku pembimbing, serta Ibu Arinana, SHut MSi yang telah
banyak memberi saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada
Bapak Suhada dan Kadiman dari Laboratorium Pengerjaan Kayu, serta Bapak
Anhari dari Laboratorium Termites Rearing Unit. Ungkapan terima kasih juga
disampaikan kepada Ir. Dwi Cahya Susila, Ir. Rochani Nani Rahayu, R. Satriyo
Hutomo Wicaksono SHut yang telah banyak memberikan bantuan berupa
dukungan moril dan doa yang tiada henti sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian ini. Kepada teman-teman Teknologi Hasil Hutan IPB Dina Ali SHut,
Abdusa Alam, Agnes Samuel Lumbanraja SHut, Yudha Aditya, Sintia Pramudita,

Paulus Marbun, Arif Rahmatullah SHut serta seluruh keluarga Teknologi Hasil
Hutan angkatan 47 atas dorongan dan apresiasinya. Kepada teman-teman di
Darma: M. Lukman Rosyadi SKom, Gideon Saputra, Habib, Sodiq, Dias, juga
kepada sahabat-sahabat saya Raditya Adi Wicaksono.Amd.Par dan Ivan Agung
Pradana.Amd.Rad.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Oktober 2014
Dwi Hatmojo Kresnoadi

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN


vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2

METODE


2

Bahan

2

Alat

2

Prosedur dan Analisis Data

2

HASIL DAN PEMBAHASAN

5

SIMPULAN DAN SARAN


9

Simpulan
Saran

9
10

DAFTAR PUSTAKA

10

LAMPIRAN

12

RIWAYAT HIDUP

20


DAFTAR TABEL
1 Karakteristik kimia limbah kelapa sawit

6

DAFTAR GAMBAR
1
3
4
5

Pengujian keawetan alami berdasarkan JIS K 1571-2004
Wadah uji pengujian keawetan berdasarkan merode JIS K 1571-2004
Kehilangan berat dari cross laminated timber batang sawit pada
Persen mortalitas rayap terhadap CLT batang sawit pada berbagai
orientasi serat
6 Tingkat konsumsi rayap terhadap CLT batang sawit berdasarkan
orientasi serat
7 Pola serangan rayap tanah C. curvignathus terhadap sampel uji CLT

batang sawit pada berbagai orientasi serat.
8 Sampel uji CLT sebelum dilakukan pengujian (tampak depan)
9 Sampel uji CLT setelah dilakukan pengujian (tampak depan)
10 Sampel uji CLT sebelum dilakukan pengujian (tampak atas)
11 Sampel uji CLT setelah dilakukan pengujian (tampak atas)
12 Sampel uji CLT setelah dilakukan pengujian (tampak samping)

3
3
5
7
8
9
16
17
17
17
18

DAFTAR LAMPIRAN
1 Klasifikasi ketahanan kayu terhadap rayap tanah berdasarkan
penurunan berat SNI 01.7202-2006
2 Nilai kehilangan berat CLT berbahan baku kelapa sawit pada berbagai
orientasi serat (%)
3 Nilai mortalitas rayap tanah terhadap CLT berbahan baku kelapa sawit
pada berbagai orientasi serat (%)
4 Nilai feeding rate rayap tanah terhadap CLT berbahan baku sawit pada
berbagai orientasi serat (μg/ekor/hari)
5 Analisis variasi dari pengaruh orientasi sudut CLT terhadap kehilangan
berat
6 Analisis variasi dari pengaruh orientasi sudut CLT terhadap mortalitas
rayap tanah
7 Analisis variasi dari pengaruh orientasi sudut CLT terhadap tingkat
konsumi rayap

