22 membubuhkan tanda tangan pada formulir putusan kredit. Apabila putusan
kredit telah diberikan maka selanjutnya paket kredit tersebut diserahkan kepada bagian administrasi kredit untuk dipersiapkan hal-hal sebagai
berikut: 1 Memberikan surat penawaran putusan kredit kepada pemohon yang
memuat struktur dan tipe kredit serta syarat-syarat dan ketentuan kredit yang harus dipenuhi oleh nasabah. Dalam surat penawaran tersebut
harus dicantumkan batas waktu pada pemohon untuk memberikan persetujuan atau penolakan. Apabila pemohon menyetujui persyaratan
dan ketentuan yang tercantum dalam surat penawaran putusan, maka pemohon harus menandatangani surat putusan tersebut diatas materai
dan mengembalikan ke bank. 2
Mempersiapkan dokumen perjanjian kredit sebagai perjanjian pokok.
3 Mempersiapkan perjanjian
accessoir, yaitu
perjanjian yang
mendukungmenjamin perjanjian pokoknya. 4 Mempersiapkan dokumen-dokumen untuk pencairan.
C. Pengujian kepatuhan dengan attribute sampling
Pengujian kepatuhan dengan attribute sampling digunakan terutama untuk menguji efektifitas sistem pengendalian intern. Menurut Mulyadi 2002
Attribute sampling ada tiga model, yaitu:
1. Fixed-sample-size attribute sampling
Model pengambilan sampel ini adalah model yang paling banyak digunakan dalam audit. Model ini digunakan jika auditor melakukan
23 pengujian pengendalian terhadap suatu unsur pengendalian intern, dan
auditor tersebut memperkirakan akan menjumpai beberapa penyimpangan kesalahan. Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengambilan sampel
untuk model ini adalah sebagai berikut: a. Penentuan atribut yang akan diperiksa untuk menguji efektivitas
pengendalian intern. b. Penentuan populasi yang akan diambil sampelnya
c. Penentuan besarnya sampel yang akan diambil dengan memperhatikan faktor-faktor berikut
1 Penentuan tingkat keandalan reliability level atau confidence
level R. Dalam pengujian kepatuhan, umumnya akuntan menggunakan R = 90, 95, atau 99.
2 Penaksiran persentase terjadinya attribute dalam populasi.
3 Penentuan Desired Upper Precision Limit atau DUPL.
d. Pemilihan anggota sampel dari seluruh anggota populasi. e. Pemeriksaan terhadap attribute yang menunjukkan efektivitas sistem
pengendalian intern. f.
Evaluasi hasil pemeriksaan terhadap attribute anggota sampel.
2. Stop-or-go sampling
Model pengambilan sampel ini sering juga disebut decision attribute sampling. Model ini dapat mencegah auditor dari pengambilan sampel
yang terlalu banyak, yaitu dengan cara menghentikan pengujian sedini mungkin. Model ini digunakan jika auditor yakin bahwa kesalahan yang
diperkirakan dalam populasi sangat kecil. Langkah-langkah yang harus
24 ditempuh oleh akuntan dalam menggunakan stop-or-go sampling setelah
akuntan menentukan attribute dan populasi adalah sebagai berikut: a. Tentukan tingkat keandalan dan Desired Upper Precision Limit. Pada
tahap ini akuntan menentukan tingkat keandalan dan tingkat kesalahan maksimum yang masih dapat diterima. Tingkat keandalan yang
tersedia dalam stop-or-go sampling adalah 90, 95, atau 97,5. Jika akuntan menganggap pengendalian intern klien dapat diandalkan,
disarankan untuk tidak menggunakan tingkat keandalan kurang dari 95 dan tidak menggunakan acceptable precision limit lebih besar
dari 5. b. Menentukan sampel pertama yang harus diambil. Setelah tingkat
keandalan dan DUPL ditentukan, selanjutnya dengan bantuan tabel Besar Sampel Minimum untuk Pengujian Kepatuhan tabel II. 1,
akuntan menentukan besarnya sampel minimum yang harus diambil. Misalnya, akuntan telah menetapkan DUPL = 5 dan tingkat
keandalan reliability level = 95, kemudian akuntan menggunakan tabel II. 1 untuk menentukan besarnya sampel minimum. Berdasarkan
tabel II. 1 tersebut, jumlah sampel minimum adalah sebesar 60 anggota sampel.
