Pengisian Jabatan Gubernur dan Wakil Gubernur di Daerah

BAB III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pengisian Jabatan Gubernur dan Wakil Gubernur di Daerah Istimewa Yogyakarta

1. Pengisian Jabatan Gubernur dan Wakil Gubernur di Daerah

Istimewa Yogyakarta jika ditinjau dari Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 jelas disebutkan adanya institusi pemerintahan daerah provinsi yang terdiri atas jabatan Gubernur dan institusi DPRD provinsi. Kedua institusi atau jabatan Gubernur dan DPRD provinsi itu secara bersama-sama disebut oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai Pemerintahan Daerah. Dalam pasal 18 ayat 1 undang-Undang Dasar 1945 dinyatakan: “Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah- daerah provinsi, dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan Undang-Undang. Pemerintahan daerah provinsi mempunyai Gubenur dan DPRD provinsi, pemerintahan daerah kabupaten mempunyai Bupati dan DPRD kabupaten, dan pemerintahan kota mempunyai Walikota dan DPRD kota. Gubernur menurut ketentuan Pasal 18 ayat 4 UUD 1945 adalah kepala pemerintahan daerah provinsi. Menurut ketentuan ini, sebagai kepala pemerintahan daerah provinsi, Gubernur dipilih secara deomkratis. Ketentuan pemilihan yang diharuskan bersifat demokratis ini dijabarkan oleh Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, yaitu pemilihan itu diharuskan dilakukan secara langsung oleh rakyat. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 setebal 117 halaman yang terdiri dari 240 pasal memuat tentang tata cara pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah beserta penyelenggaraannya. Dalam Undang-undang ini Kepala daerah dan Wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan secara demokratis berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 . Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 pelaksanaan pemilihan Kepala daerah dan Wakil kepala daerah merupakan wewenang Pemerintah Daerah. Permerintah daerah berwenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Pemberian otonomi luas kepada daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat. Di samping itu melalui otonomi luas, daerah diharapkan mampu meningkatkan daya saing dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan dan keadilan, keistimewaan dan kekhususan serta potensi keanekaragaman daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia J.Kaloh, 2007 : 72. Prinsip otonomi daerah menggunakan prinsip otonomi seluas- luasnya, dalam arti daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur semua urusan pemerintahan di luar yang menjadi urusan pemerintah yang ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004. Daerah memiliki kewenangan membuat kebijakan daerah untuk memberi pelayanan, peningkatan peran serta, prakarsa dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan rakyat. Sejalan dengan prinsip tersebut dilaksanakan pula prinsip otonomi nyata dan bertanggung jawab. Prinsip otonomi nyata adalah suatu prinsip bahwa untuk menangani urusan pemerintahan dilaksanakan berdasarkan tugas, wewenang dan kewajiban yang senyatanya telah ada dan berpotensi untuk tumbuh, hidup dan berkembang sesuai dengan potensi dan kekhasan daerah. Sedangkan yang dimaksud dengan otonomi daerah yang bertanggung jawab adalah otonomi yang dalam penyelenggaraannya harus benar- benar sejalan dengan tujuan dan maksud pemberian otonomi, yang pada dasarnya untuk memberdayakan daearah termasuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 adalah hasil perubahan dari Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Terkait dengan adanya penyempurnaan terhadap Undang- Undang tentang Pemerintahan Daerah, maka prinsip-prinsip penyempurnaan yang digunakan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 sangat memperhatikan hal-hal sebagai berikut J. Kaloh, 2007 : 75-76 : a. Kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah tetap dilaksanakan dan tidak ada maksud untuk melakukan resentralisasi; b. Konsep otonomi luas,nyata dan bertanggung jawab tetap dijadikan acuan dengan meletakkan pelaksanaan otonomi pada tingkat daerah yang paling dekat dengan masyarakat; c. Tujuan pemberian otonomi tetap seperti yang dirumuskan sampai saat ini yaitu untuk memberdayakan potensi daerah, termasuk masyarakatnya, mendorong prakarsa dan peran serta masyarakat dalam proses pemerintahan dan pembangunan. Di samping itu untuk lebih meningkatkan efisiensi,efektivitas dan akuntabilitas penyelenggaraan fungsi-fungsi seperti pelayanan, pengembangan, dan perlindungan terhadap masyarakat dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia NKRI; d. Asas-asas penyelenggaraan pemerintahan seperti desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembangunan, diselenggarakan secara proporsional sehingga saling menunjang; e. Penyempurnaan dimaksudkan untuk melengkapi beberapa ketentuan yang belum cukup diatur; dan f. Penyempurnaan dimaksud untuk memberi tambahan penjelasan. Berdasarkan uraian diatas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 dikenal juga dengan Undang-Undang Otonomi Daerah. Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta sesuai ketentuan yang digariskan dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tetap diakui. Pada Pasal 122 dinyatakan bahwa keistimewaan untuk Provinsi Daerah Istimewa Aceh dan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, sebagaimana dimaksud dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974, adalah tetap dengan ketentuan bahwa penyelenggaraan pemerintahan Provinsi Istimewa Aceh dan Provinsi Istimewa Yogyakarta didasarkan pada undang-undang ini. Begitu pula UU terbaru tentang Pemerintah Daerah Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 pada Pasal 226 ayat 2 menegaskan bahwa keistimewaan untuk Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, adalah tetap dengan ketentuan bahwa penyelenggaraan pemerintahan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta didasarkan pada Undang-Undang ini. Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 pada Pasal 226 ayat 2 menegaskan bahwa keistimewaan untuk Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta adalah tetap sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999. Tetapi dalam Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 juga menegaskan bahwa penyelenggaraan pemerintahan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta didasarkan pada Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004. Berdasarkan hal ini maka keistimewaan yang selama ini melekat pada Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta menjadi kabur. Otonomi daerah menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 mempunyai pengertian adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Daerah otonom, selanjutnya disebut daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Disamping otonomi daerah, desentralisasi juga diperhatikan dalam penyempurnaan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 menjadi Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004. Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara Keastuan Republik Indonesia. Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah danatau kepada instansi vertikal di wilayah tertentu. Tugas pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah kepada daerah danatau desa dari pemerintah provinsi kepada kabupatenkota danatau desa serta dari pemerintah kabupaten kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu. Pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan Pemerintah Pusat. Pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan-peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan. Susunan dan tata cara penyelenggaraan pemerintahan daerah diatur dalam undang-undang. Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota memiliki Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang anggota-anggotanya dipilih melalui pemilihan umum. Gubernur, Bupati, dan Walikota masing-masing sebagai Kepala Pemerintah Daerah Provinsi, Kabupaten dan Kota dipilih secara demokratis. Hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah provinsi, kabupaten, dan kota atau antara provinsi dan kabupaten dan kota, diatur dengan undang-undang dengan memperhatikan kekhususan dan keragaman daerah. Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah diatur dan dilaksanakan secara adil dan selaras berdasarkan undang- undang. Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan undang-undang. Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat serta hak-hak tradisonalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam Undang-Undang. Kekhususan atau keistimewaan yang diberikan pemerintah kepada daerah, dimungkinkan sesuai amanah Pasal 18B ayat 1 UUD 1945 yang menyatakan: “Negara mengakui dan menghormati satuan- satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan undang-undang”. Pemberian otonomi khusus dan keistimewaan tersebut menurut hemat saya tidak akan membahayakan NKRI. Negara kita tetap berbentuk kesatuan unitary state. Hanya kepada daerah-daerah itu karena statusnya sebagai daerah khusus atau daerah istimewa, pemerintah menyerahkan kewenangan yang lebih luas dan banyak. Dalam menjalankan kewenangannya, daerah-daerah itu tidak bisa lepas dari konstitusi dan sistem pemerintahan yang ditetapkan pemerintah pusat. Praktek ini sudah sesuai dengan konsep desentralisasi asimetris dan secara empirik dijumpai di negara-negara lain di dunia,seperti wilayah Quebec di Kanada, Basque di Spanyol, Moro di Filipina,dan Bougenville di Papua New Guinea. http: www.setneg.go.id index.php? Option =com_content task =viewid =3519Itemid =281 Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945. Pemerintahan Daerah Provinsi terdiri atas Pemerintah Daerah Provinsi dan DPRD Provinsi. Pemerintahan Daerah KabupatenKota terdiri atas Pemerintah Daerah KabupatenKota dan DPRD KabupatenKota. Jika ketentuan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tetap digunakan dalam penyelenggaraan pemerintahan di Provinsi Daerah Yogyakarta maka ketentuan tersebut menyalahi ketentuan yang termuat dalam Pasal 18 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tidak sesuai dengan keadaan socio politic masyarakat Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang menghendaki Sultan tetap menjabat sebagai gubernur atau kepala pemerintahan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

2. Pengisian jabatan Gubernur dan Wakil Gubernur di Daerah