12
12
13
14
15
15
16

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kebutuhan kayu semakin lama semakin tinggi seiring dengan meningkatnya
populasi manusia. Di sisi lain, lahan yang dapat digunakan sebagai sumber kayu
semakin sempit. Departemen Kehutanan (2009) menyebutkan bahwa produksi
kayu bulat tahun 2008 sebesar 31,98 juta m3 sedangkan kebutuhan kayunya
mencapai 46,32 juta m3. Izin usaha pemanfaatan kayu pun semakin lama semakin
berkurang jatahnya. Bahkan menurut Kartodiharjo (2013) diacu dalam Massijaya
(2014), apabila tidak ada terobosan baru dari Kementrian Kehutanan, diduga pada
tahun 2017 IUPHHK akan mengalami kebangkrutan. Adanya perbedaan ini
membuat kita perlu mencari alternatif bahan pengganti sumber bahan baku kayu.
Menurut Sastroyono (2003) kelapa sawit merupakan salah satu tanaman
perkebunan yang memiliki peran penting di Indonesia dan masih mempunyai
prospek perkembangan yang cerah. Lubis et al. (2009) menyebutkan bahwa
pertumbuhan areal perkebunan sawit dari tahun 1995 – 2005 bertambah dari 2,7
juta ha menjadi 4,5 juta ha. Apabila setiap 10% dari tanaman sawit ini harus
diremajakan, maka dihasilkan limbah batang sawit 11,7 juta pohon/tahun.
Ridwansyah et al. (2002) menyatakan luas areal peremajan sawit pada tahun
2001-2005 mencapai 155 ha/tahun sementara limbah padat berupa batang akan
mencapai 2.257.281 ton/tahun dan akan terus meningkat setiap tahunnya. Pada
tahun 2006 – 2010 jumlah batang sawit hasil peremajaan telah mencapai 6,3 juta
ton setiap tahunnya. Sayangnya, limbah-limbah ini biasanya hanya dibuang dan
belum termanfaatkan secara optimal (Prayitno dan Darnoko 1994). Selain itu,
Badrun (2010) mengatakan bahwa potensi dari pemanfaatan batang sawit ini
cukup besar. Adapun beberapa penelitian mengenai pemanfaatan batang kelapa
sawit untuk keperluan industri adalah Ginting (1995) yang memanfaatkan batang
sawit menjadi pati dengan mengekstrak 2 meter dari pucuk dengan hasil rendemen
mencapai 7,15%. Sementara penelitian mengenai karakter dari pati yang berasal
dari batang sawit telah dilakukan oleh Ridwansyah et al. (2002). Pemanfaatan
limbah batang sawit sebagai papan komposit telah dilakukan Lubis et al. (2009)
meskipun sifat-sifat mekanis dari papan tersebut belum memenuhi standar JIS A
5908 (2003). Pemanfaatan batang sawit selain dapat menjadi alternatif bahan
pengganti sumber bahan baku kayu diharapkan mampu mengurangi dampak
limbah dari perkebunan kelapa sawit.
Bakar (2003) menjelaskan bahwa batang sawit memiliki beberapa
kelemahan, salah satunya nilai keawetan kayu yang sangat rendah. Bakar (1998)
menyatakan bahwa batang sawit memiliki nilai keawetan alami V. Oleh sebab itu,
perlu dilakukan modifikasi dari penggunaan batang sawit sebagai produk, salah
satunya dengan pembuatan cross laminated timber (CLT). Untuk itu perlu
dilakukan penelitian mengenai sifat keawetan dari cross laminated timber
berbahan baku batang sawit.

2
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah menguji keawetan alami cross laminated
timber berbahan baku batang kelapa sawit pada berbagai orientasi serat.

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
keawetan alami dari cross laminated timber berbahan baku batang kelapa sawit
sesuai dengan standar JIS K 1571-2004. Produk ini juga diharapkan dapat menjadi
produk yang berpotensi sebagai alternatif pengganti sumber bahan baku kayu.

METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium Biokomposit, Laboratorium
Teknologi Peningkatan Mutu Kayu Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor, sejak Februari sampai Mei 2014.
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah sampel uji cross
laminated timber berbahan baku batang kelapa sawit dengan proporsi arah serat
yang berbeda pada salah satu lapisannya, yakni 0o, 30o, 45o, dan 90o dengan
ukuran (2x2x1) cm3, rayap tanah Coptotermes curvignathus dengan proporsi 150
ekor kasta pekerja dan 15 ekor kasta prajurit, serta alkohol 70%.
Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain tempat uji berupa pipa
paralon dengan diameter 8 cm dan tinggi 6 cm dengan dasar terbuat dari dental
cement, jaring tipis, alumunium foil, kapas putih, karet gelang, wadah plastik.

Prosedur dan Analisis Data
Uji Laboratorium JIS K 1571-2004
Contoh uji cross laminated timber dari batang sawit (2x2x1) cm3 dan
kontrol batang sawit dengan ukuran (2x2x1)cm3 dibuat dari hasil penelitian
Massijaya dan Hadi (2013). Contoh uji kemudian dioven dengan suhu 60 + 2oC
selama 48 jam untuk mendapatkan nilai berat kayu sebelum pengumpanan (W1).
Pengujian dilakukan dengan lima kali ulangan.

3

Gambar 1 Pengujian keawetan alami berdasarkan JIS K 1571-2004
Sumber: Islami (2011)

Wadah uji terbuat dari paralon dengan dasar dental cement dengan tinggi 6
cm dan diameter 8 cm, disterilisasi dan dibersihkan dengan alkohol 70%.
Selanjutnya, contoh uji dimasukkan ke dalam wadah uji yang sebelumnya telah
diletakkan jaring tipis plastik. Sebanyak 150 rayap tanah C. curvignathus
Hulmgren kasta pekerja dan 15 kasta prajurit dimasukkan ke dalam wadah uji.
Wadah uji kemudian ditutup dengan alumunium foil dan diberi bolongan agar
rayap dapat bernapas. Wadah uji lalu ditaruh ke dalam wadah plastik yang telah
dilapisi kapas basah dan ditempatkan ke dalam ruangan gelap selama tiga minggu.
Apabila ada rayap yang mati segera ambil dan keluarkan dari wadah uji.

