4. KUALITAS HIDUP
Kualitas hidup menurut WHO 1991 adalah persepsi individu terhadap posisinya dalam kehidupan sesuai dengan sistem budaya dan nilai-nilai tempat
mereka hidup dalam kaitannya dengan kepentingan, tujuan hidup, harapan dan standar yang ingin dicapainya Woffshohn, Cochrone, Watt, 2000.
Kualitas hidup merupakan pengalaman internal yang dipengaruhi oleh apa yang terjadi di luar dirinya, tetapi hal tersebut juga diwarnai oleh pengalaman
subyektif yang pernah dialamai sebelumnya, kondisi mental, kepribadian dan harapan-harapannya. Pasien dengan penyakit kronis berat dengan komplikasi dan
lamanya pengobatan mengakibatkan turunnya kualitas hidup dibanding pasien yang baru saja sakit tanpa kmplikasi Schrag
et.al
, 2000. Pengukuran kualitas hidup adalah penting dalam menentukan dampak
penyakit pada fungsi keseharian pasien dan untuk penanganan selanjutnya Gee
et. al,
2000. Pada penelitian ini digunakan pengukuran tingkat kualitas hidup
berdasarkan skor CGI-QL yang telah teruji reliabilitas dan validitasnya., mencakup penilaian terhadap:
1. Derajat berat kualitas hidup, yang dinilai atas pertimbangan total
pengalaman klinik peneliti 0= tidak dinilai, 1=normal, tidak terganggu, 2= perbatasan antara sehat-terganggu, 3= terganggu ringan, 4= terganggu
derajat sedang, 5= terganggu berat, 6= sangat berat, 7= ekstrem berat. 2.
Perbaikan global; dinilai seberapa perbaikan klinik yang terjadi secara menyeluruh dibandingkan saat awal diperiksa dengan skor: 0=tidak
dinilai, 1=sangat membaik, 2=banyak perbaikan, 3=sedikit membaik, 4=
tak ada perbaikan, 5= sedikit memburuk 6= memburuk, 7= sangat memburuk
3. Efek terapeutik 0=tidak dinilai, 1= sangat nyata, terjadi perbaikan yang
cepat nyaris semua ggn kualitas hdp menghilang, 2=sedang, terjadi perbaikan, sebagian gangguan hilang, 3=minimal, sedikit perbaikan, 4=
tidak ada perbaikan atau memburuk, dan penilaian 4.
Efek samping 0= tidak dinilai, 1=tidak ada, 2=ada tetapi tidak mengganggu kualitas hidup pasien, 3=ada dan mengganggu kualitas hidup
pasien secara nyata, 4=berat, melampaui manfaat efek terapeutik
5. PSIKOTERAPI DAN PSIKONEUROIMUNOLOGI