Manajemen Jejaring Lanskap Ekologis pada Lanskap Kampus Hijau IPB Dramaga, Bogor

(1)

i

MANAJEMEN JEJARING EKOLOGIS

PADA LANSKAP KAMPUS HIJAU IPB DRAMAGA,

BOGOR

RIZKA ZAHRA TAMIRA

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(2)

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Manajemen Jejaring Ekologis pada Lanskap Kampus Hijau IPB Dramaga” adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dan yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2014 Rizka Zahra Tamira NIM A44090037


(3)

iii

ABSTRAK

RIZKA ZAHRA TAMIRA. Manajemen Jejaring Ekologis Pada Lanskap Kampus Hijau IPB Dramaga, Bogor. Dibimbing oleh HADI SUSILO ARIFIN dan KASWANTO.

Kampus IPB Dramaga memiliki berbagai jenis sumber daya dan bentang alam. Salah satu cara untuk menghubungkan berbagai sumber daya tersebut adalah dengan mengelola jejaring lanskap ekologis. Penelitian ini bertujuan memetakan jejaring ekologis lanskap kampus IPB Dramaga, menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh dalam terwujudnya kelestarian jejaring ekologis, dan menyusun strategi pengelolaannya. Penelitian ini menggunakan metode survei, pemetaan jejaring ekologis, dan wawancara kepada sejumlah responden. Data tersebut dianalisis menggunakan indeks keragaman Shannon, indeks kesamaan komunitas, regresi linear dan analisis SWOT untuk menyusun strategi pengelolaan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, bentuk dan jarak antar patch berpengaruh nyata dalam menaikkan nilai indeks keragaman. Nilai keragaman tertinggi dari keduabelas patch adalah arboretum lanskap dengan nilai 2,3 dan nilai terkecil terdapat pada tegakan sengon Rektorat dengan hasil indeks sebesar 0. Strategi pengelolaan yang dapat diterapkan adalah dengan mengelola ekosistem alami, melibatkan ahli ekologi dalam membuat keputusan mengenai pembangunan, meningkatkan sosialisasi kampus hijau, meningkatkan keamanan, dan membuat papan peraturan pada tempat-tempat alami di Kampus IPB.

Kata kunci: biodiversitas, ekosistem, spesies asli,indeks keragaman shannon, SWOT

ABSTRACT

RIZKA ZAHRA TAMIRA. Management of Ecological Network in IPB Green Campus Dramaga, Bogor. Supervised by HADI SUSILO ARIFIN and KASWANTO.

Dramaga Campus of IPB has a lot of ecosystem resources and landscape types. One of solutions to connect the resources is by managing the ecological network. The objective of this research are to map an ecological network of IPB Dramaga’s green area, to analyze driven factors of ecological network sustainability, and to formulate a management of ecological network. The method in this research are field surveying, ecological networks mapping and respondents interviewing. The data were analyzed by Shannon diversity index, community similarity index, linear regression and SWOT analysis to arrange landscape management strategies. Based on the result, the shape and distance between patches are mostly tangible for increase diversity index. The highest of Shannon diversity index between twelve patches is landscape arboretum with result 2,3 and the smallest is tegakan sengon Rektorat with


(4)

natural ecosystem, involving ecologist in making decisions about campus development, improving the socialization in IPB as green campus, improving a security, conducting regular evaluation, and making signage on natural objects at IPB Campus.

Keywords: biodiversity, ecosystem, indigenous species, shannon diversity index, SWOT


(5)

v

MANAJEMEN JEJARING EKOLOGIS

PADA LANSKAP KAMPUS HIJAU IPB DRAMAGA,

BOGOR

RIZKA ZAHRA TAMIRA

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2014 Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada


(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau peninjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin IPB


(7)

vii

Judul Penelitian : Manajemen Jejaring Lanskap Ekologis pada Lanskap Kampus Hijau IPB Dramaga, Bogor Nama : Rizka Zahra Tamira

NRP : A44090037

Disetujui oleh

Prof. Dr. Ir. Hadi Susilo Arifin, M.S. Dr. Kaswanto, SP, M.Si Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr. Ir. Bambang Sulistyantara, M.Agr. Ketua Departemen Arsitektur Lanskap


(8)

Disetujui oleh

Prof. Dr. Ir.1tadi Susilo Arifin, M.S. Pembimbing I


(9)

viii

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penelitian yang berjudul “Manajemen Jejaring Ekologis pada Lanskap Kampus IPB Dramaga, Bogor” dapat diselesaikan.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Prof. Dr. Ir. Hadi Susilo Arifin, M.S. dan Dr. Kaswanto, SP, M.Si sebagai pembimbing skripsi yang memberikan dorongan, arahan, masukan serta nasehat kepada penulis. Selain itu penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada Ibu Soelastri, Mama Budy Astuty, Papa Irwansyah Abdullah, Adik Alviano, Adik Chiky, Randha Agusta Arthawa, Rekan-rekan Wisma Harmony 2, Keluarga Besar Landscapers 46 dan semua pihak yang telah banyak membantu dalam penulisan karya ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun untuk memperbaiki keahlian menulis di masa yang akan datang.

Bogor, Januari 2014


(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 1

1.3 Manfaat Penelitian ... 1

1.4 Kerangka Pikir Penelitian ... 2

2 METODE ... 3

2.1 Lokasi dan Waktu ... 3

2.2 Alat dan Bahan ... 3

2.3 Metode Penelitian ... 4

2.3.1 Pemetaan Jejaring Ekologis Lanskap Kampus IPB Dramaga 4

2.3.2 Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh pada Kelestarian 6

Jejaring Ekologis ... 2.3.3 Penyusunan Rencana Pengelolaan Jejaring Lanskap Ekologis di kampus IPB Dramaga... 3 HASIL PENELITIAN ... 8

3.1 Analisis Situasional ... 8

3.2 Pemetaan Jejaring Ekologis ... 10

3.3 Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Kelestarian Jejaring Ekologis ... 22

3.4 Strategi Pengelolaan Jejaring Lanskap Ekologis di Kampus IPB Dramaga ... 25

4 PEMBAHASAN... 28

4.1 Pemetaan Jejaring Ekologis ... 28

4.2 Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Kelestarian Jejaring Ekologis ... 35

4.3 Strategi Pengelolaan ... 37

5 SIMPULAN DAN SARAN ... 44

5.1 Simpulan ... 44

5.2 Saran ... 44

DAFTAR PUSTAKA ... 45

LAMPIRAN 46

RIWAYAT HIDUP ... 50 6


(11)

x

DAFTAR TABEL

1 Klasifikasi Nilai Indeks Keanekaragaman Shannon 4

2 Jumlah Petak Contoh pada Patch 5

3 Suhu Kecamatan Dramaga Menurut Bulan Tahun 2008-2012 9

4 Curah Hujan Kecamatan Dramaga Menurut Bulan Tahun 2008-2012 9

5 Lokasi patch 11

6 Badan Air yang Ditemukan pada patch 13

7 Jenis Tegakan Pohon pada Area Konservasi 15

8 Jenis Satwa pada Area Konservasi 18

9 Jalur Jalan yang Ditemukan di dalam Patch 21

10 Nilai Indeks Kesamaan Komunitas Antar Patch 22

11 Nilai Keragaman Shannon Patch 22

12 Nilai Signifikansi Kelima Faktor Jejaring Ekologis 23

13 Koridor Penghubung Patch 31

14 Tingkat Kepentingan Faktor Internal Jejaring Lanskap Ekologis 38

15 Tingkat Kepentingan Faktor Eksternal Jejaring Lanskap Ekologis 39

16 Penilaian Bobot Strategis Internal Pengelolaan Jejaring Ekologis 39

17 Penilaian Bobot Strategis Eksternal Pengelolaan Jejaring Ekologis 39

18 Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) Jejaring Ekologis 40

19 Matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE) Jejaring Ekologis 40

20 Matriks SWOT Jejaring Lanskap Ekologis Kampus IPB Dramaga 42

21 Perangkingan Alternatif Strategi Pengelolaan Jejaring Lanskap 42 Ekologis

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka Pikir Penelitian 2

2 Kampus IPB Dramaga 3

3 Matriks Internal – Eksternal (IE) 7

4 Suhu Bulanan Kec.Dramaga Tahun 2012 9

5 Curah Hujan Bulanan Kec.Dramaga Tahun 2012 9

6 Peta Sebaran patch di IPB Dramaga 11

7 Kurva Regresi Linear antara Luas Patch dengan Nilai Keragaman 23 Shannon

8 Kurva Regresi Linear antara Bentuk Patch dengan Nilai Keragaman 24 Shannon

9 Kurva Regresi Linear antara Tata Guna Lahan Sekitar Patch 24

10 Kurva Regresi Linear antara Jarak dari Jalan dengan Nilai 25 Keragaman Shannon

11 Objek Lanskap Alami Kampus IPB yang Pernah Dikunjungi 26

12 Aktivitas di Objek Lanskap Alami Kampus IPB 26

13 Penggunaan Akses Menuju Objek Lanskap Alami Kampus 26 IPB

14 Persepsi Responden terhadap Definisi Lingkungan Ekologis 27


(12)

17 Jenis Koridor yang Disukai Responden 28

18 Jejaring Ekologis di IPB 29

19 Jalan Lingkar Kampus sebagai Koridor 30

20 Jenis Koridor di Kampus IPB Dramaga 30

21 Barisan Pohon yang Terputus di depan Gedung CCR 34

22 Barisan Pohon di Depan Arboretum Lanskap 34

23 Pengaruh Keragaman Strata Tajuk terhadap Keragaman Satwa 34

24 Perbandingan Luas Patch terhadap Jumlah Populasi 36

25 Matriks Internal – Eksternal (IE) 41

26 Perburuan Liar dengan Memasang Jebakan 44

DAFTAR LAMPIRAN

1 Kuesioner Pengguna 47


(13)

(14)

(15)

(16)

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jejaring ekologis (ecological network) merupakan suatu konsep yang menjelaskan hubungan sumber daya pada tempat berbeda. Interaksi makhluk hidup antar ekosistem saling terhubung dan mempengaruhi antara satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu, dibutuhkan koridor-koridor sebagai penghubung antar ekosistem tersebut. Hal ini diperlukan untuk keberlanjutan dari setiap ekosistem dan individu yang ada di dalamnya.

Kampus IPB Dramaga merupakan salah satu tempat yang memiliki berbagai jenis sumber daya dan bentang alam. Keduanya dimanfaatkan untuk kegiatan pendidikan dan penelitian. Bertambahnya jumlah mahasiswa dan meningkatnya kebutuhan fasilitas penunjang pendidikan menyebabkan meluasnya area terbangun di Kampus IPB Dramaga sehingga sebagian dari ruang terbuka hijau telah beralih fungsi menjadi gedung perkuliahan baru dan lapangan parkir. Kegiatan pembangunan tersebut secara tidak langsung mempengaruhi perubahan pola ruang dan hubungan antar elemen ekologis lanskap. Berkurangnya vegetasi akibat pembukaan lahan berhubungan langsung dengan hilangnya habitat satwa tertentu. Adanya pembangunan juga menambah pusat-pusat aktivitas yang dapat memberikan dampak bagi lanskap, salah satunya adalah pencemaran sampah. Kampus IPB dengan identitasnya sebagai kampus hijau seharusnya menjadi kampus berkelanjutan, antara lain dengan cara mengkonservasi keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya.

Oleh karena itu, diperlukan pemetaan jejaring ekologis agar tindakan pengelolaan dapat dilakukan. Diharapkan lanskap dapat bermanfaat bagi manusia makhluk hidup lainnya, serta dapat mengakomodasi kebutuhan ruang dengan mempertimbangkan jejaring lanskap ekologi. Juga untuk mempertahankan sumberdaya secara berkelanjutan sebagai sarana kegiatan pendidikan dan penelitian di kampus IPB.