Gambar 2 Wadah uji pengujian keawetan berdasarkan merode JIS K 1571-2004
Setelah tiga minggu, contoh uji dibongkar dan dilakukan perhitungan
jumlah rayap yang masih hidup untuk mengetahui mortalitas rayap. Contoh uji
kemudian dibersihkan dan dioven selama 48 jam dengan suhu 60+2oC untuk
mendapatkan berat akhir (W2). Persen kehilangan berat dihitung dengan rumus:

4
WL=

W1-W2
×100%
W1

Keterangan:
WL = Weight loss/kehilangan berat (%)
W1 = Berat kering oven contoh uji sebelum diumpankan (gram)
W2 = Berat kering oven contoh uji setelah diumpankan (gram)
Mortalitas rayap yang diamati dalam standar ini adalah rayap kasta pekerja.
Mortalitas rayap dihitung dengan rumus:
MR=

D
×100%
150

Keterangan:
MR
= Mortalitas rayap (%)
D
= jumlah rayap yang mati (ekor)
150
= jumlah kasta pekerja yang dimasukkan pada awal pengumpanan.
Selain itu, dilakukan pula perhitungan terhadap nilai feeding rate atau
tingkat konsumsi rayap. Nilai ini menunjukkan kemampuan makan tiap ekor
rayap kasta pekerja per hari. Nilai ini dihitung dengan menggunakan rumus:
∆W
FR=( (R1+R2) )/T
2

Keterangan:
FR
= Feeding rate/ tingkat konsumsi (μg ekor-1hari-1)
∆W
= Selisih berat contoh uji awal pengumpanan dan setelah pengujian
(μg)
R1
= jumlah rayap kasta pekerja pada awal pengumpanan (ekor)
R2
= jumlah rayap kasta pekerja setelah pengujian yang masih
hidup(ekor)
T
= lama waktu pengujian (hari)

Analisis Data
Data diolah menggunakan Microsoft Excel 2010 dan SPSS 22.0 for
Windows. Rancangan percobaan dilakukan dengan menggunakan Rancangan
Acak Lengkap (RAL) dengan satu faktor α (orientasi serat). Respon yang diukur
adalah kehilangan berat (weight loss), mortaitas, dan feeding rate. Pengujian
dilakukan sebanyak lima kali ulangan. Hipotesis H0 (nilai kehilangan berat,
mortalitas, dan tingkat konsumsi rayap tidak berbeda nyata untuk masing-masing
arah orientasi serat) ditolak apabila F hitung lebih besar dibandingkan F tabel.

5
Model persamaan yang digunakan sebagai berikut:
Yij= μ+ αi+εij
Keterangan:
Yij = Pengamatan perlakuan ke-i pada ulangan ke-j
μ
= Rataan umum
αi
= Pengaruh jenis produk ke-i
εij
= error jenis produk ke-i pada ulangan ke-j

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kehilangan Berat
Rata-rata kehilangan berat cross laminated timber dari sawit dapat dilihat
pada Gambar 3. Kehilangan berat terkecil dimiliki oleh CLT dengan orientasi
serat 0o, yakni 12,004% sementara yang tertinggi dimiliki CLT dengan orientasi
serat 90o. Penelitian Islami (2011) menyatakan bahwa aktivitas makan rayap
sangat dipengaruhi dua faktor, yakni faktor rangsangan dari luar, dalam hal ini
struktur anatomi, struktur fisik, dan kandungan zat ekstraktif dan faktor ambang
rasa dari rayap itu sendiri.
30

Kehilangan berat (%)

25
20
15
10
5
0
K

0

30
45
Sampel uji

60

90

Gambar 3 Kehilangan berat dari cross laminated timber batang sawit pada
berbagai orientasi serat
Hasil kehilangan berat sampel kontrol batang sawit sebesar 19,583%. Nilai
ini memenuhi syarat JIS K 1571-2004 di mana kehilangan berat sampel kontrol
harus di atas 15%. Sementara menurut klasifikasi ketahanan rayap SNI 01.72022006, kehilangan berat ini tergolong ke dalam nilai ketahanan yang sangat buruk.
Hal ini semakin didukung oleh pernyataan Bakar (1998) yang menyatakan bahwa
batang sawit tergolong ke dalam kelas awet V. Ketidakawetan pada batang sawit
ini diduga karena banyaknya kandungan selulosa yang terdapat pada batang sawit.

