Kena  Pajak  atau  Jasa  Kena  Pajak,  Pengusaha  Kena  Pajak  yang  bersangkutan diwajibkan untuk membuat Faktur Pajak sebagai bukti pemungutan pajak.
5. Pajak Pertambahan Nilai adalah Pajak atas Konsumsi Umum Dalam Negeri
Pajak  Pertambahan  Nilai  hanya  dikenakan  atas  konsumsi  Barang  Kena Pajak danatau Jasa Kena Pajak yang dilakukan dalam Negeri.
6. Pajak Pertambahan Nilai Bersifat Netral
Netralitas  Pajak  Pertambahan  Nilai PPN dibentuk  oleh 2 dua  fakor, yaitu :
a. PPN dikenakan baik atas konsumsi barang atau jasa.
b. Dalam pemungutannya, PPN menganut prinsip tempat tujuandestination
principle. Dalam  mekanisme  pemungutannya,  PPN  mengenal  2  dua  prinsip
pemungutan, yaitu : a.
Prinsip tempat asal origin principle. b.
Prinsip tempat tujuan destination principle. 7.
Tidak Menimbulkan Dampak Pengenaan Pajak Berganda Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas nilai tambahnya saja.
D. Kelebihan dan Kekurangan Pajak Pertambahan Nilai
Dari  beberapa  karakteristik  Pajak  Pertambahan  Nilai  tersebut  diatas,  dapat dikemukakan  bahwa  Pajak  Pertambahan  Nilai  memiliki  beberapa  kelebihan  yang
Universitas Sumatera Utara
tidak  dimiliki  oleh  Pajak  Penjualan.  Meskipun  demikian,  sebagai  suatu  sistem ternyata  Pajak  Pertambahan  Nilai  juga  tidak  bebas  sama  sekali  dari  beberapa
kekurangan. 1.
Beberapa kelebihan Pajak Pertambahan Nilai PPN adalah sebagai  berikut : 1.1.
Mencegah terjadinya pajak berganda. 1.2.
Netral dalam perdagangan dalam dan luar Negeri. 1.3.
Pajak  Pertambahan  Nilai  atas  perolehan  barang  model  dapat  diperoleh kembali  pada  bulan  perolehan  sesuai  dengan  tipe  konsumsi  dan  metode
pengurangan tidak lansung. Dengan demikian dapat membantu likuiditas perusahaan.
1.4. Ditinjau  dari  sumber  pendapatan  negara,  Pajak  Pertambahan  Nilai
mendapat  pred ikat sebagai “Money Changer”  karena konsumen selaku
pemikul beban pajak tidak merasa dibebani oleh pajak tersebut sehingga memudahkan fiskus untuk memungutnya.
2. Beberapa kelemahan Pajak Pertambahan Nilai PPN adalah sebagai berikut :
2.1. Biaya  administrasi  relatif  tinggi  bila  dibandingkan  dengan  Pajak  Tidak
Lansung lainnya, baik dipihak administrasi pajak maupun dipihak Wajib Pajak.
2.2. Menimbulkan dampak regresif, yaitu semakin tinggi tingkat kemampuan
konsumen,  semakin  ringan  beban  pajak  yang  dipikul,  dan  sebaliknya
Universitas Sumatera Utara
semakin  rendah  tingkat  kemampuan  konsumen,  semakin  berat  beban pajak yang dipikul.
2.3. PPN sangat rawan dalam upaya penyelundupan pajak.
2.4. PPN  menuntut  tingkat  pengawasan  yang  lebih  cermat  oleh  administrasi
pajak  terhadap  tingkat  kepatuhan  Wajib  Pajak  dalam  melaksanakan kewajiban perpajakannya.
E. Subjek Dan Objek Pajak Pertambahan Nilai 1. Subjek Pajak Pertambahan Nilai
Dalam  buku  “perpajakan  indonesia”  secara  garis  besar  Subjek  Pajak adalah  pihak-pihak  orang  atau  badan  yang  menerima  penghasilan  dari  suatu
atau lebih pemberi kerja. Waluyo, 2006:57-68 Yang menjadi subjek pajak pertambahan nilai adalah orang pribadi atau
badan  dalam  bentuk  apa  pun  yang  dalam  kegiatan  usaha  atau  pekerjaannya menghasilkan  barang,  mengimpor  barang,  mengekspor  barang,  melakukan
usaha  perdagangan,  memanfaatkan  barang  tidak  berwujud  dari  luar  Daerah Pabean,  melakukan  usaha  jasa  termasuk  mengekspor  jasa,  atau  memanfaatkan
jasa dari luar Daerah Pabean.