1.2 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

1. memetakan jejaring ekologis lanskap kampus IPB Dramaga,

2. menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh pada kelestarian jejaring ekologis,dan 3. menyusun strategi pengelolaan jejaring lanskap ekologis pada kampus IPB Dramaga

1.3 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian adalah sebagai masukan bagi pihak pengelola Kampus IPB Dramaga dalam mengelola jejaring ekologi di lanskap kampus secara berkelanjutan.

1.4 Ruang Lingkup Penelitian

Identifikasi struktur jejaring ekologis (patch dan koridor) serta perhitungan nilai keragaman pohon sampai dengan penyusunan strategi pengelolaan jejaring lanskap ekologis di Kampus IPB Dramaga.


(17)

2

1.5 Kerangka Pikir Penelitian

Penelitian ini dilakukan berdasarkan kerangka pikir sebagai acuan penelitian terhadap manajemen jejaring lanskap ekologis lanskap Kampus IPB Dramaga (Gambar 1). IPB dengan jenis-jenis ekosistem yang berada di dalamnya memiliki fungsi ekologis, sehingga diperlukan adanya pemetaan untuk mempermudah pengelolaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi ekologis dianalisis sehingga dapat menghasilkan rencana pengelolaan jejaring lanskap ekologis.

Gambar 1 Kerangka Pikir Penelitian Strategi pengelolaan

Jejaring Lanskap Ekologis Kampus IPB Dramaga Institut Pertanian Bogor Konsep Kampus Hijau

Saving land Saving material

Saving energy

Jasa Lingkungan Berbentuk Konservasi Analisis Faktor-Faktor

yang Mempengaruhi Pemetaan

Jejaring Ekologis

Penyusunan Strategi Pengelolaan Jejaring Lanskap Ekologis

Nilai Keragaman Shannon Indeks Kesamaan Komunitas

Metode SWOT


(18)

2 METODE

2.1 Lokasi dan Waktu

Penelitian dilakukan di Kampus IPB Dramaga, Bogor 6º 33’ 48” - 6º 42’ 53” Lintang Selatan dan 106 º 42’ 53” - 106º 44’ 6” Bujur Timur yang terletak di Propinsi Jawa Barat (Gambar 2). Kegiatan penelitian di lapang dilakukan selama enam bulan, terhitung sejak dari bulan Maret 2013 sampai dengan bulan September 2013.

2.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam kegiatan penelitian ini adalah : global positioning system (GPS), kamera digital, tally sheet, meteran, patok kayu, gunting, kantong plastik dan alat tulis. Jenis software pembantu untuk menunjang pengolahan data antara lain AutoCAD 2010, Adobe Photoshop CS4, dan SPSS 17.0. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu peta lokasi dan kuesioner.

Gambar 2 Kampus IPB Dramaga Sumber: Fakultas Kehutanan IPB, 2003


(19)

4

2.3 Metode Penelitian

2.3.1 Pemetaan Jejaring Ekologis Lanskap Kampus IPB Dramaga

Dilakukan pemetaan untuk mendelineasi patch dengan beberapa kriteria, yaitu tutupan vegetasi rapat, didominasi pohon, berfungsi sebagai laboratorium lapang, arboretum, kebun percobaan, maupun tempat lainnya dengan luas >1000 m². Jenis koridor yang menjadi penghubung antar patch juga dipetakan sehingga menjadi satu peta jejaring ekologis. Pemetaan menggunakan GPS dan software Autocad 2010. Dilanjutkan dengan perhitungan nilai keragaman tanaman dan koefisien kesamaan komunitas.

Indeks Keragaman Shannon

Indeks Keragaman Shannon (Ludwig dan Reynolds, 1998) diformulasikan sebagai berikut:

H’ = -Σ { Ni / N } Ln { Ni / N } Ni / N = Proporsi sampel dalam spesies

atau dapat dihitung dengan formula,

Keterangan:

H’ = Indeks Keragaman Shannon ni = Jumlah individu jenis ke-i S = Jumlah jenis

n = Total jumlah individu ln = Logaritma natural

Tabel 1 Klasifikasi Nilai Indeks Keanekaragaman Shannon

Nilai indeks Shannon Kategori

>3 Keanekaragaman tinggi, penyebaran jumlah individu tiap spesies tinggi dan kestabilan komunitas tinggi 1-3 Keanekaragaman sedang, penyebaran jumlah

individu tiap spesies sedang dan kestabilan komunitas sedang

<1 Keanekaragaman rendah, penyebaran jumlah individu tiap spesies rendah dan kestabilan komunitas rendah


(20)

Perhitungan nilai keragaman dilakukan dengan metode purposive sampling. Dalam metode ini dilakukan peletakan petak contoh 20x20 m pada lokasi yang terdapat pohon dengan diameter batang ≥ 20cm. Perhitungan dilakukan pada area patch. Jumlah petak contoh yang digunakan dalam penelitian ini disesuaikan dengan luas masing-masing area dan intensitas sampling sebesar 5% berdasarkan pedoman Inventarisasi Hutan Menyeluruh Berkala (IHMB).

IS x Luas kawasan

Keterangan:

IS = Intensitas Sampling (5%)

Luas Kawasan = Luas masing-masing daerah konservasi (m²) Luas 1 petak contoh = 20x20m (400m²)

Tabel 2 Jumlah Petak Contoh pada Patch

No Nama Patch

Luas kawasan

(m²)

Jumlah petak contoh

Persentase luas petak contoh terhadap luas

kawasan (%) 1 Kebun Unit Konservasi

Budidaya Biofarmaka

28000,0 4 5,7

2 Kebun Percobaan Cikabayan

148346,8 18 4,9

3 Arboretum Hutan Tropika sekitar Masjid Al-Hurriyah

45809,1 6 5,2

4 Tegakan pohon asrama putri

45005,6 6 5,3

5 Arboretum Fahutan 2500,0 2 3,2

6 Area Situ Leutik dan Situ Perikanan

27395,1 3 4,4

7 Tegakan pohon perumahan dosen

33585,7 4 4,8

8 Tegakan pohon sekitar Asrama Silvasari

33543,3 4 4,8

9 Tegakan sengon rektorat 34603,9 2 2,3

10 Arboretum bambu 83799,1 10 4,8

11 Tegakan pohon belakang lapangan upacara

25836,2 3 4,6

12 Arboretum Lanskap 57993,5 7 4,8

Koefisien Kesamaan Komunitas

Koefisien kesamaan komunitas menunjukkan tingkat kesamaan komposisi jenis dari dua contoh yang dibandingkan (Soerianegara dan Indrawan,1984). Nilai koefisien

Jumlah Petak Contoh =


(21)

6

kesamaan komunitas berkisar antara 0 – 100 %, semakin dekat jenis-jenis yang terdapat pada kedua tegakan, nilainya akan mendekati 100 %.

Koefisien ini digunakan untuk menduga adanya hubungan melalui koridor antara dua area konservasi.

C =

INP = KR+FR+DR

KR = Kerapatan dari suatu jenis Kerapatan seluruh jenis FR = Frekuensi dari suatu jenis

Frekuensi dari seluruh jenis DR = Dominasi dari suatu jenis Dominasi dari seluruh jenis Keterangan:

C = Koefisien kesamaan komunitas

W = Jumlah indeks nilai penting terendah dari jenis-jenis yang sama pada dua tegakan yang dibandingkan

a = Jumlah nilai penting dari semua jenis yang terdapat pada tegakan pertama b = Jumlah nilai penting dari semua jenis yang terdapat pada tegakan kedua INP = Indeks Nilai penting

KR = Kerapatan relatif DR = Dominasi relatif

2.3.2 Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh pada Kelestarian Jejaring Ekologis Analisis regresi linear berganda dilakukan menggunakan software SPSS 17.0 dengan memasukkan faktor-faktor yang berpengaruh pada kelestarian jejaring ekologis menurut Farina (2010). Faktor tersebut adalah luas patch (LP), bentuk patch (BP), tata guna lahan sekitar patch (TP), jarak dari jalan (JJ), dan jarak antar patch (JP). Keseluruhan faktor diuji dengan nilai indeks keragaman sehingga dapat diketahui faktor yang paling berpengaruh nyata pada kelestarian jejaring ekologis dalam taraf uji sebesar 0,05.

2.3.3 Penyusunan rencana pengelolaan jejaring lanskap ekologis pada kampus IPB Dramaga

Jejaring ekologis objek-objek alami di Kampus IPB Dramaga dianalisis menggunakan kuesioner yang dibagikan secara acak kepada mahasiswa, staf pendidik, dan staf kependidikan dengan total 60 responden. Daftar pertanyaan yang dimuat dalam kuesioner diarahkan untuk mengetahui informasi yang terkait dengan koridor serta persepsi responden dalam menilai lingkungan kampus.

a + b

2 W x 100 %

x 100 %

x 100 % x 100 %

Kerapatan = Jumlah dari individu Luas individu

Frekuensi = Jumlah plot ditemukan jenis Jumlah seluruh plot

Dominasi = Jumlah bidang dasar Luas petak contoh


(22)

Kuat Lemah

4,0 3,0

Hasil dari pengolahan kuesioner dianalisis menggunakan metode SWOT. Identifikasi faktor internal dan eksternal diperoleh dari jawaban responden pada kuesioner. Metode analisis SWOT, yaitu identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi (Rangkuti,1997). Analisis SWOT digunakan untuk mengetahui dan melihat kondisi jejaring lanskap ekologis saat ini dengan membandingkan faktor internal dari kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness) dengan faktor eksternal yang terdiri dari peluang (opportunity) dan ancaman (threat). Tahapan kerja yang dilakukan dalam analisis SWOT adalah sebagai berikut:

Analisis penilaian faktor internal dan eksternal

Identifikasi faktor internal (IFE) dilakukan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan yang dimiliki, sedangkan penilaian faktor eksternal (EFE) dilakukan untuk mengetahui sejauh mana ancaman dan peluang yang dimiliki (David, 2003).

Penentuan bobot setiap variabel

Setiap faktor internal dan eksternal yang telah diketahui disesuaikan dengan tingkat kepentingannya terhadap pengelolaan jejaring ekologis lanskap Kampus IPB Dramaga. Setelah mendapatkan nilai tingkat kepentingan dari setiap faktor strategis internal dan eksternal, selanjutnya dilakukan pembobotan dengan metode paired comparison.

Penentuan peringkat (rating)

Nilai pembobotan pada setiap variabel kemudian dikalikan dengan peringkat berdasarkan nilai tingkat kepentingannya untuk mendapatkan skor pembobotan dari semua faktor strategis. Jika total skor pembobotan IFE dibawah 2,5 dapat dinyatakan bahwa faktor internal lemah, sedangkan jika berada diatas 2,5 dapat dinyatakan faktor internal kuat. Hal yang sama juga berlaku untuk total skor pembobotan EFE (David,2008). Nilai total skor pembobotan IFE dan EFE selanjutnya dipetakan dalam matriks Internal-Eksternal (Gambar 3). Pemetaan ke matriks Internal-Internal-Eksternal bertujuan mengetahui kondisi pengelolaan yang ada pada saat ini. Nilai total skor pembobotan dipetakan pada Matriks Internal-Eksternal untuk mengetahui posisi pengelolaan jejaring lanskap ekologis saat ini. Posisi tersebut dijadikan sebagai acuan untuk menentukan dan menyusun strategi pengelolaan.