6
Penelitian Sa’adah (2014) menyebutkan bahwa kandungan selulosa dalam batang
kelapa sawit mencapai 30%. Selain itu, kandungan pati dalam sawit juga cukup
tinggi, yaitu sebesar 4-5% (Bakar 1998).
Tabel 1 Karakteristik kimia limbah kelapa sawit
No

Parameter

Limbah Kelapa Sawit
Batang Luar

Batang Dalam

Daun

Pelepah

1 Lignin (%)

24.42

23.42

33.99

19.41

2 Selulosa (%)

29.77

32.34

20.45

32.37

3 Hemiselulosa (%)

33.77

33.77

31.83

35.47

4 Kadar Air (%)

4.71

5.55

7.04

3.39

5 Kadar Abu (%)
Sumber: Sa'adah (2014)

2.44

1.62

10.39

2.36

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa orientasi serat tidak berpengaruh
nyata terhadap kehilangan berat. Ke lima sampel uji dengan masing-masing
orientasi serat apabila diklasifikasikan dengan SNI 01.7202-2006 termasuk ke
dalam ketahanan yang buruk. Adapun kehilangan berat sampel uji dengan
orientasi serat 0o, 30o, 45o, 60o, dan 90o yang lebih kecil dibandingkan sampel uji
kontrol diduga karena adanya faktor perekat. Sebagaimana penelitian yang
dilakukan oleh Herbowo (2012) yang menjelaskan bahwa perekat isosianat
memberikan pengaruh yang nyata terhadap kehilangan berat contoh uji
laboratorium.
Mortalitas
Mortalitas merupakan salah satu indikator yang penting untuk mengetahui
tingkat keawetan kayu. Dari ke lima jenis sampel uji diketahui bahwa mortalitas
tertinggi berada pada CLT dengan orientasi sudut 0o yakni sebesar 60,933%. Hal
ini mengindikasikan bahwa rayap tanah pada sampel uji CLT dengan orientasi
sudut 0o banyak yang mati dan saling memakan. Nandika et al (2003)
menjelaskan bahwa salah satu sifat unik dari rayap adalah kanibalisme. Selain itu,
kematian ini diduga karena rayap tidak mampu menyesuaikan diri (Supriana
1983). Tarumingkeng (2001) menjelaskan bahwa pada kondisi yang sulit, yakni
saat kekurangan makanan dan tidak mampu menyesuaikan diri, rayap cenderung
akan saling memakan satu sama lain.
Perbedaan berat jenis juga diperkirakan memengaruhi mortalitas rayap.
Sebagaimana dalam Bakar et al. (1998) berat jenis batang sawit sangat bervariasi
di mulai dari tepi ke pusat. Berat jenis batang sawit tepi berkisar antara 0,24-0,37
sementara di bagian pusat hanya 0,11-0,15. Hal ini memengaruhi preferensi
makan rayap. Hal ini dikarenakan mekanisme pencernaan selulosa pada rayap
diawali dengan proses mekanis, yakni rayap menggigit bahan makanan menjadi
partikel kecil yang kemudian baru dilakukan proses enzimatik.
Adapun mortalitas terendah terdapat pada CLT dengan orientasi sudut 45o
dengan nilai 51,467%. Nilai ini berbanding terbalik dengan kehilangan beratnya.

7
Hal ini sesuai dengan pernyataan Rachmawati et al. (2009) bahwa tingginya
persentase mortalitas akan diiringi dengan rendahnya persentase kehilangan berat
contoh uji. Setelah tiga minggu dilakukan pembongkaran, rayap masih terlihat
banyak dan cukup segar mengelilingi sampel uji. Raffiudin et al. (1991) diacu
dalam Rudi (1999) mengatakan bahwa faktor suhu, kebutuhan kadar air dan
kelembaban dapat berpengaruh dalam mortalitas pada pengujian keawetan
laboratorium. Persentase mortalitas rayap tanah secara lengkap dapat dilihat pada
Gambar 4.

80

Mortalitas (%)

70
60
50
40
30
20
10
0
K

0

30

45

60

90

Sampel uji

Gambar 4 Persen mortalitas rayap terhadap CLT batang sawit pada berbagai
orientasi serat
Hasil analisis uji statistik menujukkan bahwa orientasi serat tidak
berpengaruh nyata terhadap mortalitas rayap. Hal ini menunjukkan bahwa
perbedaan mortalitas antara sampel uji CLT dengan sampel kontrol hanya
dipengaruhi oleh keberadaan perekat isosianat. Hal ini terlihat dari bekas serangan
rayap. Rayap yang menyerang bagian kayu dekat dengan sambungan/bagian
berperekat lebih cenderung memiliki nilai mortalitas yang lebih tinggi.
Tingkat konsumsi rayap (feeding rate)
Pengujian tingkat konsumsi rayap didapatkan dari hasil kehilangan berat,
jumlah rayap yang hidup, serta lama waktu pengujian.Tingkat konsumsi rayap
pada batang kelapa sawit menghasilkkan nilai 152,825 μg/ekor/hari. Sementara
CLT tertinggi berada pada CLT dengan orientasi serat 0o sebesar 151,802 μg/
ekor/hari. Nilai ini berkebalikan dengan nilai kehilangan berat. Hal ini
dikarenakan tingkat mortalitas rayap pada CLT dengan orientasi serat 0o
cenderung besar, sehingga tingkat makan per rayap menjadi besar. Sedangkan
nilai terendah berada pada CLT dengan orientasi serat 90o yakni 87,987 μg/
ekor/hari. Nilai ini pun berkebalikan dengan nilai kehilangan beratnya di mana
CLT dengan orientasi serat 90o memiliki nilai kehilangan berat yang paling besar.
Ini dikarenakan jumlah kematian rayap yang kecil, sehingga mendapatkan nilai
tingkat konsumsi rayap per ekor yang paling kecil.