2. Objek Pajak Pertambahan Nilai
Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas :
Universitas Sumatera Utara
2.1. Penyerahan  barang  kena  pajak  di  dalam  daerah  pabean  yang  dilakukan
oleh pengusaha kena pajak. Penyerahan  barang  yang  dikenai  pajak  harus  memenuhi  syarat-
syarat sebagai berikut : a.
Barang  berwujud  yang  diserahkan  merupakan  Barang  Kena Pajak.
b. Barang tidak berwujud yang diserahkan merupakan Barang Kena
Pajak Tidak Berwujud. c.
Penyerahan dilakukan di dalam Daerah Pabean. d.
Penyerahan  dilakukan  dalam  rangka  kegiatan  usaha  atau pekerjaannya.
2.2. Impor Barang Kena Pajak
a. Pemungutan  dilakukan  melalui  Direktorat  Jenderal  Bea  dan
Cukai. b.
Tanpa memperhatikan apakah dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau pekerjaannya atau tidak, tetap dikenai pajak.
2.3. Penyerahan  Jasa  Kena  Pajak  di  dalam  Daerah  Pabean  yang  dilakukan
oleh Pengusaha Kena Pajak Dengan syarat-syarat sebagai berikut :
a. Jasa yang diserahkan merupakan Jasa Kena Pajak.
b. Penyerahan dilakukan di dalam Daerah Pabean.
Universitas Sumatera Utara
c. Penyerahan  dilakukan  dalam  rangka  kegiatan  usaha  atau
pekerjaannya. 2.4.
Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar daerah pabean di  dalam  daerah  pabean,  untuk  dapat  memberikan  perlakuan  yang  sama
dengan impor Barang Kena Pajak. 2.5.
Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean jasa yang berasal dari luar Daerah Pabean yang dimanfaatkan oleh
siapa pun di dalam Daerah Pabean dikenai Pajak Pertambahan Nilai. 2.6.
Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak. 2.7.
Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak. Pengusaha yang melakukan ekspor Barang Kena Pajak BerwujudBarang
Kena  Pajak  Tidak  Berwujud  hanya  Pengusaha  yang  telah  dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak.
2.8. Eskpor Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak.
Termasuk  dalam  pengertian  ekspor  Jasa  Kena  Pajak  adalah penyerahan  Jasa  Kena  Pajak  dari  dalam  Daerah  Pabean  ke  luar  Daerah
Pabean  oleh  Pengusaha  Kena  Pajak  yang  menghasilkan  dan  melakukan ekspor Barang Kena Pajak Berwujud atas dasar pesanan atau permintaan
dengan bahan dan atas petunjuk dari pemesan di luar Daerah Pabean.
Universitas Sumatera Utara
2.9. Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan dalam kegiatan usaha atau
pekerjaan oleh orang pribadi atau badan yang hasilnya digunakan sendiri atau digunakan pihak lain.
2.10. Penyerahan  Barang  Kena  Pajak  berupah  aktiva  yang  menurut  tujuan
semula tidak untuk diperjualbelikan oleh Pengusaha Kena Pajak.
F. Dasar Pengenaan Pajak dan Tarif Pajak Pertambahan Nilai PPN 1. Dasar Pengenaan Pajak DPP
Untuk  menghitung  besarnya  pajak  yang  terutang,  diperlukan  adanya Dasar  Pengenaan  Pajak  DPP.  Pajak  yang  terutang  dihitung  dengan
caramengalikan tarif pajak dengan DPP. Berdasarkan  Undang-Undang  Pajak  Pertambahan  Nilai  tahun  2000
merumuskan  bahwa  :  “Dasar  Pengenaan  Pajak  adalah  jumlah  Harga  Jual, Penggantian, Nilai Impor, Nilai Ekspor atau Nilai Lain yang ditetapkan dengan
Keputusan  Menteri  Keuangan  yang  dipakai  sebagai  dasar  untuk  menghitung pajak yang terutang
.” Selanjutnya  yang  dimaksud  dengan  harga  jual,  penggantian,  nilai
ekspor, dan nilai impor adalah sebagai berikut :
1.1. Harga Jual
Harga  Jual  ialah  nilai  berupa  uang,  termasuk  semua  biaya  yang diminta  atau  seharusnya  diminta  oleh  penjual  karena  penyerahan  BKP,
Universitas Sumatera Utara
tidak  termasuk  PPN  yang  dipungut  menurut  UU  PPN  dan  PPnBM  dan potongan harga yang dicantumkan dalam faktur pajak.