Sedang

Gambar 3 Matriks Internal – Eksternal (IE)

Kuat

T

ot

al

S

ko

r E

F

E

Total Skor IFE

2,0 1,0

3,0 2,0

1,0 Sedang Lemah 2,0

3,0 Kuat


(23)

8

Penyusunan alternatif strategi

Berdasarkan matriks SWOT, diperoleh empat langkah strategi yaitu sebagai berikut:

1. Strategi SO (Strength-Opportunities), menggunakan kekuatan internal untuk memanfaatkan peluang eksternal.

2. Strategi ST (Strength-Threats), menggunakan kekuatan internal untuk menghindari atau mengurangi dampak eksternal.

3. Strategi WO (Weakness-Opportunities), bertujuan memperbaiki kelemahan internal, dan

4. Strategi WT (Weakness-Threats), bertujuan mengurangi kelemahan internal dengan menghindari ancaman eksternal.

Pembuatan tabel ranking alternatif strategi pengelolaan

Alternatif strategi yang dihasilkan dalam matriks SWOT ditentukan prioritasnya. Perangkingan ini dilakukan secara subjektif berupa usaha memaksimumkan kekuatan (strength) dan peluang (opportunities) serta meminimumkan ancaman (threats) dan kelemahan (weakness). Strategi yang memiliki skor paling tinggi akan menjadi prioritas utama.

3 HASIL PENELITIAN

3.1 Analisis Situasional Lokasi dan Luas

Kampus IPB Dramaga terletak ± 9 km arah barat pusat kota Bogor. Luas keseluruhan areal kampus IPB Dramaga adalah 256,97 ha yang secara geografis terletak 6º 33’ 48” - 6º 42’ 53” Lintang Selatan dan 106 º 42’ 53” - 106º 44’ 6” Bujur Timur dengan ketinggian 145-195 m dpl (Kurnia, 2003). Secara administratif Kampus IPB Dramaga termasuk kedalam wilayah Desa Babakan, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Batas tapak kampus IPB Dramaga adalah sebagai berikut: (1) Sungai Ciapus dan Sungai Cisadane di sebelah utara, (2) Desa Babakan di sebelah timur, (3) Sungai Cihideung di sebelah barat, (4) Jalan Raya Bogor-Jasinga di sebelah selatan.

Topografi, Iklim, dan Jenis Tanah

Kampus IPB Dramaga terletak di ketinggian tempat 145-195 mdpl dengan kondisi topografi yang beragam dari datar di sebelah timur dan selatan kemudian bergelombang di sebelah utara, dengan kemiringan lahan sekitar 0-5%. Berdasarkan Klasifikasi Schmid dan Ferguson, kampus ini termasuk ke dalam tipe iklim A, dengan curah hujan rata-rata tahunan sekitar 3500 mm dan kelembaban nisbi per tahun sekitar 88%. Suhu rata-rata udara tahunan adalah 23,2º C. Jenis tanah di Kampus IPB Dramaga termasuk ke dalam jenis latosol, selain itu juga terdapat asosiasi podsolik coklat dan podsolik merah kekuningan dengan bahan induk volkan (Mardhotillah, 2001).


(24)

Tabel 3 Suhu Kecamatan Dramaga Menurut Bulan Tahun 2008-2012

Tahun Suhu (ºC)

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Rata-rata

2008 25,7 24,5 25,1 25,5 25,8 25,6 25,2 25,6 25,9 25,8 25,8 25,5 25,50

2009 25,0 25,1 25,8 26,2 26,1 26,1 25,8 26,3 26,6 26,0 26,3 26,1 25,95

2010 25,3 25,9 26,0 27,1 26,7 25,9 25,8 25,8 25,3 25,4 25,9 25,5 25,88

2011 25,4 25,6 25,7 25,8 26,1 26,1 25,8 25,6 26,0 26,3 24,6 26,1 25,75

2012 25,1 25,6 26,0 26,0 26,1 26,2 25,6 25,8 26,0 26,3 25,8 26,0 25,87

Sumber: BMKG (2013)

Gambar 4. Suhu Bulanan Kec.Dramaga Tahun 2012 Tabel 4 Curah Hujan Kecamatan Dramaga Menurut Bulan Tahun 2008-2012

Tahun Curah Hujan Bulanan (mm)

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Rata-rata

2008 261 385 672 527 267 172 172 196 344 311 509 255 339,25

2009 361 305 261 260 571 338 131 33 157 416 407 258 291,50

2010 252 461 415 43 331 303 270 478 601 436 284 177 337,58

2011 203 77 140 278 362 275 202 142 106 256 458 345 237,00

2012 272 549 136 390 195 94 119 79 271 540 549 359 296,08

Sumber: BMKG (2013)


(25)

10

Vegetasi dan Satwa

Kondisi vegetasi secara umum di lingkungan kampus IPB Dramaga berupa vegetasi semak berumput, tegakan karet, hutan pinus, hutan campuran, hutan percobaan, arboretum, serta tanaman pekarangan perumahan dan taman. Pada mulanya seluruh wilayah Kampus IPB Dramaga didominasi oleh tegakan karet (Hevea brasiliensis), tetapi saat ini hanya terdapat di beberapa lokasi saja. Selain itu terdapat pula tegakan hutan campuran yang terletak di sebelah utara Masjid Al-Hurriyyah yang merupakan miniatur dari hutan tropika dataran rendah karena adanya strata tajuk berbeda (Irawan, 2008). Kondisi habitat yang beragam mendukung kehidupan jenis satwa liar yang beragam pula. Tutupan Lahan

Penutupan lahan di Kampus IPB Dramaga semula didominasi oleh karet (Hevea braziliensis) (Mulyani, 1985). Selain itu, Kurnia (2003) juga menyatakan bahwa kampus IPB Dramaga merupakan kawasan pendidikan yang dikonversi dari lahan perkebunan karet. Namun, seiring dengan perkembangan dan pembangunan kampus yang dilakukan, maka terjadi perubahan penutupan lahan oleh unsur mikrohabitat yang semakin beragam (Kurnia 2003). Vegetasi di Kampus IPB Dramaga memiliki unsur utama berupa pepohonan yang lebih beragam, baik dalam spesies maupun vegetasinya (Kurnia 2003). Beberapa spesies yang cukup dominan adalah sengon (Paraserienthes falcataria), akasia (Acacia sp.), kemlandingan (Leucaena glauca), flamboyan (Delonix regia), dan gmelina (Gmelina arborea). Seluruh spesies tumbuhan ditanam dengan sengaja dengan tujuan untuk penghijauan di tepi jalan atau rehabilitasi lahan kosong, serta koleksi di arboretum atau taman. Selain spesies pohon, tumbuhan bawah dan rerumputan juga hampir tersebar di seluruh kawasan kampus IPB Dramaga (Kurnia 2003). Kampus IPB Dramaga sebagai kawasan pendidikan juga terdiri dari berbagai sarana pendidikan diantaranya bangunan fisik. Mardhotillah (2001) melaporkan bahwa kurang lebih 21 ha atau 8% dari seluruh kawasan Kampus IPB Dramaga adalah bangunan fisik berupa gedung, perumahan, kandang ternak, sarana olahraga, serta jalan beraspal.

3.2 Pemetaan Jejaring Ekologis

Di Kampus IPB Dramaga terdapat berbagai macam area hijau, antara lain hutan, tegakan pohon, arboretum, dan kebun percobaan. Area-area tersebut tersebar di seluruh kawasan kampus. Area tersebut terbagi menjadi area patch, koridor, area pelayanan (pendidikan), dan area budi daya.

Patch

Area yang diklasifikasikan menjadi patch di Kampus IPB Dramaga dilambangkan dengan warna hijau tua (Gambar 4). Area tersebut memiliki tutupan vegetasi yang rapat, didominasi pohon, berfungsi sebagai kebun percobaan, arboretum, dan hutan penelitian dengan luas >1000 m². Berdasarkan klasifikasi tersebut terdapat dua belas patch di Kampus IPB Dramaga (Tabel 5).


(26)

Tabel 5 Lokasi Patch

No Nama Patch Gambaran Lokasi Patch Keterangan

1 Kebun Unit Konservasi

Budidaya Biofarmaka

Batas tapak:

1) Utara: Taman Hutan Blok Cikabayan,

2) Timur:Sungai Ciapus, 3) Barat: Areal praktek Fakultas Pertanian, 4) Selatan: Areal praktek Fakultas Pertanian

2 Kebun Percobaan

Cikabayan

Batas tapak:

1) Utara: Sungai Cisadane, 2) Timur:Sungai Ciapus, 3) Barat: Areal praktek Fakultas Pertanian,

4) Selatan: Perumahan Dosen IPB (Jl. Lengkeng 2).

3 Arboretum Hutan

Tropika sekitar Masjid Al-Hurriyah

Batas tapak:

1)Utara: Jalan setapak, 2)Timur: Bangunan Landhuis, 3)Barat: Perumahan Dosen IPB (Jl.Bungur dan Jl.Cempaka), 4)Selatan: Masjid Al-Hurriyah.

Keterangan :

1. Kebun Unit Konservasi Budidaya Biofarmaka 2. Kebun Percobaan

Cikabayan

3. Arboretum Hutan Tropika Masjid Al-Hurriyah 4. Tegakan pohon belakang

asrama putri 5. Arboretum Fahutan 6. Situ Leutik dan Situ

Perikanan

7. Tegakan pohon perumahan dosen

8. Tegakan pohon sekitar Asrama Silvasari 9. Tegakan sengon rektorat 10. Arboretum Bambu 11. Tegakan pohon belakang

lap.upacara 12. Arboretum Lanskap

Patch Koridor Linear Koridor Stepping Stone


(27)

12

No Nama Patch Gambaran Lokasi Patch Keterangan

4 Tegakan pohon belakang

Asrama Putri

Batas Tapak : 1)Utara: Tegakan pohon dan semak berumput, 2) Selatan: Jl.Cilubang IPB, 3) Timur: Tegakan pohon dan semak berumput,

4) Barat: Area pembangunan gedung baru

5 Arboretum Fahutan Batas Tapak : 1)Utara: Gedung

Fahutan,

2) Selatan: Gedung Fakultas Pertanian,

3) Timur: Gedung Perkuliahan TPB,

4) Barat: Balairung Fahutan

6 Situ Leutik dan Situ

Perikanan

Batas tapak: 1)Utara: Gedung LSI dan kebun karet,

2)Timur: rawa-rawa dan Kantin Plasma, 3)Barat: Gedung FPIK dan kolam Perikanan, 4)Selatan: Kompleks Perkebunan IPB Dramaga, Gedung FEM

7 Tegakan pohon

perumahan dosen

Batas tapak:

1)Utara: Jl. Soka 1, 2)Timur: Lap. bola

3)Barat:Jl.Cendana, 4)Selatan: Jl. Jati 3.

8 Tegakan pohon sekitar

Asrama Silvasari

Batas tapak:

1)Utara: Jl.Soka, 2)Selatan: Gedung Asrama Silvasari, 3)Barat: Jl.Jati,

4)Timur:Jl.Rasamala

9 Tegakan sengon rektorat Batas tapak:

1)Utara: Kolam percobaan FPIK, 2)Selatan: Arboretum bambu, 3)Barat: Jl.Bungur, 4)Timur: Gedung rektorat.


(28)

No Nama Patch Gambaran Lokasi Patch Keterangan

10 Arboretum Bambu Batas tapak:

(1) Utara: Jalan Agatis IPB 2) Selatan: Jalan Raya Ciampea,

3) Timur: Jalan Agatis IPB (Pintu Dua IPB),

4) Barat: Sungai Cihideung (Kampung Leuwikopo).

11 Tegakan Pohon belakang

Lapangan Upacara

Batas tapak: 1) Utara: Jl.Ramin 2) Selatan: Jalan Raya Ciampea,

3) Timur: Jalan Pintu satu IPB 4) Barat: Jl. Agatis IPB (Pintu Dua IPB),

12 Arboretum Lanskap Batas tapak:

1) Utara: Jl.Ramin

2) Selatan: Jalan Raya Ciampea 3) Timur: Shelter sepeda GWW 4) Barat: Jalan Pintu satu IPB

Pada beberapa patch terdapat badan air seperti danau, situ, maupun sungai kecil (Tabel 6). Adanya badan air tersebut menjadi habitat berbagai macam hewan herpetofauna seperti ular, kadal, dan reptil lainnya yang menyukai area lembab.