8
Menurut Yusuf dan Utomo (2006) rayap mengonsumsi kayu 2-3% dari
bobot tubuhnya setiap hari. Adapun rayap tanah memiliki bobot berkisar antara
4300-4700 μg (Wahyudi et al. 2012). Tingkat konsumsi juga dipengaruhi oleh
ukuran tubuh, koloni, dan kondisi lingkungan.
Perilaku rayap sesaat setelah diberi sampel uji mula-mula beradaptasi
dengan lingkungan barunya. Rayap yang tidak mampu menyesuaikan diri akan
mati, sedangkan yang berhasil menyesuaikan diri akan melakukan orientasi
makan. Ketika terjadi kontak langsung dengan kayu, syaraf pencicip gustatory
rayap berperan utama yaitu ketika si rayap mulai makan (Supriana 1983). Jika
makanan tersebut sesuai, rayap akan meneruskan proses makannya. Nilai tingkat
konsumsi rayap secara lengkap akan ditunjukkan oleh Gambar 5.

Tingkat konsumsi (μg/ekor/hari)

200
180
160
140
120
100
80
60
40
20
0
K

0

30

45

60

90

Sampel uji

Gambar 5 Tingkat konsumsi rayap terhadap CLT batang sawit berdasarkan
orientasi serat
Hasil analisis uji statistik menunjukkan orientasi serat tidak berpengaruh
nyata terhadap tingkat konsumsi rayap per ekor. Hadi (2014) menjelaskan bahwa
berat awal sampel dapat memengaruhi nilai feeding rate.
Nilai ini juga sejalan dengan penelitian Hermawan et al. (2012) di mana
feeding rate berbanding terbalik dengan persen kehilangan berat. Hal ini
dikarenakan perhitungan persentase kehilangan berat dihitung berdasarkan jumlah
massa yang hilang dimakan rayap dibagi dengan berat awal sampel pada volume
yang sama. Sementara feeding rate dihitung berdasarkan jumlah massa yang
hilang dibagi jumlah rayap yang masih hidup dan lama waktu pengumpanan
rayap.
Secara keseluruhan, sampel kontrol batang sawit memiliki nilai yang lebih
besar dibandingkan sampel uji CLT dengan berbagai orientasi serat. Hal ini
diperkirakan adanya pengaruh perekat isosianat pada sampel uji CLT yang
mengakibatkan kematian rayap sehingga tingkat konsumsinya menurun.

9
Bentuk Serangan Rayap
Bentuk serangan rayap tanah C. curvignathus pada sampel uji CLT cukup
beragam. Pola serangan rayap tanah tersebut cenderung menyebar dan lubangnya
mengikuti arah serat. Pada sampel uji dengan orientasi serat 30o, 45o, 60o, dan 90o,
terdapat serangan dari bagian sisi samping sampel uji. Sementara contoh uji
dengan orientasi serat 0o hanya terdapat serangan dari bagian depan dan belakang.
Sampel kontrol dari batang kelapa sawit juga memiliki serangan yang menyebar
tetapi tidak terdapat serangan dari sisi sampingnya. Bentuk serangan rayap tanah
C.curvignathus dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6 Pola serangan rayap tanah C. curvignathus terhadap sampel uji
CLT batang sawit pada berbagai orientasi serat.
Pola serangan yang paling banyak terlihat pada sampel uji dengan orientasi
serat 90o. Hal tersebut karena bentuk arah serat yang saling tegak lurus sehingga
rayap dapat memakan dari sisi samping. Selain itu, hal ini diduga karena
kerapatan antarsampel uji yang cenderung berbeda.
Serangan yang berada dekat garis rekat adalah CLT dengan orientasi serat
0o. Dekatnya pola serangan terhadap garis rekat tersebut membuat CLT dengan
orientasi serat 0o memiliki nilai mortalitas yang paling tinggi, yakni 60,93%.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Nilai ketahanan serangan rayap dari batang sawit berdasarkan SNI 01.72022006 termasuk ke dalam nilai yang sangat buruk sementara CLT berbahan baku
batang kelapa sawit dengan berbagai orientasi serat tergolong ke dalam keawetan
yang buruk. Orientasi serat tidak berpengaruh nyata terhadap kehilangan berat,
mortalitas, dan feeding rate. Perbedaan nilai kehilangan berat, mortalitas, dan
tingkat konsumsi rayap antara sampel kontrol batang sawit dengan sampel uji

10
CLT dengan berbagai orientasi serat diperkirakan dipengaruhi oleh adanya
perekat isosianat. Selain itu, pola serangan rayap terhadap CLT dari batang kelapa
sawit terlihat menyebar tetapi lubangnya mengikuti arah serat sampel.