Apabila  PKP,  selain  menerbitkan  faktur  pajak  juga  menerbitkan faktur penjualan, maka potongan harga yang tercantum dalam faktur pajak
tersebut  juga  tercantum  dalam  faktur  penjualan.  Tidak  termasuk  dalam pengertian  potongan  harga  adalah  bonus,  premi,  komisi,  atau  balas  jasa
lainnya, yang diberikan dalam rangka menjualkan BKP.
1.2. Penggantian
Penggantian  ialah  nilai  berupa  uang  termasuk  semua  biaya  yang diminta  atau  seharusnya  diminta  oleh  pemberi  jasa  karena  menyerahkan
JKP, tidak termasuk pajak yang dipungut menurut Undang-Undang ini dan potongan harga yang dicantumkan dalam faktur pajak.
1.3. Nilai Ekspor
Nilai  Ekspor  ialah  nilai  berupa  uang,  termasuk  semua  biaya  yang diminta atau seharusnya diminta oleh eksportir.Nilai ekspor dapat diketahui
dari  dokumen  ekspor,  misalnya  harga  yang  tercantum  dalam Pemberitahuan Ekspor Barang PEB.
1.4. Nilai Impor
Nilai Impor ialah nilai berupa uang yang menjadi dasar penghitungan bea  masuk  ditambah  pungutan  lainnya  yang  dikenakan  berdasarkan
Universitas Sumatera Utara
ketentuan dalam peraturan perundang-undangan pabean untuk impor BKP, tidak termasuk PPN yang dipungut menurut UU PPN dan PPnBM.
2. Tarif Pajak Pertambahan Nilai PPN
Tarif  Pajak  Pertambahan  Nilai  PPN  diatur  dalam  pasal  7  Undang- Undang PPN Nomor 18 Tahun 2000, yaitu sebagai berikut :
2.1. Tarif Pajak Pertambahan Nilai adalah 10 Sepuluh persen.
2.2. Tarif Pajak Pertambahan Nilai atas ekspor Barang Kena Pajak adalah
0 Nol persen. 2.3.
Dengan Peraturan Pemerintah, tarif pajak sebagaimana dimaksud pada ayat  1  dapat  diubah  menjadi  serendah-rendahnya  5  lima  persen
dan setinggi-tingginya 15 lima belas persen.
G. Restitusi
Direktorat  Jenderal  Pajak  setelah  melakukan  pemeriksaan  atas  permohonan pengembalian  kelebihan  pembayaran  pajak  selain  permohonan  pengembalian
kelebihan  pembayaran  pajak  dari  Wajib  Pajak  dengan  kriteria  tertentu  harus menerbitkan  surat  keterangan  paling  lambat  12  dua  belas  bulan  sejak  surat
permohonan  diterima,  kecuali  untuk  kegiatan  tertentu  yang  ditetapkan  dengan Keputusan Dirjen Pajak Pasal 17B UU KUP. Apabila setelah lewat jangka waktu 12
bulan  Dirjen  Pajak  tidak  memberi  suatu  keputusan  permohonan  pengembalian kelebihan  pembayaran  pajak  dianggap  dikabulkan  dan  SKPLB  harus  diterbitkan
Universitas Sumatera Utara
dalam jangka waktu 1 bulan setelah 12 bulan tersebut jangka waktu berahkir  Pasal 17B ayat 2.
Pengajuan  restitusi  dapat  dilakukan  dengan  cara  mengisi  SPT  Lebih  Bayar dan memilih kolom atau kotak restitusi Pasal 17B atau mengajukan restitusi secara
tertulis  setelah menerima SKPLB, KPP akan menerbitkan SPMKP  Surat  Perintah Membayar  Kelebihan  Pembayaran  Pajak  dan  SKPKPP  Surat  Keputusan
Pengembalian  Kelebihan  Pembayaran  Pajak    dalam  jangka  waktu  1  bulan  sejak diterimanya permohonan Wajib Pajak atau sejak diterbitkannya SKPLB berdasarkan
Pasal  17B  Bila  Wajib  Pajak  mempunyai  utang  pajak  maka  akan  dilakukan kompensasi terlebih dahulu.
Tatacara Penghitungan dan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak diatur dalam  Nomor  72PMK.032010  Tanggal  31  Maret  2010,  Nomor  Per-63Pj2010
Tanggal  22  Desember  2010,  Nomor  76PMK.032010  Tanggal  31  Maret,  yang mengatur tentang kelebihan pembayaran pajak.
H. Restitusi Pajak Pertambahan Nilai.