Tabel 6 Badan Air yang Terdapat pada Patch

No Lokasi Badan Air Gambaran Lokasi Badan Air Keterangan

1 Situ Leutik dan Situ

Perikanan

Terdapat dua situ yang dipisahkan dengan dam. Situ Leutik dengan panjang 193,5m dan lebar rata-rata 36,51 m serta Situ perikanan dengan panjang 243m dan lebar rata-rata 50,07m.

2 Arboretum bambu Terdapat sungai kecil dengan

panjang 347,6 m dan lebar 1,57 m. Inlet berasal dari wilayah resapan air yang membentuk danau di sebelah Timur

Arboretum Bambu. outlet dari

sungai tersebut adalah ke Sungai Cihideung yang terdapat di sebelah barat.


(29)

14

No Lokasi Badan Air Gambaran Lokasi Badan Air Keterangan

3 Tegakan pohon

belakang lapangan upacara

Danau ini terletak di tengah tegakan pohon belakang lapangan upacara, air berasal dari

tampungan air hujan.

4 Sungai Ciapus Sungai ini berbatasan langsung

dengan Taman Hutan Blok Cikabayan,sekaligus menjadi batas Kampus IPB Dramaga.

Kondisi antar patch beragam dari jenis tanaman dan satwanya. Terdaftar 51 jenis pohon yang berada dalam plot sampel (Tabel 7). Selama penelitian berlangsung juga ditemukan 31 jenis burung, 2 jenis mamalia, dan 9 jenis kupu-kupu (Tabel 8).

Koridor

Pada sejumlah patch terdapat koridor berupa jalur pejalan kaki. Jalur ini digunakan untuk mempermudah pengguna saat memasuki area, maupun melakukan kegiatan. Dari dua belas patch, hanya enam area yang memiliki jalur pejalan kaki di dalamnya (Tabel 9). Nilai keragaman

Berdasarkan analisis vegetasi yang dilakukan dengan cara purposive sampling, didapatkan nilai keragaman Shannon yaitu sebesar 2,59 terletak di Arboretum Lanskap dengan jumlah jenis yang ditemukan sebanyak 18 jenis, diikuti dengan Tegakan pohon asrama silvasari sebesar 2,37 dengan jumlah jenis yang ditemukan sebanyak 14 jenis dan Arboretum Hutan Tropika sekitar Masjid Al-Hurriyah sebesar 2,32 dengan jumlah jenis yang ditemukan sebanyak 11 jenis. Nilai keragaman terendah sebesar 0,00 terletak di Tegakan Sengon Rektorat (Tabel 10).

Indeks Kesamaan Komunitas

Berdasarkan perhitungan melalui rumus indeks kesamaan komunitas, dapat diketahui bahwa nilai indeks kesamaan komunitas tertinggi sebesar 43,33, yaitu antara Taman Hutan Blok Cikabayan dan Arboretum Hutan Tropika sekitar masjid Al-Hurriyah. Nilai indeks kesamaan komunitas terendah sebesar 0 terdapat di delapan pasangan lokasi yaitu lokasi 1 dan 6, 3 dan 6, 3 dan 12, 5 dan 9, 6 dan 9, 9 dan 10, 9 dan 11, 9 dan 12, serta 10 dan 12 (Tabel 11).


(30)

15 Kode Lokasi 12 ● ● ● ● ● ● 11 ● ● 10 ● ● ● ● ● 9 ● ● 8 ● ● ● ● 7 6 ● ● ● ● ● 5 ● 4 ● ● ● 3 ● 2 ● 1 Nama Latin

Acacia mangium Willd.

Acacia auriculiformis A. Cunn. ex Benth.

Pterocarpus indicus Willd.

Bambusa vulgaris Schrad. ex J.C.

Gigantochloa robusta Kurz.

Dendrocalamus asper Backer.

Gigantochloa atroviolacea Widjaja

Gigantochloa cochinchinensis (Lour.) Merr.

Ficus benjamina L.

Diospyros blancoi A. DC.

Cerbera manghas L.

Lagerstroemia indica Auct.

Couroupita guianensis Aubl.

Casuarina equisetifolia L.

Agathis damara (Lamb.) Rich.

Bauhinia purpurea L.

Heritiera littoralis Dryand.

Delonix regia Bojer ex Hook.

Gmelina arborea Roxb.

Tectona grandis L.f.

Nama Lokal Akasia Akasia Angsana Bambu ampel Bambu andong Bambu betung Bambu hitam Bambu tali Beringin Bisbul Bintaro Bungur Cannonbal Cemara angin Damar

Daun kupu kupu Dungun Flamboyan Gmelina Jati No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20


(31)

16 Lanjutan Tabel 7. Jenis Tegakan Pohon pada Patch

Kode Lokasi 12 ● ● ● ● ● 11 ● ● 10 ● ● ● 9 8 ● ● ● ● ● ● 7 ● ● 6 ● ● 5 ● ● ● ● 4 ● ● ● ● 3 ● ● ● ● ● ● 2 ● ● ● ● ● ● 1 ● ● ● ● ● ● ● ● Nama Latin

Ceiba pentandra L. Gaertn.

Maesopsis eminii Engl.

Hevea brasiliensis Muell. Arg.

Cinnamomum burmannii Nees ex Blume.

Canarium commune L.

Terminalia catappa L.

Spathodea campanulata Beauv.

Filicium decipiens Merr.

Khaya sinegalensis L.

Stelechocarpus burahol Hook & Thomson.

Samanea saman (Jacq.) Merr.

Vitex pinnata Vahl.

Mangifera indica L.

Pometia pinnata J.R.& G.Forst.

Swietenia mahogani (L.) Jacq.

Macaranga gigantea Reichb.f. & Zoll.

Shroea leprosula Miq.

Intsia bijuga Kuntze.

Arthrocarpus heterophyllus Merr.

Calophylum inophyllum L.

Nama Lokal Kapuk Kayu Africa Karet Kayu Manis Kenari Ketapang Kecrutan Kerai payung Khaya Kiburahol Ki Hujan Laban Mangga Matoa Mahoni daun Makaranga Meranti tembaga Merbau Nangka Nyamplung No 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40


(32)

17 Kode Lokasi 12 ● ● ● ● 11 ● 10 9 ● 8 ● ● 7 ● 6 ● 5 ● ● 4 ● ● 3 ● ● 2 ● ● ● 1 ● ● ● ● Nama Latin

Pachira aquatica Aubl.

Myristica fragrans Houtt.

Pinus merkusii Jungh.& De Vr.

Schima wallichi Korth.

Dillenia suffructicosa (griff.) Martelli.

Paraserianthes falcataria L.

Peronema canescens Jack.

Dalbergia latifolia Roxb.

Arthrocarpus communis Forst.

Mimusoph elengi L.

Campnosperma auriculata Bl.

Nama Lokal Pachira Pala Pinus Puspa Sempur Sengon Sungkai Sonokeling Sukun Tanjung Terentang No 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51


(33)

18 Tabel 8. Jenis Satwa pada Patch

Kode Lokasi 12 Jenis Burung ● ● ● 11 ● ● ● ● ● ● 10 ● ● ● 9 ● ● ● ● ● ● ● 8 ● ● ● ● 7 ● ● ● ● 6 ● ● ● ● ● ● 5 ● ● ● ● 4 ● ● 3 ● ● ● ● ● ● 2 ● ● ● ● ● ● 1 ● ● Nama Latin

Psittacula alexandri L.

Lonchura leucogastroides Avic.

Lonchura punctulata L.

Centropus bengalensis G.

Passer montanus L.

Anthrepes malacencis Scopoli.

Gegygone sulphurea Wallace.

Dicaeum trochileum Sparmann.

Dendrocopos moluccensis G.

Todirhampus chloris Boddaert.

Halcyon cyanoventris Vieillot.

Pycnonotus aurigaster Vieillot.

Orthomus sepium Horsefield.

Orthotomus sutorius Pennant.

Aegithina tiphia L.

Calcophaps indica L.

Turnix sylvatica Desfontaines.

Zostepros palpebrosus Temminck.

Apus nipalensis Hogson.

Nama Lokal

Betet biasa Bondol jawa Bondol peking Bubut alang-alang Burung gereja erasia Burung madu kelapa Burung madu sriganti Cabai Jawa

Caladi Tilik Cekakak sungai Cekakak jawa Cucak Kutilang Cinenen jawa Cinenen pisang Cipoh kacat Delimukan zamrud Gemak loreng Kacamata biasa Kapinis rumah No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19


(34)

19 Kode Lokasi 12 ● ● ● ● ● ● Kupu-kupu 11 ● ● 10 ● ● ● ● ● ● 9 ● ● 8 ● ● 7 6 ● ● 5 ● ● 4 ● ● ● 3 ● ● ● 2 ● ● ● ● 1 ● ● ● ● ● Nama Latin

Amaurornis phoenicurus Pennant.

Oriolus chinensis L.

Nycticorax nycticorax L.

Pycnonotus gioafier Scopoli.

Malacocincla sepiaria Horsefield.

Alcedo meninting Horsefield.

Gegygone sulphurea Wallace.

Pericrocotus cinnamomeus L.

Tyto alba Scopoli.

Streptopelia chinensis Scopoli.

Cacomantis merulinus Scopoli.

Cacomantis sepulchralis Miill.

Mamalia

Callosciurus notatus Boddaert.

Macaca fascicularis Raffles.

Delias sp

Doleschallia bisaltidae Cramer.

Euploea sp

Faunis canens Hubner. Nama Lokal

Kareo padi

Kepudang buduk hitam

Kowak malam kelabu Merbah cerukcuk Pelanduk semak Raja udang meninting Remetuk laut Sepah kecil Serak jawa Tekukur biasa Wiwik kelabu Wiwik uncuing Bajing kelapa Monyet ekor panjang

Kupu-kupu Kupu-kupu Kupu-kupu Kupu-kupu No 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37


(35)

20 Lanjutan Tabel 8. Jenis Satwa pada Patch

Kode Lokasi

12 11 10 9 8 7 6

5 4

3 2 1

Nama Latin

Hypolimnas bolina L.

Leptosia nina Fabricius.

Papilio demoleus L.

Papilio memnon L.

Papilio sarpedon L. Nama Lokal

Kupu-kupu Kupu-kupu Kupu-kupu Kupu-kupu Kupu-kupu No

38 39 40 41 42


(36)

Tabel 9. Jalur Jalan yang Ditemukan di Dalam Patch

No Nama Lokasi Gambar Jalur Jalan Keterangan

1 Unit Kebun Konservasi Biofarmaka Jalur pejalan kaki

mengelilingi area display pohon dengan panjang ±35m dan lebar 1,5m.

2 Arboretum Hutan Tropika sekitar

Masjid Al-Hurriyah

Jalur pejalan kaki di dalam hutan, lebarnya bervariasi. Sesuai dengan kondisi kontur. Jalur dapat diakses dari perumahan dosen.

3 Area Situ Leutik dan Situ Perikanan Jalur pejalan kaki

terdapat di tepi situ leutik dengan panjang ±30m dan lebar 60cm.

4 Arboretum Fahutan Jalur membagi area

menjadi empat bagian, Masing-masing memiliki panjang 40m dan lebar 2m.

5 Arboretum Bambu Jalur di dalam arboretum,

lebar ±1m berada di tengah. Dapat diakses dari jalan rektorat dan pintu IPB 2.

6 Arboretum Lanskap Terdapat jogging track

yang sering digunakan warga sekitar kampus untuk berolahraga pada akhir pekan dengan lebar 2,4m mengelilingi area arboretum.