Saran
Perlu dilakukan modifikasi terhadap CLT batang sawit agar mampu
meningkatkan keawetan produk tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Associates H.2010. Cross Laminated Timber. B & K Timber Structures a Trading
Division of B & K Steelwork Fabrications Limited.
Badrun M. 2010. Lintasan 30 Tahun Pengembangan Kelapa Sawit. Direkotar
Jenderal Perkebunan. Jakarta (ID): Kementrian Perkebunan Republik
Indonesia.
Bakar ES, Rachman O, Hermawan D, Karlinasari L, Rosdiana N. 1998.
Pemanfaatan batang kelapa sawit (elaesis guineensis Jacq.) sebagai bahan
bangunan dan furniture (I): Sifat fisis, kimia dan keawetan alami kayu
kelapa sawit. Jurnal Teknologi hasil Hutan. 11 (1): 1-12.
Bakar. 2003. Kayu sawit sebagai subtitusi kayu dari hutan alam. Forum
Komunikasi dan Teknologi Industri Kayu. 2: 5-6.
Departemen Kehutanan. 2009. Statistik Kehutanan Indonesia 2008. Jakarta:
Departemen Kehutanan Republik Indonesia.
Ginting S. 1995. Sifat-sifat pasta pati batang kelapa sawit dalam bentuk derivat
asetat dan derivat berikatan silang fosfat pada berbagai pH. [tesis].
Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Hadi YS. 2014. Feeding rate as a consideration factor for successful termite wood
preference tests. Di dalam: The 10th acific-Rim Termite Research Group
Conference (TRG10); 2014 Feb 26-28; Kuala Lumpur, Malaysia. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Herbowo H. 2012. Keawetan balok laminasi dari kayu rakyat terhadap serangan
rayap tanah [skripsi]. Bogor (ID): Institut pertanian Bogor.
Hermawan D, Hadi YS, Fajriani E, Massijaya, MY, Hadjib N. 2012. Resistance of
particleboards made from fast-growing wood species to subterranean termite
attack. Insects (3):532-537 .doi:10.3390/insects3020532.
Islami SN. 2011. Pengaruh garis rekat glulam terhadap serangan rayap tanah
(Coptotermes curvignathus Holmgren) [skripsi]. Bogor(ID): Institut
Pertanian Bogor.
Japanese Standar Association. 2003. Japanese Industrial Standard for Particle
Board. JIS A 5908.
[JIS] Japanesse Industrial Standrad. 2004. Test Methods for Determining the
Effectiveness of Wood Preservatives and their Performance Requirement.
JIS K 2571-2004.

11
Lubis MJ, Risnasari I, Nuryawan A, Febrianto F. 2009. Kualitas papan komposit
dari limbah batang kelapa sawit (Elaesis guineensis Jacq) dan polyethylene
(PE) daur ulang. Jurnal Teknologi Industri Pertanian Vol19(1): 16-20.
Massijaya MY. 2014. Final report National Medium-Term Development plan
(RPJMN) for forestry sector 2015-2019. Prepared for Planning Bureau
Ministry of Forestry Republic of Indonesia. Sponsored by Deutsche
Gesellschaft fur Inernationale Zusammenarbeit (GIZ) GmbH. January 2014.
Massijaya MY dan YS Hadi. 2013. Pengembangan Cross Laminated Lumber dari
Limbah Batang Kelapa Sawit dalam Rangka Penciptaan Lapangan Kerja
Masyarakat Sekitar Perkebunan Sawit di Indonesia. Bogor (ID): Laporan
Akhir Penelitian Strategis Institut Pertanian Bogor.
Nandika D, Soenaryo, Saragih A. 1996. Kayu dan Pengawetan Kayu. Jakarta
(ID): Dinas Kehutanan Jakarata.
Nandika D, Rismayadi Y, Diba F. 2003. Rayap: Biologi dan Pengendaliannya.
Surakarta (ID): Universitas Muhammadiyah Surakarta Press.
Rachmawati N, Mulyaningrum, Rumidatul A, Hartati S. 2009. Exploration of
extract of Pinus (Pinus merkusii) and ki hiyang (Albizzia procerra Benth.)
barks as natural preservatives. Di dalam: Dwianto W, Hermiati E, Falah F,
Darmawan T, editor. Contribution of Scientific Profession Society on the
Development of Wood Science and Technology in Indonesia. The First
International Symposium of Indoensian Wood Research Society; 2009 Nov
2-3; Bogor. Bogor (ID): Indonesian Wood Research Society.hlm 100.
Ridwansyah MZ, Nasution TC, Sunarti, Fauzi AM. 2002. Sifat fisiko kimia pati
kelapa sawit. Jurnal Teknologi Industri Pertanian. Vol 17: hlm.1-6
Rismayadi Y. 1999. Penelaahan daya jelajah dan ukuran populasi kolni rayap
tanah (Schedorhinotermes javanicus Kemer) (Isoptera: Rhinitermitidae)
serta (Microtermes inspiratus Kemner) (Isoptera: Termitidae) [tesis]. Bogor
(ID): Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.
Rudi. 1999. Preferensi makan rayap tanah Coptotermes curvignathus Holmgren
(Isoptera: Rhinotermitidae) terhadap 8 jenis kayu bangungan [tesis].
Bogor(ID): Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.
Sa’adah WA. 2014.Pemanfaatan limbah kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.)
dan serbuk kayu mahoni sebagai bahan baku biopelet [skripsi]. Bogor(ID):
Institut Pertanian Bogor.
Sastroyono S. 2003. Budidaya Kelapa Sawit. Jakarta (ID): Agromedia.
[SNI] Standar nasional lndonesia. 2006. Uji Ketahanan Kayu dan Produk Kayu
terhadap Organisme Perusak Kayu. Badan Standarisasi Nasional. SNI
01.7207-2006.
Tarumingkeng RC. 2001. Biologi dan Perilaku Rayap. Bunga rampai Jejak
Langkah Perubahan. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan Institut Pertanian
Bogor.
Perkins P, McCloskey K. 2010. A Strategic Plan for the Commercialization of
Cross-Laminated Timber in Canada and the United State. United State
(US): Canadian Wood Council.
Prayitno T.A dan Darnoko. 1994. Karakteristik Papan Partikel dari Pohon
Kelapa Sawit. Medan (ID): Berita Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS).