25
TABEL II. 1 BESARNYA SAMPEL MINIMUM UNTUK PENGUJIAN KEPATUHAN
ZERO EXPECTED OCCURENCES
Acceptable Upper Precision
Sample Size Based on Confidence Levels
Limit 90
95 97,5
10 9
8 7
6 5
4 3
2 1
24 27
30 35
40 48
60 80
120 240
30 34
38 43
50 60
75 100
150 300
37 42
47 53
62 74
93 124
185 370
Perhatian
Jika kepercayaan terhadap pengendalian intern cukup tinggi, umumnya disarankan untuk tidak menggunakan tingkat keandalan kurang dari 95 dan tidak
menggunakan acceptable precision limit lebih besar dari 5. Oleh karena itu, dalam hampir semua pengujian pengendalian, besarnya sample harus tidak boleh
kurang dari 60 tanpa penggantian.
Sumber: Mulyadi, 2002:265
26 c. Membuat tabel stop-or-go decision. Sesudah besarnya sampel
minimum ditentukan, maka langkah berikutnya adalah membuat tabel keputusan stop-or-go yang disajikan dalam tabel II.2. dalam tabel stop-
or-go decision tersebut auditor akan mengambil sampel sampai 4 kali. Umumnya dalam merancang tabel stop-or-go decision, auditor jarang
merencanakan pengambilan sampel lebih dari 3 kali. Dalam langkah 1, jika akuntan sudah melakukan pemeriksaan terhadap
sampel minimum yang telah ditentukan dan tidak ditemukan kesalahan, maka akuntan menghentikan pengambilan sampel, dan
dapat dikatakan pengendalian intern yang diperiksa adalah efektif. Pengambilan sampel dihentikan jika DUPL = AUPL.
27
TABEL II.2 TABEL STOP-OR-GO DECISION
Langkah ke- Besarnya
Sample Kumulatif
Yang Digunakan
Berhenti Jika Kesalahan
Kumulatif
Yang Terjadi Sama dengan
Lanjutkan Ke Langkah
Berikutnya Jika
Kesalahan Yang Terjadi
Sama dengan
Lanjutkan Langkah 5
Jika Kesalahan
Paling Tidak Sebesar
1 2
3 4
60 96
126 156
1 2
3 1
2 3
4 4
4 4
4 Pertimbangkan untuk tidak meletakkan kepercayaan terhadap sistem
pengendalian intern ini atau gunakan fixed-sample-size attribute sampling
AUPL dihitung dengan menggunakan rumus berikut
AUPL= size
Sample observed
accurance for
y reliabilit
desired at
factor level
Confidence
Menurut tabel attribute sampling table for determining stop-or-go sample size and Upper Precision Limit of Population Occurrence Rate
Based on Sample Result lihat lampiran II, besarnya confidence level factor, pada R = 95 dan tingkat kesalahan sama dengan 0, adalah 3
28 lihat cara pencarian confidence level factor pada gambar 4.4. sesuai
data tersebut maka nilai AUPL = 360 = 5, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa pengendalian intern klien adalah efektif, karena
AUPL tidak lebih dari DUPL DUPL 5 = AUPL 5. Apabila dalam pemeriksaan 60 anggota sampel tersebut, akuntan menemukan 1
kesalahan, maka confidence level factor pada 95 dan DUPL 5 adalah 4,8 lihat cara pencarian confidence level factor pada gambar
2.1
Attribute Sampling Table for Determining stop-or-Go Sample Size and Upper Precision Limit of Population Occurrence Rate Based on Sample Result
Confidence Levels Number of
Occurrences 90
97,5
2 3
4
4,8 6,3
7,8 9,2
Gambar 2.1 pencarian confidence level factor Dengan Tingkat Kesalahan Sama Dengan Satu
Dengan demikian dapat diketahui besarnya AUPL adalah 8 4,860 artinya AUPL DUPL, sehingga akuntan perlu mengambil sampel
1 95
29 tambahan. Sampel tambahan dihitung dengan menggunakan rumus
berikut ini:
Sampel size = DUPL
observed accurance
for y
reliabilit desired
at factor
level Confidence
Dalam contoh sebelumnya besarnya confidence level factor = 4,8 dan DUPL = 5, maka besarnya sampel adalah 4,85 = 96. Pemeriksaan
dengan sampel sebanyak 96 tersebut dilakukan pada langkah ke-2. Jika dalam pemeriksaan tersebut ternyata AUPL = DUPL maka
pemeriksaan dihentikan, tapi apabila AUPL DUPL, diperlukan 30 anggota sampel tambahan lagi, sehingga pada langkah ke-3 jumlah
sampel komulatif menjadi 126. Langkah ke-4 merupakan langkah terakhir namun apabila nilai AUPL masih melebihi DUPL pada
langkah ini maka akuntan beralih ke langkah kelima dan mengambil kesimpulan bahwa unsur pengendalian intern yang diperiksa tidak
dapat dipercaya atau dapat menggunakan model fixed sample-size attribute sampling sebagai alternatif.
3. Discovery sampling