(37)

22

Tabel 11. Nilai Indeks Kesamaan Komunitas Antar Patch

Kode

Lokasi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 -

2 18,22 -

3 23,45 43,33 -

4 22,8 24,2 24,2 -

5 6,42 6,42 6,42 25,98 -

6 0 33,93 0 9,8 20,47 -

7 15,52 33,16 32,81 15,1 6,42 16,29 -

8 14,03 30,62 10,58 14,03 29,08 21,97 14,41 -

9 10,49 14,41 15,9 9,1 0 0 14,9 4,18 -

10 6,78 18,75 17,9 15,1 6,42 4,4 39,4 5,4 0 -

11 6,76 18,75 17,9 15,1 26,3 6,63 34,99 6,4 0 34,99 -

12 10,85 5,33 0 4,71 6 13,97 5,36 9,83 0 0 19,53 -

Ket: 1=Unit Kebun Biofarmaka, 2=Kebun Percobaan Cikabayan, 3=Arboretum sekitar Al-Hurriyah, 4=Tegakan pohon asrama putri, 5=Arboretum fahutan, 6=Area situ leutik dan perikanan, 7=Tegakan pohon perumdos, 8=Tegakan pohon Asrama Silvasari, 9=Tegakan Sengon Rektorat, 10=Arboretum bambu, 11=Tegakan pohon belakang lapangan upacara, 12=Arboretum lanskap.

3.3 Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Kelestarian Jejaring Ekologis Pada regresi linear dimasukkan lima faktor yang diuji terhadap Nilai Indeks Keragaman Shannon, yaitu luas patch (LP), bentuk patch (BP), tata guna lahan sekitar patch (TP), jarak dari jalan (JJ), dan jarak antar patch (JP). Hasil regresi menunjukkan bahwa nilai R mencapai 0,874, dengan kata lain keterkaitan antara kelima faktor dengan nilai indeks keragaman adalah 87,4%. Dalam taraf uji 5%, dari kelima faktor tersebut

No Lokasi Nilai

Keragaman 1 Unit Kebun Konservasi Biofarmaka 1

2 Kebun Percobaan Cikabayan 2,19

3

Arboretum Hutan Tropika sekitar Masjid

Al-Hurriyah 2,3

4 Tegakan Pohon Belakang Asrama Putri 1,73

5 Arboretum Fahutan 2,01

6 Area Situ Leutik dan Situ Perikanan 2,13 7 Tegakan Pohon Perumahan Dosen 0,54 8 Tegakan Pohon sekitar Asrama Silvasari 2,37

9 Tegakan Sengon Rektorat 0

10 Arboretum Bambu 1,1

11 Tegakan Pohon Belakang Lapangan Upacara 1,17

12 Arboretum Lanskap 2,59


(38)

hanya jarak antar patch (JP) yang memiliki nilai signifikansi dibawah 0,05 (Tabel 12). Oleh karena itu, jarak antar patch berpengaruh nyata terhadap nilai Indeks Keragaman Shannon dengan persamaan y= 0,582 + 0,004 X5 , Dimana Y adalah Nilai Indeks Shannon dan X5 adalah jarak antar patch. Namun, luas patch (LP), bentuk patch (BP) , tata guna lahan sekitar patch (TP), dan jarak dari jalan (JJ) memiliki kecenderungan berpengaruh positif.

Tabel 12 Nilai signifikansi kelima faktor

Faktor Koefisien Nilai signifikansi

Nilai Indeks Shannon 0,582 0,438

Luas Patch 9,233 Eˉ 0,113

Bentuk Patch -0,912 0,054

Tata Guna Lahan 0,300 0,258

Jarak dari Jalan 0,011 0,100

Jarak antar Patch 0,004 0,009

Luas Patch

Luas patch memiliki kecenderungan mempengaruhi nilai Indeks Keragaman Shannon. Semakin besar luas patch, nilai Indeks Keragaman Shannon juga akan semakin besar. (Gambar 7).

Bentuk patch

Nilai bentuk patch diukur dari Irregular Patch Size dimana semakin besar angka yang dihasilkan, bentuk patch semakin tidak beraturan. Berdasarkan hasil regresi linear, semakin tinggi nilai bentuk patch, Nilai Keragaman Shannon semakin menurun (Gambar 8).

Gambar 7. Kurva Regresi Linear antara Luas Patch dengan Nilai Keragaman Shannon

N

il

ai

K

er

aga

m

an

Luas patch (m²)

6

y

= 9,233 Eˉ6 x + 0.582 r = 0.038


(39)

24

Gambar 8 . Kurva Regresi Linear antara Bentuk Patch dengan Nilai Keragaman Shannon Tata guna lahan sekitar patch, Jarak dari jalan, dan Jarak antar patch

Tata guna lahan sekitar patch dibagi berdasarkan tiga kategori. Nilai 1 merupakan patch yang berada di sekitar bangunan dan jalan, Nilai 2 untuk patch yang dikelilingi oleh kebun,semak,dan lapangan rumput, dan Nilai 3 untuk patch yang berada dekat dengan sungai atau badan air. Semakin tinggi nilai tata guna lahan sekitar patch, Nilai keragaman Shannon akan semakin meningkat (Gambar 9). Hasil regresi menunjukkan bahwa semakin jauh letak suatu patch dari jalan, Nilai keragamannya akan semakin meningkat (Gambar 10).

Gambar 9. Kurva Regresi Linear antara Tata Guna Lahan Sekitar Patch dengan Nilai Keragaman Shannon

N

il

ai

K

er

aga

m

an

N

il

ai

K

er

aga

m

an

Tata Guna Lahan sekitar Patch

Ket:

1 = Bangunan dan jalan 2 = Ruang terbuka hijau 3 = Sungai dan badan air

Bentuk patch

y = 0,300 x + 0.582

r = 0.035

y = -0,912 x + 0.582

r = 0.011


(40)

Gambar 10. Kurva Regresi Linear antara Jarak dari Jalan dengan Nilai Keragaman Shannon

Gambar 11. Kurva Kuadratik Jarak antar Patch dengan Nilai Keragaman Shannon 3.4 Strategi Pengelolaan Jejaring Lanskap Ekologis pada kampus IPB Dramaga

Penyebaran kuesioner dilakukan terhadap 60 orang responden mencakup mahasiswa, staf pendidik, dan staf kependidikan. Responden tersebut dipilih secara acak. Pertanyaan meliputi delapan hal, yaitu: 1) objek lanskap, 2) kegiatan, 3) akses menuju objek lanskap, 4) persepsi lingkungan ekologis, 5) pengetahuan kampus biodoversitas, 6) persepsi lingkungan kampus, 7) jenis koridor, dan 9) harapan dan masukan pengelolaan.

Data responden menunjukkan bahwa objek lanskap yang paling sering dikunjungi adalah Danau LSI yaitu sebanyak 57 responden, diikuti dengan Academic Event Plaza sebanyak 52 responden, dan area perumahan dosen sebanyak 51 responden (Gambar 12). Kegiatan yang dilakukan meliputi aktivitas rekreasi sebanyak 45 responden, aktivitas pendidikan sebanyak 36 responden, dan aktivitas sosial sebanyak 23 responden (Gambar 13). Akses yang digunakan responden dalam menuju kedua belas objek lanskap berbeda-beda yaitu dapat melalui jalan mobil, jalan sepeda, maupun jalan setapak (Gambar 14).

N

il

ai

K

er

aga

m

an

Jarak dari Jalan (m)

N

il

ai

K

er

aga

m

an

Jarak antar patch (m)

y = 0,011 x + 0.582

r = 0.107

y = -1,699. 10

ˉ5

x2 + 0,01 x + 1,302 r = 0.327


(41)

26

Gambar 12. Objek Lanskap Alami Kampus IPB yang Pernah Dikunjungi

Gambar 13. Aktivitas di Objek Lanskap Alami Kampus IPB

Gambar 14. Penggunaan Akses Menuju Objek Lanskap Alami Kampus IPB

Jum

la

h

r

es

pond

en

Jum

la

h

r

es

pond

en

Jum

la

h

r

es

pond

en


(42)

Pertanyaan nomor empat sampai delapan berkaitan dengan persepsi responden terhadap lingkungan ekologis Kampus IPB Dramaga. Sebanyak 50 responden mengartikan lingkungan ekologis adalah lingkungan dimana komponen biotik dan abiotiknya berinteraksi secara berkelanjutan, 17 responden lainnya memilih area yang memiliki banyak pohon sebagai lingkungan ekologis, sedangkan lingkungan dengan keragaman hayati tinggi dan hemat energi masing-masing dipilih 13 dan 9 responden (Gambar 15). Informasi IPB sebagai salah satu kampus dengan biodiversitas tinggi di Indonesia diketahui sebanyak 78% responden (Gambar 16).

Gambar 15. Persepsi Responden terhadap Definisi Lingkungan Ekologis

Gambar 16. Pengetahuan Responden terhadap Kampus Biodiversitas

Sebagian besar responden menilai lingkungan kampus sudah cukup baik (Gambar 17). Dalam menghubungkan objek-objek lanskap tersebut sebanyak 38 responden memilih barisan pohon sebagai koridor yang dapat diterapkan, 36 responden memilih jalur pejalan kaki pada urutan kedua, dan 23 responden memilih jalur sepeda pada urutan ketiga (Gambar 18).

Jum

la

h

r

es

pond

en


(43)

28

Gambar 17. Persepsi Responden terhadap Lingkungan Kampus

Gambar 18. Jenis Koridor yang Disukai Responden

4 PEMBAHASAN

4.1 Pemetaan Jejaring Ekologis

Kampus IPB Dramaga memiliki area tertentu yang berfungsi secara ekologis untuk mengkonservasi tanah dan air, memperbaiki iklim mikro, dan melestarikan keanekaragaman hayati. Area yang memiliki fungsi tersebut diklasifikasikan menurut Bennet (2004) menjadi daerah inti (core area), koridor (corridors), daerah penyangga (buffer zones), dan daerah pemanfaatan berkelanjutan (sustainable area). Dalam penelitian ini area tersebut dimodifikasi menjadi patch, koridor, area budidaya dan daerah pelayanan. Patch merupakan area dimana konservasi keanekaragaman hayati menjadi fungsi utamanya. Area ini memiliki ukuran luas yang beragam dan menjadi habitat dari berbagai satwa. Dalam menjaga kelestariannya, setiap patch harus terhubung satu sama lain dengan koridor. Pada Kampus IPB, yang berperan menjadi koridor yaitu jaringan jalan beserta tanaman yang berada di sampingnya (greenways), sungai, dan saluran drainase.

Dalam melindungi patch dari gangguan, sebaiknya terdapat area yang berfungsi sebagai transisi, yaitu area budidaya. Area ini diperuntukkan untuk mengurangi dampak kerusakan langsung yang mungkin terjadi akibat letak patch yang berbatasan langsung

Jum

la

h

r

es

pond

en


(44)

dengan pusat kegiatan manusia. Area budidaya memiliki karakter tertentu sesuai dengan bentuk penggunaan lahan. Dalam Kampus IPB Dramaga, area tersebut dapat berupa lahan pertanian (sawah dan kebun), lapangan rumput, serta tegakan pohon yang mengelilingi area konservasi. Daerah pelayanan yaitu area pendidikan Kampus IPB Dramaga berupa gedung perkuliahan. Patch dalam Kampus IPB Dramaga terhubung dengan adanya koridor jalan maupun sungai sehingga membentuk suatu jejaring ekologis. Menurut Arifin dan Nakagoshi (2011), hubungan ekologi yang baik antara Kebun Raya Bogor sebagai ruang terbuka hijau terbesar di Kota Bogor (97 ha) dan daerah terbuka hijau lainnya seperti hutan kota, taman, kebun campuran, dan pekarangan menjadi bagian penting dalam keberlanjutan burung dan satwa lainnya. Oleh karena itu, Kampus IPB juga memiliki potensi sebagai salah satu patch dalam jejaring ekologis skala Kota Bogor (Gambar 19).