12
Wahyudi Imam, Rahayu IS, Arinana. 2012. Pengujian efikasi skala laboratorium
kayu hasil fumigasi terhadap serangan rayap tanah (Coptotermes
curvignathus). Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia (JIPI). Vol 17(3): 141-143.
Yusuf S, Utomo S. 2006. Hama Pemukiman Indonesia: Pengenalan, Biologi, dan
Pengendalian. Bogor (ID): Unit Kajian Pengendalian Hama Pemukiman
Fakultas Kedokteran Hewan Institut pertanian Bogor.

LAMPIRAN
Lampiran 1 Klasifikasi ketahanan kayu terhadap rayap tanah berdasarkan
penurunan berat SNI 01.7202-2006
Kelas
I
II
III
IV
V

Ketahanan
Sangat Tahan
Tahan
Sedang
Buruk
Sangat Buruk

Kehilangan Berat (%)
< 3.52
3.52-7.5
7.5-10.96
10.96-18.94
18.94-31.89

Lampiran 2 Nilai kehilangan berat CLT berbahan baku kelapa sawit pada berbagai
orientasi serat (%)
Orientasi
serat
0
0
0
0
0

Berat awal
(g)
3.089
2.569
2.672
2.703
2.869

Berat akhir
(g)
2.733
2.329
2.255
2.438
2.474

rata-rata
30
30
30
30
30

1.977
2.210
2.252
2.156
2.238

1.710
2.053
1.890
1.811
1.786

45
45
45
45

1.699
1.844
1.585
1.644

1.479
1.531
1.333
1.420

rata-rata

Persen kehilangan berat
(%)
11.503
9.357
15.592
9.791
13.778
12.004
13.501
7.099
16.064
16.010
20.178
14.570
12.944
16.968
15.894
13.617

13
45

1.404

1.101

60
60
60
60
60

1.809
1.801
1.883
1.621
1.907

1.519
1.665
1.497
1.498
1.498

90
90
90
90
90

1.317
1.414
1.201
1.284
1.300

1.173
1.228
0.905
1.148
1.014

1.870
2.171
1.873
1.732
2.183

1.487
1.725
1.428
1.316
1.985

rata-rata

rata-rata

rata-rata
kontrol
kontrol
kontrol
kontrol
kontrol
rata-rata

21.618
16.208
16.045
7.583
20.462
7.547
21.453
14.618
10.948
13.159
24.611
10.526
22.001
16.249
20.506
20.556
23.752
24.039
9.065
19.583

Lampiran 3 Nilai mortalitas rayap tanah terhadap CLT berbahan baku kelapa
sawit pada berbagai orientasi serat (%)
Orientasi serat Jumlah rayap yang mati (ekor)
0
92
0
97
0
80
0
102
0
86
rata-rata
30
84
30
110
30
74
30
80
30
69
rata-rata
45
88
45
75
45
76
45
89

Mortalitas (%)
61.333
64.667
53.333
68.000
57.333
60.933
56.000
73.333
49.333
53.333
46.000
55.600
58.667
50.000
50.667
59.333