Gambar 19. Jejaring ekologis di IPB

Koridor sebagai penghubung antar area konservasi merupakan bidang sempit memanjang dari berbagai tipe habitat. Tumbuhan dan hewan dapat berpindah dari satu tempat ke tempat lain melalui koridor. Koridor dalam Kampus IPB Dramaga yaitu Sungai Cihideung, Sungai Ciapus, dan jaringan jalur hijau jalan lingkar kampus meliputi saluran drainase (Gambar 20). Penanaman pohon secara kontinu di sepanjang jalan dapat berfungsi secara ekologis menjadi tempat migrasi burung maupun satwa lainnya seperti bajing, tupai, dan beberapa jenis serangga.

Jaringan jalan dan badan air (sungai dan situ) harus dipertahankan dan dikelola dengan baik. Di kampus, jalur hijau memiliki fungsi sebagai ruang penghubung antar habitat yang terpisah akibat pembangunan dan perluasan area terbangun. Selain itu, dapat menjadi rute sepeda dan pejalan kaki serta memberikan wadah untuk melakukan kontak langsung dengan alam yang bermanfaat bagi kesehatan (Bischoff, 1995). Kontinuitas pohon di tepi jalan lingkar kampus yang menghubungkan seluruh daerah konservasi lebih baik dipertahankan (Tabel 17). Selain jalan lingkar kampus sebagai koridor linear, koridor dengan jenis stepping stone dapat dioptimalkan melalui taman-taman segitiga diantara

Keterangan:

Patch di luar Kampus IPB Dramaga Patch di dalam Kampus IPB Dramaga Kampus IPB Dramaga

Nilai kesamaan komunitas: 28.89 - 43.33 %

14.45 - 28.88 % 0 - 14.44 %


(45)

30

wing gedung perkuliahan, sebagai contoh untuk menghubungkan antara area tegakan pohon sekitar asrama silvasari dengan tegakan sengon rektorat dan area situ leutik serta menghubungkan arboretum fahutan dengan academic event plaza (Gambar 21).

Gambar 21. Jalan Lingkar Kampus sebagai Koridor

Keterangan :

1. Kebun Unit Konservasi Budidaya Biofarmaka 2. Taman Hutan Blok

Cikabayan 3. Arboretum Hutan

Tropika Masjid Al-Hurriyah

4. Tegakan pohon belakang asrama putri

5. Arboretum Fahutan 6. Situ Leutik dan Situ

Perikanan 7. Tegakan pohon

perumahan dosen 8. Tegakan pohon sekitar

Asrama Silvasari 9. Tegakan sengon rektorat 10. Arboretum Bambu 11. Tegakan pohon belakang

lap.upacara 12. Arboretum Lanskap

Jalan lingkar kampus

Daerah inti Gambar 20. Jenis Koridor di Kampus IPB Dramaga

Sungai (area 1&2) Saluran drainase (area 11&12)


(46)

Tabel 13 Koridor Penghubung antar Patch

Patch Koridor Gambaran Lokasi Koridor

Keterangan Rekomendasi

1-2 1. Jl.Pinus

2. Sungai Ciapus

Jalan setapak dengan lebar ±2-3 m. Jenis pohon bermacam-macam dan kontinu

Berbatasan langsung dengan Jl. Pinus. Daerah tepi sungai berupa semak berumput

Mempertahankan vegetasi yang ada sebagai buffer Taman Hutan Blok Cikabayan dan memjadi pembatas terhadap Sungai Ciapus

2-3 1. Jl Pinus

2. Jl.Lengkeng

Jalan mobil dengan lebar 2,5m. Di tepi jalan hanya terdapat sedikit pohon.

Jalam mobil lebar rata-rata ±4m. Jenis pohon bermacam-macam dan kontinu

Menambah pohon pada tepi Jl.Pinus agar barisannya tidak terputus dengan Jl Lengkeng

3-4 1. Jl.Bungur

2. Jl. Meranti

Jalan mobil dengan lebar ±4m. Jenis pohon bermacam-macam dan memiliki strata tajuk bervariasi.

Jalan setapak dengan lebar ±1m, merupakan akses berbatasan langsung dengan balebak.

Mempertahankan vegetasi yang ada sebagai pembatas area tegakan pohon asrama putri

4-5 Jl. Ulin 2 Jalan mobil dua lajur dengan

lebar ±3m, dibatasi median jalan. Pohon terdapat di tepi arboretum dan median jalan.

Mempertahankan vegetasi yang ada sebagai koridor penghubung arboretum fahutan dengan daerah inti lainnya


(47)

32

Patch Koridor Gambaran Lokasi Koridor

Keterangan Rekomendasi

4-5 Jl.Depan

balairung Fahutan

Jalan mobil dengan lebar ±3m, pohon yang berada di tepi jalan kontinu dari Jl.Ulin 2.

Mempertahankan vegetasi yang ada sebagai koridor penghubung arboretum fahutan dengan daerah inti lainnya

5-6 1. Jl Ulin

2- Meranti-Kamper

2. Jl. Depan

balairung Fahutan

Jalan mobil dengan lebar ±4m, berbatasan langsung dengan Academic Event Plaza

Jalan mobil dengan lebar ±3m, barisan pohon mengikuti jalan kontinu dari arboretum fahutan

Mempertahankan vegetasi yang ada sebagai penyangga Academic Event Plaza

6-7 1. Taman

segitiga gedung Fapet-FPIK 2. Tegakan pohon asrama silvasari

Taman segitiga pada Gedung FPIK – FAPET

Area tegakan pohon yang didominasi oleh pinus dan karet. Berpotensi sebagai

koridor jenis stepping stone

kedua setelah taman segitiga

Mempertahankan pohon-pohon yang berada di taman segitiga dan area asrama silvasari sebagai koridor

stepping stone

7-8 1. Jl. Lengkeng

2. Jl. Soka

Jalan mobil dengan lebar ±3m, terdiri dari berbagai macam jenis pohon yang membentuk barisan di sepanjang Jl. Lengkeng-Cendana-Jati-Soka

Jalan mobil dengan lebar ±3m, terdiri dari berbagai macam jenis pohon

Mempertahankan vegetasi yang ada sebagai koridor penghubung tegakan pohon perumdos dengan tegakan pohon asrama silvasari


(48)

Menurut Gunawan et al (2009), koridor dapat dibuat dengan menyisakan tegakan atau memelihara vegetasi di sempadan sungai atau alur air. Barisan pohon tersebut memiliki fungsi sebagai pergerakan satwa untuk berpindah dari suatu tempat ke tempat lainnya. Pada tepi jalan lingkar kampus sudah terdapat vegetasi pohon yang bermacam-macam, tetapi pada beberapa spot, barisan pohon tersebut terputus sehingga perlu ditanam kembali (Gambar 22).

Patch Koridor Gambaran Lokasi Koridor

Keterangan Rekomendasi

8-9 1. Jl.Rasamala

2. Taman

segitiga gedung Fapet-FPIK

Jalan mobil dengan lebar ±3m, terdiri dari berbagai macam jenis pohon yang membentuk barisan di sepanjang Jl. Rasamala

Taman segitiga pada Gedung FPIK - FAPET

Mempertahankan vegetasi yang ada sebagai koridor sampai pada taman segitiga sebagai

koridor stepping

stone lanjutan

9-10 Jl.Agatis Koridor jalan mobil dengan

lebar ±4m, dengan vegetasi pohon yang kontinu

Mempertahankan vegetasi yang ada sebagai koridor penghubung terdekat antara tegakan sengon rektorat dengan arboretum bambu

10-11 Jl.Pintu 2 IPB Jalan mobil dengan lebar ±3m

memisahkan antara arboretum bambu dengan tegakan pohon lapangan upacara

Mempertahankan vegetasi pada tepi

kedua core area

11-12 Jl Pintu 1 IPB Jalan mobil dengan lebar ±4m

memisahkan antara tegakan pohon lapangan upacara dengan arboretum lanskap

Mempertahankan pohon pada kedua

tepi core area dan

vegetasi median jalan


(49)

34

Gambar 22. Barisan Pohon yang Terputus di depan Gedung CCR

Barisan pohon yang baik terletak pada Jl. Ramin tepat di depan arboretum lanskap, keberadaan pohon yang kontinu selain dapat menjadi koridor satwa juga berfungsi untuk memberikan kenyaman bagi pengguna jalan (Gambar 23). Keragaman strata tajuk pohon juga dapat mempengaruhi keragaman satwa. Semakin bervariasi strata tajuknya, akan semakin variatif pula jenis satwanya (Gambar 24).

Gambar 23. Barisan Pohon di Depan Arboretum Lanskap

Sumber: Dramstad W, 1996

Gambar 24. Pengaruh Keragaman Strata Tajuk terhadap Keragaman Satwa Nilai Keragaman Shannon

Dua belas lokasi patch menunjukkan nilai keragaman < 3, menurut Ludwig dan Reynold (1988) nilai tersebut menunjukkan keanekaragaman sedang, penyebaran jumlah individu tiap spesies sedang dan kestabilan komunitas sedang.


(50)

Nilai keragaman tertinggi terdapat di Arboretum Lanskap,yaitu sebesar 2,59 dapat terjadi dikarenakan fungsi arboretum sebagai tempat koleksi berbagai jenis pohon. Hal serupa juga terlihat di Arboretum Hutan Tropika sekitar Masjid Al-Hurriyah yang memiliki nilai keragaman tertinggi kedua setelah Arboretum lanskap, sedangkan Arboretum Fahutan hanya memiliki nilai 2,01 karena luasannya yang sempit (0,25 ha) dan berada di tengah-tengah perkerasan. Keragaman tinggi dapat mendukung persebaran satwa yang lebih tinggi sehingga area tersebut lebih ekologis. Namun pada Arboretum Bambu nilai keragamannya hampir memasuki kategori keragaman rendah. Kerusakan yang disebabkan oleh manusia membuat jenis-jenis bambu yang dahulu ditanam sebanyak 39 jenis kini hanya tinggal beberapa jenis saja. Nilai keragaman paling rendah dari kedua belas daerah konservasi bertempat di Tegakan Sengon Rektorat. Pohon yang termasuk dalam plot contoh pada area ini hanya sengon saja, tidak ada jenis lainnya. Oleh karena itu nilai keragamannya nol.

Nilai keragaman dapat menjadi indikator kestabilan ekologi, semakin besar nilainya akan semakin stabil. Vegetasi yang beragam dapat mendatangkan satwa liar yang beragam pula, sehingga keadaan ekologis area tersebut semakin baik dan terjaga kelestariannya. Kelestarian inilah yang menjadi tujuan dari pengelolaan lanskap. Indeks Kesamaan Komunitas

Nilai Indeks Kesamaan Komunitas dapat memberi gambaran mengenai tingkat kesamaan jenis antara dua tempat berbeda. Pada penelitian ini, nilai indeks kesamaan komunitas menunjukkan tingkat kesamaan jenis vegetasi antar daerah konservasi, sehingga dapat diduga adanya koridor. Nilai terbesar yaitu 43,33% diperoleh antara Taman Hutan Blok Cikabayan dan Arboretum Hutan Tropika sekitar masjid Al-Hurriyah. Hal ini dapat terjadi karena keberadaan kedua area yang berbatasan langsung, sehingga secara ekologi masih tergabung dalam satu patch besar. Semakin jauh jarak antar patch nilainya semakin kecil, oleh karena itu ada beberapa pasang patch yang memiliki nilai nol.

4.2 Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Kelestarian Jejaring Ekologis Kampus IPB Dramaga

Hasil regresi linear menunjukkan bahwa hanya ada satu dari lima faktor yang berpengaruh nyata terhadap Nilai Indeks Keragaman Shannon, yaitu jarak antar patch (JP). Menurut Farina (1998), jarak antar patch penting dalam proses perpindahan spesies. Semakin dekat jarak antar patch, spesies akan lebih mudah untuk berpindah tempat. Pergerakan tersebut memiliki dampak positif untuk perkembangbiakan spesies sehingga nilai keragaman menjadi lebih tinggi. Melalui kurva kuadratik dapat terlihat ada kecenderungan Nilai Keragaman Shannon tertinggi pada jarak antar patch 300 m. Ketika jarak antar patch lebih dari 300 m, nilai keragaman menurun. Berdasarkan hasil tersebut, sebaiknya jarak antar patch pada Kampus IPB Dramaga tidak lebih dari 300 m.

Keempat faktor lainnya yang tidak berpengaruh nyata, yaitu luas patch, bentuk

patch, tata guna lahan sekitar patch, dan jarak dari jalan. Bentuk memiliki peran penting terhadap kelestarian suatu patch. Semakin tidak beraturan bentuk patch, lebar daerah tepi semakin besar, hal ini berpengaruh terhadap persebaran tanaman dan daerah jelajah pergerakan satwa untuk mencari makan, bersarang, atau bertengger


(51)

36

(Farina,1998). Terdapat dua tipe bentuk patch, yaitu membulat (isodiametrik) dan memanjang (elongated). Isodiametrik patch memiliki area interior yang lebih besar daripada daerah tepi, sebaliknya elongated patch memiliki area tepi yang lebih luas. Dengan kata lain isodiametrik patch menampung fauna interior lebih banyak daripada elongated patch (Prasetyo,2006).

Dalam hasil regresi, semakin tidak beraturan bentuk suatu patch, Nilai keragaman semakin menurun. Hal ini dapat disebabkan karena semakin tidak beraturan bentuk patch, semakin besar daerah tepi dimana area inti (core) akan semakin kecil sehingga nilai keragaman juga akan semakin menurun. Dari 12 area konservasi yang terdapat di Kampus IPB Dramaga, Nilai keragaman tertinggi terdapat pada Arboretum Lanskap dengan nilai irregularity patch size sebesar 1,34172 dimana nilai mendekati 1 menunjukkan bentuk isodiametrik patch. Oleh karena itu, hasil regresi sesuai dengan teori.

Luas patch memiliki keterkaitan dengan jumlah populasi, semakin besar

ukurannya akan lebih besar populasi yang dapat ditampung. Hal ini dapat mengurangi

resiko kepunahan spesies dibandingkan dengan patch yang berukuran lebih kecil.

Selain itu, Patch besar dengan vegetasi alami dapat mengikat air tanah dan saling

terhubung dengan aliran air serta melindungi spesies yang hidup di dalamnya

(Dramstad, 1996). Diilustrasikan bahwa patch yang lebih besar (kanan) lebih berkelanjutan dibandingkan dengan patch kecil (kiri), sehingga resiko kepunahan dapat diminimalisir (Gambar 25).

Gambar 25 Perbandingan luas patch terhadap jumlah populasi Sumber: Dramstad W,1996

Tata guna lahan sekitar patch juga dapat mempengaruhi nilai keragaman. Patch

yang berada dekat bangunan atau pusat aktivitas lebih beresiko tinggi untuk rusak

akibat faktor manusia. Dalam Kampus IPB Dramaga terdapat patch yang dikelilingi

oleh bangunan, yaitu Arboretum Fahutan. Diperlukan koridor penghubung menuju

patch terdekat agar spesies di dalamnya tidak terisolasi. Semakin dekat suatu patch

dengan sungai atau badan air, keragamannya memiliki kecenderungan semakin tinggi. Hal ini dapat terjadi karena sungai merupakan jenis koridor yang dapat memelihara keseimbangan kondisi perairan, sehingga semakin banyak jenis spesies perairan pada

patch tersebut. Jarak patch dari jalan juga memiliki hubungan positif dengan nilai

keragaman. Patch yang dekat dengan jalan lebih mudah diakses oleh manusia

dibandingkan dengan yang terletak jauh dari jalan, sehingga gangguan akan lebih banyak terjadi.


(52)

4.3 Strategi Pengelolaan

Strategi pengelolaan jejaring lanskap ekologis lanskap Kampus IPB Dramaga dapat ditentukan dengan menggunakan analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhinya. Terdapat dua jenis faktor yaitu internal (dari dalam) yang terdiri atas kekuatan (Strength) dan kelemahan (Weakness) serta faktor eksternal yang terdiri atas peluang (Opportunity) dan ancaman (Threat).

Identifikasi Faktor Strategis Internal

Faktor strategis internal adalah faktor yang dimiliki oleh tapak, faktor ini ditentukan berdasarkan hasil kuesioner, pengamatan lapang serta hasil wawancara dengan pengelola dan civitas akademika IPB.

a. Kekuatan

1. Kampus IPB Dramaga memiliki berbagai jenis tipe ekosistem.

Terdapat hutan, arboretum, sawah, danau, sungai dan ruang terbuka lainnya yang dijadikan lokasi praktikum dari berbagai jurusan di IPB sehingga keragaman ekosistem tersebut dipertahankan hingga saat ini. Keragaman ekosistem tersebut menjadi habitat dari berbagai satwa liar

2. Curah hujan tinggi di Dramaga

Hampir setiap hari Kota Bogor dan sekitarnya termasuk Dramaga terkena hujan. Hal ini dapat meminimalisir resiko kekeringan yang dapat memutus daur hidup tanaman

3. Adanya jalan mobil lingkar kampus

Jalan mobil lingkar kampus membuat sebagian besar objek lanskap alami sebagai daerah inti dalam jejaring ekologis terhubung satu sama lain. Jalan tersebut berperan sebagai koridor yang dapat membantu mempertahankan kestabilan ekologi

b. Kelemahan

1. Berkurangnya area hijau akibat pembangunan

Bertambahnya fasilitas dan bangunan baru membuat area hijau beralih fungsi menjadi perkerasan.

2. Pembangunan tidak memperhatikan aspek ekologi.

Lokasi didirikannya bangunan-bangunan baru di IPB tidak memperhatikan aspek ekologi. Hal ini dapat mengancam terputusnya koridor ekologi. 3. Belum adanya jadwal rutin pengelolaan.

Jadwal pengelolaan rutin dibutuhkan untuk mengevaluasi kondisi lingkungan kampus sebagai bentuk pencegahan terhadap kerusakan.

Identifikasi Faktor Strategis Eksternal

Faktor strategis eksternal adalah faktor dari luar yang mempengaruhi tapak, faktor ini ditentukan berdasarkan hasil kuesioner, pengamatan lapang serta hasil wawancara dengan pengelola dan civitas akademika IPB. Terdapat dua peluang yang teridentifikasi, yaitu pengajuan IPB sebagai kampus biodiversitas dan banyaknya penelitian yang dilakukan oleh civitas akademik IPB maupun non IPB. Ancaman yang teridentifikasi terdapat tiga hal, yaitu batas lingkungan kampus yang tidak jelas, banyaknya masyarakat sekitar yang datang ke area kampus, dan perburuan satwaliar.


(53)

38

a. Peluang

1. Pengajuan IPB sebagai kampus biodiversitas

Kampus IPB menjadi salah satu kampus dengan keragaman hayati tinggi di Indonesia. Informasi tersebut telah diketahui sebagian besar civitas akademika IPB, sehingga motivasi untuk melestarikan lingkungan berpotensi lebih besar.

2. Banyaknya penelitian yang dilakukan oleh civitas akademik IPB maupun dari luar IPB.

Kegiatan penelitian mengenai lingkungan kampus bermanfaat untuk memberikan informasi penunjang untuk evaluasi dan kegiatan pengelolaan.

b. Ancaman

1. Batas lingkungan kampus yang tidak jelas

Kampus IPB tidak memiliki batas yang jelas sehingga orang luar bebas keluar-masuk tanpa sepengetahuan petugas keamanan.

2. Banyaknya penduduk sekitar yang berkunjung ke area kampus pada saat akhir pekan.

Pengunjung non IPB cenderung tidak menjaga kebersihan lingkungan pada saat melakukan kegiatan di area kampus.

3. Perburuan liar

Terdapat banyak perburuan satwaliar di Kampus IPB yang dilakukan oleh penduduk sekitar, hal tersebut dapat menurunkan keragaman satwaliar.

Penilaian Faktor Strategis Internal dan Faktor Strategis Eksternal

Setiap faktor strategis internal dan eksternal diberi keterangan tingkat kepentingannya (Tabel 14 dan 15).

Tabel 14. Tingkat Kepentingan Faktor Internal Jejaring Lanskap Ekologis

Simbol Faktor Kekuatan (Strength) Tingkat Kepentingan S1 Kampus IPB Dramaga memiliki berbagai jenis

tipe ekosistem

Kekuatan Sangat Besar S2 Curah hujan tinggi di Dramaga Kekuatan yang Besar S3 Adanya jalan mobil lingkar kampus Kekuatan yang Besar Simbol Faktor Kelemahan (Weakness) Tingkat Kepentingan

W1 Berkurangnya area hijau akibat pembangunan Kelemahan yang sangat berarti W2 Pembangunan tidak memperhatikan aspek

ekologi

Kelemahan yang sangat berarti


(54)

Tabel 15 Tingkat Kepentingan Faktor Eksternal Jejaring Lanskap Ekologis

Simbol Faktor Peluang (Opportunity) Tingkat Kepentingan O1 Pengajuan IPB sebagai kampus biodiversitas Peluang yang sedang O2 Banyaknya penelitian yang dilakukan oleh

civitas akademik IPB maupun dari luar IPB

Peluang yang besar Simbol Faktor Ancaman (Threats) Tingkat Kepentingan

T1 Batas lingkungan kampus yang tidak jelas Ancaman yang sedang T2 Banyaknya penduduk sekitar yang berkunjung

ke area kampus pada saat akhir pekan

Ancaman yang besar

T3 Perburuan liar Ancaman yang besar

Pembuatan matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE)

Setelah memperoleh nilai tingkat kepentingan masing-masing faktor strategis internal dan eksternal, selanjutnya dilakukan pembobotan dengan menggunakan metode Paired Comparison (Tabel 16 dan Tabel 17), yaitu membandingkan masing-masing faktor terhadap faktor lainnya secara berpasangan. Tahap ini dilakukan untuk mendapatkan strategi pengelolaan berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Skala yang digunakan untuk mengisi kolom dalam menentukan tiap bobot adalah: 1. Bobot 1 jika indikator faktor horizontal kurang penting daripada faktor vertikal. 2. Bobot 2 jika indikator faktor horizontal sama penting daripada faktor vertikal. 3. Bobot 3 jika indikator faktor horizontal lebih penting daripada faktor vertikal. 4. Bobot 4 jika indikator faktor horizontal sangat lebih penting daripada faktor

vertikal.

Tabel 16 Penilaian Bobot Strategis Internal Pengelolaan Jejaring Ekologis Simbol S1 S2 S3 W1 W2 W3 Total Bobot

S1 3 3 2 2 1 11 0,15

S2 3 2 3 3 3 14 0,20

S3 3 2 3 3 3 14 0,20

W1 2 1 1 2 1 7 0,10

W2 2 1 1 2 3 9 0,13

W3 4 3 3 3 3 16 0,23

Total 71 1

Tabel 17. Penilaian Bobot Strategis Eksternal Pengelolaan Jejaring Ekologis Simbol O1 O2 T1 T2 T3 Total Bobot

O1 3 2 2 3 10 0,27

O2 1 1 2 2 6 0,16

T1 2 3 3 1 9 0,24

T2 1 2 1 2 6 0,16

T3 1 2 1 2 6 0,16


(55)

40

Berdasarkan penilaian bobot, faktor-faktor tersebut diurutkan berdasarkan prioritas strategi pengelolaan jejaring lanskap ekologis Kampus IPB Dramaga. Peringkat strategi terdapat dalam Matriks IFE dan EFE (Tabel 18 dan 19).