14
45

58

60
60
60
60
60

79
102
61
100
59

90
90
90
90
90

93
89
53
96
58

rata-rata

rata-rata

rata-rata
kontrol
kontrol
kontrol
kontrol
kontrol
rata-rata

60
57
69
52
99

38.667
51.467
52.667
68.000
40.667
66.667
39.333
53.467
62.000
59.333
35.333
64.000
38.667
51.867
40.000
38.000
46.000
34.667
66.000
44.933

Lampiran 4 Nilai feeding rate rayap tanah terhadap CLT berbahan baku sawit
pada berbagai orientasi serat (μg/ekor/hari)
Orientasi
serat
0
0
0
0
0

Berat awal
(g)
3.0887
2.5693
2.6718
2.7026
2.869

Berat akhir
(g)
2.7334
2.3289
2.2552
2.438
2.4737

Jumlah rayap yang mash hidup
(ekor)
58
53
70
48
64

rata-rata
30
30
30
30
30

1.9769
2.2102
2.2522
2.1561
2.2376

1.71
2.0533
1.8904
1.8109
1.7861

66
40
76
70
81

45
45
45

1.6988
1.8435
1.5849

1.4789
1.5307
1.333

62
75
74

rata-rata

Feeding rate
162.683
112.784
180.346
127.273
175.923
151.802
117.681
78.647
152.465
149.437
186.147
136.875
98.787
132.402
107.100

15
45
45

1.6435
1.4044

1.4197
1.1008

61
92

60
60
60
60
60

1.8093
1.8014
1.8825
1.6206
1.9065

1.519
1.6648
1.4973
1.4983
1.4975

71
48
89
50
91

90
90
90
90
90

1.3171
1.4135
1.2007
1.2835
1.3004

1.1729
1.2275
0.9052
1.1484
1.0143

57
61
97
54
92

1.8702
2.1707
1.8731
1.7318
2.1832

1.4867
1.7245
1.4282
1.3155
1.9853

90
93
81
98
51

101.016
119.481
111.757
125.102
65.705
153.497
58.238
161.628
112.834
66.345
83.954
113.939
63.072
112.593
87.981
152.183
174.878
183.426
159.869
93.769
152.825

rata-rata

rata-rata

rata-rata
kontrol
kontrol
kontrol
kontrol
kontrol
rata-rata

Lampiran 5 Analisis variasi dari pengaruh orientasi sudut CLT terhadap
kehilangan berat

ANOVA
KehilanganBerat
Sum of
Squares
Between
Groups
Within
Groups
Total

Mean
df

Square

59.800

4

14.950

524.009

20

26.200

583.808

24

F

Sig.

.571

.687

Lampiran 6 Analisis variasi dari pengaruh orientasi sudut CLT terhadap mortalitas
rayap tanah

ANOVA

16
Mortalitas
Sum of
Squares
Between
Groups
Within
Groups
Total

Mean
df

Square

298.311

4

74.578

2369.244

20

118.462

2667.555

24

F

Sig.

.630

.647

Lampiran 7 Analisis variasi dari pengaruh orientasi sudut CLT terhadap tingkat
konsumi rayap
ANOVA
Tingkat_Konsumsi
Sum of
Squares
Between
Groups
Within
Groups

Mean
df

Square

12201.894

4

3050.474

22788.922

20

1139.446

34990.816

24

F

Sig.

2.67
7

Total

Gambar 7 Sampel uji CLT sebelum dilakukan pengujian (tampak depan)

.062

17

Gambar 8 Sampel uji CLT setelah dilakukan pengujian (tampak depan)

Gambar 9 Sampel uji CLT sebelum dilakukan pengujian (tampak atas)

Gambar 10 Sampel uji CLT setelah dilakukan pengujian (tampak atas)

18

Gambar 11 Sampel uji CLT setelah dilakukan pengujian (tampak samping)

RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Tangerang, pada tanggal 22 Januari 1993, dari pasangan
Bapak Ir. Dwi Cahya Susila dan Ibu Ir. Rochani Nani Rahayu. Penulis merupakan
putra kedua dari dua bersaudara.
Penulis memulai pendidikan formal pada tahun 1998 di SDN
Muhammadiyah 12, kemudian melanjutkan di SMPN 1 Pamulang pada tahun
2004 dan lulus pada tahun 2007. Selanjutnya, penulis melanjutkan studi di SMAN
2 Tangerang Selatan dan lulus pada tahun 2010. Pada tahun yang sama, penulis
mengikuti pendidikan melalui UTM di Departemen Hasl Hutan Fakultas
Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengikuti kegiatan Praktikum Pengenalan Ekosistem Hutan di
Sancang Barat dan Kamojang serta melaksanakan Praktik Pengelolaan Hutan di
Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW). Pada bulan Juli tahun 2013, penulis
telah mengikuti Praktik Kerja Lapang di PT Sumber Mas Indah Plywood di
Gresik, Jawa TImur.