Tabel 18. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) Jejaring Ekologis

Faktor Strategis Internal Bobot Rating Skor

Kekuatan (Strength)

Curah hujan tinggi di Dramaga 0,20 3 0,6

Adanya jalan mobil lingkar kampus 0,20 3 0,6

Kampus IPB Dramaga memiliki berbagai jenis tipe ekosistem 0,15 4 0,6

Kelemahan (Weakness)

Belum adanya jadwal rutin pengelolaan 0,23 2 0,46

Pembangunan tidak memperhatikan aspek ekologi 0,13 1 0,13 Berkurangnya area hijau akibat pembangunan 0,10 1 0,1

Total 1,0 14 2,49

Tabel 19. Matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE) Jejaring Ekologis

Faktor Strategis Internal Bobot Rating Skor

Peluang (Opportunity)

Pengajuan IPB sebagai kampus biodiversitas 0,27 4 1,08 Banyaknya penelitian yang dilakukan oleh civitas

akademik IPB maupun dari luar IPB

0,16 4 0,64

Ancaman (Threat)

Batas lingkungan kampus yang tidak jelas 0,24 1 0,24 Banyaknya penduduk sekitar yang berkunjung ke area

kampus pada saat akhir pekan

0,16 2 0,32

Perburuan liar 0,16 1 0,16

Total 1,0 12 2,44

Berdasarkan perhitungan IFE dan EFE yang ditampilkan pada Tabel 18 dan Tabel 19, kondisi internal dan eksternal jejaring lanskap ekologi Kampus IPB Dramaga sebesar 2,49 untuk kondisi internal dan 2,44 untuk total skor kondisi eksternal. Menurut David (2003), jika nilai total skor IFE dan EFE kurang dari 2,5 maka nilai tersebut menunjukkan kondisi yang lemah. Oleh karena itu, posisi jejaring lanskap ekologi Kampus IPB Dramaga pada saat ini dapat dikatakan lemah. Nilai total masing-masing kondisi dipetakan ke Matriks Internal – Eksternal (IE) (Gambar 26). Berdasarkan nilai total skor IFE dan EFE, Jejaring lanskap ekologis Kampus IPB Dramaga berada pada kuadran V. Posisi tersebut menunjukkan bahwa Jejaring lanskap ekologis berada pada kondisi hold and maintain


(56)

Total Skor IFE

I

II

III

IV

V VI

VII VIII IX

Gambar 26. Matriks Internal – Eksternal (IE) Matriks SWOT

Terdapat tujuh alternatif strategi yang dihasilkan dari matriks faktor internal dan eksternal, yaitu a) mempertahankan area ekosistem alami agar tidak beralih fungsi, b) meningkatkan sosialisasi kampus biodiversitas, c) meningkatkan keamanan kampus, d) mengadakan evaluasi secara rutin, e) mengintegrasikan tujuan kampus biodiversitas dengan pembangunan di IPB, f) melibatkan ahli ekologi dalam membuat keputusan mengenai pembangunan, dan g) membuat papan peraturan pada objek-objek lanskap alami (Tabel 20). Strategi tersebut disusun berdasarkan keadaan pengelolaan jejaring lanskap ekologis di Kampus IPB Darmaga.

Pembuatan Tabel Rangking Alternatif Strategi

Penentuan rangking alternatif strategi dilakukan berdasarkan nilai yang didapatkan dari analisis kuantitatif terhadap skor pembobotan faktor internal eksternal. Faktor-faktor yang dianalisis merpakan faktor yang mempengaruhi strategi tersebut. Setelah semua alternatif strategi mendapatkan nilai, kemudian disusun urutan rangking dari strategi yang memiliki total nilai yang terbesar hingga yang terkecil (Tabel 21). Urutan rangking tersebut merupakan urutan prioritas pelaksanaan alternatif strategi tersebut. Alternatif strategi yang memiliki nilai total tertinggi adalah mempertahankan area ekosistem agar tidak beralih fungsi 2,92. Sedangkan alternatif strategi yang memiliki nilai terkecil adalah pembuatan papan peraturan pada objek-objek lanskap alami dengan total nilai 0,71.

Kuat Sedang

T

ot

al

S

ko

r E

F

E K

ua

t

L

em

ah

4,0 3,0 2,0 Lemah 1,0

3,0

2,0

1,0

S

eda


(1)

45

DAFTAR PUSTAKA

Arifin H. S. dan Arifin N. H. S. 2005. Pemeliharaan Taman. Cetakan VIII Edisi Revisi. Penebar Swadaya. Jakarta (ID): 62 hal.

Arifin H. S, Munandar A, Arifin N. H. S, Pramukanto Q, Damayanti V. D. 2008. Sampoerna Hijau Kotaku Hijau. Cetakan Pertama Edisi Kedua. Tim Sampoerna Hijau. Bogor (ID): 33 hal.

Bennet G. 2004. Integrating Biodiversity Conservation and Sustainable Use: Lessons Learned From Ecological Networks. IUCN. Gland, Switzerland, and Cambridge.

David FR. 2003. Strategic Management Concept and Cases Ninth Edition. Pearson Education. New Jersey (USA)

Dramstad WE, Olson JD, Forman RT. 1996. Landsccape Ecology Principles in Landscape Architecture and Land-Use Planning. Harvard University Graduate School of Design. Washington DC (USA)

Farina A. 1998. Principles and Methods in Landscape Ecology. Chapman and Hall. London (UK)

Farina A. 2010. Ecology, Cognition, and Landscape.Springer. London (UK)

Gunawan H, Prasetyo L, Mardiastuti A, Kartono A. 2009. Habitat Macan Tutul Jawa di Lanskap Hutan Produksi yang Terfragmentasi. Jur Penelitian Hutan dan Konservasi Alam. 2: 95-114

Hungary Ministry of Environment Authority for Nature Conservation, 2002. Progress report on the establishment of the national ecological network in hungary. Budapest

Kurnia I. 2003. Studi keanekaragaman jenis burung untuk pengembangan wisata birdwatching di Kampus IPB Dramaga [skripsi]. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Ludwig JA dan Reynolds. 1988. Statistical Ecology: A Primer on Methods and Computing. John Willy & Sons. New York (USA)

Mardhotillah A. 2001. Analisis pola penggunaan lahan, pola transportasi, dan pola perilaku beraktivitas (studi kasus mobilitas civitas IPB menuju ke dalam, di dalam, dan ke luar Kampus IPB Dramaga) [skripsi]. Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor (ID): 47 hal.

Mulyani YA. 1985. Studi keanekaragaman jenis burung di lingkungan Kampus IPB Dramaga [skripsi]. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor (ID): 17 hal.

Opdam P, Wiens JA. 2002. Fragmentation, Habitat Loss and Landscape Management. Cambridge University Press. Cambridge.

Rangkuti F. 2007. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta (ID)

Soerianegara S dan Indrawan A. 1984. Ekologi Hutan Indonesia. Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Bogor (ID): 50 hal.


(2)

46

Lampiran 1 Kuesioner Pengguna Departemen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Judul Riset : Analisis Jejaring Ekologis Lanskap Kampus IPB Dramaga Judul Skripsi : Manajemen Jejaring Ekologis Lanskap Kampus IPB Dramaga Mahasiswa/NRP : Rizka Zahra Tamira/A44090037

Dept/Fak/Univ : Arsitektur Lanskap/Fakultas Pertanian/Institut Pertanian Bogor Responden Yth. Terima kasih atas waktu yang telah saudara sediakan untuk mengisi kuesioner ini. Data yang ada dalam kuesioner ini akan digunakan dalam kegiatan penelitian skripsi. Nama dan identitas responden tidak dipublikasikan.

Pilih salah satu jawaban dengan memberikan tanda (X) pada kotak pilihan

Nama :

Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan

Pekerjaan : Mahasiswa Staf Pendidik Staf kependidikan

1. Objek / tempat alami apa saja di dalam Kampus IPB Dramaga yang pernah anda kunjungi? (Boleh lebih dari satu)

Objek lanskap Kampus IPB Dramaga

Arbroretum lanskap Hutan Masjid Al-Hurriyah Arboretum bambu Hutan Asrama Silvasari Tegakan sengon rektorat Area Perumahan Dosen Danau LSI Arboretum Fahutan

Hutan Blok Cikabayan

2. Kegiatan apa yang anda lakukan di tempat tersebut? Aktivitas pendidikan (penelitian / praktikum)

Aktivitas Sosial (piknik, gathering)

Aktivitas rekreasi (jalan – jalan/Olahraga/Photo Hunting) Berburu

3. Melalui akses apakah anda mengunjungi tempat tersebut?

Jalan mobil dalam Kampus IPB Dramaga: ... Jalan sepeda: ...


(3)

47 Jalan setapak: ...

1. Apakah arti lingkungan yang ekologis menurut anda? Jejaring ekologis

Lingkungan yang banyak pepohonan, asri, dan nyaman Lingkungan dengan keragaman hayati tinggi

Hemat energi

2. Apakah anda mengetahui bahwa Kampus IPB Dramaga merupakan salah satu kampus dengan biodiversitas (keanekaragaman hayati) tinggi di Indonesia?

Tahu Tidak tahu

3. Bagaimana persepsi Saudara terhadap lingkungan Kampus IPB Dramaga?

Sangat baik Buruk

Baik Sangat buruk

Cukup baik Alasan:

... ... ... ... 4. Berdasarkan teori, tempat-tempat alami akan lebih terjaga kestabilan

ekologinya jika terdapat penghubung (koridor) antar tempat tersebut. Jenis koridor apakah yang mungkin diterapkan di Kampus IPB Dramaga ?

Jalan raya Green belt (barisan pohon) Jalan setapak Jalur pejalan kaki

Jalur sepeda Lainnya:...

5. Apa harapan dan masukan Saudara kepada pihak pengelola Lanskap Kampus IPB Dramaga?

Harapan :

... ... ... ... ...


(4)

48

Masukan :

... ... ...


(5)

49 Lampiran 2 Glosarium

Studi tentang hubungan biofisik yang mengatur perbedaan unit spasial dari wilayah tertentu

Ekologi lanskap

Sistem lanskap yang dikelola dengan tujuan perawatan atau perbaikan fungsi ekologis sebagai upaya untuk konservasi. Terdiri dari area inti, koridor, daerah penyangga, dan daerah pemanfaatan

Jejaring ekologis

Formula untuk menunjukkan tingkat komposisi jenis dari dua contoh yang dibandingkan. Dinyatakan dalam bentuk persen

Koefisien kesamaan komunitas

Penghubung antar patch berupa jalur hijau jalan, sungai, saluran drainase, atau berbentuk area seperti taman

Koridor

Koridor dengan bentuk sempit dan memanjang Koridor linear

Koridor berbentuk area terpisah tetapi masih dalam jangkauan pergerakan satwa yang menggunakan koridor tersebut

Koridor stepping stone

Daerah homogen yang berbeda dengan lingkungan sekitarnya Patch


(6)

50

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bekasi pada tanggal 21 Agustus 1991 dari ayah Irwansyah Abdullah dan Budi Astuty. Penulis adalah putri pertama dari tiga bersaudara. Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 2 Bekasi dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB dan diterima di Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai bendahara Divisi Sosial Lingkungan Himpunan Mahasiswa Arsitektur Lanskap (HIMASKAP) pada tahun ajaran 2010/2011 kemudian menjadi sekretaris pada divisi yang sama pada tahun ajaran 2011/2012. Penulis juga aktif mengikuti lomba di bidang seni. Beberapa prestasi yang diraih oleh penulis antara lain Juara III Lomba Cipta Lagu Pertanian pada Seminar Pertanian Nasional tahun 2009, Juara I Solo Vocal Pop IPB Art Contest tahun 2011, Juara I Solo Vocal Pop Pekan Seni Mahasiswa Tingkat Daerah (PEKSIMIDA) tahun 2012 dan Juara III Solo Vocal Pop Pekan Seni Mahasiswa Tingkat Nasional (PEKSIMINAS) tahun 2012. Untuk meningkatkan keilmuan dalam bidang arsitektur lanskap penulis pernah menjadi asisten mata kuliah Pengantar Ekologi Lanskap (ARL 412) pada periode Februari sampai dengan Juni 2013.